Anda di halaman 1dari 164

PENGARUH KARAKTERISTIK INTERNAL PERUSAHAAN TERHADAP

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN BISNIS (STUDI PADA PERUSAHAAN
MENENGAH DI KOTA MATARAM)

SKRIPSI

Diajukan sebagai bagian dari syarat-syarat untuk mencapai


kebulatan studi Program Strata Satu (S1) pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Oleh:

SUCI RAMDAYANI
A1C 113 087

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2017
PENGARUH KARAKTERISTIK INTERNAL PERUSAHAAN TERHADAP
PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN BISNIS (STUDI PADA PERUSAHAAN
MENENGAH DI KOTA MATARAM)

SKRIPSI

Diajukan sebagai bagian dari syarat-syarat untuk mencapai


kebulatan studi Program Strata Satu (S1) pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Oleh:

SUCI RAMDAYANI
A1C 113 087

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, atas segala

dikarunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Karakteristik

Internal Perusahaan Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Dalam

Pengambilan Keputusan Bisnis; Studi Pada Perusahaan Menengah Di

Kota Mataram” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Penelitian ini bertujuan meningkatkan penggunaan informasi akuntansi dalam

pengambilan keputusan bisnis pada perusahaan skala menengah di Kota

Mataram. Peningkatan penggunaan informasi akuntansi tersebut melalui

pengelolaan karakteristik internal perusahaan. Secara akademik dijadikan

sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kebulatan studi pada Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.

Dalam penyusunan skripsi ini telah banyak diperoleh bantuan dari

berbagai pihak, baik secara langsung ataupun tidak langsung, sehingga

skripsi ini dapat memenuhi syarat akademis. Diutamakan pada kedua orang

tuaku (Bapak I Made Suardana dan Ibu Harti) serta ketiga saudaraku yang

telah memberikan doa, motivasi dan material selama proses pendidikan yang

ditempuh penulis. Dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih juga yang

sebesar-besarnya, kepada :

1. Bapak Dr. Muaidy Yasin, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis.

i
2. Bapak Dr. M. Ali Fikri, S.E., M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.

3. Ibu Siti Atikah, S.E., M.Si., Ak. selaku koordinator Program Akuntansi

Reguler Sore Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

4. Ibu Rr. Sri Pancawati M, SE.,M.Sc.,Ak sebagai Dosen Pembimbing

Utama yang telah memberikan masukan dan perbaikan selama proses

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Lukman Effendy,SE.,MA sebagai Dosen Pembimbing

Pendamping, terima kasih atas proses bimbingan yang diberikan selama

proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Nurfitriyah, SE.,M.Ak. sebagai dosen penguji dalam ujian skripsi

saya, terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan

7. Ibu Nurabiah, MM.Si sebagai dosen pembahas dalam seminar proposal

saya, terima kasih telah cukup banyak memberikan kritik dan saran

8. Ibu Erna Widiastuty,SE.,M.Si.,Ak selaku Dosen Pembimbing Akademik

saya selama hampir empat tahun ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Akademik Program Akuntansi Reguler

Sore yang telah memberikan banyak bantuan dan informasi bagi penulis,

baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

10. Para pengusaha skala menengah di Kota Mataram yang bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan informasi melalui pengisian

angket.

ii
11. Personel BPS Kota Mataram yang telah bersedia memberikan informasi

yang dibutuhkan selama proses penelitian.

12. Kakak-kakakku tersayang Gde, Kadek dan Nyoman atas dukungan dan

kasih sayang kalian.

13. Seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan bantuan, motivasi,

serta doa selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Mataram dan selama penyusunan skripsi ini.

14. Pacar saya Zaenal Abidin atas dukungan dan cinta kasihnya selama ini.

15. Sahabat-sahabat seperjuangan Kelas B Akuntansi Reguler Sore

Angkatan 2013 terkhusus untuk Titin, Retno, Sri, Riska, Ayu, Dini, Dina,

Nyoman, Putu, yana serta sahabat-sahabatku (Ita, Opi, Dini, Tommy dan

Trisna) terima kasih atas canda tawa, bantuan, dukungan, maupun

motivasi selama perkuliahan dan selama penyelesaian skripsi ini.

16. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu yang telah ikut memberikan bantuan dalam

penyelesaian skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini digunakan seluruh kemampuan penulis

dan mengikuti proses yang telah ditetapkan oleh pihak akademik Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram. Diharapkan

hasil penelitian ini memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas

keputusan bisnis pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram. Hasil

iii
penelitian ini tentunya masih memerlukan perbaikan, sehingga masukan dan

upaya penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Atas bantuan semua pihak

diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Hormat Peneliti

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

ABSTRAK ............................................................................................... xvii

ABSTRACT ............................................................................................. xviii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 6

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 6

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu .......................................... 9

2.2. Tinjauan Teoretis ............................................................. 13

v
2.2.1. Teori Penggunaan Informasi Akuntansi .................. 13

2.2.2. Informasi Akuntansi ................................................ 16

2.2.3. Penggunaan Informasi Akuntansi ........................... 20

2.2.4. Usaha Menengah ................................................... 24

2.2.5. Karakteristik Internal Perusahaan ........................... 26

2.2.5.1. Komitmen Pemilik...................................... 26

2.2.5.2. Pendidikan Pemilik .................................... 28

2.2.5.3. Pelatihan Pegawai..................................... 28

2.2.5.4. Pengalaman Pegawai ............................... 30

2.2.5.5 Umur Perusahaan ...................................... 30

2.3. Kerangka Konseptual Penelitian ......................................... 31

2.4. Rumusan Hipotesis ........................................................... 33

2.4.1. Pengaruh Komitmen Pemilik terhadap Penggunaan

Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan

Bisnis pada Perusahaan Skala Menengah di Kota

Mataram .................................................................. 33

2.4.2. Pengaruh Pendidikan Pemilik terhadap Penggunaan

Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan

Bisnis pada Perusahaan Skala Menengah di Kota

Mataram .................................................................. 34

vi
2.4.3. Pengaruh Pelatihan Pegawai terhadap Penggunaan

Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan

Bisnis pada Perusahaan Skala Menengah di Kota

Mataram .................................................................. 35

2.4.4. Pengaruh Pengalaman Pegawai terhadap

Penggunaan Informasi Akuntansi dalam Pengambilan

Keputusan Bisnis pada Perusahaan Skala Menengah

Di Kota Mataram ..................................................... 36

2.4.5. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Penggunaan

Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan

Bisnis pada Perusahaan Skala Menengah di Kota

Mataram .................................................................. 37

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ................................................................. 38

3.2. Penentuan Lokasi Penelitian ............................................. 38

3.3. Metode Pengumpulan Data................................................ 38

3.4. Penentuan Responden....................................................... 38

3.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ................................... 40

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data ...................................... 40

3.5.2. Alat Pengumpulan Data ........................................... 40

3.6. Jenis dan Sumber Data ...................................................... 40

vii
3.6.1. Jenis Data ................................................................ 40

3.6.2. Sumber Data ........................................................... 40

3.7. Identifikasi Variabel ........................................................... 41

3.8. Klasifikasi Variabel ............................................................ 41

3.9. Definisi Operasional .......................................................... 41

3.10. Matrik Instrumen Penelitian .............................................. 45

3.11. Prosedur Analisis Data ..................................................... 47

3.11.1. Pengukuran Variabel ........................................... 47

3.11.2. Analisis PLS ......................................................... 47

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data ................................................................. 52

4.1.1. Deskripsi Perusahaan Skala Menengah di Kota

Mataram ................................................................... 52

4.1.2. Deskripsi Pemilik Perusahaan Skala Menengah di

Kota Mataram ........................................................... 59

4.1.3. Deskripsi Variabel ..................................................... 61

4.1.3.1. Komitmen Pemilik Perusahaan Skala

Menengah di Kota Mataram ....................... 61

4.1.3.2. Pendidikan Pemilik Perusahaan Skala

Menengah di Kota Mataram ........................ 67

viii
4.1.3.3. Pelatihan Pegawai Perusahaan Skala

Menengah di Kota Mataram ........................ 71

4.1.3.4. Pengalaman Pegawai Perusahaan Skala

Menengah di Kota Mataram ...................... 74

4.1.3.5. Umur Perusahaan Skala Menengah di Kota

Mataram...................................................... 76

4.1.3.6. Penggunaan Informasi Akuntansi pada

Perusahaan Skala Menengah di Kota

Mataram...................................................... 80

4.2. Analisis Data-Proses Kerja PLS ........................................ 84

4.3. Pembahasan ..................................................................... 93

4.3.1. Pengaruh ecara Parsial dari Komitmen Pemilik (X1)

terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi pada

Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram ...... 93

4.3.2. Pengaruh secara Parsial dari Pendidikan Pemilik

(X2) terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi

pada Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram 95

4.3.3. Pengaruh secara Parsial dari Pelatihan Pegawai

(X3) terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi

pada Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram 97

ix
4.3.4. Pengaruh secara Parsial dari Pengalaman Pegawai

(X4) terhadap Penggunaan informasi Akuntansi pada

Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram ...... 98

4.3.5. Pengaruh secara Parsial dari Umur Perusahaan

(X5) terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi pada

Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram ...... 99

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ........................................................................... 102

5.2. Implikasi Penelitian ........................................................... 102

5.3. Saran dan Keterbatasan Penelitian ................................... 103

5.3.1. Saran Penelitian ...................................................... 103

5.3.2. Keterbatasan Penelitian .......................................... 104

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1. Functions of Accounting .................................................................... 15

3.1. Matrik Instrumen Penelitian ............................................................... 45

4.1. Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Badan Usaha

di Kota Mataram Tahun 2017 ............................................................ 52

4.2. Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Umurnya di

Kota Mataram Tahun 2017 ................................................................ 54

4.3. Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Pemilikan

Asset di Kota Mataram Tahun 2017 ................................................... 56

4.4. Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Nilai

Penjualan Asset di Kota Mataram Tahun 2017 ................................. 57

4.5. Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Pemilikan

Karyawan di Kota Mataram Tahun 2017 ........................................... 58

4.6. Distribusi Pemilik Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan

Umurnya di Kota Mataram Tahun 2017 ........................................... 60

xi
4.7. Distribusi Pemilik Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan

Pendidikannya di Kota Mataram Tahun 2017 .................................. 60

4.8. Kondisi Komitmen Pemilik Perusahaan Skala Menengah Di Kota

Mataram Tahun 2017 ....................................................................... 62

4.9. Kondisi Pendidikan Pemilik Perusahaan Skala Menengah di Kota

Mataram Tahun 2017 ....................................................................... 67

4.10. Kondisi Pengalaman Pegawai Perusahaan Skala Menengah di

Kota Mataram Tahun 2017 ............................................................ 71

4.11. Kondisi Pengalaman Pegawai pada Perusahaan Skala Menengah

Di Kota Mataram Tahun 2017 .......................................................... 74

4.12. Kondisi Umur Perusahaan Skala Menengah Di Kota Mataram

Tahun 2017 ..................................................................................... 77

4.13. Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Skala

Menengah Di Kota Mataram Tahun 2017 ...................................... 81

4.14. R Square ........................................................................................ 85

4.15. Nilai AVE ........................................................................................ 87

xii
4.16. Koefisien Composite Reliability dan Cronbach Alpha .................... 91

4.17. Nilai t hitung, t tabel dan Kriteria Signifikansi Karakteristik Internal

Perusahaan terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi pada

Perusahaan Skala Menengah di Kota Matara ................................. 92

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1. Kerangka Konseptual Penelitian ....................................................... 33

3.1. Model Hipotetis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap

Penggunaan Informasi Akuntans ...................................................... 49

4.1. Diagram Jalur Penggunaan Informasi Akuntansi (Tahap 1) .............. 87

4.2. Diagram Jalur Penggunaan Informasi Akuntansi (Final) ................... 88

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Identitas Perusahaan Skala Menengah Sektor Manufaktur di Kota

Mataram Tahun 2017

Lampiran 2. Identitas Pemilik Perusahaan Skala Menengah Sektor Manufaktur di

Kota Mataram

Lampiran 3. Tabulasi Skor Karakteritik Internal Perusahaan dan Penggunaan

Informasi Akuntansi Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram

Tahun 2017

Lampiran 4. Frequency Table

Lampiran 5. Cross Loadings

Lampiran 6. Cross Loadings (Tahap Kedua Setelah X5.1 Dikeluarkan)

Lampiran 7.AVE

Lampiran 8. Latent Variable Correlations

Lampiran 9. Total Effects

xv
Lampiran 10. R Square

Lampiran 11. Composite Reliability

Lampiran 12. Cronbachs Alpha

Lampiran 13. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Lampiran 14. Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values)

Lampiran 15. Tabel t

Lampiran 16. Angket

xvi
PENGARUH KARAKTERISTIK INTERNAL PERUSAHAAN TERHADAP
PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN BISNIS (STUDI PADA PERUSAHAAN
MENENGAH DI KOTA MATARAM)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh secara


parsial dari komitmen pemilik, pendidikan pemilik, pelatihan pegawai, pengalaman
pegawai dan umur perusahaan terhadap penggunaan informasi akuntansi dalam
pengambilan keputusan bisnis pada perusahaan menengah di Kota Mataram.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Data observasi dalam
penelitian ini (n) berupa pemilik perusahaan skala menengah di Kota Mataram
berjumlah 50 orang, tetapi yang terhimpun kembali dari angket yang disebar
sebanyak 43 data observasi. Analisis menggunakan partial leaset square (PLS), di
mana terdiri atas tujuh step proses dari rancangan inner model sampai penentuan
goodness fit of model. Proses analisis PLS yang dilakukan, terdapat satu indikator
dari model outer yang dikeluarkan, yaitu indikator pada variabel umur perusahaan.
Model struktural yang dihasilkan setelah melalui seluruh langkah dalam analisis
PLS, ditemukan variabel berupa komitmen pemilik, pendidikan pemilik, pelatihan
pegawai dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap penggunaan
informasi akuntansi, hanya variabel pengalaman pegawai yang tidak berpengaruh
signifikan. Model yang dibentuk mampu menjelaskan penggunaan informasi
akuntansi sebesar 84,50 persen, menunjukkan model mempunyai ketepatan yang
tinggi dan sisi lain memberikan informasi bahwa pengaruh dari variabel outer
lainnya tergolong rendah (15,50 persen). Hasil penelilitian ini dan sekaligus
sebagai rekomendasi penting, bahwa peningkatan penggunaan informasi
akuntansi pada pemilik perusahaan skala menengah di Kota Mataram dapat
difokuskan dengan cara meningkatkan komitmen, pendidikan pemilik, pelatihan
dan umur perusahaan. Temuan penelitian ini juga penting dilihat dari kondisi
empiris pemilik perusahaan yang masih belum optimal dalam menggunakan
informasi akuntansi sebagai dasar pengambilan keputusan, sehingga lamban
untuk tumbuh menjadi bisnis yang besar.

Kata Kunci: Penggunaan Informasi Akuntansi, Karakteristik Internal Perusahaan.

xvii
THE INFLUENCE OF COMPANY INTERNAL CHARACTERISTICS ON
THE UTILIZATION OF ACCOUNTING INFORMATION IN BUSINESS DECISION
MAKING (STUDY ON MEDIUM SIZED
COMPANY IN MATARAM CITY)

ABSTRACT

The objective of this study is to determine the significance of the influence of owner
commitment, owner education, employee training, employee experience and the
age of the company towards the use of accounting information in business decision
making at medium-sized companies in Mataram City. This is an associative
research. Observation data in this study is the owners of medium-sized companies
in the city of Mataram amounted to 50 people. However, from 50 questionnaires
distributed to the owners of the medium-sized company, only 43 questionnaires
were returned for further analysis. The result of analysis based on Partial Least
Square method found that owner commitment, owner education, employee training
and company age have significant influence toward the utilization of accounting
information. Only employee experience variable has no significant influence on the
use of accounting information. The model was able to explain the utilization of
accounting information of 84.50%, showing the model has high accuracy and the
other hand provides information that the influence of other outer variables are low
(15.50%). The result of this research implies that the increased use of accounting
information on medium-sized company owners in Mataram City can be focused by
increasing commitment, owner education, training and age of the company. The
findings of this study also implies that company owner has not been optimal in
using accounting information as the basis of decision making, thus hampered the
growth of the company into bigger business.

Keywords: accounting information, company internal characteristics.

xviii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberadaan sektor swasta sangat penting dalam perekonomian, sebagai

penghasil produk, penyedia lapangan pekerjaan dan sumber penerimaan

negara dalam bentuk pajak. Terkait dengan hal tersebut pemerintah berupaya

menyelaraskan tujuan pelaku usaha, baik skala mikro, kecil dan menengah,

yaitu mengembangkan usahanya untuk membangun perekonomian nasional

berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan (pasal 3 UU No. 2008

tentang UMKM). Pemerintah mempunyai posisi sebagai pemberdaya, pemberi

stimulan, tetapi yang utama adalah peran dari pelaku usaha sendiri dalam

menerapkan strategi dan keputusan bisnis, sesuai dengan kondisi internal

dalam menyesuaikan diri atas kondisi ekternal perusahaan.

Kondisi internal perusahaan, terkait dengan kegiatan bisnis dicatat dalam

prosedur atau sistem akuntansi yang dimiliki perusahaan. Akuntansi adalah

“suatu sistem yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis, memproses informasi

tersebut ke dalam bentuk laporan-laporan dan mengkomunikasikannya kepada

para pengambil keputusan” (Horngren:2005:3). Output akuntansi berupa

informasi aktivitas bisnis perusahaan, sebagai input untuk mengambil

keputusan bisnis. Hal ini ditegaskan oleh Collier (2003:3) bahwa informasi

mengenai kegiatan ekonomi perusahaan sebagai input pengambilan keputusan

oleh penggunanya.

Krismiaji (2015:9) mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan berbagai

pihak bersifat spesifik, tergantung pada keperluannya atas perusahaan.

Investor membutuhkan laporan keuangan, pelanggan membutuhkan informasi


2

jenis barang yang tersedia, pemasok membutuhkan jenis barang yang

diperlukan, pemegang saham membutuhkan informasi transaksi saham dan

dividen serta karyawan membutuhkan informasi gaji, potongan gaji dan ragam

informasi lainnya. Setiap pihak membutuhkan informasi yang bersifat khusus

dalam rangka mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingannya atas

perusahaan.

Pihak internal perusahaan juga membutuhkan data yang bersifat

spesifik, tergantung pada perannya dalam organisasi. Holmes dan Nicholls

(1989) mengidentifikasi informasi akuntansi berupa 1) statutory accounting

information, informasi yang harus disiapkan sesuai dengan peraturan yang

ada; 2) budgetary information serta 3) additional accounting information;

informasi akuntansi lain yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan

efektivitas pengambilan keputusan.

Semakin lengkap informasi akuntansi di atas, maka akan semakin

beragam input informasi yang dapat dijadikan dasar dalam mengambil

keputusan oleh pihak internal. Hal tersebut akan meningkatkan kualitas

keputusan bisnis para manajer atau pada perusahaan kecil dan menengah oleh

para pemilik perusahaan. Krismiaji (2015:13) menyatakan bahwa informasi

akuntansi yang dihasilkan dari sistem akuntansi dapat meningkatkan nilai

perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi dengan cara sistem menghasilkan

informasi untuk 1) dapat memperbaiki produk atau jasa; 2) meningkatkan

efisiensi; 3) memberikan informasi tepat waktu dan dapat dipercaya untuk

memperbaiki pembuatan keputusan; 4) dapat meningkatkan keunggulan

kompetitif perusahaan; 5) memperbaiki komunikasi dan 6) memperbaiki

penggunaan pengetahuan.
3

. Adanya penegasan bahwa penggunaan informasi akuntansi dapat

meningkatkan nilai perusahaan, maka perusahaan pada skala menengah

sudah seharusnya dikelola berdasarkan informasi yang berbasis fakta empiris

internal perusahaan. Fakta permasalahan yang dihadapi oleh usaha menengah

di Indonesia secara umum, termasuk juga di Kota Mataram di bidang non

finansial (Adningsih, 2015) diantaranya adalah kurangnya pemahaman

mengenai keuangan dan akuntansi. Hal ini menjadi salah satu dasar untuk

memberikan perhatian atas penggunaan informasi akuntansi pada pelaku

usaha menengah.

Penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan menengah bukan

dengan cara memberikan perhatian langsung atas aspek terkait, tetapi

bagaimana melakukan pengelolaan atas kondisi atau karakteristik internal

perusahaan. Penggunaan informasi akuntansi dalam perusahaan akan menjadi

bagian sub sistem, sehingga perlu pengelolaan atas aspek internal perusahaan.

Hal ini yang menjadi dasar peneliti untuk memperhatikan karakteristik internal

perusahaan, di samping adanya berbagai riset terdahulu yang memberikan

perhatian atas aspek terkait dalam mempengaruhi perusahaan/organisasi

menggunakan informasi akuntansi. Dimana karakteristik internal dalam

penelitian ini terdiri dari komitmen pemilik, pendidikan pemilik, pelatihan

pegawai, pengalaman pegawai dan umur perusahaan, yang selanjutnya

memberikan perubahan terkait dengan penggunaan informasi akuntansi dalam

pengambilan keputusan bisnis.

Laporan sensus ekonomi tahun 2016, jumlah pelaku usaha di Kota

Mataram sebanyak 56.800 usaha, tumbuh sebesar 23,21 persen dari tahun

2006. Secara kuantitas, pertumbuhan jumlah usaha tersebut di atas rata-rata


4

pertumbuhan jumlah usaha di Provinsi NTB (10,14 persen). Hal yang menjadi

masalah adalah 75,00 persen dari jumlah pelaku usaha tersebut masih belum

menempati tempat usaha yang tetap. Secara spesifik, bahwa usaha tersebut

umumnya masih skala mikro dan kecil (BPS Kota Mataram, 2016). Jumlah

usaha menengah di Kota Mataram pada kisaran 1.212 unit atau hanya sebesar

2,13 persen dari seluruh usaha yang ada. Kondisi faktual ini masih jauh dari

realisasi Kota Mataram sebagai pusat perdagangan dan jasa, sesuai dengan

visinya sebagai kota pusat pendidikan, jasa dan perdagangan. Berhubungan

dengan hal tersebut, maka perlu upaya dari berbagai aspek untuk

meningkatkan nilai perusahaan, tumbuh menjadi bisnis yang lebih besar. Usaha

mikro dan kecil dapat tumbuh menjadi usaha menengah dan selanjutnya usaha

menengah tumbuh menjadi usaha besar.

Yuliati (2014) telah berkontribusi melalui penelitiannya pada usaha kecil,

di mana penelitiannya mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan informasi akuntansi berupa komitmen pemilik, pendidikan pemilik,

pelatihan, kompetensi pegawai dan kerja tim. Karakteristik internal perusahaan

yang tidak berpengaruh atas penggunaan informasi akuntansi berupa kerja tim.

Sitoresmi dan Fuad (2013) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan informasi akuntansi berupa pendidikan pemilik, skala usaha, umur

perusahaan dan pelatihan akuntansi. Empat faktor tersebut berpengaruh positif

dan signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. Peneliti lainnya,

seperti Apriliawati dan Hastuti (2011), Astuti (2007) serta Wahyudi (2009)

menghasilkan penelitian yang berbeda, sehingga memunculkan gap riset.

Penelitian lebih lanjut dilakukan pada usaha menengah, di mana

diindikasikan pemilik usaha seringkali menerapkan kebijakan pengalihan


5

penggunaan asset untuk kepentingan yang tidak berhubungan dengan

bisnisnya. Kegiatan lainnya berupa prive dan relatif puas pada kondisi bisnis

yang telah dicapai, tidak berupaya melibatkan diri secara maksimal untuk

membesarkan perusahaan.

Pemilik usaha menengah di Kota Mataram umumnya tidak berpendidikan

sarjana. Pengusaha menengah di Kota Mataram berpendidikan sarjana

sebanyak 13,32 persen, berpendidikan SMA sebanyak 74,01 persen dan

berpendidikan SMP sebanyak 12,66 persen (UMKM Kota Mataram, 2016).

Usaha yang dimiliki sebagai bentuk usaha yang dilanjutkan dari orang tua dan

tidak mempunyai upaya meningkatkan pendidikan secara formal untuk dirinya,

termasuk pada pegawai. Pegawai yang diterima umumnya telah mempunyai

pengetahuan dasar dalam bidangnya dan relatif tidak melakukan investasi

untuk human resourcess (seperti dalam bentuk pelatihan). Pemilik usaha tidak

menerapkan kebijakan pemeliharaan pegawai dengan baik, sehingga pegawai

yang berpengalaman cenderung keluar dari perusahaan. Ada indikasi

perusahaan skala menengah yang telah lama berdiri stagnan dalam bisnisnya,

sehingga umur perusahaan perlu juga mendapatkan kajian mendalam.

Penelitian ini penting untuk memberikan keyakinan, bahwa berbagai

faktor internal perusahaan dapat dikelola untuk meningkatkan penggunaan

informasi akuntansi. Sisi lain, diyakini bahwa penggunaan informasi akuntansi

dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut penting sebagai dasar untuk

memenangkan persaingan, bertahan dalam bisnis yang kompetitif dan tumbuh

menjadi bisnis yang lebih besar. Fokus penelitian ini pada perusahaan skala

menengah yang bergerak dalam bisnis manufaktur, dengan tujuan untuk

mendapatkan hasil kajian yang bersifat spesifik. Penggunaan informasi


6

akuntansi pada perusahaan skala menengah dengan bidang usaha yang

berbeda pada prinsipnya sama, tetapi proses menyiapkan informasi akuntansi

tersebut dan pengetahuan untuk menganalisisnya sebagai dasar penggunaan

yang berbeda. Konteks ini juga dapat menjadi batasan dalam penelitian ini,

karena setiap penelitian mempunyai batasan tertentu.

Perlu juga ditegaskan bahwa konsep teoritis disesuaikan dengan fakta

empiris, di mana pada perusahaan berbadan hukum PT dan CV ada manajer

(agenci) yang menjalankan perusahaan dan pemilik sebagai principal.

Pembagian tugas yang jelas tersebut sangat tegas pada perusahaan-

perusahaan besar, terlebih yang telah melakukan listed di pasar modal atau

bersifat terbuka. Pada perusahaan skala menengah, walaupun berbadan

hukum CV ataupun CV, pihak pemilik masih yang dominan dalam menjalankan

bisnisnya. Hal ini yang mendasarkan penelitian ini pada pemilik sebagai pihak

yang memberikan informasi.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat

pengaruh yang signifikan secara parsial dari komitmen pemilik, pendidikan

pemilik, pelatihan pegawai, pengalaman pegawai dan umur perusahaan

terhadap penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan bisnis

pada perusahaan menengah di Kota Mataram?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi pengaruh

secara parsial dari komitmen pemilik, pendidikan pemilik, pelatihan pegawai,

pengalaman pegawai dan umur perusahaan terhadap penggunaan informasi


7

akuntansi dalam pengambilan keputusan bisnis pada perusahaan menengah di

Kota Mataram.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat akademis; untuk memenuhi salah satu syarat guna

mendapatkan kebulatan studi sarjana strata satu pada Fakultas Ekonomi

Universitas Mataram.

b. Manfaat teoritis; untuk memperdalam pengetahuan mengenai informasi

akuntansi dalam meningkatkan nilai perusahaan, tetapi dengan fokus

pada faktor-faktor yang menggerakkan pelaku usaha dalam

penggunaannya. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan strata

informasi akuntansi yang disiapkan dan digunakan oleh pelaku usaha

dalam kegiatan bisnis.

Penggunaan informasi akuntansi dapat dijadikan piranti untuk

meningkatkan nilai perusahaan dengan terapan penggunaan informasi

akuntansi secara khusus oleh setiap manajer atau fungsi dalam

perusahaan (Krismiaji, 2015). Hal tersebut perlu dibuktikan dengan

temuan, secara khusus pada perusahaan skala menengah di Kota

Mataram. Holmes dan Nicholls (1989) memberikan acuan strata

penggunaan informasi akuntansi. Konsep tersebut dijadikan acuan dan

sekaligus akan dibuktikan pada level tertentu penggunaan informasi

akuntansi oleh pelaku usaha menengah di Kota Mataram. Informasi

merupakan salah satu bentuk sumber daya yang harus dikelola

perusahaan (Mcleod dan Shell, 2003). Penggunaan informasi akuntansi


8

dalam perusahaan skala menengah di Kota Mataram, lebih mengacu

pada teori Stewardship. (Donaldson dan Davis, 1989)

c. Manfaat empiris; diharapkan menjadi masukan bagi pelaku usaha

menengah dalam penggunaan informasi akuntansi untuk pengambilan

keputusan. Aspek penting lainnya adalah untuk memberikan penegasan

bahwa pengelolaan informasi akuntansi dan pemanfaatannya oleh

pelaku usaha dapat meningkatkan nilai bisnisnya.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu penting untuk ditampilkan, di mana dapat dijadikan

sebagai pedoman dalam melakukan penelitian lebih lanjut dan memunculkan

gap riset. Astuti (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Karakteristik Internal Perusahaan terhadap Penyiapan dan Penggunaan

Informasi Akuntansi Perusahaan Kecil dan Menengah di Kabupaten Kudus”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh secara parsial

dan simultan dari skala usaha, masa memimpin perusahaan, pendidikan

pemilik/manajer, pelatihan akuntansi yang diikuti dan umur perusahaan

terhadap penyiapan dan pengunaan informasi akuntansi pada perusahaan

skala kecil dan menengah di Kabupaten Kudus.

Penelitian direncanakan pada 100 buah perusahaan, tetapi angket yang

dikembali dan diisi lengkap sebanyak 74 buah, maka sebagai responden (data

observasi/n) sebanyak 74 perusahaan. Alat analisis menggunakan analisis

regresi linear berganda. Temuan yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan secara simultan dari skala usaha, masa memimpin

perusahaan, pendidikan pemilik/manajer, pelatihan akuntansi yang diikuti dan

umur perusahaan terhadap penyiapam dan pengunaan informasi akuntansi

pada perusahaan skala kecil dan menengah di Kabupaten Kudus. Pengujian

signifikansi secara parsial, ditemukan dua variabel yang tidak berpengaruh

signifikan, yaitu pendidikan pemilik dan umur perusahaan. Penelitian ini masih

menggabung dua kriteria perusahaan, yaitu skala kecil dan menengah. Dalam
10

rangka lebih spesfiknya hasil penelitian ini, maka obyek penelitian perlu

diseragamnya, yaitu perusahaan skala menengah.

Wahyudi (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi pada Usaha Kecil

dan Menengah (UKM) di Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

signifikansi pengaruh dari pendidikan manajer/pemilik, skala usaha, masa

memimpin perusahaan, umur perusahaan dan pelatihan akuntansi

manajer/pemilik terhadap penggunaan informasi akuntansi pada UKM di

Yogyakarta.

Jumlah responden yang digunakan sebanyak 80 pelaku usaha. Alat

analisis menggunakan regresi linear berganda. Hasil pengujian menunjukkan

terdapat tiga variabel bebas yang tidak berpengaruh signifikan terhadap

penggunaan informasi akuntansi pada UKM di Yogyakarta, yaitu masa

memimpin perusahaan, umur perusahaan dan pelatihan akuntansi

manajer/pemilik perusahaan. Penelitian di atas relatif sama dengan penelitian

yang akan dilakukan, perbedaannya terletak pada beberapa variabel bebas,

yaitu komitmen pemilik, pelatihan pegawai dan pengalaman pegawai.

Perbedaan juga terletak pada penggunaan alat analisis, di mana ciri dari

analisis PLS tidak menentukan syarat statistik yang kompleks.

Hutagaol (2012) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan

Akuntansi pada Usaha Kecil Menengah”. Disimpulkan pada usaha skala kecil

dan menengah umumnya berada pada bidang dagang dan jasa. Penerapan

akuntansi akan dapat diperoleh informasi mengenai transaksi yang dilakukan

perusahaan selama satu tahun, diperoleh informasi mengenai perolehan laba

atau rugi dalam bisnisnya, serta dapat menjadi dasar pengelolaan keuangan
11

perusahaan. Informasi akuntansi dapat dijadikan dasar untuk mengambil

keputusan dalam bisnisnya.

Penelitian di atas dapat dinyatakan relatif sangat sederhana, karena

hanya melakukan deskripsi kajian pustaka atas penerapan informasi akuntansi.

Penelitian yang akan dilakukan lebih bersifat empiris, berdasarkan kondisi yang

terjadi dalam bisnis skala menengah di Kota Mataram. Peningkatan

penggunaan informasi akuntansi dapat juga ditingkatkan dengan mengelola

faktor-faktor yang memberikan pengaruh yang signifikan.

Yuliati (2014) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik

Internal Perusahaan dengan Stimulan Kebijakan Pemerintah terhadap

Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Kecil di Kota Mataram”.

Variabel penjelas berupa komitmen pemilik (X1), pendidikan pemilik (X2),

pelatihan (X3), kompetensi pegawai (X4) dan kerja tim (X4) serta kebijakan

pemerintah (Z) dijadikan sebagai variabel moderat. Data observasi (n) yang

digunakan sebanyak 48 pelaku usaha, tetapi yang menjadi responden aktual

(sesuai dengan jumlah angket yang dikembalikan) sebanyak 42 pelaku usaha.

Temuan yang diperoleh membuktikan bahwa hanya kerja tim (X4) yang tidak

berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi (Y) dan

variabel kebijakan pemerintah (Z) tidak muncul sebagai variabel moderat atau

pemberi stimulan yang signifikan.

Penelitian di atas dilakukan pada pelaku usaha skala kecil di Kota

Mataram, sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada pelaku usaha

menengah. Temuan penelitian Yuliati (2014) sebanyak 40,26 persen responden

menggunakan informasi akuntansi pada taraf yang rendah dan 11,69 persen

lainnya tergolong sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa penyiapan dan
12

penggunaan informasi akuntansi pada pelaku usaha kecil di Kota Mataram

masih minim. Fakta empiris yang terjadi, bahwa nilai perusahaan tidak

mengalami peningkatan melalui penyiapan dan penggunaan informasi

akuntansi.

Penelitian yang dilakukan Yuliati (2014) menjadi dasar untuk melakukan

penelitian lebih lanjut, terutama pada obyek penelitian yang berbeda. Penelitian

pada pelaku usaha menengah akan menjadi pelengkap penelitian tersebut.

Perbedaan penting lainnya tidak adanya variabel moderat serta tidak

dimasukkan kerja tim dan kompetensi pegawai sebagai variabel bebas.

Perbedaan lainnya juga terletak pada kisi-kisi untuk variabel dependent, tidak

hanya mengacu pada Holmes dan Nichols, tetapi juga mengacu pada

pemanfaatan informasi akuntansi oleh internal perusahaan dari Krismiaji (2015).

Penelitian yang akan dilakukan memberikan variasi temuan dengan variabel

independen yang berbeda, pengukuran atas variabel penggunaan informasi

akuntansi serta obyek penelitian yang berbeda. Perbedaannya juga terletak

pada alat analisis yang digunakan, karena akan digunakan partial least square.

Perbedaan penggunaan alat analisis memberikan dampak luas pada suatu

penelitian, seperti bentuk permasalahan yang diajukan, pengukuran variabel,

syarat pengukuran variabel dan berbagai ketentuan lain.

Immelda (2015) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi pada PT. DBTR

Sidoarjo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari

keterlibatan pemakai sistem informasi, kemampuan pemakai sistem informasi,

program pelatihan dan pendidikan pemakai sistem informasi tehadap kinerja

sistem informasi akuntansi. Populasi penelitian ini sebanyak 25 orang terdiri


13

atas karyawan accounting, keuangan, pengembangan, penjualan dan

operasional . Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear

berganda.

Temuan dalam penelitian ini adalah seluruh keterlibatan pemakai sistem

informasi, kemampuan pemakai sistem informasi serta program pelatihan dan

pendidikan pemakai berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja

sistem informasi akuntansi pada perusahaan. Kinerja sistem informasi

akuntansi terkait dengan ketersediaan informasi yang dibutuhkan karyawan

internal organisasi untuk pengambilan keputusan di dalam tugas masing-

masing.

Penelitian di atas ditampilkan, karena masih relevan dengan

penggunaan informasi akuntansi. Kinerja sistem informasi akuntansi, terkait

dengan lengkapnya informasi yang dihasilkan, validitas, kesesuaian dengan

kebutuhan dan ragam kriteria lainnya. Semakin tinggi kinerja sistem terkait,

maka akan semakin baik digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

2.2. Tinjauan Teoretis

2.2.1. Teori Penggunaan Informasi Akuntansi

Pengelolaan perusahaan tidak hanya dilakukan oleh pemilik (principal),

tetapi pada perusahaan besar secara penuh dijalankan oleh agency. Pada

perusahaan skala menengah, jika principal mempunyai banyak bentuk usaha

dapat saja terjadi pengelolaan bisnis dilakukan oleh para agency dan jika masih

memiliki satu perusahaan, maka kemungkinannya principal akan menjadi

pengelola bekerjasama dengan para agency (manajerial). Dalam hal ini pihak

principal harus memastikan bahwa perusahaan dikelola sesuai dengan visi dan

misi yang dibangun oleh prinsipal serta memastikan bahwa para agency
14

bekerja untuk kepentingan perusahaan, agar perusahaan dapat tumbuh

menjadi bisnis yang lebih besar.

Konteks kerja sama antara agency dan manajerial dalam mengelola

bisnis, dengan fokus pada pencapaian tujuan perusahaan, maka pada

dasarnya sebagai prinsip dari teori stewardship dalam penggunaan informasi

akuntansi. Teori stewardship berakar dari kajian psikologi dan sosiologi yang

telah didesain bagi peneliti untuk mengukur situasi, di mana para eksekutif

sebagai steward yang telah termotivasi untuk bertindak secara terbaik untuk

keuntungan principal. Dalam teori ini, individu yang menjadi steward

mempunyai perilaku yang mendukung organisasi yang menunjuknya, perilaku

kebersamaan yang memberikan keuntungan atau nilai tertinggi, dibandingkan

dengan perilaku yang didasarkan pada individualitas. Perilaku yang dijalankan

steward, tidak pernah akan menukar kepentingan diri atau individual atas

kepentingan organisasi. Hal tersebut didasarkan bahwa steward akan

memperoleh manfaat yang tinggi dari organisasi. Asumsi penting dalam teori ini

adalah ada hubungan yang kuat antara kesuksesan organisasi dengan

kepuasan principal. Para steward akan berupaya secara maksimal melindungi

kekayaan atau kemakmuran pemegang saham melalui kinerja perusahaan

yang didasarkan atas kerja maksimal (Donaldson, et.al., 1997). Perusahaan

tidak akan dapat mengalami pertumbuhan secara nyata, jika laporan yang

diberikan oleh steward, tidak sesuai dengan kondisi riil bisnis. Hal ini juga harus

disadari oleh para agency atau steward, bahwa kinerja riilnya adalah mampu

secara nyata merealisasikan tujuan perusahaan dan secara nyata dapat

tumbuh menjadi bisnis yang lebih besar.


15

Eierle dan Schultze (2013) mengidentifikasi fungsi akuntansi yang

mengacu pada peran Steward, sebagai berikut:

Tabel 2.1. Functions of Accounting


No Item Dicision-making Stewardsiip-Influencing
decision- making of
agents
1. Retrospecti Control Control Control
ve
2. Prospective Planning/ Planning/ Planning/forecasting
orecasting forecasting
3. User group management Owners and other Shareholder to control
stakeholder manager; central
manager to control
division manager
Sumber: Eirle dan Schultze (2013)

Informasi akuntansi dihubungkan dengan klasifikasi serta pemanfaatan

informasi, dapat dijadikan dasar perencanaan, peramalan dan kontrol.

Harnandez (2007) mengidentifikasi aspek-aspek yang menjadi keluaran atau

konsep dalam teori stewardship berupa:

1. Menerima tanggung jawab secara personal dari pemilik.


2. Melakukan tindakan pelayanan yang berimbang antara
perhatian stakeholder dengan kepentingan sendiri.
3. Melakukan tindakan yang berimbang dalam melayani
kepentingan internal dan eksternal organisasi.

Teori stewardship memberikan penekanan pada dimensi-dimensi berupa

dukungan hubungan (adil atas karyawan, perhatian atas karyawan dan

menghormati karyawan), faktor pemotivasi (sumber daya, penentuan sendiri,

kemanjuran), dukungan kontekstual (visi, keseragaman dan koordinasi) serta

aspek moral berupa perhatian moral, perhatian atas risiko, keotentikan dan

tindakan moral (Harnandez, 2007). Penggunaan informasi akuntansi diawali

dengan penyiapan informasi akuntansi, didasarkan atas fakta empiris bukan

didasarkan atas kepentingan sepihak, begitu juga dengan penggunaan

informasi akuntansi yang dihasilkan.


16

2.2.2. Informasi Akuntansi

Informasi dalam perekonomian modern muncul sebagai salah satu

sumber daya, jika dikelola dengan baik akan memberikan dukungan atas

keunggulan organisasi. Informasi dikategorikan sebagai sumber daya

konseptual, digunakan oleh para manajer untuk mengelola sumber daya fisik,

berupa manusia, materil, mesin (termasuk fasilitas energi) dan uang (Mcleod

dan Shell, 2001:3). Pengelolaan informasi, dijadikan dasar pengelolaan sumber

daya dan pengambilan keputusan akan dapat mewujudkan tujuan organisasi

dengan lebih baik.

Informasi adalah “data yang diorganisasi dan telah memiliki kegunaan

dan manfaat” (Krismiaji, 2015:14). Data merupakan input dari sistem dan

informasi adalah outputnya. Definisi yang sama diberikan oleh Feather dan

Struges (2003:244), information is data that has been processed into a

meaningfull form”. Informasi juga dimaknakan sebagai data yang berarti bagi

penerimanya dan bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Adanya manfaat

bagi penerimanya dan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, maka

informasi yang demikian dikategorikan sebagai sumber daya.

Informasi dapat bermanfaat bagi penerima dan dapat dijadikan dasar

pengambilan keputusan, jika mempunyai karakteristik (Krismiaji, 2015:15)

sebagai berikut:

1. Relevan; menambah pengetahuan atau nilai bagi para


pembuat keputusan dengan cara mengurangi ketidakpastian,
menaikkan kemampuan untuk memprediksi atau
menegaskan/membenarkan ekspektasi semula.
2. Data dipercaya; bebas dari kesalahan atau bias dan secara
akurat menggambarkan kejadian atau aktivitas organisasi.
3. Lengkap; tidak menghilangkan data penting yang dibutuhkan
oleh para pemakai.
17

4. Tepat waktu; disajika pada saat yang tepat untuk


mempengaruhi proses pembuatan keputusan.
5. Mudah dipahami; disajikan dalam format yang mudah
dimengerti.
6. Dapat diuji; memungkinkan dua orang yang kompeten untuk
menghasilkan informasi yang sama secara independen.

Syarat informasi di atas juga harus dipenuhi oleh informasi akuntansi.

Informasi akuntansi sebagai sistem menggunakan data sebagai input dan

informasi sebagai hasil. Informasi yang dihasilkan bersifat khusus, terkait

dengan peran akuntansi dalam organisasi, termasuk juga kegunaannya bagi

pihak eksternal. Akuntansi adalah “suatu proses pencatatan atau pengolahan

data keuangan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan analisa data

keuangan suatu organisasi atau perusahaan” (Kardinal, 2016:1). Data

keuangan memberikan informasi aktivitas bisnis perusahaan secara empiris, di

mana hasil analisisnya memberikan gambaran kinerja empiris dan menjadi

dasar untuk melakukan evaluasi dan pengambilan keputusan bisnis.

Akuntansi menghasilkan data bagi penerimanya dan dipastikan

mempunyai manfaat terkait dengan aktivitas bisnis perusahaan. Data tersebut

dapat dijadikan bahan untuk memilih tindakan yang bermanfaat untuk

organisasi atau bermanfaat bagi penggunanya (investor, pemasok, kreditor,

pemerintah dan pihak lainnya yang berhubungan dengan perusahaan).

Setiawan (2016) mendefinisikan akuntansi sebagai “suatu disiplin yang

menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara

efisien dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu organisasi.

Akuntansi itu sendiri sebagai sistem yang menyediakan informasi.

Sistem menunjukkan “suatu kesatuan (entity) yang terdiri dari bagian-bagian

yang saling berkaitan dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu”

(Baridwan, 2010:4). Berdasarkan definisi sistem tersebut, maka sistem


18

akuntansi pada dasarnya terdiri atas kumpulan sub sistem yang terkait dengan

kegiatan dan proses dalam akuntansi, dengan tujuan untuk memberikan

informasi aktivitas ekonomi yang berguna untuk pengambilan keputusan bisnis.

Sistem akuntansi didefinisikan sebagai “formulir-formulir, catatan-

catatan, prosedur-prosedur dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data

mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan

umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan oleh manajemen

untuk mengamati usahanya dan bagi pihak-pihak lain yang

berkepentingan,seperti pemegang saham, kreditur dan lembaga-lembaga

pemerintah untuk menilai hasil operasi” (Baridwan, 2010:4). Akuntansi sebagai

sistem, berarti ada kumpulan dari bagian-bagian yang saling berhubungan,

sehingga terbentuk informasi keuangan perusahaan.

Baridwan (2010:5) mengidentifikasi elemen-elemen atau sub sistem

yang ada dalam sistem akuntansi berupa sistem akuntansi utama (klasifikasi

rekening, riIl dan nominal, buku besar, jurnal dan bukti transaksi), sistem

penjualan dan penerimaan uang (order penjualan, perintah pengiriman dan

pembuatan faktur penagihan, distribusi penjualan, piutang serta penerimaan

uang dan pengawasan kredit), sistem pembelian dan pengeluaran uang (order

pembelian dan laporan penerimaan barang, distribusi pembelian dan biaya,

hutang dan prosedur pengeluaran uang), sistem pencatatan waktu dan

penggajian (personalia, pencatatan waktu, penggajian dan distribusi gaji dan

upah) serta sub sistem produksi dan biaya produksi (order produksi,

pengawasan persediaan dan akuntansi biaya). Setiap sub sistem memberikan

informasi yang spesifik, jika dianalisis akan memberikan informasi yang spesifik
19

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Sub sistem dalam sistem

akuntansi juga dibedakan atas fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.

Adapun sistem informasi akuntansi adalah “sistem yang berbasis

komputer yang dirancang untuk mentransformasi data akuntansi menjadi

informasi serta terkait juga informasi siklus pemrosesan transaksi, penggunaan

teknologi informasi dan pengembangan sistem informasi” (Bodnar dan

Hopwood, 2006:8). Dalam penelitian ini, informasi akuntansi sudah dipastikan

suatu sistem, di mana ada input, proses dan output berupa informasi. Fokus

riset ini pada penyediaan informasi, sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk

pengambilan keputusan yang sifatnya rutinitas ataupun sifatnya inovatif.

Informasi akuntansi dapat menjadi dasar pengambilan keputusan yang

valid, jika memenuhi kriteria informasi secara umum (IAI, 2009). Secara spesifik

karakteristiknya sebagai berikut:

a. Dapat dipahami; kemudahan untuk dimengerti oleh pihak


pengguna.
b. Relevan; laporan keuangan yang dihasilkan dapat membantu
pengambil keputusan untuk menjadikannya sebagai dasar
evaluasi dan selanjutnya untuk perbaikan atas kondisi saat ini dan
masa yang akan datang.
c. Materialitas; pencatatan yang salah dapat berimplikasi pada
kualitas keputusan yang diambil.
d. Keandalan, bebas dari materialitas, bias dan harus memuat
kejujuran atas informasi yang disampaikan.
e. Subtansi mengungguli bentuk; pencatatan sesuai dengan subtansi
dan realitas ekonomi.
f. Pertimbangan sehat tidak mengizinkan bias informasi dengan
fakta.
g. Kelengkapan, dapat dibandingkan dan tepat waktu serta
keseimbangan antara manfaat dan biaya atas penyusunan
informasi akuntansi.

Horngren, dkk (2005:8) mengidentifikasi konsep dan prinsip informasi

akuntansi berupa:

a. Konsep entitas; entitas akuntansi adalah suatu organisasi atau


suatu bagian organisasi yang terpisah dari organisasi-organisasi
20

lain dan individu-individu lain yang merupakan suatu unit ekonomi


yang terpisah. Ada garis pembatas yang jelas, agar tidak terjadi
campur aduk kejadian yang dialami dengan yang dialami entitas
lainnya.
b. Konsep keandalan; data dapat dibuktikan/ditelusuri kebenarannya
dan dapat dikonfirmasikan oleh setiap pengamat yang
independen.
c. Prinsip biaya; catatan akuntansi harus tetap mempertahankan
nilai historis dari sebuah aktiva dalam perusahaan.
d. Konsep kesinambungan; entitas akan terus melakukan usahanya
untuk masa yang tidak dapat ditentukan di masa depan.
e. Konsep satuan moneter stabil; pencatatan atas satuan moneter
yang tetap.

Penyediaan informasi akuntansi harus menjadi komitmen pemilik

perusahaan dan seluruh pihak yang ada pada perusahaan mempunyai

kemampuan dalam mendukung terbentuknya laporan keuangan serta mampu

membaca serta menjadikannya sebagai sumber informasi untuk mendukung

keputusan bisnis yang lebih tepat.

2.2.3. Penggunaan Informasi Akuntansi

Informasi akuntansi sebagai suatu sistem dan proses harus disiapkan

sesuai dengan karakteristik dan prinsip yang telah ditetapkan. Hal tersebut

penting agar ada kesamaan persepsi atas keterangan dan angka-angka yang

disajikan, karena seluruhnya akan menentukan keputusan yang diambil oleh

pihak-pihak yang menggunakan informasi akuntansi. Informasi akuntansi untuk

pengambilan keputusan bersifat spesifik, tergantung pada pihak-pihak yang

membutuhkannya. Para principal menggunakan informasi akuntansi untuk

menilai kinerja manajerial, para investor menggunakannya sebagai dasar

pengambilan keputusan investasi, begitu juga dengan pihak-pihak lain,

tergantung pada kebutuhannya atas perusahaan.

Informasi akuntansi dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.

Holmes dan Nichols (1989) dalam jurnalnya mengklasifikasikannya atas tiga


21

tingkatan, yaitu statutory accounting information (tax return, balanced sheet,

profit-loss statement), budgettary accounting information (profit/loss, cash flow)

dan additional accounting information (ratio analysis, manufacturing statement,

interfirm comparism, industry trend, source and aplication fund, break event

analysis, job costing report) .

Informasi akuntansi dapat disesuaikan juga manfaatnya atas tipe

informasi. Jogiyanto (2003:69) mengklasifikasikan informasi atas:

a. Informasi pengumpulan data; terkait dengan kebutuhan


informasi untuk mengetahui apa yang telah dikerjakan baik
atau jelek. Informasi ini digunakan untuk mengevaluasi kinerja
personel dalam organisasi.
b. Informasi pengarahan perhatian; informasi yang digunakan
untuk mengarahkan perhatian pada masalah-masalah yang
menyimpang, ketidakefisienan dan kesempatan yang dapat
dilakukan.
c. Informasi pemecahan masalah; informasi yang membantu
manajer atas mengambil keputusan untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.

Informasi akuntansi yang dihasilkan oleh perusahaan, diharapkan dapat

memberikan data atau input bagi manajer dalam mengambil keputusan.

Krismiaji (2015:10) megidentifikasi kebutuhan setiap manajer dalam

menjalankan tugasnya, sebagai berikut:

a. Manajer pemasaran; terkait dengan informasi untuk


menentukan harga jual, kebijakan garansi dan potongan dan
mengidentifikasi jenis produk yang paling banyak dan paling
sedikit menghasilkan laba.
b. Bagian pembelian dan pengawasan persediaan; informasi
akuntansi dibutuhkan untuk membantu waktu, kuantitas dan
spesifikasi barang yang dibeli dan menentukan pemasok.
c. Manajer produksi; membutuhkan informasi akuntansi untuk
kapan dan berapa banyak produk dihasilkan, metode dan jenis
bahan baku yang digunakan serta cara alokasi biaya untuk
setiap produk.
d. Manajer SDM; informasi akuntansi dibutuhkan untuk
menentukan jumlah jam kerja dan jumlah gaji setiap karyawan.
e. Manajer keuangan; informasi akuntansi dibutuhkan untuk
mengidentifikasi pola arus kas masuk dan kas keluar, sumber
dana, keperluan dan berbagai keputusan keuangan lainnya.
22

Informasi akuntansi yang disajikan oleh perusahaan, bukan hanya

sebatas ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah, disebabkan adanya

kewajiban pajak. Informasi akuntansi harus dapat mendukung tugas manajer,

pemecahan masalah, perhatian atas pemecahan masalah dan kesempatan

organisasi. Terkait dengan hal tersebut dibutuhkan penanganan informasi

dalam organisasi dengan benar, termasuk penanganan informasi akuntansi.

Siagian (2005:15) mengidentifikasi faktor yang perlu diperhatikan, yaitu

penciptaan informasi, pemeliharaan saluran informasi, transmisi informasi,

penerimaan informasi, penyimpanan informasi, penelusuran informasi,

penggunaan informasi dan penilaian kritis serta umpan balik.

Informasi akuntansi untuk kepentingan internal perusahaan pada

dasarnya terkait dengan proses bisnis, baik proses bisnis primer dan bisnis

pendukung. Bodnar dan Hopwood (2006:8) mengidentifikasi kebutuhkan

informasi akuntansi sesuai dengan proses dalam bisnis, berarti digunakan oleh

manajer pada setiap sistem terkait, sebagai berikut:

1. Logistik penjualan inbound, berupa informasi persediaan,


pengendalian dan retur ke pemasok.
2. Logistik penjualan outbound, berupa informasi order penjualan,
pengiriman pesanan dan pengumpulan piutang.
3. Operasi berupa informasi terkait mesin, perakitan dan
pengepakan.
4. Pemasaran, terkait informasi periklanan, promosi, penawaran
dan fungsi lainnya yang berhubungan dengan konsumen.
5. Jasa, terkait informasi instalasi, reparasi, layanan purna jual
dan lainnya yang berhubungan dengan penciptaan kualitas
pelayanan pada konsumen.
6. Profukremen, terkait informasi pembelian, pemesanan,
evaluasi penawaran dari pemasok dan lainnya.
7. Pengembangan teknologi, terkait informasi sumber daya dan
pengembangan produk.
8. Organisasi dan manajemen sumber daya manusia, terkait
informasi rekrutmen, pelatihan dan lainnya.
9. Infrastruktur perusahaan, terkait informasi perencanaan,
pengendalian bisnis, pengelolaan modal dan lainnya.
23

Lima proses bisnis awal merupakan proses bisnis primer dan empat

proses akhir merupakan proses bisnis pendukung. Pelaksanaan fungsi tersebut

harus mengacu pada informasi internal perusahaan, dapat diperoleh dari output

sistem informasi akuntansi. Pengelolaan sembilan proses bisnis yang didukung

dengan penggunaan informasi akuntansi dapat meningkatkan nilai perusahaan,

sesuai dengan konsep rantai nilai dari Porter (Krismiaji, 2015:11).

Krismiaji (2015:13) menegaskan bahwa penggunaan informasi akuntansi

dapat digunakan dalam meningkatkan nilai perusahaan, melalui aspek-aspek

berikut:

1. Bagian operasi dapat memperoleh informasi produk cacat atau


sejenisnya. Informasi tersebut dijadikan dasar untuk
memperbaiki tahap proses yang menyebabkan produk cacat,
sehingga kualitas produk meningkat, mengurangi biaya yang
terbuang dan menambah atribut yang dibutuhkan oleh
konsumen.
2. Proses produksi dapat saja tidak lancar disebabkan kegagalan
dalam mengelola persediaan atau sumber daya lainnya.
Informasi akuntansi dapat digunakan untuk melakukan kontrol
seluruh aspek dalam proses bisnis, sehingga selalu terjadi
koordinasi dengan optimal.
3. Informasi akuntansi dapat digunakan untuk menghasilkan
informasi yang tepat waktu dan dapat dipercaya untuk
mengambil keputusan. Hal ini dapat dilakukan pada
perusahaan dengan wilayah bisnis yang luas.
4. Dapat meningkatkan nilai kompetitif perusahaan.
5. Dapat memperbaiki komunikasi
6. Dapat digunakan memperbaiki pengetahuan.

Penggunaan informasi akuntansi seyogyanya menjadi perhatian

perusahaan menengah, karena pada prinsipnya informasi adalah sumber daya

perusahaan. Ketepatan dalam pengelolaan informasi akan berdampak pada

berbagai keunggulan, pada akhirnya dapat mendukung perusahaan

merealisasikan tujuan dan mendukung pertumbuhannya.

2.2.4. Usaha Menengah


24

Terciptanya kesempatan kerja yang luas, sehingga mampu menyerap

pencari kerja atau angkatan kerja yang ada merupakan cita-cita semua negara,

termasuk Indonesia. Kesempatan kerja merupakan cikal bakal diperolehnya

pendapatan bagi masyarakat, baru kemudian dapat tercipta kesejahteraan.

Adanya pendapatan yang wajar menjadi pembentuk pemenuhan kebutuhan

dasar yang baik, pemenuhan kebutuhan pendidikan dan kesehatan, sehingga

indeks mutu hidup meningkat (Kuncoro, 2003:29).

Lapangan pekerjaan dapat diciptakan oleh pemerintah melalui kebijakan

pembangunan, seperti proyek padat tenaga kerja, tetapi tidak bersifat jangka

panjang. Untuk itu, alternatif yang sifatnya jangka panjang dan dapat terus

menerus mengalami peningkatan adalah melalui banyaknya pelaku usaha,

dalam berbagai skala. Skala usaha mikro, setidaknya menyediakan lapangan

pekerjaan bagi diri dan anggota keluarga, perusahaan kecil telah mampu

menyediakan lapangan pekerjaan (dicirikan dengan pemilikan karyawan 5-19

orang), usaha menengah dengan jumlah karyawan 20-99 orang dan secara

otomatis perusahaan skala besar telah mampu menciptakan tenaga kerja untuk

100 orang atau lebih (Adningsih, 2015).

Karakteristik usaha menengah di setiap negara berbeda, semakin maju

perekonomian suatu negara, maka syarat permodalan dan pemilikan tenaga

kerja semakin besar. World Bank memberikan kriteria dari aspek karyawan

untuk usaha menengah dengan jumlah karyawan sebanyak 300 orang,

Singapura dengan jumlah pemilikan tenaga kerja minimal sebanyak 200 orang,

Korea Selatan dan Jepang dengan pemilikan karyawan kurang dari 300 orang,

sedangkan Malaysia dengan ciri kerja waktu penuh sebanyak 75 orang

(Adningsih, 2015).
25

Di Indonesia sendiri, setiap lembaga negara memberikan kriteria khusus

atas usaha menengah. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah memberikan ciri usaha menengah atas pemilikan asset sebanyak

Rp.200.000.000 – Rp.10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008, pemilikan kekayaan bersihnya pada

kisaran Rp.500.000.000 – Rp.10.000.000.000, diluar tanah dan bangunan. BPS

memberikan kriteria dari aspek tenaga kerja pada kisaran 20-99 orang

(Sudaryanto, 2012).

Di Indonesia, usaha menengah mempunyai peranan vital dalam

penyediaan lapangan pekerjaan dan kontribusi produksi nasional (PDRB).

Usaha menengah relatif mampu bertahan dalam beberapa krisis, tetapi dengan

adanya keterbukaan persaingan global, Asean, china dan berbagai bentuk

persaingan bebas lainnya menjadi kendala atau hambatan tersendiri dalam

usaha menengah. Alternatif strategi pengembangan yang diajukan untuk

menghadapi tantangan tersebut adalah dengan pengembangan berbasis

informasi (Sudaryanto, 2012). Pengembangan informasi secara umum,

termasuk pengembangan informasi akuntansi berbasis teknologi.

2.2.5. Karakteristik Internal Perusahaan

Karakteristik internal perusahaan terkait dengan aspek-aspek yang ada

dalam usaha menengah. Astuti (2007) mengidentifikasi karakteristik internal

perusahaan berupa masa memimpin perusahaan, skala usaha, pelatihan

akuntansi, pendidikan pemilik dan umur perusahaan. Masa memimpin dan

pendidikan dialternatifkan pada dua personel, yaitu pemilik atau manajer.

Immelda (2015) mengidentifikasi faktor internal perusahaan berupa

keterlibatan pengguna sistem informasi, kemampuan pemakai sistem informasi


26

dan program pendidikan/pelatihan pemakai. Yuliati (2014) mengidentifikasi

karakteristik internal perusahaan berupa komitmen pemilik, pendidikan pemilik,

pelatihan, kompetensi pegawai dan kerja tim. Berbagai karakteristik internal

perusahaan yang dikaji dalam penelitian ini perlu mendapatkan penjabaran.

Dalam penelitian ini, karakteristik internal perusahaan berupa komitmen

pemilik, pendidikan pemilik, pelatihan pegawai, pengalaman pegawai dan umur

perusahaan. Berikut uraiannya:

2.2.5.1. Komitmen Pemilik

Komitmen pemilik dalam kaitannya dengan komitmen atas organisasi, di

mana mampunyai makna peran yang dijalankan oleh pemilik untuk

pertumbuhan organisasi. Steer (2003) dalam Amira, dkk (2015) menyatakan:

Komitmen organisasional atau keterikatan kerja yang sangat erat


merupakan suatu kondisi yang dirasakan para personel, sehingga
menimbulkan perilaku positif yang kuat terhadap organisasi kerja
yang dimiliki. Bentuk ikatan kerja yang kuat bukan bersifat
loyalitas yang pasif, tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif
dengan organisasi kerja, sehingga akan memberikan segala
usaha untuk keberhasilan pelaksanaan tujuan organisasi. Berarti
personel yang memiliki komitmen yang tinggi akan melakukan
segala usaha agar dapat mencapai tujuan organisasi.

Konteks di atas dapat juga dimaknakan untuk pemilik, bahwa pemilik

aktif dengan berbagai upaya untuk selalu mengupayakan perusahaan tumbuh

menjadi bisnis yang besar, dengan berupaya semaksimal mungkin memberikan

kontribusi atas pencapaian tujuan yang ditetapkan pada setiap periode.

Kontribusi tersebut terkait dengan pengelolaan berbagai aspek yang dapat

membawa usaha untuk tumbuh menjadi bisnis yang lebih besar.

Cheng dan Kalleberg dalam Muhadi (2007) mengidentifikasi sifat dari

komitmen organisasional terdiri atas 1) kemauan untuk melakukan usaha yang

bermanfaat bagi kepentingan oganisasi; 2) keinginan yang kuat untuk


27

mempertahankan pemilikan perusahaan serta 3) kepercayaan dan penerimaan

yang kuat terhadap tujuan dan nilai organisasi. Makna ini difokuskan pada

komitmen pemilik, di mana seluruh daya yang dimiliki dikerahkan untuk

memperbesar perusahaan. Dalam penelitian ini fokus pada pemilik, berbeda

dengan penelitian sebelumnya dapat menganti pemilik dengan manajerial. Dua

personel tersebut adalah dua pihak yang berbeda, termasuk berbeda peran

dalam perusahaan, walaupun dalam penelitian ini mencoba membangun

konsep penggunaan informasi akuntansi dengan teori stewardship.

2.2.5.2. Pendidikan Pemilik

Pendidikan pemilik; terkait dengan pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki oleh pemilik dalam mengelola bisnis. Pendidikan yang tinggi serta

mempunyai kesesuaian dengan bidang usaha atau pengelolaan sumber daya

manusia, akan semakin memberikan dukungan bagi pencapaian tujuan

organisasi. Pendidikan lebih terkait dengan penguasaan pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh secara formal dan dapat dilihat dari jenjang

pendidikan. Dalam penelitian ini difokuskan pada kesesuaian pendidikan bisnis

yang dijalankan, pendidikan menjadi potensi diri dalam mengembangkan bisnis

dan aspek lain yang terkait dengan bisnis yang dijalankan.

Pemilik (principal) mempunyai posisi yang berbeda pada usaha

menengah dengan usaha besar skala nasional atau global (perusahaan yang

telah listed di pasar modal). Pada perusahaan yang telah bersifat terbuka,

seluruh operasional bisnis menjadi tanggung jawab agency atau manajerial.

Dalam penelitian ini, pemilik masih terlibat dalam mengelola perusahaan,


28

walaupun dalam bentuk perseroan terbatas. Hal ini yang menyebabkan

penelitian ini memberikan perhatian pada pemilik, secara spesifik pendidikan

pemilik.

2.2.5.3. Pelatihan Pegawai

Pelatihan pegawai; terkait dengan upaya dari manajemen perusahaan

dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pegawai, tentu sesuai

dengan kebutuhan pegawai dan perusahaan. Robbins (2003:265),

mengidentifikasi jenis pelatihan:

a. Pelatihan untuk peningkatan keterampilan teknis; pelatihan


keterampilan teknis ini diperlukan karena adanya perubahan cara
pelaksanaan pekerjaan sebagai dampak dari perkembangan
teknologi. Termasuk juga akibat dari perubahan perancangan
organisasi, seperti perubahan struktur organisasi, memperluas
tim, hasil penguraian dari hambatan kerja secara tradisional.
b. Pelatihan untuk keterampilan hubungan antar pribadi; kinerja
karyawan dapat ditingkatkan melalui kemampuan berinteraksi
dengan rekan kerja. Peningkatan keterampilan pada pelatihan ini
berupa menjadi pendengar yang baik, pengkomunikasian
gagasan dengan lebih baik dan menjadi bagian tim yang efektif.
c. Pelatihan untuk keterampilan pemecahan masalah; keterampilan
ini diperuntukkan untuk para pengambil keputusan. Pelatihan
yang diberikan untuk meningkatkan kemampuan logika,
penalaran, mendefinisikan masalah, menilai sebab akibat dan
banyak aspek lainnya.
d. Pelatihan untuk meningkatkan etika; berupa upaya untuk
memberikan peningkatan kemampuan karyawan dalam
mengenal dilema etis dan kesadaran atas isu-isu etika.

Berbagai bentuk pelatihan di atas akan dapat berhasil dengan baik, jika

dilakukan dengan tepat, baik dari tahap awal sampai tahap akhir dari pelatihan

tersebut. Dessler (1997:266) mengidentifikasi lima langkah yang perlu

diperhatikan dalam pelaksanaan pelatihan, sebagai berikut :

a. Analisis kebutuhan, kegiatan yang dilakukan adalah :


- Melakukan identifikasi keterampilan-keterampilan kinerja
jabatan khusus yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja
dan produktivitas.
29

- Menganalisis audiens untuk memastikan bahwa program akan


cocok dengan tingkat pendidikan khususnya, pengalaman dan
keterampilan, juga sikap dan keterampilannya.
- Melakukan riset untuk mengembangkan sasaran pengetahuan
dan kinerja yang dapat diukur
b. Rancangan instruksional; kegiatan yang dilakukan adalah :
- Mengorganisasikan sasaran instruksional, metode, media,
gambaran dan urutan dari isi, contoh, latihan dan kegiatan.
- Mengelola bahan yang dibutuhkan dengan tepat.
- Penanganan seluruh program pelatihan dengan tepat.
c. Keabsahan; perkenalan dan pengesahan pelatihan pada audiens
yang representatif.
d. Implementasi;berikan perhatian juga pada pelatihan pendukung.
e. Evaluasi dan tindak lanjut.

2.2.5.4. Pengalaman Pegawai

Pengalaman pegawai; pengalaman merupakan aspek yang selalu

disertakan sebagai syarat pada setiap jabatan, baik untuk karyawan dari luar

perusahaan ataupun dari internal perusahaan yang akan menduduki jabatan

baru yang lowong. Pengalaman merupakan salah satu faktor pembentuk

kemampuan kerja, karena berbagai permasalahan dan cara mengatasi

pekerjaan telah dilalui. Karyawan yang berpengalaman dan berpendidikan

tinggi adalah karyawan yang mempunyai potensi dalam organisasi.

Pengalaman kerja menunjukkan keterlibatan pegawai pada pelaksanaan

pekerjaan. Manulang (2001) menyatakan bahwa pengalaman kerja adalah

“proses pembentukan keterampilan tentang metode suatu pekerjaan bagi

pegawai dalam pelaksanaan tugas pekerjaan”. Keterampilan yang dipeorleh

dari pelatihan atau pendidikan formal, terkadang mempunyai kondisi yang

berbeda dengan pekerjaan aktual, sehingga akan semakin baik dalam

penyelesaiannya jika didukung dengan pengalaman kerja. Yunita, dkk (2016)

mengutip pendapat Trijoko (1980) bahwa pengalaman kerja merupakan

keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai oleh sebagai akibat perbuatan
30

atau pekerjaan yang telah dilakukan selama waktu tertentu. Pengalaman kerja

akan memberikan pengetahuan dan keterampilan cara menyelesaikan suatu

pekerjaan, dengan berbagai bentuk permasalahannya.

2.2.5.5. Umur Perusahaan

Umur perusahaan; dapat dinyatakan sebagai pengalaman secara

institusional, bahwa setiap tahun dengan bertambahnya umur perusahaan akan

memberikan implikasi perbaikan dalam organisasi untuk mempercepat

pewujudan tujuan jangka panjang perusahaan. Umur perusahaan terhitung dari

waktu pendirian secara formal sampai periode kajian. Dapat juga dimaknakan

seberapa lama perusahaan telah mampu bertahan dalam bisnisnya, sejak

perusahaan didirikan (Maharani dan Budiasih, 2016). Semakin lama waktu

bertahan perusahaan, maka akan semakin dilengkapi dengan berbagai aspek

untuk dapat semakin baiknya operasional perusahaan berjalan. Umur

perusahaan diukur dengan indikator yang berbeda dengan penelitian

sebelumnya, karena tidak dijadikan sebagai variabel dummy. Dalam penelitian

ini dijelaskan dengan variasi pengalaman perusahaan dalam menyesuaikan diri

dengan persaingan bisnis, kondisi ekonomi, pengembangan dan inovasi

perusahaan.

2.3. Kerangka Konseptual

Karakteristik internal perusahaan dalam penelitian ini menyangkut

aspek-aspek yang ada dalam internal perusahaan, baik yang melingkupi

pemilik dan manajemen, pegawai dan organisasi. Faktor internal tersebut

berupa komitmen pemilik, pendidikan pemilik, pelatihan pegawai, pengalaman

pegawai dan umur perusahaan. Seluruh karakteristik internal perusahaan ada


31

yang telah melakukan kajian dengan penggunaan informasi akuntansi pada

ragam skala perusahaan.

Penggunaan informasi akuntansi dalam penelitian ini mengacu pada dua

teori utama, yaitu Holmes dan Nicholls (1989) terkait dengan penggunaan

akuntansi untuk aspek regulasi, budgedter dan analisis internal perusahaan.

Indikator dikembangkan juga dengan menggunakan pendekatan Krismiaji

(2015), bahwa informasi akuntansi digunakan secara spesifik oleh setiap

manajer dalam perusahaan.

Komitmen pemilik dikaji oleh Yuliati (2014), selanjutnya dalam

perusahaan ini menggunakan makna yang diberikan oleh Cheng dan Kalleberg

dalam Muhadi (2007), terkait dengan kemauan, keinginan dan usaha secara

nyata dalam mengembangkan perusahaan. Komitmen pemilik juga dapat

direlevankan dengan keterlibatan pemilik, sesuai dengan kajian Immelda

(2015). Konteks ini tentu kajian asosiasi dari komitmen pemilik terhadap

penggunaan informasi akuntansi.

Pendidikan pemilik dikaji oleh Yuliati (2014), Astuti (2007) dan Wahyudi

(2009). Pendidikan pemilik dimaknakan dengan pengetahuan, sikap dan

perilaku yang dimiliki oleh pemilik, sebagai hasil dari proses pendidikan formal

dalam menjalankan bisnis perusahaan. Variabel ini tidak diukur dengan dummy

variabel, karena kesesuaian dengan alat analisis yang digunakan PLS, lebih

relevan dengan menggunakan skala Likert. Pertimbangan penting lainnya untuk

dapat lebih luas dalam memberikan makna pendidikan pemilik.

Pelatihan pegawai terkait dengan upaya dari perusahaan dalam

meningkatkan dan lebih menyesuaikan potensi dan kompetensi pegawai sesuai

kebutuhan organisasi. Yuliati (2014), Immelda (2015), Wahyudi (2009) dan


32

Astuti (2007) juga melakukan kajian atas variabel pelatihan pegawai terhadap

penggunaan informasi akuntansi.

Pengalaman pegawai dan umur perusahaan pada prinsipnya menjadi

secara individual dan institusional dari variasi permasalahan yang dihadapi.

Dua variabel ini juga dikaji oleh Wahyudi (2009) dan Astuti (2007), sehingga

setiap variabel bebas dalam kajian asosiasi terhadap variabel terikat berupa

penggunaan informasi akuntansi mempunyai dasar teori dan penelitian

terdahulu. Rancangan konseptual penelitian ini, sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Komitmen Pemilik H1
(X1)

Pendidikan Pemilik H2
(X2)
H3 Penggunaan Informasi
Pelatihan Pegawai
Akuntansi (Y)
(X3)
H4

Pengalaman
Pegawai (X4) H5

Umur Perusahaan
(X5)

2.4. Rumusan Hipotesis

2.4.1. Pengaruh Komitmen Pemilik terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi


dalam Pengambilan Keputusan Bisnis pada Perusahaan Skala Menengah
di Kota Mataram.

Komitmen pemilik, menunjukkan keterlibatan, upaya, keinginan dan

penggunaan seluruh potensi diri yang dimiliki pemilik untuk pertumbuhan

perusahaan. Apabila pemilik mempunyai komitmen yang tinggi atas


33

perusahaan, maka seluruh potensi yang dimiliki, termasuk investasi kembali

modalnya untuk membesarkan bisnis akan dilakukan. Yuliati (2014) dalam

penelitiannya membuktikan bahwa komitmen pemilik memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. Dasar yang

digunakan oleh Yuliati (2014) dalam membangun hipotesis risetnya dari Xu

(2003) yang mengidentifikasi bahwa komitmen manajemen puncak

berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi.

Immelda (2015) juga melakukan penelitian atas keterlibatan pemilik,

terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja sistem informasi

akuntansi perusahaan. Konteks ini juga menjadi dasar untuk menyatakan

bahwa komitmen pemilik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

penggunaan informasi akuntansi. Komitmen pemilik dan pihak-pihak lain dalam

perusahaan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan itu sendiri

(Steer dalam Amira, dkk (2015). Dalam penelitian ini diyakini bahwa semakin

tinggi dan baik komitmen pemilik diterapkan dalam organisasi akan memberikan

dampak pada penggunaan informasi akuntansi yang semakin baik. Pemilik

perusahaan yang mempunyai komitmen tinggi menghendaki organisasi dikelola

dengan baik, mempunyai dasar yang jelas, di mana dasarnya adalah informasi

akuntansi. Mengacu pada uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1: terdapat pengaruh yang signifikan dari komitmen pemilik terhadap


penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan
bisnis pada perusahaan menengah di Kota Mataram

2.4.2. Pengaruh Pendidikan Pemilik terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi


dalam Pengambilan Keputusan Bisnis pada Perusahaan Skala Menengah
di Kota Mataram.

Pendidikan pemilik sebagai faktor yang berpengaruh terhadap

penggunaan informasi akuntansi didasarkan atas hasil penelitian Yuliati (2014).


34

Xu (2003) dan Wahyudi (2009) juga menegaskan dalam temuannya bahwa

pendidikan pemilik berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi.

Meiliana (2014) juga menegaskan bahwa faktor pendidikan pemilik

berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi. Apriliawati dan Hastuti

(2011) juga membuktikan bahwa faktor pendidikan berpengaruh signifikan

terhadap penggunaan informasi akuntansi.

Pembuktian kembali faktor pendidikan pemilik sebagai faktor yang

berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi perlu dilakukan kembali

pada usaha menengah di Kota Mataram. Hal ini disebabkan ada penelitian

terdahulu, seperti Hadi (2016) yang menyatakan bahwa jenjang pendidikan

pemilik tidak berpengaruh terhadap penggunaan informasi akuntansi.

Pendidikan mempunyai relevansi dengan tingkat pengetahuan dalam

ranaq kognitif, afektif dan psikomotorik, di mana semakin tinggi pendidikan

formal yang dimiliki tiga ranag pengetahuan tersebut semakin tinggi. Semakin

tinggi pendidikan yang dimiliki, maka ada dasar berpikir dalam mengambil

keputusan bisnis. Pemilik yang mempunyai kriteria pendidikan tinggi akan

menyadari bahwa pengambilan keputusan dengan dasar empiris perusahaan

yang valid akan semakin baik, dibandingkan dengan trial and error. Informasi

yang valid atas kondisi empiris perusahaan tersedia dalam informasi akuntansi,

sehingga dipastikan akan semakin tinggi tingkat pendidikan pemilik akan

semakin menyadari pentingnya informasi akuntansi. Berdasarkan uraian ini

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha2: terdapat pengaruh yang signifikan dari pendidikan pemilik terhadap


penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan
bisnis pada perusahaan menengah di Kota Mataram
35

2.4.3. Pengaruh Pelatihan Pegawai terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi


dalam Pengambilan Keputusan Bisnis pada Perusahaan Skala Menengah
di Kota Mataram.

Pegawai dalam perusahaan berfungsi sebagai personel yang

menyiapkan data, melakukan proses, termasuk juga pihak yang akan

mengimplementasikan keputusan pemilik atau manajer dari informasi

akuntansi. Pelatihan pegawai akan membentuk kemampuan pegawai, sesuai

dengan materi yang diberikan. Yuliati (2014), Astuti (2007) menemukan bahwa

pelatihan pegawai berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi

akuntansi. Apriliawati dan Hastuti (2011) serta Sitoresmi dan Fuad (2013) juga

membuktikan bahwa pelatihan yang diberikan perusahaan pada pegawai

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan informasi

akuntansi.

Pelatihan pegawai akan membentuk kompetensi pegawai, tentu akan

semakin baik, jika sesuai dengan kebutuhan karyawan dan organisasi. Pegawai

yang telah mendapatkan pelatihan, sesuai dengan kebutuhan organisasi akan

semakin mendukung adanya informasi akuntansi sebagai dasar pengambilan

keputusan bisnis. Dasar uraian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha3: terdapat pengaruh yang signifikan dari pelatihan pegawai terhadap


penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan
bisnis pada perusahaan menengah di Kota Mataram

2.4.4. Pengaruh Pengalaman Pegawai terhadap Penggunaan Informasi


Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan Bisnis pada Perusahaan Skala
Menengah di Kota Mataram.

Keterampilan pegawai dapat terbentuk dari pengalaman pegawai

(Manulang, 2001). Yunita, dkk (2016) juga menegaskan bahwa pengalaman

relevan dengan pengetahuan dan keterampilan yang terbentuk dari

penyelesaian pekerjaan selama di perusahaan. Hal tersebut dijadikan dasar


36

dalam membentuk asosiasi dari pengalaman pegawai terhadap penggunaan

informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan bisnis.

Pengalaman pegawai, terkait dengan keterlibatan empiris pegawai pada

suatu pekerjaan, dengan spesifikasi khusus, termasuk juga aspek-aspek yang

menjadi permasalahan dalam pelaksanaannya. Pengalaman pekerjaan, dengan

keterlibatan yang berhasil menyelesaikan pekerjaan atau kondisi sebaliknya

dapat menjadi pembelajaran bagi pegawai dalam melakukan perbaikan

pelaksanaan pekerjaan pada periode selanjutnya. Pengalaman pegawai dalam

bekerja akan berimplikasi pada kemampuan menyelesaikan pekerjaan,

termasuk dalam penggunaan informasi akuntansi. Hipotesis yang dapat

dirumuskan adalah:

Ha4: terdapat pengaruh yang signifikan dari pengalaman pegawai


terhadap penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan
keputusan bisnis pada perusahaan menengah di Kota Mataram

2.4.5. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi


dalam Pengambilan Keputusan Bisnis pada Perusahaan Skala Menengah
di Kota Mataram.

Umur perusahaan terkait dengan lamanya bertahan dalam bisnis, di

mana semakin lama bertahan akan ditemukan permasalahan yang dihadapi

serta cara mengatasinya. Umur perusahaan juga berhubungan dengan

pemilikan asset, kemampuan melakukan penyesuaian, sehingga akan

cenderung menerima perubahan untuk menggunakan informasi akuntansi.

Meiliana (2014) membuktikan bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap

penggunaan informasi akuntansi. Hadi (2016) juga membuktikan temuan yang

sama, yaitu kriteria Ha diterima. Sitoresmi dan Fuad (2013) menemukan bahwa

pengaruh yang diberikan umur perusahaan tergolong lemah atas penggunaan

informasi akuntansi. Hal ini menjadi dasar dalam merumuskan hipotesis berikut:
37

Ha5: terdapat pengaruh yang signifikan dari umur perusahaan terhadap


penggunaan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan
bisnis pada perusahaan menengah di Kota Mataram
38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Penelitian

asosiatif merupakan penelitian yang melakukan analisis hubungan atau pengaruh

dari satu atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat (Sugiyono, 2005:35).

Jenis penelitian asosiatif digunakan, karena dalam penelitian ini dilakukan analisis

pengaruh dari lima faktor karakteristik internal perusahaan terhadap penggunaan

informasi akuntansi.

3.2. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Mataram, secara spesifik pada pelaku usaha

menengah yang berlokasi dan terdaftar di wilayah Kota Mataram. Pemilihan lokasi

ini dengan pertimbangan, Kota Mataram dibangun dengan misi menjadi pusat

pendidikan, pusat jasa dan pusat perdagangan Provinsi NTB.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dengan teknik survey sampling. Metode

pengumpulan data pada sebagian dari anggota populasi, sebagai dasar

melakukan generalisasi. Hal penting dari survey ini adalah peneliti terjun langsung

ke lokasi penelitian (lapangan), dilakukan melalui penyebaran angket.

3.4. Penentuan Responden

Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilik usaha menengah yang ada di

Kota Mataram. Total jumlah usaha menengah di Kota Mataram sebanyak 1.212
39

unit, di mana 54 unit usaha berupa usaha pengolahan (manufaktur), lainnya

adalah usaha dagang dan jasa. Berdasarkan informasi tersebut, peneliti mencoba

melakukan spesifikasi penelitian pada usaha menengah dengan jenis bisnis

berupa pengolahan. Kriteria penentuan sampel yang didasarkan pada tujuan

tertentu dikenal sebagai purposive sampling sebagai bagian dari tenik non

probability sampling (Nazir, 2003). Jumlah responden (data observasi/n) dalam

penelitian ini sebanyak 54 unit usaha, di mana pemberi informasinya adalah

pemilik atau pelaku usaha. Jumlah data observasi tersebut memungkinkan, di

mana penelitian ini terdiri atas enam variabel, di mana kisaran jumlah data

observasi yang dibutuhkan per variabel sebanyak 5-10 atau secara akumulatif

pada kisaran 25-60 data observasi (responden/n). Hal ini juga memungkinkan,

terkait dengan alat analisis yang digunakan dapat bekerja dengan data kecil, yaitu

analisis PLS (Ghozali, 2008).

Fakta pengumpulan data ditemukan sebanyak empat perusahaan sesuai

dengan alamat yang tercatat tidak lagi berorperasional atau keberadaan

perusahaan pada alamat terkait tidak tersedia. Jumlah responden potensial tersisa

sebanyak 50 perusahaan, selanjutnya selama proses pengumpulan satu bulan

lebih hanya 43 perusahaan yang bersedia mengembalikan angket yang telah

disebarkan. Peneliti dalam prakteknya menyebarkan angket, selanjutnya sesuai

dengan waktu yang dijanjikan peneliti datang kembali mengambil. Terdapat tujuh

perusahaan yang tidak bersedia mengembalikan angket, sehingga jumlah data

observasi (n) dalam penelitian ini sebanyak 43 unit.


40

3.5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket. Teknik angket

merupakan teknik pengumpulan data dengan cara penyebaran daftar pertanyaan

yang disusun peneliti sesuai dengan item setiap variabel.

3.5.2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan berupa angket. Angket merupakan

daftar pertanyaan yang disusun peneliti sesuai dengan item pada setiap variabel

(Muhidin dan Abdurahman, 2007:25). Dalam penelitian ini angket dibentuk dari

item-item dari variabel karakteristik internal perusahaan dan penggunaan informasi

akuntansi.

3.6. Jenis dan Sumber Data

3.6.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Data

yang terkumpul berupa informasi terkait satuan moneter dan satuan hitung serta

yang terpenting adalah keterangan yang diberikan oleh responden telah

mengalami perubahan dalam bentuk angka (skor).

3.6.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer. Data primer

merupakan data yang dikumpulkan langsung peneliti dari informan. Dalam

penelitian ini berupa seluruh item dari variabel karakteristik internal perusahaan

dan penggunaan informasi akuntansi. Data-data lainnya berhubungan dengan

identitas perusahaan yang menjadi responden/obyek penelitian.


41

3.7. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian berupa:

a. Karakteristik internal perusahaan, terdiri atas:

1). Komitmen pemilik (X1)


2). Pendidikan pemilik (X2)
3). Pelatihan pegawai (X3)
4). Pengalaman pegawai (X4)
5). Umur Perusahaan (X5)

b. Penggunaan informasi akuntansi

3.8. Klasifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan atas:

a. Variabel eksogen merupakan variabel yang nilainya mengalami perubahan-

perubahan, di mana perubahannya memberikan pengaruh atas perubahan

dari nilai variabel lainnya. Dikenal juga sebagai variabel penjelas

(explanatory variable), berupa karakteristik internal perusahaan terdiri atas

komitmen pemilik, pendidikan pemilik, pelatihan pegawai, pengalaman

pegawai dan umur perusahaan.

b. Variabel endogen merupakan variabel yang nilainya mengalami perubahan

dengan adnaya perubahan variabel lainnya. Dapat juga dinyatakan sebagai

variabel tujuan, karena variabel tersebut yang akan diupayakan untuk

dibentuk. Dalam penelitian ini berupa penggunaan informasi akuntansi.

