Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tubuh manusia terdiri dari jutaan sel-sel, di mana masing-masing sel membutuhkan
energi untuk kehidupannya. Energi tersebut berasal dari makanan, terutama zat karbohidrat.
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen.
Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam
tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal
dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh
tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan
otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau bekerja.
Di dalam tubuh manusia, karbohidrat mengalami berbagai proses kimia. Proses inilah
yang mempunyai peranan penting dalam tubuh kita. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam
sel ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Dalam
hubungan antar reaksi-reaksi ini enzim-enzim mempunyai
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan protein?
2. Apakah yang dimaksud dengan karbohidrat?
3. Apakah yang dimaksud dengan lemak?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROTEIN
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat
ini selain berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein selain akan digunakan bagi pembangunan struktur
tubuh juga akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat, sehingga
pertumbuhan atau kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar, akan tetapi dalam
keadaan tidak diterimanya makanan yang tidak bergizi secara terus menerus, dengan
sendirinya akan terjadi gejala-gejala kekurangan protein diantaranya adalah pertumbuhan
kurang, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit dan daya kerja merosot
(Kertasapoetra, 2002:61).
Menurut Ahmad Djaeni (2008), Protein merupakan zat gizi yang sangat penting,
karena yang paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Semua hayat
hidup sel berhubungan dengan zat gizi protein. Nama protein berasal dari kata Yunani
protebos, yang artinya “yang pertama” atau yang “terpenting”.
Di dalam sel, protein terdapat sebagai protein struktural maupun sebagai protein
metabolik. Protein struktural merupakan bagian integral dari struktur sel dan tidak dapat
diekstrasi tanpa menyebabkan diintegrasi sel tersebut. Protein metabolik ikut dalam
reaksi-reaksi biokimiawi dan mengalami perubahan bahkan mungkin destruksi atau
sintesa protein baru. Protein metabolik dapat diekstraksi tanpa merusak integritas struktur
sel itu sendiri.
Hasil hidrolisa kimiawi (dengan asam atau dengan basa) ialah campuran asam-
asam amino individual sejumlah 20-24 jenis, karena beberapa asam amino mengalami
kerusakan dan beberapa lagi mengalami perubahan menjadi derivatnya.
Unit pembangun dalam semua jenis protein adalah asam amino (AA). Berbagai
jenis asam amino membangun sel dan jaringan tubuh yang sangat spesifik, seperti a)
kolagen terletak dalam jaringan ikat tubuh, b) miosin dalam jaringan otot, c) hemoglobin
dalam sel darah merah, d) sel enzim, dan e) hormon insulin.
Terdapat tiga gugus yang penting dalam struktur protein, yaitu:
Gugus basa dalam bentuk ionik bermuatan positif, sedangkan gugus asam
bermuatan negatif. AA yang paling sederhana tidak memiliki rantai samping (R) adalah
glisin dan alanin.
Tabel 1
Kebutuhan Asam Amino Orang Dewasa
Jenis Asam Amino Dewasa
Histidine 16
Isoleucine 13
Leucine 19
Lysine 16
Methionine & cysteine 17
Phenylalanine & tyrosine 9
threotophan 5
Valine 3
Total 13
With histidine 127
Without histidine 111
Sumber: Departemen Gizi & Kesmas (2008)
4. Keseimbangan Nitrogen
Gambar 1
Bagan aktivasi protase pankreatik dalam lumen (saluran) usus duodenum
proenzim enzim
Tripsinogen Enteropeptidase
tripsin
Gambar penguraian protein dan eksresi nitrogen, Williams (1992). Nutrition & Diet Therapy
6. Sumber Protein
Tabel 2
Klasifikasi, sumber dan fungsi protein
Klasifikasi Sumber Makanan Fungsi
Protein lengkap Hewani: daging sapi, kambing, ayam, 1. Pemacu pertumbuhan sumber
(Komplete protein) ikan, keju, susu pokok jaringan
Protein tidak lengkap Nabati: legumin kacang-kacangan, 2. Pembentukan hormon, enzim &
sereal (beras, tepung, jagung), gelatin antibodi
3. Pengatur keseimbangan asam-
basa
4. Sumber pokok dari tekanan
osmotik
5. Energi 4 Kkal/gr
1) Protein mempunyai fungsi yang merupakan bagian kunci dari semua
pembentukan jaringan tubuh, yaitu dengan mensintesisnya dari makanan.
2) Pertumbuhan dan pertahanan hidup terjadi apabila protein intake cukup.
Pembentukan berbagai macam jaringan vital tubuh seperti enzim, hormon,
antibodi juga bergantung tersedianya protein.
3) Cairan tubuh pengatur keseimbangan juga memerlukan protein.
Tabel 3
Hasil pencernaan dan estimasi kebutuhan zat gizi dalam diet
Zat gizi pokok hasil pencernaan Persen kalori dari Kkal
Protein 15%
Lemak 30-35%
Karbohidrat 50-60%
Bila diterjemahkan dalam kalori
Kebutuhan @orang kalori/hari 2000 Kkal
Protein 200-300 Kkal (50-75 gram)
Lemak 600-700 Kkal (67-78 gram)
Karbohidrat 1000-1200 Kkal (250-300 gram)
Sumber: departemen Gizi & kesmas (2008)
7. Kualitas Protein
B. KARBOHIDRAT
Fungsi utama karbohidrat adalah untuk menyediakan energi bagi tubuh. seseorang
yang memakan karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan akan menjadi gemuk. Apabila
karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun (Agus
Budiyanto, 2001 : 19)
1. Susunan Kimia
Susunan kimia karbohidrat terdiri dari atom karbon (C), hidrogen (H), dan
Oksigen (O). Rumus kimia untuk karbohidrat adalah Cn(H2O)n yang berkesan karbon
diikat dengan air sehingga diberi nama karbohidrat. Selain itu, ikatan organik yang
menyusun karbohidrat berbentuk polialkohol.
2. Metabolisme Karbohidrat
Di dalam sistem pencernaan dan juga usus halus, semua jenis karbohidrat yang
dikonsumsi akan terkonversi menjadi glukosa untuk kemudian diabsorpsi oleh aliran
darah dan ditempatkan ke berbagai organ dan jaringan tubuh. Molekul glukosa hasil
konversi berbagai macam jenis karbohidrat inilah yang kemudian akan berfungsi
sebagai dasar bagi pembentukan energi di dalam tubuh.
3. Jenis-jenis Karbohidrat
a) Karbohidrat Sederhana
1) Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat sederhana yang terdiri dari 1
gugus cincin. Contoh dari monosakarida yang banyak terdapat di dalam
sel tubuh manusia adalah glukosa, fruktosa dan galaktosa.
Glukosa di dalam industri pangan lebih dikenal sebagai dekstrosa atau
juga gula anggur. Di alam, glukosa banyak terkandung di dalam buah-
buahan, sayuran dan juga sirup jagung. Fruktosa dikenal juga sebagai gula
buah dan merupakan gula dengan rasa yang paling manis. Di alam
fruktosa banyakterkandung di dalam madu (bersama dengan glukosa), dan
juga terkandung diberbagai macam buah-buahan. Sedangkan galaktosa
merupakan karbohidrat hasil proses pencernaan laktosa sehingga tidak
terdapat di alam secara bebas. Selain sebagai molekul tunggal,
monosakarida juga akan berfungsi sebagai molekul dasar bagi
pembentukan senyawa karbohidrat kompleks pati (starch) atau selulosa
2) Disakarida
b) Karbohidrat Kompleks
Pati (Strach)
Pati yang juga merupakan simpanan energi di dalam sel-sel tumbuhan ini
berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan berdiameter berkisar
antara 5-50 nm. Dan di alam, pati akan banyak terkandung dalam beras,
gandum, jagung, biji-bijian seperti kacang merah atau kacang hijau dan
banyak juga terkandung di dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti
singkong, kentang atau ubi. Di dalam berbagai produk pangan, pati umumnya
akan terbentuk dari dua polimer molekul glukosa yaitu amilosa (amylose) dan
amilopektin (amylopectin). Amilosa merupakan polimer glukosa rantai
panjang yang tidak bercabang sedangkan amilopektin merupakan polimer
glukosa dengan susunan yang bercabang-cabang. Komposisi kandungan
amilosa dan amilopektin ini akan bervariasi dalam produk pangan
dimanaproduk pangan yang memiliki kandungan amilopektin tinggi akan
semakin mudah untuk dicerna.
4. Glikogen
Glikogen merupakan salah satu bentuk simpanan energi di dalam tubuh
yang dapat dihasilkan melalui konsumsi karbohidrat dalam sehari-hari dan
merupakan salah satu sumber energi utama yang digunakan oleh tubuh pada saat
berolahraga. Di dalam tubuh glikogen akan tersimpan di dalam hati dan otot.
Kapasitas penyimpanan glikogen di dalam tubuh sangat terbatas yaitu hanya
sekitar 350-500 gram atau dapat menyediakan energi sebesar 1.200- 2.000 kkal.
Namun kapasitas penyimpanannya ini dapat ditingkatkan dengan cara
memperbesar konsumsi karbohidrat dan mengurangi konsumsi lemak atau
dikenal dengan istilah carbohydrate loading dan penting dilakukan bagi atlet
terutama yang menekuni cabang olahraga bersifat endurans (endurance) seperti
maraton atau juga sepakbola.
Sekitar 67% dari simpanan glikogen yang terdapat di dalam tubuh akan
tersimpan di dalam otot dan sisanya akan tersimpan di dalam hati. Di dalam otot,
glikogen merupakan simpanan energi utama yang mampu membentuk hampir 2%
dari total massa otot. Glikogen yang terdapat di dalam otot hanya dapat
digunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut dan tidak dapat
dikembalikan ke dalam aliran darah dalam bentuk glukosa apabila terdapat bagian
tubuh lain yang membutuhkannya.Berbeda dengan glikogen hati dapat
dikeluarkan apabila terdapat bagian tubuh lain yang membutuhkan. Glikogen
yang terdapat di dalam hati dapat dikonversi melalui proses glycogenolysis
menjadi glukosa dan kemudian dapat dibawa oleh aliran darah menuju bagian
tubuh yang membutuhkan seperti otak, sistem saraf, jantung, otot dan organ tubuh
lainnya.
5. Penyakit yang Berhubungan dengan Karbohidrat
Penyakit yang disebabkan oleh ketidak seimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan energi dikenal dengan KEP (Kekurangan Energi dan Protein),
kelebihan berat badan, obesita, lactosa intolerance, dan karies gigi (Departemen
Gizi & Kesmas, 2008).
a) Kekurangan energi dan protein (KEP), penyakit ini pada dasarnya terjadi
karena kekurangan energi dan protein disertai dengan susunan hidangan yang
tidak seimbang. Umumnya penyakit ini diderita balita atau anak yang sedang
tumbuh serta ibu hamil meskipun juga bisa menyerang orang dewasa lain,
seperti orang yang kelaparan dalam jangka lama atau menderita penyakit
kronis. Pada anak-anak gejala penyakit merupakan campuran gambaran klinis
defesiensi energi dan protein. Defisiensi energi yang menonjol dikenal dengan
marasmus. Bila gejala defisiensi protein dominan disebut kwasiorkor.
Gambaran umum yang sering terdai merupakan gejala campuran disebut
marasmus-kwsiorkor.
b) Kelebihan berat badan dan obesitas, disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara konsumsi energi dengan kebutuhannya. Konsumsi energi berlebihan
disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Pada keadaan normal jaringan lemak
ditimbun dalam jaringan subkutan dan jaringan tirai usus (omentum). Pada
wanita disimpan ditempat khusus dan memberi bentuk feminim seperti pada
bahu, dada, pinggul, dan pantat. Jaringan lemak subkutan didaerah dinding
perut bagian depan mudah dilihat pada orang yang obesitas. Salah satu
parameter yang digunakan untuk menentukan orang dewasa obesitas atau
tidak yaitu dengan mengukur menggunakan IMT. Pada orang yang menderita
obesitas akan berisiko meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler
termasuk hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung.
6. Serat (Fiber)
Serat adalah jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat dalam saluran
pencernaan manusia tidak dapat dicerna karena manusia tidak memiliki enzim.
Meskipun demikian, dalam usus besar manusia terdapat beberapa bakteri yang
dapat mencerna serat menjadi komponen sehingga produk yang dilepas dapat
diserap ke dalam tubuh dan dapat digunakan sebagai sumber energi.
Serat dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:
a) Serat kasar (crude fiber)
b) Serat yang terlaut (dietary fiber)
Komponen serat kasar yang terbesar adalah polisakarida dan disebut dengan
selulosa. Selulosa merupakan bagian struktural dari material semua jenis
tanaman. Dengan perkataan lain, batang tubuh tanaman, tangkai, akar, dan daun
serta buahnya (wortel, biji-bijian, sayuran), kayu dan lainnya yang menunjang
hidup tanaman. Komposisi selulosa lebih banyak mengandung glukosa dengan
ikatan β (1-4) daripada ikatan α (1-4) atau α (1-6) dari pati. Namun enzim yang
digunakan untuk menghidrolisis menjadi glukosa berbeda.
Karbohidrat lain yang tidak terlarut (pektin, hemiselulosa, dan lignin), jenis
karbohidrat ini tidak dapat dicerna oleh saluran pencernaan manusia. Kelompok
ini bersama-sama dengan selulosa secara kolektif disebut dengan dietary fiber.
Selulosa disebut sebagai crude fiber yang merupakan bagian dari dietary fiber
secara keseluruhan (Departemen Gizi & Kesmas, 2008)..
7. Dietary Fiber
Diertary fiber adalah suatu bahan yang tidak dapat dicerna oleh enzim
pencernaan manusia. Beberapa bakteria dalam saluran pencernaan dapat
mencerna serat ini dan menghasilkan suatu produk yang dapat diserap dan
berkontribusi memberikan kalori penghasil energi.
Dietary fiber berdasarkan struktur kimia terbagi menjadi terlarut dan tak
terlarut. Zat yang terlarut ditemukan dalam buah-buahan, beberapa jenis kacang-
kacangan, dan beberapa biji-bijian seperti oat, rye, dan barley. Serat tersebut
terlarut dan membentuk gel dalam air. Bentukan gel ini dalam saluran
pencernaan menyebabkan kecepatan melambat dalam mendorong komponen
makanan ke usus. Keadaan ini memberikan kesempatan untuk meningkatkan
absorbsi zat gizi. Serat yang terlarut mempunyai efek menurunkan kolesterol,
karena serat merangsang peningkatan empedu ke dalam usus. Dengan demikian,
absorbsi kolesterol dan lemak lainnya melambat, sehingga terjadi peningkatan
produksi asam lemak rantai pendek dengan cara fermentasi. Faktor efek
rendahnya kolesterol akibat serat terlarut ini menyebabkan serat terlarut menjadi
faktor sangat penting, tetapi bagaimana mekanismenya masih belum banyak
diketahui (Departemen Gizi & Kesmas, 2008).
8. Insuloble Fiber (Serat tak Terlarut)
Tergolong dalam insuluble fiber adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Golongan ini dijumpai sayuran dan kulit gandum. Serat jenis ini mempunyai
kecenderungan menyerap air dan meningkatkan pemadatan (bulkiy) sehingga
mempunyai kontribusi pada volume tinja menjadi besar. Dengan demikian, serat
tak terlarut dapat meningkatkan motilitas peristaltik gastrointestinal atau dapat
meningkatkan kecepatan pergerakan material melalui saluran pencernaan sampai
ke kolon. Poin penting adalah: serta dapat dicerna oleh enzim pencernaan
manusia, tetapi sangat sedikit dan umumnya serat hanya lewat serta tidak
mengalami banyak perubahan (Departemen Gizi & Kesmas, 2008).
9. Keseimbangan Intake Serat
Tingginya serat dalam makanan menimbulkan turunnya absorbsi beberapa
elemen mineral (Mg, Ca, Zn dan Fe). Terdapat batasan bahwa pemberian serat
maksimal 20-30 gram perhari untuk meminimalkan reaksi samping, karena bila
kelebihan atau kekurangan serat dalam makanan yang dikonsumsi menyebabkan
gangguan proses pencernaan serta pembentukan feces. Pemberian yang tepat
adalah: a) untuk laki-laki 15 gram/hari dan untuk perempuan 10 gram/hari.
Pencernaan serat pada manusia tergantung pada:
a) Jenis serat dalam makanan
b) Jenis enzim yang dikeluarkan oleh mikroba dalam saluran cerna
(Departemen Gizi & Kesmas, 2008).
10. Beberapa Keuntungan dari Serat
Makanan yang mengandung pati mempunyai keuntungan tambahan karena
pada umumnya menyertai pati sebagaimana di alam. Sementara itu, serat atau
fiber bagi kesehatan mempunyai banyak keuntungan sebagai berikut (Departemen
Gizi & Kesmas, 2008):
a. Membuat kenyang karena menyerap air dan mengembang; serat terlarut
waktu makan juga memperlambat gerak makanan ke pencernaan bagian
atas, dengan demikian pemenuhan menjadi lebih lama;
b. Menurunkan konsumsi energi dengan cara mencuci konsentrasi lemak dan
gula dalam diet yang menyumbangkan sedikit energi; serta dalam diet
macam ini dapat mengontrol berat tubuh;
c. Membantu mencegah bakteri penyebab terjadinya infeksi pada bagian
appendiz;
d. Mencegah terjadinya konstipasi, hemorrhoid, dan masalah lain di usus
yang berkaitan dengan pemeliharaan kelembapan dan mudah tereliminasi;
e. Mempunyai hubungan dengan penurunan kejadian kanker kolon;
f. Stimulasi otot pencernaan dalam menjaga kesehatan dan tones otot;
keadaan ini merupakan upaya otot agar terhindar dari deverticulosis,
dimana dinding usus menjadi lemah dan menyebabkan tempat tersebut
tidak padat;
g. Kemungkinan menurunkan risiko penyakit jantung dan arteri karena
rendahnya konsentrasi kolesterol dalam batas yang normal;
h. Memperbaiki penanganan glukosa dalam tubuh dengan cara
memperlambat pencernaan atau absorbsi karbohidrat; tingginya serat
dalam makanan sewaktu makan dalam sarapan secara tetap pada
pengaturan glukosa darah sesudah makan siang.
11. Kunci Utama Terpenting pada Serat
Serat atau fiber membantu memelihara kesehatan terutama sistem
pencernaan dan mencegah atau mengontrol kejadian penyakit. Umumnya orang
membutuhkan serat sebanyak kurang lebih 27 hingga 40 gram serat setiap hari.
Serat yang terbaik biasanya menyertai makanan secara keseluruhan. Serat murni
dalam jumlah besar mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan (Departemen
Gizi & Kesmas, 2008).
Ada lima sifat fisik dietary fiber yang perlu diperhatikan:
a. Mengendalikan air
b. Mengendalikan kekentalan
c. Berpengaruh pada proses fermentasi
d. Mengikat asam empedu
e. Mempunyai kapasitas mengendalikan muatan kation
Respon physiological yang bersumber pada dietary fiber adalah:
a. Menurunkan konsentrasi plasma kolesterol
b. Memodifikasi respon glikemik
c. Memperbaiki fungsi usus besar
d. Menurunkan nilai gizi yang tersedia
12. Dietary Fiber & Pencegahan Penyakit
Studi epidemiologi menyatakan bahwa ada hubungan antara diet serat dan
rendahnya kejadian penyakit kronis seperti penyakit Cardiovascular Diseases dan
penyakit kanker kolon (Departemen Gizi & Kesmas, 2008).
Berikut penyakit-penyakit yang berkaitan dengan metabolisme karbohidrat:
a. Diabetes mellitus, penyakit ini berkaitan dengan gangguan metabolisme
karbohidrat jenis glukosa. Pada dasarnya penyakit ini terjari karena
kekurangan hormon insulin. Hormon tersebut menghasilkan sel beta di
dalam pulau langerhans dari kelenjar pankreas yang bertugas mengatur
metabolisme glukosa. Penyebab difisiensi disebabkan sintesis yang kurang.
Namun bisa juga sintesis cukup tetapi sensitivitas sel target terhadap insulin
menurun. Ada pula yang berpendapat hormon yang disintesis jumlahnya
cukup, tetapi mobilisasi terhambat akhirnya ditimbun dalam berntuk tidak
aktif di dalam sel beta. Insulin bertugas mengatur kemampuan glukosa
untuk masuk ke dalam sel target dan sel umumnya. Bila tidak terjadi
defisiensi insulin, glukosa tidak dapat masuk ke adalam sel sehingga
konsentrasi gula tinggi di luar sel termasuk di dalam cairan darah. Glukosa
tersebut kemudian dibuang melalui ginjal ke dalam urin sehingga urin
mengandung glukosa. Lebih lanjut glukosa tidak dapat menghasilkan
energi, maka lemak dan protein dipecah untuk menghasilkan energi (terjadi
glukoneogenesis). Pemecahan asam lemak menghasilkan asam keto atau
keton yang mengakibatkan penurunan pH caitan darah, keadaan tersebut
dikenal dengan asidosis. Benda keton seperti asam asetosetat, beta hidroksi
butirat dan aseton menumpuk kemudian dibuang ke urin melalui ginjal
sehingga disebut ketonuria.
b. Lactosa Intolerance, terjadi akibat gangguan metabolisme laktosa. Laktosa
oleh enzim laktase dipecah menjadi glukosa dan galaktosa. Pada penderita
penyakit LI tersebut terjadi defisiensi enzim laktase karena kurang atau
memang tidak disintesa. Pada pangkalnya terjadi kelainan kodon di dalam
gene. Akibatnya laktosa tidak dapat dicerna dan menumpuk di dalam
saluran pencernaan dan bertindak sebagai laksansia (pencahar) sehingga
menyebabkan diare. Gejala umum terjadi bila penderita minum susu akan
menderita diare. Penyakit ini dapat diturunkan sejak bayi lahir, namun juga
bisa terjadi ketika dewasa karena adaptasi tubuh, enzim tidak diproduksi
sebab tidak ada substrat (laktosa) yang diolah. Tetapi dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi susu rendah laktosa atau mengganti susu dengan
susu kedelai yang tidak mengandung laktosa.
c. Karies gigi, hubungan konsumsi karbohidrat dengan terjadinya karies gigi
berkaitan dengan pembentukan plak. Plak terbentuk dari sisa-sisa makanan
yang melekat di gigi yang ditumbuhi bakteri yang mengubah glukosa
menjadi asam. Keasaman (pH) rongga mulut menurun sekitar sampai 4,5.
Pada kondisi tersebut struktur email gigi terlarut dan apabila berlangsung
berulang akan menyebabkan rusaknya email gigi yang parah kondisi ini
disebut dengan karies gigi.
C. LEMAK
Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan sumber energi bagi
tubuh. fungsi utama dari lemak adalah untuk memberi tenaga pada tubuh. disamping
fungsinya sebagai sumber tenaga, lemak juga merupakan bahan pelarut dari beberapa
vitamin yaitu vitamin A, D,E dan K (Asmira Sutarto, 1980:20).
1. Susunan Kimia
2. Klasifikasi Lemak
a) Lemak sederhana
Lemak jika dihidrolisis akan menghasilkan satu molekul gliserol dan tiga
molekul asam lemak. Bila asam lemak yang berikatan dengan gliserol
merupakan asam lemak sejenis, lemaknya disebut trigliserida. Namun,
bila asam lemak yang berikatan tersebut berbeda, disebut trifiserida
campuran. Jenis asam lemak yang berikatan akan menentukan bentuk
padat atau cair. Asam lemak jenuh banyak terdapat pada lemak,
sedangkan asam lemak tidak jenuh banyak ditemui pada minyak yang
umumnya berasal dari bahan nabati.
b) Lemak majemuk
Posfolipid dapat disintesis dari komponen asam lemak, asam fosfat,
gliserol, dan basa nitrogen di hati. Senyawa posfolipid dapat ditemui pada
setiap sel hidup. Sterol bermacam-macam dengan fungsi yang berbeda.
Jenis sterol yang banyak dimanfaatkan dalam gizi adalah ergosterol yang
berasal dari bahan nabati dan kolesterol serta 7-dehidrokolesterol yang
merupakan sterol heawni. Ergosterol dan 7-dehidrokolesterol merupakan
bentuk provitamin D.
Lipoprotein merupakan gabungan senyawa lemak dan protein yang
disintesis di dalam hati. Terdapat empat jenis lipoprotein:
1) Kilomikron
2) Very low density lipoprotein (VLDL)
3) Lon density lipoprotein (LDL)
4) High density lipoprotein (HDL)
Komposisi lipoprotein terdiri dari trigliserida, kolesterol, fospolipida, dan
protein. Masing-masing jenis lipoprotein tersebut mempunyai kadar
penyusun berbeda antara satu jenis dengan jenis yang lain. Secara lengkap
komposisi lipoprotein dapat dilihat pada tabel 4. Konsentrasi lipoprotein
dalam darah menjadi faktor risiko timbulnya penyakit jantung koroner
(Guthrie & Mary, 2002).
c) Derivat lemak
Asam lemak dapat dinyatakan dengan nomenklatur pendek ditulis dengan
menyatakan jumlah atom karbon, diikuti titik dua (:) dan jumlah ikatan
rangkap. Selanjutnya di antara tanda kurung ditulis posisi ikatan rangkap
pertama terhadap ujung metil dengan huruf n atau omega ᵠ.
Asam lemak esensial (ALE) tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga
harus diperoleh melalui makanan. Jenis asam lemak esensial adalah asam
linoleat (C 18:2 ᵠ-6) dan asam linoleat (C 18:3ᵠ-6). Kedua asam esensial
tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan fungsi normal semua jaringan.
Kedua asam esensial tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan fungsi
normal semua jaringan. Asam arakidonat memiliki bentuk yang
merupakan asam lemak esensial, namun asam tersebut dapat disintesis
dari asam linoleat.
Asam lemak esensial merupakan prekursor senyawa eikosanoid, yang
mirip hormon protaglandin, prostasiklin, tromboksan dan leukotrien.
Senyawa tersebut mempunyai fungsi mengatur tekanan darah, denyut
jantung, fungsi kekebalan dan rangsangan sistem saraf, kontraksi otot dan
berperan dalam penyembuhan luka. Asam linoleat banyak dijumpai pada
minyak biji-bijian seperti minyak jagung, minyak kacang kedelai dan
minyak biji bunga matahari.
Turunan asam lemak yang berasal dari ALE adalah asam arakidonat
(20:4ᵠ-6) dari asam linoleat dan eikosapentanoat disingkat EPA (20: 5ᵠ-3)
dan dekosaheksanoat disingkat DHA (22: 6ᵠ-3). Ketiga asam tersebut
bukan asam lemak esensial karena tubuh dapat mensintesis. Minyak ikan
laut yang hidup di perairan dalam kaya EPA dan DHA. Asam lemak
omega 3 dapat membersihkan plasma dari kilomikron dan dari VLDL.
Selain itu, asam lemak omega 3 juga diduga menurunkan produksi
trigliserida dan apolipoprotein beta dalm hati. Berbagai penelitian asam
lemak omega 3 dihubungkan dengan pencegahan penyakit jantung
koroner dan arthiritis (Guthrie, 1995).
3. Kolesterol
5. Fungsi Lemak
7. Sumber Lemak
Minyak nabati seperti minyak kelapa sawit, kelapa, kacang tanah, kacang
kedelai, jagung, margarin, mentega, lemak daging hewan, dan ayam merupakan
sumber utama lemak. Selain itu, kacang-kacangan, biji-bijian, krim, susu, keju
dan kuning telur serta makanan berlemak atau bersantan juga sebagai sumber
lemak. Sayur dan buah umumnya sedikit mengandung lemak, kecuali kelapa dan
alpukat.
8. Pengaruh Lemak terhadap Kesehatan
a. Penyakit jantung koroner, dianggap sebagai salah satu penyebab kematian
yang menakutkan. Terdapat sejumlah faktor risiko yang diidentifikasi
menyebabkan penyakit jantung koroner, seperti meningkatnya kadar lipida
utamanya kolesterol darah, hipertensi, perokok berat, dan aktivitas fisik.
Beberapa ahli berpendapat bahwa aktivitas fisik merupakan faktor penting
dibandingkan jumlah dan jenis lemak pada makanan untuk mengatur kadar
kolesterol dalam darah. Lembaga Kesehatan Nasional di Amerika Serikat,
1977 melakukan riset yang menunjukkan hasil bahwa pembahasan rata-rata
tingkat komsusi kolesterol sehari, pengurangan konsumsi lemak jenuh, dan
peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh berpengaruh nyata terhadap kadar
lipida. Demikian juga kadar lipida darah yang tinggi banyak dijumpai pada
orang yang berpendidikan dan status sosial ekonomi tinggi.
b. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah, kadar kolesterol dalam darah
manusia beragam dan mengalami peningkatan dengan bertambahnya umur.
Penamhahan kolesterol darah berbeda menurut jenis kelami. Pada wanita
dimulai umur dua puluhan, sementara pada pria dapat lebih awal. Faktor
makanan yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah adalah LDL,
lemak total, lemak jenuh, dan energi total. Untuk menghindari kadar
kolesterol darah yang tinggi, dianjurkan mengganti sumber lemak jenuh
dengan makanan sumber lemak tidak jenuh, terutama lemak dengan ikatan
ganda dan mengurangi makanan yang kaya kolesterol. Demikian juga diet
dengan kalori yang terkontrol merupakan modifikasi program pencegahan
PJK, karena kalori yang berlebihan ternyata dapat meningkatkan kadar
kolestrol. Urutan perubahan makanan untuk menurunkan kadar kolesterol
berdasr prioritas adalah jumlah lemak, lemak jenuh, dan kolesterol.
(Almatsier, 2002).
c. Peningkatan kadar lipida darah, tingginya trigliserida dalam darah atau
dikenal hipertrigliserida merupakan salah satu faktor risiko PJK. Komposisi
karbohidrat dan obesitas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
peningkatan trigliserida dalam darah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Di dalam sel, protein terdapat sebagai protein struktural maupun sebagai protein
metabolik. Protein struktural merupakan bagian integral dari struktur sel dan tidak
dapat diekstrasi tanpa menyebabkan diintegrasi sel tersebut. Protein metabolik
ikut dalam reaksi-reaksi biokimiawi dan mengalami perubahan bahkan mungkin
destruksi atau sintesa protein baru. Protein metabolik dapat diekstraksi tanpa
merusak integritas struktur sel itu sendiri.
2. Karbohidrat, protein dan lemak merupakan komponen yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk menghasilkan energi untuk beraktivitas.