Anda di halaman 1dari 20

BAB V

TUGAS KHUSUS

5.1 Perencanaan Konstruksi

Susunan lapisan perkerasan jalan beton terdiri dari dua lapis, yaitu lapis

beton dan lapis pondasi bawahnya. Lapis beton tersebut dikerjakan secara per

segmen dengan diberi sekat untuk mengantisipasi resiko kerusakan akibat faktor

kembang susut (shrinkage). Lapis beton tersebut berada di atas lapis pondasi yang

bisa berupa material berbutir dengan tebal 23 cm atau campuran beton kurus (lean

concrete) dengan tebal minimal 10 cm.

Konstruksi jalan beton dengan system sambungan dowel , siar dilatasi, dan

tulangan membuat jalan beton lebih kuat dan nyaman jika dilalui, karena beban

yang timbul dari beban kendaraan dapat disalurkan dengan merata ke semua

bagian segmen jalan beton dengan jarak antar segmen yang lebih panjang.

Sebelum memasuki tahapan perencanaan tulangan harus melewati

beberapa tahapan yang harus terlebih dahulu untuk diperhitungkan, adapun

lanngkah-langkahnya, sbb :

1. Penentuan lalu lintas harian rata-rata (LHR)

Lalu lintas harian rata-rata (LHR) secara kasar dapat diperoleh dengan

survey lalu lintas selama 4 jam, kemudian kendaraan yang diperoleh

119
120

dirata-rata tiap jam. Lhr digunakan sebagai volume jam perencanaan,

yaitu volume yang digunakan untuk perencanaan teknik jalan.

Perhitungannya sebagai berikut :

VJP = K x LHR, atau

LHR =

Dimana :

VJP = Volume jalan perencanaan, yaitu jumlah lalu lintas yan

direncanakan akan melintasi suatu penampang jalan

selama 1 jam perencanaan.

K = Faktor VJP yang dipengaruhi oleh pemilihan jam sibuk

keberapa, serta jenis jalan antar kota (bernilai 10 – 15%)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan

a. Lalu Lintas

Variabel-variabel lalu lintas yang berpengaruh adalah :

(1) Volume lalu lintas.

(2) Konfigurasi sumbu dan roda.

(3) Beban sumbu.

(4) Ukuran dan tekanan ban.

(5) Pertumbuhan lalu lintas.

(6) Jumlah jalur dana rah lalu lintas.


121

b. Umur Rencana

Umur rencana perkerasan jalan ditentukan berdasarkan

pertimbangan peranan jalan, pola lalu lintas dan nilai ekonomi

jalan.

c. Kapasitas Jalan

Kapasitas maksimum jalan yang direncanakan harus dipandang

sebagai pembatasan

d. Tanah Dasar

Dalam merencanakan tebal pelat beton perkerasan kaku,

keseragaman daya dukung tanah sangat penting. Pengujian daya

dukung nilai tanah (nilai K) untuk jalan beton sebaiknya berupa uji

plate bearing degan modulus reaksi tanah dasar (k) minimum 2

kg/cm2

3. Besaran-besaran Rencanaan

a. Umur Rencana

Perkerasan kaku bisa direncanakan dengan umur rencana 20-40

tahun

b. Lalu Lintas Rencana

(1) Lalu lintas harus dianalisa berdasarkan atau hasil perhitungan

volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu berdasarkan data

terakhir
122

(2) Untuk keperluan perkerasan kaku, hanya kendaraan niaga yang

mempunyai berat total minimum 5 ton yang ditinjau dengan

kemungkinan 3 konfigurasi sumbu sebagai berikut :

(a) Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT), misalnya : mobil

penumpang

(b) Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG) , misalnya : bus

(c) Sumbu Tandem Roda Ganda (STdRg), misalny : truk 3 as

dan truk gandeng

4. Langkah-langkah Penentuan Tebal Pelat Beton

a. Menghitung JKNH (Jumlah Kendaraan Niaga Harian) pada tahun

pembukaan.

b. Menghitung JKN (Jumlah Kendaraan Niaga) selama umur rencana.

JKN = 365 x JKNH x R

R = Faktor pertumbuhan

= (1 + i) UR – 1

Dimana :

i = Faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan dalam persen (%)

n = Umur rencana
123

c. Menghitung JSKNH (Jumlah sumbu kendaraan niaga harian),

kemudian menghitung JSKN (Jumlah sumbu kendaraan niaga)

selama umur rencana.

JSKN = 365 x JSKNH x R

d. Menghitung persentase masing – masing beban sumbu dan jumlah

repetisi yang akan terjadi selama umur rencana.

Persentase beban sumbu =

Repetisi yang akan terjadi = JKN x % persentase jumlah

sumbu x koef. distribusi jalur

Tabel 5.1 Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan koefisien


distribusi kendaraan niaga pada lajur rencana
Lebar perkerasan (Lp) Jumlah lajur (nl) Koefisien
distribusi
1 Arah 2 Arah
Lp < 5,50 m 1 lajur 1 1
5,50 m ≤ Lp < 8,25 m 2 lajur 0,70 0,50
8,25 m ≤ Lp < 11,25 m 3 lajur 0,50 0,475
11,23 m ≤ Lp < 15,00 m 4 lajur - 0,45
15,00 m ≤ Lp < 18,75 m 5 lajur - 0,425
18,75 m ≤ Lp < 22,00 m 6 lajur - 0,40
Sumber : Pd T-14-2003

e. Besarnya beban sumbu rencana dihitung dengan cara menngalikan

beban sumbu yang ditinjau dengan Faktor Keamanan Beban (FK)

yang ditunjukan dalam Tabel 5.2


124

Tabel 5.2 Faktor Keamanan Beban

Peranan Jalan FKB (Faktor Keamanan Beban)

Jalan Tol 1,2


Jalan Arteri 1.1
Jalan Kolektor 1
Jalan Lokal -

Sumber : Sumber Pd T-14-2003

Tabel 5.3 Koefisien Gesekan Antara Pelat Beton Semen


Dengan Lapisan Pondasi Di Bawahnya
Faktor Gesekan
Jenis Pondasi
(F)
Burtu, Lapen dan Konstruksi Sejenis 2,2
Beton, Lataston 1,8
Stabilisasi Kapur 1,8
Stabilisasi Semen 1,8
Koral Sungai 1,5
Batu Pecah 1,5
Sirtu 1,2
Tanah 0,9

f. Dengan besaran – besaran beban sumbu, k dan tebal pelat yang

sudah diketahui (ditaksir), besarnya tegangan yang terjadi.

g. Menghitung perbandingan antara tegangan yang terjadi dengan

MR

h. Berdasarkan perbandingan tegangan tersebut, kemudian dari tabel

6.3 dapat diketahui jumlah pengulangan repetisi yang diizinkan.

i. Persentase lelah (fatigue) untuk setiap konfigurasi beban sumbu

dapat dihitung dengan cara =


125

j. Total fatigue dihitung dengan cara menjumlahkan besarnya

persentase fatigue dari konfigurasi beban sumbu.

k. Langkah-langkah yang sama diulang untuk tebal pelat beton

lainnya yang dipilih/ditaksir.

l. Tebal pelat beton yang dipilih/ditaksir dinyatakan sudah

benar/cocok apabila total fatigue yang didapat besarnya lebih kecil

atau sama dengan 100% .

Tabel 5.4 Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton

Tebal CBR Eff Faktor Erosi


Tegangan Setara
Slab Tanah Tanpa Ruji Dengan Ruji/Beton Bertulang
(mm) Dasar(%) STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG STRT STRG STdRG STrRG
230 5 0,88 1,49 1,35 1,03 2,28 2,88 3,1 3,14 2,05 2,65 2,82 2,98
230 10 0,84 1,41 1,24 0,94 2,26 2,86 3,05 3,09 2,04 2,64 2,79 2,92
230 15 0,82 1,38 1,19 0,89 2,25 2,85 3,02 3,06 2,03 2,64 2,77 2,89
230 20 0,81 1,34 1,16 0,87 2,24 2,84 3 3,05 2,03 2,63 2,76 2,88
230 25 0,8 1,31 1,12 0,84 2,23 2,83 2,98 3,03 2,03 2,63 2,75 2,86
230 35 0,77 1,25 1,05 0,78 2,21 2,81 2,94 2,99 2,02 2,62 2,73 2,82
230 50 0,74 1,19 0,99 0,74 2,2 2,8 2,91 2,95 2,01 2,61 2,7 2,76
230 75 0,71 1,12 0,91 0,7 2,19 2,79 2,86 2,91 2 2,6 2,68 2,74
Sumber : Pd T-14-2003

Keterangan :

1. STRT = Sumbu Tunggal Roda Tunggal

2. STRG = Sumbu Tunggal Roda Ganda

3. STdRG = Sumbu Tandem Roda Ganda

4. STrRG = Sumbu Triple Roda Ganda


126

Gambar 5.1 Analisis fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio tegangan,

dengan/tanpa bahu beton

Sumber : Pd T-14-2003
127

Gambar 5.2 Analisis erosi dan jumlah repetisi beban ijin, berdasarkan faktor erosi,

tanpa bahu beton

Sumber : Pd T-14-2003
128

5. Data Teknis

Tabel 5.5 Nama dan Lokasi Proyek Pekerjaan

NO NAMA PROYEK LOKASI PANJANG (M)


RUAS JALAN
STA 2+100 s.d
1 PONTANG - 3400
6+500
KRONJO MAUK

a. Analisis lalu lintas

Data teknis pembanngunan Ruas Jalan Pontang – Kronjo Mauk yang

akan direncanakan adalah sebagai berikut :

1. Umur Rencana (UR) = 20 tahun

2. Laju pertumbuhan Lalu lintas = 5 % per tahun

3. Koefisien Distribusi Kendaraan

Jumlah lajur setiap arah = 2 lajur

Lebar tiap lajur = 3,5 meter

4. CBR tanah dasar = 2,5 %

5. Direncanakan Kuat Lentur (fcf) = 4,0 Mpa

(f’c = 400kg/cm2, silinder)

6. Bahan pondasi bawah direncanakan base B (granular material)

7. Koefisien gesek antara pelat beton

dengan pondasi (μ) = 1,3

8. Koefisien distribusi arah = 0,5

9. Ruji (dowel) = Ya

10. Mutu baja tulangan, direncanakan:


129

- BJTU 39 (fy : tegangan leleh = 3900 kg/cm2)

- BJTU 40 (f y : tegangan leleh = 2400 kg/cm2)

11. Bahu jalan tidak direncanakan beton.

12. Data lalu lintas harian rata – rata :

- Mobil penumpang = 1158

- Bus = 350

- Truk 2 as kecil = 669

- Truk 2 as besar = 400

- Truk 3 as = 134

- Truk gandeng = 15

- Pertumbuhan lalu lintas = 5%

- Umur rencana = 20 tahun

Tabel 5.6 Perhitungan Jumlah Sumbu Berdasarkan Jenis dan Bebannya


Konfigurasi beban Jml.
sumbu (ton) Jml. Sumbu Jml. STRT STRG STdRG
Jenis Kendaraan Kend Per Sumbu
BS JS BS JS BS JS
RD RB RGD RGB (bh) Knd (bh)
(ton) (bh) (ton) (bh) (ton) (bh)
(bh)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
MP 1 1 - - 1158 - - - - - - - -
Bus 3 5 - - 350 2 700 3 350 5 350 - -
2 4 - - 669 2 1338
2 669 - - - -
Truck 2 as Kecil
4 669 - - - -
Truck 2 as Bsr 5 8 - - 400 2 800 5 400 8 400 - -
Truck 3 as Td 6 14 - - 134 2 268 6 134 - - 14 134
Truk Gandng 6 14 5 5 15 4 60 6 15 - - 14 15
5 15 - - - -
5 15 - - - -
Total 3166 2267 750 149
130

Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun)

JSKN = 365 x 3166 x R

R = (1 + i) UR - 1
i
= (1 + 0,05) 20 – 1

0,05

= 33,06

JSKN = 365 x 3166 x 33,06

= 3,83 x 107

JSKN rencana = 0,5 x 3,83 x 107

= 1,92 x 107

b. Perhitungan repetisi sumbu yang terjadi

Proporsi sumbu =

Proporsi beban =
131

Tabel 5.7 Perhitungan Repetisi Sumbu Rencana

Beban Lalu-
Jenis Jumlah Proporsi Proporsi Repetisi yang
sumbu lintas
sumbu sumbu beban sumbu terjadi
(ton) rencana

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(4)x(5)x(6)


STRT 6 134 0,06 0,70 1,92 x 107 0,81 x 106

5 400 0,18 0,70 1,92 x 107 2,42 x 106

4 669 0,30 0,70 1,92 x 107 4,03 x 106


3 350 0,16 0,70 1,92 x 107 2,42 x 106
2 669 0,30 0,70 1,92 x 107 4,03 x 106
Total 2222 1
STRG 8 400 0,54 0,24 1,92 x 107 2,49 x 106
5 350 0,47 0,24 1,92 x 107 2,17 x 106
Total 750 1,01
STdRG 14 278 1 0,08 1,92 x 107 1,54 x 106
Total 278 1
Komulatif 19,46 x 106
Sumber : Pd T-14-2003

c. Perhitungan repetisi sumbu yang terjadi

- Sumer data beban = Hasil survei

- Jenis perkerasan = BBTT Ruji

- Jenis bahu = Tidak ada

- Umur rencana = 20 tahun

- JSK = 1,92 x 107

- Faktor keamanan beban =1,0

- Kuat Tarik lentur beton (f’cf) = 4,0 Mpa

- Jenis dan tebal lapis pondasi = Stabilisasi semen 10 cm

- CBR efektif = 35 %
132

- Tebal taksiran plat beton = 23 cm

Tabel 5.8 Analisa Fatik dan Erosi


Beban Beban Analisa Fatik Analisa Erosi
Repetisi Faktor
Jenis Sumbu Rencana Repetisi Repetisi
yang Tegangan Persen Rusak Persen Rusak
Sumbu ton Per roda ijin ijin
terjadi dan Erosi
(kN) (kN) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)=(4) (8) (9)=(4)
*100/(6) *100/(8)
STRT 6 (60) 33 0,81 x 106 TE = 0,77 TT 0 TT 0
6
5 (50) 27.5 2,42 x 10 FRT = 0,19 TT 0 TT 0
6
4 (40) 22,0 4,03 x 10 TE = 2,02 TT 0 TT 0
6
3 (30) 16.5 2,15 x 10 TT 0 TT 0
2 (20) 11,0 4,03 x 106 TT 0 TT 0
STRG 10 x
8 (80) 22,00 2,49 x 106 FE = 1,25 7 x 106 35,6 24,9
106
5 (50) 13,75 2,17 x 106 FRT = 0,30 TT 0 TT 0
FE = 2,62
STdRG 14 TT 0 TT 0
19.25 1,54 x 106 TE =1,05
(140)
FRT = 0,26
FE =2,73
Total 35%<100% 24,9%<100%
Sumber : Pd T-14-2003

Karena % rusak fatik (telah) lebih kecil (mendekati) 100 maka tebal pelat dia

ambil 23 cm
133

5.2 Perencanaan Tulangan (dari analisa tebal pelat Bina Marga Pd T 14-

2003)

5.2.1 Sambungan memanjang dengan batang pengikat (tie bars)

Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan

terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 – 4

m. Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu

minimum BJTU-24 dan berdiameter 16 mm. Ukuran batang pengikat

dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

l = (38,3 x φ) + 75

At = 204 x b x h

Dimana :

At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm2).

b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan

tepi perkerasan (m).

h = Tebal pelat (m).

l = Panjang batang pengikat (mm).

= Diameter batang pengikat yang dipilih (mm).


134

5.2.2 Sambungan Susut Melintang

Tabel 5.9 Diameter Ruji

Diameter Ruji
NO Tebal Pelat Beton, h (mm)
(mm)
1 125 < h < 140 20
2 140 < h < 160 24
3 160 < h < 190 28
4 190 < h < 220 33
5 220 < h < 250 36
Sumber : Jalan Raya 2 (2003)

5.2.3 Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan

a. Tebal pelat (h) = 23 cm

b. Lebar Pelat = 2 x 3,5 m = 7 m

c. Panjang Pelat (L) = 15 m

d. Koefisien Gesek Antara Pelat

Beton Dengan Pondasi Bawah ( ) = 1,5

e. Kuat Tarik ijin (fs) = 240 Mpa

f. Berat isi beton (M) = 2400 kg/cm2

g. Gravitasi = 9,81 m/s2

1. Tulangan melintang

2
/m1
135

Asmin = 0,1% x 230 x 1000 = 230 mm2/m' > Asperlu

Maka digunakan tulangan Ø6 – 150 (As = 262,7mm²)

(dapat menggunakan wire mash ukuran 5,4 x 2,1 m2)

5400

2100
Gambar 5.3 Ukuran Wire Mesh

2. Tulangan Memanjang

2
/m1

Asmin = 0,1% x 230 x 1000 = 230 mm2/m' > Asperlu

Maka digunakan tulangan Ø6 – 150 (As = 262,7mm²)

(dapat menggunakan wire mash ukuran 5,4 x 2,1 m2)

3. Penentuan Dowel

Dari hasil perhitungan diatas, dengan tebal pelat 23 cm diperoleh :

- Diameter ( = 33 mm

- Panjang = 45 cm

- Jarak antar dowel =30 cm


136

4. Penentuan Tie Bar

Dari hasil perhitungan diatas, dengan tebal pelat 23 cm diperoleh :

- Diameter ( = 16 mm

- Panjang = 600 mm

- Jarak antar batang = 60 cm

5.3 Perhitungan Kebutuhan Beton

1. Per satu segmen

Volume beton = Panjang plat x Lebar plat x Tinggi/ketebalan plat

= 5 m x 3,5 m x 0,23 m

= 4,03 m3 4,5 m3

Jadi kebutuhan beton persatu segmen adalah 4,5 m3 dan dibutuhkan 1

truk mixer dengan kapasitas 4,5 m3

2. Per STA

Volume beton = Panjang plat x Lebar plat x Tinggi/ketebalan plat

= 3400 m x 7 m x 0,23 m

= 5474 m3

Jadi kebutuhan beton per STA adalah m3

Safety factor = 2,5% x 5474 m3

= 137 m3 (sebagai factor koreksi di lapangan ketika

terjadi kejadian yang tidak terduga di lapangan

seperti tumpah, kebocoran bekisting dan lain-lain)


137

Jadi, total volume beton yang dibutuhkan adalah :

Volume Beton Per STA + Safety Factor = 5474 m3 + 137 m3

= 5611 m3

Volume beton 1 Truck Mixer yang mengangkut beton di lapangan

berukuran 7 m3, maka total Truck Mixer yang harus dipesan adalah 5611

m3 : 7 m3 = 801 truck mixer.

3. Perhitungan Kebutuhan Beton Siap Pakai (Ready Mix)

a. Kebutuhan Ready Mix untuk pekerjaan beton kurus (Lean Concrete)

Volume plat lantai = 15 m x 3,5 m x 0,1 m = 5,25 m3

Safety factor = 2,5% x 5,25 m3 = 0,13 m3

Lc = Panjang Jalan x Kebutuhan Beton Per Lantai

Panjang Per Plat Lantai

Lc = 3400 x 6 m3 = 1360 m3

15

Beton yang digunakan untuk Beton Kurus (Lean Concrete) K-125

Jadi, biaya yang dibutuhkan untuk ready mix :

Harga ready mix K-125 x Kebutuhan beton per plat lantai

= Rp 775.000,00 x 1360 m3 = Rp 1.054.000.000,00


138

b. Kebutuhan Ready Mix untuk peekerasan kaku (Rigid Pavement)

Volume plat lantai = 15 m x 3,5 m x 0,23 m = 12,1 m3

Safety factor = 2,5% x 12,1 m3 = 0,31 m3

Fs = Panjang Jalan x Kebutuhan Beton Per Lantai

Panjang Per Plat Lantai

Fs = 3400 x 12 m3 = 2720 m3

15

Beton yang digunakan untuk perkerasan kaku FS K-400 Jadi, biaya

yang dibutuhkan untuk ready mix :

Harga ready mix K-400 x Kebutuhan beton per plat lantai

= Rp 1.150.000,00 x 2720 m3 = Rp 3.128.000.000,00

 Harga satuan dari harga satuan barang di BAB 2

Anda mungkin juga menyukai