3.9. Definisi Operasional Variabel

Dalam kejelasan pengukuran variabel, maka perlu diberikan definisi

operasional, sebagai berikut:


42

a. Komitmen pemilik (X1) merupakan penilaian yang diberikan oleh pemilik

atas keterlibatan dirinya dalam pengelolaan organisasi yang tercermin

dari kemauannya dalam melakukan usaha yang bermanfaat bagi

perusahaan, keinginan yang kuat untuk mempertahankan kepemilikan

atas perusahaan, memperbesarnya dan menggunakan seluruh potensi

dirinya untuk menggerakkan seluruh sumber daya diri dan perusahaan

untuk merealisasikan tujuan perusahaan. Keterlibatan yang dijalankan

pemilik bukan hanya dengan memperhatikan potensi diri dan organisasi,

tetapi juga menggunakan seluruh kesempatan yang diberikan

pemerintah dan menjalankan berbagai ketentuan untuk selalu membawa

perusahaan tumbuh menjadi perusahaan yang besar. Makna dari

variabel dikembangkan dari pendapat Cheng dan Kalleberg dalam

Muhadi (2007) yang memaknai komitmen sebagai kemauan, keinginan

dan usaha secara nyata. Indikatornya berupa penggunaan potensi diri

dalam mengambil keputusan, belajar secara optimal dalam

mengembangkan usaha, kegiatan memperkecil usaha dihindari pada

keadaan pasar yang baik (misalnya dalam wujud prive), investasi

kembali dengan modal sendiri atau modal asing dan menerima

perubahan untuk kemajuan perusahaan. Indikator tersebut diukur

dengan satuan skor.

b. Pendidikan pemilik (X2) merupakan kondisi aktual pendidikan formal

pemilik, selanjutnya dimaknakan secara luas untuk kepentingan

pengelolaan perusahaan. Pendidikan formal sesuai dengan jenjang

pendidikan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Yuliati (2014), Astuti


43

(2007) dan Wahyudi (2009) memaknainya sebagai level pendidikan,

tetapi dalam penelitian ini dikembangkan sesuai dengan implikasi

pendidikan formal. Indikatornya berupa pendidikan formal sesuai dengan

bidang usaha, pendidikan formal mampu mendukung bisnis, pendidikan

formal mendukung pemecahan masalah bisnis, keinginan dan

aktualisasi peningkatan pendidikan formal serta pendidikan formal

menjadi pendukung dalam membangun hubungan bisnis. Pengukuran

menggunakan skor.

c. Pelatihan pegawai (X3) merupakan penilaian yang diberikan oleh pemilik

atas kegiatan empiris yang telah dilakukan oleh manajemen perusahaan

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pegawainya.

Mengacu pada dua teori, yaitu Robbins (2003) dan Desler (1997) terkait

dengan bagaimana pelatihan diberikan pada pegawai. Peneliti juga

mengacu pada Yuliati (2014). Indikatornya berupa kesadaran atas

pelatihan, frekwensi pelatihan mandiri, pelatihan taraf keterampilan

(action), kesesuaian materi pelatihan dengan kebutuhan hasil dan

kegiatan evaluasi oleh pemberi pelatihan. Pengukuran dengan satuan

skor.

d. Pengalaman pegawai (X4) merupakan penilaian yang diberikan oleh

pemilik perusahaan terkait dengan waktu dan variasi keterlibatan

pegawai dalam melaksanakan pekerjaan, menyelesaikan masalah atau

terlibat dalam inovasi perusahaan. Makna pengalaman pegawai

mengacu dari konsep Manulang (2001), sebagai proses pembentukan

keterampilan tentang metode suatu pekerjaan bagi pegawai dalam


44

pelaksanaan tugas pekerjaan. Indikatornya berupa waktu yang dimiliki

bekerja pada perusahaan, kuantitas waktu yang dimiliki dalam

keterlibatan dengan pemecahan masalah krusial pekerjaan, variasi

permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan, ragam

perubahan yang telah dijalankan bersama perusahaan dan kesempatan

yang diperoleh dari perusahaan dalam mengerjakan berbagai kegiatan

perusahaan. Pengukurannya dengan skor.

e. Umur Perusahaan (X5) merupakan penilaian yang diberikan pemilik

usaha, terkait dengan waktu dari pendirian perusahaan sampai saat ini

yang memberikan indikasi melewati berbagai permasalahan eksternal

perusahaan, seperti krisis ekonomi, persaingan, penyesuaian dengan

kebijakan pemerintah, menghadapi masalah krusial dan kemampuan

melakukan inovasi. Indikator tersebut dikembangkan dari makna umur

perusahaan yang diberikan Maharani dan Budiasih (2016), lama

perusahaan telah mampu bertahan dalam bisnisnya, sejak perusahaan

didirikan. Pengukurannya menggunakan skor.

f. Penggunaan informasi akuntansi (Y) merupakan penilaian yang

diberikan oleh pemilik perusahaan terkait dengan perhatian yang

diberikan atas pemilikan informasi empiris kegiatan ekonomi perusahaan

dan penggunaan keluaran dari sistem akuntansi perusahaan. Mengacu

pada dua teori utama, yaitu Holmes dan Nicholls (1989) serta Krismiaji

(2015). Holmes dan Nicholls (1989) terkait dengan tiga bentuk laporan

keuangan, yang selanjutnya terkait dengan penggunaannya, yaitu

informasi akuntansi yang harus disiapkan sesuai peraturan, informasi


45

anggaran dan informasi tambahan (analisis laporan keuangan). Krismiaji

(2015) terkait dengan penggunaan informasi akuntansi secara spesifik

oleh setiap fungsi dalam organisasi dan kondisi aktual dari informasi

akuntansi dalam meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan

gabungan informasi dari ahli terkait, maka indikator penggunaan

informasi akuntansi dalam penelitian ini terdiri atas pemilikan laporan

keuangan sesuai dengan peraturan pemerintah (perpajakan dan

lainnya), mempunyai berbagai laporan anggaran, memiliki analisis

laporan keuangan, memiliki laporan keuangan secara spesifik untuk

fungsi yang ada dalam perusahaan serta ada kenyataan bahwa

pengelolaan informasi akuntansi meningkatkan nilai perusahaan .

Pengukurannya berupa skor.

3.10. Matrik Instrumen Penelitian

Indikator atau item atau variabel manifest pada definisi operasional akan

semakin jelas, jika ditampilkan dalam tabel, sebagai berikut.

Tabel 3.1. Matrik Instrumen Penelitian

No. Variabel Variabel Laten Item


1. Karakteristik a. Komitmen Pemilik 1. Penggunaan kompetensi diri
Internal (X1) (X1.1)
Perusahaan 2. Belajar secara optimal (X1.2)
3. Menghindari kegiatan
memperkecil usaha (X1.3)
4. Investasi kembali (X1.4)
5. Menerima perubahan (X1.5)
b. Pendidikan Pemilik 1. Kesesuaian pendidikan
(X2) dengan bidang usaha (X2.1)
2. Dukungan pendidikan formal
atas bisnis (X2.2)
3. Pendidikan formal mendukung
46

pemecahan masalah bisnis


(X2.3)
4. Keinginan dan aktualisasi
meningkatkan pendidikan
(X2.4)
5. Pendidikan formal mendukung
hubungan bisnis (X2.5)
c. Pelatihan Pegawai 1. Kesadaran atas pelatihan
(X3) (X3.1)
2. Frekwensi pelatihan mandiri
(X3.2)
3. Pelatihan taraf keterampilan
(X3.3)
4. Kesesuaian materi pelatihan
(X3.4)
5. Kegiatan evaluasi pelatihan
(X3.5)
d. Pengalaman 1. Waktu bekerja pada
Pegawai perusahaan (X4.1)
(X4) 2. Waktu keterlibatan dengan
pemecahan masalah (X4.2)
3. Variasi yang dihadapi dalam
pekerjaaan (X4.3)
4. Ragam perubahan yang
pernah dijalankan (X4,4)
5. Kesempatan yang diperoleh
dalam kegiatan perusahaan
(X4.5)
e. Umur Perusahaan 1. Melewati krisis ekonomi (X5.1)
(X5) 2. Persaingan (X5.2)
3. Penyesuaian dengan
kebijakan pemerintah (X5.3)
4. Permasalahan krusial (X5.4)
5. Kemampuan inovasi (X5.5)
2. Penggunaan 1. Pemilikan laporan sesuai
Informasi peraturan (Y1.1)
Akuntansi 2. Mempunyai laporan anggaran
(Y) (Y1.2)
3. Memiliki analisis laporan
keuangan (Y1.3)
4. Laporan yang secara khusus
membantu kerja manajer
(Y1.4)
5. Laporan akuntansi
meningkatkan nilai
perusahaan (Y1.5)
47

3.11. Prosedur Analisis Data

3.11.1. Pengukuran Variabel

Langkah awal prosedur analisis data berupa pengukuran variabel.

Pengukuran variabel menggunakan skala Likert empat ketuk. Pedoman

pengukuran variabel dengan skala Likert, adalah:

a. Sangat setuju (skor 4)


b. Setuju (skor 3)
c. Tidak setuju (skor 2)
d. Sangat tidak setuju (skor 1)

Responden memberikan penilaian bukan atas dasar kondisi normatif (benar

atau salah), tetapi atas dasar kondisi empiris dari setiap indikator. Setiap variabel

diberikan deskripsi kondisi, sesuai dengan interval skornya. Interval skor tersebut

ditentukan dengan rumus (Sugiyono, 2005), sebagai berikut:

Skor tertinggi  skor terendah 4  1


Interval kelas    0,75
Jumlah kelas 4

Sesuai dengan jumlah kriteria dalam pengisian angket sebanyak lima

kriteria, maka dapat disusun lima interval kriteria, sebagai berikut:

a. Rata-rata skor 3,25 sampai dengan 4,0 menunjukkan kriteria sangat


baik/sangat tinggi
b. Rata-rata skor 2,50 sampai dengan < 3,25 menunjukkan kriteria baik/tinggi
c. Rata-rata skor 1,75 sampai dengan <2,50 menunjukkan kriteria tidak
baik/rendah
d. Rata-rata skor 1,0 sampai dengan <1,75 menunjukkan kriteria sangat tidak
baik/sangat rendah.

3.11.2. Analisis PLS

Analisis PLS digunakan sesuai dengan permasalahan yang dikaji, kondisi

jumlah sampel yang tidak besar dan tidak membutuhkan syarat normalitas dan

syarat lain yang ketat sesuai dengan ragam pendekatan statistik parameterik.
48

Analisis PLS dapat bekerja, baik pada indikator formatif ataupun indikator refleksi,

di mana dalam penelitian ini berupa indikator refleksi. Berikut prosedur analisis

PLS (Ghozali, 2011:18).

1. Merancang Model Struktural (Inner Model)

Model struktural atau inner model memberikan gambaran asosiasi antara

variabel eksogen dengan variabel endogen. Dalam penelitian ini sebagai variabel

eksogennya adalah karakteristik internal perusahaan (usaha menengah), terdiri

atas komitmen pemilik (X1), pendidikan pemilik (X2), pelatihan pegawai (X3),

pengalaman pegawai (X4) dan umur perusahaan (X5). Adapun variabel

endogennya adalah penggunaan informasi akuntansi (Y). Setiap variabel telah

dijelaskan variabel laten dan variabel manifestnya dalam matrik instrumen

penelitian. Konsep teori dalam membangun asosiasi antara variabel laten dari

karakteristik internal perusahaan dengan penggunaan informasi akuntansi telah

dipaparkan. Analisis inner model dijelaskan dari parameter yang dihasilkan untuk

setiap variabel eksogen terhadap variabel endogen, termasuk juga memberikan

penjelasan secara simultan dengan nilai R square.

2. Merancang Model Pengukuran (Outer Model)

Outer model pada dasarnya adalah measurement analysis, terkait dengan

validitas setiap variabel manifest yang disusun untuk menjelaskan setiap variabel.

Dalam penelitian ini indikator setiap variabel bersifat refleksi. Diukur menggunakan

discriminant validity yang dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan

konstruk. Pengukuran lainnya menggunakan perbandingan antara nilai square root

of average variance extracted (AVE) setiap kontruk dengan korelasi antara

konstruk dengan konstruk lain dalam model. Disyaratkan mempunyai nilai square
49

root of average variance extracted (AVE) yang lebih tinggi dibandingkan dengan

nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lain dalam model. Dapat juga

menggunakan nilai tunggal AVE, di mana dapat dinyatakan memenuhi kriteria

discriminant validity jika nilai AVE-nya lebih besar dari 0,50 (Ghozali, 2011:25).

3. Merekontruksi Diagram Jalur

Kerangka konseptual telah ditentukan sebagai dasar untuk membangun

diagram jalur, baik yang menggambarkan inner model ataupun outer model.

Diagram jalur dalam penelitian ini memberikan gambaran asosiasi antar variabel

dan pengukuran untuk setiap variabel, sebagai berikut:

X1.1
X1.2
X1
X1.3
X1.4 Y1.1
X1.5 Y1.2
X2.1
Y1.3
X2
X2.2 Y
Y1.4
X2.3
Y1.5
X2.4
X2.5
X3
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5 X4 X5

X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5

Gambar 3.1.
Model Hipotetis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Penggunaan Informasi Akuntansi
4. Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan

Dalam analisis PLS dihasilkan dua model, yaitu inner model (structural

model) dan outer model (measurement model). Model umum dari persamaan

pengukuran (measurement model) dalam analisis PLS sebagai berikut:


50

 =  x + 

 =  y + 

Keterangan :

x, y = Manifest variabel (indikator)


,  = variabel laten
 = koefisien regresi
 = residual

Dalam penelitian ini akan diterjemahkan dengan menggunakan lambang

untuk setiap variabel laten dan indikator. Dalam penelitian ini sebagai berikut:

X1 = 1.1X1.1 + 1.2X1..2 + 1.3X1..3 + 1.4X1.4 + 1.5X1.5 + 


X2 = 2.1X2.1 + 2.2X2..2 + 2.3X2..3 +2.4X2..4 +2.5X2..5 + 
X3 = 3.1X3.1 + 3.2X3..2 + 3.3X3..3 + 3.4X3.4 +3.5X3.5 + 
X4 = 4.1X4.1 + 4.2X4..2 + 4.3X4..3 + 4.4X4.4 +4.5X4.5 + 
X5 = 5.1X5.1 + 5.2X5..2 + 5.3X5..3 + 5.4X5.4 +5.5X5.5 + 
Y1 = 1.1Y1.1+ 1.2Y1.2 + 1.3Y1.3 + 1.4Y1.4 + 1.5Y1.5 +
Adapun inner model, sebagai berikut:

Y = 1 X1 + 2X2 + 3X3 + 4X3 + 5X5 + i

Keterangan :

Y = Penggunaan informasi akuntansi


X1 = Komitmen pemilik
X2 = Pendidikan pemilik
X3 = Pelatihan pegawai
X4 = Pengalaman pegawai
X5 = Umur perusahaan
i.j = Koefisien regresi
i = Residual

Inner model memberikan informasi pengaruh dari variabel penjelas

terhadap variabel terikat, tetapi sebatas arah pengaruh dan signifikansinya.

Parameter dalam model tidak terlalu mendapatkan perhatian, berbeda dengan


51

model yang dibentuk dengan pendekatan statistik parameterik, seperti SEM

(structural equaition model) dan analisis regresi. Setiap analisis mempunyai

keunggulan masing-masing, tetapi yang paling penting adalah ketepatan dalam

penggunaannya.

5. Estimasi: Koefisien Jalur, Loading dan Weight

Nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam model struktural harus signifikan.

Nilai signifikasi ini dapat diperoleh dengan prosedur bootstrapping. Untuk menilai

loading factor ditentukan berdasarkan jumlah nilai di atas 0,15, sedangkan nilai

loading 0,5-0,6 masih dianggap cukup (Ghozali, 2011:25).

6. Evaluasi Goodness of fit

Model pengukuran (outer model) yang dibangun berdasarkan indikator

refleksi dievaluasi dengan convergent validity dan discriminant validity serta

composite reliability (Ghozali, 2011:24). Model struktural atau inner model

dievaluasi dengan melihat persentase varian yang dijelaskan dengan melihat R 2

untuk variabel laten endogen dan menggunakan ukuran stone-geisser Q square

serta besarnya koefisien jalur strukturalnya.

7. Pengujian Hipotesis

Uji signifikansi, digunakan uji t. Uji t dilakukan dengan membandingkan

antara t hitung dengan t tabel. Pengujian dengan memperhatikan nilai t hitung, jika

lebih besar dari t tabel, maka kriteria pengujian yang diterima adalah H a.
52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

4.1.1. Deskripsi Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram

Perusahaan skala menengah di Kota Mataram yang menjadi obyek dalam

penelitian ini mengacu pada ketentuan BPS, lebih berorientasi pada jumlah tenaga

kerja. Batasan yang diberikan memiliki tenaga kerja dengan kisaran 20-99 orang.

Walaupun menggunakan proxi yang ditetapkan oleh BPS, perlu juga

diinformasikan mengenai nilai penjualan dan pemilikan asset, sehingga dapat

diberikan kriteria memenuhi ketentuan perundangan atau tidak. Dalam arti

intensitas ketentuan yang lebih tinggi dari ketentuan BPS atau mengacu pada

perundangan yang digunakan oleh Dinas UMKM dan Koperasi serta Dinas

Perdagangan Kota Mataram.

Perusahaan skala menengah di Kota Mataram mempunyai empat jenis

badan hukum, yaitu perusahaan perorangan, UD, CV dan PT. Informasi

lengkapnya sebagai berkut.

Tabel 4.1.
Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Badan Usaha
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Badan Usaha Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. Perorangan 11 25,58
2. UD 5 11,63
3. CV 10 23,26
4. PT 17 39,53
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.
53

Terdapat 25,58 persen perusahaan skala menengah di Kota Mataram yang

masih berbadan hukum perusahaan perorangan. Kondisi ini perlu dengan segera

diperbaiki, karena pada hubungan kerja tertentu dengan badan usaha atau

pemerintah membutuhkan badan usaha. Bidang usaha yang dimiliki perusahaan

perorangan tersebut terdiri atas bidang konveksi dan makanan. Diyakini bahwa

hubungan bisnis yang dimiliki perusahaan perorangan hanya dengan pembeli

umum, belum ada kemitraan khusus atau hubungan bisnis secara formal sebagai

pemasok untuk sektor pemerintah dan swasta. Pada pekerjaan tertentu yang

bersifat formal dipersyaratkan badan usaha yang jelas. Dengan demikian,

secepatnya pihak perusahaan perorangan untuk membentuk badan hukum dalam

bisnisnya.

Jenis badan hukum yang dimilii perusahaan juga dapat memberikan

gambaran luasnya hubungan dan kemitraan bisnis. Perusahaan berbadan hukum

PT diyakini sebgaai perusahaan dengan badan hukum yang tertinggi. Pada jenis

badan hukum ini, maka perusahaan telah dapat membangun hubungan dengan

pihak pemerintah dan swasta lain secara regional. Perusahaan skala menengah

dengan badan hukum PT di Kota Mataram sebanyak 39,53 persen. Jenis badan

hukum tersebut yang terbanyak, dibandingkan dengan badan hukum UD (Usaha

Dagang) sebanyak 11,63 persen dan CV (Comanditaire Venotschap) sebanyak

23,26 persen. Badan hukum, seperti PT akan memberikan keleluasaan dalam

menjalankan bisnisnya, termasuk pula kemungkinan untuk tumbuh menjadi bisnis

yang lebih besar dan luas. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan yang melakukan

go publik atau perusahaan besar, seluruhnya berbadan hukum PT (Perseroan

terbatas).
54

Perusahaan skala menengah di Kota Mataram tergolong cukup lama dalam

menjalankan bisnisnya dan dapat juga dimaknakan sebagai lama kemampuannya

bertahan dalam bisnisnya. Harapan normatifnya adalah perusahaan tersebut dapat

tumbuh menjadi perusahaan yang besar, dengan indikator peningkatan jumlah

pegawai, investasi kembali untuk meningkatkan penjualan dan pemilikan asset.

Rata-rata perusahaan ini telah bertahan dalam bisnisnya selama 22 tahun dengan

interval 4-79 tahun. Perusahaan termuda mendirikan bisnisnya tahun 2013 dan

tertua sejak 1938.

Informasi lebih jelasnya mengenai interval waktu berdiri atau lama bertahan

dalam bisnisnya, sebagai berikut.

Tabel 4.2.
Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Umurnya
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Lama Berdiri (Tahun) Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. <10 10 23,26
2. 10-19 13 30,23
3. ≥20 20 46,51
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.

Perusahaan skala menengah di Kota Mataram yang mempunyai umur yang

tergolong telah cukup lama bertahan dalam bisnisnya (20 tahun atau lebih),

sebanyak 46,51 persen. Adanya pengalaman bisnis yang lama ini diharapkan

mampu menjadi penggerak perusahaan dalam melakukan inovasi atau kreativitas,

termasuk menyangkut penyediaan dan penggunaan informasi akuntansi.

Perusahaan yang telah tua diyakini mengalami penggantian kepemilikan dan

dihadapkan juga pada permasalahan peremajaan aktiva tetap, termasuk mesin.

Hal ini membutuhkan kemampuan pengelolaan keuangan perusahaan.


55

Perusahaan yang tergolong muda (umur < 10 tahun) pada perusahaan

skala menengah di Kota Mataram sebanyak 23,26 persen. Perusahaan ini

didirikan pada era persaingan bisnis yang kompetitif, sehingga sejak awal

pendiriannya telah dilakukan persiapan dengan lebih baik. Persiapannya dalam

penggunaan mesin-mesin yang lebih efisien atau aspek lain yang mendukung

kemampuan bersaingnya. Adapun perusahaan skala menengah yang tergolong

berumur pertengahan (10-19 tahun) sebanyak 30,23 persen. Aspek umur

perusahaan sangat diyakini tergantung pada pengelolaan bisnis, fleksibilitas dalam

menjalankan kebijakan, kemampuan menyesuaikan kondisi internal bisnis dengan

lebih cepat sebagai kunci kemampuan tumbuh menjadi bisnis yang besar.

Aspek lain yang perlu diinformasikan mengenai keberadaan perusahaan

skala menengah di Kota Mataram adalah pemilikan assetnya. Cross check data

menunjukkan bahwa perusahaan yang tertua bukan sebagai pemilik aktiva

tertinggi, begitu juga dengan penjualannya (informasinya dapat dilihat pada

Lampiran 1). Rata-rata pemilikan aktiva pada perusahaan skala menengah di Kota

Mataram sebesar Rp.1.523.095.116. Secara umum persyaratan sebagai

perusahaan skala menengah yang ditetapkan undang-undang (UU No. 20 Tahun

2008) juga terpenuhi, karena disyaratkan dengan interval Rp.500 juta –Rp.10

milyar.

Pemilikan aktiva dalam penelitian ini di luar nilai bangunan dan tanah,

sehingga nilai tersebut berupa modal kerja (aktiva lancar) dan pemilikan mesin-

mesin serta alat transportasi. Informasi pemilikan assetnya lebih jelas jika

ditampilkan dalam tabel berikut.


56

Tabel 4.3.
Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Pemilikan Asset
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Nilai Asset (Rp) Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. < 1.000.000.000 27 62,79
2. 1.000.000.000-1.999.999.000 7 16,28
3. ≥ 2.000.000.000 9 20,93
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.
Keterangan: diluar nilai tanah dan bangunan

Perusahaan skala menengah di Kota Mataram umumnya mempunyai asset

kurang dari Rp.1 milyar, jadi hanya memenuhi bagian interval bawah yang

dipersyaratkan dalam undang-undang, dengan interval jumlah asset sebesar

Rp.500 juta-10 milyar. Ukuran perusahaan dari aspek nilai asset belum berada

pada posisi yang kukuh sebagai perusahaan dengan kriteria skala menengah.

Jumlah perusahaan yang mempunyai nilai asset pada interval Rp.500 juta-

Rp.999.000.000 sebanyak 62,79 persen. Jumlah tersebut mendominasi kriteria

perusahaan skala menengah dari aspek pemilikan asset di Kota Mataram.

Perusahaan yang memiliki asset sebesar Rp.2 milyar atau lebih sebanyak 20,93

persen dan interval Rp.1,00-Rp.1,99 milyar sebanyak 16,28 persen.

Kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba, selanjutnya

diinvestasikan kembali menjadi pembentuk penting asset perusahaan. Alternatif

lainnya adalah investasi kembali yang bersumber dari hutang atau memperbanyak

kekayaan menerbitkan saham (pada perusahaan dengan badan hukum PT).

Konteks untuk perusahaan yang belum go publik adalah memberikan kesempatan

pada pihak luar untuk investasi dengan pemilikan perusahaan.

Pemilikan asset yang meningkat memberikan gambaran peningkatan

ukuran perusahaan. Perusahaan skala menengah di Kota Mataram yang terbesar


57

dari aspek asset, sebesar Rp.8.819.500.000, dimiliki oleh perusahaan dengan

badan hukum PT yang bergerak dalam industri makanan.

Informasi penting lainnya yang memberikan gambaran keberadaan bisnis

perusahaan skala menengah di Kota Mataram adalah informasi penjualannya.

Informasi nilai penjualan tersebut pada tahun terakhir. Rata-rata penjualan

perusahaan skala menengah di Kota Mataram pada tahun terakhir sebesar

Rp.4.432.368.837 . Nilai penjualan tersebut memenuhi syarat perundangan, yaitu

dengan kisaran Rp.2,5 milyar-Rp.50. milyar. Interval penjualan aktual perusahaan

skala menengah di Kota Mataram sebesar Rp.2.502.000.000-Rp.28.134.000.000.

Informasi distribusi nilai penjualannya sebagai berikut.

Tabel 4.4.
Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Nilai Penjualan
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Nilai Penjualan (Rp) Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. >5.000.000.000.000 35 81,40
2. 5.000.000.000-7.499.999.000 2 4,65
3. 7.500.000.000-9.999.999.000 4 9,30
4. ≥ 10.000.000.000 2 4,65
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.

Perusahaan skala menengah di Kota Mataram sebanyak 81,40 persen

memperoleh penjualan per tahun pada interval Rp.2.500.000.000-

Rp.4.999.000.000, Nilai penjualan tersebut memenuhi syarat perundangan, yaitu

dengan kisaran penjualan Rp.2,5 milyar-Rp.50 milyar, tetapi secara umum

tergolong penjualan yang masih rendah. Hal ini mengacu pada kriteria penjualan

perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan skala menengah, dengan

batas maksimal Rp.50 milyar. interval penjualan tertinggi diatas Rp.10 milyar

(tertinggi Rp.28.134.000.000) hanya terjadi pada dua perusahaan (4,65 persen)


58

Nilai penjualan perusahaan hanya dapat terjadi jika perusahaan mempunyai

wilayah pasar yang lebih luas atau permintaan atas produk pada pasar efektif

mengalami peningkatan. Pihak perusahaan melalui informasi penjualan

perusahaan dapat menerapkan berbagai kebijakan, yang sifatnya perbaikan. Hal

ini sebagai salah satu manfaat dari pencatatan dan laporan keuangan.

Bisnis yang dijalankan perusahaan skala menengah di Kota Mataram

umumnya masih pada bisnis produksi makanan dan minuman. Jenis makanan

yang dihasilkan berupa roti, kue tradisional dan snack. Produk makanan tersebut

dipasarkan masih pada wilayah Provinsi NTB, belum menjadi produk dalam skala

nasional. Adapun produksi minuman yang dihasilkan adalah air minum dalam

kemasan dan produk-produk minuman ringan. Produk lainnya berupa konveksi,

percetakan, obat herbal dan mutiara. Setiap produk perusahaan mempunyai

potensi untuk dikembangkan, sehingga dapat menjangkau pasar nasional dan

global.

Adapun jumlah karyawan yang dimiliki, rata-rata sebanyak 31 orang.

Informasi lebih lengkapnya sebagai berikut.

Tabel 4.5.
Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Pemilikan Karyawan
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Jumlah Karyawan (Orang) Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. 20-29 30 69,77
2. 30-39 3 6,98
3. 40-49 3 6,98
4. ≥50 7 16,28
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.

Berdasarkan informasi di atas diketahui bahwa dominan perusahaan skala

menengah di Kota Mataram masih mempunyai karyawan pada interval 20-29


59

orang, sebanyak 69,77 persen. Informasi ini menunjukkan bahwa perusahaan-

perusahaan ini masih berada pada taraf awal sebagai perusahaan dengan skala

menengah. Dapat juga dinyatakan bahwa perusahaan ini relatif lamban dalam

meningkatkan statusnya, sebagai perusahaan besar (pemilikan karyawan

sebanyak 100 orang atau lebih). Perusahaan yang memiliki karyawan sebanyak 50

orang lebih sebanyak 16,28 persen, dengan pemilikan terbanyak sebanyak 89

karyawan yang dimiliki oleh perusahaan konveksi.

Perusahaan hanya dapat tumbuh menjadi bisnis yang lebih besar atau

meningkatkan kondisi perusahaan dari kondisi terendah dengan kriteria sebagai

perusahaan skala menengah hanya dapat dilakukan melalui inovasi kebijakan.

Diyakini bahwa kebijakan yang tepat mengacu pada upaya penyesuaian kondisi

eksternal perusahaan dan kondisi internal perusahaan. Kondisi internal

perusahaan digambarkan oleh informasi akuntansinya.

4.1.2. Deskripsi Pemilik Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram

tiga aspek identitas pemilik perusahaan yang akan diuraikan, yaitu umur,

jenis kelamin dan pendidikan. Dilihat dari aspek umur, ada pegawai yang tergolong

masih sangat muda dan ada yang tergolong sangat tua atau telah berada umur

non produktif. Hal ini berdasarkan jenjang umur pemilik perusahaan skala

menengah di Kota Mataram pada kisaran 32-73 tahun. Informasi lebih lengkapnya,

sebagai berikut.
60

Tabel 4.6.
Distribusi Pemilik Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Umurnya
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Umur (Tahun) Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. 30-39 8 18,60
2. 40-49 20 46,51
3. 50-59 11 25,58
4. ≥60 4 9,30
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.

Rata-rata pemilik perusahaan skala menengah di Kota Mataram berumur 47

tahun, tergolong masih sangat produktif. Terdapat sebanyak 18,60 persen

tergolong masih sangat muda (interval umur 30-39 tahun) dan terbanyak berada

pada interval umur 40-49 tahun. Jumlah pemilik perusahaan yang telah berada

pada umur non produktif sebanyak 9,30 persen. Diharapkan pada pemilik dengan

interval umur non produktif tersebut telah mempersiapkan penerusnya.

Pendidikan pemilik perusahaan skala menengah tergolong sangat variatif.

Ada pemilik dengan pendidikan yang sangat rendah, yaitu tingkat sekolah dasar

(SD) dan ada yang berpendidikan doktoral. Informasinya sebagai berikut.

Tabel 4.7.
Distribusi Pemilik Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Pendidikannya
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Pendidikan Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. SD 4 9,30
2. SMP 1 2,33
3. SMA 26 60,47
4. S1 10 23,26
5. S2 1 2,33
6. S3 1 2,33
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 2.

Pendidikan pemilik perusahaan skala menengah di Kota Mataram umumnya

SMA, dengan proporsi sebanyak 60,47 persen. Pemilik yang berpendidikan


61

sarjana strata satu (S1) sebanyak 23,26 persen. Terdapat masing-masing 2,33

persen berpendidikan SMP, S2 dan S3 serta pendidikan yang tergolong sangat

rendah, yaitu berpendidikan SD sebanyak 9,30 persen. Pendidikan yang tinggi

menjadi potensi penting bagi pemilik perusahaan dalam mengembangkan

bisnisnya. Dapat juga pemilik yang berpendidikan rendah, tetapi mempunyai sikap

terbuka serta menerima masukan untuk perbaikan dan inovasi dalam bisnisnya.

Pemilik perusahaan juga dapat meningkatkan potensinya dari pengalaman bisnis

yang dimiliki, bahwa setiap berjalannya waktu selalu diambil pelajaran untuk

perbaikan bisnisnya.

4.1.3. Deskripsi Variabel

Penelitian ini mempunyai fokus perhatian pada peningkatan nilai

perusahaan melalui penggunaan informasi akuntansi. Implikasi lanjutannya

diklasifikasikan sebagai variabel dependent (variabel terikat) atau variabel tujuan

untuk dicapai melalui pengelolaan berbagai variabel penjelas. Dalam penelitian ini

perlu diberikan informasi mengenai kondisi dari setiap variabel, sehingga dapat

diketahui kriterianya.

4.1.3.1. Komitmen Pemilik Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram

Komitmen pemilik terkait dengan keinginan dan kemauan yang

diimplikasikan dengan tindakan nyata dalam menggunakan seluruh potensi diri

dan perusahaan untuk selalu memperbesar bisnis yang dimiliki. Komitmen pemilik

perusahaan skala menengah di Kota Mataram tidak berada pada taraf yang sangat

baik. Hal ini dilihat dari rata-rata skor untuk lima indikatornya sebesar 2,83, berada

pada kriteria baik atau tinggi. Informasi lengkapnya ditampilkan pada tabel berikut.
62

Tabel 4.8.
Kondisi Komitmen Pemilik Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Komitmen Pemilik Rata-rata Skor Kriteria
Penilaian
1. Penggunaan kompetensi diri 2,81 Tinggi
(X1.1)
2. Belajar secara optimal (X1.2) 2,86 Tinggi
3. Menghindari kegiatan 2,77 Tinggi
memperkecil usaha (X1.3)
4. Investasi kembali (X1.4) 2,81 Tinggi
5. Menerima perubahan (X1.5) 2,88 Tinggi
Rata-rata 2,83 Tinggi
Sumber: Lampiran 3 dan 4.

Penilaian yang diberikan para pemilik atas variabel komitmennya atas

perusahaan tergolong tinggi. Kriteria tinggi diberikan sesuai dengan rata-rata dari

penilaian atas lima indikator komitmen pemilik sebesar 2,83. Interval skor dengan

kriteria komimen pemilik yang tinggi sebesar 2,50-3,25, berarti rata-rata skor

tersebut masih mendekati tepi kelas interval pada kriteria tinggi tersebut.

Hal di atas dapat diuraikan melalui temuan skor pada setiap indikator

komitmen. Pemilik perusahaan masih ada yang secara rendah, bahkan sangat

rendah dalam menggunakan kompetensi dirinya dalam mengembangkan

perusahaan (X1.1). Ditemukan sebanyak 32,60 persen pemilik memberikan

penilaian rendah (skor 2) dan sangat rendah (skor 1) sebanyak 4,70 persen.

Walaupun, rata-rata penilaian pemilik atas penggunaan kompetensi dirinya secara

umum berada pada taraf yang tinggi (rata-rata skor 2,81). Temuan ini

menunjukkan bahwa kompetensi pegawai harus secara maksimal dipergunakan

untuk mengembangkan perusahaan. Hal ini dapat disebabkan adanya pegawai

yang telah berada pada umur non produktif. Pemilik perusahaan lainnya ada yang

menggunakan seluruh potensi dirinya, dengan intensitas yang sangat tinggi,


63

sebanyak 23,30 persen dan kriteria tinggi terjadi pada 39,50 persen pemilik.

Penggunaan kompetensi diri secara maksimal sangat diperlukan oleh para pemilik

dalam mengembangkan bisnisnya, kecuali telah memposisikan dirinya sebagai

principal yang berbeda fungsi dengan para agency yang telah ditunjuk dalam

menjalankan operasional bisnis perusahaan. Pemilik perusahaan harus belajar

menggunakan jasa manajerial, tentu dengan membuat komitmen bersama bahwa

agency bekerja untuk merealisasikan tujuan principal atau pemilik perusahaan,

bukan atas kepentingan semata dirinya dalam mendapatkan reward.

Penggunaan kompetensi diri bukan mempunyai makna yang sempit, yaitu

melakukan sendiri pekerjaan dengan menggunakan seluruh motivasi dan

kemampuannya. Kompetensi diri juga terkait dengan kemampuannya dalam

membina hubungan emosi dan sosial dengan pihak lain, sehingga mampu

menggerakkan orang lain bekerja sesuai dengan tujuan organisasi. Termasuk

melibatkan individu lain yang mempunyai kemampuan manajerial dalam mengelola

bisnis perusahaan. Kompetensi diri pemilik meliputi aspek yang luas, secara terus

menerus digali untuk kepentingan perusahaan.

Indikator kedua adalah kemauan dan implementasi secara nyata bahwa

pemilik belajar secara optimal (X1.2). Belajar atas berbagai aspek yang

berhubungan dengan pengembangan bisnis, baik yang berhubungan secara

langsung dan tidak langsung dalam pengelolaan bisnis perusahaan. Aspek ini

mendapatkan penilaian dengan rata-rata skor 2,86, berarti pemilik mempunyai

kemauan dan secara nyata mengimplementasikan hasil belajarnya. Rata-rata skor

tersebut kurang dari 3,00 (tepat penilaian dengan kriteria tinggi), berarti masih ada

pemilik perusahaan skala menengah di Kota Mataram yang mendapatkan


64

penilaian kemauan belajar yang rendah. Hal ini terbukti dari jumlah responden

yang memberikan penilaian rendah (skor 2) sebanyak 34,90 persen. Jumlah

tersebut tergolong tinggi, sehingga banyak perusahaan yang mengalami

kegagalan dalam meningkatkan kinerja. Belajar dari pemilik menjadi sangat

penting agar kebijakan dalam mengelola bisnis semakin baik. Penilaian yang

tergolong sangat rendah atas kemauan belajar terjadi pada 4,70 persen pemilik

perusahaan.

Perbaikan dalam pengelolaan bisnis hanya dapat terjadi, jika pemilik

mempunyai kemauan dan kemampuan belajar. Kondisi perusahaan dengan

pemilik yang mempunyai keinginan belajar, terjadi pada 30,20 persen responden.

Persentase skor tersebut masing-masing terjadi pada pemilik dengan kriteria

kemauan belajar yang tinggi dan sangat tinggi. Secara akumulatif, sebanyak 60,40

persen perusahaan mempunyai kemampuan melakukan penyesuaian dan inovasi

atas perubahan yang ada. Kemauan dan kemampuan melakukan perubahan

melalui belajar tergolong sangat penting. Dapat dilakukan secara mandiri dengan

melihat kondisi empiris perusahaan atau belajar dari pihak lain yang mempunyai

kompetensi dalam pengelolaan bisnis.

Perusahaan menjadi besar juga ditentukan oleh kebijakan pemilik

perusahaan melakukan investasi kembali. Kondisi yang berlawanan dengan

investasi adalah tindakan prive, yaitu mengambilan modal yang ditanam oleh

pemilik perusahaan. Prive dipastikan akan memperkecil perusahaan, terutama dari

aspek kekayaan bersih (net equity). Rata-rata skor penilaian yang diindikasikan

dengan tindakan menghindar prive (X1.3) mendapatkan penilaian sebesar 2,77.

rata-rata skor penilaian tersebut berada pada kriteria tindakan yang baik
65

(menghindari prive). Rata-rata skor tersebut relatif tinggi biasnya dengan skor 3,

berarti terdapat banyak pemilik perusahaan melakukan prive. Akumulasi skor 1

(9,30 persen) dan skor 2 (25,30 persen) terjadi pada 34,90 persen pemilik

perusahaan, menunjukkan pemilik melakukan prive. Perusahaan yang dapat

tumbuh menjadi besar, jika dilakukan investasi kembali melalui laba yang

diperoleh, bahkan dapat juga menggunakan alternatif hutang. Pemilik perusahaan

yang tidak melakukan prive, terjadi pada responden yang memberikan penilaian

skor 3 dan skor 4, di mana akumulasinya sebesar 65,10 persen. Sikap dan

tindakan menghindari prive sangat diperlukan, agar laba yang diperoleh dijadikan

sumber modal ditahan dan menjadi dasar untuk memperbesar skala bisnis

perusahaan.

Alternatif sumber modal terdiri atas modal sendiri dan hutang, tentu ada

dasar menggunakan kedua sumber modal tersebut. Peningkatan modal melalui

modal sendiri sangat penting, agar pemilik mempunyai perusahaan secara nyata,

bukan dibiayai dari hutang. Kegiatan investasi kembali dengan modal sendiri (X1.4)

mendapatkan penilaian dengan rata-rata skor 2,81, tergolong penilaian dan

aktualisasi yang tinggi. Perusahaan akan cepat mengalami peningkatan skala

bisnis, jika dilakukan investasi kembali. Dipastikan konsep analisis terus terjadi,

agar pemilik melakukan investasi kembali, karena adanya kriteria kelayakan.

Jumlah pemilik perusahaan yang enggan dengan taraf yang sangat tinggi

melakukan investasi dari modal sendiri, terjadi pada 7,00 persen pemilik dan

kriteria tinggi terjadi pada 30,20 persen pemilik. Investasi kembali perusahaan

dengan modal sendiri menunjukkan keberaniannya atas risiko. Ada keberanian

menanggung risiko bisnis, tidak membebankannya pada pihak lain melalui hutang.
66

Jumlah pemilik perusahaan skala menengah di Kota Mataram yang mempunyai

keinginan dan implementasi investasi kembali dengan modal sendiri, terjadi pada

62,80 persen pemilik. Persentase tersebut merupakan akumulasi dari pemilik yang

melakukan investasi kembali dengan modal sendiri pada taraf yang tinggi dan

sangat tinggi.

Investasi kembali merupakan kebijakan yang penting dalam perusahaan.

Aspek teraklhir sebagai pengukur (indikator) komitmen pemilik perusahaan adalah

kesediaan pemilik perusahaan menerima dan melakukan perubahan untuk

melakukan bisnis semakin baik dan tumbuh menjadi besar (X1.5). Aspek ini

mendapatkan penilaian dengan kriteria umum yang tinggi (rata-rata skor 2,88).

Adanya bias negatif dengan skor 3, maka ada indikasi yang kuat masih banyak

pemilik perusahaan yang tidak bersedia menerima dan melakukan perubahan.

Artinya bisnis dijalankan dengan stagnan, tidak melakuksn perubahan pada aspek

produksi, pengelolaan personalia, keuangan dan aspek lainnya. Pemilik

perusahaan yang mempunyai sikap dan perilaku tersebut terjadi pada 34,90

persen (akumulasi responden yang memberikan penilaian dengan skor 1 dan 2).

Menerima dan melaksanakan perubahan oleh pemilik perusahaan merupakan

keharusan, bahkan pegawai juga dibiasakan dengan perilaku tersebut. Konteks ini

dikenal dengan budaya perubahan pada perusahaan, sebagai budaya Kaizen

pada perusahaan-perusahaan sukses di Jepang.

Berdasarkan uraian hasil penilaian yang diberikan pada pemilik perusahaan

skala menengah atas aspek-aspek komitmen, maka dapat dinyatakan bahwa

masih banyak pemilik perusahaan yang perlu ditingkatkan komitmennya. Ada

upaya untuk membentuk kesadaran bahwa peran para pemilik perusahaan bukan
67

hanya untuk kepentingannya secara individual, tetapi dengan semakin besarnya

perusahaan yang dimiliki, maka semakin besar perannya dalam menyediakan

lapangan pekerjaan dan kontribusi lain dalam perekonomian regional serta

nasional.

4.1.3.2. Pendidikan Pemilik Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram

Variabel pendidikan dalam penelitian ini merupakan pendidikan formal yang

berimplikasi dalam menjalankan bisnisnya. Indikator dan hasil penilaiannya

sebagai berikut.

Tabel 4.9.
Kondisi Pendidikan Pemilik Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Pendidikan Pemilik Rata-rata Skor Kriteria
Penilaian
1. Kesesuaian pendidikan 2,74 Tinggi
dengan bidang usaha (X2.1)
2. Dukungan pendidikan formal 2,63 Tinggi
atas bisnis (X2.2)
3. Pendidikan formal mendukung Tinggi
pemecahan masalah bisnis 2,65
(X2.3)
4. Keinginan dan aktualisasi Tinggi
meningkatkan pendidikan 2,51
(X2.4)
5. Pendidikan formal mendukung 2,60 Tinggi
hubungan bisnis (X2.5)
Rata-rata 2,63 Tinggi
Sumber: Lampiran 3 dan 4.

Pendidikan formal perusahaan skala menengah mempunyai implikasi yang

mendukung bisnis perusahaannya. Taraf tinggi diberikan, karena rata-rata skor

penilaian sebesar 2,63 berada pada interval dengan kriteria tinggi (2,50-3,25).

Walaupun, rata-rata skor tersebut berada pada tepi kelas interval tersebut (lebih

berdekatan dengan rata-rata skor 2,50). Hal ini dapat dibuktikan dengan penilaian
68

responden secara indvidual pada setiap indikatornya. Kesesuaian pendidikan

dengan bidang usaha (X2.1) mendapatkan penilaian dengan rata-rata skor 2,74,

termasuk pada kriteria tinggi (sesuai). Penting untuk diperhatikan penilaian secara

individual, di mana sebanyak 11,60 persen menyatakan sangat tidak sesuai dan

32,60 persen lainnya menyatakan tidak sesuai. Akumulasi penilaian pada dua

kriteria ini (44,20 persen responden) menyatakan bahwa pendidikan formalnya

tidak mempunyai relevansi dengan jenis usaha perusahaannya.

Pendidikan formal menjadi pembentuk kompetensi dalam berpikir, bersikap

dan berperilaku, sehingga dapat saja pendidikan formal yang dimiliki menjadi

dasar mengambil kesempatan yang ada di pasar dalam membentuk usaha.

Kondisi tersebut dapat terjadi pada pemilik yang mempunyai pendidikan umum,

sementara pendidikan kejuruan atau telah berada pada spesifikasi tertentu akan

sangat tepat jika mempunyai bidang usaha yang mempunyai relevansi dengan

pendidikannya. Salah satu pemilik yang mempunyai pendidikan sarjana strata tiga

mengembangkan bisnis sesuai dengan bidangnya, yaitu industri obat herbal.

Kemungkinan pengembangan bisnis yang didasarkan pada pengetahuan sangat

potensial atau yang terpenting bagi pemilik adalah mampu menggunakan potensi

orang lain yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang usaha. Konteks ini

sebagai makna manajemen secara umum.

Dukungan pendidikan formal atas bisnis yang dijalankan (X2.2)

mendapatkan penilaian dengan rata-rata skor 2,63, termasuk pada kriteria yang

tinggi. Rata-rata skor tersebut mendekati tepi bawah kelas interval, sehingga

dipastikan banyak responden (perusahaan skala menengah) yang mempunyai

kondisi pendidikan formalnya tidak memberikan dukungan atas bisnisnya.


69

Ditemukan sebanyak 41,90 persen responden menyatakan bahwa pendidikan

formalnya mempunyai dukungan yang rendah dan 7,00 persen lainnya

menyatakan sangat rendah dukungannya. Kondisi ini dapat disadari, karena

banyak responden mempunyai pendidikan yang rendah dan umumnya sampai

taraf pendidikan menengah atas. Responden lainnya sebanyak 51,20 persen

menyatakan bahwa ada dukungan pendidikan formal atas bidang usahanya.

Kondisi ini sangat diharapkan, karena pengusaha mempunyai kemampuan dasar

dalam mengelola dan mengembangkan bisnisnya, baik dari aspek pengembangan

produk ataupun menerima perubahan-perubahan untuk memperbesar bisnisnya.

Dapat dipastikan bahwa setiap bisnis akan menghadapi permasalahan, baik

yang bersumber dari internal ataupun eksternal perusahaan. Penilaian atas peran

pendidikan formal pemilik dalam memecahkan masalah bisnis (X 2.3) mendapatkan

penilaian dengan rata-rata skor 2,65, tergolong mempunyai kriteria yang tinggi.

Kondisi penilaian umum ini mempunyai variasi yang tinggi atas skor 3, sehingga

dapat dipastikan banyak pemilik yang memecahkan masalah bisnisnya tidak

bersumber dari pendidikan formal yang dimilikinya. Terdapat sebanyak 7,00

persen pemilik menyatakan bahwa dukungan pendidikan formalnya sangat rendah

dan 39,50 persen lainnya menyatakan rendah. Pemecahan masalah yang dihadapi

lebih banyak bersumber dari pengalaman dan keberadaan dari pegawai yang ada

dalam perusahaan.

Hal penting dalam perusahaan adalah bagaimana menggunakan dan

manfaat kompetensi pegawai. Adapun jumlah pegawai yang menyatakan bahwa

pendidikan formalnya mempunyai peran dalam memecahkan masalah bisnis

perusahaan terjadi pada 34,90 persen pemilik dengan taraf yang tinggi dan 18,60
70

persen pemilik lainnya menyatakan sangat tinggi. Pemecahan masalah harus

mempunyai dasar pengetahuan yang jelas, didukung dengan pengalaman yang

memadai. Pemecahan masalah yang bersifsat teknisi ataupun manajemen serta

masalah lainnya dalam bisnis hendaknya menghindari keputusan yang sifatnya

coba-coba (trial and error).

Pendidikan formal diyakini mempunyai peran penting dalam membentuk

pengetahuan, sikap dan perilaku yang menjadi kompetensi pemilik dalam

menjalankan bisnis. Sejalan dengan hal tersebut terkait dengan sikap pemilik atas

pendidikan formal yang dimiliki (X2.4), ternyata banyak pemilik yang tidak berkenan

meningkatkan pendidikan formalnya. Terdapat sebanyak 51,20 persen pemilik

tidak mempunyai keinginan, minat dan upaya untuk mengaktualisasikan

peningkatan pendidikan formalnya.

Dalam bisnis, bukan hanya fokus pada kegiatan produksi, tetapi dibutuhkan

kemampuan membina hubungan, baik melalui peran manajemen pemasaran,

manajemen personalia, manajemen keuangan dan lainnya. Hubungan internal dan

eksternal perusahaan melalui pemilik sangat diperlukan. Terkait dengan dukungan

pendidikan formal yang dimiliki atas kemampuan membina hubungan (X 2.5)

mendapatkan penilaian dengan kriteria tinggi (rata-rata skor 2,60). Rata-rata skor

tersebut berada pada tepi kelas interval, sehingga banyak responden yang

memberikan penilaian di bawah skor 3. Ditemukan sebanyak 48,90 persen pemilik

berada pada kondisi dengan taraf yang rendah dan sangat rendah, terkait dengan

peran pendidikan formal dengan kemampuan membina hubungan bisnis.

Dalam penelitian ini, seluruh aspek internal perusahaan yang dikelola

ditujukan untuk membentuk penggunaan informasi akuntansi sebagai dasar


71

pengambilan keputusan bisnis. Keputusan bisnis akan terkait dengan aspek

produksi, kegiatan pemasaran, pencarian sumber modal dan lainnya, di mana ada

aspek-aspek yang membutuhkan kemampuan berhubungan dengan pihak lain,

baik di internal ataupun eksternal perusahaan.

4.1.3.3. Pelatihan Pegawai Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram

Faktor internal perusahaan lainnya yang menjadi potensi untuk mendukung

dan melaksanakan keputusan bisnis adalah pegawai. Kompetensi pegawai perlu

ditingkatkan, salah satunya melalui pelatihan. Pelatihan dalam penelitian ini terkait

dengan pelaksanaan yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Informasi

implementasi pelatihan pegawai pada perusahaan skala menengah di Kota

Mataram sebagai berikut.

Tabel 4.10.
Kondisi Pelatihan Pegawai pada Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Pelatihan Pegawai Rata-rata Skor Kriteria
Penilaian
1. Kesadaran atas pelatihan 2,79 Tinggi
(X3.1)
2. Frekwensi pelatihan mandiri 2,60 Tinggi
(X3.2)
3. Pelatihan taraf keterampilan 2,58 Tinggi
(X3.3)
4. Kesesuaian materi pelatihan 2,56 Tinggi
(X3.4)
5. Kegiatan evaluasi pelatihan 2,70 Tinggi
(X3
Rata-rata 2,65 Tinggi
Sumber: Lampiran 3 dan 4.

Berdasarkan rata-rata skor dari rata-rata skor setiap indikator pelatihan

pegawai (X3), yaitu sebesar 2,65 menunjukkan bahwa penilaian umumnya berada

pada taraf pelaksanaan dan proses pelatihan yang tinggi. Kriteria tinggi tersebut
72

berada pada kriteria rendah dari interval kriteria tersebut. Hal ini dapat dibuktikan

dengan banyaknya responden yang masih memberikan penilaian sangat rendah

(skor 1) dan rendah (skor 2) pada setiap itemnya.

Kesadaran pemilik perusahaan skala menengah atas pelatihan (X 3.1)

mendapatkan penilaian umum dengan kriteria tinggi (rata-rata skor 2,79). Upaya

perbaikan atas kesadaran tersebut masih diperlukan, karena masih terdapat

sebanyak 9,30 persen mempunyai kesadaran yang sangat rendah dan 30,20

persen lainnya dengan kesadaran yang rendah. Akumulasi dua kriteria ini

tergolong cukup banyak, sehingga banyak perusahaan dengan pemilikan pegawai

yang hanya bekerja sebagai rutinitas. Pihak perusahaan tidak memberikan

kesempatan meningkatkan kompetensi diri pegawai, terlebih sampai memiliki

sertifikat atas kemahiran tertentu. Pelatihan hanya diberikan oleh perusahaan yang

pemimpinnya mempunyai kesadaran tinggi dan sangat tinggi atas pelatihan.

Jumlah perusahaan tersebut secara akumulatif sebanyak 60,50 persen.

Dilihat dari aspek frekwensi pemberian pelatihan (X3.2) diperoleh rata-rata

skor 2,60, tergolong kriteria yang tinggi, tetapi sangat dekat dengan kriteria rendah.

Batas tepi bawah kelas interval sebesar 2,50, sehingga dipastikan bahwa banyak

pemilik yang memberikan pelatihan pada pegawainya dengan frekwensi sangat

rendah dan rendah. Akumulasi dua kriteria tersebut sebanyak 46,50 persen.

Secara spesfik mengenai pelatihan yang sifatnya khusus untuk meningkatkan

keterampilan pegawai (X3.3) termasuk tinggi, tetapi dengan skor yang mendekati

2,50, yaity 2,58. Akumulasi jumlah pemilik yang memberikan pelatihan yang

sifatnya khusus untuk meningkatkan keterampilan dengan taraf yang rendah dan

sangat rendah sebanyak 53,50 persen. Perbaikan kondisi ini masih sangat perlu
73

dilakukan melalui kerja Dinas Perindustrian, UMKM dan organisasi publik lain yang

berperan dalam bidang ekonomi.

Rata-rata skor penilaian yang diberikan pegawai, terkait dengan kesesuaian

pelatihan dengan kebutuhan pegawai tergolong aspek yang paling rendah

dibandingkan dengan penilaian item/aspek lain pelatihan pegawai. Aspek ini

mendapatkan penilaian dengan rata-rata skor 2,56, tergolong tinggi, tetapi harus

segera mendapatkan perbaikan. Pemilik yang sangat rendah dan rendah dalam

implementasi aspek tersebut sebanyak 44,20 persen. Pelatihan yang sesuai

dengan kebutuhan pegawai dan kebutuhan organisasi sangat penting untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja pegawai.

Aspek terakhir dari pelatihan pegawai adalah tahap evaluasi (X 3.5). Para

pemilik yang telah memberikan pelatihan, baik secara mandiri ataupun izin

mengikuti pelatihan yang diberikan pemerintah, ternyata dievaluasi oleh pemilik

dengan taraf yang tinggi (rata-rata skor 2,70). Aspek ini juga masih perlu

ditingkatkan kualitas pelaksanaannya.

Pelatihan bukan sebatas memberikan tambahan kemampuan kerja, tetapi

dapat menjadi bentuk penghargaan pemilik perusahaan pada pegawai. Para

pegawai yang mengikuti pelatihan dapat menganggapnya sebagai reward atau

penghargaan yang berimplikasi pada peningkatan motivasinya dalam bekerja.

Pelatihan jika diterapkan dengan cara yang tepat oleh pemilik dapat meningkatkan

kinerja pegawainya, bukan hanya dari aspek kemampuan kerja (ability), tetapi juga

dari aspek motivasi (motivation).


74

4.1.3.4. Pengalaman Pegawai Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram

Pengalaman pegawai bukan sebatas waktu yang telah dilalui oleh pegawai

dalam bekerja. Dalam penelitian ini juga ditekankan pada makna kualitas, di mana

pegawai diberikan kesempatan untuk terlibat dalam memecahkan masalah

perusahaan, variasi permasalahan yang dihadapi dan aspek lainnya. Penilaian

pemilik atas pengalaman pegawai, sebagai berikut.

Tabel 4.11.
Kondisi Pengalaman Pegawai pada Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Pengalaman Rata-rata Skor Kriteria
Pegawai Penilaian
1. Waktu bekerja pada 2,56 Tinggi
perusahaan (X4.1)
2. Waktu keterlibatan dengan 2,81 Tinggi
pemecahan masalah (X4.2)
3. Variasi yang dihadapi dalam 2,65 Tinggi
pekerjaaan (X4.3)
4. Ragam perubahan yang 2,79 Tinggi
pernah dijalankan (X4,4)
5. Kesempatan yang diperoleh Tinggi
dalam kegiatan perusahaan 2,58
(X4.5)
Rata-rata 2,68 Tinggi
Sumber: Lampiran 3 dan 4.
Pegawai perusahaan skala menengah di Kota Mataram dinyatakan

mempunyai pengalaman kerja yang tinggi. Rata-rata skor penilaian pemilik atas

variabel ini sebesar 2,68, berada pada interval 2,50-3,25 yang menunjukkan

kriteria tinggi. Rata-rata skor tersebut berada pada tepi bawah kelas interval,

sehingga masih ada kecenderungan adanya banyak pegawai yang mempunyai

pengalaman rendah ataupun sangat rendah. Berhubungan dengan waktu kerja

dengan perusahaan, terdapat sebanyak 7,00 persen pemilik menyatakan bahwa

pegawainya mempunyai pengalaman kerja yang sangat rendah dan 46,50 persen
75

lainnya menyatakan pengalaman kerja yang rendah. Akumlulasi dua kriteria

tersebut tergolong tinggi, sebanyak 53,50 persen pegawai yang dimiliki

perusahaan tergolong kurang berpengalaman. Ada indikasi atas kondisi ini, yaitu

tingginya turnover pegawai. Bagi perusahaan merupakan kondisi yang merugikan,

karena setiap pegawai baru membutuhkan waktu belajar dari pihak perusahaan

yang berdampak pada kualitas produk perusahaan.

Aspek penting dari pengalaman pegawai bukan sebatas lama bekerjanya,

tetapi selama bekerja telah mempunyai keterlibatan dengan berbagai macam

permasalahan (X4.2) yang dihadapi perusahaan dan dilibatkan untuk mengetahui

permasalahan yang ada, termasuk juga solusi yang diambil oleh pemilik ataupun

manajerial. Hal ini menjadi pembentuk pengetahuan dan keterampilan kerja

pegawai. Para pegawai pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram

mempunyai keterlibatan yang tergolong tinggi atas pemecahan masalah

perusahaan (rata-rata skor 2,81). Perusahaan perlu melibatkan pegawai agar

dapat menjadi pembentuk kemampuannya dalam bekerja, pegawai dapat

diandalkan pada setiap permasalahan yang ada.

Variasi permasalahan yang dihadapi para pegawai (X4.3) juga tergolong

tinggi (rata-rata skor 2,65). Aspek ini tentu masih banyak juga pegawai yang

mempunyai pengalaman yang rendah atas variasi permasalahan perusahaan.

Terdapat sebanyak 44,20 persen pemilik perusahaan skala menengah

memberikan penilaian dengan kriteria sangat rendah dan rendah atas aspek

variasi permasalahan yang dihadapi para pegawai.

Setiap permasalahan yang ada mempunyai dua kemungkinan, dapat

dipecahkan dengan baik atau sebaliknya. Pihak manajemen perusahaan juga ada
76

yang dapat mengambil pembelajaran dari kondisi yang ada dan selanjutnya

melakukan perubahan dalam rangka mengantisipasi kondisi yang ada. Fakta yang

ada bahwa kondisi umum menunjukkan bahwa pegawai perusahaan skala

menengah tergolong tinggi dalam mengikuti perubahan yang ada (rata-rata skor

2,79). Adapun terkait dengan kesempatan menyelesaikan masalah yang ada,

tergolong mempunyai variasi hasil penilaian dari pemilik perusahaan. Rata-rata

skor untuk aspek ini sebesar 2,58, tergolong tinggi kesempatan yang diberikan

pemilik untuk terlibat dalam menyelesaikan masalah perusahaan. Akan tetapi,

ditemukan penilaian secara individual, terdapat sebanyak 48,80 persen pemilik

perusahaan memberikan kesempatan yang rendah dan sangat rendah.

Perusahaan dengan ciri terakhir di atas masih menerapkan sistem

manajemen yang sangat tertutup pada pegawai. Permasalahan perusahaan

adalah masalah pemilik dan manajerial, sementara pegawai hanya mempunyai

tugas melaksanakan tugas yang diemban sesuai dengan yang diberikan

perusahaan. Iklim sosial dan intelektualitas pada perusahaan skala menengah di

Kota Mataram masih dapat dinyatakan sangat rendah, sehingga potensi

pengalaman pegawai tidak terserap secara maksimal. Bahkan ada

kecenderungan, bahwa peran pemilik hanya sebatas yang ditugaskan pemilik

perusahaan dan menghindari perubahan.

4.1.3.5. Umur Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram

Umur perusahaan terkait dengan lamanya perusahaan dari berdiri sampai

saat ini, termasuk didalamnya kemampuannya melewati berbagai permasalahan

ekonomi regional, nasional dan faktor lain yang berdampak pada perusahaan.

Penilaian pemilik atas item-item umur perusahaan, sebagai berikut.


77

Tabel 4.12.
Kondisi Umur Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Umur Perusahaan Rata-rata Skor Kriteria
Penilaian
1. Melewati krisis ekonomi (X5.1) 2,47 Rendah
2. Persaingan (X5.2) 2,67 Tinggi
3. Penyesuaian dengan Tinggi
kebijakan pemerintah (X5.3) 2,72
4. Permasalahan krusial (X5.4) 2,63 Tinggi
5. Kemampuan inovasi (X5.5) 2,63 Tinggi
Rata-rata 2,62 Tinggi
Sumber: Lampiran 3 dan 4.

Pemilik perusahaan skala menengah di Kota Mataram memberikan

penilaian dengan rata-rata skor 2,62 atas item-item umur perusahaannya. Rata-

rata skor tersebut menunjukkan kriteria yang tinggi, berarti ada kemampuan

perusahaan bertahan dalam berbagai kondisi waktu yang dilewati.Rata-rata skor

tersebut lebih rendah dari skor 3, berarti ada pemilik yang memberikan penilaian

rendah dan sangat rendah atas item-itemnya.

Item pertama berupa waktu yang dilewati, terkait dengan kejadian resesi

yang cukup parah, termasuk krisis atau resesi ekonomi tahun 1998. Item ini

mendapatkan penilaian umum dengan kriteria kemampuan yang rendah (rata-rata

skor 2,47). Ada perusahaan yang berdiri di atas tahun 2000, tetapi implikasinya

masih dirasakan, bahkan banyak perusahaan yang mengalami dampaknya. Krisis

tersebut berdampak pada peningkatan harga faktor produksi dan sisi lain

terjadinya penurunan daya beli masyarakat.

Krisis moneter atau krisis ekonomi pada tahun 1998 (X5.1) secara waktu

telah berlalu, tetapi masih berdampak dalam bisnis perusahaan skala menengah di

Kota Mataram. Ada sebanyak 20,90 persen pemilik yang menyatakan bahwa
78

kemampuannya dalam bertahan atau melalui kondisi tersebut sangat rendah dan

sebanyak 37,20 persen lainnya menyatakan kemampuannya rendah. Perusahaan

secara nyata tidak bangkrut, tetapi para pemilik masih merasakan implikasinya

atas bisnis yang dijalankan. Adapun jumlah perusahaan yang menyatakan diri

mampu melewatinya dengan baik sebanyak 16,30 persen dan dengan kriteria

sangat baik sebanyak 25,60 persen.

Krisis moneter pada tahun 1998 memberikan dampak dalam perekonomian

Indonesia, termasuk perekonomian skala regional di Kota Mataram. Dampak

utamanya adalah peningkatan harga faktor produksi, peningkatan harga aktiva

tetap dan melemahnya daya beli konsumen. Dapat dipastikan bahwa kondisi

tersebut tidak dapat dielakkan, tetapi peran perusahaan melalui kerja pemilik dan

seluruh pegawainya adalah melakukan penyesuaian. Indonesia pada dasarnya

tidak hanya terkena krisis ekonomi tahun 1998, tetapi ada juga krisis tahun 2008,

dapat dinyatakan bahwa perekonomian nasional mengalami turbulen, sehingga

para pebisnis harus kreatif dalam mengatasi berbagai permasalahan tersebut.

Item pengukur lain dari kemampuan bertahan perusahaan skala menengah

dilihat dari aspek umur adalah kemampuannya bertahan dan tumbuh dalam

persaingan yang kompetitif (X5.2). Aspek ini mendapatkan penilaian yang tinggi

(rata-rata skor 2,67) dalam arti perusahaan mampu bertahan dengan baik dalam

persaingan yang kompetitif. Kondisi tersebut adalah kondisi umum, tetapi

perusahaan secara individual ditemukan sebanyak 44,20 persen mempunyai

kemampuan yang rendah dan sangat rendah dapat tumbuh dalam persaingan

yang kompetitif. Pemilik perusahaan skala menengah harus menyakini, bahwa

bisnis yang dijalankan mempunyai banyak pesaing, baik dari perusahaan yang
79

menghasilkan produk yang sama atau produk subtitusinya serta kemungkinan

adanya pesaing baru yang masuk dalam pasar.

Item berikutnya adalah kemampuan perusahaan bertahan dalam bisnisnya

dilihat dari aspek kebijakan pemerintah (X5.3). Kebijakan pemerintah tidak selalu

mendukung pelaku usaha, tetapi terkadang banyak kebijakan yang memberatkan

perusahaan. Misalnya kebijakan peningkatan harga bahan bakar, tarif dasar listrik,

meningkatkan persentase pajak atau aspek lain yang berdampak pada

peningkatan harga pokok produksi. Perusahaan skala menengah di Kota Mataram

secara umum mempunyai kemampuan menyesuaian diri dengan baik atas

kebijakan pemerintah (rata-rata skor 2,72). Temuan secara individual berdasarkan

penilaian yang diberikan pemilik perusahaan skala menengah, terdapat sebanyak

44,20 persen perusahaan yang menyatakan mempunyai kemampuan yang rendah

dan sangat rendah. Pada dua kondisi kriteria penilaian tersebut menunjukkan

bahwa pemilik perusahaan cukup merasakan dampak dari kebijakan pemerintah

yang sifatnya tidak populer. Pemerintah dalam menerapkan kebijakan perlu

memperhatikan aspek ini, karena satu sisi pemerintah membutuhkan keberadaan

perusahaan menengah dalam menyediakan lapangan pekerjaan.

Waktu yang dilalui perusahaan dari saat didirikan sampai saat ini banyak

peristiwa yang bersifat krusial (X5.4). Dapat saja permasalahan tersebut bersumber

dari masalah ketersediaan faktor produksi, permasalahan pasar atau juga

permasalahan sosial politik. Kota Mataram pernah mengalami peristiwa sosial

yang cukup parah, seperti kasus pada tahun 2000/2001. Berbagai permasalahan

krusial tersebut mempunyai dampak pada perusahaan. Terbukti penilaian para

pemilik dengan rata-rata sor 2,63, walaupun berada pada kriteria tinggi, tetapi
80

cukup dekat dengan tepi kelas bawah interval skor (2,50). Dapat dibuktikan secara

akumulatif bahwa jumlah pemilik yang memberikan penilaian sangat rendah dan

rendah sebanyak 51,20 persen. Peran pemerintah untuk selalu menjaga kondisi

sosial ekonomi yang kondusif, sehingga tidak memberikan dampak negatif pada

bisnis perusahaan.

Item terakhir dari variabel umur perusahaan adalah selama berdirinya

perusahaan sampai saat ini mempunyai kemampuan dalam melakukan inovasi

bisnis (X5.5). Pemilik perusahaan skala menengah di Kota Mataram memberikan

penilaian bahwa kemampuan melakukan inovasi tergolong tinggi (rata-rata skor

2,63). Berdasarkan rata-rata skor tersebut, maka peran pemerintah untuk

memberikan pelatihan manajerial atau sejenisnya yang berdampak pada

kemampuan dalam melakukan inovasi bisnis. Ditegaskan demikian, karena

sebanyak 44,20 persen pemilik perusahaan memberikan penilaian yang sangat

rendah dan rendah dalam melakukan inovasi bisnis. Dapat juga dinyatakan bahwa

bisnis yang dijalankan oleh perusahaan skala menengah di Kota Mataram hanya

menjalankan perusahaan secara rutinitas, belum optimal dalam menerapkan

inovasi.

4.1.3.6. Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Skala Menengah


di Kota Mataram

Perkembangan kondisi internal bisnis perusahaan dapat diketahui dari

laporan empiris keuangannya, baik terkait dengan pemilikan asset, sumber

pembiayaan, pengelolaan biaya, perolehan penjualan dan perolehan laba serta

ragam aspek lainnya. Perusahaan dapat memperoleh informasi kemampuan

dalam melakukan efisiensi bisnis dari laporan harga pokok produksi, sehingga
81

dapat dilakukan perbaikan kebijakan dalam melakukan produksi. Banyak aspek

yang dapat diketahui dan selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam membuat

kebijakan. Informasi penilaian pemilik perusahaan skala menengah di Kota

Mataram atas penggunaan informasi akuntansi sebagai berikut.

Tabel 4.13.
Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Penggunaan Rata-rata Skor Kriteria
Informasi Akuntansi Penilaian
1. Pemilikan laporan sesuai Baik
peraturan (Y1.1) 2,60
2. Mempunyai laporan anggaran Baik
(Y1.2) 2,56
3. Memiliki analisis laporan Baik
keuangan (Y1.3) 2,53
4. Laporan yang secara khusus Baik
membantu kerja manajer (Y1.4) 2,51
5. Laporan akuntansi Baik
meningkatkan nilai
perusahaan (Y1.5) 2,70
Rata-rata 2,58 Baik
Sumber: Lampiran 3 dan 4.

Penggunaan informasi akuntansi sebagai dasar penentuan keputusan

bisnis pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram termasuk pada taraf

yang tinggi (rata-rata skor 2,58). Rata-rata skor tersebut sangat dekat dengan tepi

bawah kelas interval tersebut, sehingga masih perlu dilakukan berbagai upaya

untuk meningkatkan peran catatan empiris moneter perusahaan sebagai dasar

pengambilan keputusan bisnis. Kondisi umum ini akan dapat lebih jelas melalui

uraian temuan secara individual atas setiap indikatornya.

Indikator pertama berupa level dasar dari penggunaan informasi akuntansi

berupa laporan keuangan perusahaan sesuai dengan ketentuan atau peraturan

yang berlaku (Y1.1), seperti laporan keuangan untuk mendukung pembayaran


82

pajak. Laporan keuangan ini terdiri atas dua bentuk laporan keuangan, yaitu

neraca dan laporan laba rugi. Secara umum perusahaan skala menengah di Kota

Mataram mempunyai laporan keuangan tersebut, terbukti penilaian pemilik dengan

rata-rata skor 2,60. Berdasarkan nilai rata-rata skor tersebut, secara individual

perusahaan masih ada yang belum memiliki laporan keuangan tersebut. Hal ini

terjadi pada 41,90 perusahaan perusahaan, sebagai akumulasi pemilik yang

memberikan penilaian sangat tidak baik dan tidak baik. Laporan keuangan dasar

(neraca dan laporan laba rugi) menjadi dasar bagi pemilik perusahaan atau

manajer dalam menilai realisasi kebijakan yang dirumuskan pada setiap periode

dan mencari alternatif kebijakan bisnis untuk perbaikannya.

Pembuatan laporan keuangan membutuhkan pengetahuan dan

keterampilan, sehingga setiap perusahaan skala menengah di Kota Mataram

harusnya mempunyai tenaga akuntansi. Dalam pelaksanaan pekerjaan, sebagai

dasar perencanaan dan dasar evaluasi, maka perusahaan harus mempunyai

anggaran, seperti anggaran biaya, penjualan dan lainnya (Y1.2). Item ini

mendapatkan penilaian dengan rata-rata skor sebesar 2,56. Kondisi umum masih

pada taraf yang baik, tetapi nilai rata-rata yang mempunyai variasi tinggi dari skor

3, maka dapat dipastikan banyak perusahaan yang belum menggunakan anggaran

sebagai perencanaan kerja. Terdapat sebanyak 58,10 persen perusahaan yang

melakukan aktivitas produksi, penjualan dan lainnya tanpa menggunakan

anggaran. Anggaran sangat penting untuk menyediakan faktor produksi, jumlah

modal kerja dan aspek lainnya. Anggaran menjadi pedoman bagi semua pihak

dalam bekerja, termasuk adanya angaran biaya.


83

Tingkat implementasi laporan keuangan sebagai pedoman kerja, bahan

evaluasi, dasar perbaikan pada kebijakan dan hal lainnya dalam kebijakan bisnis

adalah analisis atas laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dapat

memberikan informasi kondisi likuiditas, solvabilitas atau leverage, aktivitas,

profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan. Manfaat laporan keuangan ini

diterapkan dengan baik, tetapi dengan rata-rata skor yang mendekati tepi bawah

kelas interval, yaitu 2,53. Terdapat sebanyak 48,80 persen perusahaan yang tidak

melakukan analisis laporan keuangan. Perusahaan skala menengah di Kota

Mataram telah mengelola asset yang cukup besar, termasuk nilai penjualan,

hubungan keuangan dengan pihak eksternal, maka harus dilakukan pencatatan

dengan baik, analisis atas kondisi keuangan sebagai dasar bagi pemilik dan

manajer mengambil keputusan bisnis.

Laporan keuangan yang sifatnya khusus membantu kerja manajer atau

pemilik pada aspek produksi, pemasaran dan personalia mendapatkan penilaian

dengan rata-rata skor 2,51. Rata-rata skor tersebut masih berada pada kriteria

terapan dan penyediaan yang baik, tetapi telah berada pada kondisi dengan

kecenderungan yang tinggi pada kriteria tidak baik. Hal tersebut disebabkan rata-

rata skor 2,51 berada pada tepi bawah kelas interval dengan kriteria baik. Hal ini

dapat dibuktikan dengan akumulasi jumlah pemilik yang memberikan penilaian

penyediaan dan terapan fungsi khusus laporan keuangan untuk kerja setiap fungsi

dalam organisasi dengan kriteria sangat tidak baik dan tidak baik sebanyak 53,50

persen.

Dibutuhkan laporan pertanggungjawaban pada setiap fungsi, realisasi dari

perencanaan yang telah dibuat dan berbagai aspek lain yang diperlukan dalam
84

perumusan kebijakan pada setiap fungsi yang ada. Berbagai proses yang ada

dalam laporan keuangan, pada item pertama sampai keempat memerlukan

pengetahuan dan keterampilan personel yang ada dalam organisasi. Dibutuhkan

personel atau pegawai yang mempunyai fungsi khusus mengelola sistem informasi

akuntansi dalam perusahaan.

Penekanan pada aspek terakhir di atas, karena secara umum para pemilik

perusahaan mempunyai penilaian dan keyakinan yang tinggi (rata-rata skor 2,70),

bahwa penerapan laporan akuntansi dalam perusahaan sebagai dasar

perumuskan kebijakan perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Y 1.5).

Ada kepercayaan bahwa mengambil keputusan bisnis dengan menggunakan data

empiris catatan moneter perusahaan akan lebih baik. Penekanan butuhnya

pelatihan atau menerima pegawai dengan pengetahuan dan keterampilan dalam

bidang akuntansi dibutuhkan oleh pemilik perusahaan yang memberikan penilaian

dengan kriteria baik dan sangat baik, dengan akumulasi sebanyak 51,20 persen.

Pengambilan keputusan dengan cara yang mendasar, sesuai dengan

kondisi internal perusahaan hanya dapat dilakukan berdasarkan laporan akuntansi,

dengan bentuk laporan yang sifanya mendasar, anggaran, hasil analisis dan

khusus untuk setiap divisi dalam organisasi. Pengelolaan aspek ini, difokuskan

melalui pengelolaan berbagai karakteristik internal.

4.2. Analisis Data-Proses Kerja PLS

Input untuk setiap tahap proses kerja partial least square (PLS)

menggunakan data pada Lampiran 3. Input pada Lampiran 3 berasal dari tabulasi
85

angket yang telah disebar pada pemilik perusahaan skala menengah di Kota

Mataram. Berikut proses dari prosedur analisis PLS dalam penelitian ini:

1. Merancang Model Struktural

Variabel endogen berupa penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala

menengah di Kota Mataram (Y) dan variabel penjelas atau variabel eksogennya

berupa karakteristik internal perusahaan, terdiri atas komitmen pemilik (X1),

pendidikan pemilik (X2), pelatihan pegawai (X3), pengalaman pegawai (X4) dan

umur perusahaan (X5). Rancangan awal dalam penelitian ini dapat diterima,

dengan sangat baik, karena mempunyai nilai R2 yang tinggi (mendekati 100

persen atau 1,00). Informasinya pada tabel berikut.

Tabel 4.14.
R Square

Variabel R Square
Komitmen Pemilik
Pelatihan Pemilik
Pendidikan Pemilik
Pengalaman Pegawai
Penggunaan Informasi Akuntansi 0,843543
Umur Perusahaan
Sumber: Lampiran 9

Model penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala menengah

di Kota Mataram dengan menggunakan variabel eksogen tersebut tergolong cukup

baik. Artinya variabel eksogen tersebut mampu memberikan penjelasan variasi

perubahan penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala menengah di

Kota Mataram sebesar 84,35 persen. Variabel endogen lainnya, baik yang

bersumber dari karakteristik internal lain dalam perusahaan atau variabel eksternal
86

perusahaan yang tidak dianalisis dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan

variabel endogen sebesar 15,65 persen.

2. Merancang Model Pengukuran (Outer Model)

Parameter yang dipergunakan adalah koefisien korelasi dari setiap indikator

terhadap variabel laten, yang diinformasikan dalam cross loading (Lampiran 5).

Berdasarkan informasi pada nilai cross loading tersebut terdapat satu indikator

yang tergolong tidak valid, yaitu X5.1 (0,199). Berdasarkan hasil analisis tersebut,

maka variabel umur perusahaan tidak layak diukur dengan kondisi perusahaan

yang telah melewati masa resesi yang cukup parah pada tahun 1998. Indikator

tersebut dikeluarkan dari analisis lebih lanjut.

Adanya indikator yang tidak valid, maka indikator tersebut dikeluarkan,

selanjutnya dilakukan pengecekan kembali atas koefisien korelasinya. Nilai

koefisien korelasi skor setiap indikator terhadap total skor setiap variabel

seluruhnya lebih besar dari 0,50. Hal ini menunjukkan bahwa indikator yang

dibangun pada setiap variabel memenuhi syarat validitas. Informasi nilai koefisien

korelasi product momentnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Adanya informasi yang

jelas, maka dapat dinyatakan bahwa indikator pada setiap penelitian ini tergolong

layak menjadi pengukur setiap variabel.

Indikator lainnya adalah dengan melihat nilai AVE pada setiap variabel yang

lebih besar dari 0,50. Informasinya sebagai berikut.


87

Tabel 4.15.
Nilai AVE
AVE

Komitmen Pemilik 0,579930

Pelatihan Pegawai 0,656298

Pendidikan Pemilik 0,643038

Pengalaman Pegawai 0,578732

Penggunaan IA 0,667826

Umur Perusahaan 0,586374

Sumber: Lampiran 7.

Temuan di atas memperkuat pengujian awal, bahwa seluruh indikator dalam

penelitian ini memenuhi syarat validitas. Artinya untuk menjelaskan kondisi setiap

variabel dapat dilakukan dengan menjelaskan temuan pada setiap indikator.

3. Membentuk Diagram Jalur

Diagram jalur yang dihasilkan terdiri atas dua bentuk, sebagai berikut:

Gambar 4.1.
Diagram Jalur Penggunaan Informasi Akuntansi (Tahap 1) )
88

Diagram jalur di atas sesuai dengan input setiap indikator sesuai dengan

rancangan awal, sebelum dilakukan uji validitas. Pada proses tahap kedua ada

indikator yang tidak layak, maka dikeluarkan dari pengukuran variabel umur

perusahaan. Model struktural mengalami penyesuaian, sehingga model struktural

final yang dihasilkan adalah:

Gambar 4.2.

Diagram Jalur Penggunaan Informasi Akuntansi (Final)

Pada model atau diagram jalur di atas, telah dapat diberikan gambaran

asosiasi yang terjadi pada setiap variabel. Termasuk juga pengukuran dari setiap

variabel atas variabel manifestnya (indikator).


89

4. Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan

Persamaan penting dalam penelitian ini adalah inner model yang

memberikan informasi asosiasi antara variabel eksogen dengan variabel endogen.

Persamaan yang dihasilkan adalah:

Y = 0,353X1 + 0,295X2 + 0,169X3 – 0,027X4 + 0,226X5

Persamaan di atas dibentuk dari diagram jalur final (Gambar 4.2), karena

diagram tersebut tidak mengalami perubahan kembali. Penting untuk diketahui

bahwa persamaan tersebut dijadikan dasar dalam mengambil keputusan atau

perumuan kebijakan terkait dengan peningkatan penggunaan informasi akuntansi.

Pembentukan persamaan untuk variabel manifest terhadap variabel laten

atau outer model dapat mengacu pada diagram jalur di atas (gambar 4.2) atau

menggunakan nilai-nilai yang ada pada Lampiran 6. Berikut persamaan yang

dihasilkan:

X1 = 0,747X1.1+0,830X1.2+0,511X1.3+0,845X1.4+0,824X1.5

X2 = 0,795X2.1+0,769X2.2+0,763X2.3+0,831X2.4+0,848X2.5

X3 = 0,853X3.1+0,768X3.2+0,733X3.3+0,886X3.4+0,802X3.5

X4 = 0,825X4.1+0,765X4.2+0,745X4.3+0,770X4.4+0,693X4.5

X5 = 0,537X5.2+0,701X5.3+0,819X5.4+0,880X5.5

Y = 0,821Y1.1+0,816Y1.2+0,845Y1.3+0,762Y1.4+0,840Y1.5

5. Estimasi: Koefisien Jalur, Loading dan Weight

Koefisien jalur pada prinsipnya adalah parameter estimasi perubahan yang

diberikan terhadap variabel endogen yang disebabkan oleh perubahan setiap nilai

satuan dari variabel eksogen. Nilai koefisien jalur untuk inner model dapat dilihat

pada persamaan yang dihasilkan, di mana nilai jalur untuk X1 sebesar 0,353, X2 =
90

0,295, X3 = 0,169, X4 = -0,027 dan X5 = 0,226. Nilai-nilai koefisien jalur tersebut di

atas 0,15, menunjukkan perubahan yang tinggi. Kondisi perubahan yang rendah

hanya terjadi pada variabel pengalaman pegawai (X4) sebesar 0,027, di mana

dalam analisis selanjutnya tidak memberikan pengaruh yang signifikan secara

parsial.

Sub analisis outer loading melalui proses boostrapping, juga memberikan

nilai koefisien untuk setiap indikator terhadap variabel laten lebih besar dari 0,15

(lampiran 14). Temuan ini menunjukkan bahwa baik inner ataupun outer model

tergolong setiap variabel pembentuknya mampu memberikan penjelasan yang

tinggi.

6. Evaluasi Goodness of fit

Analisis ketepatan model dilakukan pada outer dan inner model. Outer

model menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas telah dilakukan, di

mana hanya ada satu variabel yang mempunyai indikasi tidak valid (X 5.1 terhadap

X5). Selanjutnya melalui parameter nilai AVE diperoleh penguatan kriteria

validitasnya, di mana nilai AVE yang diperoleh lebih besar dari 0,50. Proses ini

telah dilakukan, selanjutnya adalah uji konsistensi dari setiap indikator dalam

menjelaskan setiap variabel laten. Pengukuran menggunakan koefisien reliabilitas

dengan alpha cronbach dan composite reliability. Dua parameter ini disyaratkan

mempunyai nilai di atas 0,70.

Informasi nilai composite reliability dan alpha cronbach, sebagai berikut.


91

Tabel 4.16.
Koefisien Composite Reliability dan Cronbach Alpha
No. Variabel Composite Cronbach Kriteria
Reliability Alpha
1 Komitmen Pemilik 0,870 0,810 Reliabel
2 Pelatihan Pegawai 0,905 0,868 Reliabel
3 Pendidikan Pemilik 0,900 0,861 Reliabel
4 Pengalaman Pegawai 0,873 0,818 Reliabel
5 Penggunaan IA 0,909 0,875 Reliabel
6 Umur Perusahaan 0,846 0,763 Reliabel
Sumber: Lampiran 11 dan 12.

Indikator setiap variabel dalam penelitian ini mampu memberikan

penjelasan dengan konsisten. Hal ini terlihat dari terpenuhinya kriteria reliabilitas.

Kriteria ini sangat perlu, saat memberikan penjelasan atau uraian atas setiap

variabel (eksogen dan endogen) berdasarkan penilaian responden atas setiap

indikatornya dapat memberikan penjelasan yang konsisten.

Uji ketepatan model (goodness fit of model) juga dilakukan pada inner

model, dengan menggunakan parameter R2. Nilai R2 pada persamaan final yang

dihasilkan sebesar 0,845 = 84,50 persen. Parameter ini tergolong sangat baik

dalam menjelaskan variabel endogen dari setiap perubahan variabel eksogen.

Lima variabel eksogen dalam model mampu memberikan penjelasan atas variabel

endogen sebesar 84,50 persen, sedangkan variabel lainnya hanya memberikan

penjelasan sebesar 15,50 persen. Adapun nilai pada Tabel 11, merupakan nilai R2

yang belum final, karena dalam analisis selanjutnya ada indikator yang mengalami

pengeluaran.

7. Pengujian Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini terdiri atas lima hipotesis minor, terkait

dengan pengujian signifikansi pengaruh secara parsial dari karakteristik internal


92

perusahaan berupa komitmen pemilik (X1), pendidikan pemilik (X2), pelatihan

pegawai (X3), pengalaman pegawai (X4) dan umur perusahaan (X5) terhadap

penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala menengah di Kota

Mataram. Pengujian menggunakan uji t, dengan memperhatikan nilai t hitung yang

dibandingkan dengan t alpha (t tabel).

Informasi nilai t hitung dan kriterianya sebagai berikut.

Tabel 4.17.
Nilai t hitung, t tabel dan Kriteria Signifikansi Karakteristik Internal Perusahaan
terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Skala Menengah
di Kota Mataram
No. Variabel t hitung t tabel Kriteria
(n=43, =5%)
1 Komitmen pemilik 2,975 ±1,960 Ha diterima
2 Pendidikan pemilik 2,238 ±1,960 Ha diterima
3 Pelatihan pegawai 2,686 ±1,960 Ha diterima
4 Pengalaman pegawai 0,289 ±1,960 H0 diterima
5 Umur perusahaan 2,354 ±1,960 Ha diterima
Sumber: Lampiran 13.

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa komitmen pemilik (X1),

pendidikan pemilik (X2), pelatihan pegawai (X3) dan umur perusahaan (X5)

berpengaruh signifikan secara parsial terhadap penggunaan informasi akuntansi

pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram. Karakteristik internal

perusahaan berupa pengalaman pegawai (X4) tidak berpengaruh signifikan secara

parsial terhadap penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala

menengah di Kota Mataram.


93

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengaruh secara Parsial dari Komitmen Pemilik (X1) terhadap


Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Skala Menengah di Kota
Mataram.

Komitmen pemilik (X1) perusahaan skala menengah di Kota Mataram

diindikatorkan dengan lima item. Kelima item tersebut mempunyai kriteria valid (uji

korelasi product moment/korelasi yang dilihat pada nilai cross loading (Lampiran 5

dan 6) serta nilai AVE (Lampiran 7) seluruhnya memberikan kriteria yang valid

atau layak sebagai pengukur komitmen perusahaan. Itemnya berupa penggunaan

kompetensi diri (X1.1), belajar secara optimal (X1.2), menghindari kegiatan

memperkecil usaha (X1.3), investasi kembali (X1.4) dan menerima perubahan (X1.5).

Berdasarkan penilaian responden atas lima indikator tersebut, maka ditemukan

kondisi umum komitmen pemilik berada pada kriteria tinggi. (rata-rata skor 2,83).

Rata-rata yang kurang dari 3,00 menunjukkan masih adanya responden yang

memberikan penilaian dengan kriteria sangat rendah (skor 1) dan rendah (skor 2),

di mana hal ini telah diuraikan pada setiap indikatornya.

Komitmen pemilik (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

peggunaan informasi akuntansi, dilihat dari nilai t hitungnya (2,975) lebih besar dari

t tabel (1,96). Kriteria pengujian yang diterima adalah Ha. Implikasinya adalah

pengaturan atau perbaikan atas komitmen pemilik sedikit saja akan dapat

memberikan perubahan yang nyata atas penggunaan informasi akuntansi pada

perusahaan skala menengah di Kota Mataram.

Adanya pengaruh yang signifikan, kemudian dengan memperhatikan nilai

koefisien regresinya sebesar 0,353, menunjukkan bahwa setiap perubahan satu

satuan skor untuk komitmen pemilik memberikan perubahan penggunaan


94

informasi akuntansi sebesar 0,353 satuan skor. Nilai koefisien regresi yang positif

menunjukkan arah perubahan yang positif, artinya setiap peningkatan satu satuan

skor penilaian komitmen pemilik akan memberikan peningkatan penggunaan

informasi akuntansi sebesar 0,353 satuan skor. Perhatian pada peningkatan

komitmen pemilik sangat perlu dilakukan, karena secara nyata dengan variasi

yang cukup besar mempengaruhi peningkatan penggunaan informasi akuntansi

pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram. Kondisi sebaliknya akan

terjadi, jika penurunan sedikit saja atas komitmen pemilik akan berdampak pada

penurunan penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala menengah di

Kota Mataram.

Perbaikan pada komitmen pemilik akan berdampak pada peningkatan

penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala menengah di Kota

Mataram. Temuan ini mendukung hasil penelitian Yuliati (2014) bahwa komitmen

pemilik memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap penggunaan

informasi akuntansi pada perusahaan skala kecil di Kota Mataram. Hasil penelitian

ini juga mendukung hasil riset Xu (2003) dan Immelda (2015), bahwa perbaikan

pada komitmen pemilik perusahaan skala menengah akan berdampak pada

peningkatan penggunaan informasi akuntansi.

Diyakini bahwa penggunaan informasi akuntansi sebagai dasar pengambilan

kebijakan dan keputusan bisnis, lebih mendasarkan diri pada kondisi moneter

perusahaan, lebih menggunakan kondisi empiris bisnis perusahaan, sehingga

lebih mendekati keuntungan bagi perusahaan. Keputusan bisnis dalam menyikapi

kondisi eksternal harus sesuai dengan kondisi internal perusahaan, sehingga

terhindar dari risiko yang tinggi.


95

Fakta empiris pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram belum optimal

dalam menggunakan informasi akuntansi untuk keperluan perumusan kebijakan

dan keputusan bisnis. Laporan akuntansi pada prinsipnya dapat dijadikan dasar

perencanaan, evaluasi dan mengambilan keputusan, tetapi masih dijalankan

dengan taraf yang belum optimal. Pihak pemilik perusahaan skala menengah

dapat meningkatkan penggunaan tersebut melalui peningkatan komitmennya

dalam memperbesar bisnis. Pada taraf tertentu, bisnis tidak dapat dijalankan

dengan mengingat semata, tetapi seluruhnya berdasarkan proses dan penyediaan

sistem akuntansi.

4.3.2. Pengaruh secara Parsial dari Pendidikan Pemilik (X 2) terhadap


Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Skala Menengah di Kota
Mataram.

Pendidikan pemilik telah diukur dengan item-item yang valid dan konsisten,

terbukti melalui uji korelasi (melalui nilai-nilai korelasi yang ditampilkan dalam

cross loading), lebih tinggi dari 0,50 dan diperkuat dengan analsiis AVE dengan

nilai sebesar 0,643 (lebih ebsar dari 0,50). Konsistensinya juga terjamin, terbukti

dari nilai koefisien composite (0,900) dan koefisien reliabilitas dalam analisis alpha

cronbach sebesar 0,861. Variabel eksogen ini berada pada kriteria yang valid dan

reliabel, sehingga dapat menjadi input yang efisien untuk membentuk persamaan

struktural, termasuk yang dipersyaratkan dalam program PLS.

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t hitung dari pendidikan pemilik (X2)

terhadap penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala menengah di

Kota Mataram sebesar 2,238. Kriteria pengujian yang diterima adalah H a, karena

nilai t hitungnya lebih besar dari t tabel (1,96). Artinya terdapat pengaruh yang
96

signifikan secara parsial dari pendidikan pemilik (X2) terhadap penggunaan

informasi akuntansi pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram.

Mengacu pada hasil uji signifikansi dan nilai koefisien regresi, maka dapat

diketahui bahwa arah pengaruh yang diberikan oleh perubahan pendidikan pemilik

bersifat positif atau searah. Nilai koefisien regresinya sebesar 0,295, menunjukkan

pada setiap perubahan satu satuan skor perubahan pendidikan pemilik akan

memberikan perubahan peningkatan penggunaan informasi akuntansi sebesar

0,295 satuan skor. Artinya perubahan yang tergolong cukup memadai, sehingga

perlu juga diperhatikan, jika implementasi atau makna pendidikan formal dikurangi

akan berdampak pada penurunan penggunaan informasi akuntansi.

Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa penelitian ini mendukung hasil

penelitian Yuliati (2014), Xu (2003), Wahyudi (2009), Meiliana (2014) serta

Apriliawati dan Hastuti (2011) bahwa faktor pendidikan pemilik memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi. Dengan

pernyataan lain bahwa hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan Hadi

(2016) yang menyatakan bahwa jenjang pendidikan pemilik tidak berpengaruh

terhadap penggunaan informasi akuntansi.

Hasil penelitian ini mempunyai implikasi agar para pemilik meningkatkan

pendidikannya secara formal dan mengimplementasikannya secara nyata,

menjadikannya sebagai dasar pengetahuan dalam mengelola bisnis dan berupaya

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang mempunyai relevansi

dengan bisnis yang dijalankan. Aspek ini penting sebagai dasar dalam

menerapkan penggunaan informasi akuntansi, agar seluruh kebijakan dan


97

keputsuan bisnis yang diambil menggunakan dasar yang jelas, bukan tindakan trial

and error.

4.3.3. Pengaruh secara Parsial dari Pelatihan Pegawai (X3) terhadap


Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Skala Menengah di Kota
Mataram.

Pada perusahaan skala menengah pihak pemilik masih terlibat dalam

menjalankan bisnis, sehingga peran sebagai principal dan agency (manajerial lain

dalam perusahaan) mempunyai hubungan kerja baik. Principal masih dapat

melakukan kontrol atas kerja manajerial dan pegawai. Kondisi ini bukan berarti

seluruh aspek dijalankan oleh pemilik (principal), tetapi juga dibutuhkan bantuan

yang besar dari para pegawai. Sadar atas hal tersebut, maka pelatihan pegawai

telah mulai dilakukan pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram. Hal ini

terbukti bahwa rata-rata skor penilaian pelaksanaan pelatihan pegawai sebesar

2,65. Berdasarkan rata-rata skor tersebut menunjukkan ada perusahaan yang

masih melaksanakan pelatihan dengan taraf yang sangat tidak baik dan tidak baik,

tetapi juga telah ada yang melaksanakannya dengan kriteria baik dan sangat baik.

Terbukti bahwa rata-rata skor (2,65) tersebut menunjukkan pada kriteria

pelaksanaan yang baik.

Kondisi empiris pelaksanaan pelatihan pegawai pada perusahaan skala

menengah di Kota Mataram dikaitkan dengan penggunaan informasi akuntansi,

ternyata memberikan nilai t hitung sebesar 2,686. Nilai t hitung tersebut lebih besar

dari t tabel, sebesar 1,96. Kriteria pengujian yang diterima adalah H a. Artinya

terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari pelatihan pegawai terhadap

penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala menengah di Kota

Mataram. Arah pengaruh yang diberikan bersifat positif, artinya semakin tinggi
98

intensitas dan kualitas pelatihan pada pegawai akan memberikan dampak pada

peningkatan penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala menengah

di Kota Mataram.

Nilai koefisien regresinya sebesar 0,169, menunjukkan pada setiap

perubahan satu satuan skor pelaksanaan pelatihan pegawai akan memberikan

perubahan penggunaan informasi akuntansi sebesar 0,169 satuan skor. Tingkat

perubahan yang diberikan bermakna, sehingga pihak perusahaan melalui kerja

principal perlu melakukan investasi terkait dengan pembentukan kualitas pegawai

yang dimiliki. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Yuliati (2014), Astuti

(2007), Apriliawati dan Hastuti (2011) serta Sitoresmi dan Fuad (2013, bahwa

pelatihan pegawai memberikan pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap

penggunaan informasi akuntansi. Signifikansi pengaruh tersebut dengan arah

pengaruh yang positif, sehingga pihak pemilik perusahaan perlu mempunyai

kebijakan pengembangan pegawai melalui pelatihan.

4.3.4. Pengaruh secara Parsial dari Pengalaman Pegawai (X 4) terhadap


Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Skala Menengah di Kota
Mataram.

Kriteria uji signifikansi pengalaman pengawai (X4) terhadap penggunaan

informasi akuntansi pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram

menunjukkan kriteria H0 diterima. Maknanya adalah pengelolaan pengalaman

pegawai pada internal perusahaan skala menengah di Kota Mataram tidak

memberikan perubahan yang nyata atas penggunaan informasi akuntansi. Hasil

pengujian ini tidak selaras dengan pernyataan (Manulang 2001) dan hasil

penelitian Yunita, dkk (2016) yang menyatakan bahwa pengalaman akan

membentuk pengetahuan dan keterampilan, secara spesifik pada penggunaan


99

informasi akuntansi. Penelitian ini menegaskan bahwa pegawai dengan

pengalaman rendah atau lama tidak menjadi penentu dukungan dalam

penggunaan informasi akuntansi.

Pengalaman pegawai yang semakin lama pada perusahaan skala

menengah di Kota Mataram tidak menjadi aspek yang dapat meningkatkan

penggunaan informasi akuntansi, bahkan kondisinya akan menyebabkan tingkat

penggunaannya semakin rendah. Hal ini mengacu pada makna tanda negatif dari

koefisien regresinya (-0,027). Semakin lama pegawai bekerja dalam perusahaan

akan menyebabkannya menjadi penghalang dalam penggunaan informasi

akuntansi. Untuk itu, sejak awal keberadaan pegawai dalam organisasi harus

dijadikan sebagai bagian dan pendukung dari sistem informasi akuntansi yang ada

dalam perusahaan.

4.3.5. Pengaruh secara Parsial dari Umur Perusahaan (X5) terhadap


Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Skala Menengah di Kota
Mataram.

Umur perusahaan terkait dengan kemampuan bertahan dalam bisnisnya,

sejak awal didirikan sampai saat ini. Semakin lama perusahaan berdiri, semakin

mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Hal ini mengingat

kondisi perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terjadi resesi yang besar,

seperti krisis 1998 dan 2008, di mana masih berimplikasi pada kondisi makro

ekonomi. Resesi atau krisis tersebut berdampak pada harga bahan baku, upah

tenaga kerja, daya beli masyarakat dan aspek lainnya yang membutuhkan

kemampuan principal serta dukungan pegawai dalam mengatasinya.

Dalam penelitian ini, umur perusahaan diindikatorkan dengan empat item

(satu item dikeluarkan, karena tidak valid). Fakta empiris hasil perhitungan
100

menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,354, lebih besar dari t tabel (1,96), sehingga

kriteria pengujian yang diterima adalah Ha. Artinya adalah setiap perubahan umur

perusahaan memberikan perubahan yang nyata atas penggunaan informasi

akuntansi. Arah pengaruh yang diberikan bersifat positif, semakin lama umur

perusahaan, maka akan semakin tinggi penggunaan informasi akuntansinya.

Nilai koefisien regresi dari variabel ini sebesar 0,226, lebih tinggi dari

variabel pelatihan pegawai. Nilai koefisien regresi ini menunjukkan besarnya

perubahan dari penggunaan informasi akuntansi pada setiap perubahan variabel

eksogen terkait. Hasil penelitian ini memberikan dukungan atas penelitian Meiliana

(2014), Hadi (2016) serta Sitoresmi dan Fuad (2013).

Penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala menengah di Kota

Mataram belum bersifat optimal. Kondisi ini yang membutuhkan peran dari

principal dan pihak pengelola lainnya untuk meningkatkan komitmennya dalam

mengembangkan perusahaan, meningkatkan pendidikan secara formal dan

mengimplementasikannya agar bersesuaian dengan spesifikasi pendidikannya.

Principal harus memberikan pelatihan pada pegawainya, namun aspek lain berupa

pengalaman pegawai tidak memberikan perubahan terkait peningkatan

penggunaan informasi akuntansi, bahkan diutamakan pada pegawai yang baru

agar membawa perubahan. Umur perusahaan yang mampu bertahan akan lebih

sanggup dalam menerapkan penggunaan informasi akuntansi, tentu dengan

terlebih dahulu menyediakan sistem dan memanfaatkannya untuk kepentingan

bisnis.

Pengelolaan lima variabel eksogen (pengalaman pegawai dapat diabaikan)

sangat perlu dilakukan secara bersama-sama, karena akan dapat meningkatkan


101

penggunaan informasi akuntansi dengan sangat baik. Perubahan variasi

penggunaan yang terjadi tergolong tinggi, jika dilakukan perbaikan pada empat

aspek tersebut, yaitu sebesar 84,50 persen. Pengaruh dari variabel lainnya dapat

diabaikan, tetapi yang utama dikelola adalah komitmen pemilik, pendidikan pemilik,

pelatihan pegawai dan umur perusahaan. Apabila empat variabel ini tidak dapat

digerakkan secara bersama, maka perhatian dapat diutamakan pada pengelolaan

dan peningkatan komitmen pemilik, karena memberikan perubahan yang paling

besar terhadap penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan skala

menengah di Kota Mataram. Hal tersebut dapat dilihat dari makna koefisien

regresinya yang paling besar.


102

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini adalah:

Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari komitmen

pemilik (X1), pendidikan pemilik (X2), pelatihan pegawai (X3) dan umur

perusahaan (X5) terhadap penggunaan informasi akuntansi pada

perusahaan skala menengah di Kota Mataram. Signifikansi pengaruh

tersebut berdasarkan uji t, di mana nilai t hitungnya lebih besar dari t tabel

atau kriteria Ha yang diterima. Arah pengaruh dari setiap karakteristik

internal perusahaan tersebut bersifat positif atau searah terhadap

penggunaan informasi akuntansi perusahaan skala menengah di Kota

Mataram. Variabel karakteristik perusahaan berupa pengalaman pegawai

(X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap penggunaan informasi akuntansi

pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel eksogen berupa pengalaman pegawai tidak dapat dikelola

untuk meningkatkan penggunaan informasi akuntansi.

5.2. Implikasi Penelitian

Implikasi penelitian ini adalah:

1. Penggunaan informasi akuntansi sebagai dasar pengambilan keputusan

bisnis, dengan pola kerja menyesuaikan kondisi internal perusahaan yang

tergambar dalam laporan keuangan dan kondisi faktor eksternal dipastikan

dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil. Fakta penggunaan


103

informasi akuntansi pada perusahaan menengah di Kota Mataram masih

belum optimal, sehingga perlu mendapatkan pengelolaan faktor-faktor yang

berpengaruh signifikan (komitmen pemilik, pendidikan pemilik, pelatihan

pegawai dan umur perusahaan).

2. Kualitas keputusan dalam bisnis tergolong sangat penting, karena bisnis

tidak dapat dijalankan dengan rutinitas. Kondisi empiris ini yang

menyebabkan pertumbuhan perusahaan menjadi perusahaan yang lebih

besar tergolong lamban.

5.3. Saran dan Keterbatasan Penelitian

5.3.1. Saran Penelitian

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Pihak principal dalam upaya meningkatkan penggunaan informasi akuntansi

lebih fokus pada upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya

melalui pendidikan, memberikan pelatihan yang relevan bagi pegawai dan

disesuaikan dengan umur perusahaan. Ada kondisi empiris bahwa

pendidikan formal yang sesuai dengan bidang usaha akan semakin

membantu dalam menjalankan bisnis, termasuk melalui penggunaan

informasi akuntansi sebagai dasar pengambilan keputusan. Aspek internal

perusahaan berupa pendidikan pemilik tersebut diperkuat dengan

pemberian pelatihan bagi pegawai yang sesuai dengan kebutuhan diri

pegawai dalam menjalankan bidang tugas yang diemban dari perusahaan.

2. Penelitian ini mampu menemukan tingkat pengaruh dari karakteristik

internal perusahaan pada taraf yang sangat tinggi dalam mempengaruhi


104

penggunaan informasi akuntansi. Peneliti lainnya penting untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dalam meningkatkan kualitas dari karakteristik internal

perusahaan melalui penelitian eksploratif.

5.3.2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Keterbatasan penelitian ini bahwa ada informasi-informasi yang tidak dapat

diperoleh secara lebih dalam, seperti karakteristik internal perusahaan yang

memberikan pengaruh dominan terhadap penggunaan informasi akuntansi

pada pemilik perusahaan skala menengah di Kota Mataram. Perlu

penelitian lebih lanjut untuk memberikan temuan yang luas.

2. Keterbatasan indikator yang digunakan untuk mengukur penggunaan

informasi akuntansi yang mengacu pada dua teori yang lebih cenderung

dalam menyiapkan informasi akuntansi. Penelitian lebih lanjut dapat

memfokuskan penelitiannya pada hasil analisis atas laporan keuangan dan

perannya sebagai input pengambilan keputusan perusahaan. Hal ini juga

diperlukan pada indikator pendidikan formal, tetapi lebih oriented pada

keterampilan pimpinan dalam menganalisis informasi akuntansi dan

kemampuan dalam menyusun strategi serta kebijakan bisnis.

3. Jumlah responden masih terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian pada

wilayah yang luas.


DAFTAR PUSTAKA

Adningsih, S.,2015. Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah


DiIndonesia. Universitas Airlangga. Surabaya.

Ali Muhidin, Sambas dan Maman Abdurrahman. (2007). Analisis Korelasi, Regresi,
dan Jalur dalam Penelitian, Bandung : CV Pustaka Setia.

Amira, dkk., 2015. Pengaruh Kepuasan Kerja Karyawan Dan Komitmen


Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Serta
Dampaknya Pada Kinerja Organisasi Pada PT. Lafarge Cement Indonesia
(LCI) Aceh Besar. Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syah
Kuala. Vol. 4. No.1. hal. 201-210.

Apriliawati dan Hastuti.,2011. Identifikasi Faktor Penggunaan Pada Perusahaan


Kecil Di Daerah Bandung. Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Bandung.

Astuti, E., 2007. Pengaruh Karakteristik Internal Perusahaan terhadap Penyiapan


dan Penggunaan Informasi Akuntansi Perusahaan Kecil dan Menengah di
Kabupaten Kudus. Tesis. Program Studi Magister Sains Akuntansi.
Universitas Dipenogoro. Semarang.

Baridwan, Z., 2010. Intermediate Accounting. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM.

Belkoui, A.R., 2000. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Bodnar, G.H., dan Howood, W.S., 2006. Sistem Informasi Akuntansi.Yogyakarta:


Andi Offset.

Collier, M.P0, .2003. Accounting for Managers; Interpreting Accounting Information


for Decision Making. England: John Wiley & Sons Ltd.

Dessler, G., 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1. Jakarta: PT.
Prenhallindo.

Donaldson dan Davis.,1989. Toward a Stewardship Theory of Management. The


Academy of Management Review, Vol. 22, No. 1.

Eierle, B dan W. Schultze. 2013. “The Role of Management as a User of


Accounting Information: Implication for Standard Setting”. Accounting and
Management Information System. Vol. 12, No. 2, hlm, 155-189.

Feather, John and struges, paul,International Encyclopedia of Information and


Library Science, New York: Routledge, 2003.
Gheorghe, D., 2012. The Accounting Information Quality Concept. Economics,
Management, and Financial Markets. Volume 7(4).

Ghozali, I., 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadi, M.,2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi


Akuntansi Pada Umkm Di Kabupaten Sragen. program studi Starta I pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Harnandez, M., 2007. Stewardship: Theoretical Development And Empirical Test


Of Its Determinants. Disertasi of Duke University.

Holmes dan Nicholls,.1989. Modelling The Accounting Information Requirement Of


Small Businesses. Accounting And Businesses Research, Vol. 19, No. 74,
pp. 143-150.

Horngren, C.T., dkk., 2005. Akuntansi di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Hutagaol, R.,M.,N.,2012. Penerapan Akuntansi Pada Usaha Kecil Menengah.


Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi– VOL. 1, NO. 2. Fakultas Bisnis Unika
Widya Mandala Surabaya.

Immelda, S.,C.,2015. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem


Informasi AkuntansiPada PT. DBTR Sidoarjo. Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri

Jogiyanto, HM., 2003. Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi offset.

Kardinal, 2016. Pengantar Akuntansi (Bahan Ajar). Jurusan Manajemen Sekolah


Tinggi Ilmu Ekonomi (Stie) Multi Data Palembang.

Krismiaji, 2015. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Kuncoro, M., 2003. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan.


Yogyakarta: UMP AMP YKPN.

Maharani dan Budiasih, 2016. Pengaruh Ukuran, Umur Perusahaan, Struktur


Kepemilikann Dan Profitabilitas Pada Pengungkapan Wajib Laporan
Tahunan.

Manulang, M., 2001. Manajemen Personalia, Yokyakarta. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.
McLeod Jr., R. and Schell, G., 2001. Management Information Systems, A Study of
Computer Based Information Systems, MacMillan Publishing Co., New
York.

Meiliana, K.,2014. Analisis Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi Pada Usaha


Kecil Dan Menengah Di Yogyakarta. Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Morris, 1987. Signalling, Agency Theory and Accounting Policy


Choice..Accounting and Business Research, Vol. 18.

Muhadi, 2007, Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi


Dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan, Jurnal Tesis Dipublikasikan,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Nazir, M., 2003. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Raharjo, E.,2007. Teori Agensi Dan Teori Stewarship DalamPerspektif Akuntansi.


ISSN : 1907-6304.

Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia N0 20 tahun 2008


tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Robbins, S.P., 2003, Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks.

Setiawan, J.,2016. Pengantar Akuntansi. Akademi Akuntansi Permata Harapan


Batam.

Siagian, P. Sondang. 2005. Fungsi-fungsi Manajemen. Jakarta. Penerbit Bumi


Askara.

Sitoresmi, D.L., 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi


Akuntansi pada Usaha Kecil Menengah (Studi pada KUB Sido Rukun
Semarang). Tesis. Program Studi Magister Sains Akuntansi. Universitas
Dipenogoro. Semarang.

Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Trijoko, Prasetya. 1980. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Renika

Umar, H., 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:Raja
Wali Press.

Wahyudi. M., 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan


Informasi Akuntansi Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Yogyakarta.
Tesis. Program Studi Magister Sains Akuntansi. Universitas Dipenogoro.
Semarang.
Wijayanti dan Sudaryanto, 2012. Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi
Pasar Bebas Asean. Dosen FE Universitas Negeri Jember.

Xu. H., 2003. Critical Success Factors for Accounting Information Systems Data
Qualit. Dissertation. University of Southern Queensland.

Yuliati, N.N., 2014. Pengaruh Karakteristik Internal Perusahaan Dengan Stimulan


Kebijakan Pemerintah Terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi Pada
Perusahaan Kecil Di Kota Mataram. Tesis Pascasarjana Universitas
Mataram, Mataram.
Yunita, E.K., dkk., 2016. Pengaruh Pengalaman Kerja Dan Penempatan
Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan. E-Journal Universitas Pendidikan
Ganesha. Vol. 4.
Lampiran 1. Identitas Perusahaan Skala Menengah Sektor Manufaktur di Kota Mataram
Tahun 2017
Jumlah
No. Badan Tahun Omzet/Tahun Karyawan Total Aset Jenis Usaha
Usaha Berdiri (Rp) (Orang) (Rp)*

1 PT 2001 4,942,000,000 22 1,150,000,000 Produksi dan penjualan makanan & Minuman

2 CV 2008 8,334,000,000 60 2,780,000,000 ATK, sablon dan lainnya

3 PT 1951 9,300,000,000 66 1,652,000,000 Tembakau iris susut (TIS)

4 PT 2013 7,200,000,000 60 4,185,000,000 Air kemasan

5 Perorangan 1997 2,615,000,000 21 858,500,000 Konveksi

6 CV 1938 3,408,000,000 44 1,758,940,000 Produksi kecap

7 PT 2008 2,556,000,000 21 827,000,000 Konveksi, Percetakan & sablon

8 PT 2012 2,574,000,000 21 749,480,000 Industri perikanan

9 Perorangan 1967 2,934,000,000 30 985,000,000 Tenun ikat

10 UD 1979 2,504,520,000 22 649,500,000 Makanan-Roti

11 UD 1997 2,934,000,000 28 1,250,000,000 Makanan-Roti

12 CV 2006 2,612,430,000 56 942,000,000 Mutiara

13 CV 2003 2,516,400,000 20 708,000,000 Makanan-Roti

14 CV 2003 3,780,000,000 47 3,084,000,000 Air kemasan

15 Perorangan 1994 2,512,800,000 21 893,800,000 Makanan-Roti

16 Perorangan 1980 2,502,000,000 20 584,000,000 Makanan-kerupuk kulit

17 UD 1991 4,482,000,000 21 862,400,000 Produksi dan distribusi ayam potong

18 PT 2005 8,892,000,000 65 4,851,000,000 Mutiara

19 Perorangan 2001 2,519,400,000 20 648,000,000 Makanan-Roti

20 PT 1989 2,894,000,000 66 1,405,000,000 Produksi Mutiara

21 PT 1980 4,200,000,000 45 3,000,000,000 Advertising, percetakan, konveksi

22 CV 2006 2,518,450,000 20 1,085,000,000 Percetakan

23 PT 2010 2,568,000,000 20 1,426,000,000 Obat Herbal

24 CV 1991 5,112,000,000 21 2,018,500,000 Produksi meubel dll

25 UD 2012 2,560,000,000 30 615,000,000 Makanan-Roti

26 PT 2012 12,144,000,000 89 4,850,000,000 Konveksi

27 Perorangan 2005 3,630,000,000 25 869,400,000 Produksi Makanan

28 Perorangan 2006 2,558,000,000 21 549,400,000 Produksi Makanan

29 PT 2000 9,494,000,000 25 3,618,000,000 Makanan

30 CV 1980 2,548,000,000 21 612,480,000 Produksi Bahan Bangunan


31 CV 1995 21 Produksi meubel dll
2,585,000,000 584,600,000

32 PT 1990 2,651,800,000 22 508,400,000 Industri Perkayuan

33 PT 1985 2,618,400,000 24 612,800,000 Industri Makanan/Kue

34 Perorangan 1989 2,576,880,000 21 516,400,000 Industri Aneka Kue

35 UD 1982 4,050,000,000 25 569,500,000 Industri Pengelohan Ikan

36 PT 2008 2,584,800,000 24 918,000,000 Air kemasan

37 Perorangan 1990 2,649,000,000 22 591,000,000 Konveksi

38 PT 1989 28,134,000,000 36 8,819,500,000 Industri Makanan

39 CV 2006 2,584,000,000 24 618,400,000 Konveksi dan sablon

40 Perorangan 2008 2,504,880,000 22 510,800,000 Makanan

41 Perorangan 2002 2,548,100,000 20 615,750,000 Konveksi

42 PT 2006 2,576,000,000 24 548,000,000 Konveksi

43 PT 2009 3,184,000,000 21 612,540,000 Produksi Bahan Bangunan


Rata-
rata 4,432,368,837 31 1,523,095,116
Lampiran 2. Identitas Pemilik Perusahaan Skala Menengah Sektor Manufaktur
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Umur Jenis Pendidikan
(Tahun) Kelamin
1 44 Laki-laki SMA
2 51 Laki-laki S1
3 72 Laki-laki SMA
4 36 Laki-laki S1
5 50 Laki-laki SMA
6 73 Laki-laki SMA
7 38 Laki-laki S1
8 60 Laki-laki S1
9 58 Laki-laki SMA
10 56 Laki-laki SMA
11 50 Wanita SMA
12 42 Laki-laki SMA
13 47 Laki-laki SMA
14 43 Laki-laki SMA
15 45 Laki-laki SMA
16 56 Laki-laki SMP
17 47 Wanita S1
18 45 Laki-laki S2
19 45 Laki-laki SD
20 50 Laki-laki S1
21 50 Laki-laki SD
22 48 Laki-laki SMA
23 56 Wanita S3
24 61 Laki-laki SMA
25 32 Laki-laki SMA
26 40 Wanita S1
27 40 Wanita SD
28 32 Wanita SMA
29 44 Laki-laki S1
30 35 Laki-laki SD
31 49 Laki-laki S1
32 42 Laki-laki SMA
33 51 Laki-laki SMA
34 39 Laki-laki SMA
35 38 Laki-laki SMA
36 44 Laki-laki SMA
37 35 Wanita SMA
38 40 Laki-laki S1
39 48 Laki-laki SMA
40 42 Laki-laki SMA
41 44 Laki-laki SMA
42 51 Laki-laki SMA
43 45 Laki-laki SMA
Rata-rata 47
Lampiran 3. Tabulasi Skor Karakteritik Internal Perusahaan dan Penggunaan Informasi Akuntansi
Perusahaan Skala Menengah di Kota Mataram Tahun 2017
No. Komitmen Pemilik (X1) Pendidikan Pemilik (X2) Pelatihan Pegawai (X3)
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5
1 2 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4
2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2
3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 1 1 2 1 2
4 1 2 3 1 3 2 2 3 2 2 2 1 2 1 1
5 1 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 1 1
6 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 1 1 3 2 2
7 2 1 3 1 1 1 1 2 1 1 2 3 2 2 3
8 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2
9 3 2 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 2
10 4 4 3 3 1 4 2 2 3 3 3 2 3 3 3
11 4 3 2 3 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 4
12 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4
13 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3
14 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4
15 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4
16 4 3 4 4 4 4 2 4 4 2 3 4 2 2 3
17 4 4 3 4 4 1 3 3 1 2 4 3 2 3 3
18 2 3 2 3 3 2 2 3 1 3 1 2 2 2 2
19 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 2 3 4 4
20 3 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 3
21 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2
22 3 4 1 4 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 4
23 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4
24 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4
25 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3
26 2 3 3 2 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2
27 4 4 3 4 4 4 2 3 2 2 4 2 3 3 3
28 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 1 3 1
29 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4
30 3 2 3 2 2 1 2 1 1 2 4 2 3 3 3
31 3 3 2 2 2 4 3 3 2 3 3 3 2 3 4
32 3 2 4 3 3 2 2 1 2 3 3 2 2 2 1
33 2 2 3 4 3 3 4 3 2 2 3 2 2 3 2
34 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 4 3 4 3 2
35 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2
36 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2
37 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 2
38 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4
39 3 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2
40 3 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2
41 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2
42 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2
43 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 3
Rata-rata 2.81 2.86 2.77 2.81 2.88 2.74 2.63 2.65 2.51 2.60 2.79 2.60 2.58 2.56 2.70
Lanjutan lampiran 3
No. Pengalaman Pegawai (X4) Umur Perusahaan (X5) Penggunaan Informasi Akuntansi (Y)
X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4 Y1.5
1 4 3 4 4 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 4
2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 2 2 1 2 3
3 1 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 2
4 1 2 2 3 2 4 2 2 1 1 1 2 1 2 2
5 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 3 1
6 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3
7 1 1 1 2 2 4 2 3 2 2 1 2 1 2 2
8 2 2 2 4 2 1 2 2 3 3 2 2 3 2 2
9 3 2 4 3 4 3 2 2 2 2 3 2 3 3 4
10 4 3 4 4 3 4 2 2 3 4 3 2 2 4 3
11 3 4 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4
12 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4
13 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4
14 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4
15 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4
16 2 2 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3
17 3 4 3 4 3 3 4 4 1 2 1 2 1 1 4
18 2 3 2 1 2 2 2 1 2 3 1 2 3 2 1
19 3 4 4 3 4 1 2 4 3 3 3 4 3 3 4
20 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 3 2 3 1
21 3 4 2 3 2 4 3 4 4 3 4 2 3 2 4
22 4 3 1 4 3 1 4 4 3 4 3 4 4 3 4
23 4 3 3 3 3 1 3 3 3 3 4 4 4 3 4
24 3 4 3 4 1 2 4 3 4 3 3 4 3 4 4
25 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3
26 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 2 2 1 2 2
27 2 2 2 2 1 1 3 3 4 3 3 4 4 3 4
28 2 2 4 4 3 1 1 3 4 3 3 4 3 4 3
29 3 4 3 4 4 1 1 3 4 3 4 3 4 4 4
30 4 3 3 2 2 4 3 3 2 3 3 1 3 1 2
31 4 3 3 4 3 2 4 4 4 4 3 2 3 2 2
32 2 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2
33 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2
34 3 4 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 1
35 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 1 1
36 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2
37 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2 2 1 1 2 1
38 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 4
39 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1
40 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
41 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2
42 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1
43 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
Rata-rata 2.56 2.81 2.65 2.79 2.58 2.47 2.67 2.72 2.63 2.63 2.60 2.56 2.53 2.51 2.70
Lampiran 4. Frequency Table

X1.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 4.7 4.7 4.7
2 14 32.6 32.6 37.2
3 17 39.5 39.5 76.7
4 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

X1.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 4.7 4.7 4.7
2 15 34.9 34.9 39.5
3 13 30.2 30.2 69.8
4 13 30.2 30.2 100.0
Total 43 100.0 100.0

X1.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 11 25.6 25.6 34.9
3 19 44.2 44.2 79.1
4 9 20.9 20.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

X1.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 13 30.2 30.2 37.2
3 16 37.2 37.2 74.4
4 11 25.6 25.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

X1.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 12 27.9 27.9 34.9
3 15 34.9 34.9 69.8
4 13 30.2 30.2 100.0
X1.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 12 27.9 27.9 34.9
3 15 34.9 34.9 69.8
4 13 30.2 30.2 100.0
Total 43 100.0 100.0

X2.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 11.6 11.6 11.6
2 14 32.6 32.6 44.2
3 11 25.6 25.6 69.8
4 13 30.2 30.2 100.0
Total 43 100.0 100.0

X2.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 18 41.9 41.9 48.8
3 14 32.6 32.6 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

X2.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 17 39.5 39.5 46.5
3 15 34.9 34.9 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

X2.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 7 16.3 16.3 16.3
2 15 34.9 34.9 51.2
3 13 30.2 30.2 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

X2.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 6 14.0 14.0 14.0
2 15 34.9 34.9 48.8
3 12 27.9 27.9 76.7
4 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

X3.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 13 30.2 30.2 39.5
3 14 32.6 32.6 72.1
4 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

X3.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 11.6 11.6 11.6
2 15 34.9 34.9 46.5
3 15 34.9 34.9 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

X3.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 20 46.5 46.5 53.5
3 12 27.9 27.9 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

X3.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 6 14.0 14.0 14.0
2 13 30.2 30.2 44.2
3 18 41.9 41.9 86.0
4 6 14.0 14.0 100.0
Total 43 100.0 100.0

X3.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 17 39.5 39.5 48.8
3 10 23.3 23.3 72.1
4 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

X4.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 20 46.5 46.5 53.5
3 13 30.2 30.2 83.7
4 7 16.3 16.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

X4.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 2.3 2.3 2.3
2 18 41.9 41.9 44.2
3 12 27.9 27.9 72.1
4 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

X4.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 15 34.9 34.9 44.2
3 16 37.2 37.2 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
X4.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 15 34.9 34.9 44.2
3 16 37.2 37.2 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

X4.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 2.3 2.3 2.3
2 19 44.2 44.2 46.5
3 11 25.6 25.6 72.1
4 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

X4.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 4.7 4.7 4.7
2 19 44.2 44.2 48.8
3 17 39.5 39.5 88.4
4 5 11.6 11.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

X5.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 9 20.9 20.9 20.9
2 16 37.2 37.2 58.1
3 7 16.3 16.3 74.4
4 11 25.6 25.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

X5.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 16 37.2 37.2 44.2
3 16 37.2 37.2 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

X5.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 16 37.2 37.2 44.2
3 14 32.6 32.6 76.7
4 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

X5.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 19 44.2 44.2 51.2
3 12 27.9 27.9 79.1
4 9 20.9 20.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

X5.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 11.6 11.6 11.6
2 14 32.6 32.6 44.2
3 16 37.2 37.2 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0

Y1.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 8 18.6 18.6 18.6
2 10 23.3 23.3 41.9
3 16 37.2 37.2 79.1
4 9 20.9 20.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

Y1.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 21 48.8 48.8 58.1
3 8 18.6 18.6 76.7
4 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0

Y1.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 8 18.6 18.6 18.6
2 13 30.2 30.2 48.8
3 13 30.2 30.2 79.1
4 9 20.9 20.9 100.0
Total 43 100.0 100.0

Y1.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 19 44.2 44.2 53.5
3 14 32.6 32.6 86.0
4 6 14.0 14.0 100.0
Total 43 100.0 100.0

Y1.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 8 18.6 18.6 18.6
2 13 30.2 30.2 48.8
3 6 14.0 14.0 62.8
4 16 37.2 37.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
Lampiran 5. Cross Loadings

Komitmen Pemilik Pelatihan Pemilik Pendidikan Pemilik Pengalaman Pegawai

X11 0,746889 0,569248 0,474457 0,552222

X12 0,829755 0,707091 0,684903 0,717920

X13 0,511384 0,334745 0,478088 0,269950

X14 0,844695 0,517133 0,591369 0,531545

X15 0,823586 0,463234 0,670352 0,481785

X21 0,578785 0,459438 0,795343 0,462810

X22 0,623493 0,579253 0,768564 0,614313

X23 0,573179 0,539215 0,763039 0,464158

X24 0,600035 0,518407 0,830592 0,584262

X25 0,688692 0,679865 0,848422 0,741851

X31 0,639445 0,852558 0,523867 0,589224

X32 0,514482 0,767619 0,617020 0,553799

X33 0,419495 0,733011 0,467279 0,489051

X34 0,648238 0,885820 0,629142 0,738263

X35 0,565340 0,802132 0,552748 0,671522

X41 0,506330 0,744185 0,501042 0,825027

X42 0,592121 0,722244 0,610671 0,765249

X43 0,552603 0,437787 0,538098 0,745077

X44 0,546567 0,568654 0,643600 0,769681

X45 0,406269 0,362901 0,407241 0,692707

X51 0,128569 0,134412 0,153099 0,174687

X52 0,359461 0,496284 0,320863 0,378927

X53 0,606589 0,596568 0,532608 0,596177

X54 0,624291 0,678122 0,761293 0,546664

X55 0,590915 0,707555 0,654484 0,672949

Y11 0,617543 0,719817 0,701845 0,666414

Y12 0,736576 0,552491 0,640599 0,404337

Y13 0,679489 0,701157 0,676840 0,606298

Y14 0,576269 0,485330 0,721660 0,510161

Y15 0,811334 0,710585 0,691091 0,729832


Penggunaan Informasi Akuntansi Umur Perusahaan

X11 0,651058 0,575671

X12 0,706610 0,723875

X13 0,433634 0,329829

X14 0,711512 0,547983

X15 0,657980 0,534191

X21 0,660295 0,662734

X22 0,596998 0,494898

X23 0,622376 0,601967

X24 0,745347 0,664123

X25 0,720208 0,679942

X31 0,614665 0,608812

X32 0,624003 0,656512

X33 0,563660 0,546218

X34 0,690461 0,716316

X35 0,661889 0,747523

X41 0,572833 0,674244

X42 0,548542 0,575330

X43 0,530284 0,452917

X44 0,624005 0,655844

X45 0,438131 0,351851

X51 0,063859 0,199285

X52 0,341663 0,541691

X53 0,579547 0,785116

X54 0,792120 0,812288

X55 0,712952 0,881588

Y11 0,821170 0,742640

Y12 0,816157 0,589372

Y13 0,844770 0,722340

Y14 0,761460 0,575853

Y15 0,839769 0,734217


Lampiran 6. Cross Loadings (Tahap Kedua Setelah X5.1 Dikeluarkan)

Komitmen Pemilik Pelatihan Pegawai Pendidikan Pemilik Pengalaman Pegawai

X11 0,746894 0,569250 0,474457 0,552226

X12 0,829749 0,707089 0,684904 0,717919

X13 0,511401 0,334746 0,478088 0,269951

X14 0,844687 0,517130 0,591368 0,531545

X15 0,823584 0,463236 0,670349 0,481783

X21 0,578785 0,459440 0,795350 0,462812

X22 0,623493 0,579251 0,768558 0,614315

X23 0,573181 0,539222 0,763040 0,464163

X24 0,600036 0,518411 0,830593 0,584268

X25 0,688691 0,679864 0,848419 0,741849

X31 0,639447 0,852555 0,523864 0,589226

X32 0,514484 0,767633 0,617019 0,553801

X33 0,419496 0,733001 0,467278 0,489048

X34 0,648234 0,885814 0,629138 0,738260

X35 0,565339 0,802134 0,552748 0,671523

X41 0,506326 0,744182 0,501039 0,825024

X42 0,592120 0,722239 0,610667 0,765241

X43 0,552604 0,437785 0,538095 0,745076

X44 0,546568 0,568658 0,643599 0,769696

X45 0,406265 0,362904 0,407239 0,692699

X52 0,359462 0,496287 0,320862 0,378929

X53 0,606589 0,596568 0,532609 0,596179

X54 0,624290 0,678124 0,761294 0,546669

X55 0,590914 0,707558 0,654487 0,672953

Y11 0,617543 0,719815 0,701846 0,666412

Y12 0,736581 0,552495 0,640600 0,404342

Y13 0,679487 0,701159 0,676839 0,606298

Y14 0,576272 0,485335 0,721663 0,510168

Y15 0,811331 0,710583 0,691089 0,729834


Penggunaan IA Umur Perusahaan

X11 0,651054 0,576037

X12 0,706557 0,727680

X13 0,433664 0,316775

X14 0,711450 0,553155

X15 0,657943 0,533313

X21 0,660340 0,664601

X22 0,596974 0,499220

X23 0,622391 0,598186

X24 0,745357 0,661019

X25 0,720190 0,679849

X31 0,614610 0,613147

X32 0,624026 0,656713

X33 0,563589 0,542669

X34 0,690356 0,716844

X35 0,661858 0,747670

X41 0,572746 0,675964

X42 0,548444 0,571673

X43 0,530212 0,448449

X44 0,623980 0,658075

X45 0,438049 0,349855

X52 0,341602 0,537028

X53 0,579426 0,781466

X54 0,792132 0,819333

X55 0,712958 0,880398

Y11 0,821089 0,741618

Y12 0,816253 0,595366

Y13 0,844830 0,726560

Y14 0,761565 0,581280

Y15 0,839617 0,732469


Lampiran 7. AVE

AVE

Komitmen Pemilik 0,579930

Pelatihan Pegawai 0,656298

Pendidikan Pemilik 0,643038

Pengalaman Pegawai 0,578732

Penggunaan IA 0,667826

Umur Perusahaan 0,586374


Lampiran 8. Latent Variable Correlations

Komitmen Pelatihan Pendidikan Pengalaman


Pemilik Pegawai Pemilik Pegawai

Komitmen Pemilik 1,000000

Pelatihan Pegawai 0,692647 1,000000

Pendidikan Pemilik 0,763984 0,692005 1,000000

Pengalaman
0,688925 0,757252 0,718101 1,000000
Pegawai

Penggunaan IA 0,841238 0,781472 0,838231 0,720041

Umur Perusahaan 0,726667 0,813830 0,777792 0,725424

Penggunaan IA Umur Perusahaan

Komitmen Pemilik

Pelatihan Pegawai

Pendidikan Pemilik

Pengalaman Pegawai

Penggunaan IA 1,000000

Umur Perusahaan 0,830237 1,000000


Lampiran 9. Total Effects

Komitmen Pelatihan Pendidikan Pengalaman


Pemilik Pegawai Pemilik Pegawai

Komitmen Pemilik

Pelatihan Pegawai

Pendidikan Pemilik

Pengalaman
Pegawai

Penggunaan IA

Umur Perusahaan

Penggunaan IA Umur Perusahaan

Komitmen Pemilik 0,352925

Pelatihan Pegawai 0,169489

Pendidikan Pemilik 0,295020

Pengalaman Pegawai -0,027461

Penggunaan IA

Umur Perusahaan 0,226300


Lampiran 10. R Square

R Square

Komitmen Pemilik

Pelatihan Pegawai

Pendidikan Pemilik

Pengalaman Pegawai

Penggunaan IA 0,844749

Umur Perusahaan
Lampiran 11. Composite Reliability

Composite Reliability

Komitmen Pemilik 0,870431

Pelatihan Pegawai 0,904788

Pendidikan Pemilik 0,899913

Pengalaman Pegawai 0,872568

Penggunaan IA 0,909414

Umur Perusahaan 0,846295


Lampiran 12. Cronbachs Alpha

Cronbachs Alpha

Komitmen Pemilik 0,810369

Pelatihan Pegawai 0,867507

Pendidikan Pemilik 0,860969

Pengalaman Pegawai 0,817856

Penggunaan IA 0,875410

Umur Perusahaan 0,763183


Lampiran 13. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Original Sample Mean Standard Deviation Standard Error


Sample (O) (M) (STDEV) (STERR)

Komitmen Pemilik ->


0,352925 0,353996 0,118625 0,118625
Penggunaan IA

Pelatihan Pegawai ->


0,169489 0,161568 0,063093 0,063093
Penggunaan IA

Pendidikan Pemilik ->


0,295020 0,273432 0,131845 0,131845
Penggunaan IA

Pengalaman Pegawai ->


-0,027461 -0,008693 0,094856 0,094856
Penggunaan IA

Umur Perusahaan ->


0,226300 0,235763 0,096135 0,096135
Penggunaan IA

T Statistics (|O/STERR|)

Komitmen Pemilik -> Penggunaan IA 2,975126

Pelatihan Pegawai -> Penggunaan IA 2,686312

Pendidikan Pemilik -> Penggunaan IA 2,237630

Pengalaman Pegawai -> Penggunaan IA 0,289497

Umur Perusahaan -> Penggunaan IA 2,353980


Lampiran 14. Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values)

Original Sample Sample Mean Standard Deviation Standard Error


(O) (M) (STDEV) (STERR)

X11 <- Komitmen


0,267139 0,266778 0,020103 0,020103
Pemilik

X12 <- Komitmen


0,289913 0,291891 0,016905 0,016905
Pemilik

X13 <- Komitmen


0,177940 0,170884 0,034542 0,034542
Pemilik

X14 <- Komitmen


0,291921 0,292689 0,017412 0,017412
Pemilik

X15 <- Komitmen


0,269966 0,270578 0,014922 0,014922
Pemilik

X21 <- Pendidikan


0,245568 0,247889 0,020309 0,020309
Pemilik

X22 <- Pendidikan


0,222003 0,222192 0,015390 0,015390
Pemilik

X23 <- Pendidikan


0,231455 0,229182 0,016737 0,016737
Pemilik

X24 <- Pendidikan


0,277184 0,277222 0,015254 0,015254
Pemilik

X25 <- Pendidikan


0,267825 0,267899 0,013857 0,013857
Pemilik

X31 <- Pelatihan


0,240218 0,242244 0,018760 0,018760
Pegawai

X32 <- Pelatihan


0,243899 0,245709 0,023399 0,023399
Pegawai

X33 <- Pelatihan


0,220277 0,217440 0,021474 0,021474
Pegawai

X34 <- Pelatihan


0,269823 0,272932 0,017873 0,017873
Pegawai

X35 <- Pelatihan


0,258685 0,256725 0,016866 0,016866
Pegawai

X41 <- Pengalaman


0,276558 0,279527 0,026196 0,026196
Pegawai

X42 <- Pengalaman


0,264823 0,262304 0,024300 0,024300
Pegawai

X43 <- Pengalaman


0,256020 0,255972 0,031265 0,031265
Pegawai

X44 <- Pengalaman


0,301297 0,300735 0,030991 0,030991
Pegawai

X45 <- Pengalaman


0,211518 0,209162 0,039158 0,039158
Pegawai

X52 <- Umur


0,178572 0,175867 0,043893 0,043893
Perusahaan

X53 <- Umur


0,302896 0,300031 0,022432 0,022432
Perusahaan
X54 <- Umur
0,414088 0,415336 0,032314 0,032314
Perusahaan

X55 <- Umur


0,372699 0,372087 0,021865 0,021865
Perusahaan

Y11 <- Penggunaan IA 0,247305 0,249453 0,011302 0,011302

Y12 <- Penggunaan IA 0,236541 0,235075 0,011729 0,011729

Y13 <- Penggunaan IA 0,250701 0,251660 0,009862 0,009862

Y14 <- Penggunaan IA 0,218739 0,219037 0,013919 0,013919

Y15 <- Penggunaan IA 0,268552 0,267486 0,011957 0,011957

T Statistics (|O/STERR|)

X11 <- Komitmen Pemilik 13,288294

X12 <- Komitmen Pemilik 17,149552

X13 <- Komitmen Pemilik 5,151486

X14 <- Komitmen Pemilik 16,765053

X15 <- Komitmen Pemilik 18,091639

X21 <- Pendidikan Pemilik 12,091604

X22 <- Pendidikan Pemilik 14,425311

X23 <- Pendidikan Pemilik 13,828947

X24 <- Pendidikan Pemilik 18,171412

X25 <- Pendidikan Pemilik 19,327234

X31 <- Pelatihan Pegawai 12,804523

X32 <- Pelatihan Pegawai 10,423396

X33 <- Pelatihan Pegawai 10,257972

X34 <- Pelatihan Pegawai 15,096397

X35 <- Pelatihan Pegawai 15,337250

X41 <- Pengalaman Pegawai 10,557132

X42 <- Pengalaman Pegawai 10,897861

X43 <- Pengalaman Pegawai 8,188607

X44 <- Pengalaman Pegawai 9,722215

X45 <- Pengalaman Pegawai 5,401715

X52 <- Umur Perusahaan 4,068378

X53 <- Umur Perusahaan 13,502727

X54 <- Umur Perusahaan 12,814439

X55 <- Umur Perusahaan 17,045442

Y11 <- Penggunaan IA 21,882145

Y12 <- Penggunaan IA 20,167983

Y13 <- Penggunaan IA 25,420780

Y14 <- Penggunaan IA 15,715337

Y15 <- Penggunaan IA 22,459617


Lampiran 15. Distribusi Nilai t

d.f. t .100 t .050 t .025 t .010 t .005 d.f.

1 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657 1


2 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925 2
3 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841 3
4 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604 4
5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 5
6 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707 6
7 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499 7
8 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355 8
9 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250 9
10 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169 10
11 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106 11
12 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055 12
13 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012 13
14 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977 14
15 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947 15
16 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921 16
17 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898 17
18 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878 18
19 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861 19
20 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845 20
21 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831 21
22 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819 22
23 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807 23
24 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797 24
25 1.316 1.708 2.060 2.482 2.787 25
26 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779 26
27 1.324 1.703 2.052 2.473 2.771 27
28 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763 28
29 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756 29
Inf. 1.282 1.645 1.960 2.326 2.576 Inf.
Sumber : Djarwanto, Ps. (2003)
Lampiran 16. Angket

PENGARUH KARAKTERISTIK INTERNAL PERUSAHAAN TERHADAP


PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN BISNIS; Studi Pada Perusahaan Menengah di Kota Mataram.

Dengan hormat:

Kemampuan membuat bisnis sendiri dalam berbagai skala usaha menjadi


prioritas pemerintah. Tujuan normatifnya adalah agar muncul pelaku usaha baru
dan usaha yang telah ada tumbuh menjadi bisnis yang semakin besar. Manfaat
pentingnya adalah untuk penyerapan tenaga kerja dan akhirnya bermuara pada
peningkatan kesejahteraan pemilik dan masyakat (pencari kerja).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai
perusahaan adalah dengan mengelola informasi akuntansi. Penelitian ini
mencoba untuk melakukan kajian faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
informasi akuntansi. Untuk itu, diharapkan bantuan bapak/ibu pemilik atau
manajer pelaku usaha menengah di Kota Mataram memberikan informasi yang
dibutuhkan.
Atas kerjasamanya diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
bantuan semua pihak mendapatkan imbalan berganda dari Yang Maha Kuasa.

Hormat Peneliti
A. IDENTITAS PERUSAHAAN
1. Nama perusahaan : _________________________
2. Lokasi : _________________________
3. Tahun berdiri : _________________________
4. Jenis usaha : _________________________
5. Jumlah karyawan : _________________________
6. Jenis produk : _________________________
7. Omzet per bulan : Rp.______________________
8. Total asset diluar tanah &
Bangunan : _________________________

B. IDENTITAS PEMILIK
1. Nama : _________________________
2. Umur : ________________tahun
3. Pendidikan : ________________

C. KARAKTERISTIK INTERNAL PERUSAHAAN; KEBIJAKAN


PEMERINTAH DAN PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI

Berikan tanda silang (X) pada kolom yang sesuai dengan kondisi aktual yang ada.
Pedoman dalam memberikan penilaian sebagai berikut:
1. Sangat setuju (skor 4)
2. Setuju (skor 3)
3. Tidak setuju (skor 2)
4. Sangat tidak setuju (skor 1)

Khusus untuk pendidikan centang sesuai pendidikan pemilik

No. Variabel-Indikator Skor


1 2 3 4
A. Komitmen Pemilik
1. Pemilik menggunakan potensi diri secara
maksimal dalam mengambil keputusan yang
terkait dengan bisnis
2. Pemilik selalu belajar secara optimal dalam
mengembangkan usaha
3. Pemilik menghindari prive (pengambilan modal
usaha) yang sifatnya memperkecil usaha
4. Pemilik berupaya memperbesar bisnis dengan
melakukan investasi kembali dengan modal
sendiri
5. Bersedia menerima dan melakukan perubahan
untuk mewujudkan bisnis yang semakin baik
dan tumbuh menjadi besar
B. Pendidikan Pemilik 1 2 3 4
1. Pendidikan formal yang dimiliki relevan
dengan bidang usaha yang dijalankan
2. Pendidikan formal dimiliki mampu mendukung
bisnis dalam arti muncul sebagai potensi bisnis
3. Pendidikan formal yang dimiliki mendukung
pemecahan masalah bisnis perusahaan
4. Pemilik perusahaan mempunyai keinginan dan
aktualisasi peningkatan pendidikan formal
5. Pendidikan formal pemilik menjadi pendukung
dalam membangun hubungan bisnis
C. Pelatihan Pegawai 1 2 3 4
1. Pemilik memberikan kesempatan pada pegawai
mengikuti pelatihan pegawai yang diadakan oleh
pemerintah / instansi lain
2. Selama ini pegawai telah diberikan pelatihan
yang cukup banyak dan variatif
3. Pelatihan yang diterima dan diikuti sesuai
dengan keterampilan yang dimiliki
4. Pelatihan yang diterima selama ini mempunyai
materi yang sesuai dengan kebutuhan
5. Ada tindakan lanjutan dari pelatihan berupa
taraf evaluasi di perusahaan
D. Pengalaman Pegawai (X4) 1 2 3 4
1. Pegawai saat ini secara umum mempunyai
waktu kerja yang memadai, sehingga ragam
permasalahan pernah dialami
2. Pegawai terlibat secara langsung dalam
memecahkan masalah yang ada selama ini dan
menjadi pembelajaran bagi pegawai
3. Permasalahan yang dialami pegawai tergolong
variatif
4. Perubahan yang telah dijalankan bersama
perusahaan cukup banyak
5. Pegawai diberikan kesempatan menyelesaikan
permasalahan perusahaan yang ada
E. Umur Perusahaan 1 2 3 4
1. Perusahaan telah melewati masa resesi yang
cukup parah pada tahun 1998
2. Perusahaan telah mampu bertahan dan tumbuh
dalam persaingan bisnis yang kompetitif
3. Perusahaan telah mampu bertahan dan
menyesuaikan diri dari kebijakan pemerintah
yang tidak populer, seperi kenaikan BBM, tarif
listrik
4. Perusahaan mampu menghadapi berbagai
permasalahan krusial, seperti keterbatasan pasar,
sumber daya dan lainnya
5. Perusahaan mampu melakukan perubahan-
perubahan untuk merebut peluang bisnis yang
ada
F Penggunaan Informasi Akuntansi (Y) 1 2 3 4
1. Perusahaan anda memilik laporan keuangan
sesuai dengan ketentuan pemerintah, seperti
pendukungan laporan perpajakan
2. Mempunyai ragam laporan yang terkait dengan
anggaran dalam internal perysahaan
3. Mempunyai analisis atas laporan keuangan dan
laporan lainnya untuk membantu mengambil
keputusan bisnis
4. Mempunyai laporan keuangan yang secara
khusus untuk membantu kerja para manajer atau
fungsi yang ada dalam perusahaan
5. Anda sangat menyadari bahwa bahwa
pengelolaan informasi akuntansi meningkatkan
nilai perusahaan

Anda mungkin juga menyukai