Anda di halaman 1dari 2

Awal perkembangan Islam di Afrika dapat dilacak sejak abad ketujuh Masehi , ketika Nabi

Muhammad saw menyarankan sejumlah sahabat untuk menghindari penindasan kaum kafir Mekkah
dengan hijrah menyeberangi Laut Merah ke Kerajaan Kristen Abisinia (saat ini Etiopia) yang
diperintah oleh al-Najashi. Dalam tradisi Islam, peristiwa ini disebut hijrah pertama. Afrika menjadi
tempat berlindung pertama bagi kaum Muslimin dan tempat pertama bagi tumbuhnya Islam di luar
Semenanjung Arab.

Perkembangan Awal

Tujuh tahun setelah Nabi Muhammad saw wafat (pada 639 M), bangsa Arab bergerak menuju Afrika
dan dalam dua generasi Islam telah menyebar di Afrika Utara dan seluruh wilayah Maghribi Tengah.
Pada abad berikutnya, konsolidasi jaringan perdagangan Muslim, yang berkaitan dengan garis
keturunan, perniagaan, dan persaudaraan sufi, telah sedemikian kuat di Afrika Barat, sehingga
pengaruh politik dan kekuasaan kaum Muslimin begitu besar di wilayah tersebut.

Pada masa pemerintahan Umar II, Gubernur Afrika saat itu, Ismail ibnu Abdullah, bisa menarik orang
Berber ke dalam Islam dengan pemerintahannya yang adil. Sebelumnya, Abdallah ibnu Yasin telah
merintis dakwah Islam yang bisa merangkul ribuan orang Berber ke dalam Islam.

Kerajaan-Kerajaan Islam

Pada pertengahan abad kesebelas, Kerajaan Kanem, yang pengaruhnya menyebar hingga Sudan,
beralih ke Islam. Sementara di Afrika Barat, penguasa Kerajaan Bornu juga memeluk Islam.
Selanjutnya, penduduk kerajaan-kerajaan tersebut dengan patuh mengikuti para penguasanya. Ibnu
Batutah, penjelajah termasyhur dari abad keempat belas, memuji kesalehan umat Islam Afrika
dengan mengatakan bahwa masjid-masjid penuh dengan jamaah pada hari Jumat, sehinggan orang
yang tidak datang lebih awal tidak akan kebagian tempat untuk duduk.

Pada abad keenam belas, penguasa Kerajaan Quaddai dan Kerajaan Kano memeluk Islam. Pada
abad kedelapan belas, Kekhalifahan Sokoto di Nigeria, yang dipimpin Usman dan Fodio berperan
besar dalam menyebarkan Islam. Saat ini, Islam merupakan agama mayoritas di Afrika, terutama di
Afrika Utara dan Timur Laut, juga di daerah Sahel. Islam menjadi bagian dari keragaman budaya,
adat, dan hukum di berbagai bagian Benua Afrika.

Keragaman

Islam di Afrika tidak statis dan terus menerus terbentuk kembali oleh perubahan kondisi sosial,
ekonomi, dan politik. Islam Afrika memiliki dimensi lokal dan global. Di tingkat lokal, kaum Muslimin
(termasuk Muslimin Afrika) menjalankan agamanya secara otonom dan tidak memiliki organisasi
internasional yang mengatur praktik keagamaan mereka. Kenyataan ini menyebabkan perbedaan
dan keragaman praktik keagamaan Islam di seluruh Benua Afrika.

Bagaimanapun, di tingkat global, kaum Muslimin Afrika merupakan bagian dari umat, komunitas
Islam dunia, dan dengan antusias mengikuti perkembangan isu-isu dan peristiwa terbaru yang
memengaruhi dunia Islam. Dengan adanya globalisasi dan penemuan-penemuan baru di bidang
teknologi informasi, kaum Muslimin Afrika kian berkembang dan menjaga kedekatan mereka dengan
dunia Islam yang lebih luas.
Kaum Muslimin Afrika, seperti kaum Muslimin lainnya di Asia, Timur Tengah, dan di seluruh dunia,
tampaknya sedang berjuang menentukan arah Islam di masa depan. Inti perjuangan tersebut
berkaitan dengan masalah jalan yang harus ditempuh umat Islam dalam menjalankan agamanya.
Mayoritas umat Islam tampaknya memilih berada di jalur moderat yang toleran. Namun, sebagian
lagi, yang jumlahnya relatif kecil tapi terus bertambah, menginginkan bentuk keagamaan yang lebih
ketat, yang mendikte dan mengontrol semua aspek dalam masyarakat.

Sufisme

Sufime memiliki banyak pengikut di Afrika Barat dan Sudan. Di wilayah ini terdapat berbagai aliran
sufi. Tarekat Muridiyah memiliki jutaan pengikut di Senegal dan Gambia. Aliran ini didirikan oleh
Amadou Bamba.

Tarekat Tijaniyah memiliki banyak pengikut di Afrika Barat, yakni di Mauritania, Mali, Niger, Senegal,
dan Gambia. Aliran tarekat ini sebenarnya berasal dari Afrika Utara. Sidi Ahmad al-Tijani (1737 –
1815 M), yang lahir di Aljazair dan wafat di Maroko mendirikan Tarekat Tijaniyah pada 1781 M.

Syariah

Sebagian besar negara Afrika membatasi penggunaan syariah hanya untuk masalah-masalah “hukum
status pribadi”, seperti pernikahan, perceraian, warisan, dan hak asuh anak. Kecuali di Nigeria dan
Somalia, sekularisme tidak mendapat tentangan serius di Afrika. Di sebagian besar wilayah, Muslim
dan non-Muslim hidup berdampingan secara damai.

Populasi umat Islam terbesar di Afrika Sub-Sahara tinggal di Nigeria. Pada 1999 negara-negara
bagian di Nigeria bagian utara menerapkan syariah. Sementara Mesir, salah satu negara yang
populasi umat Islamnya paling besar di Afrika, menyatakan syariah sebagai sumber utama hukum di
negara tersebut, tetapi hukum pidana dan perdata di Mesir sebagian besar berasal dari hukum
Prancis.

Perkembangan Terbaru

Arab Saudi dan Iran merupakan dua negara yang dapat dikatakan sedang berebut pengaruh dalam
mengembangkan Islam di Afrika. Lembaga-lembaga dari Arab Saudi membangun masjid-masjid dan
Islamic center di Afrika. Masjid-masjid dan Islamic center tersebut dikelola oleh orang-orang asli
Afrika yang telah dididik di Timur Tengah.

Sementara itu, Iran tidak hanya menyebarkan Islam versi mereka (Syiah), tetapi juga memperluas
perdagangan dengan negara-negara Afrika. Negara-negara Islam Afrika yang menjadi tujuan ekspor
Iran, antara lain Sudan, Libia, dan Tunisia. Iran juga mengimpor bahan mentah dan pupuk dari
Maroko, Tunisia, dan Senegal.

Anda mungkin juga menyukai