SKRIPSI
Oleh:
SUCI RAMDAYANI
A1C 113 087
UNIVERSITAS MATARAM
2017
PENGARUH KARAKTERISTIK INTERNAL PERUSAHAAN TERHADAP
PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN BISNIS (STUDI PADA PERUSAHAAN
MENENGAH DI KOTA MATARAM)
SKRIPSI
Oleh:
SUCI RAMDAYANI
A1C 113 087
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kebulatan studi pada Jurusan
skripsi ini dapat memenuhi syarat akademis. Diutamakan pada kedua orang
tuaku (Bapak I Made Suardana dan Ibu Harti) serta ketiga saudaraku yang
telah memberikan doa, motivasi dan material selama proses pendidikan yang
ditempuh penulis. Dalam kesempatan ini diucapkan terima kasih juga yang
sebesar-besarnya, kepada :
1. Bapak Dr. Muaidy Yasin, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis.
i
2. Bapak Dr. M. Ali Fikri, S.E., M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
3. Ibu Siti Atikah, S.E., M.Si., Ak. selaku koordinator Program Akuntansi
saya, terima kasih telah cukup banyak memberikan kritik dan saran
9. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Akademik Program Akuntansi Reguler
Sore yang telah memberikan banyak bantuan dan informasi bagi penulis,
angket.
ii
11. Personel BPS Kota Mataram yang telah bersedia memberikan informasi
12. Kakak-kakakku tersayang Gde, Kadek dan Nyoman atas dukungan dan
serta doa selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
14. Pacar saya Zaenal Abidin atas dukungan dan cinta kasihnya selama ini.
Angkatan 2013 terkhusus untuk Titin, Retno, Sri, Riska, Ayu, Dini, Dina,
Nyoman, Putu, yana serta sahabat-sahabatku (Ita, Opi, Dini, Tommy dan
16. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu yang telah ikut memberikan bantuan dalam
dan mengikuti proses yang telah ditetapkan oleh pihak akademik Jurusan
iii
penelitian ini tentunya masih memerlukan perbaikan, sehingga masukan dan
upaya penelitian lebih lanjut sangat diperlukan. Atas bantuan semua pihak
Hormat Peneliti
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
BAB I. PENDAHULUAN
v
2.2.1. Teori Penggunaan Informasi Akuntansi .................. 13
Mataram .................................................................. 33
Mataram .................................................................. 34
vi
2.4.3. Pengaruh Pelatihan Pegawai terhadap Penggunaan
Mataram .................................................................. 35
Mataram .................................................................. 37
vii
3.6.1. Jenis Data ................................................................ 40
Mataram ................................................................... 52
viii
4.1.3.3. Pelatihan Pegawai Perusahaan Skala
Mataram...................................................... 76
Mataram...................................................... 80
ix
4.3.4. Pengaruh secara Parsial dari Pengalaman Pegawai
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
xi
4.7. Distribusi Pemilik Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan
xii
4.16. Koefisien Composite Reliability dan Cronbach Alpha .................... 91
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Kota Mataram
Tahun 2017
Lampiran 7.AVE
xv
Lampiran 10. R Square
xvi
PENGARUH KARAKTERISTIK INTERNAL PERUSAHAAN TERHADAP
PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN BISNIS (STUDI PADA PERUSAHAAN
MENENGAH DI KOTA MATARAM)
ABSTRAK
xvii
THE INFLUENCE OF COMPANY INTERNAL CHARACTERISTICS ON
THE UTILIZATION OF ACCOUNTING INFORMATION IN BUSINESS DECISION
MAKING (STUDY ON MEDIUM SIZED
COMPANY IN MATARAM CITY)
ABSTRACT
The objective of this study is to determine the significance of the influence of owner
commitment, owner education, employee training, employee experience and the
age of the company towards the use of accounting information in business decision
making at medium-sized companies in Mataram City. This is an associative
research. Observation data in this study is the owners of medium-sized companies
in the city of Mataram amounted to 50 people. However, from 50 questionnaires
distributed to the owners of the medium-sized company, only 43 questionnaires
were returned for further analysis. The result of analysis based on Partial Least
Square method found that owner commitment, owner education, employee training
and company age have significant influence toward the utilization of accounting
information. Only employee experience variable has no significant influence on the
use of accounting information. The model was able to explain the utilization of
accounting information of 84.50%, showing the model has high accuracy and the
other hand provides information that the influence of other outer variables are low
(15.50%). The result of this research implies that the increased use of accounting
information on medium-sized company owners in Mataram City can be focused by
increasing commitment, owner education, training and age of the company. The
findings of this study also implies that company owner has not been optimal in
using accounting information as the basis of decision making, thus hampered the
growth of the company into bigger business.
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
negara dalam bentuk pajak. Terkait dengan hal tersebut pemerintah berupaya
menyelaraskan tujuan pelaku usaha, baik skala mikro, kecil dan menengah,
stimulan, tetapi yang utama adalah peran dari pelaku usaha sendiri dalam
keputusan bisnis. Hal ini ditegaskan oleh Collier (2003:3) bahwa informasi
oleh penggunanya.
dividen serta karyawan membutuhkan informasi gaji, potongan gaji dan ragam
perusahaan.
keputusan bisnis para manajer atau pada perusahaan kecil dan menengah oleh
penggunaan pengetahuan.
3
mengenai keuangan dan akuntansi. Hal ini menjadi salah satu dasar untuk
usaha menengah.
bagian sub sistem, sehingga perlu pengelolaan atas aspek internal perusahaan.
Hal ini yang menjadi dasar peneliti untuk memperhatikan karakteristik internal
Mataram sebanyak 56.800 usaha, tumbuh sebesar 23,21 persen dari tahun
pertumbuhan jumlah usaha di Provinsi NTB (10,14 persen). Hal yang menjadi
masalah adalah 75,00 persen dari jumlah pelaku usaha tersebut masih belum
menempati tempat usaha yang tetap. Secara spesifik, bahwa usaha tersebut
umumnya masih skala mikro dan kecil (BPS Kota Mataram, 2016). Jumlah
usaha menengah di Kota Mataram pada kisaran 1.212 unit atau hanya sebesar
2,13 persen dari seluruh usaha yang ada. Kondisi faktual ini masih jauh dari
realisasi Kota Mataram sebagai pusat perdagangan dan jasa, sesuai dengan
dengan hal tersebut, maka perlu upaya dari berbagai aspek untuk
meningkatkan nilai perusahaan, tumbuh menjadi bisnis yang lebih besar. Usaha
mikro dan kecil dapat tumbuh menjadi usaha menengah dan selanjutnya usaha
yang tidak berpengaruh atas penggunaan informasi akuntansi berupa kerja tim.
seperti Apriliawati dan Hastuti (2011), Astuti (2007) serta Wahyudi (2009)
bisnisnya. Kegiatan lainnya berupa prive dan relatif puas pada kondisi bisnis
yang telah dicapai, tidak berupaya melibatkan diri secara maksimal untuk
membesarkan perusahaan.
Usaha yang dimiliki sebagai bentuk usaha yang dilanjutkan dari orang tua dan
untuk human resourcess (seperti dalam bentuk pelatihan). Pemilik usaha tidak
perusahaan skala menengah yang telah lama berdiri stagnan dalam bisnisnya,
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut penting sebagai dasar untuk
menjadi bisnis yang lebih besar. Fokus penelitian ini pada perusahaan skala
yang berbeda. Konteks ini juga dapat menjadi batasan dalam penelitian ini,
perusahaan besar, terlebih yang telah melakukan listed di pasar modal atau
hukum CV ataupun CV, pihak pemilik masih yang dominan dalam menjalankan
bisnisnya. Hal ini yang mendasarkan penelitian ini pada pemilik sebagai pihak
Kota Mataram.
Universitas Mataram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dikembali dan diisi lengkap sebanyak 74 buah, maka sebagai responden (data
pengaruh yang signifikan secara simultan dari skala usaha, masa memimpin
signifikan, yaitu pendidikan pemilik dan umur perusahaan. Penelitian ini masih
menggabung dua kriteria perusahaan, yaitu skala kecil dan menengah. Dalam
10
rangka lebih spesfiknya hasil penelitian ini, maka obyek penelitian perlu
Yogyakarta.
