Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gastritis atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah
penyakit yang sering terjadi di masyarakat, namun begitu penyakit ini
sering diremehkan dan disepelekan oleh penderitanya. Pada kenyataannya,
penyakit gastritis tidak bisa diremehkan. Gastritis adalah penyakit
pencernaan pada lambung yang dikarenakan oleh produksi asam lambung
yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari
mukosa lambung. Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih dan
mulas di daerah sekitar ulu hati. Jika hal ini dibiarkan dan diabaikan
berlarut-larut maka akan memicu erosi mukosa lambung. Dalam beberapa
kasus gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan
peningkatan kanker perut.
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran
pencernaan yang paling sering terjadi (Gustin, 2012). Menurut World
Health Organization (WHO), insiden gastritis di dunia sekitar 1,8 - 2,1 juta
dari jumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%), China (31%),
Jepang (14,5%), Kanada (35%), dan Perancis (29,5%). Di Asia Tenggara
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Gastritis biasanya
dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal
dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan seseorang. Persentase dari
angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%, dan
angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi
dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk
(Kurnia,2011). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011,
gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada
pasien inapdi rumah sakit di
Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes,
2012).Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup
tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.
Di Kalimantan selatan angka kejadian gastritis sebanyak 25.950. Oleh
karena itu makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang gastritis.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan keluarga pada penyakit
Gastritis di wilayah Pemurus Luar , Kecamatan Banjarmasin Timur.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada
pasien dengan Gastritis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada pasien
dengan Gastritis.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga
D. MANFAAT
1. Teoritis
Hasil asuhan keperawatan dengan Gastritis diharapkan dapat
memberikan informasi dan pemahaman dalam upaya penanggulangan
penyakit Gastritis.
2. Praktis
a. Bagi Profesi Keperawatan / Institusi
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan penerapan teori keperawatan keluarga.
b. Bagi Keluarga / Klien
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang penyakitnya dan kesejahteraan
kesehatan keluarga.

c. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan
keluarga yang menderita Gastritis dan intervensi dari Gastritis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
a. Anatomi Fisiologi
1. Bagian dari lambung :
a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah
kiri osteoum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b) Korpus ventrikuli, setinggi osteoum kardium, suatu lekukan
pada bagiam bawah kurvatura minor.
c) Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai
otot yang tebal membentuk spingter pilorus.
d) Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan lambung, terbentang
dari osteoum kardiak sampai ke pilorus.
e) Kurvutura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor,
terbentang dari sisi kiri ostoeum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.
Ligamnetum gastrolinealis terbentang dari bagian atas kurvatura
mayor sampai ke limpa.
f) Oesteoum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orififum pilorik.

2. Fungsi Lambung
a) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung.Getah
cerna lambung yang dihasilkan :
1) Pepsin fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino
(albumin dan pepton).
2) Asam garam (HCL) fungsinya, mengasamkan makanan,
sebagai antiseptik dan desinfektan, dan membuat suasana
asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
3) Renin fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan
membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen pada protein
susu).
4) Lapisan lambung : jumlahnya sedikit memecah lemak
menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah
lambung.

Gambar 1. Anatomi Lambung


b. Definisi Gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa
yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal,
tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan
tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan
bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik
dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit
dapat juga menyebabkan gastritis.
Secara histologis dapat dibuktikan dengan inflamasi sel-sel radang
pada daerah tersebut didasarkan pada manifestasi klinis dapat dibagi
menjadi akut dan kronik (Hirlan, 2001 : 127).Pada beberapa
kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer) dan dapat
meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak
orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera
membaik dengan pengobatan. Dari beberapa pengertian tentang
gastritis menurut para ahli, penulis dapat menyimpulkan bahwa
gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung ditandai
dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan karena
mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
(seperti makanan yang asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh
kebiasaan merokok dan minum alkohol. Gastritis dibagi menjadi 2
yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut adalah kelainan
klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas,
biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan
gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan
berhubungan dengan Helicobacter pylori. (Mansjoer, 2001).
Gastritis merupakan gangguan yang sering terjadi dengan
karakteristik adanya anorexia, rasa penuh, dan tidak enak pada
epigastrium, nausea, muntah.
Secara umum definisi gastritis ialah inflamasi pada dinding
lambung terutama pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis
merupakan gangguan yang paling sering ditemui diklinik karena
diagnosisnya hanya berdasarkan gejala klinis.

c. Klasifikasi
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf
2002) :
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis
akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a) Gastritis Eksogen akut( biasanya disebabkan oleh faktor-
faktor dari luar, seperti bahan kimiamisal : lisol, alkohol,
merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi bakterial, obat
analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
b) Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan
oleh kelainan badan ).
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter
pylory(H. Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2
tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika
mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan
atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan
pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B
lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori
yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

d. ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H.
Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H.
pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya
peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah
atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat
mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak
dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung
sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker
lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori
kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala
gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang
membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan
yang lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti
aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan
pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang
bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat – obat
tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan
gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan.
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada
dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan
pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga
borok serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam
dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara
bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor
intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan
pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat
dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7. Crohn’s disease.
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan
kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat
juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika
lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease
(yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih
menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi.
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi
dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.
Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi
biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan
kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding
lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux.
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika
dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan
menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter
yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah
empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam
lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10. Faktor-faktor lain.
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya
seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal

e. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :
a) Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan
pada mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang
sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa
lambung sehinggs terjadi peningkatan asam lambung yang
mengakibatkan mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis
dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia
pasca perdarahan.
b) Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan.
Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea
dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

f. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-
Steroidal Anti Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat
menimbulkan gastritis.Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid
(AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan
dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.Pemberian aspirin
juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh
lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu. Alkohol
berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat
(bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh
dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya
gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak
dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung
berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat
menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma
menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung
mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya
terjadi difusi balik H+ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi
menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak.

2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A
(sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari
perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel.
Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini
dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum
panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok
atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri
yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat
mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan
bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung
melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus
lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun
bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh
akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan
mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi
lainnya. Namun demikian semuanya tidak mampu melawan
infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan
lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons
kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan
mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel
lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel
leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H.
Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga
terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi
(perdarahan).Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak
lambung akan terbentuk.

g. Komplikasi
1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan
melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau
prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan
penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus
3. Perdarahan saluran cerna bagian atas dan Ulkus peptikum,
perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin.

h. Penatalaksanaan
Menurut Manjoer (2000. Hal 493) penatalaksanaan medis pada pasien
Gastritis, baik gastritis akut maupun gastritis Kronis ialah sebagai
berikut :
a) Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet
lambung, dengan porsi kecil dan sering. Obat obatan ditujukan
untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor
H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antacid. Juga
ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan
prostaglanding.
b) Gastritis kronis
Penatlaksanaa diberikan seperti pada pasien dengan sindrom
dispepsia, apa lagi jika test serologi negatif. Pertama-tama yang
dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada
gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa
antasid, antagonis H2/ inhibitor pompa proton dan obat obatan
prokinetik. Jika endoskopidapat dilakukan, dilakukan terapi
eradikasi kecuali jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya negatif
atau hasil serologi negatif.

i. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H.
Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa
pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia
yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah
oleh urease H. Pyloridalam lambung menjadi amoniak dan
karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini
dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih
dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada
resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa
tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu
tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan
aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal
mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
7. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal
(MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang
merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini
untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.

B. Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluargaadalahsekumpulandua orang atau lebih yang hidup bersama
melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing
mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan
darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta
mempertahankan budaya.
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan
adanya jaringan kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi
satu sama lain yang ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling
tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan
(Leininger, 1976).
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang
atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan
emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan
untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota
dalam rangka mencapai tujuan bersama.

b. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan
Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1. Tahap I : Keluarga Pemula
2. Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah
membangun perkawinan yang saling memuaskan,
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,
merencanakankeluargaberencana.
3. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi
sampai umur 30 bulan)
4. Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan
dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua
kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan
keluargabesarmasing-masingpasangan.
5. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua
berumur 2-6 tahun)
6. Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan
norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga,
menanamkan keyakinan beragama,
memenuhikebutuhanbermainanak.
7. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia
6-13 tahun)
8. Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu
mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak
saatmenyelesaikantugassekolah.
9. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-
20 tahun)
10. Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara
orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan
kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasiterbukaduaarah.
11. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah)
12. Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda
dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas
siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
yang didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan
untuk memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan
perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan
darisuamidanistri.
13. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau
pensiunan)
14. Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu
pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki
usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun.
Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang
sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh
arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungan
perkawinan yang kokoh.
15. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
16. Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki
masa pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.
Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan
perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
c. Tipe Keluarga
1. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe
keluarga, yaitu :
a) Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri dan anak-anak yang hidup dalam rumahtangga
yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang
hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari
perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja,
tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal Bersama
mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai
pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak
sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti
atau lebih atau anggota yang tidak menikah hidup
berdekatan dalam daerah geografis.
b) Keluarga non tradisional
c) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi
tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
d) Pasangan suami istri yang tidak menikah
dantelahmempunyaianak.
Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis
kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang
menikah
Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari
lebih satu pasangan monogamy dengan anak-anak, secara
bersama menggunakan fasilitas, sumber dan
mempunyaipengalaman yang sama.
MenurutAllenderdanSpradley (2001)
a) Keluarga tradisional
1) KeluargaInti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang
terdiri dari suami, istri, dan anak
kandungatauanakangkat
2) Keluargabesar (extended family) yaitu keluarga inti
ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman,
danbibi
3) Keluarga dyad yaiturumah tangga yang terdiri dari
suamiistritanpaanak
4) Single parent yaiturumah tangga yang terdiri dari satu
orang tua dengan anak kandung atau anak angkat,
yang disebabkan karenaperceraianataukematian.

5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya


terdiridariseorangdewasa saja
6) Keluargausialanjutyaitu rumah tangga yang terdiri dari
suami istri yang berusialanjut.
b) Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitulebih dari satu keluarga
tanpa pertaliandarahhidupserumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan
perkawinan dan anak hidup
bersamadalamsaturumah
3) Homoseksualyaituduaindividu yang sejenis
kelamin hidup bersama dalamsaturumahtangga
Menurut Carter danMc Goldrick (1988) dalam Setiawan
dan Darmawan (2005)
1) Keluargaberantai (sereal family) yaitu keluarga yang
terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakansatukeluargainti.
2) Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup
secarabersama-sama.
3) Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa
pernikahan
d. Fungsi Keluarga
e. Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
f. Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam
SetiawatidanDarmawan (2005), yaitu:
1. Fungsi afektif
2. Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaankepribadiananggotakeluarga.
3. Fungsi sosialisasi
4. Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan
sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang
diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan
tidak boleh pada anak, meneruskannilai-nilaibudayaanak.
5. Fungsi perawatan kesehatan
6. Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi
keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh
anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga
7. Fungsi ekonomi
8. Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui
keefektifansumberdayakeluarga.
9. Fungsi biologis
10. Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn
keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak
untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
11. Fungsi psikologis
12. Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan
kasih saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara
anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga danmemberikanidentitaskeluarga.
13. Fungsi pendidikan
14. Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka
memberikan pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku
anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa mendidik
anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

g. Tugas Keluarga
h. Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga
sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada
saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada keluarga.
Lima tugas keluarga yang diaksudadalah:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk
bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan
penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan
persepsi keluarga terhadap masalah yang dialamikeluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk
sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana
keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut
terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga
terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga
yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan
sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang diperlukan,
sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga
terhadap anggotakeluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan
penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar
rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan
fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap
penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan
terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang
baikyang dipersepsikankeluarga.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


a. Pengkajian
b. Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-
norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system
terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy,
1998)
c. Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian
asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre
Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :

1. Data Umum
a) Identitas kepala keluarga
b) Komposisi anggota keluarga
c) Genogram
d) Tipe keluarga
e) Suku bangsa
f) Agama
g) Status social ekonomi keluarga
h) Aktifitas rekreasi keluarga
i) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
j) Tahap perkembangan keluarga saat ini
k) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
l) Riwayat keluarga inti
m) Riwayat keluarga sebelumnya

2. Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) System pendukung keluarga
f) Struktur keluarga
g) Pola komunikasi keluarga
h) Struktur kekuatan keluarga
i) Struktur peran (formal dan informal)
j) Nilai dan norma keluarga
3. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
b) Fungsi sosialisasi
c) Fungsi perawatan kesehatan
d) Stress dan koping keluarga
e) Stressor jangka Panjang dan stressor jangka pendek serta
kekuatan keluarga
f) Respon keluarga terhadap stress
g) Strategi koping yang digunakan
h) Strategi adaptasi yang disfungsional
4. Pemeriksaan fisik
a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota
keluarga
c) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala,
mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas
danbawah, system genetalia
d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
5. Harapan keluarga
a) Terhadap masalah kesehatan keluarga
b) Terhadap petugas kesehatan yang ada

Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut


Supraji (2004) yaitu:

1. Membina hubungan baik


2. Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan
antara lain, perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan
ramah tamah, menjelaskan tujuan kunjungan, meyakinkan
keluarga bahwa kehadiran perawat adalah menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada di keluarga, menjelaskan luas
kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan,
menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang ada
di keluarga.
3. Pengkajian awal
4. Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit
pelayanan kesehatan yang dilakukan.
5. Pengkajian lanjutan (tahapkedua)
6. Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh
data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga
yang berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat perlu
mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari
masalah kesehatan yang pentingdan paling dasar.
d. Diagnosa Keperawatan
e. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau
perubahan pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok
dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk
mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan
(Carpenito, 2000).
f. Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:
1. Anallisa data
2. Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian
dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan
masalah keperawatan.
3. Perumusan diagnose keperawatan
4. Komponen rumusan diagnose keperawatan meliputi:
a. Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota keluarga.
b. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan
objektif.
c. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau
tidak langsung atau tidak yang mendukung masalah dan
penyebab.
Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan
keluarga mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan
keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Diagnosa sehat/Wellness/potensial
2. Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri
dari komponen Problem (P) saja dan sign /symptom (S)
tanpaetiologi (E).
3. Diagnosa ancaman/risiko
4. Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa
ini dapat menjadi masalah actual bila tidak segera
ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini terdiri dari
komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).
5. Diagnosa nyata/actual/gangguan
6. Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh
keluarga dan memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan
diagnosa actual terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan
sign/symptom (S). Perumusan problem (P) merupakan
respons terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar.
Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugaskeluarga.
Dalam Friedman (!998) diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan NANDA yang
cocok untuk praktek keperawatan keluarga sepertitabeldibawahini:

Kategori Diagnosa Diagnosa Keperawatan


NANDA
Persepsi kesehatan-pola  Manajemen kesehatan yang dapat
manajemen kesehatan di ubah
 Perilaku mencari sehat
Kognitif-pola latihan Kerusakan penatalaksanaan lingkungan
rumah
Peran-pola persepsi  Kurang pengetahuan
 Konflik keputusan
Peran-pola hubungan  Berduka antisipasi
 Berduka disfungsional
 Konflik peran orang tua isolasi
social
 Perubahan dalam proses keluarga
 Perubahan penampilan peran
 Risiko perubahan dalam menjadi
orang tua
 Perubahan menjadi orang tua
 Risiko terhadap kekerasan
Koping pola – pola  Koping keluarga potensial terhadap
toleransi terhadap stress pertumbuhan
 Koping keluarga tidak efektif :
menurun
 Koping keluarga tidak efektif :
kecacatan

g. Intervensi
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,1998).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu
pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan(Suprajitmo, 2004).
1. Skala prioritas
2. Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang
mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang
mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa
criteria sebagai berikut :
a. Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
c. Potensi masalah untuk dicegah
d. Menonjolnya masalah

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa


keperawatan telah dari satu proses skoring menggunakan skala
yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam
Effendy (1998).

No. Kriteria Skor Bobot

1. Sifat Masalah 1

 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2
 Krisis atau keadaan sejahtera
1
2. Kemungkinan Masalah Dapat Di ubah 2

 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat
0
3. Potensi Masalah Dapat Dicegah 1

 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah
1
4. Menonjolnya Masalah 1

 Masalah berat, harus segera 2


ditangani
1
 Ada masalah, tetapi tidak perlu
0
segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan

Proses scoring dilakukan untuksetiap diagnosa keperawatan :

a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang


dibuatperawat
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi
dandikaitkandenganbobot
c. Jumlahkan skor untuksemua criteria
d. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
h. Implementasi
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan
keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi
serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan
tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat
garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk
memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier
untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune,
2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana
mengatasi problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan
tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi
yang berorientasi pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi
nantinya adalah sebagai berikut :

1. Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga


mengenai masalah
2. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum
diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi
yang salah.
3. Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga
tentang faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara
menangani, cara perawatan, cara mendapatkan pelayanan
kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.
4. Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk
kesehatan.
5. Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa
yang telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.
6. Pelaksanaan
7. Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah
disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu :
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikankeluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

i. Evaluasi
j. Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi sudah terkandung
dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan
perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria
evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998)
k. Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
l. S : ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkansecarasubyektifolehkeluargasetelah diberikan implementasi
keperawatan.
m. O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang obyektif.
n. A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif
dan obyektif.
o. P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
(Suprajitno,2004)
p.
C. Peran Perawat

Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan baik oleh


individu, keluarga maupun masyarakat terhadap perawat sesuai
kedudukannya dalam sistem pelayanan kesehatan. Pembinaan keluarga
terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan sejahtera tahap I. Di
dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat mempunyai
beberapa peran antara lain :
1. Pendidik
Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu
individu, keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.
Untuk mencapai tujuan tersebut perawat harus mendidik keluarga
agar berperilaku sehat dan selalu memberikan contoh yang positif
tentang kesehatan. Fokus pengajaran perawat dalam mendidik
keluarga adalah sbb :
a) Penanaman perilaku hidup sehat
b) Peningkatan nutrisi dan pengaturan diet
c) Olahraga
d) Pengelolaan atau manajemen stress
e) Pendidikan tentang proses penyakit dan pengobatannya
f) Pendidikan tentang penggunaan obat
g) Pendidikan tentang perawatan mandiri.

2. Konsultan dan Kolaborasi


Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat
kepada perawat maka hubungan perawat-keluarga harus dibina
dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
Perawat juga harus bekerja sama dengan lintas program maupun
secara lintas sektoral dalam pemenuhan kebutuhan keamanan
keluarga untuk mencapai kesehatan dan keamanan keluarga yang
optimal.
3. Pemberi pelayanan kesehatan/peaksana kesehatan
Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan Keperawatan
yang professional kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Pelayanan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbataan pengetahuan, serta kurangnya keamanan
menuju kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara
mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat "promotif', `preventif',
"curatif' serta "rehabilitatif' melalui proses keperawatan yaitu
metodologi pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah dan
terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut
dilaksanakan secara profesional, artinya tindakan, pelayanan,
tingkah laku serta penampilan dilakukan secara sungguh-sungguh
dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan, bekerja keras
dalam penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS ".
Peranan sebagai pelaksana dapat berupa Clinical Nurse Specialist
(CNS) dan Family Nurse Practitioner ( FNP ). CNS atau perawat
spesialis klinik memberikan pelayanan pada tingkat individu ,
keluarga, kelompok dan bentuk tanggungjawab peran ini adalah
melalui upaya promotif dan preventiv dalam kaitannya untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat. perawat spesialis
klinik memberikan perawatan kesehatan pada klien, biasanya di
unit rawat jalan atau tempat praktek komunitas dengan masalah
yang kompleks dan memberikan perhatian pada gejala non
patologis, kenyamanan dan perawatan komprehensif. Sementara
FNP memberikan perawatan ambulasi untuk keluarga biasanya
berkolaborasi dengan dokter keluarga. perawat dalam kelompok
memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan umum, mengatasi
masalah kesehatan dengan memberikan perawatan langsung dan
memberi bimbingan atau konseling kepada keluarga.

4. Pengawas kesehatan
Perawat harus melakukan ”home visit” atau kunjungan rumah yang
teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang
kebutuhan keamanan klien dan keluarga.
5. Role Model
Perilaku yg ditampilkan perawat dpt dijadikan panutan. Panutan
ini digunakan pd semua tingkt pencegahan terutama PHBS.
Menampilkan profesionalisme dlm bekerja.
6. Fasilitator
Perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap
pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga
faktor risiko dalam ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat
diatasi.
7. Modifikasi lingkungan
Perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan
yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan.
8. Manajer
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola
pelayan, maupun pendidikan keperawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya sesuai dengan konsep managemen
keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai
pengelola perawt berperan dalam memantau dan menjamin kualitas
asuhan keperawatan serta organisasi dan mengendalikan system
yankes .
9. Penemu Kasus
Perawat melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di
masyarakat dan dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan,
bahkan mengancam kesehatan. Selanjutnya penelitian dilaksanakan
untuk menemukan faktor yang menjadi pencetus atau penyebab
terjadinya permasalahan tersebut melalui kegiatan penelitian dan
hasilnya akan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Peran-
peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau
bersama-sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN GASTRITIS PADA KELUARGA “Tn. C”
DI KELURAHAN PEMURUS LUAR KECAMATAN
BANJARMASIN TIMUR KOTA BANJARMASIN

