S DENGAN
DISUSUN OLEH:
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Tujuan ..........................................................................................................6
C. Manfaat ..........................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisa Jurnal .................................................................................................
B. Pembahasan ....................................................................................................
C. Evaluasi Kegiatan...........................................................................................
D. Faktor Pendukung ..........................................................................................
E. Faktor Penghambat.........................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat
kronis atau progresif dimana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang
lebih tinggi, termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman,
perhitungan, belajar,kemampuan, bahasa, dan penilaian kesadaran tidak
terganggu. Gangguan fungsikognitif yang biasanya disertai, kadang-
kadang didahului, oleh kemerosotandalam pengendalian emosi, perilaku
sosial, atau motivasi. Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer, di
penyakit serebrovaskular dan dalam kondisi lain terutama atau sekunder
yang mempengaruhi otak (Durand dan Barlow, 2006).
Data dari World Alzheimer’s Report tahun 2013 memprediksi
bahwa jumlah orang lansia yang dependent akan meningkat dari 101 juta
menjadi 277 juta dalam 2050, hampir tiga kali lipat. Hampir setengahnya
hidup dengan penyakit alzheimer atau jenis demensia lainnya, yang secara
cepat akan menjadi krisis kesehatan global. Di Indonesia sendiri
diperkirakan sekitar satu juta orang menderita alzheimer (Alzheimer’s
Disease International, 2013). Laporan alzheimer dunia yang dikeluarkan
oleh Alzheimer’s Disease International (2013) menyatakan bahwa
investasi dalam penelitian dan pengembangan mengenai demensia
(termasuk pencegahan, perawatan, penyembuhan, dan pelayanan) akhir-
akhir ini lebih rendah dibandingkan beban dan biaya dari penyakit
tersebut. Inilah mengapa pemerintah dan para penyandang dana 3 seluruh
dunia perlu mengubah sistem prioritas mereka, untuk memastikan
terwujudnya peningkatan setidaknya 10 kali lipat dalam tingkat investasi
tersebut.
Demensia merupakan penyebab kematian ke-4 setelah penyakit
jantung, kanker dan stroke. Sampai saat ini diperkirakan ada 30 juta
penduduk dunia yang mengalami demensia dengan berbagai sebab seperti
karena penyakit, trauma, obat-obatan, dan depresi. Diperkirakan 2 juta
penduduk Amerika Serikat mengalami demensia berat dan 1 sampai 5 juta
mengalami demensia ringan sampai sedang. Sedangkan di Indonesia 15 %
dari jumlah penduduk lansianya mengalami demensia (Putri Widita
Muharyani, 2010).
Selama melakukan praktik Keperawatan Gerontik di Ruang
Cempaka bagian B di Rumah Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang
kami mendapatkan data bahwa terdapat 11 dari 11 lansia yang mengalami
dimensia. Sebagian besar lansia termasuk dalam kategori demensia ringan
yaitu 9 orang, dan 2 sisanya masuk kategori demensia sedang. Kami
menentukan kategori demensia pada lansia menggunakan MMSE.
Karena banyaknya beban dalam merawat penderita demensia,
maka perlu adanya cara penanganan yang lebih maju namun lebih
sederhana sehingga dapat mengurangi beban perawatan dan bahkan
mampu membantu memudahkan para penderita demensia dalam menjalani
masa perawatan. Salah satu cara penanganan demensia adalah dengan
memberikan latihan olahraga. Agar memperbaiki sirkulasi darah dan
berbagai organ-organ lain. Hanya saja intensitas dan jenis latihan harus
disesuaikan secara individual (Boedhi Darmojo, 2010).
Salah satu contohnya yaitu senam otak. Senam otak (brain gym)
adalahserangkaian gerak sederhana yangmenyenangkan dan digunakan
untukmeningkatkan kemampuan belajar denganmenggunakan keseluruhan
otak. Senam otakdalam bentuk Edu-K (EducationalKinesthetics) pertama
kali diperkenalkan olehDennison. Brain Gym awalnya hanyaditunjukkan
untuk melatih anak-anak yangmengalami gangguan hiperaktif,
kerusakanotak, sulit konsentrasi dan depresi. Namundalam
perkembangannya, setiap orang baikanak-anak maupun orang dewasa
biasmemanfaatkannya untuk beragam kegunaan (Dennison, 2006).
Senam otak berguna untuk melatihotak. Latihan otak akan
membuat otak bekerjaatau aktif. Otak seseorang yang aktif (sukaberpikir)
akan lebih sehat secara keseluruhandari orang yang tidak atau
jarangmenggunakan otaknya. Senam otak jugasangat praktis, karena bisa
dilakukan dimanasaja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsilatihan yang
tepat adalah sekitar 10-15 menit,sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Latihan-
latihansenam otak ini adalah inti dariEducational Kinesiology yang artinya
adalahilmu tentang gerakan tubuh manusia (Yanuarti, 2013).
Berdasarkan jurnal Rochmad Agus, dkk (2013) tentang Pengaruh
Senam Otak Dengan Fungsi Kognitif Lansia Demensia di Panti Darma
Bhakti Kasih didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa senam otak
mampu meningkatkan fungsi kognitif lansia dengan demensia(p=0,000,
alfa=0,05).
Berdasarkan uraian diatas, kami bermaksud untuk menerapkan
tindakan asuhan keperawatan terapi senam otak berdasarkan Evidence
Based Nursing (EBN) untuk diterapkan pada pasien lansia dengan
demensia.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh tindakan asuhan keperawatan senam otak
mampu meningkatkan fungsi kognitif pada pasien lansia dengan
demensia.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien lansia yang mengalami
demensia
b. Menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang
muncul
c. Merencanakan intervensi berdasarkan Evidence Based Nursing
(EBN)yang akan diberikan pada pasien lansiayang mengalami
demensia
d. Melakukan implementasi dan evaluasi tindakan berdasarkan
Evidence Based Nursing (EBN)
C. Manfaat
1. Bagi Perawat
a. Menambah pengetahuan tentang demensia berdasarkan Evidence
Based Nursing.
b. Dapat memberikan intervensi pada klien dengan demensia pada
lansia.
c. Dapat mengetahui prosedur dalam melakukan intervensi pada klien
dengan .
2. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan tentang demensia pada lansia.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Dapat tanggap terhadap gejala-gejala atau faktor resiko dari demensia
serta klien maupun keluarga dapat menggunakan senam otak untuk
meningkatkan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Lansia
1. Pengertian
(middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-74 tahun,
lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old)
sesorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Siti, 2011).
2. Klasifikasi
berusia 60 tahun atau lebih untuk lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang
3. karakteristik
tahun, kebutuhan dan masalah yang bervairiasi dari rentang sehat sampai
sakit dari kebutuhan biopsikososial hingga serta dari kondisi adaptif
(Dewi, 2012).
trauma atau riwayat penganiayaan dan suku atau etnis. Gangguan kognitif
sebagai salah satu faktor risiko dibuktikan dari beberapa studi yang
perilaku pada lansia yang menjadi faktor risiko salah perlakuan meliputi
bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan pada studi lansia dengan demensia.
4. Tipe-Tipe Lansia
b. Tipe mandiri
banyak menuntut.
d. Tidak pasrah
e. Tipe bingung
pasif dan acuh tak acuh.Tipe lain dari lansia adalah optimis, kontuktif,
B. Demensia
1. Pengertian
mengalami penurunan daya ingat dan daya piker lain yang secara nyata
2. Patofisiologi
mengalami gejala yang datang secara tiba-tiba dan kondisinya lebih dari
rambut kepala mulai memutih atau beruban, gigi mulai lepas (ompong),
gerakan menjadi lambat dan kurang lincah. Disamping itu juga terjadi
kemunduran kognitif antara lain suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik,
ingatan terhadap hal-hal dimasa muda lebih baik dari pada hal-hal yang
baru saja terjadi, sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan
keadaan hiruk pikuk, menjelang usia senja orang lebih sukar lagi
3. Penyebab Demensia
atau metastasis tumor dari luar jaringan otak mengalami trauma atau
(Atun, 2010).
4. Stadium Demensia
a. Stadium awal
b. Stadium menengah
gejala seperti mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan
berpakaian.
Examination (MMSE)
Instrumen penilain status mental menggunakan Mini Mental
(Saryono, 2013).
(MMSE).
C. Senam Otak
1. Pengertian
otak atau Brain Gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh
sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan otak kanan
daya ingat meningkat, orang menjadi lebih sehat karena stress berkurang
manfaat yaitu berupa stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih,
hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang,
kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang menjadi lebih
bersemangat, lebih kreatif dan efesien, orang merasa lebih sehat karena
dapat berfikir lebih cepat, bagi pelajar dapat menangkap pelajaran dengan
1) Dimensi Lateralis
b) Coretan ganda
saat yang sama. Coretan ganda paling baik dikerjakan dengan otot
2009).
2) Dimensi Pemfokusan
2004).
satu tangan kearah atas dan tangan yang lain ditekuk untuk
lebih tegak dan relaks, lutut tidak kaku lagi (Dennison, G. E.,
2004).
d) Pompa Betis
jarak sedikit lebih lebar dari pada bahu. Arahkan salah satu kaki
bergerak dalam satu garis lurus melewati kaki, tetapi tidak lebih
jauh dari pada ujung jarinya. Tubuh bagian atas dan pinggul tetap
D. Kerangka Teori
Gangguan Kognitif
Penurunan Tingkat
Demensia
Lansia Mandiri
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas PM
a. Nama : Ny. S
b. Tempat, tanggal lahir : semarang, 31/12/1942
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Status perkawinan : janda cerai mati
e. Pendidikan terakhir : SD
f. Agama : katolik
g. Suku bangsa : jawa
h. TB/BB : 145 cm/42 kg
i. Tanggal masuk : 22/2/2018
j. Tanggal pengkajian : 5/2/2019
2. Keluarga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi :
Nama : Nn. E
Alamat : Semarang
Hubungan dengan PM : Anak
No. Telp :-
3. Riwayat kesehatan dan status ekonomi
PM mengatakan sebelum masuk ke rumah pelayanan sosial ini PM tidak
bekerja semenjak anaknya lahir.
4. Aktivitas dan rekreasi
PM mengatakan sebelum masuk ke rumah pelayanan sosial PM senang
memasak, PM juga mengatakan tidak suka bepergian/wisata.
Keanggotaan organisasi : PM tidak menjadi pengurus organisasi di
lingkungannya.
5. Riwayat keluarga
a. Saudara kandung
Nama Keadaan Saat Ini Keterangan
Tn. S Sehat Tn.S tinggal di Semarang menempati
rumah Ny. S. Kadang sebulan sekali Tn.
S datang ke rumah pelayanan sosial.
Keterangan :
: Laki-laki meninggal : Perempuan
: Perempuan meninggal : PM
: Laki-laki
D. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
PM mengatakan mudah lupa, sulit mengingat nama orang, PM mengeluh
lutut sebelah kiri nyeri
Pengkajian nyeri :
P : jika digerakkan
Q : lutut terasa linu
R : nyeri dibagian lutut sebelah kiri
S : skala nyeri 3
T : nyeri dirasakan hilang timbul
2. Riwayat kesehatan masa lalu
PM mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, DM, jantung
maupun asma. PM juga mengatakan tidak memiliki alergi obat, makanan,
ataupun debu. PM mengatakan waktu di rumah pernah jatuh karena
terpeleset tetapi tidak sampai masuk ke rumah sakit, dan PM tidak pernah
dirawat di rumah sakit.
3. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. BB/TB : 145 cm/42 kg
c. Rambut : hitam beruban, bersih, mudah rontok
d. Mata : bentuk simetris, fungsi penglihatan menurun
karena usia, sklera tidak ikterik (putih), konjungtiva tidak anemis (merah
muda)
e. Telinga : bentuk simetris, fungsi pendengaran baik, bersih
f. Mulut, gigi, bibir : bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab
bewarna merah muda, terdapat gigi yang ompong, karang gigi, mulut dan
gigi bersih, lidah bewarna merah muda
g. Dada :I: pengembangan dada simetris
Pa: tidak ada masa abnormal
Pe: sonor pada kedua lapang paru
Aus: vesikuler pada kedua lapang paru
h. Jantung :I: ictus cordis tidak tampak
Pa: ictus cordis teraba pada ic 4
Pe: pekak
Aus: terdengar suara s1 dan s2
i. Abdomen :I: perut datar tidak nampak asites
Aus: bising usus terdengar 8x/menit
Pe: timpani
Pa: supel tidak ada nyeri tekan
j. Kulit : kulit kering, turgor kulit kembali <2 detik, warna
sawo matang, tidak ada lesi
k. Ekstremitas : tidak ada edema pada kedua ektremitas atas
maupun bawah, jari lengkap. Kekuatan otot atas 5/5, kekuatan otot
bawah 5/5
l. Sistem imun : PM mengatakan jarang sakit, mudah merasa lelah,
PM mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan, minuman,
obat-obatan, cuaca maupun debu, pasien tidak memiliki riwayat
pembedahan, PM tidak memiliki riwayat penyakit DM dan HT terkontrol
m. Sistem reproduksi : jenis kelamin perempuan dan mempunyai 1 orang
anak
n. Sistem pengecapan : PM masih mampu membedakan rasa manis, asam,
asin, dan pahit
o. Sistem penciuman : PM masih bisa membedakan bau secara benar dan
mampu menyebutkan asal bau benda dengan benar
E. Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)
1. Fungsi kognitif : MMSE skor 19 (demensia sedang)
2. Status fungsional : Barthel index skor 90 (ketergantungan
BBS/resiko jatuh skor : 16 (risiko jatuh menengah)
3. Status psikologis : skala depresi skor 3 (depresi ringan)
G. Analisa data
No Tanggal Data Problem Etiologi Ttd
1 Selasa, DS: Hambatan Gangguan kognitif Mhs
5 Februari PM mengatakan mudah memori ringan
2019 lupa, sulit mengingat (NANDA
09.30 nama orang :00131)
WIB DO :
PM sering mengulang
kata-kata
- MMSE skor : 19
(demensia sedang)
2 Selasa, DS : Nyeri akut Ageens cedera Mhs
5 Februari PM mengeluh lutut (NANDA biologis
2019 sebelah kiri nyeri 00132)
09.30 Pengkajian nyeri :
WIB P : jika digerakkan
Q : lutut terasa linu
R : nyeri dibagian lutut
sebelah kiri
S : skala nyeri 3
T : nyeri dirasakan hilang
timbul
DO :
PM menunjukkan bagian
lututnya yang nyeri, PM
berjalan dengan kaki
diseret
3 Selasa, DS: Risiko jatuh Gangguan Mhs
5 Februari PM mengatakan untuk (NANDA : keseimbangan
2019 berjalan ke kamar mandi 00155)
09.30 harus pelan – pelan,
WIB beliau mengatakan dahulu
pernah jatuh terpeleset
saat di rumah dan
pinggangnya mudah
pegal. PM mengatakan
tidak bisa lagi sigap
seperti masa muda karena
sudah tua
DO:
Skor resiko jatuh 16,
Badan tampak berdiri
tidak tegap, mobilisasi
perlahan,
H. Diagnosa
1. Hambatan memori b.d gangguan kognitif ringan (00131)
2. Nyeri akut b.d agens cedera biologis (00132)
3. Risiko jatuh b.d gangguan keseimbangan (00155)
I. Intervensi
Tujuan dan kriteria
No Tanggal Diagnosa Intervensi Ttd
hasil
1 Selasa, 5 Hambatan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Demensia Mh
Februari memori b.d keperawatan selama 3x8 (6460) : s
2019 gangguan jam diharapkan PM 1. Tentukan jenis dan
09.45 kognitif ringan mampu mengingat tingkat deficit
WIB (00131) beberapa informasi kognitif
dengan kriteria hasil : menggunakan alat
1. Mengingat informasi pengkajian MMSE
baru saja terjadi 2. Monitor fungsi
secara akurat kognitif
2. Mengingat informasi menggunakan alat
yang terbaru secara pengkajian MMSE
akurat 3. Penerapan EBP :
3. Mengingat informasi senam otak (brain
yang sudah lama gym)
secara akurat
2 Selasa, 5 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri Mh
Februari agens cedera keperawatan selama 3x8 (1400) : s
2019 biologis jam diharapkan nyeri 1. Lakukan pengkajian
09.45 (00132) berkurang dengan nyeri secara
WIB kriteria hasil : komprehensif yang
Kontrol nyeri meliputi lokasi,
Skala output : karakteristik,
1. Mengenali kapan onset/durasi,
nyeri terjadi frekuensi, kualitas,
2. Menggunakan intensitas atau
tindakan beratnya nyeri dan
pengurangan nyeri faktor pencetus
tanpa analgesic 2. Observasi adanya
3. Melaporkan nyeri petunjuk nonverbal
yang terkontrol mengenai
ketidaknyamanan
3. Ajarkan penggunaan
teknik non
farmakologi
(relaksasi napas
dalam)
3 Selasa, 5 Risiko jatuh Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji resiko jatuh Mh
Februari b.d gangguan keperawatan selama 3x8 2. Kenalkan penyebab s
2019 keseimbangan jam diharapkan resiko jatuh
09.45 (00155) jatuh teratasi dengan 3. Kaji kekuatan otot
WIB kriteria hasil: dan pergerakan sendi
1. PM mampu 4. Ajarkan terapi
mengenali resiko latihan
penyebab jatuh keseimbangan
2. PM mampu 5. Manajemen dimensia
menghindari 6. Monitor latihan
penyebab jatuh keseimbangan
3. PM tidak jatuh
J. Implementasi
TGL/JAM DX TINDAKAN RESPON TTD
KEPERAWATAN
Selasa, Hambatan memori 1. Memonitor fungsi DS: Mhs
5 Februari b.d kognitif menggunakan PM mengatakan
2019 gangguan kognitif alat pengkajian MMSE masih sering lupa,
09.50 WIB ringan (00131) nama teman
disebelahnya lupa
DO:
PM tidak ingat nama
teman sebelahnya
Skor MMSE 19
(demensia sedang)
10.00 WIB 2. Mengaplikasikan jurnal DS: Mhs
senam otak (brain gym) PM mengatakan
pada PM demensia enak setelah senam,
tetapi belum hafal
gerakan senam
DO:
PM tampak
mengikuti senam
yang diajarkan
dengan bantuan
10.15 wib 1. Mengobsrvasi adanya DS :
petunjuk nonverbal -
mengenai DO :
ketidaknyamanan PM tampak
Nyeri akut b.d
menunjukkan
agens cedera
lututnya yang nyeri
biologis (00132)
dan meringis
Risiko jatuh
kesakitan
b.d gangguan
10.18 wib 2. Mengajarkan teknik non DS : Mhs
keseimbangan
farmakologis (relaksasi PM mengatakan
(00155)
napas dalam) nyaman
DO :
PM tampak rileks
dalam melakukan
relaksasi napas
dalam)
K. Evaluasi
Hari/Tanggal Dx Evaluasi TTD
/Jam
Selasa, Hambatan S:
5 Februari memori PM mengatakan masih lupa dengan nama PM
2019 b.d yang ada disebelahnya, belum hafal dengan
12.00 WIB gangguan gerakan senamnya
kognitif ringan O:
(00131) PM tidak ingat nama teman sebelahnya, dan
mengikuti gerakan senam dengan bantuan
Skor MMSE 19 (demensia sedang)
A:
Hambatan memori b.d gangguan kognitif ringan
belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor fungsi kognitif menggunakan
alat pengkajian MMSE
2. Aplikasikan jurnal senam otak (brain
gym) pada PM demensia
Nyeri akut b.d S:
agens cedera PM mengeluh lutut sebelah kiri nyeri
biologis (00132) Pengkajian nyeri :
P : jika digerakkan
Q : lutut terasa linu
R : nyeri dibagian lutut sebelah kiri
S : skala nyeri 3
T : nyeri dirasakan hilang timbul
Saat dilakukan relaksasi PM mengatakan
nyaman
O:
PM menunjukkan bagian lututnya yang nyeri,
PM berjalan dengan kaki diseret, tetapi saat
dilakukan teknik nonfarmakologis (relaksasi
napas dalam) PM tampak rileks
A:
Nyeri akut b.d agens cedera biologis belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan
3. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (relaksasi napas dalam)
Risiko jatuh S:
b.d gangguan PM mengatakan paham resiko penyebab jatuh,
keseimbangan PM mengatakan bisa belajar keseimbangan, PM
(00155) mengatakan mau melatih senam otak setiap hari
O:
PM mampu menyebutkan resiko penyebab jatuh
sesuai yang diajarkan mahasiswa, PM mampu
melakukan latihan keseimbangan, PM mampu
melakukan senam otak
A:
masalah Risiko jatuh b.d gangguan
keseimbangan belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor latihan keseimbangan
2. Mengkaji risiko jatuh
Rabu, 6 Hambatan S:
Februari memori PM mengatakan ingat 2 gerakan senam
2019 b.d O :
14.00 WIB gangguan PM melakukan 2 gerakan senam otak, 1 gerakan
kognitif ringan senam otak dibantu oleh mahasiswa
(00131) A:
Hambatan memori b.d gangguan kognitif ringan
belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor fungsi kognitif menggunakan
alat pengkajian MMSE
2. Aplikasikan jurnal senam otak (brain
gym) pada PM demensia
Nyeri akut b.d S:
agens cedera PM mengeluh lutut sebelah kiri nyeri
biologis (00132) Pengkajian nyeri :
P : jika digerakkan
Q : lutut terasa linu
R : nyeri dibagian lutut sebelah kiri
S : skala nyeri 3
T : nyeri dirasakan hilang timbul
Rasa nyeri sedikit berkurang saat napas dalam
O:
PM tampak rileks dan melakukan relaksasi napas
dalam dengan bimbingan
A:
Nyeri akut b.d agens cedera biologis belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan
3. Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (relaksasi napas dalam)
Risiko jatuh S:
b.d gangguan PM mengatkan bisa melakukan latihan
keseimbangan keseimbangan
(00155) O:
PM mampu mengikuti latihan keseimbangan
dengan benar sesuai instruksi mahasiswa
Skor risiko jatuh BBS = 16
A:
Risiko jatuh b.d gangguan keseimbangan belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor latihan keseimbangan
2. Mengkaji risiko jatuh
Kamis, 7 Hambatan S:
Februari memori PM mengatakan senang setelah melakukan
2019 b.d senam, PM juga mengatakan ingat dengan
14.00 WIB gangguan gerakan senam
kognitif ringan O :
(00131) Skor MMSE : 21 (demensia ringan)
PM dapat memperagakan gerakan senam otak
A:
Hambatan memori b.d gangguan kognitif ringan
Nyeri akut b.d S:
agens cedera PM mengatakan nyeri berkurang
biologis (00132) Pengkajian nyeri :
P : jika digerakkan
Q : lutut terasa linu
R : nyeri dibagian lutut sebelah kiri
S : skala nyeri 2
T : nyeri dirasakan hilang timbul
O:
PM tidak tampak kesakitan
A:
Nyeri akut b.d agens cedera biologis belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus
Risiko jatuh S:
b.d gangguan PM mengatkan bisa melakukan latihan
keseimbangan keseimbangan
(00155) O:
PM mampu mengikuti latihan keseimbangan
dengan benar sesuai instruksi mahasiswa
Skor risiko jatuh BBS = 16
A:
Risiko jatuh b.d gangguan keseimbangan belum
teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
1. Monitor latihan keseimbangan
2. Mengkaji risiko jatuh