Anda di halaman 1dari 9

22 Inspirasi Program K3 berdasarkan ISO

45001

Agung Supriyadi, M.K.K.K. 21/08/2018


0 6 menit baca

Program K3 atau Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan kunci untuk
menerapkan Keselamatan dan Kesehatan bagi pekerja di tempat kerja. Tujuan Program
Keselamatan dan kesehatan kerja ini tentunya untuk membuat pekerja lebih selamat dan sehat
melalui perlindungan pekerja dari risiko-risiko di tempat kerja yang dapat menurunkan derajat
kesehatan dan keselamatannya.

Program keselamatan dan kesehatan kerja sangatlah beragam dan tergantung dengan situasi,
kondisi dan kebijakan masing-masing perusahaan atau organisasi. Menurut ISO 45001, program
K3 dapat dikelompokkan berdasarkan siklus Plan – Do – Check dan Act (PDCA):

 Plan: menentukan dan menilai risiko keselamatan dan kesehatan kerja, peluang K3, serta
bahaya dan peluang lain, menentukan tujuan K3 dan proses yang dibutuhkan untuk
mencapai hasil sesuai dengan kebijakan K3 perusahaan
 Do : Menerapkan proses yang direncanakan
 Check : memantau dan mengukur aktivitas dan proses sesuai dengan kebijakan K3 dan
tujuan K3 serta melaporkan hasilnya
 Act: Mengambil tindakan untuk secara terus menerus meningkatkan performa K3 untuk
mencapai hasil yang diinginkan

Konsep PDCA ini diterjemahkan melalui klausul-klausul yang ada dalam ISO 45001. Dalam
poin 0.4 (Plan-do-check-act) cycle, terdapat gambar yang menjelaskan hubungan antara
kerangka kerja PDCA dengan klausul-klausul di dalam ISO 45001:
Hubungan antara PDCA dan kerangka kerja ISO 45001

Katigaku.top merangkum 22 inspirasi program K3 yang disusun dengan konsep PDCA untuk
Anda dapat terapkan di tempat kerja Anda.

Plan
1. Identifikasi bahaya dan peluang

Bahaya merupakan sumber potensial yang dapat menimbulkan luka atau penyakit. Sedangkan,
peluang adalah keadaan-keadaan yang dapat meningkatkan performa Keselamatan dan kesehatan
kerja.

Program identifikasi bahaya dan peluang dapat tertuang dalam Hazard Identification Risk
Assessment and Determining Control (HIRADC). Program K3 ini merupakan program penting
yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya tujuan K3 yang ingin ditetapkan karena melalui
identifikasi bahaya dan peluang akan muncul beberapa action plan yang sesuai dengan bahaya
dan risiko yang ditemui. Semakin komprehensif identifikasi bahaya dan peluang serta tindakan
pengendaliannya maka semakin kecil risiko yang dapat muncul.

2. Identifikasi persyaratan legal dan persyaratan lain

Persyaratan (requirement) merupakan sebuah kebutuhan atau harapan yang disampaikan, bersifat
wajib atau secara umum diterapkan. Persyaratan ini dapat berupa persyaratan legal berupa
regulasi-regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau instansi lain dan juga dapat berupa
persyaratan lain seperti hasil kunjungan dan hasil rapat.

Identifikasi persyaratan legal dan persyaratan lain ini dapat dilakukan secara berkala. Program
K3 ini bisa menjadi dasar untuk pelaksanaan program K3 lain guna memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan.

3. Menentukan Tujuan K3

Tujuan K3 dibuat oleh organisasi untuk mencapai hasil spesifik yang konsisten dengan kebijakan
K3. Tujuan K3 ini dibagi menjadi lagging indicator dan leading indicator. Lagging indicator
dapat berupa target angka kecelakaan sedangkan leading indicator dapat berupa jumlah jam
pelatihan K3, ide perbaikan, inspeksi K3 dan lain-lain. Tujuan K3 ini biasanya dibuat di awal
tahun dan dipantau pelaksanaannya secara berkala.

Do
4. Pelatihan K3

Pelatihan K3 merupakan salah satu bentuk Program K3 untuk mempersiapkan kemampuan


(skill) dan kompetensi yang sesuai dalam hal keselamatan dan kesehatan bagi para pekerja.
Pelatihan K3 ini harus disesuaikan dengan tujuan yang diinginkan.

Pelatihan K3 ini dapat beraneka macam. Pelatihan K3 dapat dibagi berdasarkan objeknya seperti
pelatihan K3 untuk tamu, kontraktor atau pekerja baru. Pelatihan K3 dapat dibagi berdasarkan
bahaya di tempat kerja seperti pelatihan K3 untuk menangani zat kimia berbahaya, listrik, dan
ketinggian. Pelatihan K3 dapat dibagi berdasarkan waktunya seperti pelatihan K3 di awal masuk
dan pelatihan K3 berkala.

5. Pembuatan materi komunikasi

Pembuatan materi komunikasi cetak dapat berupa rambu-rambu K3, poster K3, media digital,
website dan media-media lain. Media-media ini harus sering diperbaharui karena pekerja bisa
merasa bosan jika materinya selalu sama.

6. Pembicaraan 5 menit (P5M)


Pembicaraan 5 menit merupakan pembicaraan di awal pekerjaan dengan tema seputar
keselamatan dan kesehatan kerja. Sesuai dengan namanya, P5M hanya dilakukan selama 5
menit. P5M ini dapat berisi materi K3, komitmen bersama, job safety analysis pekerjaan yang
akan dilakukan, dan berdoa.

7. Pembuatan group whatsapp Program K3

Whatsapp menjadi salah satu media komunikasi berbasis internet yang paling banyak digunakan
di Indonesia. Adanya whatsapp ini dapat digunakan sebagai media komunikasi K3. Kita bisa saja
membuat grup khusus terkait dengan diskusi keselamatan dan kesehatan kerja. Kita bisa
mengundang para pekerja atau menyebarkan link invite khusus grup tersebut sehingga lebih
banyak pekerja masuk grup dan lebih luas jangkauan materi K3 yang kita sebar.

8. Inspeksi K3

Inspeksi K3 merupakan tinjauan langsung terhadap pelaksanaan prinsip Keselamatan dan


kesehatan kerja di area kerja. Program K3 ini biasanya dilakukan secara berkala dengan
inspektur dari tim K3. Dalam inspeksi K3, kadang kita harus menegur orang yang berbuat tidak
aman dan kadang juga kita harus mengambil dokumentasi baik berupa foto atau catatan untuk
dapat kita tindak lanjuti.

Ilustrasi Inspeksi K3
9. Contractor safety management system

Kontraktor adalah pihak ketiga yang menjalankan berbagai macam pekerjaan di area kerja
seperti cleaning service, jasa keamanan, pekerjaan berbasis mechanical electrical, pekerjaan sipil
dan lain-lain. Kontraktor kadang harus berhadapan dengan risiko yang sangat tinggi pada
pekerjaannya sehingga diperlukan sebuah sistem manajemen keselamatan untuk kontraktor
(contractor safety management system).

Pada contractor system management system ini, pihak owner akan mengatur hal terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja bagi para kontraktor dimulai dari seleksi hingga selesai
pekerjaan. Contractor system management system juga mengatur terkait dengan izin-izin kerja
untuk melakukan pekerjaan dengan risiko tinggi.

Ilustrasi Pekerjaan Kontraktor

10. Management of Change

Management of change adalah sebuah metode yang dipakai untuk menganalisa segala macam
dampak yang bisa terjadi karena sebuah perubahan dan juga pengendalian untuk dampak yang
muncul tersebut. Management of change misalnya dibuat untuk pembuatan gedung baru,
perubahan metode proses, perekrutan orang baru, dan lain-lain. Lebih detail management of
change bisa dibaca pada tulisan management of change di katigaku.top.

11. Emergency response

Emergency response meliputi prosedur, sumber daya manusia, fasilitas, drill yang disiapkan
guna menghadapi segala hal yang dianggap sebagai suatu hal yang “darurat” (emergency). Tahap
awal emergency response harus mengidentifikasi skenario-skenario yang mungkin bisa muncul
akibat aktifitas yang dilakukan di tempat kerja.

Contoh hal yang bersifat darurat adalah kebakaran, kecelakaan, keracunan masal, dan lain-lain.
Sumber daya manusia yang disiapkan contohnya adalah tim pemadam kebakaran, tim
Pertolongan pertama pada kecelakaan, dan lain-lain. Fasilitas yang disiapkan misalnya adalah
APAR, tandu, kotak P3K, dan lain-lain.

12. Management visit

Management visit adalah kunjungan pihak manajemen untuk memantau langsung penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan. Management visit ini harus dibedakan dengan
audit yang fokus kepada kondisi tidak aman (unsafe conditions) atau seperti inspeksi mendadak
yang fokus kepada pencarian kesalahan. Management visit lebih baik berfokus kepada dialog
kepada pekerja lapangan,memberikan motivasi kepada mereka untuk berlaku aman, memberikan
koreksi dengan baik untuk perilaku yang tidak aman dan memberikan tindakan perbaikan
langsung untuk kondisi-kondisi yang tidak aman.

Management visit ini dapat disinergikan dengan indikator organisasi dan key performance
indicator individu yang berada pada tingkatan manajemen. Management visit dapat membuat
pekerja di tingkat manajemen lebih mengerti terhadap kondisi pekerja lapangan dan
meningkatkan kepercayaan pekerja lapangan terhadap manajemen.

Ilustrasi Management Visit


13. Kampanye bertema

Kampanye bertema bisa dilakukan untuk menghadapi isu khusus di tempat kerja. Misalnya,
kasus kecelakaan tangan yang tinggi bisa menjadi alasan untuk membuat hand safety campaign.
Ketika Hari Anti Aids sedunia, kita dapat mengkampanyekan terkait pencegahan terhadap AIDS.

14. Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Setiap Bulan Januari dan Februari, Indonesia memperingati Bulan K3 Nasional. Waktu tersebut
merupakan waktu yang tepat untuk mengkampanyekan K3 kepada pekerja. Program-program
Bulan K3 pun banyak variasinya seperti pada tulisan tentang Bulan K3 ini.

15. Drill

Drill dalam Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan uji coba prosedur emergency response
yang berlaku di tempat kerja. Drill ini dapat melibatkan seluruh pekerja atau sebagian pekerja.
Drill ini juga bisa dilaksanakan langsung di lapangan atau hanya berupa bentuk table top drill.
Drill ini hendaknya dicoba bergiliran terhadap semua skenario yang mungkin terjadi di tempat
kerja.

16. Manajemen Alat Pelindung Diri

Kementerian Tenaga Kerja Indonesia memberlakukan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 8
Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri. Manajemen Alat Pelindung Diri ditujukan agar
menjamin ketersediaan Alat Pelindung Diri yang baik guna mencegah kecelakaan kerja.
Manajemen Alat Pelindug Diri mencakup identifikasi kebutuhan dan syarat APD, pemilihan
APD yang sesuai, pelatihan, penggunaan, perawatan, pembinaan, pemusnahan, inspeksi dan
evaluasi serta laporan.

17. Pemeriksaan Alat

Kementerian Tenaga Kerja Indonesia mengeluarkan banyak regulasi untuk pemeriksaan alat-alat
kerja. Pada tahun 2016 misalnya, Kementerian Tenaga Kerja mengeluarkan Permenaker 37
tahun 2016 tentang K3 Bejana dan Tangki Timbun serta Permenaker 38 Tahun 2016 tentang K3
Pesawat Tenaga dan Produksi. Pemeriksaan alat-alat ini hendaknya dilakukan berkala sesuai
dengan regulasi yang berlaku dan tingkat risiko yang ada. Pemeriksaan alat bisa dilakukan oleh
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja, ahli K3 umum, atau orang lain yang
berkompeten tergantung dengan regulasi yang belaku serta besaran risiko yang ada.

Check

18. Monitoring lingkungan

Monitoring lingkungan dilakukan harus sesuai dengan Permenaker 5 Tahun 2018 tentang K3
Lingkungan Kerja. Monitoring lingkungan ini misalnya meliputi pemeriksaan terhadap
kebisingan, kualitas udara, aspek ergonomik dan aspek psikososial. Monitoring lingkungan ini
harus dilakukan oleh personil yang berkompeten sesuai dengan Permenaker 5 Tahun 2018.
Apabila ada hasil monitoring lingkungan yang tidak memenuhi standar maka perusahaan harus
membuat tindakan perbaikan.

19. Management review

Management review biasanya diberlakukan setiap tahun, namun konsekuensinya jika lakukan per
tahun adalah topik yang dibawa terlalu umum dan jangka waktu juga terlalu lama sehingga
tindakan perbaikan dianggap tidak efektif. Sehingga, ada perusahaan yang membuat
management review per 2 bulan bahkan ada yang 1 bulan sekali.

ISO 45001 menyebutkan bahwa management review berisi status dari management review
sebelumnya, perubahan dalam manajemen K3, monitoring performa K3, komunikasi relevan
dengan pihak terkait dan lain-lain. ISO 45001 sendiri tidak menyebutkan harus seberapa banyak
dan seberapa sering management review harus dilakukan.

20. Audit

Audit adalah proses sistematik, independen, dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit
dan mengevaluasi secara objektif untuk menentukan tingkat pemenuhan dari audit kriteria. Audit
ini bisa dilakukan secara internal dan eksternal. Audit ini juga sebaiknya dilakukan secara
berkala.

Act
21. Ide berkelanjutan

Ide berkelanjutan merupakan program K3 yang melibatkan pekerja-pekerja untuk meningkatkan


keselamatan dan kesehatan kerja di tempatnya. Ide berkelanjutan ini dapat dibuat menjadi target
individu sehingga dapat merangsang para pekerja mengeluarkan ide terbaiknya untuk membuat
pekerja lebih aman. Program K3 ini harus dipantau seberapa besar closing rate (kemampuan
pelaksanannya) sehingga pekerja benar-benar merasa dihargai ide-idenya.

22. Investigasi kecelakaan

Investigasi kecelakaan merupakan program K3 yang penting untuk mencegah kecelakaan yang
sama berulang kembali. Investigasi kecelakaan ini harus menemukan penyebab munculnya
kecelakaan sehingga tindakan pengendalian bisa disusun. Metode investigasi kecelakaan bisa
bermacam-macam seperti fault tree analysis, fishbone, swiss cheese, dan functional resonance
analysis method.

Referensi
The British Standard Institution. 2018. Occupational health and safety management systems –
Requirments with guidance for use. Geneva, Mar 12.

Anda mungkin juga menyukai