Anda di halaman 1dari 26

METODE PELAKSANAAN

Pekerjaan : Peningkatan Jalan Betonisasi Jalan kubangkampil-


patia
Waktu Pelaksanaan : 120 (Seratus Dua Puluh) Hari Kalender
Tahun : 2019

Dalam melaksanakan Pekerjaan tersebut diatas diperlukan Metoda Pelaksanaan


yaitu cara pelaksanaan suatu pekerjaan agar selesai dengan baik dan waktu yang
tepat sesuai dengan rencana kerja ( Bestek ).

I. PENDAHULUAN
a. Umum
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab. Pandeglang pada Tahun
Anggaran 2019 akan melaksanakan pekerjaan Peningkatan Jalan Betonisasi Jalan
kubangkampil-patia yang berlokasi di Kabupaten Pandeglang. Waktu Pelaksanaan
pekerjaan adalah 120 (Seratus Dua Puluh) Hari Kalender.

b. Pekerjaan Persiapan
Lingkup Pekerjaan persiapan Peningkatan Jalan Betonisasi Jalan kubangkampil-patia
mencakup hal-hal berikut.
1. Pembuatan Job Mix Design
Sebelum pekerjaan utama dilaksakan terlebih dahulu dilaksakan pengambilan
sampel bahan dari quary yang berada di lokasi setempat atau yang berdekatan
dengan lokasi tersebut, diantanya: batu, pasir dan bahan Timbunan Pilihan
selanjutnya dibawa ke laboratorium job Mix Formula/Job Mix Design yang akan
dipakai sebagai acuan kerja dalam pelaksanaan proyek.
2. Kantor Lapangan, Gudang, Base Camp, Kantor Direksi dan Fasilitasnya
Tahap berikutnya penentuan lokasi Kantor Lapangan, Gudang, Base Camp,
Kantor Direksi dan Fasilitasnya dilokasi proyek dan kemudian dilanjutkan dengan
mobilisasi peralatan yang diperlukan sesuai dengan tahapan pelaksaan
pekerjaan.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan
dimana peralatan tersebut akan digunakan.
Mobilisasi personil dan peralatan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan Lapangan namun ketentuan ini hanya berlaku untuk pentahapan
mobilisasi peralatan utama dan personel terkaitnya dan harus sudah diatur
jadwalnya terlebih dahulu saat tahap pengadaan jasa pemborongannya.
Mobilisasi personil dan peralatan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan Lapangan namun ketentuan ini hanya berlaku untuk pentahapan
mobilisasi peralatan utamamdan personel terkaitnya dan harus sudah diatur
jadwalnya terlebih dahulu saat tahap pengadaan jasa pemborongannya.
Setiap tahapan Mobilisasi Peralatan Utama harus terlebih dulu diajukan
permohonan mobilisasinya kepada Direksi pekerjaan paling sedikit 30 hari
sebelum tanggal rencana awal mobilisasi setiap peralatan utama tersebut.
Direksi pekerjaan perlu melakukan monitoring/harian atas rencana mobilisasi
hingga terlaksananya mobilisasi peralatan utama beserta personil operator terkait
dengan lengkap dan baik.
4. Pengadaan Air kerja dan Listrik Kerja
Kontraktor akan menyediakan listrik dan air kerja sebagai sarana utama
pekerjaan dengan berkoordinasi langsung kepada pengelola selama masa
pelaksanaan pekerjaan sampai dengan selesai. Dan sebagai listrik disediakan
genset sebagai kebutuhan.

5. Papan Nama Kegiatan


Membuat dan memasang serta memelihara papan nama kegiatan,
pemasangan papan nama kegiatan harus dilakukan setelah diterbitkannya surat
keputusan pemenang pelelangan. Jumlah papan nama proyek 2 buah dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Ukuran Papan Kegiatan
 Tiang penyangga dan penyokong dibuat dari bahan besi.

Sebagai identitas untuk umum, dengan dipasangnya papan nama proyek


khalayak umum akan mengetahui aktivitas proyek dan jauh dari
kecurigaan.papan nama dipasang dipancang dengan kokoh ke tanah dengan
pondasi beton sehingga tidak mudah roboh.
papan nama proyek dibuat berdasarkan spesikasi teknis atau menurut petunjuk
dari direksi. isi dari papan nama proyek adalah nama pekerjaan, lokasi pekerjaan,
tahun anggaran, waktu pelaksanaan, sumber dana dan durasi pelaksana. Papan
nama kegiatan dipasang dan ditempatkan pada area lokasi yang telahdi
sepakati sebelumnya.
6. Pelaporan dan Dokumentasi
Merupakan kegiatan administrative dari pekerjaan fisik Peningkatan Jalan
Betonisasi Jalan kubangkampil-patia. Penyedia akan membuat laporan harian
dengan bentuk/format laporan sesuai petunjuk direksi/pengawas lapangan.
Penyampaian laporan umumnya adalah per minggu yang kemudian
dikomulatifkan menjadi laporan per satu bulan.
Didalam laporan tersebut juga disertakan photo/dokumentasi pelaksanaan
pekerjaan.

7. Manajemen Mutu
Untuk memantau dan menjamin mutu bahan dan hasil pekerjaan konstruksi,
maka pemeriksaan / pengujian akan dilakukan di laboratorium Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kab. Pandeglang.
Peralatan laboratorium yang akan dipersiapkan dan digunakan untuk
pemeriksaan kualitas bahan dasar dan hasil pekerjaan, adalah tidak hanya
terbatas pada :

a. Pemeriksaan Uji Tanah :


 Atterberg limit
 Berat jenis
 Uji proctor
 Uji CBR laboratorium
 Sandcone
b. Pemeriksaan Uji Beton :
 Uji slump test
 Cube / cylender moulds
 Speedy moisture tester
 Uji tekan beton (compressive strength test)
 Dan perlengkapan uji beton lainnya

Pengendalian mutu bahan dan hasil pekerjaan akan dilakukan dengan


menunjuk pada beberapa referensi sebagai berikut :
a. Spesifikasi Teknis Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum, Edisi Tahun
2010(Revisi 3)
b. AASHTO Specifications for Highway Materials and Methods of Sampling and
Testing
c. Japanese Industrial Standard (JIS) bila diperlukan
d. Prosedur pengendalian mutu dalam Sistem Manajemen Mutu PT. Seneca
Indonesia sesuai ISO 9000 – 2000

Untuk pengendalian mutu Beton, khususnya yang berkaitan dengan


pengendalian slump test, maka dilakukan hal – hal di bawah ini antara lain :
a. Mengadakan pemeriksaan jalur / rute perjalanan Truck Mixer dari base
camp ke lokasi pekerjaan secara rutin agar kendala – kendala
diperjalanan dapat diinformasikan untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti.

Untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan terjadinya perubahan cuaca,


khususnya curah hujan di lokasi pekerjaan, maka akan dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Mempelajari data curah hujan yang pernah terjadi di lokasi pekerjaan pada
periode mobilisasi saat akan dilakukan review terhadap kuantitas pekerjaan
dan skedul pelaksanaan pekerjaan hasil rekayasa lapangan.
b. Melakukan pencatatan curah hujan dan kondisi cuaca harian di lokasi base
camp dan dilokasi pekerjaan.
c. Melakukan komunikasi yang rutin antara lokasi base camp dan lokasi
pekerjaan agar selalu dapat dipantau kondisi cuaca agar dapat diputuskan
oleh base camp waktu yang terbaik didalam mengirimkan bahan/material
kelokasi pekerjaan
8. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
Dalam melaksanakan pekerjaan Jalan setiap tahapan pekerjaan yang akan
dilaksanakan mulai dari awal. Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan akhir
kegiatan di lapangan diusahakan tidak mengganggu arus lalu lintas. Aktifitas arus
lalu lintas yang terhambat akibat adanya kegiatan proyek akan merugikan
pengguna jalan raya. Agar dalam pelaksanaan pekerjaan tidak terjadi kerugian
dipihak pengguna jalan, maka manajemen lalu lintas dapat dilaksanakan dengan
cara sebagai berikut :
 Menyiapkan perlengkapan keselamatan jalan selama periode kontruksi sesuai
ketentuan.
 Membuat rencana kerja manajemen lalu lintas sesuai schedule pekerjaan dan
koordinasikan dengan seluruh personil yang terkait.
 Mengatur secara tepat jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan di
lapangan.
 Memasang rambu-rambu di sekitar lokasi pekerjaan, dan menempatkannya
secara tepat dan benar.
 Menempatkan petugas pengatur lalu lintas untuk mengatur dan
mengarahkan arus lalu lintas.
 Peralatan Keselamatan Lalu Lintas
 Rambu penghalang lalu lintas jenis plastik
 Rambu peringatan
 Peralatan komunikasi dan lainnya
Tenaga yang terdiri dari:
 Pekerja
 Koordinator
Pada saat pekerjaan, rambu-rambu diletakkan sepanjang daerah galian,
tujuannya agar lalu lintas tidak masuk atau terperosok ke dalam daerah galian.
Rambu-rambu yang dipasang haruslah mempunyai cat dengan pantulan
cahaya, guna menghindari kecelakaan di malam hari.
c. Acuan Kerja
Dalam melaksanakan pelaksanaan kontruksi Jalan / Jembatan, Kontraktor wajib
mengacu kepada Nomra, Standar, Pedoman atau peraturan baku lainnya yang
meliputi :
1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, kementrian pekerjaan Umum,
Edisi 2010 revisi 3
2. Spesifikasi Umum tahun 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan

d. Waktu Pelaksanaan
e. Waktu pelaksanaan pekerjaan yang diberikan selama 120 (Seratus Dua Puluh)
Hari Kalender.

Hari efektif kerja dengan mempertimbangkan musim hujan/kemarau, hari-hari raya


keagamaan, dan hari libur nasional akan dicantumkan dalam laporan.

II. PELAKSANAAN PEKERJAAN


a. Pada awal pelaksanaan dipersiapkan sarana dan prasarana sebagai berikut :
1. Pembuatan Job Mix Design
Sebelum pekerjaan utama dilaksakan terlebih dahulu dilaksakan
pengambilan sampel bahan dari quary yang berada di lokasi setempat atau
yang berdekatan dengan lokasi tersebut, diantanya: batu, pasir dan bahan
Timbunan Pilihan selanjutnya dibawa ke laboratorium job Mix Formula/Job Mix
Design yang akan dipakai sebagai acuan kerja dalam pelaksanaan proyek.
2. Kantor Lapangan, Gudang, Base Camp, Kantor Direksi dan Fasilitasnya
Tahap berikutnya penentuan lokasi Kantor Lapangan, Gudang, Base Camp,
Kantor Direksi dan Fasilitasnya dilokasi proyek dan kemudian dilanjutkan
dengan mobilisasi peralatan yang diperlukan sesuai dengan tahapan
pelaksaan pekerjaan.
3. Penyiapan Peralatan Kerja
Untuk melaksanakan dan penyelesaian pekerjaan Peningkatan Jalan
Betonisasi Jalan kubangkampil-patia secara bertahap peralatan-peralatan
yang dibutuhkan sebagai berikut:

NO PERALATAN KAPASITAS JUMLAH


1 Dump Truck 3.5 Ton 2,00
2 Excavator 80-140 HP 1,00
3 Generator Set 10 Kva 1,00
4 Tamper 121 Kg 1,00
5 Three Wheel Roller 6-8 T 1,00
6 Concrete Vibrator - 1,00

4. Perijinan-perijinan
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, maka sejak dikeluarkannya SPMK
akan segera mengurus perijinan-perijinan antara lain;
- Perijinan pengelolaan jalan untuk matrial dan
- Perijinan-perijinan lain yang dibutuhkan

b. Lingkup Pekerjaan

I. Umum
II. Pekerjaan tanah
III. Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
IV. Perkerasan Berbutir
V. Struktur

1. Uraian Umum
Hal-hal yang direncanakan secara garis besar adalah membagi pekerjaan
dalam hal waktu dan hubungan, ketergantungan antara pekerjaan yang satu
dengan yang lain. Dalam perencanaan ini sudah diketahui material-material
apa yang harus dipasang pada waktu tertentu, material harus tiba di
lapangan, peralatan yang dipakai dan tenaga ahli yang akan ditempatkan
pada pekerjaan tersebut.
Untuk hal tersebut maksimum dibuatkan :
 Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
 Jadwal waktu pengadaan barang
 Jadwal waktu pengadaan peralatan
 Jadwal waktu pengadaan tenaga kerja/tenaga ahli

Peralatan,Barang matrial dan Tenaga kerja yang diperlukan dikirim secara


bertahap sesuai jadwal. Peralatan dan Barang matrial tersebut disimpan di
dalam gudang / los kerja dan siap dioperasikan
Sebelum pelaksanaan dimulai, maka terlebih dahulu dilakukan pengukuran-
pengukuran di lapangan secara detail. Bersama-sama dengan Direksi Setelah
itu dibuatkan gambar kerja berdasarkan gambar dan spesifikasi dari konsultan.
Dalam proses pengukuran, pembuatan gambar kerja dan cara kerja
diperlukan konsultasi dan koordinasi dengan konsultan atau pengawas
sehingga menghasilakan gambar kerja dan cara kerja yang tepat sasaran.

Hal-hal yang tercakup dalam Persiapan Pelaksanaan meliputi :


 Material/bahan yang akan dipasang
 Waktu kedatangan dan pemasangan material
 Peralatan yang diperlukan
 Jumlah tenaga kerja
 Tenaga ahli yang diperlukan
 Waktu yang direncanakan untuk setiap item pekerjaan
 Mengurus semua perijinan, baik ijin lokasi, maupun dengan Perusahaan
terkait.

c. Pekerjaan Fisik Lapangan


Pada prinsipnya pelaksanaan pekerjaan dilapangan akan mengikuti tahapan-
tahapan atau urutan-urutan yang sesuai dengan peraturan konstruksi yang
berlaku. System pelaksanaan pekerjaan akan dikerjakan secara simultan kecuali
pada item-ite pekerjaan yang saling ketergantungan.

III. PROSEDUR PELAKSANAAN FISIK PEKERJAAN

Yang akan diuraikan didalam prosedur pelaksanaan fisik pekerjaan ini adalah hal-hal
yang berkaitan dengan item pekerjaan tersebut diatas yang didalamnya memuat
antara lain :

USULAN TAHAPAN METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN

Pekerjaan Peningkatan Jalan Betonisasi Jalan kubangkampil-patia yang diturunkan


dari usulan rencana kerja / S-Curve akan terbagi menjadi beberapa tahapan
penyelesaian pekerjaan antara lain :
a. Tahap – I
Tahap – I merupakan tahapan mobilisasi yang akan dilakukan selama 84 (Delapan
Puluh Empat) minggu sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja / SPMK. Tahapan
mobilisasi yang akan dilakukan antara lain :
 Mempersiapkan base camp dan laboratorium,
 Memobilisasi personil dan peralatan konstruksi,
 Pembuatan papan nama kegiatan,
 Pembuatan rambu-rambu peringatan dll,
 Pengadaan K3
 Melakukan pengukuran dalam rangka pelaksanaan field engineering / rekayasa
lapangan,
 Pembuatan shop drawings / gambar kerja dan review terhadap volume /
kuantitas pekerjaan,
 Pengujian seluruh bahan dasar dan pembuatan job mix formula / JMF
 Serta hal-hal lain yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan
sesuai dengan persyaratan dokumen, khususnya Spesifikasi Teknis / Spesifikasi
Umum,
 Selain hal-hal di atas, tahapan ini dilakukan untuk pengembalian kondisi
perkerasan khususnya untuk perbaikan kerusakan jalan yang masuk dalam
kategori pekerjaan minor yang terdiri dari lapis pondasi agregat kelas A.
Pekerjaan ini akan dilaksanakan dalam periode mobilisasi,
 Pemeliharaan rutin dilaksanakan sejak SPMK sampai PHO.

b. Tahap – II
Pelaksanaan Tahap – II di lapangan akan dilakukan sebagai berikut :
 Pengukuran dan staking out.
 Pekerjaan persiapan mobilisasi.
 Pekerjaan tanah berupa Pekerjaan Galian Tanah Biasa.
 Pekerjaan dilanjutkan dengan penghamparan dan pemadatan lapis Pondasi
Agregat Kelas B, pemadatan lapis Pondasi Agregat Kelas S dimana sebelum
penghamparan tersebut dilakukan penyemprotan dengan lapis perekat pada
permukaan eksisting sebagai bonding antara perkerasan lama dan baru.
 Pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan penghamparan dan agregat kelas B,
dan agregat kelas A.
 Pekerjaan kemudian dilanjutkan dengan penghamparan atau pengecoran
Beton Semen.

c. Tahap – III
Tahap – IIII dikategorikan sebagai tahapan penyelesaian (finishing) sebelum
pekerjaan secara keseluruhan diserah-terimakan dalam proses PHO kepada Direksi
Pekerjaan. Pekerjaan yang termasuk dalam tahapan ini meliputi pekerjaan
pengecatan marka jalan termoplastik dan rel pengaman .

USULAN URAIAN METODE KERJA UNTUK PEKERJAAN UTAMA DAN PEKERJAAN


PENUNJANG LAINNYA

PEKERJAAN DRAINASE
Sesuai dengan dokumen lelang, pekerjaan ini terdiri dari, Pasangan Batu dengan
Mortar. Untuk masing – masing sub item pekerjaan akan kami jelaskan metode
pelaksanaannya.

PEKERJAAN TANAH
Sesuai dengan dokumen lelang, pekerjaan ini terdiri dari, Pekerjaan Galian Tanah
Biasa Untuk masing – masing sub item pekerjaan akan kami jelaskan metode
pelaksanaannya.

Pekerjaan Galian Tanah Biasa


Dalam pekerjaan galian tanah kami menggunakan tenaga manusia untuk
melakukan penggalian. Cara pelaksanaan :
a) Semua peralatan dan perlengkapan untuk menggali kami sediakan terlebih
dahulu di lokasi pekerjaan. Seperti : cangkul, sekop, keranjang, pickup untuk
mengangkut tanah dan P3K.
b) Untuk jalur pengangkutan kami membuat jalur kendaraan sendiri dengan
mempertimbangkan keadaan tanah yang ada.
c) Pelaksana membawa gambar kerja untuk mengarahkan pada mandor
yang selanjutnya diteruskan kepada pekerja supaya dalam pelaksanaan tidak
melenceng dari gambar.
d) Pekerja menggali tanah menggunakan cangkul, gancu bila ada akar atau
batu besar harus diambil, agar dalam pekerjaan pasangan tidak mengganggu.
e) Tanah hasil galian langsung dibawa/diangkut menggunakan kereta
dorong/pick up ke tempat pembuangan sementara yang telah disetejui oleh
direksi.
f) Galian tanah dibuat dengan kemiringan sesuai dengan gambar kerja dan
petunjuk dari direksi.
g) Galian kami kerjakan dengan hati – hati agar tidak merusak konstruksi/struktur
tanah di bawah tanah yang digali. Apabila dalam pelaksanaan galian terlalu
dalam, maka kami akan mengurug kembali bagian yang terlalu dalam dan
dipadatkan sehingga struktur tanah tidak longsor.

WAKTU PEKERJAAN IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL


PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
14 (Empat Galian  Kecelakaan  Diberikan  Alat  Pimpinan
Belas Hari) Hari Tanah akibat penyuluhan Tukang Teknik
Kalender Biasa terkena alat bahaya  Dump  Quality
Pada minggu kecelakaan Truck Control
kerja
ke 2 dan kerja sebelum  Excavator  Pelaksana
selesai pada  Kecelakaan kerja Lapangan
 Alat
minggu ke 3 akibat  Penggunaan  Pelaksana
Bantu
Sesuai dengan tertimpa APD yang K3
(cangkul,
rencana material sesuai
Jadwal  Bekerja linggis
Pelaksanaan denga hati- dan lain-
hati lain)

PEKERJAAN PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN


Sesuai dengan dokumen lelang, pekerjaan ini terdiri dari, Pekerjaan Lapis Pondasi
Agregat Kelas B, Lapis Pondasi Agregat Kelas S. Untuk masing – masing sub item
pekerjaan akan kami jelaskan metode pelaksanaannya.

Lapis Pondasi Agregat Kelas B


Metode kerja untuk pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B adalah sebagai berikut
:
a. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dulu request dan diserahkan
kepada direksi untuk disetujui.
b. Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan.
c. Material lapis pondasi berbutir agregat kelas B tersebut akan
disiapkan/dicampur dengan bantuan menggunakan wheel loader dilokasi
base camp supplier dan apabila campuran telah memenuhi persyaratan
spesifikasi dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan tersebut akan
diangkut dengan menggunakan dump truck ke lokasi pekerjaan.
d. Bila diperlukan, akan dilakukan uji penghamparan dan pemadatan untuk
mempelajari efektifitas alat yang digunakan.
e. Penghamparan bahan agregat B dilakukan dengan menggunakan motor
grader (bila lokasi memungkinkan).
f. Setelah terhampar dengan sempurna sesuai ketebalan dan rentang toleransi
yang diijinkan, maka akan dilakukan pemadatan pada lapis agregat S dengan
menggunakan vibratory roller (bila lokasi memungkinkan) dengan terlebih
dahulu memeriksa kadar air dari bahan agregat tersebut agar dapat
dipadatkan pada kadar air optimumnya.
g. Water tanker akan digunakan untuk menambahkan kadar air apabila bahan
agregat tersebut tidak masuk kedalam rentang yang diijinkan.
h. Apabila pemadatan pada bahan agregat kelas B telah selesai, maka akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan derajat kepadatannya dengan
menggunakan alat uji sandcone.

WAKTU PEKERJAAN IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL


PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
21 (Dua Puluh Lapis  Kecelakaan  Diberikan  Alat  Pimpinan
Satu) Hari Pondasi akibat penyuluhan Tukang Teknik
Kalender Agregat terkena bahaya  Dump  Quality
Pada minggu Kelas B kecelakaan Truck Control
alat kerja
ke 3 dan kerja sebelum  Wheel  Pelaksana
selesai pada  Kecelakaan kerja Loader Lapangan
minggu ke 5 akibat  Penggunaan  Motor  Pelaksana
Sesuai tertimpa APD yang Grader K3
dengan material sesuai  Tandem
rencana Agregat,  Bekerja Roller
Jadwal  Tangan denga hati-  Alat
Pelaksanaan hati Bantu
pekerja
terjepit (cangkul,
Agregat linggis
dan lain-
lain)

Lapis Pondasi Agregat Kelas S


Metode kerja untuk pekerjaan lapis pondasi agregat kelas S adalah sebagai berikut
:
a. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dulu request dan diserahkan
kepada direksi untuk disetujui.
b. Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan.
c. Material lapis pondasi berbutir agregat kelas S tersebut akan
disiapkan/dicampur dengan bantuan menggunakan wheel loader dilokasi
base camp supplier dan apabila campuran telah memenuhi persyaratan
spesifikasi dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan tersebut akan
diangkut dengan menggunakan dump truck ke lokasi pekerjaan.
d. Bila diperlukan, akan dilakukan uji penghamparan dan pemadatan untuk
mempelajari efektifitas alat yang digunakan.
e. Penghamparan bahan agregat S dilakukan dengan menggunakan motor
grader (bila lokasi memungkinkan).
f. Setelah terhampar dengan sempurna sesuai ketebalan dan rentang toleransi
yang diijinkan, maka akan dilakukan pemadatan pada lapis agregat S dengan
menggunakan vibratory roller (bila lokasi memungkinkan) dengan terlebih
dahulu memeriksa kadar air dari bahan agregat tersebut agar dapat
dipadatkan pada kadar air optimumnya.
g. Water tanker akan digunakan untuk menambahkan kadar air apabila bahan
agregat tersebut tidak masuk kedalam rentang yang diijinkan.
h. Apabila pemadatan pada bahan agregat kelas S telah selesai, maka akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan derajat kepadatannya dengan
menggunakan alat uji sandcone.

WAKTU PEKERJAAN IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL


PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
21 (Dua Puluh Lapis  Kecelakaan  Diberikan  Alat  Pimpinan
Satu) Hari Pondasi akibat penyuluhan Tukang Teknik
Kalender Agregat bahaya  Dump  Quality
Kelas S kecelakaan Truck Control
Pada minggu terkena kerja sebelum  Wheel  Pelaksana
ke 15 dan alat kerja kerja Loader Lapangan
selesai pada  Kecelakaan  Penggunaan  Motor  Pelaksana
minggu ke 17 APD yang Grader K3
akibat
Sesuai sesuai  Tandem
dengan tertimpa  Bekerja Roller
rencana material denga hati-  Alat
Jadwal Agregat, hati Bantu
Pelaksanaan  Tangan
(cangkul,
pekerja
linggis
terjepit
dan lain-
Agregat
lain)

PEKERJAAN PERKERASAN BERBUTIR


Sesuai dengan dokumen lelang, pekerjaan ini terdiri dari, pekerjaan Lapis Pondasi
Agregat Kelas B dan Perkerasan Beton Semen K-300, Untuk masing – masing sub item
pekerjaan akan kami jelaskan metode pelaksanaannya.

Lapis Pondasi Agregat Kelas B


Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah lapisan konstruksi pembagi beban kedua
yang berupa bahan berbutir diletakkan di atas lapisan tanah dasar yang dibentuk
dan dipadatkan, serta langsung di bawah Lapis Pondasi Agregat Kelas B
perkerasan.
Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B terdiri dari menempatkan, memproses,
mengangkut, menebarkan, mengairi dan memadatkan bahan Lapis Pondasi
Agregat Kelas B berbutir yang disetujui sesuai dengan gambar-gambar.
Pelaksanaan Pekerjaan
Bahan Lapis Pondasi Agregat Kelas B harus ditempatkan dan ditimbun di tempat
yang bebas dari lalu-lintas serta saluran -saluran dan lintasan air di sekitarnya.
Lapis Pondasi Agregat Kelas B tersebut dicampur dilapangan ruas jalan yang ber –
sangkutan dengan menggunakan tenaga kerja atau motor grader. Pengadukan
yang merata diperlukan dan bahan tersebut harus dipasang dalam lapisan-lapisan
sesuai dengan gambar kerja tebalnya atau ketebalan lain seperti diperintahkan
oleh Direksi Teknik agar dapat mencapai tingkat pemadatan yang ditetapkan.
ketebalan Lapis Pondasi Agregat Kelas B terpasang harus sesuai dengan Gambar
Rencana dan seperti dinyatakan dalam Daftar Penawaran, atau seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan untuk memenuhi kondisi lapis bawah
dasar yang sebenarnya.
Penghamparan dan Pemadatan
Penghamparan akhir LPB sampai ketebalan dan kemiringan melintang Jalan yang
diminta harus dilaksanakan dengan kelonggaran kira-kira 15%, penurunan
ketebalan untuk pemadatan lapisan-lapisan Lapis Pondasi Agregat Kelas B. Segera
setelah penghamparan dan pembentukan akhir masing-masing lapisan harus
didapatkan sampai lebar penuh Lapis Pondasi Agregat Kelas B permukaan,
dengan menggunakan mesin gilas roda baja atau mesin gilas roda ban Pneumatic
atau peralatan pemadat lain yang disetujui oleh Direksi Teknik.
Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan bahan Lapis Pondasi Agregat
Kelas B akan bergerak secara gradual dari pinggir ke tengah, sejajar dengan garis
sumbu jalan dan harus terus menerus sampai seluruh permukaan telah didatarkan
secara merata. Pada bagian-bagian super elevasi, kemiringan melintang Jalan
atau kelandaian yang terjal, penggilasan harus bergerak dari bagian yang lebih
rendah ke bagian jalan yang lebih tinggi. Setiap ketidakteraturan atau bagian
ambles yang mungkin terjadi, harus dibetulkan dengan menggaru atau
meningkatkan dan menambahkan bahan Lapis Pondasi Agregat Kelas B untuk
membuat permukaan tersebut mencapai bentuk dan ketinggian yang benar
Bagian-bagian yang sempit di sekitar Kerb atau dinding yang tidak dipadatkan
dengan mesin gilas, harus dipadatkan dengan pemadat atau mesin tumbuk yang
disetujui. Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga dalam batas-
batas 3% kurang dari kadar air optimum sampai 1% lebih dari kadar air o ptimum
dengan penyemprotan air atau pengeringan seperlunya, dan bahan Lapis
Pondasi Agregat Kelas B dipadatkan untuk menghasilkan kepadatan yang
ditetapkan, ke seluruh ketebalan penuh masing-masing lapisan, mencapai 100%
kepadatan kering maksimum yang ditetapkan yang sesuai dengan AASHTO T99
(PB – 0111).

WAKTU PEKERJAAN IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL


PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
35 (Tiga Puluh Lapis  Kecelakaan  Diberikan  Alat  Pimpinan
Lima) Hari Pondasi akibat penyuluhan Tukang Teknik
Kalender Agregat terkena bahaya  Dump  Quality
Pada minggu Kelas B kecelakaan Truck Control
alat kerja
ke 4 dan
selesai pada  Kecelakaan kerja sebelum  Wheel  Pelaksana
minggu ke 8 akibat kerja Loader Lapangan
Sesuai tertimpa  Penggunaan  Motor  Pelaksana
dengan APD yang Grader K3
material
rencana sesuai  Tandem
Jadwal Agregat,  Bekerja Roller
Pelaksanaan  Tangan denga hati-  Water
pekerja hati Tangker
terjepit  Alat
Agregat Bantu
(cangkul,
linggis
dan lain-
lain)

Perkerasan Beton Semen K-300


Metode kerja untuk pekerjaan perkerasan beton semen adalah sebagai berikut :
Persiapan Mix Design
Mengajukan Mix Design sesuai dengan mutu beton yang sudah ditentukan dalam
Spesifikasi Pekerjaan Struktur, dengan memperhitungkan hal-hal sebagai berikut :
a. Type dan jumlah material
b. Kuat Tekan Beton
c. Slump
d. Kadar air
e. Rasio air/semen
f. Kadar Fly Ash
g. Berat isi beton segar
h. Analisis gradasi agregat

Pelaksanaan Trial Mix


Melaksanakan trial mix di batching plan sesuai dengan mix design yang telah dibuat
oleh pihak konsultan perencana.
Dari pelaksanaan trial mix dapat diketahui :
a. Kesesuaian komposisi material sewaktu trial mix dengan mix design.
b. Kuat tekan beton hasil pengujian sample beton yang diambil sewaktu trial mix.

Yang harus diperhatikan dalam trial mix adalah sebagai berikut :


a. Proporsi campuran diukur tersendiri dengan timbangan dan alat yang sesuai
corong dan mekanisme penimbangan harus disediakan.
b. Mekanisme penimbangan harus diukur sampai setengah dari satu persen pada
kondisi operasional dan skala-skala harus dapat dibaca dengan mudah oleh
operator.
c. Air harus ditambah ke dalam campuran dari reservoir terpisah dan dikontrol
kelembaban agregatnya.

Pengujian Beton
Pengujian beton dapat dilakukan bila ada kemungkinan mutu beton dinyatakan
rendah. maka perlu diadakan test pengujian beton sebagai berikut :
Pengambilan sample untuk beton:
a. Setelah 3 hari 1 (satu) silinder harus diuji untuk mengetahui kuat tekan beton.
b. Setelah 14 hari 1 (satu) silinder harus diuji kuat tekannya.
c. Setelah 28 hari 1 (dua) silinder harus diuji kuat tekannya dan diambil rata-rata kuat
tekan sebagai hasilnya.
d. Cadangan 2 (dua) silinder yang dapat digunakan untuk pengetesan kuat tekan
pada umur 7 dan 28 hari apabila pengetesan kuat tekan beton pada umur 3 hari
tidak memenuhi syarat.

Perkerasan Beton Semen


Metode kerja untuk pekerjaan perkerasan beton semen adalah sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dulu request dan diserahkan
kepada direksi untuk disetujui.
b. Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan.
c. Perkerasan beton semen diasumsikan digunakan pada lokasi pelebaran
tikungan dengan tebal = 25 cm.
d. Beton diproduksi di base camp suplier dengan menggunakan concrete batching
plant yang dilengkapi dengan wheel loader dan generator set kemudian
diangkut ke lapangan dengan menggunakan truck mixer dengan waktu tempuh
perjalanan dari base camp ke lokasi pekerjaan ± 2 Jam.
e. Beton di cor pada bekisting yang telah disiapkan dengan membran kedap air di
atasnya, dan tulangan-tulangan (dowel + tie bar) yang diperlukan. Bila
diperlukan dan memungkinkan (sesuai Konstruksi lapangan), maka Beton K-300
tersebut akan dihampar dengan menggunakan concrete paver (bila lokasi
memungkinkan) kemudian dipadatkan dengan menggunakan concrete
vibrator. Bila concrete paver tidak memungkinkan, maka penghamparan
dilakukan secara manual dengan menghindari segregasi pada campuran
beton.
f. Setelah pemadatan selesai dilaksanakan, maka selanjutnya dilakukan finishing,
bila disebutkan dalam shop drawing, maka permukaan beton digaruk/disikat
arah tegak lurus arus lalu lintas/sumbu jalan dan harus
dilindungi/dipelihara/curring sampai mencapai waktu tertentu (curring minimum
selama 7 hari setelah pengecoran).
g. Setiap pelaksanaan pengecoran akan dilakukan test slump dan kemudian
membuat benda uji kubus/silinder/balok untuk dilakukan pengujian kuat
tekan/kuat lentur di laboratorium.
h. Setelah pelaksanaan finishing diselesaikan maka akan dilakukan pekerjaan :
 Perawatan (Curing) sesuai dengan metode yang disetujui Direksi Pekerjaan.
 Lokasi dilindungi dari beban lalu lintas sampai dengan kekuatan beton 90%
dari kekuatan minimum 28 hari.
 Pada umur beton ± 18 jam dilakukan pemotongan/penggergajian joint
melintang dengan menggunakan Concrete Saw/Concrete Cutter.
 Pemberian sealent pada joint tersebut dilakukan setelah bagian yang
terpotong dibersihkan dengan air compressor.
 Water tanker disediakan untuk mensupply air yang diperlukan untuk
menunjang pekerjaan ini.
WAKTU PEKERJAAN IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL
PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
63 (Enam Perkerasan  Kecelakaan  Diberikan  Alat  Pimpinan
Puluh Tiga) Beton akibat penyuluhan Tukang Teknik
Hari Kalender Semen K- terkena bahaya  Batching  Quality
Pada minggu 300 kecelakaan Plant Control
alat kerja
ke 6 dan kerja sebelum  Truck  Pelaksana
selesai pada  Kecelakaan kerja Mixer Lapangan
minggu ke 14 akibat  Penggunaan  Conc.  Pelaksana
Sesuai terkena APD yang VIbrator K3
dengan material sesuai  Conc.
rencana Beton  Bekerja Paver
Jadwal  Tergilas denga hati-  Water
Pelaksanaan hati Tangker
Mobil Mixer
 Wheel
Loader
 Alat
Bantu
(cangkul,
linggis
dan lain-
lain)

PEKERJAAN STRUKTUR
Sesuai dengan dokumen lelang, pekerjaan ini terdiri dari, pekerjaan Baja Tulangan U
24 Polos. Untuk masing – masing sub item pekerjaan akan kami jelaskan metode
pelaksanaannya.

Baja Tulangan U 24 Polos

a. Bahan dan Komposisi


 Kebutuhan Bahan dalam satu satuan Pekerjaan Baja Tulangan U-24 Polos :
Besi Beton Polos
Kawat Beton
b. Peralatan Kerja
 Peralatan Utama yang digunakan untuk Pekerjaan Baja Tulangan U-24 Polos :
tidak ada peralatan utama.
 Peralatan Bantu yang digunakan untuk Pekerjaan Baja Tulangan U-24 Polos :
Gunting potong baja, kunci besi, tang, kakatua.
c. Tenaga Kerja
 Pelaksana Lapangan
 Pengawas Lapangan
 Pekerja
 Mandor
d. Produksi
Produksi menentukan untuk Pekerjaan Baja Tulangan U-24 Polos
e. Uraian Jenis dan Volume Pekerjaan
Jenis Pekerjaan : Baja Tulangan U-24 Polos
f. Cara Melaksanakan Pekerjaan
 Pekerjan pembesian dilakukan secara manual.
 Bahan dasar besi dan kawat diterima seluruhnya dilokasi pekerjaan.
 Besi tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuai ukuran dalam gambar kerja.
 Baja tulangan dipasang / dirakit sesuai dengan gambar kerja diatas
bakesting dan diikat dengan kawat pada setiap persilangannya.
 Pengukuran hasil pekerjaan (opname lapangan).

WAKTU PEKERJAAN IDENTIFIKASI PENGENDALIAN PERALATAN PERSONIL


PELAKSANAAN BAHAYA RESIKO
63 (Enam Baja  Kecelakaan  Diberikan  Alat  Pimpinan
Puluh Tiga) Tulangan akibat penyuluhan Tukang Teknik
Hari Kalender U 24 Polos terkena bahaya  Alat  Quality
Pada minggu kecelakaan Bantu Control
alat kerja
ke 6 dan kerja sebelum  Pelaksana
 Kecelakaan (cangkul,
selesai pada kerja Lapangan
minggu ke 14 akibat  Penggunaan linggis  Pelaksana
Sesuai terkena APD yang dan lain- K3
dengan potongan sesuai lain)
rencana besi
Jadwal  Bekerja
Pelaksanaan denga hati-
hati

SASARAN K3 DAN PROGRAM K3


 Sasaran k3
Sasaran kesehatan dan keselamatan kerja dilokasi proyek adalah karyawan dan
pekerja yang terlibat langsung dengan peralatan kerja dan material serta
lingkungan sekitaqrnya. Sasaran yang dituju dalam penerapan k3 adalah:
a. Menghindari adanya kecelakaan kerja
b. Menghindari adanya penyakit akibat kerja
c. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat
d. Menghindari terjadinya efek negatif terhadap lingkungan yang diakibatkan
oleh aktifitas kerja
e. Semua karyawan dan pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan
resiko pekerjaannya masing-masing.
 Program K3
1. Promosi program k3 Promosi program k3 terdiri dari:
Pemasangan bendera k, bendera RI, bender Perusahaan, bentuk dan cara
pemasangan (Lihat lampiran)
a. Pemasangan sign board k3
b. Slogan-slogan yang mengisyaratkan akan perlunya bekerja dengan
selamat seperti contoh pada lampiran.
c. Gambar-gambar pamplet tentang bahaya/kecelakaan yang mungkin
terjadi dilokasi pekerjaan dipasang dikantor proyek atau lokasi pekerjaan
dilapangan.
PENGENDALIAN OPERASIONAL K3
Dalam melaksanakan kegiatan di lapangan, petugas K3 melakukan langkah-
langkah preventif guna memberikan kepastian terjaminnya keselamatan dan
kesehatan kerja pelaksana.
Setiap personil di lapangan diberikan/dibekali kemampuan yang memadai dalam
hal prevensi / pencegahan melalui kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh
petugas K3 berupa pelatihan yang diselenggarakan baik oleh intansi pemerintah
maupun swasta. Dengan pelatihan tersebut diharapkan mereka bisa menerapkan
kegiatan baik medis maupun non medis yang sifatnya emergensi dalam kondisi kerja
apapun. Pengendalian operasional berupa prosedur kerja / petunjuk kerja, yang
harus mencakup seluruh upaya pengendalian, diantaranya :
a. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan
 Pemasangan rambu-rambu
 Gunakan operator bepengalaman
 Menjaga jarak dengan alat berat
 Menjaga jarak dengan alat pemotong
 Memakai kaos tangan
 Memakai helm kerja
 Memakai rompi berpemantul
 Memakai sepatu kerja
 Menghindari berada di daerah tebing / curam
 Memperhatikan stabilitasi tanah di lokasi kerja terutama turunan
 Memperhatikan area swing alat berat
 Memperhitungan potensi kejatuhan material
 Menempatkan personil untuk mengawasi pergerakan alat kerja
 Menunjuk Penanggung jawab Kegiatan SMK3 yang diluangkan dalam
Struktur Organisasi K3 beserta Uraian Tugas
 Upayakan pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai pada
contoh Tabel
 Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja.
 Program-program detail pelatihan sesuai pengendalian risiko
 Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan,
 Disesuaikan kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3, Indentifikasi Bahaya,
Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3 dan Penanggung
Jawab.
b. Rencana penunjukan personil yang akan ditugaskan menjadi Penganggung
Jawab Kegiatan SMK3
Organisasi K3 :
Penanggung Jawab

Emergency/Kedauratan P3K Kebakaran

Dalam operasionalnya, pelaksanaan Undang-Undang keselamatan dan


kesehatan kerja dan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, di
lapangan dibentuk struktur organisasi K3 yang terdiri dari Penanggung Jawab,
Emergency, P3K, Kebakaran.
Adapun deskripsi tugas masing-masing sebagai berikut :
1. Penanggung Jawab :
 Merencanakan system keselamatan dan kesehatan kerja;
 Menerapakan system keselamatan dan kesehatan kerja;
 Melakukan monitoring terhadap aplikasi system keselamatan dan kesehatan
kerja;
 Melakukan sosialisasi terhadap system keselamatan dan kesehatan kerja;
 Menyediakan perangkat keras kebutuhan penerapan system keselamatan dan
kesehatan kerja;
 Memberikan pelatihan kepada tenaga kerja terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja;
 Mengambil tindakan nyata terhadap system keselamatan dan kesehatan
kerja.
2. Tugas dan Fungsi Pengawas / Supervisor
 Memastikan semua tenaga kerja dalam posisi aman sesuai prosedur kerja
sebagai pedoman;
 Melakukan evaluasi terhadap semua kondisi yang berpengaruh terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja;
 Memberikan kepastian terhadap tenaga kerja telah dilengkapi dengan alat
pelindung keselamatan;
 Mengidentifikasi awal penyebab kecelakaan kerja dan melakukan tindakan
awal penyelamatan;
 Memberikan informasi kepada tenaga kerja mengenai resiko akibat
melanggar keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Tugas dan Fungsi Karyawan dan Personil pemasok / Sub Kontraktor Proyek
 Bekerja sesuai prosedur kerja aman seperti yang tertulis dalam Manual K3;
 Memakai alat pelindung diri pada saat akan bekerja sebagaimana yang
dianjurkan olehpelaksana;
 Melaporkan suatu kondisi tidak aman kepada atasannya;
 Menjaga lingkungan tempat kerja sebagaimana prosedurnya.
4. Tugas dan Fungsi Pelaksana K3
 Memiliki pengetahuan yang baik tentang Peraturan Undang-Undang K3,
standar keselamatan dan kesehatan kerja bidang industri dan memastikan
penerapannya dengan benar setiap saat;
 Memastikan bahwa “prosedur Kerja Aman” berlaku efektif, diketahui,
dimengerti, dan diterapkan. Memastikan perbaikan diterapkan dengan
seharusnya;
 Menyediakan laporan bulanan untuk jajaran manajemen yang memuat
analisis gejala statistik:
- Ringkasan tentang semua kecerdasan
- Semua insiden penting
- Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
 Memberikan program Induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja kepada
karyawan baru;
 Melakukan inspeksi lapangan secara terus menerus untuk mengidentifikasi
tindakan dan keadaan yang tidak aman, dan memberitahu jajaran pimpinan
tentang hal-hal yang tidak bisa ditanggulangi dengan segera;
 Menyampaikan saran berharga lini manajemen tentang masalah
keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk standar-standar yang berlaku
dibidang legislatif maupun industri;
 Membantu penyelidikan pergerakan dan mengumpulkan laporan lengkap
tepat pada waktunya;
 Membantu pelatihan K3 bagi semua tingkat karyawan.
c. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja:
 Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat.
 Identifikasi personel yang melakukan penanggulangan selama kejadian
darurat.
 Tanggung jawab, wewenang dan tugas-tugas dengan tanggung jawab
khusus selama kejadian darurat.
 Prosedur evakuasi termasuk denah evakuasi.
 Identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan darurat yang
dipersyaratkan.
 Hubungan dengan jasa pihak eksternal terkait dengan kejadian darurat.
 Komunikasi dengan badan pemerintah.
 Komunikasi dengan publik.
 Proteksi/perlindungan rekaman dan peralatan penting.
 Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti gambar
denah lokasi perusahaan, data material berbahaya, prosedur, instruksi kerja
dan nomor telepon penting.
 Keterlibatan pihak eksternal dalam emergency plan harus secara jelas diatur
dan didokumentasikan.
d. Rencana prosedur / petunjuk kerja yang perlu di siapkan
 Memberi panduan pelaksanaan merujuk K3 konstruksi
 Menyiapkan rambu pelaksanaan sesuai SOP
 Membuat surat persetujuan kepada direksi sebelum bekerja
 Menerima izin pelaksanaan dari direksi
 Melaksanakan pekerjaan disaksikan direksi
 Meminta saran/pendapat direksi perihal SOP pelaksanaan pekerjaan
e. Rencana program pelatihan / soisalisasi sesuai pengendalian resiko
Sehubungan pelaksanaan K3 di lokasi kerja, pelatihan dan sosialisasi ke pada
pekerja sangat diutamakan. Untuk itu, pelakanaan pelatihan dilakukan sebelum
pelaksanaan kegiatan dilakukan, yaitu pada masa sesaat setelah mobilisasi.
Kepada pekerja dan seluruh personil diberikan pelatihan singkat mengenai tingkat
resiko kerja yang dihadapi dan tindakan preventif yang paling mutlak dilakukakan.
Disaat bersamaan, dilakukan sosialisasi mengenai pentingnya melakukan
pencegahan dini terhadap kecelakaan, akibat dan resiko yang dihadapi atas
pekerjaan yang dihadapinya. Untuk itu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut
:
 Menyiapkan tenaga pelatihan kerja singkat
 Mendatangkan instruktur berpengalaman perihal K3 konstruksi
 Membagikan buku saku K3 Konstruksi kepada seluruh pekerja
 Setiap pagi memberikan briefing sebelum bekerja

f. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan


 Pertolongan Pertama
 Pertolongan pertama (first aids) dapat didefinisikan sebagai pertolongan yang
diberikan kepada seseorang yang telah terluka atau telah jatuh sakit.
Pertolongan pertama juga mencakup membantu diri sendiri karena tidak
adanya petugas medis.
 Pelatihan pertolongan pertama terbukti menjadi sangat berharga selama
bencana, seperti gempa bumi atau kecelakaan industri. Dengan mengetahui
apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat dapat mengurangi
kebingungan dan kekacauan. Pengetahuan tentang pertolongan pertama
adalah tanggung jawab semua orang dan harus dianggap sebagai alat
penting dalam mencegah komplikasi dan menyelamatkan hidup.
 Terkait pertolongan pertama, OSHA (Occupational Safety and Health
Administration) yang merupakan lembaga yang dibentuk oleh Departemen
Tenaga Kerja Amerika Serikat mensyaratkan bahwa tenaga medis harus
tersedia untuk konsultasi mengenai masalah-masalah keselamatan tempat
kerja dan kesehatan. OSHA juga mensyaratkan bahwa harus ditentukan jumlah
personil yang sesuai untuk diberikan pelatihan dalam prosedur pertolongan
pertama dan ditetapkan bahwa perlengkapan untuk pertolongan pertama
dapat tersedia di lokasi kejadian
 Setelah melakukan langkah-langkah darurat untuk menjamin keselamatan
korban, pertolongan pertama harus mengikuti pedoman berikut.
 Jangan memindahkan korban kecuali untuk alasan keamanan (seperti
korban dalam kontak dengan penghantar listrik secara langsung tanpa
mekanisme mematikan listrik).
 Tentukan posisi yang paling tepat untuk korban, dan tidak mengizinkan
korban untuk naik atau berjalan.
 Jangan ganggu korban dengan tindakan yang tidak diperlukan (misalnya
dengan mengajukan pertanyaan yang tidak memiliki relevansi dengan
perawatan medis).
 Pencegahan kedinginan dengan menggunakan penutup atau selimut.
 Memeriksa korban secara sistematis, memberikan perhatian khusus terhadap
sifat dari kecelakaan atau sakit yang mendadak dan kebutuhan dari situasi
tersebut.
 Mengelola prosedur pertolongan pertama yang tepat.
 Beberapa hal penting yang dapat disimpulkan dari pertolongan pertama dan
harus dimasukkan dalam desain program ini, antara lain:
 Melatih kader personil dalam perawatan darurat seperti pertolongan pertama
dan pernafasan buatan (cardiopulmonary resuscitation/CPR).
Pelatihan harus menyeluruh, diulang sesering mungkin, dan diarahkan terhadap
bahaya spesifik lokasi.
 Menetapkan penghubung dengan tenaga medis lokal.
 Menginformasikan dan mendidik para personil tentang bahaya
 spesifik sehingga mereka dapat secara optimal membantu jika terjadi
keadaan darurat.
g. Persyaratan Operator Alat Angkat
 Operator alat angkat harus memenuhi kompetensi operator alat angkat.
 Setiap operator alat angkat harus memiliki SIO (Surat Ijin Operasi) alat yang
dikeluarkan oleh badan yang berwenang.
h. Rambu Peringatan/Larangan/Anjuran
 Penempatan rambu-rambu peringatan/larangan/anjuran harus dipasang
sesuai dengan kondisi di tempat kerja.
 Rambu peringatan/larangan/anjuran harus mudah dilihat dan dapat dibaca.
i. Alat Pelindung Diri
 Alat pelindung diri diidentifikasi berdasarkan hasil penilaian risiko.
 Alat pelindung diri (APD) diberikan kepada pekerja sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilaksanakan
j. Tamu, Pengunjung dan Pihak Luar :
 Pengendalian dan pembatasan akses masuk dan akses keluar tempat kerja.
 Persyaratan APD (Alat Pelindung Diri).
 Induksi K3.
 Persyaratan tanggap darurat.
IV. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Yang Direncanakan

Jangka waktu pelaksanaan pada Peningkatan Jalan Betonisasi Jalan kubangkampil-


patia sampai dengan selesai adalah 120 (Seratus Dua Puluh) Hari Kalender.

Demikian Metode Pelaksanaan kami buat untuk memenuhi aturan pelelangan


Pekerjaan Peningkatan Jalan Betonisasi Jalan kubangkampil-patia .

Pandeglang, 26 April 2019


Penyedia Jasa Kontruksi
CV. KUAT KUASA JAYA

ttd

AHMAD YANI MARYANI


Direktur

Anda mungkin juga menyukai