PELAYANAN AMBULANCE
2018
KATA PENGANTAR
ii
DA
Sambutan Direktur Rumah Sakit Petrokimia Gresik
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Marilah kita panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan Rahmat dan HidayahNya sehingga
kita semua masih diberikan kesempatan untuk senantiasa
bersyukur atas segala nikmat yang dilimpahkan. Kami atas
nama pribadi dan seluruh keluarga besar RS Petrokimia
Gresik menyampaikan ucapan selamat dan sukses atas
diterbitkannya “Panduan Pelayanan Ambulance”. Buku ini berisikan tentang
acuan pemberian pilihan pada suatu keputusan untuk mendapatkan
pelayanan di instansi lain guna memperoleh pemberian pelayanan dan
perawatan yang dibutuhkan. Selain hal tersebut panduan ini dapat menjadi
bahan evaluasi bagi Tim Mutu dalam proses peningkatan mutu layananan
yang berkelanjutan .. Saya berharap buku ini dapat menjadi prosedur yang baku
di RS Petrokimia Gresik.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu penerbitan buku “Panduan Pelayanan Ambulance” di RS
Petrokimia Gresik, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
semoga Allah SWT senantiasa menyertai langkah kita dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik bagi pasien, keluarga dan masyarakat pada
umumnya. Amin.
iii
DAFTAR ISI
ambulance 5
iv
BAB 1
DEFINISI
1
BAB 2
RUANG LINGKUP
2
3. Potable suction, suction electric √
4. Chateter Suction - √
5. OPA (Gudel) - √
6. NPA - √
7. LMA - √
No. Jenis Ambulance Transportasi Gawat Darurat
8. ETT - √
9. Laringoscope Dewasa - √
10. Mandrein / Stylet - √
11. Ky Jelly - √
12. NGT - √
BREATHING
1. Tabung Oksigen, Regulator & √ √
Humidifier (statis)
2. Tabung Oksigen, Regulator & - √
Humidifier (portable)
3. Ambu Bag Dewasa dan Anak - √
4. Sungkup Ambu Bag Dewasa - √
dan Anak
5. Conector Ambu bag - √
6. Selang O2 Nasal Canul Dewasa - √
dan Anak
7. Selang O2 Non Rebrething - √
Mask Dewasa dan Anak
8. Ventilator Portable - √
CIRCULATION
1. IV Cateter - √
2. Transfution Set - √
3. Infustion Set Makro & Mikro - √
4. Cairan Kristaloid, Koloid dan - √
Dextrose
5. Foley Chateter & Urine Bag - √
6. Spiut, Wing Neddle, Threeway, - √
Stopcock
7. Monitor Pasien - √
8. AED Chest Electrode - √
TRAUMA SET
1. Collar Neck - √
2. Wound Toilet - √
3. Gunting Verband - √
4. Kassa Steril, Verban Balut - √
5. Plaster, Hipavix - √
6. Elastis Bandage - √
7. NaCL 0,9% - √
8. Spalk kaki & tangan dewasa & - √
Anak
TRANSPORT / EVAKUASI
1. Stretcher √ √
2. Long Spine Board √ √
3. Scope Stetcher √ √
4. Incubator Transport √ √
3
OBAT-OBATAN
1. Obat Bantuan Hidup Dasar - √
2. Obat – obat Stabilisasi - √
3. Obat – obatan Definitive - √
4. Cairan Cristaloid - √
H. ALAT KOMUNIKASI
1. Radio Medik √ √
2. Mobile Phone √ √
No. Jenis Ambulance Transportasi Gawat Darurat
II. SOFT WARE
A. KENDARAAN √ √
1. Buku Operasional Kendaraan √ √
2. Buku Pemeliharaan Kendaraan √ √
B. PERALATAN MEDIS
1. Buku Operasional √ √
2. Buku Pemeliharaan √ √
C. SPO
1. Penanganan Pasien √ √
2. Operasional Ambulance √ √
3. Komunikasi dan Informasi √ √
4. Pemeriksaan Kesiapan Alat √ √
Medik
5. Membersihkan dan √ √
Dekomentasi Ambulace
6. Penilaian Kebutuhan √ √
Transportasi Pasien
4
BAB 3
TATA LAKSANA
5
3.2 Persiapan Pemeriksaan Ambulance
3.2.1 Mesin Mati
1. Periksa seluruh body ambulance.
2. Periksa roda ban/ban tekanan.
3. Pemeriksaan spion dan jendela, pastikan spion bersih dan berada di
posisi yang tepat.
4. Periksa fungsi stiap pintu dan kursi.
5. Periksa bagian sistem pendingin.
6. Periksa jumlah cairan kendaraan termasuk minyak mesin, air
radiator, pelumas rem, air aki, dan pelumas setir.
7. Periksa portal indikator aki dan tanda-tanda korosi.
8. Periksa kebersihan kabin termasuk dashboard.
9. Periksa fungsi jendela.
10. Tes fungsi klakson.
11. Tes fungsi sirene.
12. Periksa sabuk pengaman.
13. Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin.
14. Periksa jumlah bahan bakar dan kalau perlu isi bahan bakar.
3.2.2 Mesin Hidup
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulace dari ruang penyimpanan dan
pemeriksaan sebagai berikut :
1. Tes fungsi indikator di dashboard.
2. Periksa meteran yang terletak di dashboard.
3. Tes fungsi rem.
4. Tes fungsi rem tangan.
5. Tes fungsi stir.
6. Periksa fungsi wifer.
7. Tes fungsi lampu.
8. Periksa fungsi pendingin baik di komponen pasien.
9. Periksa perlengkapan komunikasi.
6
Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan akronim (EWAGON)
No. Nama Huruf Keterangan
1. Enggine Periksa mesin baik / tidak.
Periksa air radiator, wiper, air cadangan radioator, air
2. Water
accu sesuai dengan petunjuk pemakaian.
Periksa tekanan udara ban cukup atau tidak, AC dan
3. Air
blower berfungsi baik atau tidak.
Periksa bahan bakar minyak (solar / premium) sesuai
4. Gas
petunjuk pemakaian atau tidak.
Pemeriksaan indikator oli mesin dan minyak rem
5. Oil
sesuai petunjuk pemakaian.
6. Noise Dengarkan suara mesin normal atau tidak
Periksa dan lihat lampu dekat, lampu jauh, sigh
Elektrikal hazard, rotator, sirine, lampu kabin depan dan
7.
System belakang, dan lampu-lampu indikator menyala atau
tidak dan pecah/tidak.
No. Nama Huruf Keterangan
Periksa seluruh body mobil bersih dan mulus, ada
8. Body
kerusakan atau tidak.
Periksa toolkit, dongkrak, ban serep, triangle hazard,
9. Alat penunjang
dan APAR tersedia pada tempatnya
Periksa kondisi ban mobil, kembang ban baik atau
10. Kondisi ban
sudah gundul, apakah retak atau sobek.
Periksa dan coba sabuk pengaman masih dalam
Sabuk
11. kondisi baik atau tidak, kain sabuk pengaman sobek
pengaman
atau tidak.
7
3.3 Standar Kelengkapan Alat Ambulance Gawat Darurat (Advance)
8
3.4.2 Operasional Ambulance
1. Setiap hari ambulance yang disiapkan untuk operasional berjumlah
4 buah.
2. Penentuan layak tidaknya ambulance untuk operasional ditentukan
oleh coordinator sopir ambulance dan penanggung jawab medis
ambulance dengan memperhatikan ceklist yang di buat oleh
perawat dan sopir.
3.4.3 Aturan Di Jalan
Ambulance memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan, jika
digunakan untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak
dalam respon gawat darurat. Menurut UU No. 22 Tahun 2009 pasal 134,
pengguna jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai dengan
urutan berikut :
1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas.
2. Ambulance yang mengangkut orang sakit.
3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas.
4. Kendaraan pimpinan lembaga Negara Republik Indonesia.
5. Kendaraan pimpinan dan pejabat Negara Asing serta lembaga internasional
yang menjadi tamu Negara.
6. Iring-iringan pengantar jenasah.
7. Konvoi dan / kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan
petugas kepolisian Negara Republik Indonesia.
8. Respon gawat darurat ini harus di tunjukkan dengan menghidupkan alat
peringatan (warning device) berupa sirene dan lampu rotator. Sebagaimana
bunyi UU No.22 tahun 2009.
9. Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harusd memiliki
kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak
ceroboh.
10. Hak-hak khusus ini meliputi :
a. Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang
lain dan tidak merusak hak milik orang lain.
b. Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain.
c. Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama tidak
membahayakan nyawa orang lain.
9
d. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan, mendahului setelah
member sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari hal-
hal yang dapat membahayakan nyawa dan harta benda.
e. Mengabaikan arah jalur dan aturan belok setelah member sinyal yang
tepat.
3.4.4 Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)
Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan bahwa
pengemudi lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak antara
15-30 meter.
3.4.5 Sirine
1. Sirine adalah alat peringatan audio
2. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirine dapat menambah
rasa takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan,
pengemudi lain cendrung tidak member jalan karena dianggap
sebagai penyalahgunaan.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Adanya
bangunan, pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat
menghalangi bunyi sirine
4. Selalu waspada terhadap maneuver aneh pengemudi lain yang
menjadi panic karena suara sirine.
5. Jangan membunyikan sirine secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain,
gunakan klakson.
6. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.
3.4.6 Lampu Rotator
1. Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkatan
jalan pasal 59 ayat 5.
2. Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulance adalah
berwarna merah.
3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan
pada respon gawat darurat.
3.4.7 Kecepatan Dan Keselamatan
1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya tabrakan
10
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk
berhenti
3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk
pengaman saat ambulance berjalan.
3.4.8 Kendaraan Pengiring dan Forwarder
1. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan
karena jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon
pengemudi lain.
2. System EMS tidak merekomendasikan iring-iringan ambulance
dengan kendaraan lain kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.
3.4.9 Jalur Alternatif
1. Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus
diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur
alternative dapat segera di buat.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk segera mencari jalur
alternative.
3.4.10 Posisi Parkir di Lokasi Kejadian/Bencana
1. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat termasuk
menentukan area bahaya dan jalur evakuasi
2. Ambulance di parkir sekurangnya 30meter dari lokasi kejadian Jika
ada tanda bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap.
Jika tidak ada tanda bahaya ambulance di parkir sekurangnya 15
meter .
3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya di tambah penggajal roda
4. Jika anda kendaraan penolong yang pertama datang parkir di
belakang lokasi kejadian (dari arah datang). Sehingga lampu
peringatan kita dapat memperingatkan kendaraan lain yang
mendekat sebelum tanda lain diletakkan
5. Jika lokasi kejadian telah di amankan, parkirlah di depan lokasi
kejadian untuk mencegah ambulance anda tertabrak arus lalulintas
dari belakang.
6. Ambulance sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa
harus ada orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulance
memiliki keterbatasan pandangan kea rah belakang.
11
3.5 Memindahkan Pasien Ke Ambulance
1. Pasien harus sudah di periksa kondisinya, dilakukan prosedur
penanganan gawat darurat jika dibutuhkan, di stabilisasi dan
kemudian baru di pindahkan ke ambulance.
2. Pada kasus tertentu yang tidak mungkin intervensi di tempat, seperti
lokasi yang berbahaya, atau pasien memerlukan prioritas tinggi,
maka pemindahan dapat dilakukan terlebih dahulu.
3. Jika curiga cedera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical
collar harus terpasang dan pasien harus di mobilisasi dengan spinal
board.
3.6 Stabilisasi
1. Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien
sebelum di pindah.
2. Stabilisasi meliputi :
a. Kondisi ABCD.
b. Perawatan luka dan cidera lain.
c. Pemasangan balut dan bidai.
d. Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh.
e. Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan baik, tali
pengikat minimal diletakkan di tiga tempat.
Setinggi dada.
Setinggi pinggang atau panggul.
Setinggi tungkai.
Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat
mungkin mengingat kondisi pasien.
3.7 Langkah-Langkah Sebelum Transportasi Pasien
3.7.1 Penilaian Awal
1. Pastikan keselamatan diri sendiri dan lingkungan, gunakan sarung
tangan, pakaian pelindung, kaca mata.
2. Jumlah pasien, Minta bantuan jika diperlukan.
3. Mekanisme cedera, curigai cedera/penyakit yang spesifik.
4. Dapatkan kesan umum tentang umur, jenis kelamin, berat badan,
posisi, cidera minor dan mayor yang kelihatan.
5. Dapatkan informasi mengenai data-data korban, riwayat penyakit.
12
3.7.2 Tingkat kesadaran
1. A = Alert
2. V = Verbal
3. P = Pain
4. U = Unresponsive
3.7.3 Primeri Survey
1. Airway
a. Pastikan dan amankan saluran nafas.
b. Jika tidak ada respons, bebaskan jalan nafas.
c. Imobilisasi tulang leher jika trauma.
2. Breathing
a. Periksa pernafasan : lihat, dengar, dan rasakan.
b. Jika bernafas perhatikan frekuensi dan dalamnya pernafasan.
c. Jika tidak bernafas segera lakukan pernafasan buatan.
d. Berikan oksigen.
3. Circulation
a. Periksa arteri karotis.
b. Periksa perdarahan.
c. Hentikan perdarahan.
d. Lakukan RJP.
4. Disability
a. GCS.
b. Pupil.
5. Exsposure
a. Periksa bagian belakang dengan tehnik log roll.
b. Cegah hipotermi.
6. Five Intervention
a. Perencanaan laboratorium.
b. Perencanaan rontgen.
c. Pasang catheter.
d. Pasang NGT.
e. Pasang heart monitor.
7. Give comport
a. Intervensi nyeri.
b. Intervensi mual, muntah.
13
8. Secondary survey
a. History/anamnesa dengan SAMPLE.
b. Head to toe/pemeriksaan fisik.
c. Vital sign.
3.8 Transportasi
3.8.1 Penentuan Tujuan
1. Pasien kritis dapat dapat dipindahkan ke rumah sakit lain dengan
fasilitas gawat darurat terdekat.
2. Termasuk dalam kategori diatas adalah :
a. Henti nafas atau henti jantung.
b. Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi.
c. Kejang berulang atau sedang terjadi.
d. Trauma mayor.
e. Amputasi.
f. Pasien luka bakar.
g. Persalinan iminen.
h. Sempat infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan
nyeri dada hebat.
3. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya
atau berdasarkan keputusan DPJP
4. Gunakan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS tujuan. Pilih
rute alternative yang sesuai jika rute normal tidak memungkinkan
pasang sabuk pengaman. Gunakan sirine dan lampu sesuai kondisi.
5. Jika pasien memburuk selama perjalanan dan kemungkinan hidup
menuju RS yang dituju meragukan maka pasien dapat di transport ke
IGD rumah sakit yang mampu melakukan pertolongan sesuai kondisi
pasien.
3.8.2 Modus Berangkat
1. Sebelum transportasi, pastikan hal-hal berikut :
a. Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi,
pastikan ikatan pada alat pengangkut/stretcher tidak
menyebabkan pasien kesulitan bernafas jika pasien tidak
sadar,pastikan pasien mendapatkan pertukaran udara yang
cukup.
b. Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulance.
14
2. Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi
dengan meletakkan spine board pendek atau papan RJP di bawah
matras.
3. Longgarkan pakaian yang ketat.
4. Periksa posisi balut dan bidai.
5. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien.
Mereka harus di tempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk
pengaman dengan baik agar tidak mempengarugi peruses perawatan
pasien.
6. Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper,dan tas serta pastikan
barang-barang tersebut aman di ambulance jika memungkinkan,
beritahu petugas keamanan tentang hal ini.
3.8.3 Selama Perjalanan
1. Lengkapi riwayat penyakit dan secondary survey.
2. Lanjutkan perawatan kegawat daruratan yang dibutuhkan.
3. Catat dan monitoring vital sign secara terus menerus.
4. Lakukan monitoring dan observasi berkelanjutan yang berfokus pada
airway, breathing, circulation dan tingkat kesadaran.
5. Jika terjadi kondisi perburukan pada salah satu atau lebih komponen
ABCD lakukan ulang primary survey dan laukan resusitasi.
6. Yakinkan alat yang anda perlukan terjangkau dan siapkan alat yang
mungkin anda perlukan sesuai kondisi pasien.
7. Pertahankan komonikasi dengan pasien untuk memeriksa respon
pasien.
8. Jika pasien gelisah.
a. Perbaiki ABCD.
b. Lakukan restrain jika pasien membahayakan diri sendiri dan
orang lain.
9. Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara
mengemudinya sesuai kebutuhan pasien.
10. Jika terjadi henti jantung RJP harus dilakukan dalam kondisi
ambulance berhenti, pastikan DPJP dan fasilitas rujukan mengetahui
kejadian ini.
15
3.8.4 Sampai Di Tempat Rujukan
1. Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, janganterburu-buru
menurunkan pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas ambulance
sampai ada petugas yang siap mengambil alih.
2. Damping petugas yang akan mengambil alih :
a. Lakukan operan/komonikasikan dengan petugas penerima
dengan tehnik SBAR.
b. Serahkan barang pribadi pasien.
c. Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan.
3. Kembalikan peralatan ambulance ke tempat semula.
4. Tukar barang-barang yang melekat pada pasien dengan milik rumah
sakit jika memungkinkan :
a. Prinsipnya adalah “satu untuk satu”.
b. Termasuk dalam hal ini : balut steril, verban, masker oksigen,
sarung tangan, alat bantu nafas.
c. Jika ada program pertukaran yang baik dengan rumah sakit
bidai, spinal dapat langsung di tukar dengan logistic rumah sakit,
bidai, spinal board.
d. Keuntungannya adalah :
Tidak ada resiko perburukan cidera pasien akibat proses
tukar-menukar.
Kru ambulan tidak perlu berlama-lama di rumah sakit.
e. Segera periksa kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar, dan
laporkan jika kerusakan.
5. Segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis
sebainya mencari tempat tenang untuk melakukan ini.
3.8.5 Kembali Dari Tempat Rujukan
1. Dalam perjalanan kembali selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh
2. Bersihkan dengan cepat kopartemen pasien menggunakan sarung
tangan
f. Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang
mongering di permukaan mobil termasuk stretcher.
g. Buang sampah medis termasuk verban dan pembalut yang
sudah terbuka dan belum di gunakan.
h. Bersihkan sampah kotoran non medis.
16
i. Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada.
3. Bersihkan dan desinfeksi peralatan medis.
4. Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang non
disposable.
5. Ganti barang-barang sekali pakai (disposable) dengan cadangan.
6. Mengecek fungsi stretcher ambulance.
3.9 Penolakan Perawatan
1. Pasien / keluarga harus sudah dijelaskan tentang kondisi penyakit,
tindakan / transper yang harus dilakukan dan resikonya serta resiko
jika tindakan / transper tidak dilakukan.
2. Inform consen harus di dokumentasikan dengan benar.
3. Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera / penyakit
bersifat mengancam jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat
dilakukan tanpa persetujuan mereka. Tujuan transportasi harus di
sampaikan, situasi ini harus dicatat dengan baik.
4. Jika orang tua wali menolak tindakan dan kondisinya tidak
mengancam jiwa maka harus dijelaskan dan di yakinkan tentang
kemungkinan yang akan terjadi, jika tetap menolak bantuan perawat
dan transportasi harus di hentikan dan kejadian ini harus di
dokumentasikan.
3.10 Pasien Dengan Gangguan Emosional
1. DPJP bertanggung jawab untuk menentukan keamanan petugas
ambulance dan transper pasien.
2. Petugas ambulance dapat memutuskan untuk menunda tindakan
sampai ada jamianan keamanan.
3. Jika pasien gangguan jiwa itu cukup sadar dan memutuskan untuk
meminta pertolongan serta DPJP melihat bahwa tindakan cukup
aman dilakukan, transportasi dapat dilakukan tanpa jaminan
keamanan.
3.11 Kematian Yang Belum Di Pastikan
1. Jika timbul kondisi kematian yang belum di tetapkan, tindakan
resusitasi harus tetap dilakukan.
2. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik,
termasuk waktu, tempat dan nama petugas yang ada.
3. DPJP dan rumah sakit rujukan harus diberitahu secepatnya.
17
3.12 Bencana Masal
1. Jarak aman ambulance dari tempat kejadian adalah 30-50 meter.
2. Berlawanan dengan arah angin.
3. Command dan control bersama- sama dengan security dan rescue.
4. APO Ambulance Parking Officer bertugas mengatur lokasi
ambulance dan kendaraan lain yang datang ke lokasi.
5. ALO-Ambulance Loading Officer bertugas menentukan korban yang
akan di evakuasi (dirujuk).
6. Ado – Ambulance Dispatch Officer bertugas mencatat identitas, data
korban dan rumah sakit rujukan sesuai dengan warna kartu triage.
18
BAB 4
DOKUMENTASI
19