A. Pengkajian
Dalam tahap pengkajian dilakukan pada tanggal 04 Mei 2018, Pukul 15.00
dirumah keluarga klien

1. Identitas Umum Keluarga


Identitas Kepala Keluarga
- Nama : Tn.C
- Umur : 61 tahun
- Agama : Islam
- Suku : Jawa
- Pendidikan :SMA
- Perkerjaan : Pensiunan TNI / Karyawan Honorer
- Alamat : Jl. Dharma Budi Rt.029 Rw.005 Desa. Pemurus
Luar Kec.Banjarmasin Timur Kota. Banjarmasin
- No. Telpon : 0852xxxxxxxx
2. Komposisi keluarga
No Nama L/P Umur Hubungan Pekerjaa Pendidikan
Keluarga n
1 Ny. M P 53 th Istri IRT SD
2 Ny. D P 30 th Anak IRT & SMP
Kandung Usaha
jualan
3 An. K L 17 th Anak Pelajar SMA
Kandung
4 An. M L 14 th Anak Pelajar SMP
Kandung
5 An. R L 11 th Cucu / anak Pelajar SD
dari Dewi
Susanti
6 An. K P 4 th Cucu / anak - -
dari Dewi
Susanti

3. Genogram : buatlah genogram 3 generasi

bercerai

4. Tipe Keluarga :
a. Jenis tipe keluarga
Tipe keluarga pada Tn. C merupakan tipe The extended family
Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah, karena terdiri dari Ayah, Ibu, Anak dan Cucu yang tinggal
dalam satu rumah yang mempunyai ikatan dalam keluarga.
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut :
Ny. M mengatakan tidak ada masalah dengan anggota keluarga yang
ada dirumah sekarang.
5. Suku Bangsa
a. Asal suku bangsa :

Tn. C berasal dari suku jawa dan Ny. M berasal dari suku yang berbeda
yaitu suku banjar.

b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan:

keluarga Tn. C sudah tidak mengikuti kebiasaan budaya suku yang ada
dalam keluarga. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan
adat sudah tidak dilakukan oleh keluarga.

6. Agama dan kepercayaan yang memengaruhi kesehatan:


Keluarga tidak ada yang menyakinin dan menganut agama yang berbedaan
dalam satu keluarga baik ayah, ibu, anak atau cucu. Keluarga Tn. C dan
Ny M tidak pernah melakukan kegiatan keagamaan di keluarga seperti
shalat berjamaah di rumah. ada kepercayaan dan nilai nilai keagamaan
yang dianut keluarga yang tidak bertentangan dengan kesehatan.
7. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
a Anggota keluarga yang mencari nafkah :
Tn. C bekerja sehari-hari sebagai pelatih tenis lapangan didekat
rumahnya dibantu oleh istrinya sebagai buruh seterika satu keluarga
didekat rumahnya dan anaknya yang berjualan jajanan anak-anak
dirumahnya.
b Penghasilan:

Penghasilan yang didapatkan Tn. C Rp 50.000/hari atau sekitar ± Rp


1.500.000 /bulan dan Ny.M istrinya sebanyak Rp.400.000/bulan pas
untuk membayar kontrakan rumah dan hasil jualan ± Rp. 200.000-
300.000/bulan

c Upaya lain :

Jualan jajanan anak dirumah dan Ny.M bekerja sebagai buruh seterika
disatu keluarga.

d Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dan lain-lain) :

Televisi 4 buah (2 rusak,2 baik), Kulkas 1, DVD 1, Kipas angin 2,


Kompor minyak tanah 1, kompor gas 1, Sepeda motor 1 dan kulkas 1

e Kebutuhan yang dikeluarkan setiap bulan :


sekitar Rp. 3.000.000/bulan, membayar sewa rumah, membayar listrik
dan air dan membeli keperluan dapur.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Ny.M banyak menghabiskan waktunya dirumah dan hampir tidak pernah
bertetangga bahkan untuk kerumah tetangga sebelah rumahnya, sedangkan
untuk aktifitas dirumah menonton TV bersama keluarga dan duduk
didepan teras rumah menjaga jualan sambil melihat-lihat orang-orang yang
berlalu-lalang, wilayah tempat tinggal Tn. C berada didalam gang, Ny.M
mengatakan keluarga jarang berpergian ke tempat rekreasi bahkan Ny.M
mengatakan tidak pernah mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di
Banjarmasin selama tinggal di Banjarmasin, dan tidak pernah
menjadwalkan untuk rekreasi dan biasanya keluarga lebih mengutamakan
dengan berkunjung ke keluarga yang meruapakan suatu bentuk rekreasi
9. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak
tertua):
Keluarga Tn. C pada tahap keluarga dengan anak pertama yang sudah
menikah dan memiliki 2 orang anak akan tetapi bercerai dan kembali
tinggal dengan keluarga Tn.C, dengan tugas perkembangan antara
lain:
1) Memperluas jaringan keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat
4) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.
Tugas perkembangan yang sudah terpenuhi adalah mempertahankan
keintiman pasangan dan penataan kembali peran orang tua dan
kegiatan di rumah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanny:
Dari keenam anak keluarga Tn.C yang sudah menikah adalah anak
pertama, kedua, ketiga dan keempat, akan tetapi anak pertama cerai
,anak kelima dan enam belum menikah, sehingga keluarga belum
dapat menjalankan tugas untuk membantu anak mandiri sebagai
keluarga baru di masyarakat.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Seluruh anggota keluarga Tn.C sering mengeluh nyeri pada ulu hati
apabila terlambat makan.
2) Riwayat penyakit keturunan :
anak ke-2 dari keluarga memiliki riwayat penyakit hiperkolesterol
3) Riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga
(Bcg/polio
/ Imunisasi

kesehatan
Keadaan Masalah Tindakan yang
Umur
BB

No Nama
kesehatan telah dilakukan
DPT/HB/campak
)
1. Tn. C 57 kg 61 th Tidak ada Tidak tahu Hipertensi Periksa dan berobat
Maag/
masalah ke Mantri, minum
gastritis
jamu kunyit
2. Ny. M 45 kg 53 th Tidak tahu
Ada Maag/
Berobat ke
gangguan Gastritis
puskesmas/praktek
Hiperkoleste
pada system
dokter,
rolemia
pencernaan
menghindari
konsumsi makanan
yang menjadi
3. An.D 50 kg 30 th Lengkap pentangan, minum
Maag/ jamu kunyit, dan
Tidak ada
4. An. K 55 kg 17 th Lengkap Gastritis beli obat ke apotek.
masalah
Maag/ minum jamu kunyit
Tidak ada
5. An.M 34 kg 14 th Lengkap
Gastritis
masalah
Hipertensi minum jamu
Tidak ada
kunyit, periksa
Maag/
masalah
berobat ke dokter
Gastritis
minum jamu kunyit

4) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :


Puskesmas terdekat di Jl.Pramuka dan Praktek dokter umum
5) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Pada keluarga Tn.C ini istrinya Ny.M memiliki penyakit
Hyperkolesterolemia dan pernah kambuh ditahun 2017 saat dibawa
untuk diperiksa Ny.M mengatakan hasil pemeriksaan darahnya
menunjukan kolesterol Ny.M mencapai 750 mg/dl hal ini sempat
membuat Ny.M merasa lemah seluruh tubuhnya dan hampir
lumpuh.
10. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
1) Luas rumah:
6 x 9 meter

2) Tipe rumah :
tidak permanen dengan lantai dan dinding kayu yang sudah tampak
jabuk pada beberapa bagian
3) Kepemilikan :
Sewa / milik orang lain

4) Jumlah dan rasio kamar/ ruangan :

rumah tidak memiliki rungan khusus kamar hanya diberi sekat


antara ruang satu dengan yang lain.

5) Ventilasi/ jendela :
Terdapat 2 pasang jendela dengan kaca tanpa ventilasi dan tidak
pernah dibuka, 2 pintu masuk dengan ventilasi, 3 jendela kayu yang
dapat dibuka, 1 terletak diruang tamu, 1 kamar mandi, 1 di
WC,akan tetapi jendela tidak dapat berfungsi optimal karena
berdempetan dengan bangunan pagar dan rumah orang sehingga
pencahayaan rumahpun sangat kurang. Pada sisi kanan rumah tidak
terdapat jendela atau ventilasi karena jenis rumah adalah rumah
bedakan.
6) Pemanfaatan ruangan :
1 ruangan rumah diberi sekat untuk masing-masing tempat
tidur/kasur dan untuk kamar mandi sekaligus digunakan sebagai
tempat untuk menaruh perabotan masak dan kompor minyak tanah
untuk memasak air minum.
7) Septik tank: ada/tidak :
ada ……….Letak:dibawah WC
8) Sumber air minum :
air PDAM yang direbus
9) Kamar mandi/ WC :
kamar mandi sederhana tanpa pintu dan WC menggunakan kloset
leher angsa sederhana tanpa pintu namun pada saat musim hujan
WC tidak dapat digunakan karena tenggelam dengan air.

10) Sampah dan Limbah RT :

masing-masing mengumpulkan dan membakar atau memuang pada


tempat penumpukan sampah yang ada di sekitar jl.Pramuka

11) Kebersihan lingkungan :


rumah terletak ditengah rawa-rawa terdapat banyak sampah dan
rumput disekitar halaman rumah/depan rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
1) Kebiasaan :
Ny. Mengatakan jarang warga disekitar rumahnya jarang
berkumpul hanya pada saat ada acara hajatan/gotong royong
barulah warga berkumpul dan saling bertemu.

2) Aturan/kesepakatan :
Aturan/kesepakatan yang berlaku didaerah tempat tinggal Tn. C
adalah mewaibkan gotong royong dan melakukan musyawarah
untuk menyelesaikan suatu permasalahan, dan pada malam hari
pada jam 22.30 portal gang akan ditutup untuk menghindari
kebisingan kendaraan pada malam hari.
3) Budaya :
Budaya yang berlaku di daerah tempat keluarga Tn. C tinggal
memiliki beragam budaya sseperti budaya Banjar, Jawa dan Sunda.
Masyarakat saling menghargai budaya satu sam lain.
4) Mobilitas Geografi Keluarga :
Keluarga Tn. C hidup serumah dengan anggota keluarganya.
Keluarga sudah berpindah rumah 1x dari rumah sebelumnya yang
juga berada tidak jauh dari rumah yang sekarang didiami.
Keluarga Tn. R merupakan penduduk asli Kelurahan Pemurus
Luar. Sarana transportasi yang digunakan keluarga untuk menuju
tempat pelayanan kesehatan adalah sepeda motor. Jarak antara
rumah dengan dengan fasilitas kesehatan ±10 menit.
Dalam aktivitas sehari-hari keluarga lebih banyak menggunakan
fasilitas sepeda motor pribadi.
5) Perkumpulan Keluarga Dan Integraksi Dengan Masyarakat :
Anggota keluarga Tn. Cjarang berinteraksi dengan masyarakat
sekitar, hanya setiap tetangga yang punya hajatan atau kegiatan Rt,
anggota keluarga datang ikut terlibat jika ada gotong royong di
daerahnya dll.
Masyarakat sekitar hidup dengan rukun, tidak adanya perselisihan
atau konflik yang menyebabkan permasalahan dalam suatu
wilayah. Akan tetapi masyarakat kebanyakan hidup secara
individu.
6) Sistem pendukung keluarga :
Yang merupakan sistem pendukung keluarga adalah An. D karena
merupakan anak tertua dirumah dan dianggap mampu
menyelesaikan masalah dengan melalui pemecahan masalah
dengan kekeluargaan, baik yang dihadapi oleh keluarga secara
materiil maupun moril. Sedangkan di masyarakat setempat
kebiasaan yang dilakukan adalah musyawarah untuk mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan.

11. Struktur Keluarga


a Pola/Cara Komunkasi Keluarga :
Komunikasi yang biasa digunakan adalah menggunakan bahasa Banjar.
Komunikasi keluarga sifatnya terbuka satu sama lain dan dua arah.
Sehingga apabila ada masalah akan cepat terselesaikan dengan adanya
partisipasi dari seluruh anggota keluarga bahkan keluarga Tn.C sering
melibatkan anak-anaknya yang sudah ggal diluar rumah keluarga Tn. C
dan t melalui telfon untuk bermusyawarah ketika ada satu permasalahan
keluarga yang cukup serius.

b Struktur Kekuatan Keluarga :


Dalam anggota keluarga dari pihak orangtua dan anak saling hormat
menghormati dan menghargai satu sama lainnya serta saling
mendukung. Anak-anak cukup patuh pada orang tua. Pengambil
keputuan dalam keluarga adalah ayah/kepala rumah tangga, Tn. C
melalui diskusi/musyawarah terlebih dahulu anatara anggota keluarga.
c Struktur Peran (Peran Masing-Masing Anggota Keluarga) :
Tn. C berperan sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah untuk
keluarga. Sedangkan Ny. M berperan sebagai ibu rumah tangga yang
mengurusi keluarga dan anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Keluarga menganggap bahwa An. D sudah dewasa sehingga
diberi tanggungjawab untuk membantu dalam memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga maupun membimbing adiknya yang masih duduk
dibangku sekolah.
d Nilai Dan Norma Keluarga :
Keluarga taat dalam melaksanakan kewajiban agamanya yaitu ibadah
sholat lima waktu. Dalam keluarga saling menghargai satu sama lain
khususnya yang muda cukup menghormati dan menghargai yang lebih
tua.

12. Fungsi Keluarga


a. Fungsi Afektif :
Perasaan memiliki dan dimiliki, kehangatan, menghargai antar anggota
keluarga Tn. C sangat kuat. Dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga yang lain sangat baik. Jika ada anggota keluarga yang sakit
maka saling membantu satu sama lain bahkan anak-anak Tn. C yang
tinggal diluar rumah Tn. C pun turut membantu, atau jika kesulitan
dana maka anggota keluarga lain saling membantu sesuai dengan
kemampuannya.

b. Fungsi sosialisasi :
Interaksi atau hubungan dalam keluarga Tn.C baik. Kedisiplinan
diterapkan dalam kehidupan keluarga dan mematuhi serta menghormati
norma dan budaya keluarga.
c. Fungsi perawatan kesehatan :
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan sudah mengetahui penyebab dari penyakit
kelebihan lemak darah/ hyperkolesterolemia yang diderita Ny. M
salah satunya adalah mengkonsumsi makanan yang berminyak dan
bersantan serta mengkonsumsi makanan dengan minyak bekas.
Keluarga juga kurag mengetahui apa saja penyebab dari penyakit
maag/ gastritis yang diderita hampir semua anggota keluarga.
Keluarga belum mengetahui dengan baik pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, perawatan dan upaya pencegahan untuk upaya
penangganan dan pencegahan kekambuhan dari penyakit gastritis
yang diderita Ny. M.
Tn. C memiliki kebiasaan merokok didalam rumah namun keluarga
mengatakan tidak mengetahui dampak adanya bahaya dari
mengirup asap rokok
Ny.M mengatakan sering nyeri ulu hati jika terlambat makan.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan
Keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan diambil didasarkan
tinggkat keparahan dan kesakitan penyakit. Selama ini keluarga
hanya memutuskan untuk mengobati maagnya dengan meminum
jamu kunyit yang diperoleh dengan membeli pada penjual jamu.
Dan apabila Ny. M kolesterolnya naik maka keluarga memutuskan
untuk membeli obat diapotek terdekat sesuai obat yang pernah
diresepkan oleh dokter saat Ny. M berobat. Selama ini keluarga
tidak mempedulika masalah Tn. C merokok dalam rumah
3) Kemampuan keluarga merawat
Keluarga mengatakan tidak terlalu tahu bagaimana cara perawatan
anggota keluarga yang menderita sakit maag/gastritis.

4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan


Keluarga Tn. C mengatakan memodifikasi ruang depan sebagai
tempat untuk menaruh kulkas dan dikulkas tempat untuk
menyimpan jamu kunyit agar mudah ditemukan saat ada anggota
keluarga yang sakit maag. Tampak tidak ada lingkunga yang
dimanfaatkan secara maksimal oleh keluarga Tn.C ini terlihat dari
halaman yang kurang bersih karena sampah dan banyaknya
rumput/ tanaman liar di halaman rumahnya. Tn. C menggunakan
ruang keluarga/ruang tama untuk bersantai dan merokok.
5) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga, keluarga kadang
memeriksakan kesehatannya di Puskesmas dekat rumah dan
sesekali apabila penyakit dirasa parah keluarga menggunakan jasa
praktek Dokter umum.
d. Fungsi reproduksi
1) Perencanaan jumlah anak :
Keluarga sudah tidak memiliki perencanaan untuk jumlah anak, Ny.
M mengatakan sudah bersyukur dengan 6 orang anak yang ada
sekarang.
2) Akseptor : Belum/tidak menggunakan, alasannya :
Haid sudah tidak lancar hanya kadang-kadang 3 bulan sekali dan
menurut Ny. M usianya sudah memasuki masa tidak subur.
e. Fungsi Ekonomi
1) Upaya pemenuhan sandang pangan :

Tn. C bekerja sebagai pelatih tenis lapangan untuk memenuhi


kebutuhan sandang dan pangan keluarga

2) Pemanfaatan sumber dimasyarakat :

Ny.M berjualan jajanan anak-anak didepan rumah dan Ny. M juga


bekerja sebagai buruh seterika baju di satu keluarga.

13. Stres dan Koping Keluarga


a. Stresor Jangka Pendek :
Stressor janngka pendek yang dirasakan keluarga adalah ketika ada
salah satu anggota keluarga yang sakit dan memerlukan biaya akan
tetapi pada saat itu tidak memiliki biaya untuk berobat atau
memeriksakan diri ke tenaga kesehatan.
b. Stresor Jangka Panjang :
Saat anak pertama becerai dengan suaminya dan kembali tinggal
serumah dengan keluarga Tn. C dengan 2 orang anak yang dibawanya.
c. Respon Keluarga Terhadap Stresor :
Keluarga Tn.C mengatakan meresponi stressor yang ada dengan
berdoa dan meminta petunjuk Tuhan serta berdiskusi untuk dapat
menyelesaikan masalah yang ada, Tn. C juga berusaha menenangkan
diri dengan melakukan aktifitas diluar rumah seperti melatih tenis
lapangan.
d. Strategi Koping :
Koping yang digunakan keluarga adalah dengan bermusyawarah
melibatkan seluruh anggota keluarga inti bahkan yang sudah tidak
tinggal bersama juga dilibatkan untuk memecahkan masalah bersama-
sama seluruh anggota keluarga.
e. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Apabila terjadi masalah pada keluarga, Tn. C dengan segera akan
mengambil keptusan namun apabila masalah terasa sedikit berat maka
keputusan lahir melalui dari diskusi terlebih dahulu dengan anggota
keluarga lain sehingga kadang memerlukan waktu yang sedikit lebih
lama untukmemutuskan apa yang akan dilakukan, Dan apabila dalam
keluarga ada yang melakukan kesalahan oleh Tn. C akan menasehati
terlebih dahulu agar tidak terulangnya dan apabila masih dilakukan
maka Tn. C agak bertindak tegas dengan memukul jika itu adalah
anaknya.

14. Keadaaan Gizi Keluarga


a. Pemenuhan gizi :
Ny. M mangatakan biasanya sehari keluarganya hanya makan 1x atau
2x sehari dengan lauk mie/ telur goreng, dan jarang makan sayur,
daging dan buah-buhan dikarenakan untuk makan sehari-hari hanya
mengandalkan penghasilan Tn. C yang tidak menentu seharinya.
b. Upaya lain :
Ny. M mengatakan biasanya jika tidak memiliki sesuatu untuk dimakan
Ny. M akan berhutang/mengambil gajihnya ke tetangga dimana Ny, M
bekerja sebagai buruh setrika untuk dapat membeli beras.

15. Harapan keluarga


a. Terhadap masalah kesehatannya :
Keluarga berharap penyakit Ny. M dapat disembuhkan dan tidak
kambuh lagi dan berharap dapat menerapkan pola hidup sehat untuk
kedepaannya menghindari penyakit maag pada tiap anggota keluarga.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada :
Pada akhir pengkajian, kami menanyakan harapan Tn. C terhadap
petugas kesehatan atau sarana kesehatan yang ada. Keluarga Tn. C
menyatakan sangat senang dengan kehadiran kami, dan sangat berharap
petugas kesehatan dapat membantu keluarganya dalam mencegah
penyakit dan mengatasi masalah kesehatan.
16. Pemeriksaaan Fisik
N Variabel Nama Anggota Keluarga
Tn. C Ny. M An. D An. K An. M An. R An. K
o
1 Riwayat Tidak ada Gastritis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Penyakit saat
ini
2 Keluhan yang Sakit kepala Nyeri diulu
dirasakan saat hati seperti
hipertensi ditusuk-
nya kambuh tusuk
3 Tanda dan Nyeri pada Nyeri pada
gejala kepala dan ulu hati/
tengkuk daerah
epigastrium,
mual dan
muntah.
4 Riwayat Gastritis Hyperkolest Gastritis Gastritis Gastritis Gastritis Gastritis
penyakit Hipertensi erolemia Hipertensi
sebelumnya
5 Tanda-tanda vital TD: TD: TD: 120/80 TD: 110/70 RR : RR : RR :
140/90 120/80 mmHg mmHg 18x/menit 20x/menit 20x/menit
mmHg mmHg RR : RR : N : 85x/menit N : N :
RR : RR : 18x/menit 20x/menit S : 36,70C 102x/menit 106x/menit
20x/menit 17x/menit N : N : 87x/menit S : 36,30C S : 36,50C
N : N : 68x/menit S : 36,40C
96x/menit 102x/meni S : 36,50C
S : 36,20C t
S : 36,80C
Hasil
permeriks
aan kadar
Kolesterol
: 221
mg/dl
6 Sistem Buyi Buyi Buyi Buyi jantung Buyi jantung Buyi Buyi
kardiovaskuler jantung jantung jantung Lup-Dup Lup-Dup jantung jantung
Lup-Dup Lup-Dup Lup-Dup tidak ada tidak ada Lup-Dup Lup-Dup
tidak ada tidak ada tidak ada suara suara tidak ada tidak ada
suara suara suara tambahan tambahan suara suara
tambahan tambahan tambahan katup, tidak katup, tidak tambahan tambahan
katup, katup, katup, tidak ada ada katup, tidak katup, tidak
tidak ada tidak ada ada pembesaran pembesaran ada ada
pembesara pembesara pembesaran pembesaran pembesaran
n n
7 Sistem respirasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
suara suara suara nafas suara nafas suara nafas suara nafas suara nafas
nafas nafas tambahan tambahan tambahan tambahan tambahan
tambahan tambahan
Suara Suara
Suara Suara nafas : Suara nafas : Suara Suara
nafas : nafas :
nafas : vesikuler vesikuler nafas : nafas :
vesikuler vesikuler
vesikuler vesikuler vesikuler
8 Sistem saluran Bising Bising Bising Bising usus : Bising usus : Bising Bising
pencernaan usus : usus : usus : 6x/menit 7x/menit usus : usus :
7x/menit 9x/menit 8x/menit 6x/menit 8x/menit
Nyeri
pada
epigastriu
m
P : apabila
posisi
badan
lurus
Q : seperti
ditusuk-
tusuk
R : 2 (9
region)
S : 3 (0-
10) nyeri
ringan
T : hilang
timbul
9 Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
persarafan masalah masalah masalah masalah masalah masalah masalah
10 Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
muskuloskeletal masalah masalah masalah masalah masalah masalah masalah
11 Sistem genitalia Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
terkaji terkaji terkaji terkaji terkaji terkaji terkaji

17.
18. Tipologi masalah kesehatan
No Daftar masalah Kesehatan
1 Ancaman
Tn.C berusia 61 tahun dan Ny.M berusia 53 tahun yang sudah masuk
dalam kategori lanjut usia. Pada usia tersebut, masalah kesehatan yang
biasanya akan muncul yaitu osteoporosis, hipertensi , penyakit
kardiovaskular, dll.
Kurang/tidak sehat
Ny.M sering makan-makanan sembarangan seperti makan-makanan
bersantan menggunakna minyak bekas dan hanya makan 1 atau 2 kali
per hari. Ny.M sering makan kurang tepat waktu karena kesibukan
bekerja akhirnya terlambat makan. Ny.M juga sering mengeluh terasa
nyeri pada bagian perut nya saat gastritis nya kambuh. Tn. C
mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 1 bungkus dan bergadang
sehingga membuat tekanan darah Tn.C sering meningkat pada waktu
tertentu dan Tn.C mengatakan sering pusing.
3 Defisit
a. Masalah kesehatan yang dialami Ny.M pernah mengalami
hiperkolestrol pada tahun 2017 pemeriksaan kolestrol nya sampai
750. Ny. M mangatakan biasanya sehari keluarganya hanya makan
1x atau 2x sehari dengan lauk mie/ telur goreng, dan jarang makan
sayu. NY. M juga mengalami penyakit Gastritis terkadang mengeluh
nyeri pada ulu hati.
P: apabila posisi badan lurus
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : 2 (9 region)
S : 3 (0-10) nyeri ringan
T : hilang timbul
b. Masalah kesehatan yang dialami Tn.C adalah hipertensi, dan data
yang didapatkan Tn.C terkadang mengeluh sakit kepala. TD
140/90mmHg Jika tekanan darah Tn.C tidak ditangani sejak dini
pola hidup Tn.C maka bisa meningkat ke kategori Hipertensi berat
dan bisa mengancam status kesehatan
P = saat TD meningkat
Q = nyut-nyutan
R = kepala
S = 4 (sedang, 0-10)
T = terus menerus
19. Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga
No Kriteria Pengkajian
1 Mengenal masalah Keluarga mengatakan sudah mengetahui penyebab dari penyakit
kelebihan lemak darah/ hyperkolesterolemia yang diderita Ny. M
salah satunya adalah mengkonsumsi makanan yang berminyak
dan bersantan serta mengkonsumsi makanan dengan minyak
bekas. Keluarga juga kurang mengetahui apa saja penyebab dari
penyakit maag/ gastritis yang diderita hampir semua anggota
keluarga. Keluarga belum mengetahui dengan baik pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, perawatan dan upaya pencegahan
untuk upaya penangganan dan pencegahan kekambuhan dari
penyakit gastritis yang diderita Ny. M.
Tn. C memiliki kebiasaan merokok didalam rumah namun
keluarga mengatakan tidak mengetahui dampak adanya bahaya
dari mengirup asap rokok
2 Mengambil keputusan yang tepat Keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan diambil
didasarkan tinggkat keparahan dan kesakitan penyakit. Selama ini
keluarga hanya memutuskan untuk mengobati maagnya dengan
meminum jamu kunyit yang diperoleh dengan membeli pada
penjual jamu. Dan apabila Ny. M kolesterolnya naik maka
keluarga memutuskan untuk membeli obat diapotek terdekat
sesuai obat yang pernah diresepkan oleh dokter saat Ny. M
berobat. Selama ini keluarga tidak mempedulikan masalah Tn. C
merokok dalam rumah
3 Merawat anggota keluarga yang sakit atau Keluarga mengatakan tidak terlalu tahu bagaimana cara
punya masalah perawatan anggota keluarga yang menderita sakit maag/gastritis.
4 Momidifikasi lingkungan Keluarga Tn. C mengatakan memodifikasi ruang depan sebagai
tempat untuk menaruh kulkas dan dikulkas tempat untuk
menyimpan jamu kunyit agar mudah ditemukan saat ada anggota
keluarga yang sakit maag. Tampak tidak ada lingkunga yang
dimanfaatkan secara maksimal oleh keluarga Tn.C ini terlihat dari
halaman yang kurang bersih karena sampah dan banyaknya
rumput/ tanaman liar di halaman rumahnya. Tn. C menggunakan
ruang keluarga/ruang tamu untuk bersantai dan merokok.
5 Memanfaatkan sarana kesehatan Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga,
keluarga kadang memeriksakan kesehatannya di Puskesmas dekat
rumah dan sesekali apabila penyakit dirasa parah keluarga
menggunakan jasa praktek Dokter umum.
B. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 Ds : Ketidakefektifan Kurang
Keluarga mengatakan kurang manajemen pengetahuan
mengetahui apa saja kesehatan di mengenai
penyebab dari penyakit keluarga penyaki yang
maag/ gastritis yang diderita diderita
hampir semua anggota
keluarga. Keluarga belum
mengetahui dengan baik
pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, perawatan dan
upaya pencegahan untuk
upaya penangganan hanya
dilakukan dengan konsumsi
jamu kunyit dan tidak tahu
bagaimana pencegahan
kekambuhan dari penyakit
gastritis yang diderita Ny. M.
Ny. M mengatkan nyeri pada
ulu hati
P : apabila posisi badan lurus
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : 2 (9 region)
S : 3 (0-10) nyeri ringan
T : hilang timbul
Do : TD: 120/80 mmHg
RR : 17x/menit
N : 102x/menit
S : 36,80C
Ds : Perilaku
- keluarga mengatakan kesehatan
tidak mengetahui cenderung
dampak adanya bahaya beresiko
dari mengirup asap
rokok
- keluarga mengatakan
Selama ini keluarga tidak
mempedulikan masalah
Tn. C merokok dalam
rumah
- Ny. M mengatakan
biasanya makan hanya
1x atau 2 x sehari hanya
dengan mie rebus atau
telur.
Do :
- Tn. C tampak
menggunakan ruang
keluarga/ruang tamu
untuk bersantai dan
merokok

C. Daftar Masalah
1) Gastritis
2) Hipertensi
3) Hiperkolestrolemia

Skoring diagnosa Ketidakefektifan Manajemen kesehatan di keluarga


Kriteria Bobot Skor
Sifat masalah 1 3x1:3 = 1
 Ancaman 3
 Kurang/tidak sehat 2
 Krisis 1
Kemungkinan masalah dapat 2 1x2:2=1
diubah
 Mudah 2
 Sebagian 1
 Tidak dapat 0
Potensial masalah dapat 1 2X1:3 = 0.7
dicegah
 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah 1
Menonjolnya masalah 1 2x 1 : 2 = 1
 Segera ditangani 2
 Tak perlu segera
ditangani 1
 Tak dirasakan 0
Total skoring 3,7

Skoring diagnosa perilaku kesehatan cenderung berisiko


Kriteria Bobot Skor
Sifat masalah 1 2x1:3 = 0.7
 Ancaman 3
 Kurang/tidak sehat 2
 Krisis 1
Kemungkinan masalah dapat 2 1x2:2=1
diubah
 Mudah 2
 Sebagian 1
 Tidak dapat 0
Potensial masalah dapat 1 2X1:3 = 0.7
dicegah
 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah 1
Menonjolnya masalah 1 0x1:2=0
 Segera ditangani 2
 Tak perlu segera
ditangani 1
 Tak dirasakan 0
Total skoring 2,4
Prioritas Masalah
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
2. perilaku kesehatan cenderung berisiko

D. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosis keperawatan NOC NIC
Data Kode Diagnosis Kod Hasil Kod Intervensi
e e
Ds : 0008 Ketidakefektifa Keluarga Keluarga mampu
Keluarga 0 n manajemen mampu mengenal masalah:
mengatakan kesehatan di mengenal psikososial dan
kurang keluarga masalah perubahan gaya hidup
mengetahui apa tentang
saja penyebab pengetahuan Pendidikan
dari penyakit 1831 kesehatan dan kesehatan :
maag/ gastritis perilaku sehat pengajaran proses
yang diderita Pengetahuan : 5510 penyakit
hampir semua Manajemen Yang dialami
anggota keluarga. Gastritis 5602
Keluarga belum Pengetahuan : Pengajaran: Proses
mengetahui Anjuran 5614 penyakit
dengan baik pengaturan Pengajaran : diet yang
pengertian, Diet 5616 tepat/dianjurkan
penyebab, tanda Pengajaran :
dan gejala, pengobatan yang
perawatan dan ditentukan/diresepkan
upaya pencegahan 1606 .
untuk upaya Keluarga
penangganan mampu 5250 Keluarga mampu
hanya dilakukan memutuskan memutuskan :
dengan konsumsi berpartisipasi 5310 Dukungan membuat
jamu kunyit dan dalam 5270 keputusan
tidak tahu memutuskan Membangun harapan
bagaimana perawatan Dukungan emosi
pencegahan kesehatan
kekambuhan dari
penyakit gastritis 1623 Keluarga 5616 Keluarga Mampu
yang diderita Ny. mampu merawat:
M. merawat: Penjelasan program
Ny. M mengatkan 1622 Perilaku patuh 7110 pengobatan
nyeri pada ulu terhadap
hati pengobatan Peningkatan
P : apabila posisi Perilaku keterlibatan keluarga
badan lurus kepatuhan:die
Q : seperti t yang
ditusuk-tusuk dianjurkan
R : 2 (9 region)
S : 3 (0-10) nyeri
ringan
T : hilang timbul
Do : TD: 120/80
mmHg
RR : 17x/menit
N : 102x/menit
S : 36,80C
0018 Perilaku Keluarga Keluarga mampu
- keluarga 8 kesehatan mampu mengenal masalah:
mengatakan cenderung mengenal 5606 Pengajaran :individu
tidak berisiko masalah 5602 Pengajaran: proses
mengetahui 1803 kesehatan. penyakit
dampak Pengetahuan 1100 Manajemen nutrisi
adanya 1602 kesehatan
bahaya dari Pengetahuan
mengirup tentang proses
asap rokok 1603 penyakit.
- keluarga
Perilaku
mengatakan
peningkatan
Selama ini
1827 kesehatan
keluarga tidak
Mencari
mempedulika
informasi
n masalah Tn.
masalah
C merokok
kesehatannya
dalam rumah
- Ny. M
Keluarga
mengatakan
mampu
biasanya
memodifikasi
makan hanya
lingkungan
1x atau 2 x
untuk
sehari hanya
dengan mie mencegah,
rebus atau mengurangi,
telur. 1906 atau 4350 Manajemen Perilaku
Do : mengontrol 4490 Bantuan untuk
- Tn. C tampak ancaman berhenti merokok
menggunakan kesehatan 4360 Modifikasi perilaku
ruang Kontrol
keluarga/ruang resiko
tamu untuk penggunaan
bersantai dan tembakau
merokok

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat


Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga .Jakarta

:SagungSeto
Allender, JA &Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice

Nursing. Philadelpia : Lippincott

Anderson.E.T& Mc.Farlane.J.M.2000. Community Health and Nursing, Concept and

Practice. Lippincott : California

Carpenitti, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :EGC

Effendy,N.1998. Dasar-dasar keperawatanKesehatanMasyarakat.Jakarta :EGC

Friedman,M.M.1998. Family Nursing Research Theory and Practice,4 th Edition.

Connecticut :Aplenton

Iqbal,Wahit dkk.2005. Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam

Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.

Jakarta : EGC

Suprajitno.2004. Asuhan Keprawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktek. Jakarta :EGC

Wright dan Leakey.1984. Penderita Obesitas. Jakarta : PT Pustaka Raya

Mansjoer.Arief,Triyanti.K.dkk.2001.Kapita Selecta Kedokteran edisi ketiga jilid 1 :

Media Aesculapius fakultas Kedokteran UI

Mubarak, WI, Chayatin, N. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba


Medika
Syaifudin.2006.Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan,edisi 3.jakarta
:Penerbit buku kedokteran EGC
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria NOC. Jakarta : EGC
Reevest, Charlene. J., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 1, Salemba
Medika, Jakarta.
Brunner dan Suddart, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai