Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/275958131

DELIGNIFIKASI TANDAN KOSONG SAWIT DALAM MEDIA ASAM FORMIAT

Conference Paper · October 2010


DOI: 10.13140/RG.2.1.3979.1846

CITATIONS READS

0 1,103

3 authors, including:

Zulfansyah Muchtar Fermi, Muhammad Iwan


Universitas Riau Universitas Riau
50 PUBLICATIONS   6 CITATIONS    21 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Zulfansyah Muchtar on 07 May 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


DELIGNIFIKASI TANDAN KOSONG SAWIT
DALAM MEDIA ASAM FORMIAT

Feuby Lady Mariana, Zulfansyah dan Muhammad Iwan Fermi

Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau


E-mail : zulfansyah@unri.ac.id

ABSTRAK

Tandan kosong sawit (TKS) yang dihasilkan oleh pabrik CPO merupakan bahan
lignoselulosa terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Sayangnya,
pemanfaatan limbah ini tidak optimal sehingga menimbulkan pencemaran
lingkungan. Penelitian ini mempelajari perilaku delignifikasi melalui fraksionasi
TKS dalam media asam formiat untuk meningkatkan kemungkinan proses
pemasakan satu tahap. Asam formiat dengan konsentrasi 70-90%-berat, asam
peroksida dengan konsentrasi 5%-berat sebagai katalisator, dan waktu reaksi 5-
240 menit digunakan sebagai kondisi operasi, sehingga akan didapat yield pulp,
kadar lignin pulp dan lignin sisa TKS. Hasil penelitian menunjukkan mekanisme
delignifikasi merupakan reaksi paralel orde satu. Model yang ada untuk
delignifikasi biomassa dalam media asam organik ternyata sesuai untuk
menggambarkan perilaku delignifikasi TKS dalam media asam formiat. Selain itu,
kenaikan konsentrasi asam formiat ternyata tidak mempengaruhi selektifitas
delignifikasi.

Kata Kunci : asam formiat, delignifikasi, organosolv pulping, TKS

PENDAHULUAN
Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah padat berlignoselulosa yang
memiliki kadar selulosa, lignin dan hemiselulosa. Limbah ini berasal dari
pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO). Pada tahun
2010, diperkirakan jumlah produksi TKS mencapai 12 juta ton per tahun
[Darianto 2008]. Setiap pengolahan 1 ton TBS akan menghasilkan limbah padat
berupa TKS sebanyak 200-250 kg. Jumlah biomassa yang dikeluarkan cukup besar
sehingga jika tidak dimanfaatkan berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan. Selama ini, penanganan limbah TKS dilakukan dengan cara
membakar TKS pada incenerator sehingga dihasilkan abu yang bisa dijadikan
pupuk kalium. Penanganan dengan cara tersebut selain tidak ekonomis juga

ISBN 978–979-8510-20-5
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“ PROSIDING III

