UROGENITAL DEVELOPMENT
DISUSUN OLEH:
(nama)
(nim)
PEMBIMBING:
(….)
HALAMAN SAMPUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
2. TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Embriologi Sistem Urinaria 2
2.1.1 Ginjal 2
2.1.2 Collecting Duct........................................................................................ 3
2.1.3 Sistem Ekskresi........................................................................................ 4
2.1.4 Vesica Urinaria dan Urethra..................................................................... 4
2.2 Embriologi Sistem Genitalia.................................................................... 5
2.2.1 Gonad…................................................................................................... 5
2.2.2 Testis....................................................................................................... 6
2.2.3 Ovarium................................................................................................... 7
2.2.4 Duktus Genitalis....................................................................................... 8
2.2.5 Genitalia Eksterna.................................................................................... 10
3. KESIMPULAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
amniotik. Fetus yang matur akan menelan sekitar 100–300 ml cairan amniotik
setiap hari yang kemudian akan kembali diserap oleh usus halus. Sedangkan, zat-
zat buangan akan berpindah melalui membran plasenta untuk diekskresikan
kemudian oleh ibu.(4, 5)
3
Gambar 2.1.2 Pembentukan pelvis renalis, kaliks dan tubulus kolektivus(2)
4
terbentuk struktur ligamentum umbilicalis mediana yang menghubungkan antara
vesica urinaria dan umbilicus.(4, 6)
Bagian ke-2 adalah pelvic part of the urogenital sinus, yang pada pria akan
berkembang menjadi urethra pars prostatica dan urethra pars membranosa. Bagian
terakhir adalah phallic part of urogenital sinus. Bagian ini berbentuk pipih dan akan
tertarik menuju ke arah ventral.(2)
Epithel urethra pada kedua jenis kelamin berasal dari endoderm di mana
jaringan ikat dan otot polos sekitar berasal dari mesoderm viseral. Pada akhir bulan
ke-3, epithel urethra pars prostatica kemudian akan berproliferasi dan membentuk
kuncup yan kemudian pada pria menjadi glandula prostat dan pada wanita menjadi
urethra dan glandula paraurethra.(2)
5
Gambar 2.2.1 Perjalanan Sel Germinal
2.2.2 Testis
Pada saat embrio tersebut adalah laki-laki, maka sel germinal primordial yang telah
dijelaskan pada subbab sebelumna akan membawa kompleks kromosom XY. Di
bawah pengaruh gen SRY, maka primitive sex cord akan mengalami proliferasi dan
melakukan penetrasi ke dalam medula dan membentuk testis. Pada area hilum dari
glandula tersebut, korda tersebut akan terpisah menjadi jaringan sel-sel kecil yang
akan berubah menjadi rete testis. Pada perkembangan selanjutnya, lapisan-lapisan
jaringan ikat yang disebut tunika albuginea akan memisahkan korda dengan lapisan
epithel permukaan.(2, 7)
Pada bulan ke-4, korda testis kemudian akan berbentuk seperti tapal kuda
dengan area ujungnya akan terhubung dengan rete testis. Korda testis kemudian
akan terbentuk dari sel germinal primitif dan sel Sustentacular Sertoli yang berasal
dari epithel permukaan dari glandula tersebut.(2, 7)
Mesenkim dari gonadal ridge kemudian akan membentuk Sel Interstisital
Leydig yang terletak di antara korda testis. Perkembangan mereka dimulai sejak
awitan (onset) differensiasi dari korda testis. Pada minggu ke-8, Sel Leydig akan
memulai produksi testosteron dan akan menyebabkan testis mampu memberikan
perintah untuk melakukan diferensiasi pada duktus genitalis dan genitalia
eksterna.(2, 7)
Korda testis kemudian akan membentuk tubulus seminiferus yang
merupakan akibat dari korda testis yang tetap intak ketika mereka mendapatkan
6
lumen. Ketika tubulus seminiferus terkanalisasi, kemudai akan tergabung dengan
tubulus rete testis yang pada akhirnya akan membentuk ductuli efferentes. Struktur
ini akan menghubungkan rete testis dan duktus mesonephricus menjadi ductus
defferens.(2, 7)
Testis akan terbentuk secara retroperitoneal, dan akan mengalami migrasi
menuju ke skrotum yang dipandu oleh struktur yang disebut gubernakulum melalui
kanalis inguinalis. Masuknya ke dalam kanalis inguinalis melalui annulus
inguinalis profunda. Pada akhir bulan ke-2, mesenterium urogenital akan
menghubungkan testis dengan dinding posterior abdomen. Dengan degenerasi dari
mesonephros menyebabkan struktur ini menjadi mesenterium dari gonad. Struktur
ini kemudian akan berekstensi ke kaudal dan mengalami kondensasi mesenkimal
dan membentuk gubernakulum yang telah disebutkan sebelumnya. Faktor yang
memengaruhi penurunan testis sejauh ini masi belum jelas, akan tetapi, penurunan
yang dipandu oleh gubernakulum banyak dipengaruhi oleh androgen dan Anti-
Muellerina Hormone. Secara normal, testis akan mencapai area inguinal pada
minggu ke-12. Testis akan mulai bermigrasi melalui kanalis inguinalis pada usia
minggu ke-28 dan mencapai skrotum pada minggu ke-33.
2.2.3 Ovarium
Dengan ketiadaan gen SRY dan keberadaan gen WNT4 maka perkembangan
ovarium terjadi. Embrio wanita membawa kompleks kromosom XX tanpa adanya
kromosom Y. Hal ini menyebabkan primitive sex cord akan berdisosiasi menjadi
kumpulan sel ireguler. Kumpulan sel ireguler ini terdiri dari sel germinal primitif
7
yang menempati bagian meduler dari ovarium. Struktur ini kemudian akan hilang
dan digantikan oleh stroma vaskuler yang membentuk medulla ovarium.(1, 2)
Permukaan epithel dari gonad wanita tidak seperti gonad pria. Permukaan
epithel pada gonad wanita terus menerus mengalami prolierasi. Pada minggu ke-7,
terbentuklah korda kedua yang disebut sebagai cortical cord yang akan melakukan
penetrasi ke mesenkim tetapi tetap dekat dengan bagian permukaan. Pada bulan ke-
3, korda tersebut akan berpencar menjadi kumpulan sel yang terisolasi. Kumpulan
sel ini akan berproliferasi dan mulai untuk mengelilingi oogonium dengan lapisan
jarigan epithel yang disebut sebagai sel folikuler. Oogonium dan sel folikuler akan
disebut sebagai folikel primordial.(1, 2)
8
Pada perkembangan pria, duktus genitalis pada pria akan terstimulasi oleh
adanya testosteron. Beberapa organ eksresi seperti tubulus epigenital akan
mengalami kontak rete testis untuk membentuk efferent ductules testis. Tubulus
ekskretorius pada bagian polus kaudal dari testis tidak akan mengalami penyatuan
dengan rete testis sehingga terbentuk struktur yang disebut sebagai paradidimis.
Duktus mesonephricus kemudian akan mengalami elongasi membentuk epididimis.
Eko dari epididimis akan membentuk tonjolan yang disebut sebagai vesikel
seminalis. Duktus mesonephricus kemudian akan mendapatkan pelapis tebal
berotot dan membentuk ductus defferens. Di bawah pengaruh anti-Muellerian
Hormone yang dihasilkan oleh sel Sertoli, duktus paramesonephricus akan
mengalami degenerasi kecuali bagian kecil pada ujung kranial yang kemudian
disebut appendix testis.(2)
Pada perkembangan wanita, keberadaan estrogen dan ketiaadaan AMH dan
testosteron akan menyebabkan duktus paramesonephricus berkembang menjadi
duktus genitalis utama pada wanita. Terdapat tiga bagian yang dapat yang dapat
dibedakan pada setiap duktus : (1) Bagian kranial yang terbuka menuju ke kavitas
abdominal, (2) Bagian horizontal yang menyilang duktus mesonephricus, dan (3)
Bagian kaudal yang mengalami penyatuan dengan bagian berada di sisi yang
berlawanan. Dengan adanya penurunan ovarium, dua bagian pertama yang telah
disebutkan akan berkembang menjadi tuba uterina dan bagian ketiga atau kaudal
akan menyatu menjadi kanalis uterus. Setelah duktus bagian kaudal mengalami
penyatuan, lipatan pelvis yang terletak transversal akan terbentul. Lipatan ini akan
berekstensi menuju ke sisi lateral dan menyatu dengan duktus para mesonephricus
membentuk Broad Ligament of Uterus. Uterus dan Broad Ligament of Uterus akan
membagi kavitas pelvik menjadi ekskavasio uterorektal dan ekskavasio
uterovesikal. Duktus paramesonepricus yang bergabung ini akan membentuk
corpus uterus dan cervix. Setelah penggabungan duktus paramesonephricus
bertemu dengan sinus urogenital, terdapat dua evaginasi keluar dari sinus
urogenital. Evaginasi iniakan berproliferasi dan membentuk vaginal plate.
Proliferasi kemudain akan berlanjut pada area kranial dari lempeng tersebut
sehingga menciptakan jarak antara uterus dan sinus urogenital. Pada mingu ke-5,
evaginasi tersebut akan sepenu terkanalisasi dan membentuk vagina. Lumen dari
9
vagina akan tetap terpisah dari sinus urogenital yang terpisah oleh struktur yang
kemudian akan menjadi hymen. (2, 8, 9)
10
Gambar 2.2.5 Pembentukan genitalia eksterna pria(2)
11
BAB 3
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Schoenwolf GC, Bleyl SB, Brauer PR, Francis-West PH. Larsen's Human
Embryology E-Book: Elsevier Health Sciences; 2014.
2. Sadler TW. Langman's Medical Embryology: Wolters Kluwer; 2015.
3. Coward K, Wells D. Textbook of Clinical Embryology: Cambridge
University Press; 2013.
4. Moore KL, Persaud TVN, Torchia MG. The Developing Human E-Book:
Clinically Oriented Embryology: Elsevier Health Sciences; 2015.
5. Murer L, Benetti E, Artifoni L. Embryology and genetics of primary vesico-
ureteric reflux and associated renal dysplasia. Pediatric Nephrology.
2007;22(6):788-97.
6. Benz-Bohm G. Urinary tract embryology, anatomy and anatomical variants.
Pediatric Uroradiology: Springer; 2001. p. 43-53.
7. Shapiro E. Clinical implications of genitourinary embryology. Current
opinion in urology. 2009;19(4):427-33.
8. Wells LJ. Embryology and anatomy of the vagina. Annals of the New York
Academy of Sciences. 1959;83(2):80-8.
9. Sánchez-Ferrer M, Acién M, del Campo FS, Mayol-Belda M, Acién P.
Experimental contributions to the study of the embryology of the vagina.
Human Reproduction. 2006;21(6):1623-8.
10. Yiee JH, Baskin LS. Penile embryology and anatomy. The Scientific World
Journal. 2010;10:1174-9.
11. Puppo V. Embryology and anatomy of the vulva: The female orgasm and
women's sexual health. European Journal of Obstetrics & Gynecology and
Reproductive Biology. 2011;154(1):3-8.
13