Perbedaan juga terletak pada penggunaan alat analisis, di mana ciri dari
Akuntansi pada Usaha Kecil Menengah”. Disimpulkan pada usaha skala kecil
dan menengah umumnya berada pada bidang dagang dan jasa. Penerapan
atau rugi dalam bisnisnya, serta dapat menjadi dasar pengelolaan keuangan
11
Penelitian yang akan dilakukan lebih bersifat empiris, berdasarkan kondisi yang
pelatihan (X3), kompetensi pegawai (X4) dan kerja tim (X4) serta kebijakan
pemerintah (Z) dijadikan sebagai variabel moderat. Data observasi (n) yang
Temuan yang diperoleh membuktikan bahwa hanya kerja tim (X4) yang tidak
variabel kebijakan pemerintah (Z) tidak muncul sebagai variabel moderat atau
menggunakan informasi akuntansi pada taraf yang rendah dan 11,69 persen
lainnya tergolong sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa penyiapan dan
12
masih minim. Fakta empiris yang terjadi, bahwa nilai perusahaan tidak
akuntansi.
penelitian lebih lanjut, terutama pada obyek penelitian yang berbeda. Penelitian
Perbedaan lainnya juga terletak pada kisi-kisi untuk variabel dependent, tidak
hanya mengacu pada Holmes dan Nichols, tetapi juga mengacu pada
pada alat analisis yang digunakan, karena akan digunakan partial least square.
faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi pada PT. DBTR
berganda.
masing.
kebutuhan dan ragam kriteria lainnya. Semakin tinggi kinerja sistem terkait,
tetapi pada perusahaan besar secara penuh dijalankan oleh agency. Pada
dapat saja terjadi pengelolaan bisnis dilakukan oleh para agency dan jika masih
pengelola bekerjasama dengan para agency (manajerial). Dalam hal ini pihak
principal harus memastikan bahwa perusahaan dikelola sesuai dengan visi dan
misi yang dibangun oleh prinsipal serta memastikan bahwa para agency
14
akuntansi. Teori stewardship berakar dari kajian psikologi dan sosiologi yang
telah didesain bagi peneliti untuk mengukur situasi, di mana para eksekutif
sebagai steward yang telah termotivasi untuk bertindak secara terbaik untuk
steward, tidak pernah akan menukar kepentingan diri atau individual atas
memperoleh manfaat yang tinggi dari organisasi. Asumsi penting dalam teori ini
tidak akan dapat mengalami pertumbuhan secara nyata, jika laporan yang
diberikan oleh steward, tidak sesuai dengan kondisi riil bisnis. Hal ini juga harus
disadari oleh para agency atau steward, bahwa kinerja riilnya adalah mampu
aspek moral berupa perhatian moral, perhatian atas risiko, keotentikan dan
sumber daya, jika dikelola dengan baik akan memberikan dukungan atas
konseptual, digunakan oleh para manajer untuk mengelola sumber daya fisik,
berupa manusia, materil, mesin (termasuk fasilitas energi) dan uang (Mcleod
dan manfaat” (Krismiaji, 2015:14). Data merupakan input dari sistem dan
informasi adalah outputnya. Definisi yang sama diberikan oleh Feather dan
meaningfull form”. Informasi juga dimaknakan sebagai data yang berarti bagi
sebagai berikut:
akuntansi pada dasarnya terdiri atas kumpulan sub sistem yang terkait dengan
yang ada dalam sistem akuntansi berupa sistem akuntansi utama (klasifikasi
rekening, riIl dan nominal, buku besar, jurnal dan bukti transaksi), sistem
uang dan pengawasan kredit), sistem pembelian dan pengeluaran uang (order
upah) serta sub sistem produksi dan biaya produksi (order produksi,
informasi yang spesifik, jika dianalisis akan memberikan informasi yang spesifik
19
suatu sistem, di mana ada input, proses dan output berupa informasi. Fokus
riset ini pada penyediaan informasi, sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk
valid, jika memenuhi kriteria informasi secara umum (IAI, 2009). Secara spesifik
akuntansi berupa:
sesuai dengan karakteristik dan prinsip yang telah ditetapkan. Hal tersebut
penting agar ada kesamaan persepsi atas keterangan dan angka-angka yang
interfirm comparism, industry trend, source and aplication fund, break event
dasarnya terkait dengan proses bisnis, baik proses bisnis primer dan bisnis
informasi akuntansi sesuai dengan proses dalam bisnis, berarti digunakan oleh
Lima proses bisnis awal merupakan proses bisnis primer dan empat
harus mengacu pada informasi internal perusahaan, dapat diperoleh dari output
berikut:
pencari kerja atau angkatan kerja yang ada merupakan cita-cita semua negara,
pembangunan, seperti proyek padat tenaga kerja, tetapi tidak bersifat jangka
panjang. Untuk itu, alternatif yang sifatnya jangka panjang dan dapat terus
pekerjaan bagi diri dan anggota keluarga, perusahaan kecil telah mampu
orang), usaha menengah dengan jumlah karyawan 20-99 orang dan secara
otomatis perusahaan skala besar telah mampu menciptakan tenaga kerja untuk
kerja semakin besar. World Bank memberikan kriteria dari aspek karyawan
Singapura dengan jumlah pemilikan tenaga kerja minimal sebanyak 200 orang,
Korea Selatan dan Jepang dengan pemilikan karyawan kurang dari 300 orang,
(Adningsih, 2015).
25
memberikan kriteria dari aspek tenaga kerja pada kisaran 20-99 orang
(Sudaryanto, 2012).
Usaha menengah relatif mampu bertahan dalam beberapa krisis, tetapi dengan
yang kuat terhadap tujuan dan nilai organisasi. Makna ini difokuskan pada
personel tersebut adalah dua pihak yang berbeda, termasuk berbeda peran
dimiliki oleh pemilik dalam mengelola bisnis. Pendidikan yang tinggi serta
keterampilan yang diperoleh secara formal dan dapat dilihat dari jenjang
menengah dengan usaha besar skala nasional atau global (perusahaan yang
telah listed di pasar modal). Pada perusahaan yang telah bersifat terbuka,
pemilik.
Berbagai bentuk pelatihan di atas akan dapat berhasil dengan baik, jika
dilakukan dengan tepat, baik dari tahap awal sampai tahap akhir dari pelatihan
disertakan sebagai syarat pada setiap jabatan, baik untuk karyawan dari luar
keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai oleh sebagai akibat perbuatan
30
atau pekerjaan yang telah dilakukan selama waktu tertentu. Pengalaman kerja
waktu pendirian secara formal sampai periode kajian. Dapat juga dimaknakan
perusahaan.
teori utama, yaitu Holmes dan Nicholls (1989) terkait dengan penggunaan
perusahaan ini menggunakan makna yang diberikan oleh Cheng dan Kalleberg
dalam Muhadi (2007), terkait dengan kemauan, keinginan dan usaha secara
(2015). Konteks ini tentu kajian asosiasi dari komitmen pemilik terhadap
Pendidikan pemilik dikaji oleh Yuliati (2014), Astuti (2007) dan Wahyudi
perilaku yang dimiliki oleh pemilik, sebagai hasil dari proses pendidikan formal
dalam menjalankan bisnis perusahaan. Variabel ini tidak diukur dengan dummy
variabel, karena kesesuaian dengan alat analisis yang digunakan PLS, lebih
Astuti (2007) juga melakukan kajian atas variabel pelatihan pegawai terhadap
Dua variabel ini juga dikaji oleh Wahyudi (2009) dan Astuti (2007), sehingga
setiap variabel bebas dalam kajian asosiasi terhadap variabel terikat berupa
Komitmen Pemilik H1
(X1)
Pendidikan Pemilik H2
(X2)
H3 Penggunaan Informasi
Pelatihan Pegawai
Akuntansi (Y)
(X3)
H4
Pengalaman
Pegawai (X4) H5
Umur Perusahaan
(X5)
(Steer dalam Amira, dkk (2015). Dalam penelitian ini diyakini bahwa semakin
tinggi dan baik komitmen pemilik diterapkan dalam organisasi akan memberikan
dengan baik, mempunyai dasar yang jelas, di mana dasarnya adalah informasi
pada usaha menengah di Kota Mataram. Hal ini disebabkan ada penelitian
formal yang dimiliki tiga ranag pengetahuan tersebut semakin tinggi. Semakin
tinggi pendidikan yang dimiliki, maka ada dasar berpikir dalam mengambil
yang valid akan semakin baik, dibandingkan dengan trial and error. Informasi
yang valid atas kondisi empiris perusahaan tersedia dalam informasi akuntansi,
dengan materi yang diberikan. Yuliati (2014), Astuti (2007) menemukan bahwa
akuntansi. Apriliawati dan Hastuti (2011) serta Sitoresmi dan Fuad (2013) juga
akuntansi.
semakin baik, jika sesuai dengan kebutuhan karyawan dan organisasi. Pegawai
dirumuskan adalah:
sama, yaitu kriteria Ha diterima. Sitoresmi dan Fuad (2013) menemukan bahwa
informasi akuntansi. Hal ini menjadi dasar dalam merumuskan hipotesis berikut:
37
BAB III
METODE PENELITIAN
dari satu atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat (Sugiyono, 2005:35).
Jenis penelitian asosiatif digunakan, karena dalam penelitian ini dilakukan analisis
informasi akuntansi.
menengah yang berlokasi dan terdaftar di wilayah Kota Mataram. Pemilihan lokasi
ini dengan pertimbangan, Kota Mataram dibangun dengan misi menjadi pusat
melakukan generalisasi. Hal penting dari survey ini adalah peneliti terjun langsung
Populasi penelitian ini adalah seluruh pemilik usaha menengah yang ada di
Kota Mataram. Total jumlah usaha menengah di Kota Mataram sebanyak 1.212
39
adalah usaha dagang dan jasa. Berdasarkan informasi tersebut, peneliti mencoba
tertentu dikenal sebagai purposive sampling sebagai bagian dari tenik non
mana penelitian ini terdiri atas enam variabel, di mana kisaran jumlah data
observasi yang dibutuhkan per variabel sebanyak 5-10 atau secara akumulatif
pada kisaran 25-60 data observasi (responden/n). Hal ini juga memungkinkan,
terkait dengan alat analisis yang digunakan dapat bekerja dengan data kecil, yaitu
perusahaan pada alamat terkait tidak tersedia. Jumlah responden potensial tersisa
dengan waktu yang dijanjikan peneliti datang kembali mengambil. Terdapat tujuh
daftar pertanyaan yang disusun peneliti sesuai dengan item pada setiap variabel
(Muhidin dan Abdurahman, 2007:25). Dalam penelitian ini angket dibentuk dari
akuntansi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Data
yang terkumpul berupa informasi terkait satuan moneter dan satuan hitung serta
Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer. Data primer
penelitian ini berupa seluruh item dari variabel karakteristik internal perusahaan
menggunakan skor.
Mengacu pada dua teori, yaitu Robbins (2003) dan Desler (1997) terkait
skor.
usaha, terkait dengan waktu dari pendirian perusahaan sampai saat ini
pada dua teori utama, yaitu Holmes dan Nicholls (1989) serta Krismiaji
(2015). Holmes dan Nicholls (1989) terkait dengan tiga bentuk laporan
oleh setiap fungsi dalam organisasi dan kondisi aktual dari informasi
Indikator atau item atau variabel manifest pada definisi operasional akan
atau salah), tetapi atas dasar kondisi empiris dari setiap indikator. Setiap variabel
diberikan deskripsi kondisi, sesuai dengan interval skornya. Interval skor tersebut
jumlah sampel yang tidak besar dan tidak membutuhkan syarat normalitas dan
syarat lain yang ketat sesuai dengan ragam pendekatan statistik parameterik.
48
Analisis PLS dapat bekerja, baik pada indikator formatif ataupun indikator refleksi,
di mana dalam penelitian ini berupa indikator refleksi. Berikut prosedur analisis
variabel eksogen dengan variabel endogen. Dalam penelitian ini sebagai variabel
atas komitmen pemilik (X1), pendidikan pemilik (X2), pelatihan pegawai (X3),
penelitian. Konsep teori dalam membangun asosiasi antara variabel laten dari
dipaparkan. Analisis inner model dijelaskan dari parameter yang dihasilkan untuk
validitas setiap variabel manifest yang disusun untuk menjelaskan setiap variabel.
Dalam penelitian ini indikator setiap variabel bersifat refleksi. Diukur menggunakan
konstruk dengan konstruk lain dalam model. Disyaratkan mempunyai nilai square
49
root of average variance extracted (AVE) yang lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lain dalam model. Dapat juga
discriminant validity jika nilai AVE-nya lebih besar dari 0,50 (Ghozali, 2011:25).
diagram jalur, baik yang menggambarkan inner model ataupun outer model.
Diagram jalur dalam penelitian ini memberikan gambaran asosiasi antar variabel
X1.1
X1.2
X1
X1.3
X1.4 Y1.1
X1.5 Y1.2
X2.1
Y1.3
X2
X2.2 Y
Y1.4
X2.3
Y1.5
X2.4
X2.5
X3
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5 X4 X5
X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X5.5
Gambar 3.1.
Model Hipotetis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Penggunaan Informasi Akuntansi
4. Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan
Dalam analisis PLS dihasilkan dua model, yaitu inner model (structural
model) dan outer model (measurement model). Model umum dari persamaan
= x +
= y +
Keterangan :
untuk setiap variabel laten dan indikator. Dalam penelitian ini sebagai berikut:
Keterangan :
penggunaannya.
Nilai estimasi untuk hubungan jalur dalam model struktural harus signifikan.
Nilai signifikasi ini dapat diperoleh dengan prosedur bootstrapping. Untuk menilai
loading factor ditentukan berdasarkan jumlah nilai di atas 0,15, sedangkan nilai
7. Pengujian Hipotesis
antara t hitung dengan t tabel. Pengujian dengan memperhatikan nilai t hitung, jika
lebih besar dari t tabel, maka kriteria pengujian yang diterima adalah H a.
52
BAB IV
penelitian ini mengacu pada ketentuan BPS, lebih berorientasi pada jumlah tenaga
kerja. Batasan yang diberikan memiliki tenaga kerja dengan kisaran 20-99 orang.
intensitas ketentuan yang lebih tinggi dari ketentuan BPS atau mengacu pada
perundangan yang digunakan oleh Dinas UMKM dan Koperasi serta Dinas
Tabel 4.1.
Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Badan Usaha
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Badan Usaha Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. Perorangan 11 25,58
2. UD 5 11,63
3. CV 10 23,26
4. PT 17 39,53
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.
53
masih berbadan hukum perusahaan perorangan. Kondisi ini perlu dengan segera
diperbaiki, karena pada hubungan kerja tertentu dengan badan usaha atau
perorangan tersebut terdiri atas bidang konveksi dan makanan. Diyakini bahwa
umum, belum ada kemitraan khusus atau hubungan bisnis secara formal sebagai
pemasok untuk sektor pemerintah dan swasta. Pada pekerjaan tertentu yang
bisnisnya.
PT diyakini sebgaai perusahaan dengan badan hukum yang tertinggi. Pada jenis
badan hukum ini, maka perusahaan telah dapat membangun hubungan dengan
pihak pemerintah dan swasta lain secara regional. Perusahaan skala menengah
dengan badan hukum PT di Kota Mataram sebanyak 39,53 persen. Jenis badan
yang lebih besar dan luas. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan yang melakukan
terbatas).
54
Rata-rata perusahaan ini telah bertahan dalam bisnisnya selama 22 tahun dengan
interval 4-79 tahun. Perusahaan termuda mendirikan bisnisnya tahun 2013 dan
Informasi lebih jelasnya mengenai interval waktu berdiri atau lama bertahan
Tabel 4.2.
Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Umurnya
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Lama Berdiri (Tahun) Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. <10 10 23,26
2. 10-19 13 30,23
3. ≥20 20 46,51
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.
tergolong telah cukup lama bertahan dalam bisnisnya (20 tahun atau lebih),
sebanyak 46,51 persen. Adanya pengalaman bisnis yang lama ini diharapkan
didirikan pada era persaingan bisnis yang kompetitif, sehingga sejak awal
penggunaan mesin-mesin yang lebih efisien atau aspek lain yang mendukung
lebih cepat sebagai kunci kemampuan tumbuh menjadi bisnis yang besar.
skala menengah di Kota Mataram adalah pemilikan assetnya. Cross check data
Lampiran 1). Rata-rata pemilikan aktiva pada perusahaan skala menengah di Kota
2008) juga terpenuhi, karena disyaratkan dengan interval Rp.500 juta –Rp.10
milyar.
Pemilikan aktiva dalam penelitian ini di luar nilai bangunan dan tanah,
sehingga nilai tersebut berupa modal kerja (aktiva lancar) dan pemilikan mesin-
mesin serta alat transportasi. Informasi pemilikan assetnya lebih jelas jika
Tabel 4.3.
Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Pemilikan Asset
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Nilai Asset (Rp) Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. < 1.000.000.000 27 62,79
2. 1.000.000.000-1.999.999.000 7 16,28
3. ≥ 2.000.000.000 9 20,93
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.
Keterangan: diluar nilai tanah dan bangunan
kurang dari Rp.1 milyar, jadi hanya memenuhi bagian interval bawah yang
Rp.500 juta-10 milyar. Ukuran perusahaan dari aspek nilai asset belum berada
pada posisi yang kukuh sebagai perusahaan dengan kriteria skala menengah.
Jumlah perusahaan yang mempunyai nilai asset pada interval Rp.500 juta-
Perusahaan yang memiliki asset sebesar Rp.2 milyar atau lebih sebanyak 20,93
lainnya adalah investasi kembali yang bersumber dari hutang atau memperbanyak
Tabel 4.4.
Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Nilai Penjualan
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Nilai Penjualan (Rp) Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. >5.000.000.000.000 35 81,40
2. 5.000.000.000-7.499.999.000 2 4,65
3. 7.500.000.000-9.999.999.000 4 9,30
4. ≥ 10.000.000.000 2 4,65
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.
tergolong penjualan yang masih rendah. Hal ini mengacu pada kriteria penjualan
batas maksimal Rp.50 milyar. interval penjualan tertinggi diatas Rp.10 milyar
wilayah pasar yang lebih luas atau permintaan atas produk pada pasar efektif
ini sebagai salah satu manfaat dari pencatatan dan laporan keuangan.
umumnya masih pada bisnis produksi makanan dan minuman. Jenis makanan
yang dihasilkan berupa roti, kue tradisional dan snack. Produk makanan tersebut
dipasarkan masih pada wilayah Provinsi NTB, belum menjadi produk dalam skala
nasional. Adapun produksi minuman yang dihasilkan adalah air minum dalam
global.
Tabel 4.5.
Distribusi Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Pemilikan Karyawan
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Jumlah Karyawan (Orang) Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. 20-29 30 69,77
2. 30-39 3 6,98
3. 40-49 3 6,98
4. ≥50 7 16,28
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.
perusahaan ini masih berada pada taraf awal sebagai perusahaan dengan skala
menengah. Dapat juga dinyatakan bahwa perusahaan ini relatif lamban dalam
sebanyak 100 orang atau lebih). Perusahaan yang memiliki karyawan sebanyak 50
Perusahaan hanya dapat tumbuh menjadi bisnis yang lebih besar atau
Diyakini bahwa kebijakan yang tepat mengacu pada upaya penyesuaian kondisi
tiga aspek identitas pemilik perusahaan yang akan diuraikan, yaitu umur,
jenis kelamin dan pendidikan. Dilihat dari aspek umur, ada pegawai yang tergolong
masih sangat muda dan ada yang tergolong sangat tua atau telah berada umur
non produktif. Hal ini berdasarkan jenjang umur pemilik perusahaan skala
menengah di Kota Mataram pada kisaran 32-73 tahun. Informasi lebih lengkapnya,
sebagai berikut.
60
Tabel 4.6.
Distribusi Pemilik Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Umurnya
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Umur (Tahun) Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. 30-39 8 18,60
2. 40-49 20 46,51
3. 50-59 11 25,58
4. ≥60 4 9,30
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 1.
tergolong masih sangat muda (interval umur 30-39 tahun) dan terbanyak berada
pada interval umur 40-49 tahun. Jumlah pemilik perusahaan yang telah berada
pada umur non produktif sebanyak 9,30 persen. Diharapkan pada pemilik dengan
Ada pemilik dengan pendidikan yang sangat rendah, yaitu tingkat sekolah dasar
Tabel 4.7.
Distribusi Pemilik Perusahaan Skala Menengah Berdasarkan Pendidikannya
di Kota Mataram Tahun 2017
No. Pendidikan Jumlah (Unit) Persentase (%)
1. SD 4 9,30
2. SMP 1 2,33
3. SMA 26 60,47
4. S1 10 23,26
5. S2 1 2,33
6. S3 1 2,33
Total 43 100,00
Sumber: Lampiran 2.
sarjana strata satu (S1) sebanyak 23,26 persen. Terdapat masing-masing 2,33
bisnisnya. Dapat juga pemilik yang berpendidikan rendah, tetapi mempunyai sikap
terbuka serta menerima masukan untuk perbaikan dan inovasi dalam bisnisnya.
yang dimiliki, bahwa setiap berjalannya waktu selalu diambil pelajaran untuk
perbaikan bisnisnya.
untuk dicapai melalui pengelolaan berbagai variabel penjelas. Dalam penelitian ini
perlu diberikan informasi mengenai kondisi dari setiap variabel, sehingga dapat
diketahui kriterianya.
dan perusahaan untuk selalu memperbesar bisnis yang dimiliki. Komitmen pemilik
perusahaan skala menengah di Kota Mataram tidak berada pada taraf yang sangat
baik. Hal ini dilihat dari rata-rata skor untuk lima indikatornya sebesar 2,83, berada
pada kriteria baik atau tinggi. Informasi lengkapnya ditampilkan pada tabel berikut.
62
Tabel 4.8.
Kondisi Komitmen Pemilik Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Komitmen Pemilik Rata-rata Skor Kriteria
Penilaian
1. Penggunaan kompetensi diri 2,81 Tinggi
(X1.1)
2. Belajar secara optimal (X1.2) 2,86 Tinggi
3. Menghindari kegiatan 2,77 Tinggi
memperkecil usaha (X1.3)
4. Investasi kembali (X1.4) 2,81 Tinggi
5. Menerima perubahan (X1.5) 2,88 Tinggi
Rata-rata 2,83 Tinggi
Sumber: Lampiran 3 dan 4.
perusahaan tergolong tinggi. Kriteria tinggi diberikan sesuai dengan rata-rata dari
penilaian atas lima indikator komitmen pemilik sebesar 2,83. Interval skor dengan
kriteria komimen pemilik yang tinggi sebesar 2,50-3,25, berarti rata-rata skor
tersebut masih mendekati tepi kelas interval pada kriteria tinggi tersebut.
Hal di atas dapat diuraikan melalui temuan skor pada setiap indikator
komitmen. Pemilik perusahaan masih ada yang secara rendah, bahkan sangat
penilaian rendah (skor 2) dan sangat rendah (skor 1) sebanyak 4,70 persen.
umum berada pada taraf yang tinggi (rata-rata skor 2,81). Temuan ini
yang telah berada pada umur non produktif. Pemilik perusahaan lainnya ada yang
sebanyak 23,30 persen dan kriteria tinggi terjadi pada 39,50 persen pemilik.
Penggunaan kompetensi diri secara maksimal sangat diperlukan oleh para pemilik
principal yang berbeda fungsi dengan para agency yang telah ditunjuk dalam
membina hubungan emosi dan sosial dengan pihak lain, sehingga mampu
bisnis perusahaan. Kompetensi diri pemilik meliputi aspek yang luas, secara terus
pemilik belajar secara optimal (X1.2). Belajar atas berbagai aspek yang
langsung dan tidak langsung dalam pengelolaan bisnis perusahaan. Aspek ini
tersebut kurang dari 3,00 (tepat penilaian dengan kriteria tinggi), berarti masih ada
penilaian kemauan belajar yang rendah. Hal ini terbukti dari jumlah responden
penting agar kebijakan dalam mengelola bisnis semakin baik. Penilaian yang
tergolong sangat rendah atas kemauan belajar terjadi pada 4,70 persen pemilik
perusahaan.
pemilik yang mempunyai keinginan belajar, terjadi pada 30,20 persen responden.
kemauan belajar yang tinggi dan sangat tinggi. Secara akumulatif, sebanyak 60,40
melalui belajar tergolong sangat penting. Dapat dilakukan secara mandiri dengan
melihat kondisi empiris perusahaan atau belajar dari pihak lain yang mempunyai
investasi adalah tindakan prive, yaitu mengambilan modal yang ditanam oleh
aspek kekayaan bersih (net equity). Rata-rata skor penilaian yang diindikasikan
rata-rata skor penilaian tersebut berada pada kriteria tindakan yang baik
65
(menghindari prive). Rata-rata skor tersebut relatif tinggi biasnya dengan skor 3,
(9,30 persen) dan skor 2 (25,30 persen) terjadi pada 34,90 persen pemilik
tumbuh menjadi besar, jika dilakukan investasi kembali melalui laba yang
yang tidak melakukan prive, terjadi pada responden yang memberikan penilaian
skor 3 dan skor 4, di mana akumulasinya sebesar 65,10 persen. Sikap dan
tindakan menghindari prive sangat diperlukan, agar laba yang diperoleh dijadikan
sumber modal ditahan dan menjadi dasar untuk memperbesar skala bisnis
perusahaan.
Alternatif sumber modal terdiri atas modal sendiri dan hutang, tentu ada
modal sendiri sangat penting, agar pemilik mempunyai perusahaan secara nyata,
bukan dibiayai dari hutang. Kegiatan investasi kembali dengan modal sendiri (X1.4)
bisnis, jika dilakukan investasi kembali. Dipastikan konsep analisis terus terjadi,
Jumlah pemilik perusahaan yang enggan dengan taraf yang sangat tinggi
melakukan investasi dari modal sendiri, terjadi pada 7,00 persen pemilik dan
kriteria tinggi terjadi pada 30,20 persen pemilik. Investasi kembali perusahaan
menanggung risiko bisnis, tidak membebankannya pada pihak lain melalui hutang.
66
keinginan dan implementasi investasi kembali dengan modal sendiri, terjadi pada
62,80 persen pemilik. Persentase tersebut merupakan akumulasi dari pemilik yang
melakukan investasi kembali dengan modal sendiri pada taraf yang tinggi dan
sangat tinggi.
melakukan bisnis semakin baik dan tumbuh menjadi besar (X1.5). Aspek ini
mendapatkan penilaian dengan kriteria umum yang tinggi (rata-rata skor 2,88).
Adanya bias negatif dengan skor 3, maka ada indikasi yang kuat masih banyak
Artinya bisnis dijalankan dengan stagnan, tidak melakuksn perubahan pada aspek
perusahaan yang mempunyai sikap dan perilaku tersebut terjadi pada 34,90
persen (akumulasi responden yang memberikan penilaian dengan skor 1 dan 2).
keharusan, bahkan pegawai juga dibiasakan dengan perilaku tersebut. Konteks ini
upaya untuk membentuk kesadaran bahwa peran para pemilik perusahaan bukan
67
nasional.
sebagai berikut.
Tabel 4.9.
Kondisi Pendidikan Pemilik Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Pendidikan Pemilik Rata-rata Skor Kriteria
Penilaian
1. Kesesuaian pendidikan 2,74 Tinggi
dengan bidang usaha (X2.1)
2. Dukungan pendidikan formal 2,63 Tinggi
atas bisnis (X2.2)
3. Pendidikan formal mendukung Tinggi
pemecahan masalah bisnis 2,65
(X2.3)
4. Keinginan dan aktualisasi Tinggi
meningkatkan pendidikan 2,51
(X2.4)
5. Pendidikan formal mendukung 2,60 Tinggi
hubungan bisnis (X2.5)
Rata-rata 2,63 Tinggi
Sumber: Lampiran 3 dan 4.
penilaian sebesar 2,63 berada pada interval dengan kriteria tinggi (2,50-3,25).
Walaupun, rata-rata skor tersebut berada pada tepi kelas interval tersebut (lebih
berdekatan dengan rata-rata skor 2,50). Hal ini dapat dibuktikan dengan penilaian
68
dengan bidang usaha (X2.1) mendapatkan penilaian dengan rata-rata skor 2,74,
termasuk pada kriteria tinggi (sesuai). Penting untuk diperhatikan penilaian secara
individual, di mana sebanyak 11,60 persen menyatakan sangat tidak sesuai dan
32,60 persen lainnya menyatakan tidak sesuai. Akumulasi penilaian pada dua
dan berperilaku, sehingga dapat saja pendidikan formal yang dimiliki menjadi
Kondisi tersebut dapat terjadi pada pemilik yang mempunyai pendidikan umum,
sementara pendidikan kejuruan atau telah berada pada spesifikasi tertentu akan
sangat tepat jika mempunyai bidang usaha yang mempunyai relevansi dengan
pendidikannya. Salah satu pemilik yang mempunyai pendidikan sarjana strata tiga
potensial atau yang terpenting bagi pemilik adalah mampu menggunakan potensi
orang lain yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang usaha. Konteks ini
mendapatkan penilaian dengan rata-rata skor 2,63, termasuk pada kriteria yang
tinggi. Rata-rata skor tersebut mendekati tepi bawah kelas interval, sehingga
yang bersumber dari internal ataupun eksternal perusahaan. Penilaian atas peran
penilaian dengan rata-rata skor 2,65, tergolong mempunyai kriteria yang tinggi.
Kondisi penilaian umum ini mempunyai variasi yang tinggi atas skor 3, sehingga
dan 39,50 persen lainnya menyatakan rendah. Pemecahan masalah yang dihadapi
lebih banyak bersumber dari pengalaman dan keberadaan dari pegawai yang ada
dalam perusahaan.
perusahaan terjadi pada 34,90 persen pemilik dengan taraf yang tinggi dan 18,60
70
menjalankan bisnis. Sejalan dengan hal tersebut terkait dengan sikap pemilik atas
pendidikan formal yang dimiliki (X2.4), ternyata banyak pemilik yang tidak berkenan
Dalam bisnis, bukan hanya fokus pada kegiatan produksi, tetapi dibutuhkan
mendapatkan penilaian dengan kriteria tinggi (rata-rata skor 2,60). Rata-rata skor
tersebut berada pada tepi kelas interval, sehingga banyak responden yang
berada pada kondisi dengan taraf yang rendah dan sangat rendah, terkait dengan
produksi, kegiatan pemasaran, pencarian sumber modal dan lainnya, di mana ada
ditingkatkan, salah satunya melalui pelatihan. Pelatihan dalam penelitian ini terkait
Tabel 4.10.
Kondisi Pelatihan Pegawai pada Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Pelatihan Pegawai Rata-rata Skor Kriteria
Penilaian
1. Kesadaran atas pelatihan 2,79 Tinggi
(X3.1)
2. Frekwensi pelatihan mandiri 2,60 Tinggi
(X3.2)
3. Pelatihan taraf keterampilan 2,58 Tinggi
(X3.3)
4. Kesesuaian materi pelatihan 2,56 Tinggi
(X3.4)
5. Kegiatan evaluasi pelatihan 2,70 Tinggi
(X3
Rata-rata 2,65 Tinggi
Sumber: Lampiran 3 dan 4.
pegawai (X3), yaitu sebesar 2,65 menunjukkan bahwa penilaian umumnya berada
pada taraf pelaksanaan dan proses pelatihan yang tinggi. Kriteria tinggi tersebut
72
berada pada kriteria rendah dari interval kriteria tersebut. Hal ini dapat dibuktikan
mendapatkan penilaian umum dengan kriteria tinggi (rata-rata skor 2,79). Upaya
sebanyak 9,30 persen mempunyai kesadaran yang sangat rendah dan 30,20
persen lainnya dengan kesadaran yang rendah. Akumulasi dua kriteria ini
sertifikat atas kemahiran tertentu. Pelatihan hanya diberikan oleh perusahaan yang
skor 2,60, tergolong kriteria yang tinggi, tetapi sangat dekat dengan kriteria rendah.
Batas tepi bawah kelas interval sebesar 2,50, sehingga dipastikan bahwa banyak
rendah dan rendah. Akumulasi dua kriteria tersebut sebanyak 46,50 persen.
keterampilan pegawai (X3.3) termasuk tinggi, tetapi dengan skor yang mendekati
2,50, yaity 2,58. Akumulasi jumlah pemilik yang memberikan pelatihan yang
sifatnya khusus untuk meningkatkan keterampilan dengan taraf yang rendah dan
sangat rendah sebanyak 53,50 persen. Perbaikan kondisi ini masih sangat perlu
73
dilakukan melalui kerja Dinas Perindustrian, UMKM dan organisasi publik lain yang
mendapatkan penilaian dengan rata-rata skor 2,56, tergolong tinggi, tetapi harus
segera mendapatkan perbaikan. Pemilik yang sangat rendah dan rendah dalam
Aspek terakhir dari pelatihan pegawai adalah tahap evaluasi (X 3.5). Para
pemilik yang telah memberikan pelatihan, baik secara mandiri ataupun izin
dengan taraf yang tinggi (rata-rata skor 2,70). Aspek ini juga masih perlu
Pelatihan jika diterapkan dengan cara yang tepat oleh pemilik dapat meningkatkan
kinerja pegawainya, bukan hanya dari aspek kemampuan kerja (ability), tetapi juga
Pengalaman pegawai bukan sebatas waktu yang telah dilalui oleh pegawai
dalam bekerja. Dalam penelitian ini juga ditekankan pada makna kualitas, di mana
Tabel 4.11.
Kondisi Pengalaman Pegawai pada Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Pengalaman Rata-rata Skor Kriteria
Pegawai Penilaian
1. Waktu bekerja pada 2,56 Tinggi
perusahaan (X4.1)
2. Waktu keterlibatan dengan 2,81 Tinggi
pemecahan masalah (X4.2)
3. Variasi yang dihadapi dalam 2,65 Tinggi
pekerjaaan (X4.3)
4. Ragam perubahan yang 2,79 Tinggi
pernah dijalankan (X4,4)
5. Kesempatan yang diperoleh Tinggi
dalam kegiatan perusahaan 2,58
(X4.5)
Rata-rata 2,68 Tinggi
Sumber: Lampiran 3 dan 4.
Pegawai perusahaan skala menengah di Kota Mataram dinyatakan
mempunyai pengalaman kerja yang tinggi. Rata-rata skor penilaian pemilik atas
variabel ini sebesar 2,68, berada pada interval 2,50-3,25 yang menunjukkan
kriteria tinggi. Rata-rata skor tersebut berada pada tepi bawah kelas interval,
pegawainya mempunyai pengalaman kerja yang sangat rendah dan 46,50 persen
75
perusahaan tergolong kurang berpengalaman. Ada indikasi atas kondisi ini, yaitu
karena setiap pegawai baru membutuhkan waktu belajar dari pihak perusahaan
permasalahan yang ada, termasuk juga solusi yang diambil oleh pemilik ataupun
tinggi (rata-rata skor 2,65). Aspek ini tentu masih banyak juga pegawai yang
memberikan penilaian dengan kriteria sangat rendah dan rendah atas aspek
dipecahkan dengan baik atau sebaliknya. Pihak manajemen perusahaan juga ada
76
yang dapat mengambil pembelajaran dari kondisi yang ada dan selanjutnya
melakukan perubahan dalam rangka mengantisipasi kondisi yang ada. Fakta yang
menengah tergolong tinggi dalam mengikuti perubahan yang ada (rata-rata skor
skor untuk aspek ini sebesar 2,58, tergolong tinggi kesempatan yang diberikan
ekonomi regional, nasional dan faktor lain yang berdampak pada perusahaan.
Tabel 4.12.
Kondisi Umur Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Umur Perusahaan Rata-rata Skor Kriteria
Penilaian
1. Melewati krisis ekonomi (X5.1) 2,47 Rendah
2. Persaingan (X5.2) 2,67 Tinggi
3. Penyesuaian dengan Tinggi
kebijakan pemerintah (X5.3) 2,72
4. Permasalahan krusial (X5.4) 2,63 Tinggi
5. Kemampuan inovasi (X5.5) 2,63 Tinggi
Rata-rata 2,62 Tinggi
Sumber: Lampiran 3 dan 4.
penilaian dengan rata-rata skor 2,62 atas item-item umur perusahaannya. Rata-
rata skor tersebut menunjukkan kriteria yang tinggi, berarti ada kemampuan
tersebut lebih rendah dari skor 3, berarti ada pemilik yang memberikan penilaian
Item pertama berupa waktu yang dilewati, terkait dengan kejadian resesi
yang cukup parah, termasuk krisis atau resesi ekonomi tahun 1998. Item ini
skor 2,47). Ada perusahaan yang berdiri di atas tahun 2000, tetapi implikasinya
tersebut berdampak pada peningkatan harga faktor produksi dan sisi lain
Krisis moneter atau krisis ekonomi pada tahun 1998 (X5.1) secara waktu
telah berlalu, tetapi masih berdampak dalam bisnis perusahaan skala menengah di
Kota Mataram. Ada sebanyak 20,90 persen pemilik yang menyatakan bahwa
78
kemampuannya dalam bertahan atau melalui kondisi tersebut sangat rendah dan
secara nyata tidak bangkrut, tetapi para pemilik masih merasakan implikasinya
atas bisnis yang dijalankan. Adapun jumlah perusahaan yang menyatakan diri
mampu melewatinya dengan baik sebanyak 16,30 persen dan dengan kriteria
tetap dan melemahnya daya beli konsumen. Dapat dipastikan bahwa kondisi
tersebut tidak dapat dielakkan, tetapi peran perusahaan melalui kerja pemilik dan
tidak hanya terkena krisis ekonomi tahun 1998, tetapi ada juga krisis tahun 2008,
dilihat dari aspek umur adalah kemampuannya bertahan dan tumbuh dalam
persaingan yang kompetitif (X5.2). Aspek ini mendapatkan penilaian yang tinggi
(rata-rata skor 2,67) dalam arti perusahaan mampu bertahan dengan baik dalam
kemampuan yang rendah dan sangat rendah dapat tumbuh dalam persaingan
bisnis yang dijalankan mempunyai banyak pesaing, baik dari perusahaan yang
79
dilihat dari aspek kebijakan pemerintah (X5.3). Kebijakan pemerintah tidak selalu
perusahaan. Misalnya kebijakan peningkatan harga bahan bakar, tarif dasar listrik,
dan sangat rendah. Pada dua kondisi kriteria penilaian tersebut menunjukkan
Waktu yang dilalui perusahaan dari saat didirikan sampai saat ini banyak
peristiwa yang bersifat krusial (X5.4). Dapat saja permasalahan tersebut bersumber
yang cukup parah, seperti kasus pada tahun 2000/2001. Berbagai permasalahan
pemilik dengan rata-rata sor 2,63, walaupun berada pada kriteria tinggi, tetapi
80
cukup dekat dengan tepi kelas bawah interval skor (2,50). Dapat dibuktikan secara
akumulatif bahwa jumlah pemilik yang memberikan penilaian sangat rendah dan
rendah sebanyak 51,20 persen. Peran pemerintah untuk selalu menjaga kondisi
sosial ekonomi yang kondusif, sehingga tidak memberikan dampak negatif pada
bisnis perusahaan.
rendah dan rendah dalam melakukan inovasi bisnis. Dapat juga dinyatakan bahwa
bisnis yang dijalankan oleh perusahaan skala menengah di Kota Mataram hanya
inovasi.
dalam melakukan efisiensi bisnis dari laporan harga pokok produksi, sehingga
81
yang dapat diketahui dan selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam membuat
Tabel 4.13.
Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Skala Menengah
Di Kota Mataram Tahun 2017
No. Indikator Penggunaan Rata-rata Skor Kriteria
Informasi Akuntansi Penilaian
1. Pemilikan laporan sesuai Baik
peraturan (Y1.1) 2,60
2. Mempunyai laporan anggaran Baik
(Y1.2) 2,56
3. Memiliki analisis laporan Baik
keuangan (Y1.3) 2,53
4. Laporan yang secara khusus Baik
membantu kerja manajer (Y1.4) 2,51
5. Laporan akuntansi Baik
meningkatkan nilai
perusahaan (Y1.5) 2,70
Rata-rata 2,58 Baik
Sumber: Lampiran 3 dan 4.
bisnis pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram termasuk pada taraf
yang tinggi (rata-rata skor 2,58). Rata-rata skor tersebut sangat dekat dengan tepi
bawah kelas interval tersebut, sehingga masih perlu dilakukan berbagai upaya
pengambilan keputusan bisnis. Kondisi umum ini akan dapat lebih jelas melalui
pajak. Laporan keuangan ini terdiri atas dua bentuk laporan keuangan, yaitu
neraca dan laporan laba rugi. Secara umum perusahaan skala menengah di Kota
rata-rata skor 2,60. Berdasarkan nilai rata-rata skor tersebut, secara individual
perusahaan masih ada yang belum memiliki laporan keuangan tersebut. Hal ini
memberikan penilaian sangat tidak baik dan tidak baik. Laporan keuangan dasar
(neraca dan laporan laba rugi) menjadi dasar bagi pemilik perusahaan atau
manajer dalam menilai realisasi kebijakan yang dirumuskan pada setiap periode
anggaran, seperti anggaran biaya, penjualan dan lainnya (Y1.2). Item ini
mendapatkan penilaian dengan rata-rata skor sebesar 2,56. Kondisi umum masih
pada taraf yang baik, tetapi nilai rata-rata yang mempunyai variasi tinggi dari skor
modal kerja dan aspek lainnya. Anggaran menjadi pedoman bagi semua pihak
evaluasi, dasar perbaikan pada kebijakan dan hal lainnya dalam kebijakan bisnis
diterapkan dengan baik, tetapi dengan rata-rata skor yang mendekati tepi bawah
kelas interval, yaitu 2,53. Terdapat sebanyak 48,80 persen perusahaan yang tidak
Mataram telah mengelola asset yang cukup besar, termasuk nilai penjualan,
dengan baik, analisis atas kondisi keuangan sebagai dasar bagi pemilik dan
dengan rata-rata skor 2,51. Rata-rata skor tersebut masih berada pada kriteria
terapan dan penyediaan yang baik, tetapi telah berada pada kondisi dengan
kecenderungan yang tinggi pada kriteria tidak baik. Hal tersebut disebabkan rata-
rata skor 2,51 berada pada tepi bawah kelas interval dengan kriteria baik. Hal ini
penyediaan dan terapan fungsi khusus laporan keuangan untuk kerja setiap fungsi
dalam organisasi dengan kriteria sangat tidak baik dan tidak baik sebanyak 53,50
persen.
perencanaan yang telah dibuat dan berbagai aspek lain yang diperlukan dalam
84
perumusan kebijakan pada setiap fungsi yang ada. Berbagai proses yang ada
personel atau pegawai yang mempunyai fungsi khusus mengelola sistem informasi
Penekanan pada aspek terakhir di atas, karena secara umum para pemilik
perusahaan mempunyai penilaian dan keyakinan yang tinggi (rata-rata skor 2,70),
dengan kriteria baik dan sangat baik, dengan akumulasi sebanyak 51,20 persen.
dengan bentuk laporan yang sifanya mendasar, anggaran, hasil analisis dan
khusus untuk setiap divisi dalam organisasi. Pengelolaan aspek ini, difokuskan
Input untuk setiap tahap proses kerja partial least square (PLS)
menggunakan data pada Lampiran 3. Input pada Lampiran 3 berasal dari tabulasi
85
angket yang telah disebar pada pemilik perusahaan skala menengah di Kota
Mataram. Berikut proses dari prosedur analisis PLS dalam penelitian ini:
menengah di Kota Mataram (Y) dan variabel penjelas atau variabel eksogennya
pendidikan pemilik (X2), pelatihan pegawai (X3), pengalaman pegawai (X4) dan
umur perusahaan (X5). Rancangan awal dalam penelitian ini dapat diterima,
dengan sangat baik, karena mempunyai nilai R2 yang tinggi (mendekati 100
Tabel 4.14.
R Square
Variabel R Square
Komitmen Pemilik
Pelatihan Pemilik
Pendidikan Pemilik
Pengalaman Pegawai
Penggunaan Informasi Akuntansi 0,843543
Umur Perusahaan
Sumber: Lampiran 9
Kota Mataram sebesar 84,35 persen. Variabel endogen lainnya, baik yang
bersumber dari karakteristik internal lain dalam perusahaan atau variabel eksternal
86
perusahaan yang tidak dianalisis dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan
terhadap variabel laten, yang diinformasikan dalam cross loading (Lampiran 5).
Berdasarkan informasi pada nilai cross loading tersebut terdapat satu indikator
yang tergolong tidak valid, yaitu X5.1 (0,199). Berdasarkan hasil analisis tersebut,
maka variabel umur perusahaan tidak layak diukur dengan kondisi perusahaan
yang telah melewati masa resesi yang cukup parah pada tahun 1998. Indikator
koefisien korelasi skor setiap indikator terhadap total skor setiap variabel
seluruhnya lebih besar dari 0,50. Hal ini menunjukkan bahwa indikator yang
dibangun pada setiap variabel memenuhi syarat validitas. Informasi nilai koefisien
korelasi product momentnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Adanya informasi yang
jelas, maka dapat dinyatakan bahwa indikator pada setiap penelitian ini tergolong
Indikator lainnya adalah dengan melihat nilai AVE pada setiap variabel yang
Tabel 4.15.
Nilai AVE
AVE
Penggunaan IA 0,667826
Sumber: Lampiran 7.
penelitian ini memenuhi syarat validitas. Artinya untuk menjelaskan kondisi setiap
Diagram jalur yang dihasilkan terdiri atas dua bentuk, sebagai berikut:
Gambar 4.1.
Diagram Jalur Penggunaan Informasi Akuntansi (Tahap 1) )
88
Diagram jalur di atas sesuai dengan input setiap indikator sesuai dengan
rancangan awal, sebelum dilakukan uji validitas. Pada proses tahap kedua ada
indikator yang tidak layak, maka dikeluarkan dari pengukuran variabel umur
Gambar 4.2.
Pada model atau diagram jalur di atas, telah dapat diberikan gambaran
asosiasi yang terjadi pada setiap variabel. Termasuk juga pengukuran dari setiap
Persamaan di atas dibentuk dari diagram jalur final (Gambar 4.2), karena
atau outer model dapat mengacu pada diagram jalur di atas (gambar 4.2) atau
dihasilkan:
X1 = 0,747X1.1+0,830X1.2+0,511X1.3+0,845X1.4+0,824X1.5
X2 = 0,795X2.1+0,769X2.2+0,763X2.3+0,831X2.4+0,848X2.5
X3 = 0,853X3.1+0,768X3.2+0,733X3.3+0,886X3.4+0,802X3.5
X4 = 0,825X4.1+0,765X4.2+0,745X4.3+0,770X4.4+0,693X4.5
X5 = 0,537X5.2+0,701X5.3+0,819X5.4+0,880X5.5
Y = 0,821Y1.1+0,816Y1.2+0,845Y1.3+0,762Y1.4+0,840Y1.5
diberikan terhadap variabel endogen yang disebabkan oleh perubahan setiap nilai
satuan dari variabel eksogen. Nilai koefisien jalur untuk inner model dapat dilihat
pada persamaan yang dihasilkan, di mana nilai jalur untuk X1 sebesar 0,353, X2 =
90
atas 0,15, menunjukkan perubahan yang tinggi. Kondisi perubahan yang rendah
hanya terjadi pada variabel pengalaman pegawai (X4) sebesar 0,027, di mana
parsial.
nilai koefisien untuk setiap indikator terhadap variabel laten lebih besar dari 0,15
(lampiran 14). Temuan ini menunjukkan bahwa baik inner ataupun outer model
tinggi.
Analisis ketepatan model dilakukan pada outer dan inner model. Outer
model menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas telah dilakukan, di
mana hanya ada satu variabel yang mempunyai indikasi tidak valid (X 5.1 terhadap
validitasnya, di mana nilai AVE yang diperoleh lebih besar dari 0,50. Proses ini
telah dilakukan, selanjutnya adalah uji konsistensi dari setiap indikator dalam
dengan alpha cronbach dan composite reliability. Dua parameter ini disyaratkan
Tabel 4.16.
Koefisien Composite Reliability dan Cronbach Alpha
No. Variabel Composite Cronbach Kriteria
Reliability Alpha
1 Komitmen Pemilik 0,870 0,810 Reliabel
2 Pelatihan Pegawai 0,905 0,868 Reliabel
3 Pendidikan Pemilik 0,900 0,861 Reliabel
4 Pengalaman Pegawai 0,873 0,818 Reliabel
5 Penggunaan IA 0,909 0,875 Reliabel
6 Umur Perusahaan 0,846 0,763 Reliabel
Sumber: Lampiran 11 dan 12.
penjelasan dengan konsisten. Hal ini terlihat dari terpenuhinya kriteria reliabilitas.
Kriteria ini sangat perlu, saat memberikan penjelasan atau uraian atas setiap
Uji ketepatan model (goodness fit of model) juga dilakukan pada inner
model, dengan menggunakan parameter R2. Nilai R2 pada persamaan final yang
dihasilkan sebesar 0,845 = 84,50 persen. Parameter ini tergolong sangat baik
Lima variabel eksogen dalam model mampu memberikan penjelasan atas variabel
penjelasan sebesar 15,50 persen. Adapun nilai pada Tabel 11, merupakan nilai R2
yang belum final, karena dalam analisis selanjutnya ada indikator yang mengalami
pengeluaran.
7. Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini terdiri atas lima hipotesis minor, terkait
pegawai (X3), pengalaman pegawai (X4) dan umur perusahaan (X5) terhadap
Tabel 4.17.
Nilai t hitung, t tabel dan Kriteria Signifikansi Karakteristik Internal Perusahaan
terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi pada Perusahaan Skala Menengah
di Kota Mataram
No. Variabel t hitung t tabel Kriteria
(n=43, =5%)
1 Komitmen pemilik 2,975 ±1,960 Ha diterima
2 Pendidikan pemilik 2,238 ±1,960 Ha diterima
3 Pelatihan pegawai 2,686 ±1,960 Ha diterima
4 Pengalaman pegawai 0,289 ±1,960 H0 diterima
5 Umur perusahaan 2,354 ±1,960 Ha diterima
Sumber: Lampiran 13.
pendidikan pemilik (X2), pelatihan pegawai (X3) dan umur perusahaan (X5)
4.3. Pembahasan
diindikatorkan dengan lima item. Kelima item tersebut mempunyai kriteria valid (uji
korelasi product moment/korelasi yang dilihat pada nilai cross loading (Lampiran 5
dan 6) serta nilai AVE (Lampiran 7) seluruhnya memberikan kriteria yang valid
memperkecil usaha (X1.3), investasi kembali (X1.4) dan menerima perubahan (X1.5).
kondisi umum komitmen pemilik berada pada kriteria tinggi. (rata-rata skor 2,83).
Rata-rata yang kurang dari 3,00 menunjukkan masih adanya responden yang
memberikan penilaian dengan kriteria sangat rendah (skor 1) dan rendah (skor 2),
peggunaan informasi akuntansi, dilihat dari nilai t hitungnya (2,975) lebih besar dari
t tabel (1,96). Kriteria pengujian yang diterima adalah Ha. Implikasinya adalah
pengaturan atau perbaikan atas komitmen pemilik sedikit saja akan dapat
informasi akuntansi sebesar 0,353 satuan skor. Nilai koefisien regresi yang positif
menunjukkan arah perubahan yang positif, artinya setiap peningkatan satu satuan
komitmen pemilik sangat perlu dilakukan, karena secara nyata dengan variasi
terjadi, jika penurunan sedikit saja atas komitmen pemilik akan berdampak pada
Kota Mataram.
Mataram. Temuan ini mendukung hasil penelitian Yuliati (2014) bahwa komitmen
informasi akuntansi pada perusahaan skala kecil di Kota Mataram. Hasil penelitian
ini juga mendukung hasil riset Xu (2003) dan Immelda (2015), bahwa perbaikan
kebijakan dan keputusan bisnis, lebih mendasarkan diri pada kondisi moneter
Fakta empiris pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram belum optimal
dan keputusan bisnis. Laporan akuntansi pada prinsipnya dapat dijadikan dasar
dengan taraf yang belum optimal. Pihak pemilik perusahaan skala menengah
dalam memperbesar bisnis. Pada taraf tertentu, bisnis tidak dapat dijalankan
sistem akuntansi.
Pendidikan pemilik telah diukur dengan item-item yang valid dan konsisten,
terbukti melalui uji korelasi (melalui nilai-nilai korelasi yang ditampilkan dalam
cross loading), lebih tinggi dari 0,50 dan diperkuat dengan analsiis AVE dengan
nilai sebesar 0,643 (lebih ebsar dari 0,50). Konsistensinya juga terjamin, terbukti
dari nilai koefisien composite (0,900) dan koefisien reliabilitas dalam analisis alpha
cronbach sebesar 0,861. Variabel eksogen ini berada pada kriteria yang valid dan
reliabel, sehingga dapat menjadi input yang efisien untuk membentuk persamaan
Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t hitung dari pendidikan pemilik (X2)
Kota Mataram sebesar 2,238. Kriteria pengujian yang diterima adalah H a, karena
nilai t hitungnya lebih besar dari t tabel (1,96). Artinya terdapat pengaruh yang
96
Mengacu pada hasil uji signifikansi dan nilai koefisien regresi, maka dapat
diketahui bahwa arah pengaruh yang diberikan oleh perubahan pendidikan pemilik
bersifat positif atau searah. Nilai koefisien regresinya sebesar 0,295, menunjukkan
pada setiap perubahan satu satuan skor perubahan pendidikan pemilik akan
0,295 satuan skor. Artinya perubahan yang tergolong cukup memadai, sehingga
perlu juga diperhatikan, jika implementasi atau makna pendidikan formal dikurangi
pernyataan lain bahwa hasil penelitian ini bertentangan dengan temuan Hadi
dengan bisnis yang dijalankan. Aspek ini penting sebagai dasar dalam
keputsuan bisnis yang diambil menggunakan dasar yang jelas, bukan tindakan trial
and error.
menjalankan bisnis, sehingga peran sebagai principal dan agency (manajerial lain
melakukan kontrol atas kerja manajerial dan pegawai. Kondisi ini bukan berarti
seluruh aspek dijalankan oleh pemilik (principal), tetapi juga dibutuhkan bantuan
yang besar dari para pegawai. Sadar atas hal tersebut, maka pelatihan pegawai
telah mulai dilakukan pada perusahaan skala menengah di Kota Mataram. Hal ini
masih melaksanakan pelatihan dengan taraf yang sangat tidak baik dan tidak baik,
tetapi juga telah ada yang melaksanakannya dengan kriteria baik dan sangat baik.
