DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
i
KATA PENGANTAR
Laporan ini disusun sebagai rangkaian akhir praktek klinik keperawatan dan
salah satu bahan pertimbangan penilaian dari pembimbing.Mahasiswa menyadari
sepenuhnya bahwa laporan yang kami buat ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kelompok miliki. Saran dan
kritik yang bersifat membangun merupakan sesuatu yang sangat kami harapkan
demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. dr. Hj. Makiani, SH, M.M, MARS selaku direktur RSUD Palembang BARI
2. dr. Hj. Nurhayati, M.Kes selaku Ketua Stikes ‘Aisyiyah Palembang.
3. Khoirin, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi D3 Keperawatan Aisyiyah
Palembang dan pembimbing akademik Stikes Aisyiyah.
4. Widya Arisandy, S.Kep, Ners, M.Kes selaku Dosen pembimbing Prodi D3
Keperawatan Aisyiyah.
5. dr. M. Ayus Astoni, Sp.PD, FINANSIM sebagai Wakil Direktur Pelayanan
RSUD Palembang BARI
6. Fathul Korib, AS, SIP, M.M M.Si sebagai Wakil Direktur Umum dan
Keuangan RSUD Palembang BARI
7. Hj. Yulia surie, S.Pd, SKM, M.Kes selaku kepala bidang penunjang medis
dan pendidikan RSUD palembang BARI
8. dr, H. Hadi Asyik,Sp.A.selaku ketua Komite Medik RSUD Palembang BARI
9. Masriana, S.Kep, M.Kes sebagai kepala bidang perawatan RSUD Palembang
BARI
ii
10. Firman, Am.Kep, S.Pd, M.Kes sebagai ketua Komite Keperawatan RSUD
Palembang BARI
11. dr. Dina Andriana, M.M selaku kepala instalasi rawat inap RSUD Palembang
BARI
12. Hj. Lilis Suryani,S.Pd sebagai seksi Diklat dan Litbang RSUD Palembang
BARI
13. Fadlun, SST sebagai kordinator pembimbing klinik RSUD Palembang BARI
14. Rini Rosaria, SST sebagai kepala ruangan Ruang Bersalin dan Ruang Nifas
RSUD Palembang BARI
15. Firly Yuliani. SST sebagai pembimbing Klinik Ruang Bersalin RSUD
Palembang BARI
16. Seluruh staf dan tenaga medis RSUD Palembang BARI
17. Mahasiswa STIKES‘Aisyiyah angkatan XIX atas komitmen yang tinggi
sehingga kita bisa menyelesaikan praktik keperawatan ini yang bisa melewati
suka duka selam di RSUD Palembang BARI.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang tidak kami
sebutkan satu per satu, atas bantuan dan dukungannya yang telah diberikan
selama kami menjalankan praktik ini, semoga amal ibadah dan budi yang
diberikan kepada kami dapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Kelompok
iii
DAFTAR ISI
iv
Daftar Pustaka ..................................................................................... 30
BAB III TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ........................................................................................ 35
3.2 Analisa data ...................................................................................... 41
3.3 Intervensi Keperawatan .................................................................... 43
3.4 Implementasi Keperawatan .............................................................. 48
3.5 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 50
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ........................................................................................ 52
4.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................... 52
4.3 Implementasi Keperawatan .............................................................. 52
4.4 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 53
LAMPIRAN ................................................................................................ 55
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih
hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas
adaptasi atau elatisitas jaringan. Oleh karena itu, pertimbangan untuk
melakukan episiotomi harus mengacu pada pertimbangan klinik yang tepat
dan teknik yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tersebut.Sehingga
sebagai perawat harus ikut berperan serta dalam upaya perawatan episiotomi
dengan mengikutsertakan keluarga dan pasien dalam penyuluhan pentingnya
perawatan episiotomi sehingga mencegah infeksi dan mempercepat
penyembuhan dan perbaikan jaringan (Rusda, M. 2004. Anestasi Infiltrasi
PadaEpisiotomi).
1. Tujuan Umum
Mengetahui pentingnya perawatan secara nyata tentang asuhan
Keperawatan pasien dengan persalinan normal episiotomi di Ruang
Bersalinan RSUD Palembang BARI
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan persalinan normal
episiotomi di Ruangan Persalinan RSUD Palembang BARI.
b. Mendeskripsikan permasalahan (diagnosa keparawatan) pada
pasien dengan persalinan normal episiotomi di Ruangan Persalinan
RSUD Palembang BARI.
c. Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan (intervensi) pada
pasien dengan persalinan normal episiotomi di Ruangan Persalinan
Palembang BARI.
d. Mendeskripsikan dan dapat melaksanakan implementasi pada
pasien dengan persalinan normal episiotomi di Ruangan Persalinan
Palembang BARI.
e. Mendeskripsikan evaluasi (catatan perkembangan) pada pasien
dengan persalinan normal episiotomi di Ruangan Persalinan
Palembang BARI.
2
f. Membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan persalinan
normal episiotomi di Ruangan Persalinan Palembang BARI.
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengaplikasikan pengalaman, pemahaman
tentang bagaimana mengelola dan mencapai tujuan asuhan keperawatan
Berkualitas pada situasi yang nyata.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1.3 Sejarah
2.1.3.1 Sejarah berdirinya RSUD Palembang BARI
1. Tahun 1985 – 1994 RSUD Palembang BARI merupakan gedung
poli klinik atau Puskesmas Panca Usaha.
2. Tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang
BARI dengan SK Depkes No 1326/Menkes/SK/XI/1997
3. Tanggal 10 November 1997 menjadi RSUD Palembang BARI
kelas C
4. Tanggal 7 November 2003 berdasarkan Kepmenkes RI Nomor
HK.00.06.2.2.4646 tentang pemberian akreditasi penuh kepada
RSUD Palembang BARI
5. Tanggal 5 Februari 2008 berdasarkan Kepmenkes RI Nomor
YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian akreditasi tingkat lanjut
kepada RSUD Palembang BARI
6. Tanggal 2 April 2009 berdasarkan Kepmenkes RI Nomor
241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelas RSUD
Palembang BARI menjadi kelas B
7. Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD Palembang Bari berdasarkan
keputusan Walikota Palembang No. 915 B tahun 2008 tentang
penetapan RSUD Bari sebagai SKPD Palembang yang menerapkan
pola pengelolahan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
8. KAKS – SERT/363/5/2012/tentang status akreditasi lulus tingkat
lengka kepada Rumahw Sakit Palembang BARI tanggal 25 januari
2012.
5
4. Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : pelaksana tugas dr. M.
Faisal Soleh, SpPD.
5. Tanggal 14 November 2000 s.d sekarang : dr. Hj. Indah Puspita,
H.A, MARS sebagai direktur RSUD Palembang BARI.
6. Bulan Januari 2012 s.d sekarang : Pembina dr. Hj. Makiani, SH,
M.M, MARS sebagai direkturr RSUD Palembang BARI.
6
7. Poliklinik Spesialis Syaraf
8. Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin
9. Poliklinik Spesialis Jiwa
10. Poliklnik Spesialis rehabilitasi medik
11. Poliklinik jantung
12. Poliklinik gigi
13. Poliklinik Psikologi
14. Poliklinik tumbuh kembang
Telpon : (0711)514165-519211
7
2.1.6 Keunggulan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
2.1.6.1 Biaya perawatan lebih murah di banding rumah sakit lain di kota
Palembang
2.1.6.2 Merupakan satu-satunya rumah sakit milik pemerintah daerah
yang sudah menjadi tipe B di Sumatera Selatan
2.1.6.3 Fasilitas di poliklinik RSUD Palembang BARI langsung di
layani oleh dokter spesialis.
8
dispareuni. Episiotomi jenis ini dapat menyebabkan ruptur perinei
totalis.
2. Episiotomi mediolateral, merupakan jenis insisi yang banyak
digunakan karena lebih aman.
3. Episiotomi lateral, tidak dianjurkan karena hanya dapat
menimbulkan sedikit relaksasi introitus, pendarahan lebih banyak,
dan sukar direparasi.
9
2) Uterus
Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding tebal
yang sebagian tertutup oleh peritoneum atau serosa. Berfungsi untuk
implantasi, memberi perlindungan dan nutrisi pada janin, mendorong
keluar janin dan plasenta pada persalinan serta mengendalikan pendarahan
dari tempat perlekatan plasenta.
Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri atas
dua bagian yaitu bagian atas berbentuk segitiga yang merupakan badan
uterus yaitu korpus dan bagian bawah berbentuk silindris yang merupakan
bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum atau tuba falopi bermula
dari kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan batas superior dan
lateral. Bagian atas uterus yang berada diatas kornus disebut fundus.
Bagian uterus dibawah insersi tuba falopi tidak tertutup langsung oleh
peritoneum, namun merupakan tempat pelekatan dari ligamentum latum.
Titik semu serviks dengan korpus uteri disebut isthmus uteri. Bentuk dan
ukuran bervariasi serta dipengaruhi usia dan paritas seorang wanita.
Sebelum pubertas panjangnya bervariasi antara 2,5−3,5 cm. Uterus wanita
nulipara dewasa panjangnya antara 6−8 cm sedang pada wanita multipara
9-10 cm. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram,
sedangkan pada wanita yang belum pernah melahirkan 80 gram atau lebih.
Pada wanita muda panjang korpus uteri kurang lebih setengah panjang
serviks, pada wanita nulipara panjang keduanya kira-kira sama. Sedangkan
pada wanita multipara, serviks hanya sedikit lebih panjang dari sepertiga
panjang total organ ini. (Sumber: Wiknjo Sastro, 2012).
10
pembentukan segmen bawah rahim. Pada bagian inilah dinding uterus
dibuka jika mengerjakan section caesaria trans peritonealis profunda.
Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan arteri
ovarika. Arteri uterina yang merupakan cabang utama arteri hipogastrika
menurun masuk dasar ligamentum latum dan berjalan ke medial menuju
sisi uterus. Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu arteri
serviko vaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan
bagian atas vagina. Cabangutama memperdarahi bagian bawah serviks dan
korpus uteri. Arteri ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam
ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvikum. Sebagian
darah dari bagian atas uterus, ovarium dan bagian atas ligamentum
latum.dikumpulkan melalui vena yang didalam ligamentum latum,
membentuk pleksus pampiniformis yang berukuran besar, pembuluh darah
darinya bernuara di vena ovarika. Vena ovarika kanan bermuara ke vena
cava, sedangkan vena ovarika kiri bermuara ke vena renalis kiri. (Sumber:
Wiknjo Sastro, 2012).
11
dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine.
