Syok hipovolemik
Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Mengikuti Kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Anastesi
Oleh :
Alwin Kusuma
71170891260
Dokter Pembimbing :
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
1. Kehilangan darah
2. Kehilangan plasma
o Muntah (vomitus)
o Dehidrasi
o Diare
o Terapi diuretik yang agresif
o Diabetes insipidus
o Insufisiensi adrenal
2.1.3 Patofisiologi
Pada tingkat selular, sel-sel dengan perfusi dan oksigenasi yang tidak
memadai mengalami kekurangan substrat esensial yang diperlukan untuk proses
metabolisme aerobik normal dan produksi energi. Pada tahap awal, terjadi
kompensasi dengan proses pergantian menjadi metabolisme anaerobik yang
mengakibatkan pembentukan asam laktat dan berkembang menjadi asidosis
metabolik. Bila syok berkepanjangan dan pengaliran substrat esensial untuk
pembentukan ATP tidak memadai, maka membran sel akan kehilangan
kemampuan untuk mempertahankan kekuatannya dan gradien elektrik normal pun
akan hilang (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Gejala klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika kekurangan
darah kurang dari 10% dari total volume darah karena pada saat ini masih dapat
dikompensasi oleh tubuh. Bila perdarahan terus berlangsung maka tubuh tidak
mampu lagi mengkompensasinya dan menimbulkan gejala-gejala klinis. Secara
umum, syok hipovolemik menimbulkan gejala peningkatan frekuensi jantung dan
nadi (takikardi), pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan turgor yang jelek,
ujung-ujung ekstremitas dingin, dan pengisian kapiler lambat (Hardisman, 2013).
Pasien hamil bisa saja menunjukkan tanda dan gejala syok hipovolemik
yang atipikal hingga kehilangan 1500 ml darah tanpa terjadi perubahan tekanan
darah (Strickler, 2010). Keparahan dari syok hipovolemik tidak hanya tergantung
pada jumlah kehilangan volume dan kecepatan kehilangan volume, tetapi juga
usia dan status kesehatan individu sebelumnya (Kelley, 2005).
Perubahan dari syok hipovolemik ringan menjadi berat dapat terjadi bertahap atau
malah sangat cepat, terutama pada pasien lanjut dan yang memiliki penyakit berat
(Baren et al., 2009).
2.1.5 Diagnosa
2.1.6 Komplikasi
2.1.7 Penatalaksanaan
Jumlah darah dan cairan yang diperlukan untuk resusitasi sulit diprediksi
dalam evaluasi awal pasien. Namun, Tabel 2.2 dapat menjadi panduan untuk
menentukan kehilangan volume darah yang harus digantikan. Adalah sangat
penting untuk menilai respon pasien terhadap resusitasi cairan dengan adanya
bukti perfusi dan oksigenasi yang adekuat, yaitu produksi urin, tingkat kesadaran,
dan perfusi perifer serta kembalinya tekanan darah yang normal (American
College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).
Baren, J. M., Rothrock, S. G., Brennan, J. A., and Brown, L. 2007. Circulatory
Emergencies: Shock. In: Pediatric Emergency Medicine. 1st Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders.