Anda di halaman 1dari 35

BAB III

PELAKSANAAN

3.1 Spesifikasi Teknis, Bahan, Alat dan Tenaga Kerja

Pada pelaksanaan Pembangunan Jalan Provinsi Ruas Jalan Pontang -

Kronjo Mauk STA 2+100 s.d 6+500 ada beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam kegiatan pembangunan ini dia antaranya dari segi bahan/material, peralatan

yang digunakan, tenaga kerja yang bekerja dalam pembangunan proyek jalan

beton. Maka setiap item bahan/material harus diperhatikan yang sesuai dengan

Dokumen Kontrak.

Adapun bahan spesifikasi teknis yang digunakan dalam proyek

pembangunan ini diantaranya :

3.1.1 Spesifikasi Teknis Bahan atau Material yang digunakan

1. Beton Ready Mix

Beton ready mix menurut Nilson, dkk. (2008) dalam Nastiti

(2004) adalah beton yang dibuat atau pencampuran bahan

materialnya di lokasi perusahaan batching plan, kemudian beton

ready mix diangkut menggunakan truk pengangkut ke lokasi proyek

yang memesan beton ready mix dalam bentuk beton segar.

75
76

Beton adalah suatu material campuran antara semen, air, dan

agregat (kasar dan halus) (dan kadang-kadang bahan tambah yang

sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai

bahan buangan non kimia) pada perbandingan tertentu. Sifat yang

penting pada beton adalah kuat tekan, bila kuat tekan tinggi maka

sifat-sifat yang lain pada umumnya juga baik. Dalam proyek ini

menggunakan Beton Ready Mix dengan mutu lean concrete 125

kg/cm2 dan Fs 450 kg/cm2, banyak keuntungan dari pemakaian

beton ini karena lebih praktis, tidak membutuhkan tenaga kerja,

cepat dalam pengolahan dan dengan mutu yang terjamin.

Penerapan beton ready mix pada konstruksi bangunan sangat

menguntungkan jika dibandingkan dengan beton yang diproduksi

sendiri, terutama jika dipergunakan pada konstruksi pracetak.

Keuntungan ini didapat dari waktu yang seharusnya dipergunakan

untuk proses pembuatan beton dapat dihilangkan sehingga pekerjaan

hanya dibutuhkan saat proses pengecoran beton selain itu mutu

beton yang diharapkan dapat terpenuhi.

Sebelum memulai pembangunan, pihak owner terlebih dahulu

menentukan perusahaan Beton Ready Mix yang digunakan. Setelah

itu konsultan memeriksa kualitas dan mutu perusahaan yang

memenuhi syarat kriteria dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat.

Dalam Proyek ini kontraktor atas persetujuan owner memilih PT.

FARIKA BETON dan PT. SGG PRIMA BETON sebagai pensuplai


77

Beton Ready Mix yang digunakan untuk pekerjaan jalan, karena

memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Gambar 3.1 Beton Ready Mix

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

2. Baja Tulangan

Bahan ini digunakan sebagai bahan pembuatan tulangan pada

jalan, dan sebelumnya pekerja membuat tulangan pada besi yang

masih utuh dan dibentuk sesuai kebutuhan yang digunakan.

Penggunaan baja tulangan pada proyek ini adalah untuk menahan

gaya tekan terhadap beton, dan untuk memikul beban tarik yang

terjadi pada beton. Ada beberapa syarat yang digunakan dalam

penggunaan baja tulangan ini, diantaranya :

a. Semua sambungan memanjang dan melintang harus dibuat

sesuai dengan detail dan letak pada Gambar Rencana.


78

b. Semua sambungan melintang harus dibuat segaris untuk

seluruh lebar perkerasan. Bidang-bidang permukaan sambungan

harus diusahakan tegak lurus terhadap bidang permukaan

perkerasan.

c. Baja tulangan harus terbebas dari korosi, kotoran dan tidak

cacat.

d. Untuk penyimpanan material tidak boleh tersentuh

permukaan tanah agar terhindar dari korosi dan material yang

lain.

e. Harus memiliki sertifikat uji kualitas baja

f. Diameter besi dowel 32 mm dan tiebar 16 mm dan wiremesh

8 mm serta pemasangan besi balok 8 mm untuk mengikat dowel

atau tiebar

Gambar 3.2 Baja Tulangan

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017


79

3. Agregat Kelas B

Dalam pekerjaan ini perkerasan berbutir pada proyek

Pembangunan Jalan Provinsi Ruas Jalan Pontang – Kronjo Mauk

STA 2+100 s.d 6+500 (Wilayah Utara) ini terdiri dari bahan

agregat yang telah terpilih dari sumber bahan yang telah disetujui

sesuai dengan spesifik teknik. Agregat kelas B adalah untuk lapis

pondasi atas. Lapis pondasi agregat kelas B boleh digunakan untuk

bahu jalan tanpa penutup aspal.

 Fraksi agregat kasar

Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri

dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet.

Bilamana digunakan untuk lapis pondasi agregat kelas A maka

untuk agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak kurang dari

100% berat agregat kasar ini harus mempunyai paling sedikit satu

bidang pecah.

 Fraksi agregat halus

Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari

partikel pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus

lainnya. Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak boleh

lebih besar 2/3 dari fraksi agregat lolos ayakan No.40.

Sebelum pengerjaan LC (Lean Concrete), dilakukan

penghamparan agregat B terlebih dahulu dengan ketebalan 37 cm

berfungsi sebagai perkerasan yang menahan gaya lintang dari


80

beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan yang berasal

dibawahnya dan berfungsi sebagai bantalan terhadap lapisan

permukaan.

Gambar 3.3 Agregat Kelas B

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

4. Agregat Kelas S

Lapis Pondasi Agregat Kelas S merupakan lapis pondasi yang

berada di bahu jalan. Lapis pondasi Agregat Klas S digunakan pada

bahu jalan tanpa penutup aspal tebal padat 15 cm, dengan kondisi

elevasi permukaan dan kemiringan melintang mengacu pada

Spesifikasi Teknik. Bahan Material Klas S terdiri dari fraksi

Agregat Kasar (tertahan saringan No. 4), dan Fraksi Agregat

Halus(lolos saringan No. 4)


81

Gambar 3.4 Agregat Kelas S

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

5. Pasir

Pasir adalah contoh bahan material yang berbentuk butiran.

Butiran pada pasir, umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2

mm. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di

beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu

kapur.

6. Semen PCC

Portland Composite (PCC) ini secara luas adalah bahan

pengikat untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata, beton

pra cetak, beton pra tekan, paving block, plesteran dan acian, dan

sebagainya. Karakteristik Portland Composite Cement (PCC) lebih

mudah dikerjakan, kedap air, tahan sulfat, dan tidak mudah retak.

Material ini terdiri dari beberapa unsur diantaranya terak, gypsum,

dan bahan anoraganik.


82

7. Batu Kali

Batu kali adalah bongkahan batu yang umumnya ukurannya

tidak beraturan yang didapatkan dari sungai ataupun gunung. Batu

kali merupakan salah satu bahan bangunan yang penting untuk

membangun rumah/bangunan, yaitu sebagai pembuatan pondasi

rumah/bangunan. Batu kali dipasang bersama mortar (campuran

semen, pasir, dan air).

Gambar 3.5 Batu Kali

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

8. Paving Block dan Kanstin

Menurut SK SNI T-04-1990-F, paving block adalah segmen-

segmen kecil yang terbuat dari beton dengan bentuk segi empat

atau segi banyak yang dipasang sedemikian rupa sehingga saling

mengunci.

Kanstin adalah bahan bangunan yang merupakan produk

beton yang berfungsi sebagai penguat tepi jalan yang dipasang


83

paving blok/conblok. Kanstin beton biasa digunakan pada trotoar,

separator, tepi badan jalan, jalan taman, boulevard, dan sebagainya.

Fungsi utama kanstin beton adalah sebagai pengunci agar susunan

paving blok/konblok yang telah di pasang tidak bergeser dari

susunan pemasangannya.

Gambar 3.6 Kanstin dan Paving Block

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

9. Marka Jalan

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan

jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau

tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis

serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan

arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.


84

Gambar 3.7 Marka Jalan

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

10. Guad Rail

Guard Rail atau Pagar Pengaman Jalan Raya adalah alat

keselamatan jalan yang terbuat dari baja lembaran yang diproses

forming dengan mesin cold-roll sehingga menghasilkan beam baja

profil W atau disebut W-Beam. Ketebalan plat baja juga telah

ditentukan untuk menghindari resiko terburuk bagi kendaraan yang

menabraknya. Dengan ketebalan tersebut, maka beam guard rail

akan lentur/fleksibel terhadap benturan keras dari kendaraan.


85

Gambar 3.8 Guard Rail

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

3.1.2 Peralatan

Eksistensi alat berat dalam proyek-proyek konstruksi dewasa ini sangatlah

penting guna menunjang baik dalam pembangunan infastruktur. Keuntungan-

keuntungan dengan menggunakan alat-alat berat antara lain waktu yang sangat

cepat, tenaga yang besar dan nilai-nilai ekonomis. Peralatan tersebut diantaranya :

1. Alat Pemindahan Tanah Mekanis

a. Exacavator

Excavator adalah salah satu alat berat yang digunakan untuk

memindahkan material yang digunakan dalam pekerjaan proyek ini

yang bertujuan untuk memudahkan dalam pekerjaan ini. Adapun fungsi

excavator ini yaitu memindahkan tanah asal ke lokasi lain yang

jaraknya tidak jauh.


86

Gambar 3.9 Excavator

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

b. Vibratory roller

Vibratory roller merupakan alat berat yang digunakan untuk

meratakan/memadatkan permukaan tanah pada area yang luas/mudah

dijangkau yang sebelumnya pada permukaan tanah dilaksanakan

penimbunan dengan excavator

Gambar : 3.10 Vibratory roller

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017


87

c. Dump Truck

Dump Truck merupakan truk pengangkut material secara hidrolik yang

dapat menumpahkan muatan material ke lokasi proyek.

Gambar 3.11 Dump Truck

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

2. Alat Fabrikasi

a. Bekisting

Bekisting merupakan alat yang digunakan pada perkerasan jalan kaku

(Rigid Pavement) yang berguna untuk membentuk dan menampung beton

di tempatnya sesuai dengan bentuk yang disesuaikan.


88

Gambar 3.12 Pemasangan Bekisting

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

3. Alat Pengecoran

a. Batching Plant

Batching Plant adalah alat yang berfungsi untuk mencampur beton ready

mix dalam produksi besar. Batching Plant digunakan agar produksi beton

ready mix tetap dalam kualitas yang baik, sesuai standar, nilai slump dan

strengthnya stabil sesuai dengan yang diharapkan. Pada proyek ini

batching plant menggunakan jasa dari PT. FARIKA BETON dan PT. SGG

PRIMA BETON

b. Truck Mixer

Truck Mixer berfungsi sebagai media transportasi beton dari tempat

pembuatannya (Batching Plant) ke lokasi proyek. Selama proses

pengangkutan tabung truck mixer harus selalu dalam keadaan berputar


89

sesuai dengan arah jarum jam agar tidak terjadi pengerasan atau

pemisahan agregat sehingga mutu beton sesuai dengan yang direncanakan.

Gambar 3.13 Truck Mixer

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

c. Polytene (plastik cor)

Sebelum melakukan pemasangan besi tulangan untuk dudukan tie bar dan

dowel terlebih dahulu dilakukan pemasangan Polytene (plastik cor) yang

akan dihamparkan memanjang sejajar bekisting dimana sebagian dari

plastik tersebut akan menutup bekisting sehingga celah-celah pada bagian

bawah bekisting tertutup. Plastik cor berfungsi sebagai menjaga agar

permukaan dasar beton tidak langsung berhubungan dengan tanah

memilliki kelembaban yang menyebabkan air/uap masuk kedalam pori –

pori beton menjadi lebih kecil, tulangan terhindar dari karat/korosi, untuk

menjaga supaya air semen dari campuran beton tersebut tidak terbuang ke

samping bekisting, dan sebagai melepaskan gesekan antara permukaan


90

bawah pelat beton dengan permukaan tanah.. Apabila air semen dari

campuran beton tersebut terbuang ke samping beton yang mengakibatkan

mutu beton tersebut tidak sesuai yang diinginkan.

Gambar 3.14 Polytene

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

d. Pasang Tulangan Polos dan Ulir

Bila Polytene (plastic cor) telah terpasang kemudian akan dilanjutkan

dengan pekerjaan pemasangan tulangan untuk dudukan dowel dan tie bar.

Pemasangan ini akan dilakukan sesuai dengan bentuk dan jarak yang

tertera dalam gambar kerja. Dimana tulangan untuk dudukan dowel dan tie

bar tersebut telah dipabrikasi sebelumnya sesuai dengan bentuk dan

diameter tulangan yang tertera dalam gambar kerja.

Bila tulangan dowel tersebut telah dimeni kemudian akan dipasang dengan

cara terlebih dahulu memasukkan batang besi / tulangan dowel tersebut

kedalam selongsong plastik yang telah dipersiapkan sebelumnya.


91

Kemudian tulangan dowel tersebut akan dirakit dan diikat pada besi

dudukan tulangan dowel dengan menggunakan kawat beton sesuai dengan

jarak yang tertera dalam gambar kerja.

Gambar 3.15 Tulangan Untuk Dudukan dan Dowel

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

e. Wacker Beam Vibratory Truss Screed

Wacker Beam Vibratory Truss Screed merupakan alat untuk meratakan

permukaan lantai beton saat kondisi fresh-concrete, terbuat dari rangka

metal dengan T-bolt adjuster LEVEL untuk adjusting level dari

permukaan lantai betonnya dan dilengkapi system vibrasi untuk lebih

mempermudah perataan dan menambah kepampatan dari permukaan lantai

betonnya. Kegunaan alat ini untuk menghasilkan permukaan lantai beton

LEVEL sesuai dengan standar FLATNESS dari lantai betonnya.


92

f. Alat-Alat Pendukung Lainnya

a) Alat Cutting f) Cangkul

b) Alat gosokan perata beton g) Meteran

c) Alat Groving/pembuat garis beton h) Tang/pemotong

d) Genset i) Palu

e) Rambu-rambu lalu lintas j) Lampu lapangan

3.1.3 Spesifikasi Tenaga Kerja

Dalam pelaksanaan tenaga kerja sangat diperlukan karena membantu

proses pembangunan dan dapat mengefisienkan waktu yang sudah disepakati

yaitu 240 hari kalender. Adapun dalam melaksanakan tugasnya tenaga kerja akan

dilengkapi personil tenaga ahli sebagai berikut :

1. Direktur Superintendent

a. Mengkoordinir bagian-bagian di bawahnya dan menjamin

pelaksana pekerjaan sesuai spesifikasi yang ditentukan oleh

pihak pengguna jasa serta mengoreksi bila ada reviem design.

b. Mengkoordinir pelaksanaan penyelesaian keluhan pelanggan

dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penyelesaian

produk yang tidak sesuai.


93

c. Mendata perubahan-perubahan pelaksanaan terhadap kontrak.

d. Berkoordinasi dengan pihak konsultan supervise, aparat

setempat, utamanya pihak direksi PU serta menyelesaikan

masalah-masalah teknis lapangan dengan pengawas.

2. General Superintendent

a. Mengkoordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

b. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek dari awal

sampai selesai.

c. Memotivasi seluruh stafnya agar bekerja sesuai dengan

ketentuan dan sesuai dengan tugasnya masing- masing.

3. Site Manager

a. Bertanggung jawab atas urusan teknis yang ada dilapangan.

b. Memberikan cara-cara penyelesaian atas usul-usul perubahan

desain dari lapangan berdasarkan persetujuan pihak pemberi

perintah kerja, sedemikian rupa sehingga tidak menghambat

kemajuan palaksanaan di lapangan.

c. Melakukan pengawasan terhadap hasil kerja apakah sesuai

dengan dokumen kontrak.

4. Pelaksana Lapangan

a. Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.

b. Megkoordinir pekerja agar bekerja efektif dan efisien.

c. Melaksanakan pekerjaan harian lapangan.


94

5. Surveyor

a. Membuat gambar-gambar kerja yang diperlukan dalam proyek.

b. Bertanggung jawab atas data-data pengukuran di lapangan.

c. Melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek.

6. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

a. Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan

program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3.

b. Mengevaluasi perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi

berbasis K3, jika diperlukan.

c. Mengevaluasi penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja serta keadaan darurat

3.2 Metode dan Prosedur Pelaksanaan

3.2.1. Pekerjaan Pembesian

Pada pekerjaan pembesian ini menggunakan besi Ø 8 dan jarak antar

cincin yaitu 30 cm, tie bar Ø 16 dan batang dowel Ø 32. Rangka besi disusun

menyerupai balok dengan diberi ikatan besi yang disebut cincin, lalu diikat tiap

besinnya dengan kawat dan dipasang besi dowel diatas rangkaian cincin tersebut.

Pembesian berguna untuk menikat campuran beton agar tahan terhadap gaya

tekan dan gaya tarik.


95

Gambar 3.16 Pembesian

Sumber : Dokumentasi Buku Kontrak 2017

3.2.2. Pekerjaan Perbaikan Drainase

Pada proyek Pembangunan Jalan Provinsi Ruas Jalan Pontang – Kronjo

Mauk STA 2+100 s.d 6+500 (Wilayah Utara) ini memperbaiki saluran air dan

drainase menggunakan box culvert, hal yang pertama dilakukan yaitu penggalian

tanah sedalam 112,5 cm dengan bantuan excavator, setelah digali lalu galian

tersebut diisi box culvert dengan ukuran yang sudah ditentukan.


96

Gambar 3.17 Saluran Drainase

Sumber : Dokumentasi Buku Kontrak 2017

3.2.3. Tembok Penahan Tanah

Tembok Penahan Tanah (TPT) adalah suatu bangunan yang berfungsi

untuk menstabilkan kondisi tanah tertentu pada umumnya dipasang pada daerah

tebing yang labil. Jenis konstruksi antara lain pasangan batu dengan mortar,

pasangan batu kosong, beton, kayu dan sebagainya.


97

Gambar 3.18 Tembok Penahan Tanah

Sumber : Dokumentasi Buku Kontrak 2017

3.2.4. Pekerjaan Tanah (sub grade)

Pada proyek Pembangunan Jalan Provinsi Ruas Jalan Pontang – Kronjo

Mauk STA 2+100 s.d 6+500 (Wilayah Utara) pekerjaan tanah yang pertama

dilakukan yaitu menggali tanah aslinya dengan menggunakan alat berat excavator,

setelah itu tanah yang berlubang ditimbun dengan agregat dan diratakan dengan

alat berat there wheel roller agar jalan yang ingin dibeton rata dengan permukaan

tanah yang lain dan tidak bergelombang.


98

Sub grade adalah tanah dasar di bagian bawah lapis perkerasan

jalan. Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah

aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang

distabilisasi dan lain lain. Sebelum kegiatan penghamparan perkerasan dilakukan,

bagian sub grade harus sudah dalam keadaan siap (kuat, padat, bersih, dan

dibentuk sesuai rencana).

Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan

badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya,

yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan

tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau

tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan

lain lain.

Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :

 Lapisan tanah dasar, tanah galian.

 Lapisan tanah dasar, tanah urugan.


99

 Lapisan tanah dasar, tanah asli.

Langkah-langkah pelaksanaannya :

1. Apabila tanah exsisting lebih tinggi dari elevasi rencana, maka

dilakukan pekerjaan galian. Sedangkan apabila tanah exsisting lebih

rendah dari elevasi rencana, maka dilakukan pekerjaan timbunan. Pada

pekerjaan timbunan, bagian-bagian yang harus ditimbun sampai mencapai

ketinggian yang ditentukan, harus di timbun menggunakan tanah timbunan

yang cukup baik, bebas dari sisa (rumput/akar-akar lain-lainya).

Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis. Tebal maksimal hamparan

30cm setiap lapisan. Kemudian tanah tersebut dilembabkan sebelum

dilakukan pemadatan.

2. Pemadatan sub grade menggunakan Vibrator Roller atau Static Roller

(sambil diberi air secukupnya untuk mencapai kadar air optimum).

3. Setelah pemadatan tanah dasar selesai, lalu dilakukan perataan

menggunakan Motor Grader.

3.2.5. Pekerjaan Sub Base

Sesudah pekerjaan tanah memenuhi syarat evaluasi dan kepadatan maka

selanjutnya pekerjaan pembuatan sub base. Sub base course atau perkerasan

bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapisan tanah dasar dan

perkerasan atas. Dengan demikian sub base course merupakan pondasi yang

mendukung perkerasan atas dan lapisan permukaan.


100

Fungsi sub base adalah :

1. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah

dasar.

2. Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.

3. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke

lapis pondasi atas.

4. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat

lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan

pekerjaan.

5. Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

Terlebih dahulu menentukan titik-titik untuk menentukan ketebalan yang

dikehendaki. Setelah penentuan titik lalu dipasang patok – patok untuk

menentukan ketinggian/ketebalan dan dapat mendatangkan material sub base ke

lapangan.

3.2.6. Pekerjaan Base Course

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara

lapis pondasi bawah dan lapis permukaan.

Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :

1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan

menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.

2. Bantalan terhadap lapisan permukaan.


101

Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga

dapat menahan beban-beban roda. Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu

dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga,

volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

3.2.7. Pekerjaan Surface Course

Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan

beban roda kendaraan.

Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :

1. Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.

2. Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus).

3. Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke

lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.

4. Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat

dipikul oleh lapisan di bawahnya.

3.2.8. Pengecoran Lantai Kerja (Lean Concrete)

Pada pengecoran lantai kerja lapisan base harus sudah siap dan sesuai

syarat evaluasi dan kemiringan/ketebalannya sudah benar maka lantai kerja sudah

bisa dilaksanakan.

Pada proyek Pembangunan Jalan Provinsi Ruas Jalan Pontang – Kronjo

Mauk STA 2+100 s.d 6+500 (Wilayah Utara) ini lantai kerja dilakukan untuk

memudahkan pekerja berdiri diatas lahan datar, lahan datar tidak kotor dan becek
102

serta menahan gaya angkat (up – lift force). Lantai kerja di cor dengan ready mix

dengan ketebalan 10 cm dengan mutu beton K-125, setelah pengecoran selesai

lalu permukaan lantai kerja di pasang bekisting untuk pengecoran lantai atas

dengan ketebalan 25 cm dengan mutu beton K-450 beton dilapisi dengan plastic

cor dan dipasang baja tulangan.

Gambar 3.19 Pekerjaan Lean Concrete

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

3.2.9. Pengecoran Beton FS 45

Setelah tulangan dudukan, tie bar dan dowel telah terpasang kemudian

akan dilanjutkan dengan pengececoran. Bila telah mendapat izin pengecoran dari

pengawas/direksi maka dengan segera akan dilakukan pengecoran, dengan beton

readymix yang akan didatangkan dari supplier. Sebelum melakukan pengecoran

terlebih dahulu akan dipersiapkan segala peralatan dan perlengkapan yang

dibutuhkan pada saat pengecoran antara lain genenator set, concrete vibrator,

garukan, jidar dan kabel-kabel serta lampu-lampu penerangan. Beton ready mix
103

yang berasal dari truk mixer dituang ke dalam kotak (mal) yang telah disiapkan

lalu diratakan secara manual kemudian selanjutnya diratakan dan diadakan dengan

menggunakan vibrating screed yang sistem operasinya bergerak di atas mal

memanjang (sepanjang mal memanjang) yang ditarik dengan tenaga manusia

bolak balik sebanyak 4 lintasan.

Jika telah mencapai lokasi pengecoran kemudian adukan beton tersebut

dituang dari truk mixer secara berlahan-lahan kemudian bahan adukan coran

tersebut akan diambil sebagian untuk melakukan pengujian slump beton

kemudian dan sampel benda uji silinder/kubus beton. Kemudian dilanjutkan

dengan pengecoran dimana adukan beton tersebut akan dituang dari truk mixer

dan kemudian ditarik dengan mengunakan alat bantu sambil dipadatkan dengan

menggunakan concrete vibrator kemudian diratakan dengan menggunakan jidar

hingga mendapatkan permukaan yang rata.

Gambar 3.20 Pekerjaan Beton FS 45

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017


104

3.2.10. Pengetesan Workability Beton

Workability adalah kemampuan untuk dilaksanakan atau dikerjakan, yang

meliputi bagaimana beton itu mudah untuk dibawa dan ditempatkan di mana-

mana, mudah dikerjakan, mudah dipadatkan, dan mudah untuk dilakukan

finishing.

Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk

menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran

beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan

dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan.

Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan,

atau cukup air.

Sebelum beton dari mixer truck dituang, harus dilakukan pengetesan

workability beton yaitu dengan metode slump test yang disaksikan oleh kontraktor

dan pengawas, dan nilai slump test yang terjadi dilapngan harus rata – rata adalah

10 – 5 cm. Ada tiga macam kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pengujian

dengan cara slump test, yaitu :

1. Slump yang benar (true Slump)

Suatu campuran yang telah dibuat dikatakan mempunyai true slump, jika

kerucut beton mengalami penurunan secara seragam disetiap sisinya

setelah kerucut diangkat. Tingi slump 2/3 tinggi cetakan slump.


105

2. Slump geser (Shear Slump)

Sebagian kerucut beton meluncur kebawah sepanjang bidang miring. Jika

hal itu terjadi, maka pengujian slump harus diulang. Jika bentuk slump itu

terjadi secara konsisten maka berarti sifat kohesi campuran yang diuji

adalah kurang baik. Tinggi slump 1/2 tinggi cetakan slump.

3. Slump runtuh (Collapse Slump)

Campuran dikatakan mempunyai Collapse slump, jika setelah kerucut

diangkat campuran akan mengalami runtuh (collapse). Tinggi slump 1/3

tinggi cetakan cetakan slump.

Gambar 3.21 Uji slump test

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017


106

3.2.11. Pekerjaan Trowelling

Sambil menunggu beton setting (proses mengeras) penghalusan

permukaan beton terus dilakukan. Hasil trowel ini sangat bagus dengan

permukaan kelihatan rata & mengkilap.

Gambar 3.22 Trowelling

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

3.2.12. Pekerjaan Grooving

Grooving yaitu pemberian tekstur pada permukaan beton. Dilakukan oleh

orang yang dapat mengenal tingkat kekerasan beton. pada arah melintang atau

memanjang jalan. Pengkasaran yang dilakukan dengan menggunakan sikat kawat

selebar tidak kurang dari 45 cm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru

adalah 10 cm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat.


107

Gambar 3.23 Grooving

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

3.2.13. Pekerjaan Curing Compound

Untuk melindungi beton dari retak rambut akibat cepatnya susut

beton. Hal ini harus lebih diperhatikan bila pelaksanaannya di siang hari. Bahan

yang digunakan berupa produk perawatan beton yang banyak di

pasaran. Penyemprotannya dilakukan setelah grooving saat beton belum

mengeras.
108

Gambar 3.24 Curing Compound

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

3.2.14. Pekerjaan Cutter Joint Beton + Joint Sealent

Bila beton coran tersebut telah mengering dan mengeras maka dilakukan

cutting beton diantara jarak dowel dan tie bar yang telah ditentukan jaraknya,

dengan alat mesin pemotong beton hingga mencapai kedalaman yang telah

ditentukan, dimana terlebih dahulu digaris di atas permukaan beton sebagai acuan

untuk melakukan pemotongan. Bila telah selesai melakukan pemotongan beton ini

dilakukan dengan pemasangan joint sealent pada lubang beton yang telah di

cutting tersebut agar rata dengan permukaan beton.


109

Gambar 3.25 Pekerjaan Cutter Beton dan Joint Sealant

Sumber : Dokumentasi Lapangan 2017

3.2.15. Pekerjaan Finishing

Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan perawatan

(curing) dilakukan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang

garis sumbu (centre line) jalan, atau dengan cara pembuatan alur (grooving) pada

arah melintang atau memanjang jalan. Pengkasaran yang dilakukan dengan

menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 45 cm, dan panjang kawat

sikat dalam keadaan baru adalah 10 cm dengan masing-masing untaian terdiri dari

32 kawat. Sikat hams terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-

seling sehingga jarak masing-masing pusat untaian maksimum 1 cm. Sikat harus

diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 9 cm. Kedalaman tekstur rata-rata

tidak boleh kurang dari 0,75 mm.

Anda mungkin juga menyukai