Anda di halaman 1dari 23

Tugas Epidemiologi

Penyakit Tidak Menular Parkinson

Nama Anggota Kelompok :


Itsna Faizah Ulfa 101511535005
Meirina Hapsah 101611535001
Ragil Fatimah Zahra 101611535006
Nadia Eka Putri Nur Riskiana 101611535009
Eka Zuristia Putri 101611535010
Reza Faujia 101611535041
Githa Dwi Putri 101611535046

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2018
1. Definisi Parkinson
Parkinson merupakan penyakit degeneratif sistem saraf pusat yang
disebabkan oleh aktivitas neuron dopaminergic yang sangat berkurang,
terutama di daerah para kompakta dari nigrasubstantia (grantika:2015).
Parkinson adalah penyakit gangguan syaraf kronis dan progresif yang
ditandai dengan gemetar, kekakuan, berkurangnya kecepatan gerakan, dan
ekspresi wajah kosong seperti topeng dengan salivasi berlebihan
(ikawati:2009).
Maka dapat disimpulkan bahwa Parkinson merupakan penyakit degenaratif
kronis yang menyerang bagian saraf dikarenakan dopaminergic yang sangat
berurang pada aktivitas neuron, dengan gejala seperti gemetar, kekakuan,
berkurang nya kecepatan gerakan dan lain lain.

2. Besaran Masalah
Penyakit Parkinson pertama kali dikemukan oleh dr. James Parkinson
pada tahun 1817. Penyakit Parkinson ini merupakan penyakit neuro degeneratif
yang merupakan suatu kerusakan sel saraf di otak yang timbul pada usia tua
sekitar diatas 50 tahun, serta kerusakan ini terus berjalan hingga dapat
menyebabkan kematian sel otak. Berdasarkan data dari WHO, insidens
penyakit Parkinson di Asia menunjukkan sebesar 1,5-8,7 kasus per tahun di
negara Cina dan Taiwan, Sedangkan 6,7-8,3 kasus per tahun terdapat di negara
Singapura, Wakayama dan Jepang dengan kisaran umur 60 hingga 69 tahun
serta jarang sekali ditemukan pada usia kurang dari 50 tahun. Penyakit
Parkinson memiliki tingkat kejadian sekitar 4,5-19 per 100.000 penduduk per
tahunnya Achmad Eko dalam (WHO, 2006). Perlu diketahui, bahwa pasien
yang menderita penyakit Parkinson sebelum umur 40 tahun diberi nama early-
onset, yakni pasien yang menderita umur 21-40 disebut young-onset, sedangkat
pasien yang menderita sebelum usia 20 tahun disebut juvenile parkinsonis.
Prevalensi penyakit parkinson di Indonesia adalah 876.665 penduduk.
Kasus kematian akibat penyakit Parkinson di Indonesia menempati peringkat
ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia, dengan prevalensi mencapai 1100
kematian pada tahun 2002 (Noviani, 2010). Penelitian oleh Laksono (2013)
menyebutkan, di RSUD Serang tahun 2007 sampai 2010, didapatkan 51 kasus
penyakit parkinson. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan,
pada tahun 2013 terdapat 12 pasien rawat inap dan 522 pasien yang menjalani
rawat jalan, dari jumlah ini penyakit parkinson menempati urutan 10 besar
penyakit yang berada di poli saraf di RSUD Dr Moewardi Surakarta.
Pada tahun 2015 penyakit Parkinson mencapai 4 juta orang dan di
Indonesia penderita penyakit parkinsom bertambah sebesar 75 ribu orang setiap
tahunnya, di RSCM Jakarta, penyakit Parkinson ini menduduki 10 peringkat
penyakit yang diderita paling sering, hamper setiap bulannya terdapat sebesar
40-50 jumlah kunjungan pasien Parkinson.

3. Gejala Parkinson
Penyakit Parkinson menjadi penyakit terbanyak ke-2 setelah penyakit
Alzheimer yang sering diderita manusia dan merupakan gangguan
neurodegeneratif. Gejala dari penyakit parkinson diantaranya berupa gangguan
intelek dan tingkah laku, penurunan daya ingat, demensia, kelemahan otot, kata
lepsi atau gerakan yang menjadi lambat dan kaku, dan tremor. Katalepsi
merupakan suatu gangguan berupa kekakuan otot yang ditendai dengan rasa
kaku pada bagain lengan bawah jika diluruskan atau ditekuk. Sedangkan
demensia, merupakan suatu kelainan yang terjadi pada otak yang menyebabkan
menurunnya fungsi otak. Tremor merupakan salah satu tanda yang dialami oleh
orang yang menderita parkinson, tremor merupakan suatu gerakan gemetar
yang tidak terkendali dan terjadi secara berirama akibat adanya kegiatan otot
berkontraksi dan relaksasi yang terjadi secara berulang-ulang. Yang termasuk
gejala motorik dari parkinson, yaitu:
1) Tremor/Bergetar
Tremor atau bergetar jika sedang beristirahat merupakan suatu tanda
yang menjadi ciri khas penyakit parkinson dan getaran atau tremor tidak
terlihat apabila seseorang melakukan sesuatu, tremor akan hilang sewaktu
tidur, hal tersebut merupakan resting tremor. Akan terjadi tremor hebat
ketika emosi terangsang (resting atau alternating tremor) dan akan
menghilang pada waktu istirahat. Tremor dapat terjadi pada bola mata atu
kelopak mata, bibir, lidah, jari tangan yang terjadi seperti orang sedang
menghitung uang, kepala penderita tanpa sadar akan bergoyang-goyang
jika tidak sedang melakukan aktivitas, kejadian tersbut terjadi pada saat
istirahat atau terjadi tanpa sadar. Dari penjelasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa, apabila tremor disadari maka kejadian tersebut dapat
berhenti. Tremor terjadi pada satu sisi apabila terjadi pada awal tremor dan
akan terjadi pada kedua belah sis apabila penyakit yang diserita semakin
berat.
2) Ringiditas atau Kekakuan
Ringiditas atau kekakuan merupakan peningkatan regangan pada otot
antagonis dan agonis. Gejala dini dari ringiditas atau kekakuan yaitu
hilangnya gerak asosiasi lengan apabila berjalan. Apabila ringiditas atau
kekakuan terjadi pada stadium dini maka ringiditas otot hanya terdeteksi
pada gerakan pasif dan terjadi terbatas pada satu ekstremitas atas. Dan
akan lebih jelas apabila dilakukan supinasi pada langan bawah scara pasif
serta melakukan fleksi dan ekstensi pasif pada pergelangan. Ringiditas
atau kekakuan menjadi berat dan mnyeluruh pada stadium lanjut sehingga
apabila persendian-persedian digerakkan secara pasif dapat memberikan
tahanan. Meningkatnya aktifitas neuron motorik alfa merupakan penyebab
dari meningkatnya tonus otot pada sindrom prakinson. Congwheel
phenomenon dapat muncul jika terjadi pada gerkan pasif dan merupakan
suatu kombinasi dengan resting tremor yang mengakibatkan bunyi seperti
gigi roda.
3) Akinesia atau bradykinesia
Akinesia atau bradikinesia mengakibatkan perubahan aktivitas refleks
yang dapat mempengaruhi alfa dan motomeuron dan merupakan hasil
akhir dari gangguan integrasi pada implus optik, labirin, propioseptif dan
impuls sensoris pada ganglia basalis. Kemunculan tanda akinesia atau
bradikinesia merupakan akibat dari kurangnya perhatian terhadap
terjadinya gejala sebelumnya. Gerakan yang dihasilkan oleh penderita
akinesia menjadi serba lambat yang bisa terlihat pada kejadian sehari hari
berupa semakin mengecilnya tulisan atau tanda tangan, kesulitan dalam
mengenakan baju, langkah yang menjadi pendek dan diseret. Penderita
dapat menjadi stres akibat dari kesadaran yang masih baik tetapi penderita
tertekan dengan penyakit yang dideritanya. Wajah penderita menjadi datar
tanpa ekspresi, lirikan mata dan kedipan mata berkurang, suara yang
berubah menjadi kecil, sering mengeluarkan air liur akibat dari reflek
menelan yang semakin berkurang, berkurangnya gerak asosiatif akibat dai
gerakan volunter yang menjadi lambat berupa kesulitan gerak kita akan
bangun dari kursi, sulit untuk memulai berjalan, lambat mengambil suatu
objek, bila berbicara maka gerakan bibir dan lidah menjadi lambat.
Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya kedipan mata, menyebabkan
wajah seperti topeng, ludah keluar dari mulut sebagai akibat dari
berkurangnya gerak menelan.
4) Ragu-ragu atau tiba-tiba berhenti untuk melangkah
Gejalan lain adalah start hesitation merupakan suatu keadaan ragu-ragu
untuk mulai melangkah, dan freezing merupakan suatu keadaan berhenti
di tempat pada saat mau mulai untuk melangkah, sedang berjalan, ataupun
berputar balik. Dapat terjadi gangguan berupa sering kencing dan
sembelit, penderita menjadi depresi dan lambat untuk berpikir yang
menyebabkan kegagalan integrasi saraf proprioseptif dan labirin dan
sebagian kecil impuls pada dari mata yang akan berimplikasi pada
hilangnya refleks postural. Keadaan posisi tubuh akan terganggu ketika
terjadi pada level talamus dan ganglia basalis. Keadaan ini menyebabkan
penderita mudah untuk jatuh.
5) Makrografia
Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini yang berupa tulisan
tangan yang menjadi kecil dan rapat secara gradual.
6) Langkah dan gaya Jalan (Sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat.
Pada stadium lanjut, kepala difleksikan ke dada, punggug melengkung
apabila berjalan, dan bahu membengkok ke depan
7) Bicara Monoton
Apabila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dngan
menggunakan volume suara halus yang lambat sebagai akibat dari
bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, dan otot laring.
8) Demensia
Merupakan perubahan status mental selama terjadinya perjalanan
penyakit
9) Gangguan Behavioral
Yang lambat laun menjadi tergantung kepada orang lain atau dependen,
mudah takut, memiliki sikap yang kurang tegas, depresi. Cara respon dan
berpikir pada pertanyaan yang lambat dan apabila diberikan waktu yang
cukup maka biasanya masih dapat memberikan jawaban yang benar.
10) Gejala lain
Berupa tanda myerson positif yaitu suatu keadaan dimana mata
berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya.
Gejala Non Motorik berupa:
a. Disfungsi otonom
 Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan
sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
 Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
 Pengeluaran urin yang banyak
 Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan
melemahnya hasrat seksual, perilaku orgasme.
b. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi

c. Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat

d. Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur (insomnia)

e. Gangguan sensasi
 Kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang,
pembedaan warna.
 Penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan
oleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan system saraf
otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah
sebagai jawaban atas perubahan posisi badan.
 Berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau
(microsmia atau anosmia).
4. Faktor Risiko
1) Umur
Penyakit parkinson jarang terjadi pada anak muda, tetapi
penyakit ini sering terjadi pada orang paruh baya atau lanjut usia.
Penyakit parkinson banyak menyerang pada usia lebih dari 60 tahun.
2) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dapat meningkatkan terjadinya penyakit
parkinson karena jika ada salah satu dari anggota keluarga yang terkena
penyakit tersebut.
3) Jenis kelamin
Penyakit parkinson sangat berpengaruh terhadap jenis kelamin
laki-laki dari pada perempuan
4) Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyakit parkinson
karena kontak terus menerus dengan pestisida, zat kimia, air sumur yang
tercemar dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit parkinson.
5) Genetik
Perubahan genetik bisa meningkatkan resiko terkena penyakit
parkinson karena akibat gen yang rusak dapat diwariskan dari orang tua
ke anaknya. Dalam hal ini perubahan genetik masih jarang terjadi
6) Faktor lainnya dapat berpengaruh pada :
 Orang yang mengalami cidera otak parah.
 Orang yang menderita Ensefalitas (infeksi virus yang
menyerang otak)

