PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gastritis atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah
penyakit yang sering terjadi di masyarakat, namun begitu penyakit ini
sering diremehkan dan disepelekan oleh penderitanya. Pada kenyataannya,
penyakit gastritis tidak bisa diremehkan. Gastritis adalah penyakit
pencernaan pada lambung yang dikarenakan oleh produksi asam lambung
yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari
mukosa lambung. Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih dan
mulas di daerah sekitar ulu hati. Jika hal ini dibiarkan dan diabaikan
berlarut-larut maka akan memicu erosi mukosa lambung. Dalam beberapa
kasus gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan
peningkatan kanker perut.
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran
pencernaan yang paling sering terjadi (Gustin, 2012). Menurut World
Health Organization (WHO), insiden gastritis di dunia sekitar 1,8 - 2,1 juta
dari jumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%), China (31%),
Jepang (14,5%), Kanada (35%), dan Perancis (29,5%). Di Asia Tenggara
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Gastritis biasanya
dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal
dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan seseorang. Persentase dari
angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%, dan
angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi
dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk
(Kurnia,2011). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011,
gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada
pasien inapdi rumah sakit di
Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Depkes,
2012).Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup
tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.
Di Kalimantan selatan angka kejadian gastritis sebanyak 25.950. Oleh
karena itu makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang gastritis.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan keluarga pada penyakit
Gastritis di wilayah Pemurus Luar , Kecamatan Banjarmasin Timur.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada
pasien dengan Gastritis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada pasien
dengan Gastritis.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga
D. MANFAAT
1. Teoritis
Hasil asuhan keperawatan dengan Gastritis diharapkan dapat
memberikan informasi dan pemahaman dalam upaya penanggulangan
penyakit Gastritis.
2. Praktis
a. Bagi Profesi Keperawatan / Institusi
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan penerapan teori keperawatan keluarga.
b. Bagi Keluarga / Klien
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang penyakitnya dan kesejahteraan
kesehatan keluarga.
c. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan
keluarga yang menderita Gastritis dan intervensi dari Gastritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
a. Anatomi Fisiologi
1. Bagian dari lambung :
a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah
kiri osteoum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b) Korpus ventrikuli, setinggi osteoum kardium, suatu lekukan
pada bagiam bawah kurvatura minor.
c) Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai
otot yang tebal membentuk spingter pilorus.
d) Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan lambung, terbentang
dari osteoum kardiak sampai ke pilorus.
e) Kurvutura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor,
terbentang dari sisi kiri ostoeum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.
Ligamnetum gastrolinealis terbentang dari bagian atas kurvatura
mayor sampai ke limpa.
f) Oesteoum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orififum pilorik.
2. Fungsi Lambung
a) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung.Getah
cerna lambung yang dihasilkan :
1) Pepsin fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino
(albumin dan pepton).
2) Asam garam (HCL) fungsinya, mengasamkan makanan,
sebagai antiseptik dan desinfektan, dan membuat suasana
asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
3) Renin fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan
membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen pada protein
susu).
4) Lapisan lambung : jumlahnya sedikit memecah lemak
menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah
lambung.
c. Klasifikasi
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf
2002) :
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis
akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a) Gastritis Eksogen akut( biasanya disebabkan oleh faktor-
faktor dari luar, seperti bahan kimiamisal : lisol, alkohol,
merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi bakterial, obat
analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
b) Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan
oleh kelainan badan ).
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter
pylory(H. Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2
tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika
mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan
atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan
pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B
lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori
yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
d. ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H.
Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H.
pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya
peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah
atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat
mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak
dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung
sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker
lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori
kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala
gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang
membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan
yang lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti
aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan
pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang
bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat – obat
tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan
gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan.
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada
dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan
pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga
borok serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam
dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara
bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor
intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan
pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat
dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7. Crohn’s disease.
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan
kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat
juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika
lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease
(yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih
menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi.
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi
dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer.
Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi
biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan
kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding
lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux.
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika
dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan
menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter
yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah
empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam
lambung dan mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10. Faktor-faktor lain.
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya
seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal
e. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :
a) Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan
pada mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang
sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa
lambung sehinggs terjadi peningkatan asam lambung yang
mengakibatkan mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis
dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia
pasca perdarahan.
b) Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan.
Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea
dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.
f. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-
Steroidal Anti Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat
menimbulkan gastritis.Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid
(AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika
pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya
dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan
dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.Pemberian aspirin
juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh
lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu. Alkohol
berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat
(bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh
dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya
gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak
dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung
berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat
menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma
menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung
mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya
terjadi difusi balik H+ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi
menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A
(sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari
perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel.
Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini
dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum
panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok
atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri
yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat
mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan
bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung
melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus
lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun
bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh
akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan
mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi
lainnya. Namun demikian semuanya tidak mampu melawan
infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan
lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons
kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan
mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel
lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel
leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H.
Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga
terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi
(perdarahan).Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak
lambung akan terbentuk.
g. Komplikasi
1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan
melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau
prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan
penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus
3. Perdarahan saluran cerna bagian atas dan Ulkus peptikum,
perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin.
h. Penatalaksanaan
Menurut Manjoer (2000. Hal 493) penatalaksanaan medis pada pasien
Gastritis, baik gastritis akut maupun gastritis Kronis ialah sebagai
berikut :
a) Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet
lambung, dengan porsi kecil dan sering. Obat obatan ditujukan
untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor
H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antacid. Juga
ditujukan sebagai sitoprotektor, berupa sukralfat dan
prostaglanding.
b) Gastritis kronis
Penatlaksanaa diberikan seperti pada pasien dengan sindrom
dispepsia, apa lagi jika test serologi negatif. Pertama-tama yang
dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada
gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa
antasid, antagonis H2/ inhibitor pompa proton dan obat obatan
prokinetik. Jika endoskopidapat dilakukan, dilakukan terapi
eradikasi kecuali jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya negatif
atau hasil serologi negatif.
i. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H.
Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa
pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia
yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah
oleh urease H. Pyloridalam lambung menjadi amoniak dan
karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini
dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih
dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30
menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada
resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa
tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium
terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu
tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan
aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal
mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam
jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
7. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal
(MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang
merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini
untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
B. Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluargaadalahsekumpulandua orang atau lebih yang hidup bersama
melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing
mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan
darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta
mempertahankan budaya.
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan
adanya jaringan kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi
satu sama lain yang ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling
tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan
(Leininger, 1976).
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang
atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan
emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan
untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota
dalam rangka mencapai tujuan bersama.
g. Tugas Keluarga
h. Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga
sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada
saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada keluarga.
Lima tugas keluarga yang diaksudadalah:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk
bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan
penyakit, pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan
persepsi keluarga terhadap masalah yang dialamikeluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk
sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah, bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana
keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut
terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga
terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga
yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan
sakitnya, sifat, dan perkembangan perawatan yang diperlukan,
sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga
terhadap anggotakeluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan
penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan
lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar
rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan
fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap
penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan
terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang
baikyang dipersepsikankeluarga.
1. Data Umum
a) Identitas kepala keluarga
b) Komposisi anggota keluarga
c) Genogram
d) Tipe keluarga
e) Suku bangsa
f) Agama
g) Status social ekonomi keluarga
h) Aktifitas rekreasi keluarga
i) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
j) Tahap perkembangan keluarga saat ini
k) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
l) Riwayat keluarga inti
m) Riwayat keluarga sebelumnya
2. Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) System pendukung keluarga
f) Struktur keluarga
g) Pola komunikasi keluarga
h) Struktur kekuatan keluarga
i) Struktur peran (formal dan informal)
j) Nilai dan norma keluarga
3. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
b) Fungsi sosialisasi
c) Fungsi perawatan kesehatan
d) Stress dan koping keluarga
e) Stressor jangka Panjang dan stressor jangka pendek serta
kekuatan keluarga
f) Respon keluarga terhadap stress
g) Strategi koping yang digunakan
h) Strategi adaptasi yang disfungsional
4. Pemeriksaan fisik
a) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota
keluarga
c) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala,
mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas
danbawah, system genetalia
d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
5. Harapan keluarga
a) Terhadap masalah kesehatan keluarga
b) Terhadap petugas kesehatan yang ada
1. Diagnosa sehat/Wellness/potensial
2. Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri
dari komponen Problem (P) saja dan sign /symptom (S)
tanpaetiologi (E).
3. Diagnosa ancaman/risiko
4. Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa
ini dapat menjadi masalah actual bila tidak segera
ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini terdiri dari
komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).
5. Diagnosa nyata/actual/gangguan
6. Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh
keluarga dan memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan
diagnosa actual terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan
sign/symptom (S). Perumusan problem (P) merupakan
respons terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar.
Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugaskeluarga.
Dalam Friedman (!998) diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan NANDA yang
cocok untuk praktek keperawatan keluarga sepertitabeldibawahini:
g. Intervensi
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,1998).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu
pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan(Suprajitmo, 2004).
1. Skala prioritas
2. Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang
mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang
mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa
criteria sebagai berikut :
a. Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
c. Potensi masalah untuk dicegah
d. Menonjolnya masalah
1. Sifat Masalah 1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera
1
2. Kemungkinan Masalah Dapat Di ubah 2
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat
0
3. Potensi Masalah Dapat Dicegah 1
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah
1
4. Menonjolnya Masalah 1
i. Evaluasi
j. Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi sudah terkandung
dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan
perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria
evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998)
k. Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana :
l. S : ungkapan perasaan atau keluhan yang
dikeluhkansecarasubyektifolehkeluargasetelah diberikan implementasi
keperawatan.
m. O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang obyektif.
n. A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif
dan obyektif.
o. P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
(Suprajitno,2004)
p.
C. Peran Perawat
4. Pengawas kesehatan
Perawat harus melakukan ”home visit” atau kunjungan rumah yang
teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang
kebutuhan keamanan klien dan keluarga.
5. Role Model
Perilaku yg ditampilkan perawat dpt dijadikan panutan. Panutan
ini digunakan pd semua tingkt pencegahan terutama PHBS.
Menampilkan profesionalisme dlm bekerja.
6. Fasilitator
Perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap
pemenuhan kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga
faktor risiko dalam ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat
diatasi.
7. Modifikasi lingkungan
Perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan
yang sehat dalam menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan.
8. Manajer
Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola
pelayan, maupun pendidikan keperawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya sesuai dengan konsep managemen
keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan. Sebagai
pengelola perawt berperan dalam memantau dan menjamin kualitas
asuhan keperawatan serta organisasi dan mengendalikan system
yankes .
9. Penemu Kasus
Perawat melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di
masyarakat dan dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan,
bahkan mengancam kesehatan. Selanjutnya penelitian dilaksanakan
untuk menemukan faktor yang menjadi pencetus atau penyebab
terjadinya permasalahan tersebut melalui kegiatan penelitian dan
hasilnya akan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Peran-
peran tersebut di atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau
bersama-sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN GASTRITIS PADA KELUARGA “Tn. C”
DI KELURAHAN PEMURUS LUAR KECAMATAN
BANJARMASIN TIMUR KOTA BANJARMASIN
A. Pengkajian
Dalam tahap pengkajian dilakukan pada tanggal 04 Mei 2018, Pukul 15.00
dirumah keluarga klien
bercerai
4. Tipe Keluarga :
a. Jenis tipe keluarga
Tipe keluarga pada Tn. C merupakan tipe The extended family
Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah, karena terdiri dari Ayah, Ibu, Anak dan Cucu yang tinggal
dalam satu rumah yang mempunyai ikatan dalam keluarga.
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut :
Ny. M mengatakan tidak ada masalah dengan anggota keluarga yang
ada dirumah sekarang.
5. Suku Bangsa
a. Asal suku bangsa :
Tn. C berasal dari suku jawa dan Ny. M berasal dari suku yang berbeda
yaitu suku banjar.
keluarga Tn. C sudah tidak mengikuti kebiasaan budaya suku yang ada
dalam keluarga. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan
adat sudah tidak dilakukan oleh keluarga.
c Upaya lain :
Jualan jajanan anak dirumah dan Ny.M bekerja sebagai buruh seterika
disatu keluarga.
kesehatan
Keadaan Masalah Tindakan yang
Umur
BB
No Nama
kesehatan telah dilakukan
DPT/HB/campak
)
1. Tn. C 57 kg 61 th Tidak ada Tidak tahu Hipertensi Periksa dan berobat
Maag/
masalah ke Mantri, minum
gastritis
jamu kunyit
2. Ny. M 45 kg 53 th Tidak tahu
Ada Maag/
Berobat ke
gangguan Gastritis
puskesmas/praktek
Hiperkoleste
pada system
dokter,
rolemia
pencernaan
menghindari
konsumsi makanan
yang menjadi
3. An.D 50 kg 30 th Lengkap pentangan, minum
Maag/ jamu kunyit, dan
Tidak ada
4. An. K 55 kg 17 th Lengkap Gastritis beli obat ke apotek.
masalah
Maag/ minum jamu kunyit
Tidak ada
5. An.M 34 kg 14 th Lengkap
Gastritis
masalah
Hipertensi minum jamu
Tidak ada
kunyit, periksa
Maag/
masalah
berobat ke dokter
Gastritis
minum jamu kunyit
2) Tipe rumah :
tidak permanen dengan lantai dan dinding kayu yang sudah tampak
jabuk pada beberapa bagian
3) Kepemilikan :
Sewa / milik orang lain
5) Ventilasi/ jendela :
Terdapat 2 pasang jendela dengan kaca tanpa ventilasi dan tidak
pernah dibuka, 2 pintu masuk dengan ventilasi, 3 jendela kayu yang
dapat dibuka, 1 terletak diruang tamu, 1 kamar mandi, 1 di
WC,akan tetapi jendela tidak dapat berfungsi optimal karena
berdempetan dengan bangunan pagar dan rumah orang sehingga
pencahayaan rumahpun sangat kurang. Pada sisi kanan rumah tidak
terdapat jendela atau ventilasi karena jenis rumah adalah rumah
bedakan.
6) Pemanfaatan ruangan :
1 ruangan rumah diberi sekat untuk masing-masing tempat
tidur/kasur dan untuk kamar mandi sekaligus digunakan sebagai
tempat untuk menaruh perabotan masak dan kompor minyak tanah
untuk memasak air minum.
7) Septik tank: ada/tidak :
ada ……….Letak:dibawah WC
8) Sumber air minum :
air PDAM yang direbus
9) Kamar mandi/ WC :
kamar mandi sederhana tanpa pintu dan WC menggunakan kloset
leher angsa sederhana tanpa pintu namun pada saat musim hujan
WC tidak dapat digunakan karena tenggelam dengan air.
2) Aturan/kesepakatan :
Aturan/kesepakatan yang berlaku didaerah tempat tinggal Tn. C
adalah mewaibkan gotong royong dan melakukan musyawarah
untuk menyelesaikan suatu permasalahan, dan pada malam hari
pada jam 22.30 portal gang akan ditutup untuk menghindari
kebisingan kendaraan pada malam hari.
3) Budaya :
Budaya yang berlaku di daerah tempat keluarga Tn. C tinggal
memiliki beragam budaya sseperti budaya Banjar, Jawa dan Sunda.
Masyarakat saling menghargai budaya satu sam lain.
4) Mobilitas Geografi Keluarga :
Keluarga Tn. C hidup serumah dengan anggota keluarganya.
Keluarga sudah berpindah rumah 1x dari rumah sebelumnya yang
juga berada tidak jauh dari rumah yang sekarang didiami.
Keluarga Tn. R merupakan penduduk asli Kelurahan Pemurus
Luar. Sarana transportasi yang digunakan keluarga untuk menuju
tempat pelayanan kesehatan adalah sepeda motor. Jarak antara
rumah dengan dengan fasilitas kesehatan ±10 menit.
Dalam aktivitas sehari-hari keluarga lebih banyak menggunakan
fasilitas sepeda motor pribadi.
5) Perkumpulan Keluarga Dan Integraksi Dengan Masyarakat :
Anggota keluarga Tn. Cjarang berinteraksi dengan masyarakat
sekitar, hanya setiap tetangga yang punya hajatan atau kegiatan Rt,
anggota keluarga datang ikut terlibat jika ada gotong royong di
daerahnya dll.
Masyarakat sekitar hidup dengan rukun, tidak adanya perselisihan
atau konflik yang menyebabkan permasalahan dalam suatu
wilayah. Akan tetapi masyarakat kebanyakan hidup secara
individu.
6) Sistem pendukung keluarga :
Yang merupakan sistem pendukung keluarga adalah An. D karena
merupakan anak tertua dirumah dan dianggap mampu
menyelesaikan masalah dengan melalui pemecahan masalah
dengan kekeluargaan, baik yang dihadapi oleh keluarga secara
materiil maupun moril. Sedangkan di masyarakat setempat
kebiasaan yang dilakukan adalah musyawarah untuk mufakat
dalam setiap pengambilan keputusan.
b. Fungsi sosialisasi :
Interaksi atau hubungan dalam keluarga Tn.C baik. Kedisiplinan
diterapkan dalam kehidupan keluarga dan mematuhi serta menghormati
norma dan budaya keluarga.
c. Fungsi perawatan kesehatan :
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan sudah mengetahui penyebab dari penyakit
kelebihan lemak darah/ hyperkolesterolemia yang diderita Ny. M
salah satunya adalah mengkonsumsi makanan yang berminyak dan
bersantan serta mengkonsumsi makanan dengan minyak bekas.
Keluarga juga kurag mengetahui apa saja penyebab dari penyakit
maag/ gastritis yang diderita hampir semua anggota keluarga.
Keluarga belum mengetahui dengan baik pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, perawatan dan upaya pencegahan untuk upaya
penangganan dan pencegahan kekambuhan dari penyakit gastritis
yang diderita Ny. M.
Tn. C memiliki kebiasaan merokok didalam rumah namun keluarga
mengatakan tidak mengetahui dampak adanya bahaya dari
mengirup asap rokok
Ny.M mengatakan sering nyeri ulu hati jika terlambat makan.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan
Keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan diambil didasarkan
tinggkat keparahan dan kesakitan penyakit. Selama ini keluarga
hanya memutuskan untuk mengobati maagnya dengan meminum
jamu kunyit yang diperoleh dengan membeli pada penjual jamu.
Dan apabila Ny. M kolesterolnya naik maka keluarga memutuskan
untuk membeli obat diapotek terdekat sesuai obat yang pernah
diresepkan oleh dokter saat Ny. M berobat. Selama ini keluarga
tidak mempedulika masalah Tn. C merokok dalam rumah
3) Kemampuan keluarga merawat
Keluarga mengatakan tidak terlalu tahu bagaimana cara perawatan
anggota keluarga yang menderita sakit maag/gastritis.
17.
18. Tipologi masalah kesehatan
No Daftar masalah Kesehatan
1 Ancaman
Tn.C berusia 61 tahun dan Ny.M berusia 53 tahun yang sudah masuk
dalam kategori lanjut usia. Pada usia tersebut, masalah kesehatan yang
biasanya akan muncul yaitu osteoporosis, hipertensi , penyakit
kardiovaskular, dll.
Kurang/tidak sehat
Ny.M sering makan-makanan sembarangan seperti makan-makanan
bersantan menggunakna minyak bekas dan hanya makan 1 atau 2 kali
per hari. Ny.M sering makan kurang tepat waktu karena kesibukan
bekerja akhirnya terlambat makan. Ny.M juga sering mengeluh terasa
nyeri pada bagian perut nya saat gastritis nya kambuh. Tn. C
mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 1 bungkus dan bergadang
sehingga membuat tekanan darah Tn.C sering meningkat pada waktu
tertentu dan Tn.C mengatakan sering pusing.
3 Defisit
a. Masalah kesehatan yang dialami Ny.M pernah mengalami
hiperkolestrol pada tahun 2017 pemeriksaan kolestrol nya sampai
750. Ny. M mangatakan biasanya sehari keluarganya hanya makan
1x atau 2x sehari dengan lauk mie/ telur goreng, dan jarang makan
sayu. NY. M juga mengalami penyakit Gastritis terkadang mengeluh
nyeri pada ulu hati.
P: apabila posisi badan lurus
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : 2 (9 region)
S : 3 (0-10) nyeri ringan
T : hilang timbul
b. Masalah kesehatan yang dialami Tn.C adalah hipertensi, dan data
yang didapatkan Tn.C terkadang mengeluh sakit kepala. TD
140/90mmHg Jika tekanan darah Tn.C tidak ditangani sejak dini
pola hidup Tn.C maka bisa meningkat ke kategori Hipertensi berat
dan bisa mengancam status kesehatan
P = saat TD meningkat
Q = nyut-nyutan
R = kepala
S = 4 (sedang, 0-10)
T = terus menerus
19. Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga
No Kriteria Pengkajian
1 Mengenal masalah Keluarga mengatakan sudah mengetahui penyebab dari penyakit
kelebihan lemak darah/ hyperkolesterolemia yang diderita Ny. M
salah satunya adalah mengkonsumsi makanan yang berminyak
dan bersantan serta mengkonsumsi makanan dengan minyak
bekas. Keluarga juga kurang mengetahui apa saja penyebab dari
penyakit maag/ gastritis yang diderita hampir semua anggota
keluarga. Keluarga belum mengetahui dengan baik pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, perawatan dan upaya pencegahan
untuk upaya penangganan dan pencegahan kekambuhan dari
penyakit gastritis yang diderita Ny. M.
Tn. C memiliki kebiasaan merokok didalam rumah namun
keluarga mengatakan tidak mengetahui dampak adanya bahaya
dari mengirup asap rokok
2 Mengambil keputusan yang tepat Keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan diambil
didasarkan tinggkat keparahan dan kesakitan penyakit. Selama ini
keluarga hanya memutuskan untuk mengobati maagnya dengan
meminum jamu kunyit yang diperoleh dengan membeli pada
penjual jamu. Dan apabila Ny. M kolesterolnya naik maka
keluarga memutuskan untuk membeli obat diapotek terdekat
sesuai obat yang pernah diresepkan oleh dokter saat Ny. M
berobat. Selama ini keluarga tidak mempedulikan masalah Tn. C
merokok dalam rumah
3 Merawat anggota keluarga yang sakit atau Keluarga mengatakan tidak terlalu tahu bagaimana cara
punya masalah perawatan anggota keluarga yang menderita sakit maag/gastritis.
4 Momidifikasi lingkungan Keluarga Tn. C mengatakan memodifikasi ruang depan sebagai
tempat untuk menaruh kulkas dan dikulkas tempat untuk
menyimpan jamu kunyit agar mudah ditemukan saat ada anggota
keluarga yang sakit maag. Tampak tidak ada lingkunga yang
dimanfaatkan secara maksimal oleh keluarga Tn.C ini terlihat dari
halaman yang kurang bersih karena sampah dan banyaknya
rumput/ tanaman liar di halaman rumahnya. Tn. C menggunakan
ruang keluarga/ruang tamu untuk bersantai dan merokok.
5 Memanfaatkan sarana kesehatan Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga,
keluarga kadang memeriksakan kesehatannya di Puskesmas dekat
rumah dan sesekali apabila penyakit dirasa parah keluarga
menggunakan jasa praktek Dokter umum.
B. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 Ds : Ketidakefektifan Kurang
Keluarga mengatakan kurang manajemen pengetahuan
mengetahui apa saja kesehatan di mengenai
penyebab dari penyakit keluarga penyaki yang
maag/ gastritis yang diderita diderita
hampir semua anggota
keluarga. Keluarga belum
mengetahui dengan baik
pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, perawatan dan
upaya pencegahan untuk
upaya penangganan hanya
dilakukan dengan konsumsi
jamu kunyit dan tidak tahu
bagaimana pencegahan
kekambuhan dari penyakit
gastritis yang diderita Ny. M.
Ny. M mengatkan nyeri pada
ulu hati
P : apabila posisi badan lurus
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : 2 (9 region)
S : 3 (0-10) nyeri ringan
T : hilang timbul
Do : TD: 120/80 mmHg
RR : 17x/menit
N : 102x/menit
S : 36,80C
Ds : Perilaku
- keluarga mengatakan kesehatan
tidak mengetahui cenderung
dampak adanya bahaya beresiko
dari mengirup asap
rokok
- keluarga mengatakan
Selama ini keluarga tidak
mempedulikan masalah
Tn. C merokok dalam
rumah
- Ny. M mengatakan
biasanya makan hanya
1x atau 2 x sehari hanya
dengan mie rebus atau
telur.
Do :
- Tn. C tampak
menggunakan ruang
keluarga/ruang tamu
untuk bersantai dan
merokok
C. Daftar Masalah
1) Gastritis
2) Hipertensi
3) Hiperkolestrolemia
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
:SagungSeto
Allender, JA &Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice
Connecticut :Aplenton
Jakarta : EGC