Ligamentum uterosakrummenahan uterus supaya tidak bergerak, berjalan
dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan
kanan, sedang ligamentum rotundum menahan uterus antefleksi dan
berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah ingunal kiri dan
kanan.
a. Serviks Uteri Serviks merupakan bagian uterus yang terletak di
bawah isthmus di anterior batas atas serviks yaitu ostium interna,
kurang lebih tingginya sesuai dengan batas peritoneum pada
kandung kemih. Ostium eksterna terletak pada ujung bawah
segmen vagina serviks yaitu portio vaginalis. Serviks yang
mengalami robekan yang dalam pada waktu persalinan setelah
sembuh bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler, atau
menyerupai bintang. Serviks memiliki serabut otot polos, namun
terutama terdiri dari jaringan kolagen, jaringan elastin serta
pembuluh darah. Selam kehamilan dan persalinan, kemampuan
serviks untuk meregang merupakan akibat pemecahan
kolagen.Mukosa kanalis servikalis merupakan kelanjutan
endometrium. Mukosanya terdiri dari satu lapisan epitel kolumner
yang menempel pada membran basalis yang tipis.
b. Korpus Uteri Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu
endometrium, miometrium dan peritoneum.
1. Endometrium
Endometrium merupakan bagian terdalam dari uterus,
berupa lapisan mukosa yang melapisi rongga uterus pada
wanita yang tidak hamil. Endometrium berupa membran
tipis berwarna merah muda, menyerupai beludru, yang bila
diamati dari dekat akan terlihat ditembusi oleh banyak
lubang-lubang kecil yaitu muara kelenjar uterine. Tebal
endometrium 0,5−5 mm. Endometrium terdiri dari epitel
permukaan, kelenjar dan jaringan mesenkim antar kelenjar
12
yang didalamnya terdapat banyak pembuluh darah. Kelenjar
uterine berbentuk tubuler keadaan istirahat menyerupai jari
jemari dari sebuah sarung tangan. Sekresi kelenjar berupa
suatu cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga rongga
uterus tetap lembab.
2. Miometrium
Miometrium merupakan lapisan dinding uterus yang
merupakan lapisan muskuler. Miometrium merupakan
jaringan pembentuk sebagian besar uterus, terdiri kumpulan
otot polos yang disatukan jaringan ikat dengan banyak
serabut elastin di dalamnya. Selama kehamilan miometrium
membesar namun tidak terjadi perubahan berarti pada otot
serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot yang terdiri
atas tunikla muskularis longitudinalis eksterna, oblique
media, sirkularis interna dan sedikit jaringan fibrosa.
3. Peritonium
Peritoneum merupakan lapisan serosa yang menyelubungi
uterus, dimana peritoneum melekat erat kecuali pada daerah
di atas kandung kemih dan pada tepi lateral dimana
peritoneum berubah arah sedemikian
rupa membentuk ligamentum latum.
13
Keterangan :
1) Mons Veneris
Mons veneris adalah bagian menonjol diatas simfisis.Pada wanita
dewasa ditutupi oleh rambut kemaluan.pada wanita umumnya batas
atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis,sedangkan ke bawah
sampai sekitar anus dan paha.
2) Labia Mayora (bibir-bibir besar)
Terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke
bawah,terisi jaringan lemak serupa dengan yang ada di mons
veneris.Ke bawah dan belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.
3) Labia Minora (bibir-bibir kecil)
Labia Minora adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam
bibir besar.Ke depan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk diatas
klitoris preputium klitoridis dan dibawah klitoris frenulum
klitoridis.Ke belakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk fossa
navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
glandula sebasea dan urat saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat
sensitif dan dapat mengembang.
4) Klitoris
Kira-kira sebesar kacang ijo tertutup oleh preputium klitoridis,
terdiri atas glans klitoridis ,korpus klitoridis, dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis.Glans klitoridis terdiri atas
jaringan yang dapat mengembang ,penuh urat saraf dan amat sensitif.
5) Vulva
Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang
dan dibatasi dimuka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil
dan dibelakang oleh perineum; embriologik sesuai sinus
urogenitalis.Di vulva 1-1,5 cm di bawah klitoris ditemukan orifisium
uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan
.tidak jauh dari lubang kemih di kiri dan kanan bawahnya dapat dilihat
dua ostia skene.Sedangkan di kiri dan bawah dekat fossa navikular
14
terdapat kelenjar bartholin, dengan ukuran diameter ± 1 cm
terletakdibawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil
panjang 1,5-2 cm yang bermuara di vulva.Pada koitus kelenjar
bartolin mengeluarkan getah lendir.
6) Bulbus Vestibuli Sinistra et Dekstra
Terletak di bawah selaput lendir vulva dekat ramus os pubis,
panjang 3-4 cm ,lebar 1-2 cm dan tebal 0,51- 1cm; mengandung
pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernosus
dan muskulus konstriktor vagina.Saat persalinan kedua bulbus tertarik
ke atas ke bawah arkus pubis, tetapi bagian bawahnya yang
melingkari vagina sering mengalami cedera dan timbul hamatoma
vulva atau perdarahan.
7) Introitus Vagina
Mempunyai bentuk dan ukuran berbeda , ditutupi selaput dara
(hymen). Himen mempunyai bentuk berbeda – beda.dari yang
semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang- lubang atau yang ada
pemisahnya(septum);konsistensinya dari yang kaku sampai yang
lunak sekali. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari
yang seujung jari sampai yang mudah dilalui oleh 2 jari.Umumnya
himen robek pada koitus.Robekan terjadi pada tempat jam 5 atau jam
7 dan sampai dasar selaput dara.Sesudah persalinan himen robek pada
beberapa tempat.
8) Perineum Terletak antara vulva dan anus , panjangnya rata-rata 4 cm
15
uterus saat kehamilan enam minggu beratnya kira- kira 1000 gr.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus kurang lebih 1 cm diatas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari
keenam fundus normal berada dipertengahan antara umbilikus dan
simfisis fubis. Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam
panggul sejati lagi, beratnya kira-kira 500 gr, dua minggu beratnya
350 gr, enam minggu berikutnya mencapai 60 gr (Sumber: Wiknjo
Sastro, 2012).
2. Konstraksi Uterus
3. Tempat Plasenta
Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vaskuler
dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang
meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium
menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah
pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuhan luka. Proses penyembuhan memampukan
endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan
memungkinkan implantasi untuk kehamilan dimasa yang akan
datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga
pascapartum, kecuali bekas tempat plasenta (Bobak, 2010:493).
16
4. Lochea
Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir,
mula-mula berwarna merah lalu menjadi merah tua atau merah
coklat. Rabas mengandung bekuan darah kecil. Selama 2 jam
pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak
boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi.
Lochea rubra mengandung darah dan debris desiduadan debris
trofoblastik.Aliran menyembur menjadi merah muda dan coklat
setelah 3-4 hari (lochea serosa). lochea serosaterdiri dari darah
lama (old blood), serum, leukosit dan debris jaringan. Sekitar 10
hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai
putih (lochea alba). Lochea albamengandung leukosit, desidua, sel
epitel, mucus, serum dan bakteri. Lochea alba bertahan selama 2-6
minggu setelah bayi lahir (Bobak, 2010: 494).
5. Serviks
Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya lebih padakembali
kebentuk semula. Muara serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu
melahirkan, menutup bertahap 2 jari masih dapat dimasukkan
Muara serviks hari keempat dan keenam pascapartum (Bobak,
2004: 495).
17
7. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan
payudara selama wanita hamil (estrogen, progesteron, human
chrorionic gonadotropin, prolaktin, dan insulin) menurun dengan
cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga atau keempat pascapartum
terjadi pembengkakan(engorgement). Payudara bengkak, keras,
nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh darah
menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang dengan
sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai
36 jam. Apabila bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi
berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu. Ketika laktasi
terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang
terisi berubah dari hari kehari. Sebelum laktasi dimulai, payudara
terasa lunak dan keluar cairan kekuningan, yakni kolostrum,
dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara terasa
hangat dan keras waktu disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama
48 jam, susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim) dapat
dikeluarkan dari puting susu (Bobak, 2010:498).
18
enzime insulinasemembalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga
kadar gula darah menurun pada masa puerperium. Pada wanita
yang tidak menyusui, kadar estrogen meningkat padaminggu kedua
setelah melahirkan dan lebih tinggi dari wanita yang menyusui
pascapartum hari ke-17
12. Sistem Kardiovaskuler Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir,
volume darah biasanya turun sampai mencapai volume sebelum
hamil.Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung
meningkat sepanjang hamil. Setelah wanita melahirkan meningkat
tinggi selama 30-60 menit, karena darah melewati sirkuit
uteroplasenta kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung
normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10 minggu setelah wanita
melahirkan
19
13. Sistem Neurologi
Perubahan neurologi selama puerperium kebalikan adaptasi
neourologis wanita hamil, disebabkantrauma wanita saat bersalin
dan melahirkan. Rasa baal dan kesemutan pada jari dialami 5%
wanita hamil biasanya hilang setelah anak lahir. Nyeri kepala
pascapartum disebabkan hipertensi akibat kehamilan , strees dan
kebocoran cairan serebrospinalis. Lama nyeri kepala 1-3 hari dan
beberapa minggu tergantung penyebab dan efek pengobatan.
2.2.3 Etiologi
Faktor dilakukan episiotomi menurut Depkes RI 1996 adalah :
1) Persalinan yang lama karena perinium yang
kaku
2) Gawat janin
3) Gawat ibu
4) Pada tindakan operatif (ekstraksi cunam,
vakum).
20
Sedangkan menurut Rusda (2011), penyebab dilakukan episiotomi berasal
dari faktor ibu maupun faktor janin.
Faktor ibu antara lain:
1. Primigravida
2. Perinium kaku dan riwayat robekan perinium pada persalinan lalu .
3. Terjadi peregangan perinium berlebihan misalnya persalinan sungsang,
persalinan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar.
4. Arkus pubis yang sempit.
2.2.4 Patofisiologi
Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan yang
lama: gawat janin (janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan
operatif dan gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan perineum lalu,
arkus pubis sempit). Persalinan dengan episiotomi mengakibatkan
terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan menekan pembuluh syaraf
sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu akan merasa cemas sehingga takut
BAB dan ini menyebabkan Resti konstipasi.Terputusnya jaringan juga
merusak pembuluh darah dan menyebabkan resiko defisit volume cairan.
Terputusnya jaringan menyebabkan resti infeksi apabila tidak dirawat
dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko terjadi
infeksi.
Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan
ibu berada dalam masa nifas. Pada saat masa nifas ibu mengalami
perubahan fisiologis dan psikologis. Perubahan fisiologis pada ibu akan
21
terjadi uterus kontraksi.Dimana kontraksi uterus bisa adekuat dan tidak
adekuat. Dikatakan adekuat apabila kontraksi uterus kuat dimana terjadi
adanya perubahan involusi yaitu proses pengembalian uterus ke dalam
bentuk normal yang dapat menyebabkan nyeri/ mules, yang prosesnya
mempengaruhi syaraf pada uterus. Dimana setelah melahirkan ibu
mengeluarkan lochea yaitu merupakan ruptur dari sisa plasenta sehingga
pada daerah vital kemungkinan terjadi resiko kuman mudah
berkembang.Dikatakan tidak adekuat dikarenakan kontraksi uterus lemah
akibatnya terjadi perdarahan dan atonia uteri.Perubahan fisiologis dapat
mempengaruhi payudara dimana setelah melahirkan terjadi penurunan
hormon progesteron dan estrogen sehingga terjadi peningkatan hormon
prolaktin yang menghasilkan pembentukan ASI dimana ASI keluar untuk
pemenuhan gizi pada bayi, apabila bayi mampu menerima asupan ASI dari
ibu maka reflek bayi baik berarti proses laktasi efektif.sedangkan jika ASI
tidak keluar disebabkan kelainan pada bayi dan ibu yaitu bayi menolak,
bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak adekuat berarti proses laktasi tidak
efektif.
22
c. Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)
d. Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior)
2. Laserasi Vagina Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina
cenderung mencapai dinding lateral (sulci) dan jika cukup dalam,
dapat mencapai levator ani.
3. Cedera Serviks Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin
yang keluar. Laserasi serviks akibat persalinan terjadi pada sudut
lateral ostium eksterna, kebanyakan dangkal dan pendarahan minimal
(Bobak, 2004: 344-345).
23
2.2.6 Patoflo
24
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Kontraksi
2. Palpasi ( menurut Leopold ).
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
3. Penurunan kepala
4. Auskultasi DJJ
5. Frekwensi
6. Oedema
7. Luka vagina
8. Kemerahan
9. Varices
10. Pengeluaran cairan
11. Perineum
12. Ekstremitas
Oedema pada tangan dan kaki
Oedema ekstremitas bawah
Varices tungkai dan kaki
Kemerahan
Reflek kanan kiri
Kekakuan sendi
13. Pemeriksaan pervaginam
Dinding vagina
Konsistensi portio
Pembukaan servik
Ketuban
Presentasi janin
Penurunan bagian terendah
25
2.2.8 Komplikasi
1. Pendarahan
Karena proses episiotomi dapat mengakibatkan terputusnya jaringan
sehingga merusak pembuluh darah terjadilah pendarahan.
2. Infeksi
Infeksi terkait dengan jalannya tindakan episiotomi berhubungan
dengan ketidaksterilan alat-alat yang digunakan.
3. Hipertensi
Penyakit hipertensi berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi
sekitar 7% sampai 10% seluruh kehamilan.
4. Gangguan psikososial
Kondisi Psikososial mempengaruhi integritas keluarga dan
menghambat ikatan emosional bayi dan ibu. Bberapa kondisi dapat
mengancam keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayi.
2.2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
a. Tablet Vitamin
b. Tablet Sulfas Feros
c. Oksitosin sesuai indikasi
d. Cairan IV (bila Diperlukan)
e. Obat nyeri, pelunak feses sesuai indikasi
Perawatan masa nifas
a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat, tidur terlenteng
selama 8 jam post partum. Kemudian boleh miring kanan dan kiri
untuk mencegah terjadinya trombosis. Pada hari kedua padat
dilakukan latihan senam, hari ketiga duduk-duduk, hari keempat
jalan-jalan, dan hari kelima boleh pulang. Mobilisasi diatas
mempunyai variasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka-luka.
26
b. Diet
Makanan terus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang
mengandung protein, banyak sayuran dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing secepatnay dapat dilakukan sendiri, apabila
kesulitan kencing sebaiknya lakukan kateterisasi.
d. Defekasi
BAB harus bisa 3-4 hari post partum, bila belum bisa akan terjadi
obstipasi apabila berak keras berikan obat laksanperoral/per rectal,
bila belum lakukan klisma.
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil ke-24
minggu, supaya putting susu lemas, tidak kerass dan kering
sebagian persiapan untuk menyusui bayi, bila bayi meninggal
laktasi harus dihentikan dengan cara : pambalutan mammae sampai
tertekan, Pemberian obat esterogen untuk supresi LH seperti tablet
lynoral dan parldel.
27
6) Nyeri/ketidaknyamanan: Nyeri tekan payudara/pembesaran
tepat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 pasca partum.
