Disusun oleh:
Kelompok 3
Fatma Nur Ardiati 101511535004
Itsna Faizah Ulfa 101511535005
Hayunda Fajri Sholikhah 101511535010
Zumrotul Azizah 101511535019
Rizky Bagas Ardiansyah 101511535024
Inriza Yuliandari 101511535038
Rizky Putri Hariyani 101511535039
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia
dan Produktivitas. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Drg., Setya Haksama, Bapak Diansanto Prayoga, S.KM.,
M.Kes. serta Ibu Syifa'ul Lailiyah, S.KM., M.Kes. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas.
2. Teman-teman FKM PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi yang
selalu saling memberikan semangat dan masukan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan. Demikian karya ini kami buat, semoga
bermanfaat.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................3
2.1 Pengertian Kinerja......................................................................................3
2.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja......................................................4
2.3 Klasifikasi Kinerja berdasarkan Pencapaian Kinerja.................................5
2.4 Pengertian Produktivitas............................................................................6
2.5 Tujuan dan Manfaat Produktivitas............................................................8
2.6 Pengertian Motivasi...................................................................................9
2.7 Pengertian Strategi..................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................13
3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan produktivitas......................13
3.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja............................................13
3.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas..................................18
3.2 Strategi dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas..............................20
3.2.1 Strategi dalam meningkatkan kinerja....................................................20
3.2.2 Strategi dalam meningkatkan produktivitas..........................................24
3.3 Perbedaan antara kinerja dengan produktivitas...........................................26
3.4 Cara meningkatkan motivasi kerja karyawan..............................................27
3.4.1 Reward / Penghargaan...........................................................................30
3.4.2 Konsep Dari Teori Motivasi Individu...................................................30
3.5 Hubungan antara motivasi dengan kinerja dan produktivitas......................38
BAB IV PENUTUP...............................................................................................40
4.1 Kesimpulan..............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................41
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu organisasi terdapat sebuah sumber daya sebagai input yang
diubah menjadi output berupa produk barang atau jasa. Sumber daya ini
meliputi modal atau uang, teknologi untuk menunjang proses produksi,
metode dan sebagainnya. Di antara dari macam-macam berbagai sumber daya
tersebut, manusia atau Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan elemen yang
paling penting. Organisasi juga dapat meningkatkan produktivitas, dan pada
suatu organisasi dapat memberikan perhatian yang optimal kepada setiap
SDM yang ada, agar SDM dapat memberikan kontribusi yang penuh sesuai
dengan kebutuhan organisasi tersebut.
Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job
performance) sumber daya manusia, untuk itu setiap perusahaan akan
berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Budaya organisasi yang tumbuh dan
terpelihara dengan baik akan mampu memacu organisasi ke arah
perkembangan yang lebih baik. Disisi lain, kemampuan pemimpin dalam
menggerakkan dan memberdayakankan pegawainya akan mempengaruhi
kinerja. Istilah kinerja dari kata job performance atau actual performance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).
Prestasi kerja pada umumnya dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan,
pengalaman dan kesungguhan kerja dari tenaga kerja yang bersangkutan.
1
dalam Wibowo, 2007). Produktivitas dipandang sebagai penggunaan yang
lebih intensif terhadap sumber-sumber konverensi seperti tenaga kerja dan
mesin yang jika diukur secara tepat dan benar-benar menunjukan suatu
penampilan atau efisiensi. Hakekatnya, melalui produktivitas manajemen dan
para penentu kebijakan mengarahkan efektivitas dan pelaksanaan organisasi
perseorangan secara menyeluruh, yang mencakup sedikit gambaran jelas
seperti tidak adanya rintangan dan kesulitan tingkat pembalikan, ketidak
hadiran dan bahkan kepuasan pelanggan.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kinerja
Menurut Oxford Dictionary (2003), “Performance is the action or
process of performing a task or function” (Kinerja adalah suatu tindakan atau
proses dalam melakukan suatu tugas atau fungsi tertentu). Hampir sama
dengan pendapat Ilgen and Schneider (2002), “Performance is what person or
system does” (Kinerja adalah apa yang orang atau sistem lakukan).
Dari pendapat diatas, dapat kita lihat bahwa kinerja dilihat sebagai
suatu proses bagaimana sesuatu dilaksanakan. Sehingga dalam pengukuran
kinerja dilihat dari baik atau tidaknya aktifitas tertentu untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
Selain itu, menurut Brumbrach (1998), “Performance means behaviours
and results. Behaviours emanate from the performer and transform
performance from abstraction to action. Not just the instruments for results,
behaviours are also outcomes in their own right – the product of mental and
physical effort applied to tasks – and can be judged apart from results”
(Kinerja berarti perilaku dan hasil. Perilaku berasal dari pemain dan
mengubah kinerja dari abstraksi menjadi tindakan. Bukan hanya instrumen
untuk hasil, perilaku juga merupakan hasil dalam hak mereka sendiri - produk
usaha mental dan fisik diterapkan pada tugas - dan dapat dinilai terpisah dari
hasil). Selain menekankan pada proses, Brumbrach juga menambahkan
perilaku sebagai bagian dari kerja. Menurut Brumbarc, perilaku merupakan
hal penting karena akan berpengaruh terhadap hasil kerja seorang pegawai.
Menurut Ilyas (2001), “Kinerja adalah penampilan hasil karya personel,
baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat
merupakan kemampuan kerja dalam individu maupun kelompok. Kemampuan
dan penampilan hasil karya tersebut tidak terbatas kepada personel yang
memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada
keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi.”
Dari beberapa uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah
proses pencapaian suatu hasil kerja yang dimana hasil kerja tersebut dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
3
dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
4
departemen sumber daya manusia untuk memberikan bantuan bagi
peningkatan kinerja pegawai.
10. Feedback
Memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun bagi
pegawai itu sendiri.
5
Produktivitas berbeda dengan produksi. Produksi mengacu pada
peningkatan output selama periode waktu tertentu dan sebagai bilangan yang
bukan rasio, sedangkan produktivitas berkaitan dengan rasio output ke input.
Pernyataan tersebut ditegaskan oleh pendapat tentang produktivitas dan
produksi yang disampaikan oleh Currie dan Smith & Beeching, sebagai
berikut:
"Productivity is the quantitative relationship between what we produce
and the resources we use" (Currie, 1972).
"The volume of output which is achieved in a given period in
relationship to the sum of the direct and indirect effort expended in its
production" (Smith & Beeching, 1968).
Dari pendapat ahli di atas dapat diketahui bahwa produktivitas adalah
hubungan kuantitatif antara sesuatu yang diproduksi dengan sumber daya
yang digunakan. Sedangkan produksi adalah volume output yang dicapai
dalam suatu periode tertentu dengan jumlah usaha langsung dan tidak
langsung yang dikeluarkan dalam produksi.
Dalam produktivitas, terdapat cakupan dua konsep dasar yaitu daya guna
dan hasil guna (George J. Washinis, 1991). Daya guna menggambarkan
tingkat sumber daya manusia, dana, dan alam yang diperlukan untuk
mengusahakan hasil tertentu, sedangkan hasil guna menggambarkan akibat
dan kualitas dari hasil yang diusahakan.
Selain itu, dalam produktivitas juga terdapat batasan-batasan yaitu
keseluruhan fisik yang dibagi dengan unit dari usaha produksi, tingkat
keefektifan dari manajer industri di dalam penggunaan aktivitas untuk
produksi, dan keefektifan dalam menggunakan tenaga kerja dan peralatan
(Webster, 1991). Dalam setiap kegiatan produksi, seluruh sumber daya
mempunyai peran yang dapat menentukan tingkat produktivitas, sehingga
sumber daya tersebut perlu dikelola dan diatur dengan baik.
Dari beberapa uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa produktivitas
adalah hubungan perbandingan antara output (hasil yang diproduksi) dengan
input (masukan / keseluruhan sumber daya) yang digunakan. Dengan
demikian produktivitas merupakan salah satu komponen yang harus dimiliki
6
oleh setiap perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi dan meningkatkan
efisensi.
a. Definisi Produktivitas Individu
Laehan dan Wexley (2001) mengungkapkan bahwa produktivitas
individu adalah bagaimana seseorang melaksanakan pekerjaannya. Dari
definisi singkat tersebut dapat diketahui bahwa karyawan maupun individu
yang melakukan pekerjaannya dengan baik dan selalu berusaha meningkatkan
perbaikan dalam bekerja, maka karyawan tersebut mempunyai produktivitas
yang tinggi.
Produktivitas dari individu memiliki komponen yang terdiri dari
kemampuan di mana terdapat unsur talenta, faktor internal perorangan, dan
keinginan dari setiap individu. Komponen individu lainnya yaitu usaha yang
terdiri dari unsur insentif, kemampuan untuk bekerja dan kedisiplinan, serta
komponen latihan yang dipergunakan untuk mengatasi masalah dalam
pekerjaannya.
Dengan produktivitas yang tinggi, maka pencapaian tujuan perusahaan
dapat dicapai semaksimal mungkin. Produktivitas kerja yang rendah
merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh perusahaan karena
produktivitas karyawan dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
perusahaan dalam menghadapi persaingan dan menjadi kunci utama dalam
mencapai tujuan perusahaan.
7
2.5 Tujuan dan Manfaat Produktivitas
1. Untuk tujuan strategi, apakah organisasi sudah benar sesuai dengan apa
yang telah digariskan
2. Efektivitas, sampai tingkat manakah tujuan itu sudah dicapai dalam arti
kuantitas dan kualitas.
8
3. Efisiensi, bagaimana perbandingan output dibagi Input, dimana
pengukuran output termasuk didalamnya kuantitas dan kualitas.
9
bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita
tetap tertarik dalam kegiatan tertentu.
Jadi, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong atau mengarahkan
seseorang dalam melakukan kegiatan untuk mencapai tujuannya. Sehingga
dengan motivasi, tujuan yang kita rencanakan akan mudah tercapai.
10
kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi
perubahan lingkungan eksternal. Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas
fungsi manajemen, konsumen, distributor, dan pesaing. Jadi, perencanaan strategis
penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai
dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya
yang ada. Untuk memahami konsep perencanaan strategis, kita perlu memahami
pengertian konsep mengenai strategi.
Menurut Mintzberg (2007), konsep strategi itu sekurang-kurangnya
mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah suatu:
1. Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh
organisasi secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka panjangnya.
2. Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun
inkonsistensi perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.
3. Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan
aktivitasnya.
4. Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara
organisasi dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.
5. Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk
mengelabui para pesaing.
Dari berbagai pengertian menurut para ahli diatas,Strategi merupakan
sekumpulan cara secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksaan gagasan,
sebuah perencanaan dalam kurun waktu tertentu, juga secara umum strategi
merupakan suatu teknik yang disusun untuk mencapai sebuah kemenangan dan
tujuan tertentu. Strategi pada umumnya berkaitan dengan organisasi, dimana
strategi dirancang oleh petinggu atau pemimpin organisasi supaya langkah yang
dilakukan oleh organisasinya dapat mencapai sasaran ataupun tujuan jangka
panjang dari organisasi. Bukan hanya di organisasi resmi seperti perusahaan, kita
juga sering menggunakan strategi dalam kehidupan sehari-hari misalnya strategi
mendapat nilai baik dalam ujian, strategi untuk memenangkan pertandingan
futsal,dll. Strategi yang baik akan memberikan gambaran tindakan utama dan pola
keputusan yang akan dipilih untuk mewujudkan tujuan organisasi. Strategi juga
sebagai perumusan visi dan misi suatu organisasi atau perusahaan.
11
BAB III
PEMBAHASAN
a. Teori Gibson
Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja,
adalah :
1. Faktor Individu
Faktor yang berhubungan dengan kemampuan, keterampilan, latar
belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial, dan demografi
seseorang. Sub variabel kemampuan dan keterampilan merupakan
faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu.
Sedangkan, variabel demografis, mempunyai efek tidak langsung pada
perilaku, dan kinerja individu. Berbagai atribut yang melekat pada
individudapat membedakan individu yang satu dengan yang lainnya.
Faktor ini merupakan kecakapan individu untuk menyelesaikan tugas-
tugas yang telah ditentukan.
2. Faktor Psikologis
Faktor yang berhubungan dengan persepsi, peran, sikap,
kepribadian, motivasi, dan kepuasankerja. Variabel ini banyak
dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya,
dan variabel demografis.Variabel psikologis seperti persepsi, sikap,
kepribadian dan belajar merupakan hal yang komplek dan sulit diukur.
Gibson (1996) juga menyatakan sukar dicapai kesepakatan tentang
pengertian dari variabel tersebut, karena seorang individu masuk dan
bergabung dalam organi-sasi kerja pada usia, etnis, latar belakang,
budaya dan ketrampilan yang berbeda satu dengan lainnya.
3. Faktor Organisasi
12
Faktor yang berhubungan dengan struktur organisasi, desain
pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system). Dalam
mencapai tujuan karyawan yang tinggi diperlukan adanya dukungan atas
kesempatan dari organisasi/perusahaan.Hal ini untuk mengantisipasi
keterbatasan baik dari karyawan maupun dari perusahaan. Variabel ini
memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu.
b. Teori Kopelman
Menurut Kopelman (1988), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah :
1. Individual Characteristics (Karakteristik Individual)
Terdiri dari kemampuan, pengetahuan, keterampilan, motivasi,
norma, dan nilai. Dalam kaitannya dengan konsep kinerja, terlihat bahwa
karakteristik individu seperti kepribadian, umur dan jenis kelamin,
tingkat pendidikan suku bangsa, keadaan sosial ekonomi, pengalaman
terhadap keadaan yang lalu, akan menentukan perilaku kerja dan
produktivitas kerja, baik individu maupun organisasi sehingga hal
tersebut akan menimbulkan kepuasan bagi pelanggan atau pasien.
2. Organizational Charasteristic (Karakteristik Organisasi)
Terdiri dari berbagai hal, sepertireward system, seleksi dan
pelatihan, struktur organisasi, visi dan misi organisasi, serta
kepemimpinan
3. Work Characteristics (Karakteristik Kerja)
Terdiri dari deskripsi pekerjaan, desain pekerjaan dan jadwal kerja.
Hal ini tentu akan berpengaruh terhada Job Perfomance
Karakteristik organisasi dan karakteristik kerja akan perusahaan
terhadap pegawai mempengaruhi karakteristik individu, seperti imbalan
dan penetapan tujuan akan meningkatkan motivasi kerja. Sedangkan,
prosedur seleksi tenaga kerja serta latihandan program pengembangan
akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dari
individu. Selanjutnya variabel karakteristik kerja yang meliputi penilaian
pekerjaan akan meningkatkan motivasi individu untuk mencapai
prestasikerja yang tinggi.
13
Kebanyakan model dari organisasi masa depan didasarkan pada kerja
tim daripada individu sebagai unit kinerja utama dalam suatu perusahaan.
Perubahan dalam dunia kerja seperti perkembangan teknologi informasi
yang semakin maju, globalisasi, persaingan pasar yang berat, pengetahuan
kerja, dan pemberdayaan sumber daya manusia juga akan sangat berarti
terhadap dunia tempat kerja di masa yang akan datang. Tantangan dalam
dunia ekonomi yang banyak dihadapi oleh organisasi–organisasi saat ini
lebih kepada penempatan kerja dalam kinerja tim secara efektif.
Ada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu tim baik internal
maupun eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja tim tersebut
selanjutnya akan dijelaskan di bawah ini :
1. Faktor Internal Tim
a. Struktur Tugas
Tugas tim harus jelas dan konsisten dengan tujuan tim yang telah
ditetapkan sebelumnya dimana tujuan tim tersebut harus sesuai juga
dengan tujuan organisasi tersebut. Setiap anggota tim harus dapat
berbagi tugas dan tanggung jawab dalam tim, serta mempelajari sejauh
mana tim melakukannya dengan baik dan benar. Pencarian hasil dari tim
juga harus jelas dipahami oleh setiap anggota–anggotanya.
b. Susunan Tim
Sebuah tim harus benar–benar dikelola dengan baik. Suatu
pekerjaan yang diberikan atau dibebankan kepada tim harus sesuai
dengan ukuran kemampuan dan kesanggupannya. Setiap anggota dalam
tim juga harus memiliki keahlian yang tetap sehingga satu sama lain
dapat bekerja sama demi menyelesaikan suatu tugas atau tanggung
jawab yang diberikan. Dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal
antar anggota tim, setiap anggota perlu memiliki manajemen
interpersonal sehingga hubungan antar anggotanya dapat berjalan
dengan harmonis. Latar belakang dari setiap individu dalam tim juga
menentukan keberhasilan tim dalam menyelesaikan tugas. Dengan
mengetahui latar belakang satu sama lain, maka para anggota tim dapat
saling belajar dari latar belakang atau pengalaman anggota lainnya
dalam tim.
14
c. Norma
Suatu harapan yang nantinya akan diterima dalam suatu tim dan
mengikat perilaku dari setiap anggota tim itu sendiri sebaiknya dibentuk
sejak awal terbentuknya suatu tim dalam organisasi. Norma tersebut
dapat dituangkan dalam suatu kebijakan atau visi dari tim atau organisasi
sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi diri dalam tim.
d. Pembuatan Keputusan
Suatu tim harus memiliki proses yang tepat dan benar dalam
pembuatan suatu keputusan agar nantinya keputusan tersebut tidak
merugikan tim maupun perusahaan. Pembuatan keputusan tersebut juga
perlu memikirkan efek jangka panjang yang akan terjadi.
3. Faktor Eksternal Tim
a. Sistem Penghargaan
Suatu perusahaan hendaknya memberikan pengakuan dan
kompensasi sesuai dengan kinerja tim yang telah dilaksanakan sebagai
salah satu upaya dari system penghargaan dalam perusahaan. Dengan
cara yang seperti itu, maka kinerja dari suatu tim tersebut akan berjalan
secara efisien dan efektif sesuai dengan yang diharapkan oleh
perusahaan.
Penghargaan (reward) tersebut dapat diberikan melalui individu
yang bersangkutan atau secara umum kepada tim yang telah melakukan
kinerja sesuai dengan yang diharapkan. Semuanya itu tergantung dari
kebijakan perusahaan yang dibuat sebelumnya.
Selain itu, adanya sistem penghargaan dalam perusahaan
hendaknya juga dapat memicu dan mendorong perilaku kerjasama antar
anggota tim, sehingga tercapailah suatu tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Misalnya, meberikan bonus kepada tim apabila tim
berhasil mencapai target yang terlah ditentukan pada periode waktu
tertentu.
b. Sistem Pendidikan
Pendidikan atau keterampilan sangatlah diperlukan dalam tim agar
tim dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Apabila
dirasa dalam tim belum dipenuhinya suatu keterampilan atau
pengetahuan yang memadai, maka hendaknya perusahaan memberikan
15
bantuan berupa pelatihan atau bantuan teknis bagi setiap anggotanya
terhadap setiap aspek pekerjaan yang dilakukannya.
c. Sistem Informasi
Dalam mencapai kinerja tim yang efisien dan efektif, hendaknya
setiap tim memiliki kemampuan dalam mengakses data, alat, dan sumber
daya lainnya yang menunjang dalam pencapaian tujuan organisasi.
d. Budaya Organisasi
Kinerja tim dapat berjalan secara efisien dan efektif tergantung
pada budaya yang dianut dalam suatu organisasi. Suatu organisasai yang
baik hendaknya menerapkan budaya kerjasama dalam tim agar tim dapat
melakukan kinerjanya dengan efisien dan efektif. Budaya yang hanya
mempromosikan atau mengakui prestasi individu semata akan
mengakibatkan kecemburuan dalam tim yang pada akhirnya akan
menyebabkan kegagalan dalam organisasi.
b.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Individu
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson dalam bukunya yang
berjudul “HRM: Organization/ Individual Relations and Retention”
(2005:156) “The three major factors that affect how a given individual
performs are: (1) individual ability to do the work, (2) effort expended, and
(3) organizational support”
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa bahwa
terdapat 3 faktor penting yang mempengaruhi kinerja individu, yaitu
kemampuan individu dalam melakukan suatu pekerjaan, tingkat usaha yang
dikeluarkan, dan dukungan organisasi.
16
Gambar 1: Komponen dari Kinerja Individu (Mathis dan Jackson, 2006)
Sumber :http//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/62547/4/
Chapter% 201I.pdf
17
yang mempengaruhi suatu produktivitas tenaga kerja. Empat level tersebut,
yaitu:
1. Faktor individu atau personal
2. Faktor tim kerja
3. Faktor teknologi
4. Faktor organisasi
18
b.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Individu
Selain terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
kelompok, suatu produktivitas kerja pun juga dipengaruhi oleh faktor
individu atau personal dalam organisasi. Menurut Eugenio López-Ortega
dan Saloma-Velazquez (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas individu, yaitu:
1. Responsibility (tanggung jawab)
Tanggung jawab (responsibility) mengacu pada pelaksanaan tugas
yang diberikan kepada pekerja beserta tanggung jawabnya. Hal ini
merupakan proses psikologis yang kompleks yang hasilnya tergantung pada
sikap pekerja dan beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi kepuasan
pekerja.
2. Learning Capacity (kapasitas belajar)
Kapasitas belajar (learning capacity) mengacu pada kemampuan yang
dimiliki oleh pekerja untuk belajar dan menggunakan pengetahuannya untuk
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini terkait
dengan tingkat pendidikan dan kemauan untuk belajar.
3. Satisfaction (kepuasan)
Kepuasan merupakan faktor yang memotivasi tampilan tak terbatas
terhadap suatu tanggung jawab dan kapasitas belajar dari seorang pekerja.
Kepuasan ini merupakan faktor yang kompleks di mana telah mensintesis
beberapa faktor di atasnya.
19
2. Mengenali manfaat
Manajer biasanya melompati proses manajemen kinerja karena belum
mengerti manfaatnya. Padahal manajemen kinerja dapat digunakan untuk
memastikan bahwa setiap pekerjaan karyawan berkontribusi bagi sasaran
kelompok kerja, sehingga dapat mengurangi pengawasan, meningkatkan
produktivitas dan tindakan mendokumentasikan masalah maupun
penyelesaiannya.
3. Mengelola kinerja
Penting sekali untuk merencanakan kinerja dan
mengkomunikasikannya berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data
yang dimiliki termasuk rintangan dan hambatan yang telah dan akan
dihadapi.
4. Bekerja bersama karyawan
Jangan biarkan karyawan merasa diperintah dalam bekerja. Anggaplah
karyawan sebagai kontributor sejajar dalam proses manajemen kinerja
karena mereka adalah peserta aktif dan antusias dalam menjalankan proses
kerja sesuai dengan ketentuan yang diinformasikan kepadanya.
5. Rencanakan secara tepat dengan sasaran jelas
Perencanaan yang tepat dan jelas akan membantu karyawan dalam
memahami prioritas pekerjaan penting dan kurang penting.
6. Satukan sasaran dengan karyawan
Akan sia-sia seluruh proses manajemen kinerja apabila misi kelompok
tidak dihubungkan dengan tanggung jawab karyawan. Sebaliknya,
pencapaian misi kelompok akan memotivasi karyawan untuk terus-menerus
melakukan peningkatan dan di sisi lain, karyawan merasakan kepuasan
dalam bekerja.
7. Tentukan insentif kinerja
Insentif yang berbeda kepada tiap performa karyawan yang berbeda
dapat memacu kinerja karyawan menjadi lebih baik. Bentuk insentif dapat
berupa bonus, kesempatan mendapat pelatihan, promosi, kenaikan upah dan
lain-lain.
8. Jadilah orang yang mudah ditemui
20
Komunikasi dua arah dapat mengurangi masalah dan membantu
penyelesaian masalah dengan lebih cepat dan tepat sasaran.
9. Fokuslah pada komunikasi
Selain itu, komunikasi membantu dalam membangun relasi dan
motivasi bagi karyawan untuk menciptakan kerja sama yang harmonis.
10. Lakukan tatap muka
Perkembangan teknologi informasi memang bermanfaat untuk
mempercepat dan mempermudah proses pekerjaan, namun jangan sampai
interaksi dengan karyawan menjadi berkurang apalagi hilang.
11. Hindarkan resiko pe(me)ringkat-an
Pemberian peringkat tidak selalu berhubungan dengan perilaku
spesifik sehingga akan bersifat subjektif. Oleh karena itu, manajer perlu
menjelaskan arti dan memberi pemahaman dari setiap peringkat sebelum
pemberian peringkat dilakukan.
12. Jangan lakukan penggolongan
Penggolongan akan menberikan pengaruh baik dan buruk secara
bersamaan kepada karyawan. Sebagian karyawan akan bekerja lebih baik
dan sebagian lainnya akan menjadi lebih buruk. Untuk itu perlu
menambahkan berbagai unsur dalam penggolongan karywan agar tetap
memberikan efek yang positif bagi semua karyawan.
13. Persiapkan penilaian
Penilaian kinerja karyawan harus dibuat sedetail mungkin agar
hasilnya dapat membangkitkan motivasi dan semangat karyawan.
14. Awali tinjauan secara benar
Walau bagaimanapun, penilaian kinerja karyawan merupakan hal yang
tidak menyenangkan. Oleh karena itu, cinpatakan suasana nyaman, aman,
dan pemahaman tentang pentingnya penilaian karywan bagi organisasi.
15. Kenali sebab
Manajer perlu mengenali penyebab kinerja karyawan yang tidak
maksimal untuk diselesaikan masalahnya dan dioptimalkan kembali
pekerjaanya.
16. Akui keberhasilan
21
Penghargaan atas keberhasilan karyawan perlu diperhatikan, diakui,
dan dihargai.
17. Gunakan komunikasi yang kooperatif
Bahasa yang kooperatif akan mengurangi konflik dan perasaan
bersalah karyawan dalam melakukan pekerjaan.
18. Berfokuslah pada perilaku dan hasil
Perilaku karyawan tidak selalu mempengaruhi kinerja karyawan,
arahkanlah perilaku karyawan kepada kinerja dan produktivitas.
19. Perjelas kinerja
Umpan balik perlu diberikan kepada karywan agar karyawan tersebut
mengetahui saat-saat kinerjanya baik dan kemudian meningkatknnya.
20. Perlakukan konflik dengan apik
Jangan menggunakan kekuasaan dalam menyelesaikan konflik dengan
bawahan, namun, identifikasilah masalah agar proses pemecahan
masalah dapat cepat selesai dan menemukan jalan keluar yang baik.
21. Gunakan disiplin bertahap
Mendisiplinkan karyawan berarti membuat karyawan bertanggung
jawab terhadap segala tindakannya dengan menerapkan konsekuansi secara
jelas.
22. Kinerja dokumen
Dokumentasi kinerja karyawan perlu didokumentasikan baik catatan
permasalahan kerja maupun keberhasilannya untuk bahan kajian dan
perbaikan bagi karyawan dan atasan.
23. Kembangkan karyawan
Kembangkanlah karyawan sesuai keahliannya karena keahlian di
tempat bekerjapun terus-menerus mengalami perubahan.
24. Tingkatkan terus sistem kerja
Sistem kerja perlu ditingkatkan dan dimodifikasi sesuai dengan
tantangan yang dihadapi selama pekerjaan dilaksanakan.
22
dapat menciptakan pemerataan kesempatan kerja. Perluasan kesempatan kerja
akan menambah tingkat pendapatan masyarakat, jika pendapatan masyarakat
bertambah, maka hal tersebut dapat meningkatkan daya beli dan kesejahteraan
masyarakat.
Keberhasilan dalam meningkatkan suatu produktivitas salah satunya
ditentukan oleh etos kerja yang harus dipegang teguh oleh semua karyawan
dalam organisasi. Etos kerja adalah norma-norma yang bersifat mengikat dan
ditetapkan secara eksplisit serta praktik-praktik yang diterima dan diakui
sebagai kebiasaan yang wajar untuk dipertahankan dan diterapkan dalam
kehidupan kekaryaan para anggota suatu organisasi. Peningkatan produktivitas
dapat dilakukan dengan memperbaiki rasio produktivitas, dengan
menghasilkan lebih banyak keluaran atau output yang lebih baik dengan
tingkat masukan sumber daya tertentu (Blecher, 1987:3).
Adapun strategi yang dapat meningkatkan produktivitas menurut Siagian
(2002) adalah sebagai berikut :
1. Perbaikan terus menerus
Strategi peningkatan produktivitas kinerja, salah satu implikasinya
adalah bahwa seluruh komponen organisasi harus melakukan perbaikan secara
terus-menerus. Pentingnya etos kerja terlihat lebih jelas, mengingat bahwa
suatu organisasi selalu dihadapkan oleh tuntutan yang terus-menerus berubah,
baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, perubahan yang terjadi
adalah perubahan strategi organisasi, perubahan pemanfaatan teknologi,
perubahan kebijaksanaan, dan perubahan dalam praktik-praktik SDM sebagai
akibat diterbitkannya perundang-undangan baru oleh pemerintah dan berbagai
faktor lain yang tercantum dalam keputusan manajemen. Sedangkan
perubahan eksternal adalah perubahan yang terjadi dengan cepat karena
dampak tindakan suatu organisasi yang dominan peranannya di masyarakat.
2. Peningkatan mutu hasil pekerjaan
Upaya melakukan perbaikan secara terus-menerus berkaitan dengan
peningkatan mutu hasil pekerjaan oleh semua orang dan segala komponen
organisasi. Padahal, mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang
dihasilkan dan dipasarkan, baik berupa barang maupun jasa, akan tetapi
23
menyangkut segala jenis kegiatan dimana organisasi terlibat. Dengan
demikian, mutu tersebut menyangkut semua jenis kegiatan yang
diselenggarakan oleh semua satuan kerja, baik pelaksana tugas pokok maupun
pelaksana tugas penunjang dalam organisasi. Peningkatan mutu tersebut tidak
hanya penting secara internal, akan tetapi juga secara eksternal karena akan
tercermin dalam interaksi organisasi dengan lingkungannya yang pada
gilirannya turut membentuk citra organisasi dimata berbagai pihak disemua
organisasi.
3. Pemberdayaan sumber daya manusia
SDM merupakan unsur yang paling strategis dalam organisasi. Oleh
karena itu, memberdayakan SDM merupakan etos kerja mendasar yang harus
dipegang teguh oleh semua eselon organisasi dalam hierarki organisasi.
Memberdayakan SDM mengandung berbagai kiat seperti mengakui harkat dan
martabat manusia, perkayaan mutu kekaryaan dan penerapan gaya manajemen
yang partisipatif melalui proses demokratisasi dalam kehidupan organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diartikan bahwa strategi atau upaya
yang dapat meningkatkan produktivitas adalah dengan melakukan perbaikan
terus-menerus dimana hal tersebut berimplikasi secara menyeluruh dalam
komponen organisasi sehingga dapat memicu sebuah perubahan. Peningkatan
mutu hasil pekerjaan dan pemberdayaan SDM jugs harus dilakukan. Ketiga
upaya tersebut penting untuk dilakukan dalam meningkatkan etos kerja yang
akan meningkatkan mutu dari hasil pekerjaan serta pemberdayaan SDM salah
satu upaya yang penting dalam peningkatan produktivitas kerja yang tinggi.
24
organisasi dalam mencapai tujuannya sesuai dengan waktu yang ditentukan
dengan kinerja terbaiknya.
Secara ringkas, perbedaan antara kinerja dan produktivitas dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1. Perbedaan Kinerja dan Produktivitas
Perbedaan
No.
Kinerja Produktivitas
1. Perbandingan antara hasil kerja Perbandingan antara hasil
(output) dengan periode (waktu) kerja (output) dengan
sumber daya yang digunakan
(input)
Denominator perbandingan Denominator perbandingan
pada kinerja adalah waktu yang pada produktivitas adalah
2.
dibutuhkan sumber daya yang digunakan
(input)
Untuk hasil yang optimal, Untuk hasil yang optimal,
kinerja lebih menitikberatkan produktivitas lebih
3. pada efektivitas penggunaan menitikberatkan pada
waktu efisiensi penggunaan sumber
daya
25
5. Belajar dari para karyawan itu sendiri apa saja yang dapat memotivasi
mereka;
6. Menghargai setiap pekerjaan karyawan;
7. Terus menerus memelihara hubungan baik dengan karyawan yang
dibawahi;
8. Memberi selamat secara pribadi kepada setiap karyawan yang melakukan
pekerjaan dengan baik;
9. Kenali lebih kebutuhan-kebutuhan pribadi setiap karyawan karena
karyawan akan lebih terdorong motivasinya untuk bekerja bagi
perusahaan yang memperhatikan secara mendalam dari keperluan
karyawannya;
10. Menulis memo secara pribadi yang ditujukan kepada setiap karyawan
tentang hasil kinerja mereka;
11. Memastikan apakah karyawan memiliki sarana kerja yang terbaik;
12. Memberi karyawan suatu pekerjaan yang baik untuk dikerjakan dan
pimpinan harus terus memperlihatkan karyawan bagaimana mereka bisa
berkembang dan memberi kesempatan untuk dapat mempelajari
kemampuan-kemampuan baru;
13. Membantu berkembangnya rasa “bermasyarakat” dalam perusahaan
sehingga karyawan akan selalu merasa betah di dalamnya;
14. Gajilah karyawan secara bersaing berdasarkan hasil atau apa yang
mereka kerjakan;
15. Menawarkan “pembagian keuntungan” (profit sharing) kepada setiap
karyawan.
26
menarik, fokus, dan menjaga karyawannya yang berbakat. Dengan kata lain,
mereka harus terus termotivasi agar siap menunjukkan kemampuan,
mendapatkan komitmen dan dapat tampil di tingkat yang maksimal. Motivasi
kerja karyawan sangat berkaitan dengan tingkat kepuasan karyawan dan hal
ini sangat penting, sebab hal ini cuma bisa didapatkan dengan “lingkungan
kerja yang menyenangkan” karena diantaranya ada hubungan yang tak dapat
terbantahkan antara kepuasan karyawan, karyawan yang termotivasi, dan
pelanggan yang puas. Dengan kata lain, fokus dalam menciptakan kepuasan
karyawan, fokus dalam motivasi karyawan, dan mereka termotivasi, sehingga
karyawan yang puas akan mengurus pelanggan dengan baik.
2. Motivasi karyawan melalui apresiasi
Terkadang, manajer tanpa disadari menyabotase motivasi kerja setiap
karyawan karena telah gagal mengenali perilaku positif dan prestasi karyawan
mereka. Akibatnya, karyawan tidak tahu apakah mereka telah melakukan
pekerjaan dengan baik atau tidak. Ketika memberikan penghargaan, usahakan
agar mengatakannya dengan lebih spesifik. Dengan demikian, karyawan
menyadari tindakan mereka benar- benar diawasi dan motivasi tingkat tinggi
karyawan akan diperoleh melalui hasil yang alami.
3.Motivasi karyawan melalui pengakuan
Banyak orang akan melakukan hal apapun untuk pengakuan dan mereka
dengan senang hati akan melakukan hal tersebut tanpa bayaran dan ini
merupakan sebuah senjata rahasia manajer untuk motivasi kerja karyawan.
Sebagian orang termotivasi oleh kesempatan agar mendapatkan nama mereka
di dinding, menerima piala di sebuah jamuan tahunan, atau melihat nama
mereka tercantum dalam buletin perusahaan. Tanpa disadari ini memberi
mereka sebuah “hadiah emosional” atas tindakan mereka. Carilah cara untuk
meningkatkan motivasi setiap karyawan dengan mengakui keunggulannya di
tempat kerja. Berikan penghargaan untuk absensi kehadiran. Hal ini sangat
murah dan mudah, namun sangat efektif dalam upaya memotivasi karyawan.
4. Motivasi Karyawan Melalui Inspirasi
Inspirasi datang dari kepemimpinan. Bentuk motivasi kerja karyawan
dapat meliputi misi, maksud dan tujuan perusahaan. Orang ingin menjadi
27
salah satu bagian dari organisasi yang menuju ke suatu tempat, yang berdiri
untuk sesuatu, dan yang memberikan pelayanan yang berarti kepada
pelanggan. Bila ingin memimpin dan memberikan inspirasi, panduan misi
organisasi, berikut adalah langkah–langkah yang harus diperhatikan:
a. Memiliki misi yang jelas–dengan kata lain, tahu kemana Anda harus
pergi.
b. Menjadi bersemangat dan bergairah mengenai misi Anda. Karena jika
Anda tidak bersemangat, karyawan juga tidak akan semangat.
c. Dapat mengkomunikasikan misi, karena hal ini merupakan nilai bagi
pasar.
d. Pastikan semua orang dalam organisasi memahami dan dapat
mengkomunikasikan misi.
e. Pastikan setiap karyawan memahami betul bagaimana mereka masuk ke
dalam proses pemenuhan misi organisasi.
f. Membuat hubungan yang telefan antara misi dan nilai-nilai individu dan
tujuan dari karyawan Anda.
g.Menjaga misi Anda di depan orang-orang dalam organisasi.
5. Motivasi Karyawan Melalui Kompensasi
Beberapa karyawan termotivasi oleh uang. Bahkan, sebagian besar yang
termotivasi oleh uang, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Motivasi karyawan melalui kompensasi, bisa berasal dalam bentuk kenaikan
gaji, bonus kinerja, asuransi, komisi, bagi hasil, atau sejumlah “manfaat
tambahan” seperti, mobil, liburan, ataupun barang berwujud lainnya yang
dibeli dan digunakan sebagai wujud hadiah.
28
tujuan organisasi. Dengan demikian, reward harus diciptakan sebagai jalan
tengah agar tujuan organisasi dapat dicapai tanpa mengorbankan tujuan
individual, dan sebaliknya tujuan individual dapat tercapai tanpa harus
mengorbankan tujuan organisasi.
2. Equity (keadilan). Reward harus dialokasikan secara proposional
dengan mempertimbangkan besarnya kontribusi setiap individu dan
kelompok. Dengan demikian siapa yang memberikan kontribusi tinggi maka
rewardnya juga akan tinggi, sebaliknya siapa yang memberi kontribusi yang
rendah maka rewardnya juga akan rendah.
3. Equality (kemerataan). Reward juga harus didistribusikan secara
merata bagi semua pihak (individu/kelompok) yang telah menyumbangkan
sumber dayanya untuk tercapainya produktivitas.
4. Kebutuhan. Alokasi reward kepada pegawai seharusnya
mempertimbangkan tingkat kebutuhan utama dari pegawai. Reward yang
berwujud finansial tidak selalu sesuai dengan kebutuhan utama pegawai.
Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri
bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan
kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks
studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa
untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator,
diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi pada
kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi
rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
29
(6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
(7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (output) yang dicapai dari
kegiatan yang dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
30
motivasi, alasannya karena untuk motivasi memiliki nilai yang paling
besar,jika dibandingkan dengan nilai untuk produktivitas kerja karyawan.
Nizar Natsir (2005:45).
Reskar melakukan penelitian pada tahun 2001 dengan judul “motivasi
terhadap kinerja Karyawan pada PT. Surya Cipta Mandiri”. hasil penelitian
sebelumnya “ada juga menyatakan motivasi berpengaruh sangat signifikan
terhadap kinerja pegawai hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi
memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas”. Reskar (2001:56)
a. Teori Motivasi Individu : Abraham Maslow (1943)
Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan
manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap
jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif)
terpuaskan. Teori Maslow menyajikan secara ringkas empat jenjang basic
need atau deviciency need, dan satu jenjang metaneeds atau growth needs.
Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya ; kebutuhan pada tingkat
yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau
dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan
fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa
aman. Sesudah kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum
muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman
terpuaskan, baru muncul kebutuhan kasih sayang, begitu seterusnya sampai
kebutuhan dasar terpuaskan baru akan muncul kebutuhan meta.
31
Gambar 3. Jenjang Kebutuhan
Sumber :
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26402/Materi+07+-
+TeoriAbrahamMaslow.pdf
32
bahwa semakin tidak terpenuhi kebutuhan maka akan semakin penting
faktor kebutuhan tersebut.
Riset dalam model Maslow dalam organisasi kerja cenderung menjadi
lintas sektoral, yakni setiap kelompok individu diberbagai tingkat organisasi
menggunakan tingkat kepentingan kebutuhan mereka. Implikasi dari hal ini
bahwa tingkat, status, dan otoritas seseorang dalam suatu organisasi
memiliki potensi untuk memenuhi atau tidak memenuhi tingkat kepentingan
masing-masing.
Pemisahan kebutuhan tidak berarti masing-masing bekerja secara
eksklusif, tetapi kebutuhan bekerja tumpang tindih sehingga orang dalam
suatu ketika dimotivasi oleh dua kebutuhan atau lebih. Tidak ada dua orang
yang basic need-nya terpuaskan 100%. Maslow memperkirakan rata-rata
orang terpuaskan.
33
Gambar 5. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Sumber : Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge. 2008. Perilaku
Organisasi Edisi 12. Edisi Bahasa Indonesia Buku 1. Jakarta : Salemba
Empat. Telah diedit oleh penulis
34
Gambar 6. Teori Motivasi Higiene Herzberg
35
Terlepas dari keterbatasan teori ini, sumbangan Herzberg terhadap
teori kerja cukup besar dilingkungan manajemen, terutama para manajer
yang menyadari betapa pentingnya menumbuhkan motivasi tersebut
sejajar dengan pentingnya pemberian gaji atau beberapa faktor hygiene
lainnya terhadap para pekerja dalam rangka menumbuhkan motivasi
jangka panjang.
Demikian pula yang perlu diperhatikan terhadap para pekerja
misalnya karir. Penugasan pekerja yang kreatif merupakan strategi untuk
meningkatkan kualitas kerja atau pengayaan pekerjaan (job enrichment).
Herzberg mengemukakan bahwa para manajer hendaknya mendorong
motivasi pekerja dengan memberikan pekerjaan yang banyak variasi, dan
tanggungjawab dengan menata kembali berbagai tugas, sehingga para
pekerja merasakan lebih berarti.
c. Hubungan Teori Motivasi Individu Maslow dan Teori Motivasi Individu
Herzberg
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, teori Maslow berkaitan
erat dengan teori Maslow, khususnya mengenai aktualisasi diri. Kedua
teori tersebut mempunyai kesamaan asumsi bahwa pertumbuhan
psikologis manusia merupakan faktor kebutuhan manusia yang paling
penting. Maslow dan Herzberg sepakat bahwa pekerja memerlukan hal itu
di tempat kerja, agar kecenderungan produktifnya muncul. Keduanya
sepakat bahwa konsep kebutuhan merupakan sentral motivasi manusia.
Namun mereka berbeda dalam hal penafsiran arti pentingnya urutan
kebutuhan yang tersusun secara hirarkis.
Maslow sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, menyebutkan
penataan kebutuhan yang agak kaku. Misalnya, suatu kebutuhan yang
tingkatnya lebih rendah harus dicapai terlebih dahulu, dengan demikian
pekerja harus merasa lebih aman terlebih dahulu baru kemudian mencapai
tingkat penghargaan. Herzberg tidak sepakat dengan hal demikian itu, ia
berpendapat bahwa memang seorang pekerja harus peduli dengan rasa
amannnya, tetapi bersamaan dengan itu ia dapat mengusahakan diri untuk
36
mencapai tingkat penghargaan. Dengan demikian teori Herzberg ini lebih
fleksibel dibandingkan dengan teori Maslow.
37
Motivasi di dalam sebuah perusahaan memiliki peran yang penting dalam
meningkatkan kinerja karyawan. Tujuan adanya motivasi kerja dalam diri
karyawan adalah agar karyawan dapat melaksakan tugasnya secara efektif dan
efisien. Selain itu motivasi kerja berarti juga mampu memilihara dan
meningkatkan moral, semangat dan gairah kerja. Hal ini secara tidak langsung
dapat berdampak positif pada perusahaan.
Pada kenyataannya benar adanya bahwa motivasi yang ada dalam diri setiap
karyawan dapat berpengaruh pada produktifitas dan kinerja dari karyawan itu
sendiri. Hal ini telah banyak dibuktikan oleh beberapa penelitian yang
menyatakan bahwa tingkat stress seorang karyawan akan berpengaruh pada
menurunnya tingkat produktivitas. Sehingga dalam hal ini peran seorang manajer
sangat dibutuhkan agar menciptakan suatu program atau suatu keadaan yang dapat
meningkatkan motivasi karyawan.
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kinerja adalah proses pencapaian suatu hasil kerja yang dimana hasil
kerja tersebut dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-
masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sedangkan produktivitas
merupakan ukuran efisiensi produktif, yakni suatu perbandingan antara hasil
output dan input. Dalam hal ini, input dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan
output diukur dalam satuan fisik, bentuk, dan nilai. Produktivitas lebih
menitikberatkan pada efisiensi penggunaan sumber daya, dan kinerja lebih
menitikberatkan pada efektivitas pengggunaan waktu.
Edwin B. Flippo menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu keahlian
dalam mengarahkan seorang pegawai & sebuah organisasi agar dapat bekerja
supaya berhasil, hingga para pegawai dan tujuan dari organisasi tersebut
tercapai. Tujuan adanya motivasi kerja dalam diri karyawan adalah agar
karyawan dapat melaksakan tugasnya secara efektif dan efisien. Selain itu
motivasi kerja berarti juga mampu memilihara dan meningkatkan moral,
semangat dan gairah kerja. Hal ini secara tidak langsung dapat berdampak
positif pada perusahaan.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Trimartono. Kinerja.. <http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/487/jbptunikompp-gdl-
trimartono-24331-2-babii_d-x.pdf>. (Diakses pada 09 Mei 2017 pukul
13.15 WIB)
Velazquez. 2002 .A Worker Productivity Model. Mexico. Website
:http://www.systemdynamics.org/conferences/2002/proceed/papers/Lopez
or1.pdf. (Diakses 15 Mei 2017)
Wizaksana, A. 2012. Teori Motivasi- Higiene Herzberg dan Kepuasan Kerja
Karyawan dengan Mediasi Berupa Pandangan Terhadap Uang Studi Kasus
: PT. X Indonesia Finance. Skripsi. Program S1 Ekstensi Manajemen
Universitas Indonesia. Jakarta.
www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf.../unud-403-aderito2 (diakses pada tanggal 09 Mei
2017 pukul 16.45 WIB)
Yustiono, Eris. 2011. Kinerja dan Penilaian Kinerja
<stialanbandung.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=298:kinerja-dan-penilaian-
kinerja&catid=12:artikel&Itemid=85>.(Diakses pada 09 Mei 2017 pukul
15.45 WIB)
Loo, Petrus. 2015. “Hubungan Motivasi Kerja Dengan Produktivitas Dan Kinerja
Karyawan”. Medan. STMIK ITMI.
41