berdampak negatif terhadap lingkungan yaitu terjadinya pencemaran udara oleh


asap hasil proses pembakaran TKS.
Pemrosesan biomassa dengan metode fraksionasi menjadi alternatif yang
menarik untuk dikembangkan. Metode ini menggunakan pelarut organik yang
mampu memilah biomassa secara selektif menjadi selulosa, hemiselulosa dan
lignin, sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku sejumlah produk. Metoda
fraksionasi juga memiliki beberapa keunggulan seperti proses yang relatif lebih
murah, ramah lingkungan dan membutuhkan energi lebih sedikit dibandingkan
dengan proses konvensional. Upaya pemanfaatan TKS dengan metode
fraksionasi tidak hanya akan memberikan nilai tambah bagi limbah tersebut
tetapi juga mampu meminimalkan dampak negatif pada lingkungan.
Beberapa pelarut organik yang digunakan sebagai media fraksionasi adalah
alkohol, asam, amina, keton, ester, fenol dan turunan fenol [Shatalov dkk. 2006
dan Jahan dkk. 2007]. Pelarut asam formiat merupakan salah satu asam organik
yang dapat dijadikan sebagai media fraksionasi (cairan pemasak) untuk berbagai
biomassa bukan kayu seperti batang gandum [Kham dkk. 2005], TKS [Azman dkk.
2002 dan Dewi 2007] dan batang cardoon [Ligero dkk. 2008]. Keunggulan asam
formiat dibanding pelarut organik lainnya adalah dapat dilakukan pada suhu dan
tekanan rendah, dengan dan tanpa katalis serta harga yang relatif lebih murah.
Proses delignifikasi merupakan proses penyisihan lignin dari biomassa
dengan memprosesnya dalam media pelarut organik yang diharapkan lignin larut
dalam pelarut. Selama proses delignifikasi berlangsung, terjadi reaksi pemutusan
ikatan makromolekul lignin oleh ion H+ dari pelarut dimana ikatan lignin lepas
membentuk fraksi lignin kemudian larut dalam pelarut, selanjutnya lignin dengan
mudah disisihkan. Jika tujuan utama fraksionasi menghasilkan pulp maka
diperlukan delignifikasi maksimal oleh media pelarut sehingga diperoleh pulp
dengan kadar selulosa tinggi. Selama ini, delignifikasi biomassa dalam media
asam organik dipengaruhi oleh beberapa kondisi operasi seperti konsentrasi
pelarut, konsentrasi katalis dan waktu reaksi. Selain itu, delignifikasi bergantung
pada jenis biomassa dan pelarut organik yang digunakan [Parajo dkk. 1993,
Vazquez 1995 dan Villaverde dkk. 2009].
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses delignifikasi TKS dalam
media asam formiat, sebagai kajian lanjut fraksionasi TKS dalam media asam
formiat [Dewi 2007]. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengkaji
perilaku delignifikasi TKS yang terjadi selama proses delignifikasi berlangsung.
Upaya ini dilakukan untuk mengetahui kehandalan dan kemampuan asam
formiat dalam menyisihkan lignin TKS. Kemudian peningkatan konsentrasi asam
formiat dan waktu reaksi diharapkan mampu memperbesar jumlah lignin yang
dapat disisihkan.

BAHAN DAN METODE


Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah tandan kosong sawit
(TKS) dari pabrik CPO PTPN V Sei. Galuh. Sebelum digunakan sebagai bahan baku,
TKS dibersihkan terlebih dahulu dan dirajang dengan panjang seragam ± 2 cm
kemudian TKS dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mengurangi kadar

218 Seminar Nasional Sains & Teknologi – III


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
PROSIDING III “Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“

airnya. Sebagian kecil TKS dianalisis untuk mengetahui kadar lignin sebelum
delignifikasi. Percobaan dilakukan dalam erlenmeyer 1000 ml secara batch yang
dilengkapi dengan erlenmeyer 250 ml dan hot plate. Skema percobaan
delignifikasi TKS berdasarkan metode yang dilakukan oleh Villaverde dkk. [2009],
dapat dilihat pada Gambar 1. Tahap-tahap percobaan meliputi, pemasakan,
penyaringan, pencucian padatan, pengeringan dan analisa lignin dalam pulp.
Sedang analisa cairan hasil pemasakan tidak dilakukan.

Gambar 1. Skema Percobaan Delignifikasi Tandan Kosong Sawit

Media asam formiat yang digunakan dalam percobaan merupakan


campuran asam formiat dengan variasi konsentrasi (70%, 80% dan 90%-berat),
air dan H2O2 5%-berat. TKS diproses dalam waktu berbeda (5, 10, 15, 30, 45, 60,
90, 120 dan 240 menit) dengan perbandingan larutan padatan 10/1, temperatur
107oC (titik didih normal cairan pemasak) yang dibuat tetap.
Pengamatan variabel percobaan terhadap kondisi operasi yang dipelajari
yaitu perolehan pulp dan kadar lignin pulp. Pengujian kadar lignin pulp dilakukan
dengan menggunakan metode SII 0528-81. Data hasil percobaan disesuaikan
dengan model teoritis secara regresi non-linear menggunakan Polymath 6.1
Educational Version untuk mendapatkan parameter delignifikasi yang
menggambarkan perilaku delignifikasi TKS dalam media asam formiat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI BAHAN BAKU


Hasil analisa komposisi kimia tandan kosong sawit berupa lignin TKS
sebesar 15,84% dan sisanya polisakarida. Hasil yang diperoleh sebanding dengan
hasil dari Azman dkk. [2002] untuk bahan baku sama. Jika dibanding lignin yang

Seminar Nasional Sains & Teknologi – III 219


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“ PROSIDING III

terdapat dalam kayu keras (23-30%) maupun kayu lunak (26-34%), lignin TKS
relatif lebih rendah sehingga membuktikan TKS mudah untuk didelignifikasi.

DELIGNIFIKASI
Delignifikasi biomassa dalam media asam organik telah dimodelkan oleh
beberapa peneliti [Parajo dkk. 1993 dan Vazquez dkk. 1995], dengan beberapa
asumsi dalam mekanisme yang terjadi dalam proses delignifikasi. Perilaku
delignifikasi TKS yang didapat mendekati model dari Parajo dkk. [1993] dengan
asumsi adanya dua fraksi lignin dalam biomassa, yaitu fraksi lignin bereaksi
cepat, (Lf) dan fraksi lignin bereaksi lambat, (Ls). Kedua fraksi tersebut
mengalami depolimerisasi dengan kelajuan berbeda menghasilkan lignin terlarut,
(Ld). Sedangkan Vazquez dkk. [1995] mengasumsikan bahwa mekanisme
delignifikasi terjadi dengan reaksi seri orde satu tanpa membedakan fraksi cepat
maupun fraksi lambat.
Secara sederhana mekanisme yang terjadi pada proses delignifikasi TKS
dalam media asam formiat adalah reaksi paralel orde satu sebagai berikut:

Lf Ld ............................................................................………. (1)

Ls Ld ………............................................................................ (2)

Model delignifikasi ditunjukkan pada persamaan (3):

………....................................................... (3)

dengan,
PRL = lignin sisa, %
Y = perolehan pulp, %
LC = kadar lignin setelah delignifikasi, %
LCO = lignin sebelum delignifikasi, %
= fraksi lignin yang bereaksi cepat
t = waktu reaksi, menit
kf = koefisien fraksi lignin bereaksi cepat
ks =koefisien fraksi lignin bereaksi lambat

Tabel 1. menyajikan nilai parameter delignifikasi yang dihitung secara


regresi non-linear menyesuaikan model terhadap data percobaan untuk
menentukan mekanisme paling sesuai dalam delignifikasi TKS. Dari parameter
delignifikasi yang dihasilkan menunjukkan model Parajo dkk. [1993] memiliki R-
square >95%.
Gambar 2. menggambarkan secara jelas perilaku delignifikasi TKS dalam
media asam formiat. Penurunan perolehan lignin sisa terhadap peningkatan
waktu reaksi menunjukkan bahwa mekanisme delignifikasi terjadi dalam dua
tahap dengan laju berbeda. Delignifikasi berlangsung sangat cepat pada tahap

220 Seminar Nasional Sains & Teknologi – III


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
PROSIDING III “Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“

awal reaksi (5-15 menit) dan berlangsung sangat lambat pada tahap berikutnya.
Pada tahap awal persentase lignin sisa mencapai 35% dari lignin awal biomassa,
artinya jumlah lignin yang dapat disisihkan mencapai 65% dari lignin awal TKS
sebelum delignifikasi dan bereaksi cepat dengan pelarut. Untuk penambahan
waktu reaksi yang lebih lama (sampai 240 menit) ternyata penurunannya hanya
bertambah 5% dan lignin bereaksi lambat dengan pelarut.
Perilaku delignifikasi TKS dalam media asam formiat mengikuti trend umum
dalam delignifikasi pulping, baik proses konvensional (kraft) [Thomas dkk. 2007]
maupun proses organosolv [Parajo dkk. 1993, Vazquez dkk. 1995, Fadhlah dkk.
2002, Kham dkk. 2005 dan Villaverde 2009], yaitu awal terjadi delignifikasi sangat
cepat (bulk delignifikasi) dan diikuti dengan delignifikasi lambat (residual
delignifikasi).
Kenaikan konsentrasi asam formiat sebagai pelarut dan peningkatan waktu
reaksi juga memperbesar derajat delignifikasi TKS. Semakin tinggi konsentrasi
asam formiat maka semakin tinggi kemampuan pelarut dalam menyisihkan lignin
karena semakin banyak jumlah ion H+ yang dapat memutus ikatan lignin dari
makromolekul lignin. Selain itu, lamanya waktu reaksi dapat memperbesar
jumlah lignin tersisihkan karena semakin banyak lignin yang dapat bereaksi
dengan pelarut. Namun reaksi lignin dengan pelarut ternyata semakin lama akan
menjadi lambat seiring dengan peningkatan waktu reaksi. Kemudian dalam
kondisi proses yang dipelajari, pengaruh penambahan katalis ternyata tidak
mengakibatkan terjadinya polimerisasi kembali lignin terlarut, terlihat dari
persentase lignin sisa yang cenderung terus menurun dari waktu ke waktu.

Tabel 1. Hasil Regresi Non-Linear Menggunakan Model-Model Delignifikasi

Parameter Konsentrasi Asam Formiat (%-berat)


Model
Delignifikasi 70 80 90
Α 0,587 0,644 0,695
Parajo dkk. kf 0,260 0,406 0,428
[1993] -3 -3 -3
ks 2,54x10 1,4 x 10 2,91x 10
2
R 97,57 98,82 99,67
C1 0,806 0,759 0,773
Vazquez dkk. -3 -3
K 1,63 x 10 2,41x 10 2,82 x 10-3
[1995]
2
R 61,82 59,59 70,80

PEROLEHAN PULP DAN KADAR LIGNIN PULP


Hasil percobaan dari variasi variabel operasi menghasilkan pulp dengan
yield dan kadar lignin seperti yang ditampilkan dalam Tabel 2. Secara
keseluruhan, yield yang dihasilkan berkisar dalam rentang 35-63% dengan kadar
lignin pulp 8-13,5%. Peningkatan waktu reaksi pada rentang harga variabel yang
dipilih (60-240 menit) memberikan perolehan pulp sekitar 35-48% dengan kadar
lignin pulp 8-11,2%. Perolehan pulp dari hasil penelitian lebih rendah jika

Seminar Nasional Sains & Teknologi – III 221


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“ PROSIDING III

dibandingkan dengan pulp berbahan baku kayu yang diproses dengan pelarut
sama [Dapia dkk. 2003].

Gambar 2. Perilaku Delignifikasi Tandan Kosong Sawit Dalam Media Asam


Formiat

Perolehan pulp menurut standar industri pulp berkisar antara 40-55%,


sehingga hasil yang diperoleh dari penelitian ini memenuhi standar untuk
digunakan sebagai bahan baku kertas. Namun, perolehan pulp yang didapat
ternyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Azman dkk. 2002
dan Dewi 2007 dengan bahan baku dan media pelarut sama. Perolehan pulp TKS
yang dihasilkan oleh Azman dkk. [2002] berkisar antara 32,8-42,3% dan Dewi
[2007] sekitar 19,3-39,73%. Dari penelitian Snell dkk. [2004] yang mengkaji
percobaan pembuatan pulp TKS dengan larutan pemasak KOH dari abu TKS
menghasilkan yield pulp sebesar 40% maka hasil pada penelitian delignifikasi TKS
dalam media asam formiat juga masih lebih tinggi.
Kadar lignin pulp yang didapat cukup berimbang jika dibandingkan
dengan hasil dari penelitian Snell et al. [2004]. Penelitian Snell dkk. [2004]
menghasilkan kadar lignin pulp sekitar 10%. Sedangkan jika dibandingkan dengan
kadar lignin pulp dari bahan baku kayu, kadar lignin pulp yang didapat hampir
berimbang. Umumnya pulp dari bahan baku kayu menurut standar industri pulp
menghasilkan pulp dengan kadar lignin antara 4,3-14,4% sehingga kadar lignin
yang didapat masih memenuhi standar industri pulp.

222 Seminar Nasional Sains & Teknologi – III


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
PROSIDING III “Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“

Tabel 2. Hasil Percobaan pada Variasi Variabel Operasi

Variabel Operasi
Yield Pulp Kadar Lignin
Run Konsentrasi Asam Formiat Waktu (%) (%)
(%-berat) (menit)
1 70 5 63,120 13,480
2 70 10 60,732 13,203
3 70 15 54,504 13,046
4 70 30 49,093 12,652
5 70 45 48,640 12,074
6 70 60 47,612 11,270
7 70 90 44,498 11,147
8 70 120 43,561 10,852
9 70 240 44,438 10,532
10 80 5 53,507 12,593
11 80 10 51,844 12,578
12 80 15 49,305 11,752
13 80 30 44,800 11,071
14 80 45 44,317 10,958
15 80 60 43,924 10,654
16 80 90 42,866 9,396
17 80 120 41,868 9,241
18 80 240 39,117 9,089
19 90 5 49,637 13,129
20 90 10 47,672 12,150
21 90 15 44,861 11,805
22 90 30 43,168 11,137
23 90 45 43,682 11,099
24 90 60 42,654 10,234
25 90 90 41,173 9,455
26 90 120 41,838 9,786
27 90 240 35,611 8,033

SELEKTIFITAS
Adanya penambahan sejumlah kecil katalis H2O2 dalam asam formiat
memberikan pengaruh positif terhadap delignifikasi. Penambahan hidrogen
peroksida dalam asam formiat akan membentuk asam peroksiformiat sehingga
mempercepat berlangsungnya delignifikasi dan melindungi selulosa dari
hidrolisis asam formiat [Azman dkk 2002 dan Kham 2005]. Hasil percobaan juga
menunjukkan bahwa hidrogen peroksida sebagai katalis menambah kelarutan
lignin dalam cairan pemasak dan mempercepat reaksi yang terjadi sehingga
meningkatkan derajat delignifikasi. Selain itu, H2O2 tidak reaktif terhadap
polisakarida dapat memperbesar selektifitas delignifikasi.Selektifitas delignifikasi
dapat dihitung dari perbandingan yield pulp terhadap persentase lignin sisa. Pada
Gambar 3. menyajikan selektifitas delignifikasi TKS dalam media asam formiat terhadap
variabel operasi yang digunakan. Peningkatan konsentrasi asam formiat dari 70%
menjadi 90% ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap selektifitas delignifikasi.
Kecenderungan nilai perbandingan yield pulp dan persentase lignin sisa untuk
peningkatan konsentrasi asam formiat hampir sama, yang ditandai dengan garis linear.

Seminar Nasional Sains & Teknologi – III 223


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
“Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“ PROSIDING III

Gambar 3. Selektifitas Delignifikasi Tandan Kosong Sawit dalam Media Asam


Formiat

KESIMPULAN
Penelitian delignifikasi TKS dalam media asam formiat memberikan
beberapa kesimpulan yaitu, delignifikasi TKS dalam media asam formiat dengan
konsentrasi asam formiat 70, 80 dan 90%-berat serta katalis H2O2 5%-berat dapat
terjadi dan peningkatan konsentrasi asam formiat memperbesar jumlah lignin
yang dapat disisihkan dari TKS. Perilaku delignifikasi TKS dalam media asam
formiat yang diperoleh juga menguatkan kembali asumsi mekanisme delignifikasi
yang diajukan Parajo dkk. [1993], bahwa lignin bereaksi terdiri dari fraksi lignin
cepat dan lambat berupa reaksi paralel orde satu, dengan tingkat kesesuaian
model pada data percobaan melebihi 95% (R-square > 95%). Selain itu,
peningkatan konsentrasi asam formiat ternyata tidak memberikan pengaruh
terhadap selektifitas delignifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Azman, N., A. E. Putra, Zulfansyah dan P.S Utama, 2002, Pembuatan Pulp dari
Tandan Kosong Sawit dengan Proses Milox, Prosiding Skripsi Terbaik
Universitas Riau 2002, Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru.
2. Dapia S., H. Sixta, Borgards A., Harms H., Parajó J.C., 2003, TCF Bleaching of
Hardwood Pulps Obtained in Organic Acid Media: Production of Viscose-
Grade Pulp, Das Papier, 61: 363-368.
3. Darianto, J.S., 2008, Limbah Sawit, Bahan Baku Pulp yang Murah,
http://www.SitusHijau.co.id, 21 November 2009.
4. Dewi S. K., 2007, Pembuatan Pulp Tandan Kosong Sawit Dengan Proses Milox
Tahap Tunggal. Laporan Peneltian [Tidak Dipublikasikan], Sarjana
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.

224 Seminar Nasional Sains & Teknologi – III


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010
Prosiding : Seminar Nasional Sains & Teknologi – III
PROSIDING III “Peran Strategis Sains & Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa“

5. Fadhlah, S., Indra, A., Zulfansyah dan Peratenta, M., 2002, Delignifikasi Sisa
Ketaman Kayu Dalam Media Asam Asetat, Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Proses dan Pemanfaatannya Teknik Kimia
2002, Medan: A01-102-7.
6. Jahan M. S., Rubaiyat A., Sabina R., 2007, Evaluation of Cooking Process for
Trema Orientalis Pulping, Pulp and Paper Research Division, 66: 853-
859.
7. Kham L., Bigot Y. L., Delmas M., Avignon G., 2005, Delignification of Wheat
Straw Using A Mixture of Carboxylic Acids and Peroxoacids, Industrial
Crops and Products An International Journal, 21: 9-15.
8. Ligero P., Villaverde J. J, Vega A., Bao M., 2008, Pulping cardoon (Cynara
cardunculus) with Peroxiformic Acis (Milox) in One Single Stage,
Bioresource Technology, 99: 5687-5693.
9. Parajo J.C., Alonso J.L , and Vazquez D., 1993, On The Behavior of Lignin And
Hemicellulose During Acetosolv Processing, Bioresource Technology,
46:233-240.
10. Shatalov A. A., Pereira H., 2006, Papermaking Fibers from Giant Reed
(Arundo Donax L.) by Advanced Ecologically Friendly Pulping and
Bleaching Technologies, Bioresource Technology, 1(1), 45-61.
11. Thomas R., Singh S. P. dan Subrahmanyam S. V., 2007, A Study On Oxygen
Delignification of Melocanna Baccifera (Muli Bamboo) Kraft Pulp,
Bioresource Technology, 2(3), 430-441.
12. Vazquez G., Antorrena G. Gonzales J., 1995, Acetosolv Pulping of Eucalyptus
Globulus Wood by Acetic. Part I. The Effect of Operational Variable on
Pulp Yield , Pulp Lignin Content and Pulp Potential Glucose Content,
Wood Science and Technology, 28:387-402.
13. Villaverde J. J., Ligero P., Vega A., 2009, Formic And Acetic Acid as Agent for a
Cleaner Fractionation of Miscanthus x gigantus, Journal of Cleaner
Production, 18: 395-401.

Seminar Nasional Sains & Teknologi – III 225


Lembaga Penelitian – Universitas Lampung, 18 – 19 Oktober 2010

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai