Anda di halaman 1dari 6

Tahapan-Tahapan Dalam Usaha 

Pertambangan

1. PROSPEKSI
a. Pengertian Prospeksi

Prospeksi merupakan langkah awal usaha pertambangan yang bertujuan untuk menemukan
adanya atau terdapatnya bahan galian yang mempunyai proses untuk diselidiki atau di eksplorasi
lebih lanjut.  Prospeksi ini tidak selalu harus ada dalam setiap kegiatan atau aktivitas
pertambangan, tetapi jika dalam awal kegiatan pertambangan, suatau lokasi mempunyai prospek
untuk diselidiki lebih lanjut, atau dilakukan kegiatan eksplorasi, maka kegiatan prospeksi
langsung dilewati dan kegiatan pertambangan langsung berada dalam tahapan eksplorasi.
b. Metode Prospeksi

Penelusuran jejak serpihan mineral (Tracing Float)  


Tracing float merupakan metode untuk menemukan letak sumber serpihan mineral (mineral cuts
= float) yang umumnya berupa urat bijih (vein) endapan primer di tempat-tempat yang
elevasinya tinggi. Caranya adalah dengan mencari serpihan atau potongan mineral-mineral
berharga (emas, intan, kasiterit, dll) yang keras, tidak mudah larut dalam asam maupun basa
lemah dan memiliki berat jenis yang tinggi dimulai dari kelokan di hilir sungai.
Pada kelokan sungai sebelah dalam diambil beberapa genggam endapan pasir lalu dicuci dengan
dulang atau lenggang (pan/batea/horn). Bila dari dalam dulang itu ditemukan serpihan mineral
berharga, maka pendulangan di kelokan sungai diteruskan ke hulu sungai sampai serpihan
mineral berharga itu tak ditemukan lagi.
Selanjutnya pencarian serpihan itu dilakukan ke kiri-kanan tepian sungai dengan cara mendulang
tumpukan pasir yang ada di tepian sungai tersebut. Pekerjaan ini diteruskan ke lereng-lereng
bukit disertai dengan penggalian sumur uji dan parit uji sampai serpihan itu menghilang dan
sumber serpihan yang berupa endapan primer itu ditemukan. Tetapi mungkin juga sumber
serpihan mineral berharga itu tidak ditemukan.

Penyelidikan dengan sumur uji (Test Pit)


Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan galian di bawah tanah dan
mengambil contoh batuan (rock samples)-nya biasanya digali sumur uji (test pit) dengan
mempergunakan peralatan sederhana seperti cangkul, linggis, sekop, pengki, dsb.
Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar, bulat atau bulat telur
(ellip) yang kurang sempurna. Tetapi bentuk penampang yang paling sering dibuat adalah empat
persegi panjang; ukurannya berkisar antara 75 x 100 m sampai 150 x 200 m. Sedangkan
kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galiannya atau batuan dasar
(bedrock)nya dan kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa penyangga kedalaman
sumur uji itu berkisar antara 4 – 5 m.
Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk dan letak endapan bahan
secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang teratur seperti empat
persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-sudut pola tersebut digali sumur uji) dengan
jarak-jarak yang teratur pula (100 – 500 m), kecuali bila keadaan lapangan atau topografinya
tidak memungkinkan.
Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka volume tanah yang
digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit.
Penyelidikan dengan Parit Uji (Trench) 
Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang mempergunakan sumur
uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda adalah bentuknya; parit uji digali
memanjang di permukaan bumi dengan bentuk penampang trapesium dan kedalamannya 2-3 m,
sedang panjangnya tergantung dari lebar atau tebal singkapan endapan bahan galian yang sedang
dicari dan jumlah (volume) contoh batuan (samples) yang ingin diperoleh. Berbeda dengan
sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya mudah dijangkau oleh
peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan dengan dragline atau hydraulic
excavator (back hoe).
Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup sebaiknya digali dua
atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk menemukan urat
bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya,
maka jurusnya (strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan
ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus
terhadap jurus urat bijihnya.

Metode geofisika (Geophysical Prospecting)


Metode geofisika dipakai sebagai alat untuk menemukan adanya perbedaan (anomali) yang
disebabkan oleh adanya endapan bahan galian yang tersembunyi di bawah permukaan bumi.
Pada umumnya endapan bahan galian yang tersembunyi di bawah permukaan bumi itu memiliki
satu atau lebih sifat-sifat fisik yang berbeda dari sifat fisik batuan di sekelilingnya, sehingga
perbedaannya itu dapat dicatat (diukur) dengan peralatan geofisika. Metode geofisika ini
memang mahal dan hasilnya tidak selalu teliti dan meyakinkan, karena tergantung dari
kepiawaian dalam melakukan interpretasi terhadap anomali dan data geologi yang diperoleh.
Walaupun demikian metode ini bisa sangat membantu dalam mengarahkan kegiatan eksplorasi
di kemudian hari

Metode geokimia ( Geochemistry Prospecting)


Metode geokimia dipergunakan untuk merekam perubahan-perubahan komposisi kimia yang
sangat kecil, yaitu dalam ukuran part per million (ppm), pada contoh air permukaan (air sungai),
air tanah, lumpur yang mengendap di dasar sungai, tanah dan bagian-bagian dari tanaman
(pepohonan) seperti pucuk daun, kulit pohon dan akar yang disebabkan karena di dekatnya ada
endapan bahan galian atau endapan bijih (ore body). Pada dasarnya semua endapan bahan galian
pada saat terbentuk akan “merembeskan” sebagian kecil unsur kimia atau logam yang
dikandungnya ke lapisan batuan di sekelilingnya. ”Rembesan” unsur kimia atau logam inilah
yang ditelusuri dengan metode geokimia. Oleh sebab itu prospeksi geokimia biasanya dilakukan
di sepanjang aliran sungai dan daerah aliran sungai (DAS) serta di daratan.
Prospeksi geokimia hanya mampu membantu melengkapi data dan informasi untuk mengarahkan
di daerah mana prospeksi geofisika harus dilakukan. Tetapi prospeksi geokimia sangat
bermanfaat untuk penyelidikan di daerah yang bila diselidiki dengan geofisika tidak efektif,
terutama untuk pengamatan awal di daerah terpencil yang luas. Setiap contoh air, tanah dan
komponen tumbuh-tumbuhan yang diambil dengan teliti dan sistematis dari daerah yang sedang
diteliti, kemudian harus dianalisis secara kimiawi dengan reagen yang khas dan hanya peka
untuk unsur kimia atau logam tertentu (a.l. Cu, Pb, Zn, Ni dan Mo) walaupun kadar unsur kimia
atau logam itu sangat rendah. Hasil analisis kimia khusus itu dipetakan untuk dipelajari adanya
anomali geokimia yang antara lain disebut halos.
Prospeksi geokimia biasanya berlangsung tidak terlalu lama (0,5-1,0 tahun), sedangkan jumlah
contoh (sample) yang diambil dari setiap tempat tak banyak (1-2 kg).
2. EKSPLORASI

a. Pengertian Eksplorasi
Eksplorasi merupakan kegiatan lanjutan dari prospeksi atau penyelidikan umum yang bertujuan
untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian tersebut yang meliputi bentuk,
ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik endapan
bahan galian dan batuan samping.

b. Tahapan Dalam Perencanaan Kegiatan Eksplorasi

Tahap Eksplorasi Pendahuluan


Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang
diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga
berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap
ini adalah :
a. Studi Literatur
          Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data
dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-
laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan
langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta
geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan
bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan
tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan
singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 :
50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih
dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan,
karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari
(singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang
penting.
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung),
yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen
(jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus
diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter,
serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan
demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang
tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut
kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit),
pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut
kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).
 Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei
yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.

Tahap Eksplorasi Detail


Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai
prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan
utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai
penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara
mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung
dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian
perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.
    Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan
penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan
batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat
memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan
lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan
peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya

Studi Kelayakan
Kegiatan ini merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan
sebelumnya sebagai penentu apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut layak
dilakukan atau tidak. Dasar pertimbangan yang digunakan meliputi pertimbangan teknis dan
ekonomis dengan memperhatikan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan hidup.
Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang, metode penambangan,
perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi
berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah
cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak.

3. PERSIAPAN PENAMBANGAN
Kegiatan ini meliputi penyiapan infrastruktur dan lahan kerja penambangan yang antara lain
meliputi pembuatan jalan, pembabatan semak/pohon, penupasan tanah penutup, pembangunan
kantor, gedung, bengkel, dll.

4. PENAMBANGAN
Kegiatan penambangan yang dimaksud adalah kegiatan yang ditujukan untuk membebaskan dan
mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi, kemudian dibawa ke permukaan untuk
dimanfaatkan. Penambangan bahan galian ini dibagi atas tiga bagian yaitu tambang terbuka,
tambang bawah tanah, dan tambang bawah air.

5. PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya harus diolah terlebih dahulu di
tempat pengolahan. Hal ini disebabkan antara lain oleh tercampurnya pengotor bersama bahan
galian, perlu spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalu tidak diolah maka harga jualnya
relative lebih rendah jika dibandingkan dengan yang sudah diolah.
Adapun tujuan pengolahan bahan galian adalah sebagai berikut:
 Untuk menyesuaikan spesifikasi. Bahan galian hasil penambangan (raw material), pada
umumnya tidak sesuai dengan spesifikasi bahan galian yang diinginkan oleh konsumen.
Untuk itu, agar sesuai dengan kebutuhan konsumen, dilakukan pengolahan bahan galian.
Contohnya ialah proses pencucian dan pengecilan ukuran batubara, pembuatan tepung
dolomite dan kapur.

 Untuk meningkatkan nilai tambah bahan galian. Pada umumnya kegiatan pengolahan
bahan galian bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bahan galian ini berupa industry
pengolahan, baik berskala industry rumah tangga maupun yang berskala sedang dan
besar. Contohnya adalah pembuatan batu press, genteng press, batu krawang, semen
pozzoland, semen Portland, dan ubin keramik.

 Untuk mengurangi volume dan ongkos angkut. Pada proses pengolahan bahan galian,
akan dapat dikurangi volume bahan galian yang berarti juga akan mengurangi ongkos
angkut. Misalnya pada pengolahan 30 ton bijih tembaga, hanya akan menghasilkan
kensentrat tembaga dan emas sebanyak lebih kurang satu ton. Berarti ongkos angkut yang
dikurangi sebanyak 29 ton.

Cara pengolahan bahan galian, secara sederhana dapat dibagi atas tiga macam yaitu sebagai
berikut:

1. Pengolahan bahan galian secara fisika. Yaitu dengan cara memberikan perlakuan fisika
seperti peremukan (crushing), penggerusan (milling), pencucian (washing), dan
pengeringan (drying), dan pembakaran suhu rendah (baking). Misalnya penggilingan
tepung dolomite, tepung kapur, penggilingan dan pencucian tanah liat.
2. Pengolahan secara fisik dan kimiawi, tanpa ekstraksi metal. Contoh yang tergolong
pengolahan secara fisika dan kimia tanpa ekstraksi metal ini adalah pengolahan batubara
skala menengah dengan menggunakan reagens kimia.
3. Pengolahan bahan galian secara fisika dan kimia dengan ekstraksi metal. Contoh
pengolahan bahan galian secara fisika dan kimia dengan ekstraksi metal ini adalah
pengolahan logam mulia baik skala kecil maupun skala besar.

6. PENGANGKUTAN
Pengangkutan adalah segala usaha untuk memindahkan bahan galian hasil tambang atau
pengolahan dan pemurnian dari daerah penambangan atau tempat pengolahan dan pemurnian ke
tempat pemasaran atau pemanfaatan selanjutnya dari bahan galian tersebut.

7. PEMASARAN BAHAN GALIAN


Pemasaran adalah kegiatan untuk memperdagangkan atau menjual hasil-hasil penambangan dan
pengolahan bahan galian.
 Berdasarkan tipenya, pasar atau tempat penjualan bahan galian dibagi atas 4 macam yaitu
sebagai berikut:

1. Pasar yang dikuasai oleh produsen (captive market)


Yaitu pasar yang sudah dikuasai oleh produsen, baik secara monopoli, afiliasi perusahaan,
ikatan formal, ataupun non formal ataupun misalnya produsen juga mempunyai pabrik
pengolahan bahan galian tersebut.
2. Pasar yang dikuasai pembeli
Yaitu pasar yang pembelinya hanya satu perusahaan, satu wilayah atau hanya satu negara.
3. Pasar bebas
Yaitu pasar yang tidak ada ketergantungan antara pembeli dan penjual, masing-masing pihak
bebas mencari pembeli dan penjual.
4. Pasar yang dikuasai penjual
Yaitu pasar yang dikuasai penjual karena minimnya produsen yang memproduksi bahan
galian tersebut.

 Berdasarkan jangka waktu penjualannya pasar dapat dibagi atas 2 macam, yaitu sebagai
berikut:
1. Penjualan berdasarkan kontrak jangka panjang
Pasar kontrak jangka panjang yaitu pasar yang penjualan produknya dengan kontrak jangka
panjang, misalnya lebih dari satu tahun.
2. Penjualan spot
Penjualan spot yaitu penjualan sesaat atau satu atau dua kali pengiriman atau order saja.
Berdasarkan lokasinya pasar dibagi atas 3 macam, yaitu sebagai berikut.

1. Pasar lokal. Pasar local yaitu pasar yang hanya berada dalam satu kabupaten atau
provinsi dimana bahan galian tersebut ditambang atau dieksploitasi.
2. Pasar regional. Pasar regional yaitu pasar yang berada dalam cakupan lintas provinsi dan
juga melewati Negara bertetangga.
3. Pasar internasional. Pasar internasional yaitu pasar yang cakupannya melintasi batas-
batas Negara, misalnya Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa, dan sebagainya.

8. REKLAMASI

Reklamasi merupakan kegiatan untuk merehabilitasi kembali lingkungan yang telah rusak baik
itu akibat penambangan atau kegiatan yang lainnya. Rehabilitasi ini dilakukan dengan cara
penanaman kembali atau penghijauan suatu kawasan yang rusak akibat kegiatan penambangan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai