Anda di halaman 1dari 44

Laporan Kasus

Ileus Obstruktif

Diajukan Oleh :
Ilma Amalia, S.Ked

Pembimbing :
dr. Eko, Sp.B

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RS PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG
2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering


dijumpai. Sekitar 20% pasien datang kerumah sakit datang dengan keluhan nyeri
abdomen karena obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada usus halus.Obstruksi
ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana menghambat proses
pencernaan secara normal (Sjamsuhidayat, 2006).
Angka kejadian di Indonesia menunjukan kasus laparotomi meningkat dari 162
kasus pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada 2006 dan 1281 kasus pada tahun 2007
(Depkes RI, 2007) . World Health Organization (WHO) tahun 1998, memperkirakan
penyakitpada saluran pencernaan akan tergolong 10 besar penyakit penyebab kematian
di dunia pada tahun 2020 mendatang.4 Diantara negara SEAMIC (Southeast Asia
Medical Information Center) tahun 2002, Indonesia menempati urutan ke-2 negara yang
memiliki angka insiden rate akibat penyakit saluran pencernaanIleus adalah gangguan
atau hilangnya pasase isi usus yang menandakan adanya obstruksi usus akut yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan

2
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI PASIEN

MR : 103656

Nama Lengkap : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal lahir : 0/0/19

Umur : tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Natar

MRS : 21/02/2019 pukul 15: 14 WIB

II. ANAMNESIS

Diambil dari : Alloanamnesis dan autoanamnesis yang dilakukan pada tanggal 21


Februari 2019 di Ruang Rawat Inap Badah RS Pertamina Bintang Amin

Keluhan utama : Nyeri perut ± 2hari SMRS.

Keluhan tambahan : Mual (+), muntah (+), badan lemas, nafsu makan berkurang, BAK
sedikit, BAB (-), flatus (-), perut kembung dan membesar.

3
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan nyeri perut. Nyeri dirasakan


sejak ± 2hari SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus pada seluruh bagian perut
dan seperti melilit. Keluhan disertai perut membesar sejak 2 hari yang lalu. Os mengaku
sudah 2 hari tidak bisa flatus dan BAB. Sebelumnya os BAB rutin 1-2 hari sekali, diare
disangkal.Warna tinja normal tidak ada lendir dan darah. Os juga mengaku BAK
sedikit. Os juga mengeluh mual dan muntah. Muntah sudah > 3x sejak 2 hari yang lalu.
Os mengatakan nafsu makan berkurang.

IV. RIWAYAT KEBIASAAN

 Riwayat berolahraga dan memiliki aktivitas fisik yang minimum


 Riwayat minum obat rutintidak disangkal
 Riwayat merokok disangkal
 Riwayat minum alkohol disangkal
 Riwayat makan sehari 3x teratur

V. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


2 hari yang lalu os mengeluh nyeri perut. Nyeri dirasakan terus menerus pada seluruh
bagian perut dan seperti melilit. Keluhan disertai perut membesar sejak 2 hari yang lalu.
Os mengaku sudah 4 hari tidak bisa flatus dan BAB. Sebelumnya os BAB rutin 1-2 hari
sekali, diare disangkal.Warna tinja normal tidak ada lendir dan darah.Os juga mengaku
BAK sedikit. Os juga mengeluh mual dan muntah. Muntah sudah > 3 x sejak 2 hari
yang lalu. Os mengatakan nafsu makan berkurang. Karena keluhan tersebut maka pada
tanggal 21 Februari 2019 os datang ke IGD RSPBA, dan os dirawat di bangsal bedah
RSPBA untuk di tangani lebih lanjut.

Dispepsia Malaria Batu ginjal/saluran

4
kemih

Cacar air Disentri (hernia)

Difteri Hepatitis Penyakit prostat

Batuk rejan Tifus abdomen Wasir

Campak Hipotensi Diabetes

Influenza Sifilis Alergi

Tonsilitis Gonore Tumor

Penyakit Jantung
DBD Hipertensi
Koroner

Demam rematik Ulkus


Asma Bronkhial
akut ventrikulus

Pneumonia Ulkus duodeni Gagal Ginjal Kronik

Pleuritis Gastritis HIV

Tuberkulosis Batu empedu Thypoid

VI. Riwayat Penyakit Keluarga

Hubungan Diagnosa Keadaan Kesehatan Penyebab Meninggal

Kakek - - -

Nenek - - -

Ayah - - -

Ibu - - -

5
Suami - - -

Anak-anak - - -

VII. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Os adalah wiraswasta. Os mengaku jarang meluangkan waktu untuk
olahraga , dan Os tinggal di rumah bersama anak dan cucunya dengan
kondisi sosial ekonomi cukup.

VIII. RIWAYAT GIZI

Os mengaku sejak dahulu tidak mengontrol makanannya, suka makan asin


dan gorengan

Frekuensi/ hari : 3 kali sehari

Jumlah/ hari : sedang

Variasi/ hari : variatif

Nafsu makan : menurun

IX. RIWAYAT PENGOBATAN


Os tidak sedang menggunakan obat rutin

X. RIWAYAT ALERGI
Os tidak memiliki alergi terhadap makanan, cuaca lingkungan maupun obat-
obatan

II. ANAMNESIS SISTEM

Kulit

Kulit kering Turgor Keringat malam

6
menurun

Kuku pucat (+) Kuning/ikterus Ptekie

Lain-lain

Kepala

Trauma Sakit kepala

Sinkop Nyeri sinus

Mata

Perdarahan Konjungtiva anemis

Sekret Cekung

Ikterik Gangguan penglihatan

Telinga

Nyeri Tinitus

Sekret Gangguan pendengaran

Kehilangan pendengaran

7
Hidung

Trauma Gejala penyumbatan

Nyeri Gangguan penciuman

Sekret Pilek

Epistaksis

Mulut

Mukosa mulut kering Lidah kotor

Gusi Gangguan pengecapan

Stomatitis

Tenggorokan

Nyeri tenggorokan Perubahan suara

Leher

Benjolan kanan Nyeri leher

Dada (Jantung/Paru)

Nyeri dada Sesak nafas

Berdebar Batuk darah

Ortopnoe Batuk

8
Abdomen (Lambung/Usus)

Rasa kembung Perut membesar

Mual Wasir

Muntah BAB cair

Muntah darah Tinja berdarah

Sukar menelan Tinja berlendir

Nyeri epigastrium Tinja berwarna hitam

Saluran kemih/ Alamat kelamin

Disuria Kencing nanah

Stranguri Kolik

Poliuri Oliguria

Polaksuria Anuria

Hematuria Retensi urin

Kencing batu Kencing menetes

Ngompol Penyakit prostat

Saraf dan Otot

Anestesi Sukar menggigit

Parastesi (kedua tungkai) Ataksia

9
Otot lemah Hipo/ hiper-esthesia

Kejang Pingsan

Afasia Kedutan (tiek)

Amnesia Pusing (vertigo)

Lain-lain Gangguan bicara (disartri)

Ekstremitas

Bengkak Deformitas

Nyeri sendi Sianosis

Ptekie

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM

Tekanan darah : 160/90 mmHg

Nadi : 88x/menit, reguler, isi, tegangan cukup

Suhu : 36,7ºc

Pernapasan : 22 x/menit

Berat Badan : 55 kg

10
Tinggi badan (cm) : 168 cm

Keadaan gizi :Ideal

Sianosis :-

Edema umum :-

Mobilitas (aktif/pasif) : Pasif

Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : Wajar/gelisah/tenang/hipoaktif/hiperaktif

Alam perasaan :Biasa/sedih/gembira/cemas/takut/marah

Proses pikir : Wajar/cepat/gangguan waham/fobia/obsesi

Status generalisata

Kulit

Warna : sawo matang Efloresensi :-

Jaringan parut :- Pigmentasi :-

Pertumbuhan rambut : sedikit Pembuluh darah:-

Suhu raba :- Lembab/kering: -

Keringat umum :normal Turgor :-

Kepala

Ekspresi wajah :+ Simetris muka :+

Rambut :distribusi normal

Mata

Eksolftalmus : - Enoftalmus :-

11
Cekung : - Lensa : normal

Kornea : jernih/keruh Pupil : refleks cahaya +/+

Konjungtiva : - Visus : 6/6

Sklera :anikterik Gerakan mata : normal

Palpebra : normal Tekanan bola mata :-

COA : sedang/sedang Nistagmus :-

Telinga

Tuli : - Selaput pendengaran :-

Lubang : - Penyumbatan :-

Serumen : + - Perdarahan :-

Hidung

Trauma :-

Nyeri :-

Sekret :-

Pernafasan cuping hidung :-

Mulut

Bibir :kering Tonsil :-

Langit-langit :- Bau nafas :-

Trismus :- Lidah :-

Faring :-

Leher

12
Tekanan vena jugularis : JVP 5-2 mmHg

Kelenjar tiroid : tidak tampak pembesaran

Kelenjar limfe : tidak tampak pembesaran

Kelenjar getah bening

Submandibula :tidak ada pembesaran

Leher : tidak ada pembesaran

Supraklavikula :tidak ada pembesaran

Ketiak : tidak ada pembesaran

Lipat paha : tidak ada pembesaran

Thorax

Bentuk : normal

Sela iga :tidak melebar

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 linea midklavikula sinistra

Perkusi

Jantung atas : ICS 2 lineaparasternal sinistra

Jantung kiri : ICS 5lineamidclavicula sinistra

Jantung kanan : ICS 4 linea sternalis dekstra


Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)
Kesan :normal

13
Paru

Depan Dextra Sinistra

Inspeksi:Simetris, retraksi Inspeksi:Simetris, retraksi


dinding dada (-) dinding dada (-)
Palpasi:Stem fremitus kanan = Palpasi:Stem fremitus kanan =
kiri kiri

Perkusi:Sonor di kedua lapangan Perkusi:Sonor di kedua


paru lapangan paru

Auskultasi: suara dasar vesikuler, Auskultasi: suara dasar


suara tambahan : wheezing (-), vesikuler, suara tambahan :
ronchi(-) wheezing (-), ronchi(-)

Belakang Inspeksi:Simetris, retraksi Inspeksi:Simetris, retraksi


dinding dada (-) dinding dada (-)
Palpasi:Stem fremitus kanan = Palpasi:Stem fremitus kanan =
kiri kiri

Perkusi:Sonor di kedua lapangan Perkusi:Sonor di kedua


paru lapangan paru

Auskultasi: suara dasar vesikuler, Auskultasi: suara dasar


suara tambahan : wheezing (-), vesikuler, suara tambahan :
ronchi(-) wheezing (-), ronchi(-)

Abdomen

Inspeksi : Membuncit, tidak terlihat benjolan, warna kulit sama


dengan sekitar, tidak ada tanda peradangan, darm
contour (+), darm steifung (+)
Auskultasi : BU (+) 34kali/menit (meningkat)

Perkusi : Hipertimpani, Pekak alih (-), Pekak sisi (-)

14
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (+)
seluruh lapang abdomen, distensi perut (+), tidak
teraba massa dan benjolan, nyeri lepas (-)

Ekstremitas

Superior Inferior

Akral dingin (-/-) (-/-)

Edema (-/-) (-/-)

Sianosis (-/-) (-/-)

Pucat (-/-) (-/-)

XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :24 November 2018

HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

13,2 Lk: 14-18 gr%


Hemoglobin
Wn: 12-16 gr%
Leukosit 13.200 4500-10.700 ul
Hitung jenis leukosit
 Basofil 0 0-1 %
 Eosinofil 0 1-3%
 Batang 2 2-6 %
 Segmen 78 50-70 %
 Limposit 18 20-40 %
 Monosit 2 2-8 %
Eritrosit 4,8 Lk: 4.6- 6.2 ul

15
Wn: 4.2- 5,4 ul
Lk: 50-54 %
Hematokrit 40
Wn: 38-47 %
Trombosit 178.000 159.000-400.000 ul
MCV 82 80-96 fl
MCH 27 27-31 pg
MCHC 33 32-36 g/dl

KIMIA DARAH
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Urea 113 10-50 mg/dl
Creatinin 9,7 Lk: 0,6-1,1 mg/dl
Wn:0,5-0,9 mg/dl

Natrium 123 135-145

Kalium 6, 1 3,5-5,5

Chloride 90 96-106

GDS 120 ≤200 mg/dl

16
EKG24 November 201

Foto Thorax AP 24 November 2018

17
- Jantung tampak membesar ke lateral kiri dengan apex tertanam pada diafragma,
pinggang jantung normal (CTR>50%)
- Sinus costophrenicus kanan normal, kiri tumpul
- Sinus cardiophrenicus kanan normal, kiri tertutup bayangan jantung
- Tampak suspek perselubungan opak homogen minimal yang mengisi sinus
costophrenicus kiri

Kesan :

 Kardiomegali (LV) tanpa bendungan paru


 Suspek efusi pleura kiri minimal

BNO AP 24 November 2018

18
- Tampak gambaran udara berlebih disertai distensi dan penebalan dinding usus
halus dan kolon di abdomen atas sampai rongga pelvis
- Coil spring appearance (+)
- Herring bone appearance (+)
- Tampak gambaran corpus alineum ALKON KB di rongga pelvis
- Osteofit pada endplate corpora vertebrae lumbalis

Kesan :

 Menunjukan adanya ileus obstruktif letak rendah


 Osteofit a/r endplate corpora vertebrae lumbalis

19
XII. Resume

Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan nyeri perut. Nyeri dirasakan sejak ±
2 hari SMRS.Nyeri dirasakan terus menerus pada seluruh bagian perut dan seperti
melilit. Keluhan disertai perut membesar sejak 2 hari yang lalu. Os mengaku sudah
2 hari tidak bisa flatus dan BAB. Sebelumnya os BAB rutin 1-2 hari sekali, diare
disangkal.Warna tinja normal tidak ada lendir dan darah.Os juga mengaku BAK
sedikit. Os juga mengeluh mual dan muntah. Muntah sudah > 3x sejak 2hari yang
lalu. Os mengatakan nafsu makan berkurang. Riwayat hipertensi (+), Riwayat DM
(-).

Pada pemeriksaanfisik os tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,


tekanan darah 160/90 mmHg, RR 22 kali/menit, nadi 88 kali/menit, suhu 36,7 ºc.
Mobilitas pasif, bibir kering. Pada abdomen di dapatkan abdomen membuncit, darm
contour (+), darm steifung (+), BU (+) 34 kali/menit (meningkat), hipertimpani,
nyeri tekan (+) pada seluruh lapang abdomen, dan distensi perut (+).
Pada Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 13.200 ul, urea 113 mg/dl,
kreatinin 9,7 mg/dl, natrium 123, kalium 6, 1 dan GDS 120 mg/dl. Hasil foto
rontgen thorax AP didapatkan jantung tampak membesar ke lateral kiri dengan apex
tertanam pada diafragma, pinggang jantung normal (CTR>50%), dan sinus
costophrenicus kanan normal, kiri tumpu. Hasil BNO AP tampak gambaran udara
berlebih disertai distensi dan penebalan dinding usus halus dan kolon di abdomen
atas sampai rongga pelvis, coil spring appearance (+), herring bone appearance (+).

Daftar masalah

Anamnesis :

 Nyeri perut
 Perut membesar
 Mual

20
 Muntah
 BAK sedikit
 Tidak bisa flatus
 Tidak bisa BAB

Pemeriksaan fisik :

 Tampak sakit sedang


 TD : 160/90 mmHg
 mobilitas pasif
 bibir kering
 darm contour (+)
 darm steifung (+)
 BU meningkat
 Hipertimpani
 Nyeri tekan (+) pada seluruh lapang abdomen
 Distensi perut (+)

Pemeriksaan Lab

 Leukosit 13.200 ul
 Urea 113 mg/dl
 Kreatinin 9,2 mg/dl
 Natrium 123
 Kalium 6, 1
 GDS 120 mg/dl

XIII. DIAGNOSIS KERJA

Ileus obstuktif

XIV. DIAGNOSIS BANDING

21
- Ileus paralitik

XVII. PENATALAKSANAAN

Non Farmakologis

 Tirah baring dan kurangi aktivitas yang tidak perlu

 Pasang NGT

 Pasang cateter

Farmakologis
 IVFD makro RL XX gtt/mnt + Ketorolac 1 Amp
 Rc operasi Jumat 22 Februari 2019 pukul 14.00 WIB
 Amlodipin 5mg 1x1
 Metronidazol 500mg 3x1
 Omeprazol Vial 2x1
 Novorapid 10-10-10 iu

XVIII. RENCANA PEMERIKSAAN

- BNO 2 posisi

XIX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad malam


Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad Sanactionam : dubia ad malam

22
23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya

obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada

2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.1,2

Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi

lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya

sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding

usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen

usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.1,2

Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus

gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya

akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi

mekanik. 1,2,3

B. Anatomi Usus

Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang

dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12

kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan

bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin

kebawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.2

24
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini agak

tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif lebih

penting berdasarkan perbedaan fungsi.4

Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada

jejenum. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu

pita muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus

esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini

berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima

dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum.

Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum

cenderung terletak di region abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada

juncture denojejunalis dan ileum berakhir pada juncture ileocaecalis.2,3

Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen

dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai

messenterium usus halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai

peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke

bawah dan kekenan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio

sacroiliaca kanan. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya

cabangcabang arteri vena mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum

yang membentuk messenterium.2,3

25
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5

kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus

besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil.5

Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin

kecil.2,3

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat

katup ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati

dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol

aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens,

transversum, desendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum

ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan.

Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri membentuk fleksura koli

dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio

umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.

26
Gambar 1. Sistem saluran pencernaan

Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,

membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon

descendens.6

Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan

lanjutan kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam

bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum.

Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh

kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan

menembus dasar pelvis. Disisni rectum melanjutkan diri sebagai anus

dalanperineum.2,3,4

27
C. Fisiologi Usus

Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan-

bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh

kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan

didalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis

karbohidrat, lemak, dan protein menjad izat-zat yang lebih sederhana. Adanya

bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH

optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses

pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehimgga memberikan permukaan lebih

luas bagi kerja lipase pankreas. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumnlah

enzimdalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini

terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil

diabsorpsi. Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan,

yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon.

Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan secret

pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus,dan pergerakan peristaltik mendorong isi

dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi

optimal dan suplai kontinue isi lambung.2

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan

proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air

dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid

28
berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi

sampai defekasi berlangsung.2

Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta

mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga

keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500

ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal.

Kapasitas sekitar 5 l/hari.2

Gerakan ret rograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan,

meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum,

mengisolasisegmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikol inergik,

meningkat olehmakanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang

umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30

detik panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat.2,3

D. Epidemiologi

Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh

dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Sekitar 44% dari

obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami

strangulasi.3,4 Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, adalah hernia, baik

sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus strangulasi

(63%).3,4

Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,

sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari

29
laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra

abdomen, akan berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi

usus merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi

intraabdomen merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien

digestif yang memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkanobstruksi usus

akibat adhesi. Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.3.4

E. Klasifikasi

Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan

menjadi, antara lain3,4,5 :

 Ileus Obstruktif letak tinggi : obstruksi yang mengenai usus halus (dari

gaster sampai ileum terminal)

 Ileus Obstruktif letak rendah : obstruksi yang mengenai usus besar ( dari

ileum terminal sampai rectum)

Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan

stadiumnya, antara lain :

 Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian

sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi

sedikit.

 Obst ruksi sederhana ( simple obstruction) : ob truksi/sumbatan yang tidak

disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).

30
 Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan

terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir

dengan nekrosis atau gangren.

F. Etiologi

Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain3,4,5 :

 Hernia inkarserata : Usus masuk dan ter jepit di dalam pintu hernia. Pada anak

dapat dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun,

jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus

diadakan herniotomi segera.

 Non hernia inkarserata, antara lain :

 Adhesi atau perlekatan usus.

Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa

perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa

setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat

peritonitis setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak

disertai strangulasi.

 Invaginasi.

Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang

pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat

31
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya

berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon ascendens dan

mungkin terus sampai keluar dar i rektum. Hal ini dapat mengakibatkan

nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi

perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas

pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen

denganpemberian enema barium.

 Askariasis.

Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya

jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-

mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan

tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu

gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang

mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Segmen usus yang

penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,

strangulasi, dan perforasi.

 Volvulus.

Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang

abnormal dari segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri,

maupun pemuntiran terhadap aksis radiimesenterii sehingga pasase

makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.

Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami

32
strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi tinggi

dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi.

 Tumor.

Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika

menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma

ovarium dan karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal

ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di

mesenterium yang menekan usus.

 Batu empedu yang masuk ke ileus.

Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari

saluran empedu keduodenum atau usus halus yang menyeb abkan batu

empedu masuk ke t raktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar

dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau

katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obs truks i

kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama pada daerah

rektosigmoid dan kolon kiri distal.

G. Patogenesis

Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang

berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh

33
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik),

dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan

perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi

translokasi kuman.Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air

dan elektrolit dapat lolosdari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik,

absorbsi dari toksin pada usus yang mengalami strangulasi.4,5,6

Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan

atau ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum

merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu

tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung kompetensi

valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum

terminal sehingga ileum turut membesar.4,5,6

H. Manifestasi Klinis

1. Obstruksi sederhana

Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya

disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen

usus bagian oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus

meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus

proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah

fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri

abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.

Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.5,6

34
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi

akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.

Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal

dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat

dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada

obstruksi di daerah distal.5,6

2. Obstruksi disertai proses strangulasi

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan

nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau

hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri

yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan

operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.5,6

3. Obstruksi mekanis

Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan -lahan dengan nyeri akibat

sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus

menunjukkanadanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan

timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum

obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.

Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu

mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus,

akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian.

Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering

mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya

35
yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen

dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan

terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya

massa menunjukkan adanya strangulasi.5,6,7

I. Diagnosis

Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya

berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala

umum berupa syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan

meteorismus dan kelebihan cairan diusus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang

disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai

gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik,

hiperperistaltis terdengar jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita tampak gelisah

dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus

atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari

adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang abnormal. Gejala

permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air besar

terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada perut

bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada

tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga

terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya distensi

terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah membesar.

Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising usus).

36
Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada tinggi,

atau tidak terdengar sama sekali. 4,5,6

Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi

hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan

radiologis, dengan posisi tegak,terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan

gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid

level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya.

Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan

rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium inloop) untuk

mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia. 4,5,6

Pada saat sekarang ini radiologi memainkan peranan penting dalam

mendiagnosis secara awal ileus obstruktifus secara dini.5,6

J. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa,

berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan

asidosis metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat , jika sudah tinggi

kemungkinan sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan

elektrolit. 4,5,6

Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnose ileus

obstruksi.Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi

datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas

37
udara dan air serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah

kecil gas tetapi pada usus halus biasanya tidak tampak. 4,5,6

Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid

level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus

halus. Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan

gambaran haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran

radiologi, kolon yang mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti ‘pigura’

dari dinding abdomen. 4,5,6

Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksaan

bariumkontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis

neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukan biopsi. 4,5,6,7

K. Gambaran Radiologi

Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif

dilakukan foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto

abdomen ini antara lain :

 Ileus obstruksi letak tinggi :

o Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal

junction) dankolaps usus di bagian distal sumbatan.

o Coil spring appearance

o Herring bone appearance

o Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)

 Ileus obstruksi letak rendah :

38
o Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi

o Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi

abdomen

o Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus

paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh

dari gaster sampai rectum.

Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik :

Gambar 2. Ileus Obstruktif . Tampak coil spring dan herring bone appearance4

39
Gambar 3. Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan4

L. Diagnosis Banding

Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan

terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi

ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan

ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis

akut, dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana.7,8

M. Komplikasi

Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir

dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat

peritonitis generalisata. 7,8

40
N. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami

obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.

Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu

penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika

disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat dirumah

sakit. 7,8

1. Persiapan

Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah

aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan,

kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan

keadaan umum. Setelah keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi.

Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan

konservatif. 6,7,8

2. Operasi

Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital

berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah

pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :

o Strangulasi

o Obstruksi lengkap

o Hernia inkarserata

41
o Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan

pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter). 6,7,8

3. Pasca Bedah

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan

elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan

kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam

keadaan paralitik. 7,8

O. Prognosis

Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi,

tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka

toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat

rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih

tinggi dibandingkan obstruksi usus halus. 7,8

42
BAB IV

KESIMPULAN

Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bias
disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatusegmen usus yang menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut.
Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata,
neoplasma,intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan
obstruksi usus besar penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel,
penyakit Hirschsprung,inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal.Gejala penyumbatan usus
meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Bising usus yang meningkat dan
“metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah
distal. Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat
pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasisewaktu
serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Usus di
bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang berdilatasi
menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh menyebabkan
pembuluhdarah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat terjadi
perforasi. Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid
level, distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus.
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi
untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.

43
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

1. Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2012 March 26];[7 screens].
Available from: URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm

2. Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston, Textbook of Surgery, 16th edition,


W.B.Saunders, Philadelphia, 2001, hal 887-888

3. Brunicardi, F.C., et all, Schwartz’s Principles of Surgery, volume II, 8th edition,
McGraw-Hill, New York, 2005, hal 1031-1032

4. Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17 [cited 2012 March 26];[6
screens]. Available from: URL:http://www.emedicine.com

44

Anda mungkin juga menyukai