Anda di halaman 1dari 10

PAPER

Profil Sargassum sp. di Kabupaten Bima NTB dan


Potensi Pemanfaatannya serta Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat
Pesisir
Disusun guna memenuhi tugas matakuliah
Biodiversitas

Dosen pengampu:
Dr. Margareta Rahayuningsih, M.si
Dr. Nur Kusuma Dewi, M.si

Disusun oleh
Kurniahtunnisa 0402517015

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI ILMU PENGETAHUAN ALAM KONSENTRASI BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
Profil Sargassum Sp. di Kabupaten Bima NTB dan Potensi Pemanfaatannya serta
Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Masyarakat Pesisir

Kurniahtunnisa. 2018. Pascasarjana Unnes

Abstrak
Sargassum sp. yang merupakan salah salah satu jenis alga coklat termasuk kelas
Phaeophyceae, terdapat lebih dari 1000 jenis Sargassum sp. yang dapat tumbuh di daerah
perairan tropis, subtropis dan daerah bermusim dingin (Mattio et al., 2009). Salah satu daerah
penghasil Sargassum sp. yaitu di Kabupaten Bima NTB (Kadi, 2005). Jenis Sargassum sp.
yang berhasil diidentifikasi di pantai Rontu kabupaten Bima yaitu Sargassum histryx J.
Agardh, Sargassum cymosum C. Agardh, Sargassum oligocystum Montagne, dan Sargassum
sp.
Sargassum sp. telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam bidang industri
makanan, farmasi, kosmetika, pakan, pupuk, tekstil, kertas, dan lain sebagainya. Hasil
ekstraksi Sargassum sp. berupa alginat banyak digunakan industri makanan untuk
memperkuat tekstur atau stabilitas dari produk olahan, seperti es krim, sari buah, pastel isi,
dan kue. Sargassum sp. juga telah dimanfaatkan di bidang farmasi dan ternak
(Tjitrosoepomo, 2005; Poncomulyo et al., 2006).
Dalam kehidupan masyarakat pesisir, pada dasarnya Sargassum dianggap oleh mereka
sebagai sampah, namun seiring dengan berkembangnya pemikiran masyarakat sekitar,
Sargassum mulai dianggap sebagai salah satu sumber mata pencaharian masyarakat sekitar.
Setelah masyarakat pesisir pantai mengetahui potensi dari sargassum mereka mulai
menjadikan itu sebagai sumber mata pencarian. Pengumpulan Sarggasum jika
diakumulasikan pada semua pantai di kabupaten bima terutama di kecamatan Monta, petani
memanen Sargassum sp. rata rata 300–400 ton/bulan tergantung dari situasi dan kondisinya.
Dari ditulisan ini diharapkan adanya perhatian dari segi ekonomi oleh orang-orang
yang mengolah rumput laut bahwasannya harga rumput laut (alga coklat) murah yang
kelihatannya mudah untuk diambil ,tetapi resikonya sangat tinggi dan tidak sebanding
dengan pengorbanan pengumpul Sargassum. Selain itu diperlukan adanya pelatihan dalam
pengolahan rumput laut serta sosialisasi segundang manfaat dari Sargassum sehingga dapat
menambah wawasan masyarakat. Dengan bertambahnya wawasan masayarakat tentang
pentingnya Sargassum maka masyarakat akan mengambil secara bijaksana serta menerapkan
prinsip konservasi dalam pemanfaatan rumput laut serta masyarakat dapat melakukan inovasi
pengolahan Sargassum sehingga lebih meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir
pantai.
Kata kunci: Sargassum sp., Pemanfaatan, kabupaten Bima, masyarakat pesisir
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang 70% wilayahnya merupakan peraiaran,


dengan garis pantai yang panjangnya lebih dari 81.000 km (Nontji,1987). Perairan Indonesia banyak
menyimpan sumber daya hayati. Salah satu diantaranya adalah rumput laut yang memiliki prospek
cerah dalam komoditas perdagangan. Rumput laut yang ada di Indonesia sebanyak 535 jenis dan
empat jenis diantaranya dikenal sebagai komoditi ekspor yaitu Eucheuma sp, Gracillaria sp,
Gelidium sp, dan Sargassum sp. Menurut Soegiarto (1978) potensi komoditas adanya kemajuan sains
dan teknologi yang dapat dimanfaatkan di berbagai bidang, seperti bidang farmasi, bidang
kedokteran, bidang peternakan, bidang Industri, dan bidang pertanian.

Sargassum sp. yang merupakan salah salah satu jenis alga coklat termasuk kelas
Phaeophyceae, terdapat lebih dari 1000 jenis Sargassum sp. yang dapat tumbuh di daerah
perairan tropis, subtropis dan daerah bermusim dingin (Mattio et al., 2009). di Indonesia
jumlah Sargassum mencapai 300 jenis (Chan et al., 2013). Salah satu daerah penghasil
Sargassum yaitu Kabupaten Bima NTB dengan jenis beraneka ragam (Kadi, 2005).

Sargassum sp. di Kabupaten Bima sangat menarik untuk diteliti karena jumlah
Sargassum sp. sangat tinggi mencapai 5.226 ton/tahun (Pemerintah Kabupaten Bima, 2011)
terutama di kecamatan Monta, petani memanen Sargassum sp. rata rata 300–400 ton/bulan
dan terakumulasi dalam jumlah besar sebagai sampah laut atau limbah yang mengganggu
transportasi laut. Selain itu, Sargassum sp. mempunyai umur panen yang relatif singkat 3-4
bulan dapat tumbuh menjadi hutan Sargassum sp., sistem budidayanya mudah (Saputra dkk,
2012), biaya murah dan jumlah produksi tidak terbatas (John et al., 2011).

Beberapa manfaat Sargassum sp. yang sudah dikembangkan yaitu sebagai sumber
alginat (Kadi, 2005), bahan industri makanan, obat anti kanker dan bahan pellet ikan (Sahat,
2013). Sargassum sp. telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam bidang industri
makanan, farmasi, kosmetika, pakan, pupuk, tekstil, kertas, dan lain sebagainya. Namun
masyarakat pesisir di kabupaten bima belum banyak yang mengetahui manfaat dari
Sargassum. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di pantai Wane kabupaten Bima,
masyarakat pesisir hanya mengumpulkan mengumpulkan dan mengeringkan Sargassum
kemudian dijual tanpa diolah terlebih dahulu.
B. Metode Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui metode observasi langsung ke
lapangan dan studi literatur serta melakukan wawancara terhadap beberapa masyarakat yang
sedang melakukan kegiatan pengambilan dan pengeringan Sarggassum di Kec. Monta Bima.

C. Pembahasan
1. Profil Sargassum sp. di Kabupaten Bima
Sargassum merupakan bagian dari kelompok rumput laut coklat (Phaeophyceae) dan
genus terbesar dari famili Sargassaceae. Sargassum sp tumbuh di perairan berarus yang jernih
pada kedalaman 0,5-10 m, mempunyai substrat dasar batu karang, karang mati, batuan
vulkanik dan benda-benda yang bersifat massive di dasar perairan (Davison, 2009).
Sargassum sp. tergolong dalam ordo Fucales berbentuk talus mempunyai tiga bagian utama
terdiri atas bagian yang menempel pada substrat disebut holdfast, bagian yang menyerupai
batang disebut stipe atau cauloid dan bagian yang menyerupai daun disebut filoid. Sargassum
sp. mempunyai gelembung udara atau vesikel sebagai penampung udara.
Ganggang coklat umumnya hidup di air laut, khusunya laut yang agak dingin dan
sedang. Bersifat autotrof fotosintesis, terjadi dihelaian yang mempunyai daum. Gula yang
dihasilkan ditransportasikan ketangkai yang menyerupai batang.
Klasifikasi Sargassum adalah sebagai berikut (Tjitrosoepomo, 2005):
Divisi : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum sp.
Gambar 1. Morfologi Sargassum sp.

Jenis Sargassum sp. yang berhasil diidentifikasi di pantai Rontu kabupaten Bima yaitu
Sargassum histryx J. Agardh, Sargassum cymosum C. Agardh, Sargassum oligocystum
Montagne, dan Sargassum sp.. Karakter Sargassum hystrix J. Agardh meliputi reseptakel
seperti telapak terbuka (palmated), Sargassum cymosum C. Agardh meliputi filoid dapat
berwarna abu abu pada saat kering, Sargassum oligocystum Montagne meliputi reseptakel
memadat (compressed) dan Sargassum sp.1 meliputi percabangan cauloid tertier berselang
seling, reseptakel yang berbentuk seperti jari, silinder, kasar dan panjang, vesikel mempunyai
sayap, ujung bawah runcing, terdapat bagian mirip ‘kuping’ di bagian atas (Mawardi 2015).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di pantai Wane kabupaten Bima terdapat
beberapa tahap dalam pemanfaatan sargassum, tahap yang pertama adalah pengambilan
sargassum. Proses pengambilan sargassum, proses ini biasanya dilakukan oleh masyarakat
pesisir di mulai dari pagi hari sampai dengan sore hari, proses ini biasanya dilakukan dengan
dua cara, yang pertama dengan menggunakan tangan secara langsung dan yang kedua dengan
menggunakan bantuan jaring, disamping itu proses ini dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
alam karena jika terjadi pasang air laut maka sebagian besar pekerja tidak berani
mengumpulkan rumput laut karena takut terbawa oleh arus pasang.
Gambar 2. Pengambilan Sargassum sp.

Selanjutnya tahap pengeringan. proses ini biasanya dilakukan setelah sargassum terkumpul
banyak. Proses pengeringan ini dilakukan selama setengah hari sampai rumput laut sargassum itu
kering, proses ini sangat bergantung pada situasi dan kondisi alam sebab kalau terjadi hujan maka
rumput laut akan menjadi basah kembali.

Gambar 3. Penjemuran dan Pengumpulan Sargassum sp.


Proses pengangkutan, proses ini dimulai dengan dikumpulkannya rumput laut kering
dari tenda penyimpanan, kemudian rumput laut tersebut dimasukkan kedalam karung besar
yang kemudian akan ditimbang, setelah ditimbang rumput laut sargassum akan di angkut
dengan truk yang akan dibawa ke tempat pengolahan dan akhirnya rumput laut tersebut akan
diolah menjadi makanan, minuman, pupuk, dan lain lain.
Gambar 4. Pengangkutan Sargassum sp. (dokumentasi pribadi)

2. Potensi Pemanfaatan Sargassum


Beberapa manfaat Sargassum sp. yang sudah dikembangkan yaitu sebagai sumber
alginat (Kadi, 2005), bahan industri makanan, obat anti kanker dan bahan pellet ikan (Sahat,
2013). Sargassum sp. telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam bidang industri
makanan, farmasi, kosmetika, pakan, pupuk, tekstil, kertas, dan lain sebagainya. Hasil
ekstraksi Sargassum sp. berupa alginat banyak digunakan industri makanan untuk
memperkuat tekstur atau stabilitas dari produk olahan, seperti es krim, sari buah, pastel isi,
dan kue. Sargassum sp. juga telah dimanfaatkan di bidang farmasi dan ternak
(Tjitrosoepomo, 2005; Poncomulyo et al., 2006).
Metabolit rumput laut terdiri atas metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit
primer rumput laut adalah senyawa polisakarida hidrokoloid seperti karagenan, agar dan
alginat. Senyawa hidrokoloid tersebut telah digunakan dalam berbagai industri, terutama
industri makanan, kosmetik dan obat-obatan (Chapman, 1970; Bhat et al., 2009). Metabolit
sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan oleh organisme sebagai proteksi terhadap
kondisi lingkungan yang ekstrim atau dari ancaman predator. Metabolit sekunder tidak
digunakan untuk pertumbuhan dan dibentuk dari metabolit primer pada kondisi stress
(Nofiani, 2008; Bhat et al., 2009). Metabolit sekunder biasanya dalam bentuk senyawa
bioaktif.
Metabolit sekunder rumput laut merupakan senyawa bioaktif yang terus dimanfaatkan
dan dikembangkan di berbagai bidang. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
penerapan metode ekstraksi dapat digunakan untuk mengisolasi metabolit sekunder dari
rumput laut. Hal ini mendorong meluasnya pemanfaatan metabolit sekunder rumput laut di
bidang farmasi, seperti antibakteri, antioksidan dan antikanker. Hasil penelitian Bachtiar
(2012) dapat disimpulkan bahwa ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) dapat menghambat bakteri
E. coli 107 sel/ml dan konsentrasi ekstrak Sargassum sp. yang dapat menghambat E. coli 107
sel/ml sesuai standar antibiotika adalah konsentrasi 80%, 90% dan 100% dengan diameter
hambat 13 mm (cukup peka), 15,7 mm dan 18,6 mm (sangat peka).
Pada umumnya, rumput laut mengandung senyawa fenol dan turunannya sebagai salah
satu cara proteksi terhadap lingkungan yang ekstrim (Meenakshi et al., 2009). Senyawa fenol
merupakan salah satu sumber antioksidan non-gizi (Winarsi, 2007). Rumput laut coklat
(Sargassum sp.) mempunyai aktivitas antioksidan, karena mampu menghambat peroksidasi
lemak dan aktivitas radikal bebas (Firdaus et al., 2009). S. myriocystum dan T. ornata dari
pantai selatan Tamil Nadu, India mengandung senyawa steroid, alkaloid, fenol, flavonoid,
saponin dan tanin (Jeyabalan and Marimuthu, 2012).

3. Pengaruh Sargassum sp. terhadap Kehidupan Masyarakat Pesisir

Dalam kehidupan masyarakat pesisir pantai Wane (salah satu pantai di kabupaten
Bima), pada dasarnya Sargassum dianggap oleh mereka sebagai sampah, namun seiring
dengan berkembangnya pemikiran masyarakat sekitar, Sargassum mulai dianggap sebagai
salah satu sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Karena mulai adanya orang yang
membutuhkan Sargassum untuk di olah menjadi makanan, pupuk, dan sebagainya. Selain itu
pemanfaatan Sargassum dapat membuat pantai menjadi lebih bersih karena biasanya
Sargassum terlihat seperti sampah yang berserakan sehingga membuat pantai terlihat kotor.

Setelah masyarakat pesisir pantai mengetahui potensi dari sargassum mereka mulai
menjadikan itu sebagai sumber mata pencarian karena mereka dapat memperoleh
penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Biasanya
Sargassum yang bisa mereka kumpulkan tiap harinya sekitar 60-70 kg dengan peralatan
seadanya, dengan harga Rp.2000/kg (yang telah dikeringan). Pengumpulan Sarggasum jika
diakumulasikan pada semua pantai yang menghasilkan Sargassum di kabupaten bima
terutama di kecamatan Monta, petani memanen Sargassum sp. rata rata 300–400 ton/bulan
tergantung dari situasi dan kondisinya tetapi apa yang mereka dapatkan tidak sebanding
dengan resiko yang akan mereka peroleh. Sehingga perlu adanya fasilitas yang memadai
yang dapat membantu masyarakat dan mengurangi resiko yang terjadi. Dari ditulisan ini
diharapkan adanya perhatian dari segi ekonomi oleh orang-orang yang mengolah rumput laut
bahwasannya harga rumput laut (alga coklat) murah yang kelihatannya mudah untuk diambil
,tetapi resikonya sangat tinggi dan tidak sebanding dengan pengorbanan pengumpul
Sargassum. Selain itu diperlukan adanya pelatihan dalam pengolahan rumput laut serta
sosialisasi segundang manfaat dari Sargassum sehingga dapat menambah wawasan
masyarakat. Dengan bertambahnya wawasan masayarakat tentang pentingnya Sargassum
maka masyarakat akan mengambil secara bijaksana serta menerapkan prinsip konservasi
dalam pemanfaatan rumput laut serta masyarakat dapat melakukan inovasi pengolahan
Sargassum sehingga lebih meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir pantai.

D. Simpulan dan saran


1. Simpulan
 Jenis Sargassum sp. yang berhasil diidentifikasi di pantai Rontu kabupaten Bima yaitu
Sargassum histryx J. Agardh, Sargassum cymosum C. Agardh, Sargassum oligocystum
Montagne, dan Sargassum sp.
 Potensi pemanfaatan rumput laut yaitu sumber alginate, bahan industri makanan, obat
anti kanker dan bahan pellet ikan, bioethanol, antibakteri, antioksidan, dll.
 Sargassum mulai dianggap sebagai salah satu sumber mata pencaharian masyarakat
sekitar. Karena adanya orang yang membutuhkan Sargassum untuk di olah menjadi
makanan, pupuk, dan sebagainya tetapi apa yang mereka dapatkan tidak sebanding
dengan resiko yang akan mereka peroleh. Selain itu diperlukan adanya pelatihan dalam
pengolahan rumput laut serta sosialisasi segundang manfaat dari Sargassum sehingga
dapat menambah wawasan masyarakat.
2. Saran
 Sebaiknya Sargassum sp. dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin karena memiliki
banyak manfaat disemua bidang kehidupan.
 Adanya perhatian dari segi ekonomi oleh orang-orang yang mengolah rumput laut
bahwasannya harga rumput laut (alga coklat) murah yang kelihatannya mudah untuk
diambil ,tetapi resikonya sangat tinggi dan tidak sebanding dengan pengorbanan
pengumpul Sargassum.

E. Daftar Pustaka
Bachtiar, S.Y., et.al. 2012. Pengaruh ekstrak alga coklat (Sargassum sp) terhadap
pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Journal of Marine and Coastal Science, 1(1), 53
– 60, Surabaya: Universitas Erlangga
Chan, S.W., et.al. 2013. Homogeneous Population of the Brown Alga Sargassum
polycystum in Southeast Asia: Possible Role of Recent Expansion and Asexual
Propagation. PLoS ONE 8 (10): e77662. doi: 10.1371 journal.pone.0077662.
Chapman, V. J. 1970. Seaweed and Their Uses. Methuen and Co. Ltd. London. Inggris.
Jeyabalan, J. and J. Marimuthu. 2012. Preliminary Phytochemical Analysis of Sargassum
myriocystum J. Ag. and Turbinaria ornata (Turner) J. Ag. from The Southern Coast of
Tamil Nadu, India. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, :1-4.
John, R. P., et.al. 2011. Micro and Macroalgal Biomass: A Renewable Source for
Bioethanol. Bioresource Technology 102:186-193
Kadi Achmad, 2005. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum Diperairan
Indonesia. Oseana, Volume XXX, Nomor 4 : 19 – 29
Mattio, L., et.al. 2009, New Insights On The Classification Of The Sargassum Subgenus
Sargassum (Phaeophyceae, Fucales) From A Three-Dna Markers Phylogeny And
Morphological Analyses, Jour
Mawardi, A. 2015. Keanekaragaman Sargassum sp. di Pantai Rontu Kabupaten Bima NTB
dan Potensinya Sebagai Substrat Pembuatan Etanol. Jogjakarta: UGM.
Meenakshi, S. et.al. 2009. Total Flavonoid and In Vitro Antioxidant Activity of Two
Seaweed of Rameshwaram Coast. Global Journal of Pharmacology, 3 (2) : 59-62.
Nofiani, R. 2008. Urgensi dan Mekanisme Biosisntesis Metabolit Sekunder Mikroba Laut.
Jurnal Natur Indonesia, 10 (2) : 120-125
Pemerintah Kabupaten Bima, 2018. Sumber Daya Alam.http://bimakab.go.id/pages-
sumber-daya-alam.
Poncomulyo, T., dkk. 2006. Budi Daya dan Pengolahan Rumput Laut. PT. AgroMedia
Pustaka, Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Winarsi, H, 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai