Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

UROGENITAL DEVELOPMENT

DISUSUN OLEH:
(nama)
(nim)

PEMBIMBING:
(….)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU …


RUMAH SAKIT …
PERIODE … 2018 – … 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN ……….
………
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
2. TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Embriologi Sistem Urinaria 2
2.1.1 Ginjal 2
2.1.2 Collecting Duct........................................................................................ 3
2.1.3 Sistem Ekskresi........................................................................................ 4
2.1.4 Vesica Urinaria dan Urethra..................................................................... 4
2.2 Embriologi Sistem Genitalia.................................................................... 5
2.2.1 Gonad…................................................................................................... 5
2.2.2 Testis....................................................................................................... 6
2.2.3 Ovarium................................................................................................... 7
2.2.4 Duktus Genitalis....................................................................................... 8
2.2.5 Genitalia Eksterna.................................................................................... 10
3. KESIMPULAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 Perjalanan Sel Germinal.............................................................. 3


Gambar 2.1.2 Pembentukan pelvis renalis, kaliks dan tubulus kolektivus........ 4
Gambar 2.2.1 Perjalanan Sel Germinal.............................................................. 6
Gambar 2.2.2 Pembentukan Testis..................................................................... 7
Gambar 2.2.3 Pengaruh sel germinal primorial terhadap pembentukan gonad.. 8
Gambar 2.2.4 Pembentukan uterus dan vagina................................................... 10
Gambar 2.2.5 Pembentukan genitalia eksterna pria........................................... 11
Gambar 2.2.6 Pembentukan genitalia eksterna wanita........................................ 11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem urinaria merupakan sebuah sistem di dalam tubuh yang bekerja
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Sistem urinarian juga
memiliki berbagai peran dan fungsi lainnya seperti regulasi tekanan darah, produksi
hemoglobin, dan fungsi–fungsi lainnya. Sedangkan sistem genital merupaka sebuah
sistem di dalam tubuh yang mengakomodasi fungsi reproduksi manusia sejak
pembuahan, perkembangan, hingga proses persalinan. Kedua sistem ini memiliki
hubungan yang erat karena berbagai organ memiliki fungsi ganda sebagai kedua
sistem baik sistem urinaria maupun sistem genitalia yang disebut sistem
urogenital.(1)
Perkembangan sistem urinaria melibatkan berbagai formasi dan regresi
yang bersifat sementara hingga terbentuk organ yang akhirnya memiliki fungsi
urinaria pada manusia dewasa. Perkembangan sistem genitalia juga memiliki
hubungan yang sangat erat dengan perkembangan sistem urinaria sehingga
perkembangan sistem genitalia tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sistem
urinaria baik itu pada laki–laki maupun pada perempuan.(1)
Pemahaman terhadap embriologi/perkembangan sistem urinaria dan sistem
genitalia menjadi salah satu poin penting bagi para dokter yang akan menemukan
berbagai penyakit yang berkaitan erat dengan kegagalan embriogenesis ataupun
organogenesis sistem urinaria dan sistem genitalia seiring perkembangan janin di
dalam rahim. Pemahaman terhadap embriologi akan memudahkan dokter untuk
dapat memahami perkembangan dan kegagalan terhadap perkembangan tersebut
dengan baik.(1)

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embriologi Sistem Urinaria


2.1.1 Ginjal
Dalam perkembangan embriologi ginjal, terbentuk tiga struktur yang merupakan
cikal bakal ginjal, yaitu pronephros, mesonephros, dan metanephros. Pronephros
terbentuk pada awal minggu ke-4. Pronephros tampak berbentuk seperti 7–10
kumpulan sel padat yang terletak di area cervical. Kumpulan sel padat ini akan
membentuk unit ekskresi vestigial dan nephrotom. Struktur-struktur ini kemudian
akan mengalami regresi sepenuhnya pada akhir minggu ke-4.(2, 3)
Struktur selanjutnya adalah mesonephros dan duktus mesonpehros yang
berasal dari intermediate mesoderm. Struktur ini mulai muncul sejak stuktur
pronephros mulai regresi pada minggu ke-4. Struktur ini akan dengan cepat
memanjang membentuk menyerupai huruf “S” dan membentuk kumpulan kapiler
yang kemudian akan menjadi glomerulus. Di sekitar glomerulus, tubulus-tubulus
akan mulai membentuk Kapsula Bowman di mana kumpulan struktur tersebut akan
membentuk Korteks Renalis. Pada bagian lateral, tubulus tersebut akan memasuki
duktus kolektivus longitudinal untuk membentuk menjadi duktus mesonephricus
atau kerap disebut Wolffian Duct. Pada pertengahan bulan ke-2, mesonephros akan
membentuk organ berbentuk oval, pada area lateral yang disebut sebagai urogenital
ridge. Duktus mesonephricus kemudian akan terbuka mencapai cloaca.
Mesonephros kemudian akan mengalami regresi pada akhir trimester 1 pertama,
akan tetapi, tubulus dari mesonephros akan berkembang menjadi efferent ductules
dari testis. (2, 4)
Struktur yang akan terbentuk selanjutnya adalah metanephros. Struktur ini
mulai terbentuk pada awal minggu ke-5 dan akan mulai berfungsi dengan baik
sekitar 4 minggu kemudian. Metanephros kemudian akan berkembang menjadi
ginjal permanen pada orang dewasa. Sedangkan unit ekskresinya berasal dari
metanephric mesoderm.(2, 4)
Pembentukan urin akan terus terbentuk seiring perkembangan janin. Urin
akan diekskresikan ke cavitas amniotik dan akan bercampur dengan cairan

2
amniotik. Fetus yang matur akan menelan sekitar 100–300 ml cairan amniotik
setiap hari yang kemudian akan kembali diserap oleh usus halus. Sedangkan, zat-
zat buangan akan berpindah melalui membran plasenta untuk diekskresikan
kemudian oleh ibu.(4, 5)

Gambar 2.1.1 Pembentuk pronephros, mesonephros, dan metanephros(2)

2.1.2 Collecting Duct


Collecting Duct atau Duktus Kolektivus ginjal dewasa berasal dari ureteric bud,
yang merupakan tonjolan,dihasilkan oleh duktus mesonephricus, yang terletak di
dekat cloaca. Ureteric bud melakukan penetrasi ke dalam jaringan metanephros
dan akan berdilatasi membentuk pelvis renal. Ureteric bud kemudian akan berpisah
pada bagian kaudal dan kranial yang nantinya akan terbentuk kaliks mayor. Setiap
kaliks yang terbentuk akan berpisah dan membentuk 2 bud / kuncup yang akan terus
membentuk kuncup. Pembentukan kuncup pertama kali setelah terbentuk kaliks
mayor disebut sebagai 2nd generation bud. Pembentukan kuncup selanjutnya akan
disebut sebagai 3rd generation bud, dst. Kuncup yang merupakan 2nd generation
bud kemudian akan membesar dan menyerap 3rd generation bud dan 4th generation
bud membentuk kaliks minor. Kuncup 5th generation bud dan seterusnya akan
membentuk piramid renalis.2

3
Gambar 2.1.2 Pembentukan pelvis renalis, kaliks dan tubulus kolektivus(2)

2.1.3 Sistem Ekskresi


Setiap tubulus kolektivus yang terbentuk, pada area distal akan dilapisi oleh
metanephric tissue cap. Pada area metanephric tissue cap, akan terbentuk vesikel –
vesikel kecil yang disebut sebagai vesikel renalis. Kapiler-kapiler yang sudah
terbentuk dan dijelaskan pada subbab sebelumnya akan berdiferensiasi membentuk
glomerulus. Tubulus dan glomerulus bersama-sama akan membentuk nefron yang
merupakan unit ekskresi terkecil. Tubulus – tubulus yang sudah terbentuk
sebelumnya akan mengalami pemanjangan dan membentuk berbagai struktur
seperti Tubulus Kontortus Proksimal, Lengkung Henle, dan Tubulus Kontortus
Distal.(2, 6)

2.1.4 Vesica Urinaria dan Uretra


Selama minggu ke-4 hingga minggu ke-7, kloaka akan berpisah menjadi sinus
urogenital pada anterior dan kanalis anal pada posterior. Kedua struktur tersebut
akan dibatasi oleh septum urorerktal yang berasal dari mesoderm. Ujung dari
septum akan membentuk perineal body yang merupakan insersio dari berbagai otot
perineum.(2, 6)
Tiga bagian sinus urogenital akan berubah menjadi tiga bagian. Bagian
pertama adalah vesica urinaria. Bagian ini merupakan bagian terbesar di antara
ketiga bagian tersebut. Awalnya vesica urinaria akan berhubungan langsung dengan
allantois, akan tetapi lumen dari allanotis akan mengalami obliterasi, bagian lainnya
yang berbentuk tali yang disebut urachus tidak mengalami regresi sehingga

4
terbentuk struktur ligamentum umbilicalis mediana yang menghubungkan antara
vesica urinaria dan umbilicus.(4, 6)
Bagian ke-2 adalah pelvic part of the urogenital sinus, yang pada pria akan
berkembang menjadi urethra pars prostatica dan urethra pars membranosa. Bagian
terakhir adalah phallic part of urogenital sinus. Bagian ini berbentuk pipih dan akan
tertarik menuju ke arah ventral.(2)
Epithel urethra pada kedua jenis kelamin berasal dari endoderm di mana
jaringan ikat dan otot polos sekitar berasal dari mesoderm viseral. Pada akhir bulan
ke-3, epithel urethra pars prostatica kemudian akan berproliferasi dan membentuk
kuncup yan kemudian pada pria menjadi glandula prostat dan pada wanita menjadi
urethra dan glandula paraurethra.(2)

2.2 Embriologi Sistem Genitalia


2.2.1 Gonad
Meskipun jenis kelamin seseoran sudah ditentukan saat fertilisasi, perubahan
morfologi organ seks tidak akan dapat dibedakan antara laki-laki dan perempuan
hingga minggu ke-7. Gonad berawal dari struktur yang disebut sebagai genital
ridge yang terbentuk dari kondensasi mesenkimal.(1, 2, 4)
Sel-sel germinal tidak nampak muncul di dalam genital ridge hingga
minggu ke-6. Sel–sel germinal primordial berasal dari epiblast, yang bermigrasi
melalui primitive streak dan pada minggu ke-3 akan teletak di dinding yolk sac
dekat allantois. Selama minggu ke-4, sel-sel ini akan bermigrasi di sepanjang
mesentrium dari hindgut dan mencapai gonad pada awal minggu ke-5 dan akan
menginvasi gonad pada minggu ke-6. Jika sel – sel germinal tersebut tidak
mencapai gonad, maka gonad tidak akan mengalami perkembangan.(2, 7)
Saat sel germinal primordial telah mencapai gonad, maka akan terjadi
prolierasi epithel membentuk primitive sex cord yang berbentuk ireguler. Pada pria
maupun wanita, cord ini akan terhubung dengan epithelium sehingga tidak akan
mungkin membedakan laki-laki atau perempuan. Struktur ini disebut sebagai
indifferent gonad.(2, 4)

5
Gambar 2.2.1 Perjalanan Sel Germinal

2.2.2 Testis
Pada saat embrio tersebut adalah laki-laki, maka sel germinal primordial yang telah
dijelaskan pada subbab sebelumna akan membawa kompleks kromosom XY. Di
bawah pengaruh gen SRY, maka primitive sex cord akan mengalami proliferasi dan
melakukan penetrasi ke dalam medula dan membentuk testis. Pada area hilum dari
glandula tersebut, korda tersebut akan terpisah menjadi jaringan sel-sel kecil yang
akan berubah menjadi rete testis. Pada perkembangan selanjutnya, lapisan-lapisan
jaringan ikat yang disebut tunika albuginea akan memisahkan korda dengan lapisan
epithel permukaan.(2, 7)
Pada bulan ke-4, korda testis kemudian akan berbentuk seperti tapal kuda
dengan area ujungnya akan terhubung dengan rete testis. Korda testis kemudian
akan terbentuk dari sel germinal primitif dan sel Sustentacular Sertoli yang berasal
dari epithel permukaan dari glandula tersebut.(2, 7)
Mesenkim dari gonadal ridge kemudian akan membentuk Sel Interstisital
Leydig yang terletak di antara korda testis. Perkembangan mereka dimulai sejak
awitan (onset) differensiasi dari korda testis. Pada minggu ke-8, Sel Leydig akan
memulai produksi testosteron dan akan menyebabkan testis mampu memberikan
perintah untuk melakukan diferensiasi pada duktus genitalis dan genitalia
eksterna.(2, 7)
Korda testis kemudian akan membentuk tubulus seminiferus yang
merupakan akibat dari korda testis yang tetap intak ketika mereka mendapatkan

6
lumen. Ketika tubulus seminiferus terkanalisasi, kemudai akan tergabung dengan
tubulus rete testis yang pada akhirnya akan membentuk ductuli efferentes. Struktur
ini akan menghubungkan rete testis dan duktus mesonephricus menjadi ductus
defferens.(2, 7)
Testis akan terbentuk secara retroperitoneal, dan akan mengalami migrasi
menuju ke skrotum yang dipandu oleh struktur yang disebut gubernakulum melalui
kanalis inguinalis. Masuknya ke dalam kanalis inguinalis melalui annulus
inguinalis profunda. Pada akhir bulan ke-2, mesenterium urogenital akan
menghubungkan testis dengan dinding posterior abdomen. Dengan degenerasi dari
mesonephros menyebabkan struktur ini menjadi mesenterium dari gonad. Struktur
ini kemudian akan berekstensi ke kaudal dan mengalami kondensasi mesenkimal
dan membentuk gubernakulum yang telah disebutkan sebelumnya. Faktor yang
memengaruhi penurunan testis sejauh ini masi belum jelas, akan tetapi, penurunan
yang dipandu oleh gubernakulum banyak dipengaruhi oleh androgen dan Anti-
Muellerina Hormone. Secara normal, testis akan mencapai area inguinal pada
minggu ke-12. Testis akan mulai bermigrasi melalui kanalis inguinalis pada usia
minggu ke-28 dan mencapai skrotum pada minggu ke-33.

Gambar 2.2.2 Pembentukan Testis(2)

2.2.3 Ovarium
Dengan ketiadaan gen SRY dan keberadaan gen WNT4 maka perkembangan
ovarium terjadi. Embrio wanita membawa kompleks kromosom XX tanpa adanya
kromosom Y. Hal ini menyebabkan primitive sex cord akan berdisosiasi menjadi
kumpulan sel ireguler. Kumpulan sel ireguler ini terdiri dari sel germinal primitif

7
yang menempati bagian meduler dari ovarium. Struktur ini kemudian akan hilang
dan digantikan oleh stroma vaskuler yang membentuk medulla ovarium.(1, 2)
Permukaan epithel dari gonad wanita tidak seperti gonad pria. Permukaan
epithel pada gonad wanita terus menerus mengalami prolierasi. Pada minggu ke-7,
terbentuklah korda kedua yang disebut sebagai cortical cord yang akan melakukan
penetrasi ke mesenkim tetapi tetap dekat dengan bagian permukaan. Pada bulan ke-
3, korda tersebut akan berpencar menjadi kumpulan sel yang terisolasi. Kumpulan
sel ini akan berproliferasi dan mulai untuk mengelilingi oogonium dengan lapisan
jarigan epithel yang disebut sebagai sel folikuler. Oogonium dan sel folikuler akan
disebut sebagai folikel primordial.(1, 2)

Gambar 2.2.3 Pengaruh sel germinal primorial terhadap pembentukan gonad(2)

2.2.4 Duktus Genitalis


Duktus genitalis diawali dari struktur duktus mesonephricus (disebut
Wolfian Duct) dan duktus para mesonephricus (disebut Muellerian duct). Duktus
paramesonephricus akan mengalami invaginasi longitudinal menuju ke urogenital
ridge pada permukaan anterolateral. Duktus tersebut , pada posisi kranialnya akan
terbuka ke kavitas abdominal dan terhubung oleh struktur yang berbentuk seperti
corong. Pada posis kaudal, duktus tersebut menuju ke duktus mesonephricus dan
akan menyilang tepat di anterior dan tumbuh secara kaudomedial. Ujung kaudal
dari kombinas duktus tersebut akan terproyeksi menuju ke dinding posterior sinus
urogenital dan membentuk struktur tuberkulum sinus.(2)

8
Pada perkembangan pria, duktus genitalis pada pria akan terstimulasi oleh
adanya testosteron. Beberapa organ eksresi seperti tubulus epigenital akan
mengalami kontak rete testis untuk membentuk efferent ductules testis. Tubulus
ekskretorius pada bagian polus kaudal dari testis tidak akan mengalami penyatuan
dengan rete testis sehingga terbentuk struktur yang disebut sebagai paradidimis.
Duktus mesonephricus kemudian akan mengalami elongasi membentuk epididimis.
Eko dari epididimis akan membentuk tonjolan yang disebut sebagai vesikel
seminalis. Duktus mesonephricus kemudian akan mendapatkan pelapis tebal
berotot dan membentuk ductus defferens. Di bawah pengaruh anti-Muellerian
Hormone yang dihasilkan oleh sel Sertoli, duktus paramesonephricus akan
mengalami degenerasi kecuali bagian kecil pada ujung kranial yang kemudian
disebut appendix testis.(2)
Pada perkembangan wanita, keberadaan estrogen dan ketiaadaan AMH dan
testosteron akan menyebabkan duktus paramesonephricus berkembang menjadi
duktus genitalis utama pada wanita. Terdapat tiga bagian yang dapat yang dapat
dibedakan pada setiap duktus : (1) Bagian kranial yang terbuka menuju ke kavitas
abdominal, (2) Bagian horizontal yang menyilang duktus mesonephricus, dan (3)
Bagian kaudal yang mengalami penyatuan dengan bagian berada di sisi yang
berlawanan. Dengan adanya penurunan ovarium, dua bagian pertama yang telah
disebutkan akan berkembang menjadi tuba uterina dan bagian ketiga atau kaudal
akan menyatu menjadi kanalis uterus. Setelah duktus bagian kaudal mengalami
penyatuan, lipatan pelvis yang terletak transversal akan terbentul. Lipatan ini akan
berekstensi menuju ke sisi lateral dan menyatu dengan duktus para mesonephricus
membentuk Broad Ligament of Uterus. Uterus dan Broad Ligament of Uterus akan
membagi kavitas pelvik menjadi ekskavasio uterorektal dan ekskavasio
uterovesikal. Duktus paramesonepricus yang bergabung ini akan membentuk
corpus uterus dan cervix. Setelah penggabungan duktus paramesonephricus
bertemu dengan sinus urogenital, terdapat dua evaginasi keluar dari sinus
urogenital. Evaginasi iniakan berproliferasi dan membentuk vaginal plate.
Proliferasi kemudain akan berlanjut pada area kranial dari lempeng tersebut
sehingga menciptakan jarak antara uterus dan sinus urogenital. Pada mingu ke-5,
evaginasi tersebut akan sepenu terkanalisasi dan membentuk vagina. Lumen dari

9
vagina akan tetap terpisah dari sinus urogenital yang terpisah oleh struktur yang
kemudian akan menjadi hymen. (2, 8, 9)

Gambar 2.2.4 Pembentukan uterus dan vagina(2)

2.2.5 Genital Eksterna


Pada minggu ke-3, sel mesenkimal di sekitar kloaka akan membentuk
sepasang cloacal folds. Posisi kranial dari lipatan ini akan menyatu membentuk
tuberkulum genital. Posisi kaudal lipatan ini akan terbagi menjadi 2 yaitu lipatan
uretra pada anterior dan lipatan anal pada posterior.(2)
Pada pria, perkembangan genitalia eksterna di bawah pengaruh androgen.
Perkembangan diawali dengan elongasi yang sangat cepat pada tuberkulum
genitalia membentuk struktur phallus. Elongasi ini menyebabkan phallus menarik
lipatan uretra ke depan dan membentuk struktur urethral groove. Epitel yang
melapisi struktur ini membentuk urethral plate. Pada akhir minggu ke-3, dua
lipatan uretra akan membentuk urethra penis. Kanal ini awalnya tidak mencapai
ujung phallus. Kanal ini baru akan mencapai phallus pada bulan ke-4 dan terbentuk
sebuah lubang yang disebut meatus uretra eksterna. Skrotum akan terbentuk di area
inguinal dan pada perkembangannya akan terpisah menjadi 2 oleh struktur septum
skrotum.(10)

10
Gambar 2.2.5 Pembentukan genitalia eksterna pria(2)

Pada wanita, dipengaruhi oleh stimulasi estrogen. Tuberkulum genitalis


akan mengalami elongasi sedikit dan membentuk klitoris. Lipatan urethra
kemudian tidak akan menyatu dan disebut sebagai labio minora. Genital swelling
akan membesar dan membentuk struktur labia mayor. Pada awal perkembangan ,
tuberkulum genital pada wanita tampak lebih besar sehingga kerap sulit dibedakan
dengan phallus pada pemeriksaan ultrasonografi.(11)

Gambar 2.2.6 Pembentukan genitalia eksterna wanita(2)

11
BAB 3
KESIMPULAN

Perkembangan sistem urinaria dan sistem genitalia memiliki kaitan yang


sangat erat satu sama lain karena berasal dari struktur primordial yang sama dan
berdekatan. Perkembangan ini diawali oleh perkembangan ginjal yang berawal dari
pembentukan pronephros , mesonephros dan metanephros yang merupakan cikal
bakal ginjal dewasa. Pembentukan selanjutnya adalah pembentukan vesica urinaria
pada minggu ke-4 hingga minggu ke-7 yang berasal dari sinus urogenital. Bagian
dari sinus urogenital juga akan membentuk bagian urethra yaitu urethra pars
prostatca dan urethra pars membranosa.
Pembentukan sistem genitalia terbagi menjadi 3 secara garis besar yaitu
pembentukan gonad, pembentukan duktus genitalis, dan pembentukan genitalia
eksterna. Ketiga pembentukan tersebut akan mengalami perkembangan yang sama
pada tahap awal perkembangan. Keberadaan gen SRY serta hormon testosteron akan
menentukan pembentukan sistem genitalia pria. Sedangkan keberadaan gen WNT4
dan keberadaan hormon estrogen akan menentukan pembentukan sistem genitalia
wanita.
Pemahaman mengenai perkembangan organ urogenital menjadi penting
untuk dapat memahami berbagai penyakit yang ditimbulkan akibat kegagalan
perkembangan sistem urogenital.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Schoenwolf GC, Bleyl SB, Brauer PR, Francis-West PH. Larsen's Human
Embryology E-Book: Elsevier Health Sciences; 2014.
2. Sadler TW. Langman's Medical Embryology: Wolters Kluwer; 2015.
3. Coward K, Wells D. Textbook of Clinical Embryology: Cambridge
University Press; 2013.
4. Moore KL, Persaud TVN, Torchia MG. The Developing Human E-Book:
Clinically Oriented Embryology: Elsevier Health Sciences; 2015.
5. Murer L, Benetti E, Artifoni L. Embryology and genetics of primary vesico-
ureteric reflux and associated renal dysplasia. Pediatric Nephrology.
2007;22(6):788-97.
6. Benz-Bohm G. Urinary tract embryology, anatomy and anatomical variants.
Pediatric Uroradiology: Springer; 2001. p. 43-53.
7. Shapiro E. Clinical implications of genitourinary embryology. Current
opinion in urology. 2009;19(4):427-33.
8. Wells LJ. Embryology and anatomy of the vagina. Annals of the New York
Academy of Sciences. 1959;83(2):80-8.
9. Sánchez-Ferrer M, Acién M, del Campo FS, Mayol-Belda M, Acién P.
Experimental contributions to the study of the embryology of the vagina.
Human Reproduction. 2006;21(6):1623-8.
10. Yiee JH, Baskin LS. Penile embryology and anatomy. The Scientific World
Journal. 2010;10:1174-9.
11. Puppo V. Embryology and anatomy of the vulva: The female orgasm and
women's sexual health. European Journal of Obstetrics & Gynecology and
Reproductive Biology. 2011;154(1):3-8.

13

Anda mungkin juga menyukai