ternyata memberikan nilai t hitung sebesar 2,686. Nilai t hitung tersebut lebih besar
dari t tabel, sebesar 1,96. Kriteria pengujian yang diterima adalah H a. Artinya
terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari pelatihan pegawai terhadap
Mataram. Arah pengaruh yang diberikan bersifat positif, artinya semakin tinggi
98
intensitas dan kualitas pelatihan pada pegawai akan memberikan dampak pada
di Kota Mataram.
yang dimiliki. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Yuliati (2014), Astuti
(2007), Apriliawati dan Hastuti (2011) serta Sitoresmi dan Fuad (2013, bahwa
pengujian ini tidak selaras dengan pernyataan (Manulang 2001) dan hasil
penggunaannya semakin rendah. Hal ini mengacu pada makna tanda negatif dari
akuntansi. Untuk itu, sejak awal keberadaan pegawai dalam organisasi harus
dijadikan sebagai bagian dan pendukung dari sistem informasi akuntansi yang ada
dalam perusahaan.
sejak awal didirikan sampai saat ini. Semakin lama perusahaan berdiri, semakin
kondisi perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terjadi resesi yang besar,
seperti krisis 1998 dan 2008, di mana masih berimplikasi pada kondisi makro
ekonomi. Resesi atau krisis tersebut berdampak pada harga bahan baku, upah
tenaga kerja, daya beli masyarakat dan aspek lainnya yang membutuhkan
(satu item dikeluarkan, karena tidak valid). Fakta empiris hasil perhitungan
100
menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,354, lebih besar dari t tabel (1,96), sehingga
kriteria pengujian yang diterima adalah Ha. Artinya adalah setiap perubahan umur
akuntansi. Arah pengaruh yang diberikan bersifat positif, semakin lama umur
Nilai koefisien regresi dari variabel ini sebesar 0,226, lebih tinggi dari
eksogen terkait. Hasil penelitian ini memberikan dukungan atas penelitian Meiliana
Mataram belum bersifat optimal. Kondisi ini yang membutuhkan peran dari
Principal harus memberikan pelatihan pada pegawainya, namun aspek lain berupa
agar membawa perubahan. Umur perusahaan yang mampu bertahan akan lebih
bisnis.
penggunaan yang terjadi tergolong tinggi, jika dilakukan perbaikan pada empat
aspek tersebut, yaitu sebesar 84,50 persen. Pengaruh dari variabel lainnya dapat
diabaikan, tetapi yang utama dikelola adalah komitmen pemilik, pendidikan pemilik,
pelatihan pegawai dan umur perusahaan. Apabila empat variabel ini tidak dapat
menengah di Kota Mataram. Hal tersebut dapat dilihat dari makna koefisien
BAB V
5.1. Simpulan
pemilik (X1), pendidikan pemilik (X2), pelatihan pegawai (X3) dan umur
tersebut berdasarkan uji t, di mana nilai t hitungnya lebih besar dari t tabel
informasi akuntansi yang mengacu pada dua teori yang lebih cenderung
Ali Muhidin, Sambas dan Maman Abdurrahman. (2007). Analisis Korelasi, Regresi,
dan Jalur dalam Penelitian, Bandung : CV Pustaka Setia.
Dessler, G., 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1. Jakarta: PT.
Prenhallindo.
Ghozali, I., 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Umar, H., 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:Raja
Wali Press.
Xu. H., 2003. Critical Success Factors for Accounting Information Systems Data
Qualit. Dissertation. University of Southern Queensland.
X1.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 4.7 4.7 4.7
2 14 32.6 32.6 37.2
3 17 39.5 39.5 76.7
4 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
X1.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 4.7 4.7 4.7
2 15 34.9 34.9 39.5
3 13 30.2 30.2 69.8
4 13 30.2 30.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
X1.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 11 25.6 25.6 34.9
3 19 44.2 44.2 79.1
4 9 20.9 20.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
X1.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 13 30.2 30.2 37.2
3 16 37.2 37.2 74.4
4 11 25.6 25.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
X1.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 12 27.9 27.9 34.9
3 15 34.9 34.9 69.8
4 13 30.2 30.2 100.0
X1.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 12 27.9 27.9 34.9
3 15 34.9 34.9 69.8
4 13 30.2 30.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
X2.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 11.6 11.6 11.6
2 14 32.6 32.6 44.2
3 11 25.6 25.6 69.8
4 13 30.2 30.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
X2.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 18 41.9 41.9 48.8
3 14 32.6 32.6 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
X2.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 17 39.5 39.5 46.5
3 15 34.9 34.9 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
X2.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 7 16.3 16.3 16.3
2 15 34.9 34.9 51.2
3 13 30.2 30.2 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
X2.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 6 14.0 14.0 14.0
2 15 34.9 34.9 48.8
3 12 27.9 27.9 76.7
4 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
X3.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 13 30.2 30.2 39.5
3 14 32.6 32.6 72.1
4 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
X3.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 11.6 11.6 11.6
2 15 34.9 34.9 46.5
3 15 34.9 34.9 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
X3.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 20 46.5 46.5 53.5
3 12 27.9 27.9 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
X3.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 6 14.0 14.0 14.0
2 13 30.2 30.2 44.2
3 18 41.9 41.9 86.0
4 6 14.0 14.0 100.0
Total 43 100.0 100.0
X3.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 17 39.5 39.5 48.8
3 10 23.3 23.3 72.1
4 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
X4.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 20 46.5 46.5 53.5
3 13 30.2 30.2 83.7
4 7 16.3 16.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
X4.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 2.3 2.3 2.3
2 18 41.9 41.9 44.2
3 12 27.9 27.9 72.1
4 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
X4.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 15 34.9 34.9 44.2
3 16 37.2 37.2 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
X4.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 15 34.9 34.9 44.2
3 16 37.2 37.2 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
X4.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 2.3 2.3 2.3
2 19 44.2 44.2 46.5
3 11 25.6 25.6 72.1
4 12 27.9 27.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
X4.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 4.7 4.7 4.7
2 19 44.2 44.2 48.8
3 17 39.5 39.5 88.4
4 5 11.6 11.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
X5.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 9 20.9 20.9 20.9
2 16 37.2 37.2 58.1
3 7 16.3 16.3 74.4
4 11 25.6 25.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
X5.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 16 37.2 37.2 44.2
3 16 37.2 37.2 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
X5.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 16 37.2 37.2 44.2
3 14 32.6 32.6 76.7
4 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
X5.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 7.0 7.0 7.0
2 19 44.2 44.2 51.2
3 12 27.9 27.9 79.1
4 9 20.9 20.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
X5.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 11.6 11.6 11.6
2 14 32.6 32.6 44.2
3 16 37.2 37.2 81.4
4 8 18.6 18.6 100.0
Total 43 100.0 100.0
Y1.1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 8 18.6 18.6 18.6
2 10 23.3 23.3 41.9
3 16 37.2 37.2 79.1
4 9 20.9 20.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
Y1.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 21 48.8 48.8 58.1
3 8 18.6 18.6 76.7
4 10 23.3 23.3 100.0
Total 43 100.0 100.0
Y1.3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 8 18.6 18.6 18.6
2 13 30.2 30.2 48.8
3 13 30.2 30.2 79.1
4 9 20.9 20.9 100.0
Total 43 100.0 100.0
Y1.4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 9.3 9.3 9.3
2 19 44.2 44.2 53.5
3 14 32.6 32.6 86.0
4 6 14.0 14.0 100.0
Total 43 100.0 100.0
Y1.5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 8 18.6 18.6 18.6
2 13 30.2 30.2 48.8
3 6 14.0 14.0 62.8
4 16 37.2 37.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
Lampiran 5. Cross Loadings
AVE
Penggunaan IA 0,667826
Pengalaman
0,688925 0,757252 0,718101 1,000000
Pegawai
Komitmen Pemilik
Pelatihan Pegawai
Pendidikan Pemilik
Pengalaman Pegawai
Penggunaan IA 1,000000
Komitmen Pemilik
Pelatihan Pegawai
Pendidikan Pemilik
Pengalaman
Pegawai
Penggunaan IA
Umur Perusahaan
Penggunaan IA
R Square
Komitmen Pemilik
Pelatihan Pegawai
Pendidikan Pemilik
Pengalaman Pegawai
Penggunaan IA 0,844749
Umur Perusahaan
Lampiran 11. Composite Reliability
Composite Reliability
Penggunaan IA 0,909414
Cronbachs Alpha
Penggunaan IA 0,875410
T Statistics (|O/STERR|)
T Statistics (|O/STERR|)
Dengan hormat:
Hormat Peneliti
A. IDENTITAS PERUSAHAAN
1. Nama perusahaan : _________________________
2. Lokasi : _________________________
3. Tahun berdiri : _________________________
4. Jenis usaha : _________________________
5. Jumlah karyawan : _________________________
6. Jenis produk : _________________________
7. Omzet per bulan : Rp.______________________
8. Total asset diluar tanah &
Bangunan : _________________________
B. IDENTITAS PEMILIK
1. Nama : _________________________
2. Umur : ________________tahun
3. Pendidikan : ________________
Berikan tanda silang (X) pada kolom yang sesuai dengan kondisi aktual yang ada.
Pedoman dalam memberikan penilaian sebagai berikut:
1. Sangat setuju (skor 4)
2. Setuju (skor 3)
3. Tidak setuju (skor 2)
4. Sangat tidak setuju (skor 1)