7) Seksualitas/reproduksi: Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12
jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 cm setiap harinya
lokhea lubra berlanjut sampai hari ke-2 dan ke-3, berlanjut
menjadi lokhea serosa dengan aliran tergantung pada posisi
(misal: rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktifitas (misal:
menyusui) payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama,
berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3, mungkin
lebih dini tergantung kapan menyusui dimulai.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
persalinan normal episiotomi :
1. Nyeri berhubungan dengan luka Episiotomi
2. Resti konstipasi berhubungan dengan rasa takut ingin BAB
Tujuan dan
No Diognosa Keperawatan Intervensi
Kriteria Hasil
1. Nyeri berhubungan dengan NOC (Nursing NIC (Nursing Intervention
luka Episiotomi Outcomes Classification)
Definisi : pengalaman Classification) Pain management
sensori dan emosional Pain level Lakukan pengkajian nyeri
Yang tidak menyenangkan Pain control secara konfrehensif
yang muncul akibat Comport level termasuk lokasi, frekuensi,
kerusakan jaringan yang Kriteria Hasil: karakteristik, durasi,
aktual atau potensial atau Mampu prekuensi, kualitas, dan
digambarkan dalam hal nengontrol factor presipitasi
kerusakan sedemikian rupa . nyeri (tahu Observasi reaksi nonverbal
Batasan karakteristik: penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan
Perubahan selera makan mampu Gunakan tehnik
Perubahan tekanan menggunakan teraupetik untuk
28
darah tehnik mengetahui pengalaman
Perubahan frekwensi nonfarmakologi nyeri pasien
jantung untuk Kaji kultur yang
Perubahan frekwensi mengurangi mempengaruhi respon
pernafasan nyeri, mencari nyeri
Laporan isyarat bantuan) Evaluasi pengalaman
Diaphoresis Melaporkan nyeri masa lampau
Perilaku distraksi bahwa nyeri Bantu pasien dan
Pengepresikan perilaku berkurang keluarga untuk mencari
dengan
Sikap melindungi area dan menemukan
menggunakan dukungan
nyeri
Fokus menyemput (mis,
manajemen Konrol lingkungan yang
nyeri dapat mempengaruhi
gangguan persepsi nyeri,
Mampu nyeri seperti suhu
hambatan proses
mengenali nyeri ruangan, pencahayaan
berpikir, penurunan
(skala nyeri, dan kebisingan
interaksi dengan orang
intensitas, Kurangi factor presipitasi
dan lingkungan)
frekuensi dan
Indikasi nyeri yang nyeri
tanda nyeri) Pilih dan lakukan
dapat diamati
Menyatak
Perubahan posisi untuk penanganan nyeri
nyaman setelah (farmakologi, non
menghindari nyeri
nyeri berkurang farmakologi dan inter
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil personal)
29
Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tidakan nyeri tidak
berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgetik administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek intruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala
2. Resti konstipasi NOC NIC
berhubungan dengan rasa Bowel Contipation/impacation
takut ingin BAB elimination management
Definisi: Penurunan pada Hydration Monitor tanda dan gejala
30
frekuwensi defakasi yang Kriteria Hasil: konstipasi
disertai oleh kesulitan atau Mempertahanka Monitor bising usus
pengeluaran tidak lengkap n bentuk feses Monitor
fases/ atau pengeluaran feses lunak setiap 1-3 feses:frekuensi,konsistensid
yang kering,keras,dan hari an volume
banyak batasan karakteristik Bebas dari Jelaskan penyebab dan
Nyeri abdomen ketidaknyamana rasionalisasi tindakan
Nyeri tekan abdomen n dan kontipasi terhadapan pasien
dengan teraba dengan Mengidentifikasi Indikasi faktor penyebab
resistensi otot indicator untuk dan kontribusi kontipasi
Nyeri tekan abdomen mencegah Dukung intake cairan
tanpa teraba resistensi konstipasi Kolaborasi pemberian
otot Fases lunak dan laktasif
Anoreksia berbentuk Pantau tanda-tanda gejala
Darah merah pada feses kontipasi
Perubahan pada pola
defekasi
Penuruna frekuwensi
Penurunan pola feses
Distensi abdomen
Rasa rectal penuh
Rasa tekan rectal
Feses keras dan
berbentuk
Faktor yang berhubungan
Fungsional
Kelemahan otot
abdomen
Kebiasaan
mengakibatkan
dorongan defekasi
31
Kurang aktifitas fisik
Kebiasaan defekasi
tidak teratur
Perubahan lingkungan
saat ini
Psikologis
Depresi,stress emosi
Konfusi mental
Farmokogis
Antisida mengandung
aluminium
Antikolinergik,antikol
vusan
Antidepresan
Agents antilipemik
Garam bismuth
Kalsium karbonat
Penyekat saluran
kalsium
Diuretik,garam besi
Penyalah gunaan
laksatif
Agens antiinflamasi
non steroid
Opiate,fenotiazid,sedat
ive
Simpatomimemik
Mekanis
Ketidakseimbangan
elektrolit
Kemoroid
Gangguan
32
neurologist
Kehamilan
Fisiologis
Perubahan pola makan
Penurunan motilitas
traktus gastrointestinal
Asupan serat tidak
cukup
Asupan cairan tidak
cukup
33
Daftar Pustaka
34
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
A. Identitas
Inisial : Ny”D” Nama Suami : Tn”R”
Umur : 20 tahun Umur : 22 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Muara Batun Alamat : Muara batun
No. Register : 509484
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama : Pasien mengatakan ingin melahirkan, mengaku
hamil lebih bulan, gerak anak dirasakan ibu. HPHT: 1-2-2015.
TP: 8-11-2015 TFU : 3 jari di bawah PX.
2. Tanda-tanda inpartu
Kontraksi : Jam 10:30 WIB
Frekuensi : 10 menit dengan Amplitudo 40mmHg
35
Lamanya : 20-30detik
Lokasi ketidaknyamanan : Abdomen
Pengeluaran pervaginaan :
Darah : tidak ada
Lendir : ada
Air Ketuban : ada
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Tekanan Darah : 140/90 mmhg RR : 22x/m
Nadi : 80x/m Temperatur : 36,5ºc
2. Wajah
Oedema : Ada
Conjungtiva : Pucat
Sklera : Ikterus
3. Mulut dan Gigi
Kebersihan : Cukup bersih
4. Leher
Kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
5. Dada : Simetris
36
6. Abdomen : 3 jari di bawah PX
7. Punggung : Punggung kanan
8. DJJ :146x/m
LAPORAN PERSALINAN
I. Pengkajian Awal
1. Tanggal : 20-11-2015 Jam 23:30 WIB
2. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg RR : 26x/m
Nadi : 99x/m Temperatur : 36,5ºc
3. Pemeriksaan Palpasi abdomen : TPU 3 jari dibawah PX
4. Hasil pemeriksaan dalam : Bukaan 7cm
5. Persiapan Perineum : Episiotomi
6. Perdarahan pervaginaan : Ada
7. DJJ : 146x/m
8. Status bayi : tersangka infeksi
37
4. Jelaskan upaya meneran : Ibu mengerti yang di jelaskan Bidan
5. Perineum : di lakukan Episiotomi
6. Tindakan : Pimpinan persalinan
7. Bayi lahir pada pukul 05:45 WIB, Jenis kelamin Laki-laki,
Afgar Skor 8/9
8. Dilakukan IMD
9. Injeksi Induksin 1 ampul.
KALA III
1. Tanda dan Gejala : Tampak tali pusat memanjang
2. Plasenta Lahir jam : 05:50 WIB
3. Cara lahir plasenta : Spontan
4. Perdarahan : 150ml
KALA IV
1. Mulai jam : 06:30 WIB
2. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg RR : 23x/m
Nadi : 92x/m Temperatur : 36,5ºc
3. Perdarahan : 150ml
Perawatan Bayi baru lahir
1. Bayi lahir tanggal/jam : 21-11-2015 jam 05:45 WIB
2. Jenis kelamin : laki-laki
3. Nilai APGAR : 8/9
4. BB/PB : 3800 gr/ 51cm
5. Suhu : 36,7 ºc
6. Anus : Ada
7. Perawatan tali pusat : dilakukan
8. Perawatan Mata : dilakukan
9. Injeksi Vitamin K : dilakukan
SYAIR OBSTETRI
Tanggal/Jam Keterangan
38
Mules-mules bertambah sering
Klien ingin meneran
O:
Status obstetric : TPU 3 jari dibawah PX, puka,
presentasi kepala, DJJ : 146x/m, kuat, teratur
His 2-3 x/10”/kuat/relaksasi baik
PD : pembukaan lengkap, porsio tidak teraba, ketuban +,
blood slym (+)
A:
G1P1A0 H. ±42 minggu inpartu JTH Preskep
P:
Pecahkan ketuban
Persiapan pertolongan persalinan
Jam 05:20 wib Pimpin meneran
Ibu di pimpin meneran sesuai dengan datangnya his. Kepala
turun menurut jalan lahir sehingga tampak vulva.
Tampak perineum meregang, tipis, kebiruan, jarak kepela
perineum minimal (dilakukan episiotomy sesuai indikasi).
Kepala mengadakan deplekasi maksimal.
Berturut-turut lahir : uub, dahi, mulut, dagu, dan seleruh
kepala.
Kepala mengadakan paksi luar.
Dengan pegangan biparietal dan tarikan ke bawah dank e atas
lahir bahu depan dan belakang.
Kemudian dilahirkan trochantor depan, belakang, bokong dan
seluruh kaki.
Jam 05:45 wib Lahir bayi : Laki-laki.
BB: 3800 gr, PB: 51cm
Jam 05:50 wib Lahir plasenta :
Spontan, lengkap
Robekan : Perineum Derajat II
39
Klien mendapatkan Injeksi Induksin 1 ampul, IM (sesuai
indikasi) kemudian dilakukan Penjahitan pada Perinium.
Antibiotic 3x1
Analgetik 3x1
Roboransia 3x1
40
ANALISA DATA
Nyeri
41
Nyeri tekan abdomen
Penurunan volume Terputusnya jaringan
feses
Distensi abdomen Menekan pembuluh syaraf
Cemas
Resti konstivasi
Prioritas Masalah
1. Nyeri
2. Resti konstipasi
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan luka Episiotomi
2. Resti konstipasi berhubungan dengan rasa takut ingin BAB
42
INTERVENSI KEPERAWATAN
43
Laporan isyarat bahwa nyeri nyeri masa lampau
Diaphoresis berkurang Bantu pasien dan
Perilaku distraksi dengan keluarga untuk mencari
Pengepresikan perilaku menggunakan dan menemukan
verbal intervensi
44
manajemen nyeri
Analgetik administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek intruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala
2. Resti konstipasi NOC NIC
berhubungan dengan rasa Bowel Contipation/impacation
takut ingin BAB elimination management
Definisi: Penurunan pada Hydration Monitor tanda dan gejala
frekuwensi defakasi yang Kriteria Hasil: konstipasi
disertai oleh kesulitan atau Mempertahanka Monitor bising usus
pengeluaran tidak lengkap n bentuk feses Monitor
fases/ atau pengeluaran feses lunak setiap 1-3 feses:frekuensi,konsistensid
yang kering,keras,dan hari an volume
banyak batasan karakteristik Bebas dari Jelaskan penyebab dan
Nyeri abdomen ketidaknyamana
45
Nyeri tekan abdomen n dan kontipasi rasionalisasi tindakan
dengan teraba dengan Mengidentifikasi terhadapan pasien
resistensi otot indicator untuk Indikasi faktor penyebab
Nyeri tekan abdomen mencegah dan kontribusi kontipasi
tanpa teraba resistensi konstipasi Dukung intake cairan
otot Fases lunak dan Kolaborasi pemberian
Anoreksia berbentuk laktasif
Darah merah pada feses Pantau tanda-tanda gejala
Perubahan pada pola kontipasi
defekasi
Penuruna frekuwensi
Penurunan pola feses
Distensi abdomen
Rasa rectal penuh
Rasa tekan rectal
Feses keras dan
berbentuk
Faktor yang berhubungan
Fungsional
Kelemahan otot
abdomen
Kebiasaan
mengakibatkan
dorongan defekasi
Kurang aktifitas fisik
Kebiasaan defekasi
tidak teratur
Perubahan lingkungan
saat ini
Psikologis
Depresi,stress emosi
46
Konfusi mental
Farmokogis
Antisida mengandung
aluminium
Antikolinergik,antikol
vusan
Antidepresan
Agents antilipemik
Garam bismuth
Kalsium karbonat
Penyekat saluran
kalsium
Diuretik, garam besi
Penyalahgunaan
laksatif
Agens antiinflamasi
non steroid
Opiate, fenotiazid,
sedative
Simpatomimemik
Mekanis
Ketidakseimbangan
elektrolit
Kemoroid
Gangguan neurologist
Kehamilan
Fisiologis
Perubahan pola makan
Penurunan motilitas
traktus gastrointestinal
Asupan serat tidak
cukup
47
Asupan cairan tidak
cukup
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
48
07:00 WIB dengan rasa takut ingin BAB konstipasi
2. Konsultasi dengan dokter
tentang penurunan dan
peningkatan bising usus
3. Menginformasikan kepada
pasien tentang luka
episiotomy
4. Mengajarkan pasien dan
keluarga tentang proses
pencernaan yang normal
49
CATATAN PERKEMBANGAN
50
mengurangi nyeri
Meningkatkan istirahat
3. 21-11-2015 Resti konstipasi S:
07:00 WIB berhubungan dengan rasa Pasien mengeluh takut
takut ingin BAB untuk BAB
O:
Porsi makan pasien
tampak tidak habis/ ½
porsi
Pasien tampak gelisah.
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Anjurkan pasien untuk
makan, makanan yang
lunak dan berserat
Anjurkan pasien untuk
banyak minum air putih
Menjelaskan kepada
pasien tentang luka
Episiotomi
51
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Saat pengkajian pada Ny “D” tidak mendapat kesulitan karena
informasi juga didapat dari keluarga klien dimana informasi didapatkan
langsung melalui wawancara, observasi, tindakan medis dan keperawatan
yang di angkat yaitu:
1. Nyeri berhubungan dengan luka Episiotomi
2. Resti konstipasi berhubungan dengan rasa takut ingin BAB
4.2 Diagnosakeperawatan
Secara konsep terdapat 4 diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada
pasien yang mengalami Persalinan Normal Episiotomi yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan luka Episiotomi
2. Resti konstipasi berhubungan dengan rasa takut ingin BAB
Dari uraian 3 diagnosa keperawatan diatas secara konsep ada pada Ny.
“D” yaitu 3 diagnosa keperawatan dengan kesamaan permasalahannya,
dimana sesuai dengan pengkajian Ny “D” secara Head To Toe.
52
Pada tahap perencanaan dan tindakan keperawatan menurut diagnose
keperawatan yang muncul pada Ny “D” disesuaikan dengan kondisi, situasi
dan kemampuan klien serta disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang
tersedia di ruangan.
4.4 Evaluasi
1. Nyeri berhubungan dengan luka Episiotomi
Evaluasi : Pada Evaluasi Implementasi dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Resti konstipasi berhubungan dengan rasa takut ingin BAB
Evaluasi : Pada Evaluasi Implementasi dapat dilaksanakan dengan baik.
53
BAB V
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Post Partum adalah masa yang dimulai dari persalinan dan berakhir
kira-kira setelah 6 minggu, tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu tiga bulan (Wiknjosastro,
2013).
Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut
vagina (Bobak, 2013).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa postpartum dengan
episiotomi adalah suatu masa yang dimulai setelah partus selesai dan
berakhir kira-kira 6 minggu dimana pada waktu persalinan dilakukan
tindakan insisi pada perineum yang bertujuan untuk melebarkan jalan lahir
dan memudahkan kelahiran.
5.2 Saran
1) Bagi RSUD Palembang BARI
Semoga makalah ini dapat menjadi wahana pertukaran informasi
dengan dunia pendidikan yang dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan rumah sakit dan sebagai tambahan kepustakaan dalam
memberikan pelaksanaan keperawatan yang komprehensif pada pasien
dengan Persalinan Normal Episiotomi.
54
2) Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan pengalaman,
pemahaman tentang bagaimana mengelola dan mencapai tujuan asuhan
keperaeatan berkualitas pada situasi yang nyata.
55