Anda di halaman 1dari 39

“REGULATION AND STANDARIZATION

HAZARD FACTORS
IN WORK PLACE”

Abdul Hairin
Delfani Gemely
Kebijakan & Standar
Kebijakan & Standar Keterkaitan Kebijakan
Faktor Hazard
Faktor Hazard Nasional & Standarisasi
International

ILO (International Labour Kementerian Tenaga


Organisation) Kerja

WHO (World Health Kementerian


Organization) Kesehatan

OSHA (Occupational
Provinsi/Daerah
Safety & Health)

ACGIH (American
Conference of
Govermental Industrial
Hygienists)
KEBIJAKAN

Serangkaian instruksi dari pembuat keputusan kepada


pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan dan cara-
cara mencapainya
Nakamura & Smallwood, The Politic of Policy Implementation,1990

What are the government choose to do or not to do


Thomas R Dye, Understanding Public Policy, 1981
ILO (International Labour
Organisation)

Wadah yg
menampung isu Nobel Penghargaan Indonesian -> ILO, 11
buruh internasional di Perdamaian, 1969 juni 1950
bawah PBB

Didirikan tahun 1919


sebagai bagian
Ketua = Guy RIder
persetujuan Versailles
setelah PD I

Menjadi bagian PBB Dgn deklarasi


setelah pembubaran Philadephia 1994,
LBB & pembentukan menetapkan
PBB pada akhir PD II tujuannya
WHO (World Health
Organization)

Badan PBB yang


bertindak sebagai
koordinator kesehatan
umum internasional

Direktur Jendral
bermarkas sekarang
di Jenewa, Swiss adalah Margaret
pada 7 April 1948 Chan (menjabat mulai
8 November 2006)
OCCUPATIONAL HEALTH
( ILO/WHO )
 Promote and maintain the highest degree of physical,
mental & social well-being of workers of all occupations

 Prevent workers from injury and ill caused by their


working conditions

 Protect workers in their working environment from


hazards and risks usually causing adverse health effects

 Place & maintain a worker in an occupational


environment adapted to his/her physiological ability

BOSH Training 2009


OSHC
Tabel 6.4
Target SDG dan Indikator yang Diusulkan Terkait dengan Cedera dan Kekerasan,
Menurut Jenis Indikator

Jenis Indikator Target SDG Indikator yang Diusulkan

3.6 Kematian akibat kecelakaan lalu lintas


3.9 Kematian akibat keracunan tidak disengaja
1,5, 11,5,
Dampak Kematian akibat bencana
13,1
16.1 Pembunuhan
16.1 Kematian terkait konflik
Perempuan dan anak perempuan mengalami
5.2 kekerasan fisik,
seksual atau fisiologis
Cakupan /
Penduduk mengalami kekerasan fisik, seksual atau
Faktor risiko/ 16.1
fisiologis
Penentu
Bagian dari target pencapaian dalam hal perdamaian
Lain dan kemasyarakatan, kota, kemiskinan, pendidikan,
dll
KEMATIAN AKIBAT POLUSI UDARA

2012 polusi udara yang berasal dari


cerobong asap rumah 4,3 juta kematian

2012  Pencemaran sumber industri 


3.0 juta kematian
TARGET 2030

skala besar kebijakan dan langkah-langkah yang membahas sumber utama


polusi udara, seperti meningkatkan akses pembersih pada cerobong asap
pada rumah

menerapkan sistem transportasi kota yang bersih dan efisien dan mengatur
emisi industri dan lainnya

untuk pemantauan hasil dalam hal kualitas udara dan kesehatan


Resolusi WHO 68.8 tentang
Kesehatan
dan lingkungan

Upaya tersebut meliputi


Mengatasi dampak kesehatan monitoring dan mengevaluasi
dari polusi udara diadopsi dampak kesehatan dari polusi
dengan suara bulat oleh seluruh udara, mengembangkan
194 negara anggota WHO mei pedoman berbasis kesehatan
2015, dan meminta WHO dan bagi kebijakan-sektor tertentu,
negara-negara anggota untuk dan membangun kapasitas
lebih memperkuat upaya dan nasional untuk kolaborasi lintas
kerjasama internasional untuk sektoral untuk mengatasi polusi
mengatasi polusi udara. udara sebagai ancaman serius
bagi kesehatan masyarakat.
Bencana Alam
Secara global, 331 bencana alam yang terdaftar pada tahun 2015, yang
menyebabkan 22.662 kematian dan mempengaruhi 90.200.000 orang.

Bencana teknologi, termasuk bencana industri dan transportasi, menyumbang


sepertiga dari semua jenis bencana pada tahun 2015 tetapi mempengaruhi jumlah
yang lebih kecil dari orang-orang karena mereka cenderung untuk lebih lokal.

Sejak tahun 2000, tiga bencana alam besar telah dikaitkan dengan lebih dari
100000 kematian tsunami asia pada tahun 2004; siklon myanmar pada tahun
2008; dan gempa bumi haiti pada tahun 2010. Kematian akibat suhu ekstrim di
eropa melebihi 50.000 pada tahun 2003 dan 2010.

Bencana hidrologi dan meteorologi menyumbang 51% dan 30% masing-masing


dari semua bencana alam di tahun 2015. Dari 1,4 juta kematian terkait bencana
yang terjadi selama periode 2000-2015, 58% terjadi di asia dan 19% di amerika.
Di afrika dan eropa yang sesuai persentase adalah 11% dalam setiap kasus.
(Bencana Alam) TARGET 2030

(a) mencegah risiko baru;


(B) mengurangi risiko bencana yang ada;
(C) mengurangi paparan bahaya; dan
(d) meningkatkan kesiapan untuk respon dan
pemulihan.

WHO rencana strategis Enam tahun untuk


meminimalkan dampak kesehatan darurat dan
bencana 2014- 2019 menguraikan kebijakan
dan implikasi program untuk sektor kesehatan.
OSHA (Occupational Safety &
Health)

OSHAS 18001
Occupational Health and Safety Management
Based on:

Hazard Identification

The process of recognizing Risk Assesment


that a hazard exists (sourch
or situation with the The process of evaluating
potential to cause harm in the risk arising from the Determining of Applicable
terms of human injury or hazard (combination of the Controls
ill-health) likelihood of hazardous
event or exposure & the Measures relevant to
severity of injury or ill elminate or reduce risk to
health that can be caused an acceptable level.
by the event of exposure) Measures are based on
hierarchy of control
measures
OSHA (Occupational
Safety & Health)
ACGIH (American
Conference of
Govermental Industrial
Hygienists)

Mereka telah tumbuh dan


Mengumpulkan dan membuat
Konferensi Hyegen Industri berkembang tanpa
informasi tersebut & dapat
dari Pemerintah Amerika mengabaikan tujuan asli
diakses dan data mungkin
(NCGIH) diselenggarakan mereka untuk mendorong
membantu kepada mereka
pada tanggal 27 Juni 1938, di pertukaran pengalaman di
dalam pemenuhan yang tepat
Washington antara para pekerja hyegen
dari tugas mereka
industri

Keanggotaan asosiasi untuk


tenaga profesional dari instansi ACGIH telah didedikasikan
yg memegang keanggotaan untuk hiegen di industri dan
penuh, dan juga untuk personil pekerja serta lingkungan
lembaga pendidikan yang masyarakat kesehatan dan
bergerak dalam mengajar keselamatan.
hiegen industri

Perubahan karena transisi ke


Pada akhir Perang Dunia II,
ekonomi masa damai,
banyak orang meninggalkan
pengembangan asosiasi
pekerjaan pemerintah dan
profesional dan perubahan
keanggotaan dalam Konferensi
kebutuhan teknis dan
menurun dari 281 pada tahun
administratif lembaga negara
1944, 235 di tahun 1946.
dan lokal,
Keterkaitan Kebijakan
2. Departemen 3. Departemen Tenaga
& Standarisasi
Kesehatan bersama- Kerja bersama-sama
Departemen Kesehatan
sama Departemen
1. Menteri Tenaga mengadakan upaya dalam
Tenaga Kerja mengambil
Kerja dan Menteri hal pengaturan
langkah-langkah guna
Kesehatan bekerja pengorganisasian
mengembangkan kegiatan hiegen
sama dalam hiegen perusahaan dan
pembinaan dan perusahaan dan
kesehatan kerja dengan kesehatan kerja di
peningkatan perluasan upaya perusahaan-perusahaan
kegiatan hiegen kesehatan masyarakat dan pada lapangan kerja
perusahaan dan melalui unit pelayanan lainnya serta melakukan
kesehatan kerja; kesehatan; ketentuan perundang-
undangan.
4. Departemen Kesehatan dan
Departemen Tenaga Kerja
mengupayakan pembinaan terhadap 5. Kedua Departemen tersebut
dan melakukan pengerahan tenaga diatas bekerja sama dalam
kesehatan, teknisi serta sarjana lain memanfaatkan bantuan luar
dalam bidang hiegen perusahaan dan negeri kepada program hiegen
kesehatan kerja yang pelaksanaannya perusahaan dan kesehatan kerja.
disesuaikan menurut kebutuhan dan
potensi yang ada;
Suma’mur, 2014
Tabel 2. Pola Organisasi, Fungsi dan Gambaran tentang Keadaannya
TINGKAT ORGANISASI FUNGSI GAMBARAN KEADAANNYA
NASIONAL 1. Komisi/ Badan Nasional Kebijakan Tertinggi Telah ada bentuk organisasi tetapi masi perlu
pengembangan yang lebih terarah
2. Lembaga Pusat Pembinaan, pelayanan, pelatihan, Telah berfungsi, perlu terus dikembangkan
Pembinaan penelitian & standarisasi
3. Organ Pusat Pengawasan Pengawasan Telah banyak peraturan perundang-undangan;
urgensi pelaksanaan penegak hukum (for
enforcement) yang efektif
4. Organisasi Pusat Sektoral Pengembangan pelaksanaan Telah tumbuh, memerlukan akselerasi
program sektor pengerahan sumber pengembangan
daya insani
5. Koordinator Program Koordinasi program sektor Baik organisasi pemerintah maupun swasta telah
pada Organisasi ybs memilikinya; perlu akselerasi pengembangannya

6. Perhimpunan/ Wadah pengembangan profesi dan Telah aktif, namun perannya perlu lebih
Ikatan profesi keahlian ditingkatkan
OTONOMI 7. Organisasi2 Pelayanan/sosialisasi Perlu lebih aktif melakukan sosialisasi dan
DAERAH kemasyarakatan/ menyelenggarakan pelayanan
swasta
8. Organisasi di perusahaan Umumnya baru perusahaan besar; Perusahaan
berjumlah banyak merupakan tantangan,
sedangkan perusahaan menengah, kecil dan
mikro hanya persentasi sangat kecil yang
terjangkau oleh kegiatan pelayanan
PERUSAHAAN 9. Organisasi di tingkat Pelayanan Pelatihan dan penyuluhan telah dilakukan. Pada
(LOKAL) perusahaan umumnya pelayanan dilakukan oleh tenaga part-
time.
Upaya kesehatan komprehensif telah dilakukan
pada perusahaan besar, perusahaan mikro, kecil,
menengah dan koperasi sangat membutuhkan
LEGISLATIF PEMERINTAH

UNDANG-UNDANG
 UU No.1 Th. 1970 PROPENAS

 PERATURAN PEMERINTAH REPETA


 PERATURAN MENTERI
 KEPUTUSAN DIRJEN
 Dst. KEGIATAN
KEBIJAKAN NASIONAL K3
UU No.1/1970
• Aman
Peningkatan
• Sehat
• Bebas Pencemaran Lingkungan Kerja produksi dan
• Nihil Kecelakaan dan PAK produktifitas
Di Tempat Kerja

Kebijakan Pemerintah :
• PP, PerMen, PROPENAS
• UU

RENSTRA
REPETA
Dampak krisis ekonomi/
Ekonomi kerakyatan
Kesempatan kerja

Pengangguran
KEGIATAN
PerlindungannTK/K3
ASPEK MATERIAL MORAL
Kepentingan Perusahaan Tenaga Kerja/Masyarakat

Kerugian Finansial Jiwa/Cacat (STMB)

diwakili oleh
Kebijakan Perusahaan
PEMERINTAH

Perlu audit Kebijakan Publik

Oleh Auditor Undang-undang & Peraturan


independent
Perlu pengawasan/sangsi

Aparat Pengawas Ketenagakerjaan


IMPLEMENTASI SISTEM PENGAWASAN
Auditor
K3
Dokter
POLRI & Pemeriksa
• Mekanik,
MENKEHAM
P2K3 HIPERKES • Pesawat uap &
bejana tekan
PUSDIKLAT • Konstruksi bangunan
Ahli K3
PJK3 • Instalasi listrik
• Lingkungan kerja
• Kesehatan kerja
PEGAWAI • Sertifikasi alat, &
PENGAWAS/PPNS personil

• Waktu kerja dan


Objek istirahat
Kebijakan Pengawasan • Pengupahan
Pengawasan PEMERIKSAAN PENGUJIAN PENETAPAN Ketenaga- • Syarat kerja
(DIRJEN/KADIS) kerjaan • Perempuan dan
anak bekerja
• Norma • PTK LN
Temuan • TKA
Ketenagakerjaan
• Jamsostek
• Norma K3

Perlu Tidak
Sesuai
Perbaikan Sesuai
STANDAR
Nota
Standar Kompetensi BNSP Pabrikasi

Standar Teknis BSN Tindakan


• Penghentian
pekerjaan
• Segel
• Sidik
Laporan POLRI
DEPARTEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
TAHUN 2017
Saat ini SDM Perusahaan yang handal, ahli, cerdas
dan intelektualitas dan berakhlak merupakan salah
satu aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan
harus dilindungi sebagai investasi kedepan melalui
program keselamatan dan kesehatan kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan


instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan,
lingkungan kerja, dan masyarakat sekitar dari
bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan
tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan.
Data BPJS Ketenagakerjaan dalam kurun 3 tahun
terakhir, di indonesia kasus kecelakaan kerja tahun
2014, mencapai 126.000 kasus, 2015 berjumlah
110.285 kasus dan 101.367 kasus di tahun 2016,
mengalami penurunan

Namun jumlah pekerja yang meninggal akibat


kecelakaan kerja meningkat tajam Pada 2015,
jumlah pekerja yang meninggal sebesar 530 orang.
Sedangkan di 2016 sebesar 2.382 orang atau naik
349,4 persen. ,"
(Dirjend Pembinaan dan Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja di Kantor
Kemnaker, Jakarta, Kamis Liputan 6 (12/1/2017).)
UU no, 1 thn 1970 UU no 13 thn 2003 ttg UU no 23 thn 1992 ttg
ttg Kes kerja Ketenaga kerjaan Kesehatan

•Tujuan utama dalam • “ Perlindungan Bagi •Kesehatan kerja


Penerapan K3 antara lain Keselamatan Tenaga diselenggarakan untuk
adalah : Kerja” yang diatur dalam mewujudkan
•Melindungi dan Ketentuan Pasal 86, produktivitas kerja yang
menjamin keselamatan mengamanatkan bahwa optimal.
setiap tenaga kerja dan setiap pekerja/buruh
orang lain di tempat mempunyai hak untuk •Kesehatan kerja meliputi
kerja. memperoleh pelayanan kesehatan
•Menjamin setiap sumber perlindungan atas : kerja, pencegahan
produksi dapat •Keselamatan dan penyakit akibat kerja, dan
digunakan secara aman kesehatan kerja; syarat kesehatan kerja.
dan efisien. •Moral dan kesusilaan;
•Meningkatkan dan •Setiap tempat kerja wajib
kesejahteraan dan •Perlakuan yang sesuai menyelenggarakan
produktivitas nasional dengan harkat dan kesehatan kerja.
martabat manusia serta
nilai-nilai agama
Peraturan Menteri Tenaga
PP No.50 thn 2012 ttg)
Kerja Nomor:
Penerapan (SMK3) antara
PER.05/MEN/1996, ttg
lain :
SMK3
• Bahwa untuk menjamin • Tahapan komitmen dan
keselamatan kebijakan K3
dan kesehatan tenaga • Tahapan perencanaan
kerja maupun orang lain • Tahapan Penerapan
yang berada ditemapat kerja
• Tahapan pemantauan dan
srta sumber produksi,
evaluasi;
prosesproduksi dan
lingkungan kerja dalam • Tahapan tinjauan ulang dan
keadaan aman perlu peningkatan kinerja SMK3
menerapka SMK3 • Audit K3
Per Men Tenaga Kerja dan Transmigrasi PerMen Kes RInomor 48 tahun 2016
Nomor PER.13/MEN/X/2011, mengatur tentang standar keselamatan dan
NAB, faktor fisika dan faktor kimia di kesehatan kerja perkantoran dan
tempat kerja mengatur : industri mengatur :

• Nilai ambang batas kebisingan


• Nilai ambang batas getaran alat kerja • Kebisingan dilingkungan
yg kontak langsung maupun tidak kerja perkantoran
langsung pada lengan dan tangan • Intensitas cahaya
tenaga kerja;
• Nilai ambang batas getaran yang
dilingkungan perkantoran
kontak langsung maupun tidak • Temperatur di lingkungan
langsung dengan seluruh tubuh; perkantoran
• Nilai ambang batas radiasi frekuensi
radio dan gelombang mikro;
• Kelembaban di lingkungan
• Nilai ambang batas radiasi sinar ultra perkantoran
ungu; • Debu dan fiber Asbes, Carbon
• Nilai ambang batas medan magnet Monoksida, Formaldehid di
statis untuk seluruh tubuh; lingkungan perkantoran
• Nilai ambang batas medan magnet
statis untuk bagian anggota tubuh kaki • Standar Ergonomi
dan tangan. perkantoran
• Nilai ambang batas faktor kimia
Pemerintah dan menajemen perusahaan berkewajiban melindungi
dan menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerja agar
terhindar dari kecelakaan kerja. Ada tiga alasan utama mengapa
keselamatan kerja tersebut sangat penting yaitu:

1. Keselamatan kerja merupakan hak yang paling dasar bagi pekerja.


Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan dan keamanan
selama berkerja.

2. Karena keselamatan kerja tersebut merupakan Hak Asasi Pekerja maka


perlu dilindungi oleh Undang-Undang atau aturan-aturan hukum baik
ditingkat nasional maupun internasional.

3. Tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan, untuk


mendukung tujuan tersebut faktor keselamatan kerja menjadi
penting untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kerugian
akibat kecelakaan kerja
Keterkaitan beberapa regulasi dan standard yang dikeluarkan
Kementerian tenaga kerja dan kementerian kesehatan yang
merupakan leading sektor terhadap pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja adalah :

1. Memberikan Jaminan bahwa setiap tempat kerja wajib


menyelenggarakan kesehatan kerja. melalui pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

2. Memberikan perlindungan dan jaminan bagi para pekerja atas


keselamatannya yang merupakan hak dari setiap pekerja dalam
melakukan pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional; .
3. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja terhadap timbulnya
risiko-risiko bahaya akibat pemaparan faktor bahaya biolologi, fisikal
dan kimia melalui standar Nilai Ambang Batas diperbolehkan di
tempat kerja sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja, sekaligus meningkatkan derajat kesehatan kerja.

4. Memberikan Batasan yang jelas terhadap ketentuan Kadar Tertinggi


Diperkenankan yang selanjutnya disingkat KTD adalah kadar bahan
kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun
dalam waktu sekejap selama tenaga kerja melakukan pekerjaan. dan
standar kesehatan lingkungan kerja

5. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit


akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien
untuk mendorong produktivitas
Dalam K3 secara garis besar memiliki 3 aspek penting yang
harus dijalankan

1. Setiap perusahaan wajib melaksanakan dan menerapkan peraturan k3


sebagai pedoman keselamatan kerja.

2. Perusahaan wajib memberi jaminan keselamatan kerja terhadap


individu pekerja.

3. Setiap individu pekerja waajib menjalankan aturan yang berlaku


pada setiap instansi perusahaan sebagai acuan keselamatan kerja
di area tersebut.
Kesimpulan

1. Bahwa peraturan perundangan K3 dibuat untuk mencegah beberapa


hal yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan, oleh karena itu peran
pemerintah sangat dibutuhkan sebagai mediator antara industry dan
individu pekerja, karena pekerja memiliki hak perlindungan,
kenyamanan dan keselamatan diri.

2. Pelaksanaan K3 tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah,


tetapi juga merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya
pelaku industri.
Contoh Kasus
REGULASI DAN PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA(K3) RUMAH SAKIT DIPROPINSI SUMATERA BARAT

1. Menurut permenaker No.OS/Men.l996 tentang sistem manajemen


Keseiamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bab 111pasal 3 aiutarakan
bahwasetiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 orang
atau lebih dan atau mengandungpotensi bahayawajib menerapkan
sistem manajemen K3, hal inijuga tertuang daiam UU Kesehatan no.
23 tahun 1992 tentang kesehatan khususnyapasal23 tentang
kesehata kerja. Setiap tenaga kerja, berhak mendanatkan
periindungan atas keseiamatandan kesehatannva sehingga neriu
dilakukan upaya untuk membina norma-norma perlinaungan Kerja
yang diwujudkan dalam unoang-undang dan peraturanK3.
Kebijakan regulasi K3RS akan dapat terlaksana apabila didukung oleh kebijakan
manajemen serta komitmen dari rumahsakit,
tetapi Beberapa fakta yang membuktikan bahwa K3 rumahsakit belum terlaksana
dengan baik khususnya di Propinsi Sumatera Barat antara lain (1). Sistem
peiaporan tentang kecelakaan maupun penyakit akibat keria di rumahsakit
belum ada, (2). Pemahamantentang K3 di rumahsakit diduga masih rendah
baik pekerjanya maupun manajernya, (3). Minimnya tenaga K.3 rumahsakit,
(4). Pertgorganisasian K3RS yang belumbaik

1. Mengacu pada PP no. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah


dan propinsi sebagai daerah otonom dan tuntutan dari aturan
perudang-undang bahwa setiap RS wajib maka pemerintah daerah
mempunyai legalitas dalammengatur regulasi K3RS. Sebagai
penjabaran dari beberapa regulasi yang telah mengeiuarkan
Pemerintah pusat yang berkaitan dengan K3RS yang disesuaikan
dengan kondisi daerah
Kesimpulan

1. Bahwa peraturan perundangan K3 dibuat untuk mencegah beberapa


hal yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan, oleh karena itu peran
pemerintah sangat dibutuhkan sebagai mediator antara industry dan
individu pekerja, karena pekerja memiliki hak perlindungan,
kenyamanan dan keselamatan diri.

2. Pelaksanaan K3 tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah,


tetapi juga merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya
pelaku industri.
Saran

1. Diharapkan Semua Kementerian dan kalangan masyarakat


harus melakukan upaya-upaya konkrit berperan aktif, bekerja
secara kolektif dan terus menerus terhadap pelaksanaan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di lingkungannya masing-
masing, agar budaya K3 benar-benar terwujud di setiap
tempat kerja dan masyarakat umum di seluruh tanah air.
dalam mewujudkan “Kemandirian Masyarakat Indonesia
Berbudaya K3 Tahun 2020” sebagai tindak lanjut dari Visi K3
“Indonesia Berbudaya K3 Tahun 2015”.
Terima Kasih
Terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai