Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Geomechanics Classification (Rock Mass Rating System)

Rock Mass Rating (RMR) System yang juga dikenal dengan Geomechanics
Classification dikembangkan oleh Bieniawski pada tahun 1972-1973. Selanjutnya
sistem klasifikasi ini banyak mengalami perubahan sejalan dengan makin
banyaknya studi kasus yang dikumpulkan juga untuk menyesuaikan dengan standar
dan prosedur internasional. Namun walaupun telah mengalami modifikasi, prinsip
dari klasifikasi RMR tetap sama. RMR telah diaplikasikan di lebih dari 351 kasus
pada terowongan, chamber, tambang, lereng, fondasi dan caving. (Bieniawski,
1989).

2.1.1 Parameter Rock Mass Rating (RMR)

Sistem klasifikasi massa batuan RMR menggunakan lima parameter, yaitu:


1. Uniaxial Compressive Strength atau Point Load Strength Index (Is).
2. Rock Quality Designation (RQD).
3. Joint spacing atau spasi bidang diskontinu.
4. Kondisi bidang diskontinu.
5. Kondisi dari air tanah (ground water).

Berikut ini sekilas penjelasan mengenai kelima parameter yang dipakai


Bieniawski dalam sistem klasifikasinya :

a. Uniaxial Compressive Strength (UCS) atau Point Load Strength Index (Is)
Kuat tekan batuan utuh dapat diperoleh dari Uji Kuat Tekan Uniaksial
(Uniaxial Compressive Strength, UCS) dan Uji Point Load (Point Load Test,
PLI). UCS menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel batuan dari satu
arah (uniaxial). Sampel batuan yang diuji dalam bentuk silinder (tabung)
dengan perbandingan antara tinggi dan diameter (l/D) tertentu. Perbandingan
ini sangat berpengaruh pada nilai UCS yang dihasilkan. Semakin besar
perbandingan panjang terhadap diameter, kuat tekan akan semakin kecil.

1
ASTM memberi koreksi terhadap nilai UCS yang diperoleh pada perbandingan

antara panjang dengan diameter

Sampel satu :

Sedangkan Protodiakonov memberi koreksi pada perbandingan antara


panjang dan diameter samprl dua :

di mana, = kuat tekan uniaksial batuan hasil pengujian.

PLI menggunakan mesin tekan untuk menekan sampel batuan pada satu titik.
Bieniawski mengusulkan sampel yang digunakan berdiameter 50 mm.
Hubungan antara nilai Point Load Strength Index (Is50) dengan UCS yaitu UCS
= 23 Is50. Faktor koreksi digunakan apabila diameter sampel tidak
50 mm :

di mana, F = Faktor koreksi nilai Is


D = Diameter sampel

Pada perhitungan nilai RMR, parameter kekuatan batuan utuh diberi bobot
berdasarkan nilai UCS atau nilai PLI-nya seperti tertera pada Tabel 2.1 di
bawah ini :

2
Tabel 2. 1
Kekuatan Material Batuan Utuh (Bieniawski, 1989)
Deskripsi Kualitatif UCS PLI Ratin
(MPa) (MPa) g
Sangat kuat sekali (exceptionally > 250 > 10 15
strong)
Sangat kuat (very strong) 100 - 250 4 - 10 12
Kuat (strong) 50 - 100 2-4 7
Sedang (average) 25 - 50 1-2 4
Lemah (weak) 5 - 25 Penggunaan 2
Sangat lemah (very weak) 1-5 UCS 1
Sangat lemah sekali (extremely weak) <1 lebih 0
dianjurka
n

b. Rock Quality Designation (RQD)


Pada perhitungan nilai RMR, parameter Rock Quality Designation (RQD)
diberi bobot berdasarkan nilai RQD- nya seperti tertera pada Tabel 2.2 di
bawah ini :

Tabel 2. 2
Rock Quality Designation (Bieniawski, 1989)

RQD Kualitas Batuan Rating


(%)
< 25 Sangat jelek (very 3
poor)
25 - 50 Jelek (poor) 8
50 - 75 Sedang (fair) 13
75 - 90 Baik (good) 17
90 - 100 Sangat baik 20
(excellent)

c. Jarak Antar Kekar (Joint Spacing)


Jarak antar (spasi) kekar didefinisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua
kekar berurutan sepanjang garis pengukuran yang dibuat sembarang.
Sementara Sen dan Eissa (1991) mendefinisikan spasi kekar sebagai suatu
panjang utuh pada suatu selang pengamatan. Menurut ISRM, jarak antar (spasi)
kekar adalah jarak tegak lurus antara bidang kekar yang berdekatan dalam satu
set kekar.

3
Pada perhitungan nilai RMR, parameter jarak antar (spasi) kekar diberi bobot
berdasarkan nilai spasi kekar-nya seperti tertera pada Tabel 2.3 di bawah ini :

Tabel 2. 3
Jarak Antar Kekar (Bieniawski, 1989
Deskrips Spasi Kekar Ratin
i (m) g
Sangat lebar (very wide) >2 20
Lebar (wide) 0.6 - 2 15
Sedang (moderate) 0.2 - 0.6 10
Rapat (close) 0.006 - 0.2 8
Sangat rapat (very close) < 0.006 5

d. Kondisi Kekar (Joint Condition)


Ada beberapa parameter yang digunakan oleh Bieniawski dalam
memperkirakan kondisi permukaan bidang diskontinu. Parameter-parameter
tersebut adalah sebagai berikut :
 Roughness
Roughness atau kekasaran permukaan bidang diskontinu merupakan
parameter yang penting untuk menentukan kondisi bidang diskontinu.
Suatu permukaan yang kasar akan dapat mencegah terjadinya pergeseran
antara kedua permukaan bidang diskontinu.
 Separation
Merupakan jarak antara kedua permukaan bidang diskontinu. Jarak ini
biasanya diisi oleh material lainya (filling material) atau bisa juga diisi
oleh air. Makin besar jarak ini, semakin lemah bidang diskontinu
tersebut.
 Continuity
Continuity merupakan kemenerusan dari sebuah bidang diskontinu, atau
juga merupakan panjang dari suatu bidang diskontinu.
 Weathering
Weathering menunjukkan derajat kelapukan permukaan diskontinu.
ISRM Committee on Rock Classification membagi tingkat lapuk

4
permukaan bidang diskontinu menjadi unweathered/fresh, slightly
weathered, moderately weathered, highly weathered dan completely
weathered rock (Bieniawski, 1989).
 Infilling (gouge)
Filling atau material pengisi antara dua permukaan bidang diskontinu
mempengaruhi stabilitas bidang diskontinu dan dipengaruhi oleh
ketebalan, konsisten atau tidaknya dan sifat material pengisi tersebut.
Filling yang lebih tebal dan memiliki sifat mengembang bila terkena air
dan berbutir sangat halus akan menyebabkan bidang diskontinu menjadi
lemah.

Dalam perhitungan RMR, parameter-parameter di atas diberi bobot


masing-masing dan kemudian dijumlahkan sebagai bobot total kondisi
kekar. Pemberian bobot berdasarkan pada Tabel 2.4 di bawah ini :

Tabel 2. 4
Panduan Klasifikasi Kondisi Kekar (Bieniawski, 1989)
Parameter Ratin
g
Panjang kekar <1m 1-3m 3 - 10 m 10 - 20 m > 20 m
(persistence/continuity) 6 4 2 1 0
Jarak antar permukaan Tidak ada < 0.1 mm 0.1 - 1.0 1 - 5 mm > 5 mm
mm
kekar 6 5 4 1 0
(separation/aperture)
Sangat Kasar Sedikit Halus Slickensid
Kekasaran kekar kasar kasar ed
(roughness) 6 5 3 1 0
Kera Luna
Material Tidak ada s k
pengisi < 5 mm > 5 mm < 5 mm > 5 mm
(infilling/go) 6 4 2 2 0
Tidak Sedikit Lapuk Sangat Hancur
Kelapukan (weathering) lapuk lapuk lapuk
6 5 3 1 0

5
e. Kondisi Air Tanah (Ground Water Condition)
Kondisi air tanah yang ditemukan pada pengukuran kekar diidentifikasikan
sebagai salah satu kondisi berikut : kering (completely dry), lembab (damp),
basah (wet), terdapat tetesan air (dripping), atau terdapat aliran air (flowing).
Pada perhitungan nilai RMR, parameter kondisi air tanah (groundwater
conditions) diberi bobot berdasarkan Tabel 2.5 di bawah ini :

Tabel 2. 5
Kondisi Air Tanah (Bienawski, 1989)

Kering Lemb Basa Terdapat Terdapat


Kondisi
umum (completely ab h tetesan air aliran air
dry ) (dam (wet (dripping ) (flowing )
p) )

Debit air tiap 10 m


Tidak < 10 - 25 - >
panjang ada 10 25 125 125
terowongan
(liter/menit)
Tekanan air pada
kekar / tegangan 0 < 0.1 - 0.1 - >
prinsipal mayor 0.1 0.2 0.2 0.5
Rating 15 10 7 4 0

6
2.1.2 Orientasi Kekar (Orientation of Discontinuities)

Parameter ini merupakan penambahan terhadap kelima parameter


sebelumnya. Bobot yang diberikan untuk parameter ini sangat tergantung pada
hubungan antara orientasi kekar- kekar yang ada dengan metode penggalian yang
dilakukan. Oleh karena itu dalam perhitungan, bobot parameter ini biasanya
diperlakukan terpisah dari lima parameter lainnya.

Lima parameter pertama mewakili parameter dasar dari sistem klasifikasi


ini. Nilai RMR yang dihitung dari lima parameter dasar tadi disebut RMRbasic.
Hubungan antara RMRbasic dengan RMR ditunjukkan pada persamaan di bawah
ini :

RMR = RMRbasic + penyesuaian terhadap orientasi kekar


di mana, RMRbasic = ∑ parameter (a + b + c + d + e)

2.1.3 Penggunaan Rock Mass Rating (RMR)

Setelah nilai bobot masing-masing parameter-parameter diatas diperoleh,


maka jumlah keseluruhan bobot tersebut menjadi nilai total RMR. Nilai RMR ini
dapat dipergunakan untuk mengetahui kelas dari massa batuan, memperkirakan
kohesi dan sudut geser dalam untuk tiap kelas massa batuan seperti terlihat pada
Tabel 2.6 di bawah ini :
Tabel 2. 6
Kelas Massa Batuan, Kohesi dan Sudut Geser Dalam Berdasarkan Nilai
RMR (Bieniawski, 1989)

Profil massa Deskri


batuan psi
Rating 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 20 - 0
Kelas massa batuan Sangat Baik Sedang Jelek Sangat
baik jelek
Kohesi > 400 kPa 300 - 400 200 - 300 100 - 200 < 100 kPa
kPa kPa kPa
Sudut geser dalam > 45° 35° - 45° 25° - 35° 15° - 25° < 15°

7
2.2 Rock Mass Rating basic’ (RMRbasic’)

RMRbasic adalah nilai RMR dengan tidak memasukkan parameter orientasi


kekar dalam perhitungannya. Untuk keperluan analisis kemantapan suatu lereng,
Bieniawski (1989) telah merekomendasikan untuk memakai sistem Slope Mass
Rating (SMR) sebagai metode koreksi untuk parameter orientasi kekar. Penjelasan
mengenai Slope Mass Rating (SMR) akan dibahas pada Bab 3.4.4.
Sedangkan RMRbasic’ adalah nilai RMRbasic dengan parameter kondisi air
diasumsikan kering. RMRbasic’ bertujuan untuk melihat kondisi batuan secara alami
tanpa adanya pengaruh air.

2.3 Slope Mass Rating (SMR)

Beberapa ahli mengembangkan beberapa pendekatan yang lebih sistematis


untuk analisis kestabilan lereng dengan membuat klasifikasi lereng dengan cara
menggunakan pendekatan Slope Mass Rating (SMR). SMR dapat memberikan
panduan awal dalam analisis kestabilan lereng, memberikan informasi yang
berguna tentang tipe keruntuhan serta hal- hal yang diperlukan untuk perbaikan
lereng. Slope Mass Rating merupakan modifikasi dari sistem Rock Mass Rating
(RMR) yang dikembangkan oleh Bieniawski.
Slope Mass Rating dihasilkan dengan melakukan beberapa faktor koreksi
terhadap nilai yang diperoleh dengan Rock Mass Rating. Nilai SMR dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut
yaitu :

SMR = RMRbasic – (F1 x F2 x F3) + F4

Faktor-faktor koreksi (F1, F2 dan F3) adalah faktor koreksi terhadap orientasi
kekar (joint) serta F4 adalah faktor koreksi terhadap metode penggalian lereng.
Nilai RMR dihitung berdasarkan proposal yang diajukan oleh Bieniawski (1979),
yang memberikan nilai peringkat untuk kelima parameter sebagai berikut :

8
 Kekuatan batuan utuh.
 RQD (dengan melakukan pengukuran atau estimasi).
 Spasi bidang diskontinu.
 Kondisi bidang diskontinu.
 Kondisi air yang mengalir pada bidang diskontinu.

Faktor-faktor koreksi untuk kekar (joint) seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.7
berikut, adalah merupakan perkalian dari tiga faktor sebagai berikut :
 F1, nilainya tergantung pada arah jurus kekar terhadap
permukaan lereng.
 F2, nilainya mengacu pada sudut kemiringan kekar.
 F3, nilainya menggambarkan hubungan antara permukaan lereng
dengan kemiringan kekar seperti yang dikembangkan oleh
Bieniawski (1976).

Tabel 2. 7
Faktor-Faktor Slope Mass Rating (SMR)

Kriteria Sangat Tak Sangat


Kas Menguntu Sedan
faktor menguntung menguntung tak
us ngkan g
koreksi kan kan menguntung
kan
P |αj - αs|
T |αj - αs - > 30 30 - 20 20 - 10 - 5 <5
180| 10
P/T F1 0.15 0.4 0.7 0.85 1
P |βj| < 20 20 - 30 30 - 35 - 45 > 45
35
P F2 0.15 0.4 0.7 0.85 1
T F2 1 1 1 1 1
P βj - βs > 10 10 - 0 0 0 - (- <-
10) 10
T βj + βs < 110 110 - 120 > 120
P/T F3 0 -6 -25 -50 -60

9
Keterangan : αj = dip dir. kekar βj = dip kekar
αs = dip dir. lereng βs = dip lereng
P = longsoran bidang T = longsoran guling

Faktor koreksi F4 nilainya tergantung pada metode penggalian lereng, seperti juga
yang diperlihatkan pada Tabel 2.8 berikut ini :

Tabel 2. 8
Bobot Metode Penggalian Lereng (Romana, 1985)
Lereng Peledakan Peledaka Peledaka Peledaka
Metod alamiah presplitting n n n
e smooth mekanis buruk
F4 + 15 + 10 +8 0 -8

Besar bobot-bobot F1, F2, F3, dan F4 masing-masing menggambarkan :


F1 : menggambarkan keparalelan antara strike lereng dengan strike kekar
F2 : menerangkan hubungan sudut dip kekar sesuai dengan model
longsoran
F3 : menggambarkan hubungan sudut dip lereng dengan dip kekar
F4 : faktor penyesuaian untuk metode penggalian yang tergantung pada metode
yang digunakan pada waktu membentuk lereng

Deskripsi untuk setiap kelas SMR serta kondisi kestabilan lereng, tipe keruntuhan
yang mungkin terjadi serta metode perbaikan yang sesuai diperlihatkan pada Tabel
2.9 berikut :

10
Tabel 2. 9
Deskripsi Kelas SMR

Profil massa Deskripsi


batuan
No kelas V IV III II I
Rating 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 20 - 0
Kelas massa Sangat Baik Sedang Jelek Sangat jelek
batuan baik
Longsoran Tidak Beberapa Beberapa Bidang Bidang besar
ada blok kekar atau atau
atau banyak baji seperti tanah
baji besar
Penyanggaan Tidak Sewaktu- Sistema Sangat Reexcavation
ada waktu tis perlu
perbaikan

11
12
13
14

Anda mungkin juga menyukai