5. Pencegahan Parkinson
1) Health Promotion
Pencegahan penyakit parkinson pada tahap ke-1 dapat dilakukan
dengan mengedukasi masyarakat agar menjaga pola makan,
mengendalikan aktivitas dan mengendalikan emosi dan pikiran.
2) Spesific Protection
Spesific protection terhadap penyakit parkinson dilakukan oleh
individu dengan menyadari bahaya kesehatan yang mengancam di
lingkungan sekitarnya. Specific protection yang dapat dilakukan antara
lain memperbanyak mengkonsumsi ikan, buah-buahan, sayur-sayuran,
daging merah, makanan tinggi serat, dan makanan yang mengandung
banyak omega 3 karena makanan-makanan tersebut dapat mencegah
kerusakan dini sel saraf otak. Selain itu mengedukasi masyarakat agar
menghindari dan melindungi diri dari berbagai aktivitas yang dapat
menyebabkan benturan pada kepala yang pada akhirnya akan mengenai
otak.
Cara lain yang dapat dilakukan yaitu menghindari konsumsi lemak
dan kalori yang tinggi karena dapat meningkatkan stres oksidatif yang
merupakan salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit
parkinson. Sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif yang dapat
melindungi sel saraf. Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat
mendahului gejala motorik. Depresi dan stres dihubungkan dengan
penyakit parkinson karena pada stres dan depresi terjadi peningkatan
turnover katekolamin yang memacu stres oksidatif sehingga kita harus
menngendalikan pikiran kita agar tidak mengalami stress dan depresi.
3) Early Diagnosis and Prompt Treatment
Pada tingkatan early diagnosis and prompt treatment atau diagnosa
dini dan pengobatan segera, dilakukan apabila seseorang sudah
terserang penyakit atau setidaknya mengalami gejala-gejala penyakit
Parkinson agar penyakitnya tidak semakin parah. Diagnose dini yang
dapat dilakukan antara lain:
a. EEG (Elektroensefalografi)
Melalui pemeriksaan EEG dapat menunjukkan perlambatan
yang progresif dengan memburuknya penyakit.
b. CT Scan Kepala
Melalui pemeriksaan CT Scan kepala menunjukkan atrofi
kortikal difus dengan melebarnya sulsi dan hidrosefalus eks
vakuo pada kasus lanjut
4) Disability Limitation
Disability limitation atau pembatasan kecacatan merupakan
tingkatan dimana seseorang yang telah terserang penyakit dan
cenderung mengakibatkan kecacatan di tindak lanjuti dengan
membatasi ruang gerak kecacatan yang dapat dialaminya, serta untuk
menguragi kemungkinan terjadinya kecacatan (apabila belum terlalu
parah). Disability limitation pada penyakit Parkinson antara lain :
a. Terapi farmakologik
1) Bekerja pada sistem dopaminergic
Obat yang dapat mengganti dopamine salah satunya yaitu
levodopa. Levodopa merupakan pengobatan utama untuk
penyakit Parkinson. Di dalam otak levodopa dirubah
menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine
pada neuron dopaminergic oleh L-aromatik asam amino
dekarboksilase (dopadekarboksilase). Walaupun demikian,
hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik,
sisanya dimetabolisme di sembarang tempat,
mengakibatkan efek samping yang luas.
Efek samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun
adalah diskinesia yaitu gerakan motorik tidak terkontrol
pada anggota gerak maupun tubuh. Respon penderita yang
mengkonsumsi levodopa juga semakin lama semakin
berkurang. Untuk menghilangkan efek samping levodopa,
jadwal pemberian diatur dan ditingkatkan dosisnya, juga
dengan memberikan tambahan obat-obat yang memiliki
mekanisme kerja berbeda seperti dopamin agonis, COMT
inhibitor atau MAO-B inhibitor. Selain levodopa juga
terdapat agonis dopamin yang cukup efektif untuk
mengobati gejala Parkinson
2) Bekerja pada sistem kolinergik
Obat yang menghambat system kolinergik ini menghambat
aksi neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin. Obat ini
mampu membantu mengoreksi keseimbangan antara
dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi
gejala tremor. Efek samping obat ini adalah mulut kering
dan pandangan kabur. Sebaiknya obat jenis ini tidak
diberikan pada penderita penyakit Parkinson usia diatas 70
tahun, karena dapat menyebabkan penurunan daya ingat
3) Bekerja pada Glutamatergik
Salah satu obat yang bekerja pada glutamatergik yaitu
amantadine. Obat ini dulu ditemukan sebagai obat
antivirus, selanjutnya diketahui dapat menghilangkan
gejala penyakit Parkinson yaitu menurunkan gejala tremor,
bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit Parkinson dan
dapat menghilangkan fluktuasi motorik (fenomena on-off)
dan diskinesia pada penderita Parkinson lanjut.
4) Bekerja sebagai pelindung neuron
Berbagai macam obat yang dapat melindungi neuron
fungsinya yaitu bertindak sebagai pelindung neuron
terhadap kerusakan dan meningkatkan pertumbuhan dan
fungsi neuron, melindungi neuron dari kerusakan akibat
paparan bahan neurotoksis (MPTP , Glutamate), bekerja
memperbaiki proses metabolisme energi di mitokondria.
b. Terapi pembedahan
Bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan
seperti semula proses patologis yang mendasari
(neurorestorasi). Tindakan pembedahan untuk penyakit
parkinson dilakukan bila penderita tidak lagi memberikan
respon terhadap pengobatan / intractable , yaitu masih adanya
gejala dua dari gejala utama penyakit parkinson (tremor,
rigiditas, bradi/akinesia, gait/postural instability), Fluktuasi
motorik, fenomena on-off, diskinesia karena obat, juga
memberi respons baik terhadap pembedahan.
5) Rehabilitation
Rehabilitasi merupakan tingkatan dimana seseorang yang baru
sembuh dari penyakitnya, baik itu sembuh sempurna maupun sembuh
dengan kecacatan diberikan motivasi, latihan, dan diberikan
keterampilan agar dapat melakukan kegiatan seperti biasanya dengan
keadaan tubuh yang tidak normal misalnya, serta agar lebih produktif
dan mandiri, dan tidak lupa juga agar mengembalikan rasa percaya
dirinya yang telah hilang setelah memiliki tubuh yang abnormal.
Rehabilitasi yang dapat dilakukan pada penderita penyakit Parkinson
adalah :
a. Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai
penyakitnya, misalnya pentingnya meminum obat teratur dan
menghindari jatuh. Menimbulkan rasa simpati dan empati dari
anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan psikik mereka
menjadi maksimal.
b. Terapi medis
Dapat dilakukan dengan :
1) Latihan fisioterapi meliputi: latihan gelang bahu dengan
tongkat, latihan ekstensi trunkus, latihan frenkle untuk
berjalan dengan menapakkan kaki pada tanda-tanda di
lantai, latihan isometrik untuk kuadrisep femoris dan otot
ekstensor panggul agar memudahkan menaiki tangga dan
bangkit dari kursi
2) Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian pasien,
pengkajian lingkungan tempat tinggal atau pekerjaan.
Dalam pelaksanaan latihan dipakai bermacam strategi,
yaitu :
 Strategi kognitif : untuk menarik perhatian
penuh/konsentrasi, bicara jelas dan tidak cepat, mampu
menggunakan tanda-tanda verbal maupun visual dan
hanya melakukan satu tugas kognitif maupun motorik.
 Strategi gerak : seperti bila akan belok saat berjalan
gunakan tikungan yang agak lebar, jarak kedua kaki
harus agak lebar bila ingin memungut sesuatu dilantai.
 Strategi keseimbangan : dilakukan dengan duduk atau
berdiri dengan kedua kaki terbuka lebar dan dengan
lengan berpegangan pada dinding. Hindari escalator
atau pintu berputar. Saat berjalan di tempat ramai atau
lantai tidak rata harus konsentrasi penuh jangan bicara
atau melihat sekitar.
6. PENATALAKSANAAN PENYAKIT PARKINSON
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif yang berkembang
progresif dan penyebabnya tidak diketahui, oleh karena itu strategi
penatalaksanaannya adalah :
1) Terapi simtomatik, untuk mempertahankan independensi pasien
2) Neuroproteksi
3) Neurorestorasi
Neuroproteksi dan neurorestorasi keduanya untuk menghambat
progresivitas penyakit Parkinson. Strategi ini ditujukan untuk mempertahankan
kualitas hidup penderitanya. Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis
yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada
saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan
dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul. Pengobatan penyakit
parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa diberikan
adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin
yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk
memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan
ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi
berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan
kegiatan sehari-hari.
Pengobatan penyakit parkinson dapat dikelompokan ,sebagai berikut :
I. Terapi Famakologik
1. Bekerja pada sistem dopaminergik
2. Bekerja pada sistem kolinergik
3. Bekerja pada Glutamatergik
4. Bekerja sebagai pelindung neuron
II. Terapi Pembedahan
1. Deep-Brain Stimulation (DBS)
2. Transplantasi
III. Non Farmakologik
1. Edukasi
2. Terapi rehabilitasi
3. Tai Chi

I. Terapi Farmakologik
A. Bekerja pada sistem dopaminergic
1. Obat pengganti dopamine (Levodopa, Carbidopa)
Levodopa merupakan pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di
dalam otak levodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah
menjadi dopamine pada neuron dopaminergic oleh L-aromatik asam
amino dekarboksilase (dopadekarboksilase). Walaupun demikian, hanya
1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik, sisanya
dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang
luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-
Dopa endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase
inhibitor, membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai
neuron dopaminergik. Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan
memperbaiki gerakan. Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali
menjalani aktivitasnya secara normal. Obat ini diberikan bersama
carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek
sampingnya. Banyak dokter menunda pengobatan simtomatis dengan
levodopa sampai memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih ringan dan
tidak mengganggu, sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan.
Hal ini mengingat bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan lama
waktu pemakaiannya. Levodopa melintasi sawardarah-otak dan memasuki
susunan saraf pusat dan mengalami perubahan enzimatik menjadi
dopamin. Dopamin menghambat aktifitas neuron di ganglia basal. Efek
samping levodopa pada pemakaian bertahun-tahun adalah diskinesia yaitu
gerakan motorik tidak terkontrol pada anggota gerak maupun tubuh.
Respon penderita yang mengkonsumsi levodopa juga semakin lama
semakin berkurang. Untuk menghilangkan efek samping levodopa, jadwal
pemberian diatur dan ditingkatkan dosisnya, juga dengan memberikan
tambahan obat-obat yang memiliki 20 mekanisme kerja berbeda seperti
dopamin agonis, COMT inhibitor atau MAO-B inhibitor.
2. Agonis dopamin
Agonis dopamin seperti Bromokriptin (Parlodel), Pergolid (Permax),
Pramipexol (Mirapex), Ropinirol, Kabergolin, Apomorfin dan lisurid
dianggap cukup efektif untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini
bekerja dengan merangsang reseptor dopamin, akan tetapi obat ini juga
menyebabkan penurunan reseptor dopamin secara progresif yang
selanjutnya akan menimbulkan peningkatan gejala Parkinson. Obat ini
dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami serangan
yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akibat dari levodopa dosis tinggi.
Apomorfin dapat diinjeksikan subkutan. Dosis rendah yang diberikan
setiap hari dapat mengurangi fluktuasi gejala motorik. Efek samping obat
ini adalah halusinasi, psikosis, eritromelalgia, edema kaki, mual dan
muntah.
3. Penghambat Monoamine Oxidase (MAO Inhibitor)
Selegiline (Eldepryl), Rasagaline (Azilect). Inhibitor MAO diduga
berguna pada penyakit Parkinson karena neurotransmisi dopamine dapat
ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula
memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi
levodopa dapat ditangguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson yaitu untuk mengaluskan
pergerakan. Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan
menginhibisi monoamine oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat
perusakan dopamine yang dikeluarkan oleh neuron dopaminergik.
Metabolitnya mengandung Lamphetamin and L-methamphetamin. Biasa
dipakai sebagai kombinasi dengan gabungan levodopa-carbidopa. Selain
itu obat ini juga berfungsi sebagai antidepresan ringan. Efek sampingnya
adalah insomnia, penurunan tekanan darah dan aritmia.
B. Bekerja pada sistem kolinergik
1. Antikolinergik
Obat ini menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dan
menghambat aksi neurotransmitter otak yang disebut asetilkolin.
Obat ini mampu membantu mengoreksi keseimbangan antara
dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala tremor.
Ada dua preparat antikolinergik yang banyak digunakan untuk
penyakit parkinson , yaitu thrihexyphenidyl (artane) dan benztropin
(congentin). Preparat lainnya yang juga termasuk golongan ini adalah
biperidon (akineton), orphenadrine (disipal) dan procyclidine
(kamadrin). Efek samping obat ini adalah mulut kering dan
pandangan kabur. Sebaiknya obat jenis ini tidak diberikan pada
penderita penyakit Parkinson usia diatas 70 tahun, karena dapat
menyebabkan penurunan daya ingat.
C. Bekerja pada Glutamatergik
1. Amantadin
Berperan sebagai pengganti dopamine, tetapi bekerja di bagian lain
otak. Obat ini dulu ditemukan sebagai obat antivirus, selanjutnya
diketahui dapat menghilangkan gejala penyakit Parkinson yaitu
menurunkan gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal
penyakit Parkinson dan dapat menghilangkan fluktuasi motorik
(fenomena on-off) dan diskinesia pada penderita Parkinson lanjut.
Dapat dipakai sendirian atau sebagai kombinasi dengan levodopa atau
agonis dopamine. Efek sampingnya dapat mengakibatkan
mengantuk.
D. Bekerja sebagai pelindung neuron
1. Neuroproteksi
Berbagai macam obat dapat melindungi neuron terhadap ancaman
degenerasi akibat nekrosis atau apoptosis. Termasuk dalam kelompok
ini adalah :
a) Neurotropik faktor, yaitu dapat bertindak sebagai pelindung
neuron terhadap kerusakan dan meningkatkan pertumbuhan
dan fungsi neuron. Termasuk dalam kelompok ini adalah
BDNF (brain derived neurotrophic factor), NT 4/5
(Neurotrophin 4/5) , GDNT (glia cell line-derived
neurotrophic factorm artemin), dan sebagainya . Semua belum
dipasarkan.
b) Anti-exitoxin, yang melindungi neuron dari kerusakan akibat
paparan bahan neurotoksis (MPTP , Glutamate) . Termasuk
disini antagonis reseptor NMDA, MK 801, CPP remacemide
dan obat antikonvulsan riluzole.
c) Anti oksidan, yang melindungi neuron terhadap proses
oxidative stress akibat serangan radikal bebas. Deprenyl
(selegiline), 7-nitroindazole, nitroarginine methylester,
methylthiocitrulline, 101033E dan 104067F, termasuk
didalamnya. Bahan ini bekerja menghambat kerja enzim yang
memproduksi radikal bebas. Dalam penelitian ditunjukkan
vitamin E (tocopherol) tidak menunjukkan efek anti oksidan.
d) Bioenergetic suplements, yang bekerja memperbaiki proses
metabolisme energi di mitokondria . Coenzym Q10 (Co Q10),
nikotinamide termasuk dalam golongan ini dan menunjukkan
efektifitasnya sebagai neuroprotektant pada hewan model dari
penyakit parkinson.
e) Rotigotine, rotigotine transdermal yang disampaikan adalah
tambahan yang secara klinis inovatif dan berguna untuk kelas
agonis dopamin reseptor. Rotigotine transdermal patch
mewakili pilihan efektif dan aman untuk pengobatan pasien
dengan awal untuk maju penyakit Parkinson. Kemungkinan
non-invasif dan mudah digunakan formulasi yang
memberikan stimulasi terus-menerus dopaminergik mungkin
langkah menuju meminimalkan komplikasi yang timbul dari
stimulasi pulsatil dopaminergik. Karena pasien penyakit
Parkinson biasanya harus mengambil banyak dosis obat setiap
hari, patch ini diharapkan akan membantu banyak penderita.
f) Bahan lain yang masih belum jelas cara kerjanya diduga
bermanfaat untuk penyakit parkinson, yaitu nikotin. Pada
dasawarsa terakhir, banyak peneliti menaruh perhatian dan
harapan terhadap nikotin berkaitan dengan potensinya sebagai
neuroprotektan. Pada umumnya bahan yang berinteraksi
dengan R nikotinik memiliki potensi sebagai neuroprotektif
terhadap neurotoksis , misalnya glutamat lewat R NMDA ,
asam kainat, deksametason dan MPTP . Bahan nikotinik juga
mencegah degenerasi akibat lesi dan iskemia.8 Terapi
neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel
yang diinduksi progresifitas penyakit. Yang sedang
dikembangkan sebagai agen 23 neuroprotektif adalah
apoptotic drugs (CEP 1347 and CTCT346), lazaroids,
bioenergetics, antiglutamatergic agents, dan dopamine
receptors. Adapun yang sering digunakan di klinik adalah
monoamine oxidase inhibitors (selegiline and rasagiline),
dopamin agonis, dan complek I mitochondrial fortifier
coenzyme Q10.
II. Terapi Pembedahan
Bertujuan untuk memperbaiki atau mengembalikan seperti semula
proses patologis yang mendasari (neurorestorasi). Tindakan pembedahan
untuk penyakit parkinson dilakukan bila penderita tidak lagi memberikan
respon terhadap pengobatan / intractable , yaitu masih adanya gejala dua dari
gejala utama penyakit parkinson (tremor, rigiditas, bradi/akinesia,
gait/postural instability), Fluktuasi motorik, fenomena on-off, diskinesia
karena obat, juga memberi respons baik terhadap pembedahan. Ada 2 jenis
pembedahan yang bisa dilakukan :
a. Pallidotomi , yang hasilnya cukup baik untuk menekan gejala :
Akinesia / bradikinesia, Gangguan jalan / postural, Gangguan bicara
b. Thalamotomi, yang efektif untuk gejala : Tremor, Rigiditas ,
Diskinesia karena obat.
1. Deep Brain Stimulation (DBS)
Ditempatkan semacam elektroda pada beberapa pusat lesi di otak yang
dihubungkan dengan alat pemacunya yang dipasang di bawah kulit dada
seperti alat pemacu jantung. Pada prosedur ini tidak ada penghancuran lesi
di otak, jadi relatif aman. Manfaatnya adalah memperbaiki waktu off dari
levodopa dan mengendalikan diskinesia.
2. Transplantasi
Percobaan transplantasi pada penderita penyakit parkinson dimulai
1982 oleh Lindvall dan kawannya, jaringan medula adrenalis (autologous
adrenal) yang menghasilkan dopamin. Jaringan transplan (graft) lain yang
pernah digunakan antara lain dari jaringan embrio ventral mesensefalon
yang menggunakan jaringan premordial steam atau progenitor cells, non
neural cells (biasanya fibroblast atau astrosytes), testis-derived sertoli cells
dan carotid body epithelial glomus cells. Untuk mencegah reaksi
penolakan jaringan diberikan obat immunosupressant cyclosporin A yang
menghambat proliferasi T cells sehingga masa hidup graft jadi lebih
panjang. Transplantasi yang berhasil baik dapat mengurangi gejala
penyakit parkinson selama 4 tahun kemudian efeknya menurun 4 – 6 tahun
sesudah transplantasi. Teknik operasi ini sering terbentur bermacam
hambatan seperti ketiadaan donor, kesulitan prosedur baik teknis maupun
perijinan.
III. Terapi Non-Farmakologik
1. Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya,
misalnya pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh.
Menimbulkan rasa simpati dan empati dari anggota keluarganya
sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi maksimal
2. Terapi Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta
mengatasi masalah-masalah sebagai berikut : Abnormalitas gerakan,
Kecenderungan postur tubuh yang salah, Gejala otonom, Gangguan
perawatan diri (Activity of Daily Living – ADL), dan Perubahan
psikologik. Latihan yang diperlukan penderita parkinson meliputi latihan
fisioterapi, okupasi, dan psikoterapi.
Latihan fisioterapi meliputi: latihan gelang bahu dengan tongkat, latihan
ekstensi trunkus, latihan frenkle untuk berjalan dengan menapakkan kaki
pada tanda-tanda di lantai, latihan isometrik untuk kuadrisep femoris dan
otot ekstensor panggul agar memudahkan menaiki tangga dan bangkit
dari kursi.
Latihan okupasi yang memerlukan pengkajian ADL pasien, pengkajian
lingkungan tenpat tinggal atau pekerjaan. Dalam pelaksanaan latihan
dipakai bermacam strategi, yaitu :
 Strategi kognitif : untuk menarik perhatian penuh/konsentrasi,
bicara jelas dan tidak cepat, mampu menggunakan tanda-tanda
verbal maupun visual dan hanya melakukan satu tugas kognitif
maupun motorik.
 Strategi gerak : seperti bila akan belok saat berjalan gunakan
tikungan yang agak lebar, jarak kedua kaki harus agak lebar bila
ingin memungut sesuatu dilantai.
 Strategi keseimbangan : melakukan ADL dengan duduk atau
berdiri dengan kedua kaki terbuka lebar dan dengan lengan
berpegangan pada dinding. Hindari escalator atau pintu
berputar. Saat berjalan di tempat ramai atau lantai tidak rata
harus konsentrasi penuh jangan bicara atau melihat sekitar.
Seorang psikolog diperlukan untuk mengkaji fungsi kognitif,
kepribadian, status mental pasien dan keluarganya. Hasilnya
digunakan untuk melakukan terapi rehabilitasi kognitif dan
melakukan intervensi psikoterapi.
3. Tai Chi Sebuah penelitian menyelidiki fungsi motorik dan tingkat
keparahan gejala motor dan nonmotor dan tanda-tanda. Gejala motor dan
nonmotor dan tanda-tanda ini tidak diperbaiki setelah pengobatan,
meskipun dilaporkan sendiri keterlibatan dalam kegiatan kehidupan
sehari-hari yang ditingkatkan oleh latihan Tai Chi. Latihan TTC
(Therapeutic Tai Chi) melibatkan putus pergerakan yang kompleks di
dalam tugas-tugas motor yang sederhana dan menggabungkan simultan
gerakan, yang juga dapat bermanfaat bagi pasien penyakit Parkinson.
Kedua, fungsi fisik, yaitu, keseimbangan dan ketangkasan, ditingkatkan.
Dengan demikian, studi ini menunjukkan bukti tambahan untuk Tai Chi
sebagai pengobatan komplementer untuk orang dengan penyakit
Parkinson-salah satu yang akan memungkinkan mereka untuk terlibat
lebih lengkap dalam kegiatan kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka

Anonim, (n.d).Penyakit Parkinson – Faktor Risiko, doktersehat, dilihat 25 April 2018


http://doktersehat.com/faktor-risiko-penyakit-parkinson/
Anonim. (n.d). di ambil dari etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79935/.../S2-2015
324009-chapter1.pdf. Diakses pada 25 April 2018
Anonim. 2016. Bahan ajar 3.
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-
3_Pakinson.pdf diakses 25 April 2018
Anonymouse. 2015. Faktor Risiko Penyakit Parkinson. www.slideshare.net. Diakses
pada tanggal 23 April 2018.
Anonymouse. Penyakit Parkinson-Faktor Risiko. www.doktersehat.com. Diakses pada
tanggal 24 April 2018.
2010. Faktor Risiko Genetik untuk Penyakit Parkinson. News Medicial Life Sciences.
Diakses pada tanggal 24 april 2018.
Bahan Ajar III Parkinson. Tersedia: med.unhas.ac.id/kedokteran/wp
content/uploads/2016/.../Bahan-Ajar-3_Pakinson.pdf

Grantika, Putu Agus, dkk. 2015. Aspek Pskiatri Pada Parkinson. Medicina: Volume 46
Nomor 1.
Gultekin, Murat .,et al. 2017. Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Parkinson di
kalangan Perawat Nonprofessional di Pusat Gangguan Gerakan di Turki
(Online). Di ambil dari
https://www.hindawi.com/journals/pd/2017/2652361/tab1/. Diakses pada 25
April 2018.

Ikawati, Zullies. 2009. Penyakit Parkinson. [online]


http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/parkinsons-
disease.pdf. Diakses pada 25 April 2018
Lestari, Aasy. 2015 Jakarta [Online] eprints.ums.ac.id/39569/2/BAB%20I.pdf diakses
pada tanggal 23 April 2018

Noviani, E. 2010. Hubungan Antara Merokok Dengan Penyakit Parkinson di Rsud


Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health 4(2). Fakultas
Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan. Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.

Ratno, Achmad Eko. Perilaku Penemuan Informasi pada Penderita Parkinson


[Online] http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln7bbfb368befull.pdf
diakses pada tanggal 23 April 2018

2017. Mengenal Parkinson. Jakarta [Online] https://www.integra.co.id/wp-


content/uploads/2017/01/Mengenal-Parkinson.pdf diakses pada tanggal 23
April 2018

Silitonga, Robert. 2007.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup


Penderita Penyakit Parkinson Di Poliklinik Saraf Rs Dr Kariadi (Online).
Diambil dari http://eprints.ums.ac.id/39569/2/BAB%20I.pdf. Diakses pada 25
April 2018.
Siswadi, shereen. 2014. Parkinson. Diakses pada tanggal 24 april 2018.
Sunaryati, (n.d). ‘Penyakit Parkinson’, __, vol 1, hh. 4, diakses 25 April 2018,
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/vol1.no2.Juli2011/PENYAKIT
%20PARKINSON_old.pdf

Anda mungkin juga menyukai