TINJAUAN TEORI
1
Rasa nyeri berbeda antara satu individu dengan individu yang lain
berdasarkan ambang nyeri dan toleransi nyeri masing-masing klien sifat-sifat
nyeri perlu diketahui dapat dikaji menggunakan PQRST.
2. Deformitas
Deformitas atau kelainan bentuk menimbulkan suatu keluhan yang
menyebabkan klien meminta pertolongan layanan kesehatan. Perawat perlu
menanyakan berapa lama keluhan di rasakan kemana klien pernah
meminta pertolongan sebelum ke rumah sakit apakah pernah ke dukun urut
atau patah tulang pada beberapa kasus iyang menyebabkan deformitas
setelah terjadi trauma atau patah tulang adalah karena intervensi dukun
patah, atau apakah tidak ada tindakan setelah mengalami trauma
pengkajian juga untuk mengetahui apakah keadaan atau masalah kelainan
bentuk pada dirinya menyebabkan perubahan citra diri klien.
Dalam hal ini perlu ditanyakan kepada pasien apa maksud dari
keluhan-keluhannya. Apakah keluhan nyeri bersifat menusuk, tajam,
atau tumpul menusuk.
Ingat : Bahwa kebanyakan deskripsi sifat dari nyeri sulit ditafsirkan oleh
karena itu pengkaji harus bisa menerangkan dalam bahasa yang lebih
Region,
mudahradiation, relief
dimengerti : dimana
oleh pasienlokasi nyeri pasien
sehingga harus ditunjukan dengan
akan lebih mudah
tepat oleh klien, apakah rasa sakit
mendeskripsikan ras nyeri tersebut.bisa reda, apakah rasa sakit menjalar /
menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi tekanan pada saraf / radiks saraf
akan memberi gejala nyeri yang disebut radiating paint, misalnya pada
skiatika yang nyerinya menjalar mulai dari bokong sampai anggota gerak
bawah sesuai dengan distribusi saraf. Nyeri lain yang disebut nyeri
kiriman / referred paint adalah nyeri pada suatu tempat yang sebenarnya
akibat kelainan dari tempat lain, misalnya nyeri lutut akibat kelainan pada
sendi panggul.
Severity (scale) off pain :seberapa hebat rasa nyeri yang dirasakan klien, 2
dapat berdasarkan scala nyeri / gradasi dan klien menerangkan seberapa
hebat rasa sakit mempengaruhi fungsinya.
3. Kekakuan/ ketidakstabilan sendi
Kekakuan atau ketidakstabilan sendi adalah suatu keluhan yang
dirasakan klien menggunakan aktivitasnya sehari-hari dan menyebabkan
klien meminta pertolongan kesehatan. Perawat perlu menanyakan berapa
lama keluhan dirasakan serta sejauh mana keluhan menyebabkan
gangguan pada aktivitas klien.
Kelainan ini bisa bersifat umum (misalnya pada artritis reumatoid,
spondilitis ankilosan) atau bersifat lokal pada sendi-sendi tertentu locking
merupakan suatu kekauan sendi yang terjadi secara tiba-tiba akibat block
mekanis pada sendi oleh tulangj rawan atau meniskus. Perlu diketahui
apakah kelainan pada menyebabkan ketidakstabilan sendi dan diteluri pula
3
penyebabnya apakah karean kelemahan otot atau kelemahan atau robekan
pada ligamen dan selaput sendi.
5. Kelemahan otot
1. Waktu dan sifat kemampuan otot, apakah keluhan terjadi secara bertahap
atau tiba-tiba tanpa adanya sebab.
2. Lokasi bagian tubuh yang mengalami kelemahan otot, apakah keluhan
kelemahan otot mengenal seluruh badan atau hanya ekstremitas bawah,
apakah keluhan dirasakan sebagian atau bilateral.
3. Apakah disertai dengan kelainan sensorik, misalnya parastesia, hipoestesia,
atau hipersetesia.
4. Adanya riwayat kelemahan otot akibat pengobatan sebelumnya.
6. Gangguan sensinilitas
Keluhan adanya gangguan sensibilitas muncul apabila terjadi
kerusakan saraf pada upper/lower motor neuron, baik bersifat total maupun
menyeluruh. Gangguan sensibilitas dapat pula terjadi bila ada trauma atau
penekanan pada syaraf. Gangguan sensorik sering berhubungan dengan
masalah muskuluskeletal. Klien mungkin menyatakan mengalami parestesia
4
(perasaan terbakar atau kesemutan) dan kebas. Perasaan tersebut mungkin
akibat penekanan pada serabut saraf ataupun gangguan peredaraan darah.
Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap struktur
tersebut dapat menganggu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat
gangguan struktur saraf dan peredaraan darah yang terletak sepanjang
sistem muskuluskeletal. Status neurofaskular di daerah muskuluskeletal
yang terkena harus dikaji guna memperoleh informasi untuk perencanaan
intervensi. Hal ini yang perlu ditanyakan adalah apakah klien mengalami
perasaan yang tidak normal atau kebas; apakah gangguan ini bertambah
berat atau malah makin berkurang dari permulaan keluhan muncul sampai
pada saat wawancara,apakah keluhan lain yang dirasakan seperti nyeri atau
edema; apakah ada perubahan warna kulit bagian distal dari daerah yang
terkena seperti pucat atau sianotik.
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia (pengkajian usia klien) gangguan muskulusekeletal
penting karena berhubungan dengan status anastesi dan pemeriksaan
diagnostik tambahan, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan ,
5
asuransi kesehatan, agama,bahasa yang dipakai, status perkawinan,suku
bangasa,tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor
register,diagnosis medis, dan golongan darah.
6
Perlu ditanyakan apakah pada generasi terdahulu ada yang mengalami
keluhan sama dengan keluhan klien saat ini.
6. Kemampuan koping
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga peting di nilai
untuk mengetahui respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan perubahan peran klien, serta respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari. Apakah muncul dampak seperti takut cacat, cemas,
ketidak mampuan melakukan aktivitas secara optimal, dan gangguan citra
tubuh. Pengkajian mengenai mekanisme koping yang biasa digunakan
klien semala stress meliputi :
a. Kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini.
Apakah klien mengalami situasi krisis atau kehilangan?
Adakah penerimaan atau penolakan terhadap hal tersebut?
Apakah klien bertanya atau meminta informasi mengenai
masalah?
Apakah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan
masalah?
b. Perubahan perilaku akibat stress
7
Apakah efek atau mood klien menujukkan kecemasan (gelisa,
insomnia, kontak mata kurang, gemetar, wajah tegang) atau
depresi (afektumpul, tidak berdaya, rasa bersalah,
ketidakmampuan berbicara, apatis, kemampuan harga diri)?
Apakah telah ada perubahan dalam kebisaan makan, tidur, dan
beraktivitas?
Apakah klien mengalami kesulitan berkosentrasi terhadap tugas,
tetap produktif, atau menyelesaikan hal-hal kecil?
Apakah klien mempunyai kecenderungan menunjukkan ledakan
emosi tanpa alasan?
c. Sumber koping
Apakah klien mampu meminta pertolongan?
Pada siapa klien bergantung selama krisis? Adakah orang
tersebut ?
Metode kopping apakah yang terbaik bagi klien selama stress ?
Berapa lama klien secara normal mengatasi suatu krisis?
7. Pengkajian sosioekonomispiritual
Bila klien dirawat inap, apakah keadaan ini memberi dampak pada status
ekonomi klien karena perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang
tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian fungsi neurologis
dengan dampak neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
Perspektif perawatan dalam mengkaji terdiri atas dua aspek keterbatasan
yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran
sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi
terhadap gangguan neurologis dalam sistem pendukung individu.
Pertanyaan-petanyaan berikut dapat membantu perawat mengkaji lebih
lanjut :
a. Kesehatan spiritul meliputi konsep klien mengenai Yang Mahakuasa.
Apakah klien mempunyai sumber pengharapan, kenyamanan,
kekuatan?
Ibadah spiritual apa yang penting menurut klien?
Apakah klien melihat hubungan antara kepercayaan spiritualnya
denga kesehatan atau situasi hidup saat ini?
8
Apakah klien membicarakan pentingnya hadir ketempat ibadah
atau melaksaan acara ritual lain?
Apakah klien mempunyai kitab suci atau benda relijius dalam
ruanganya?
b. Identivikasi ras, budaya, dan suku bangsa
Apakah latar belakang budaya klien?
Apakah klien mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
(nasional) atau perlu penerjemah?
Apa nilai kebudayaan klien yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan?
Adakah tabu budaya atau acara tabu yang klien ikuti?
Aps sistem sehat-sakit (dokter, ahli neuralogi, kebatinan, dukun)
atau kepercayaan rakyat yang klien gunakan?
Sampai tingkat mana penyakit dan perawatan dirumah sakit
mempengaruhi kemampuan klien untuk mengikuti norma
budaya?
c. Pekerjaan
Apakah pekerjaan klien?
Adakah asuransi kesehatan untuk keluarganya?
Sampai tingkat mana klien senang terhadap pekerjaannya?
Apakah penyakit atau perawatan dirumah sakit mengancam
pekerjaan klien?
Seberapa berat stres yang dialami klien ditempat kerja?
d. Hubungan keluarga
Siapa saja yang klien anggap sebagai anggota keluarga?
Bagaimana hubungan klien dengan pasangan, orang tua,
saudara, dan teman?
Bagaimana pembagian tugas dalam keluarga?
Bagaimana status pernikahan klien?
Adakah anggota keluarga dekat yang baru meninggal?
Bagaimana keluarga secara normal mengatasi stres saat ini?
Apakah anggota keluarga menghormati pandangan setiap
anggota lainnya?
9
8. Pengertian klien tentang masalah kesehatan
Hal ini memperlihatkan tingkat penerimaan tingkat intelektual dan
kemampuan untuk melakukan perewatan mandiri klien.
a. Persepi klien tentang masalah kesehatan
Apakah klien mempunyai pengertian yang akurat mengenai
masalah kesehatan?
Apakah klien memahami beratnya masalah?
Bagaimana pemahaman klien tentang perawatan sekarang dan
yang akan dilakukan?
b. Perilaku terhadap tim perawatan kesehatan
Siapakah pemberi perawatan kesehatan utama klien?
Bagaimana penilaian dan perilaku klien terhadap pembeli
perawatan kesehatan?
Apakah klien melakukan pencegahan?
Seberapa sering klien melakukan pemeriksaan kesehatan?
c. Kepatuhan terhadap terapi
Apakah terapi untuk masalah kesehatan klien saat ini? Apakah
klien mengikuti rangkaian terapi?
Apakah klien mampu membayar terapi?
Apakah ada alat transportasi ke tempat terapi tersebut?
Apakah klien menderita gangguan kognitif atau fisik yang
menghalangi pemenuhan terapi?
d. Pertimbangan pediatik. Perawat harus melakukan pertimbangan
pediatik yang mencakup :
Dampak hospitalisasi pada anak
Pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan saat
mengobservasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi
dengan orang tua
Orang tua biasanya merupakan sumber terbaik untuk
menggambarkan perubahan perilaku
Anak-anak sering kali tidak mampu mengekspresikan perasaan
mereka dan cenderung memperlihatkan masalah mereka melalui
tingkah laku
10
Anak-anak yang mengalami peristiwa traumatik (kehilangan orang
tua, binatang peliharan, sahabat dekat) dapat mengalami masa
depresi akut
Anak-anak yang mengalami masalah pikososial mungkin
mengalami kesulitan di sekolahnya
e. Pertimbangan gerontologik. Perawat harus melakukan pertimbangan
gerontik yang mencakup :
Pengkajian psikososial pada lansia meliputi pembedaan antara
karakteristik normal yang menyimpang dari proses penuaan dan
kondisi patologis
Pertimbangan bidang kepuasan sehari-hari klien
Siapakah sumber pendukung utuma klien?
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi persepsi klien
mengenai peristiwa saat ini
Tanyakan harapan atau aspirasi klien yang tidak terpenuhi
Kumpulkan data pengkajian melalui pertemuan yang singkat dan
terus-menerus
Pusatkan wawancara pada kekuatan dan keterampilan klien,
bukan kekurangan klien.
11
BABA III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengkajian muskuloskeletal meliputi pemeriksaan pada tulang, persendian,
dan otot-otot.Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data
yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari
kesalahan. Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik
inspeksi dan palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh,
fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan
aktivitas hidup sehari-hari.
3.2 SARAN
1. Saat melakukan pengkajian musculoskeletal harus secara sistematis teliti dan
terarah
2. Peroleh data subjektif yang relefan tanpa adanya data yan salah.
12