Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kelompok akan membahas mengenai kesenjangan dari


asuhan keperawatan ibu hamil pada Ny. N G1P0A0HO Gravid Aterm + Kala 2
dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di ruangan Kamar Bersalin RSUD Adnaan
WD Payakumbuh tahun 2018. Berdasarkan tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus
yang dibuat serta faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan yang mengacu teori yang ada.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang telah dilakukan berdasarkan teoritis dan anamnesa
dari pasien, kemudian data dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat
diketahui kebutuhan klien sesuai dengan kebutuhan yang ada. Data yang
didapat setelah pengkajian pada Ny. N cukup sesuai dengan teori yang
dibuat. Data-data tersebut menunjang untuk dilakukan asuhan keperawatan
selanjutnya karena data sudah didapatkan dengan jelas dan sesuai.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu kasus obstetri
yang menjadi penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai
akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD prematur adalah KPD sebelum
usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 1 jam sebelum waktunya melahirkan (Ayu 2008).
Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture Of Membran)
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu
dan setelah 1 jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana
mestinya. Ketuban pecah dini (KPD) sering kali menimbulkan
konsekuensi yang berimbas pada morbiditas dan mortalitas pada ibu Commented [CPH17231]: untuk pembahasan ini juga
masukin teori dan jurnal terkait ya
maupun bayi terutama pada kematian perinatal yang cukup tinggi.
Ketuban pecah dini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi pada
neonates meliputi prematuritas, respiratory distress syndrome, pendarahan
intraventrikel, sepsis, hipoplasia paru serta deformitas skeletal (Gahwagi,
2015)
a. Keluhan utama

Dalam keluhan utama dengan tinjauan kasus tidak ada terdapat

kesenjangan pada saat dilakukan pengkajian. Pada tinjauan teori

biasanya klien mengeluh nyeri pada jalan lahir, dan pada tinjauan

kasus juga ditemukan klien mengatakan nyeri ari-ari menjalar ke

punggung. Pasien ingin mengedan sejak ±4 jam SMRS. Pasien dilakukan

pemeriksaan dalam tampak keluar lendir bercampur darah sejak ±4 jam

SMRS. Keluar air dari k vagina sejak±4 jam SMRS. TD : 110/80 mmHg,

ND : 80 x/i, RR : 20 x/i, S : 36,5 C.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Terdapat kesenjangan dalam tinjauan biasanya klien ada riwayat

hipertensi atau penyakit seperti DM, jantung sedangkan berdasarkan

hasil wawancara pada Ny.F tidak ditemukan adanya riwayat hipertensi.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada teoritis dan pada kasus sama karena

pemeriksaan fisik penting untuk menentukan keadaan pasien.

Pemeriksaan fisik pada teori mengacu pada pemeriksaan head to toe,

pemeriksaan keadaan umum, tingkat kesadaran serta TTV ( TD, P,

N, S ) pada kasus kelompok juga melakukan pemeriksaan head to

toe, pemeriksaan kesadaran, keadaan umum, serta pemeriksaan TTV (

TD, N, P, S ).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari beberapa diagnosa keperawatan yang ada diteoritis tidak
seluruhnya dialami oleh pasien. Sesuai dengan data objektif dan data
subjektif pasien dirumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan
keadaan pasien serta Diagnosa keperawatan diangkat berdasarkan batasan
karakteristik yang terdapat pada NANDA NIC NOC, yaitu sebagai
berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (kontraksi uterus
selama persalinan).
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (episiotomi)
3. Menyusui tidak efektif b.d prematuritas
4. Risiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan bayi
b/d kurangnya sumber informasi
Sedangkan, pada teoritas diagnosa yang mungkin muncul untuk
KPD adalah sebagai berikut:
Kala I
1. Nyeri b/d kontraksi rahim dan regangan jaringan
2. Resiko infeksi b/d Pemeriksaan vagina berulang

Kala II
1. Nyeri akut b/d Fisiologi proses persalinan
2. Resiko perdarahan b.d proses persalinan
3. Resiko Infeksi b/d adanya luka episiotomi

Kala III
1. Nyeri akut b/d Fisiologi involusi uterus

Kala IV
1. Intoleransi aktivitas b/d proses persalinan
C. INTERVENSI
Dalam penyusunan rencana keperawatan mahasiswa
menggunakan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun oleh
NANDA NIC NOC sebagai standar. Dalam hal ini setiap rencana asuhan
keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang dapat diterima secara
logis dan sesuai dengan kondisi pasien. Intervensi yang dilakukan adalah
menagement nyeri.
Dalam hal ini kelompok tidak terlalu mengalami kesulitan yang
begitu berarti hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor pendukung
diantaranya hubungan komunikasi yang baik antara anggota kelompok,
keluarga klien, dan juga pada perawat ruangan.

D. IMPLEMENTASI
Tahap implementasi yang merupakan penerapan asuhan
keperawatan yang didelegasikan kepada orang tua anak. Dalam tahap ini
implementasi penulis tidak mengalami kesulitan. Pada tahap implementasi
ini, penulis mengambil aktivitas dari beberapa jurnal penelitian yang telah
dipublikasikan.
Menurut penelitian Nikmatur Rohmah tahun 2011 yang berjudul
“Manajemen nyeri non invasive pada ibu post partum dengan pendekatan
evidance based practice” mengungkapkan bahwa Mobilisasi dini,
perubahan posisi pasien, teknik nafas dalam dan komunikasi terapeutik
dapat meredakan nyeri post partum (Rochmat, 2008; Bobak, 2005).
Sedangkan menurut Beberapa penelitian menunjukan bahwa
relaksasi memberikan pengaruh terhadap penurunan nyeri. Potter & Perry
(2006) mengatakan bahwa relaksasi mampu membuat klien mengontrol
diri ketika terjadi rasa tidak nyaman (nyeri), stress fisik dan emosi pada
nyeri. Ma’rifah (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh teknik
relaksasi genggam jari terhadap perubahan skala nyeri pada pasien post
partum dengan hasil terdapat pengaruh teknik relaksasi genggam jari
terhadap perubahan skala nyeri pada pasien post partum.
Penelitian yang dilakukan oleh Dina Dewi (2010) dengan judul
hubungan personal hygiene dengan kecepatan kesembuhan luka perineum
ibu post partum di seluruh wilayah kerja puskesmas Singosari kabupaten
Malang menyimpulkan ada hubungan yang bermakna antara personal
hygiene dengan perawatan luka perineum dikarenakan semua responden di
Klinik Sehat Harapan Ibu karena sebagian besar sudah mengetahui cara
perawatan luka seperti cara menjaga luka bersih dan kering. Hal ini juga
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Johson (2005) bahwa
Perilaku Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat
penyembuhan hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu
dan kuman. Adanya benda asing, pengelupasan jaringan yang luas akan
memperlambat penyembuhan luka dan kekuatan regangan luka menjadi
tetap rendah. Berdasarkan teori kebersihan diri ibu membantu mengurangi
sumber infeksi dan akan membuat rasa nyaman pada ibu. Merawat dan
menjaga perineum ibu tetap selalu bersih dan kering serta membersihkan
alat kelamin dari depan ke belakang itu akan membuat proses
penyembuhan luka akan cepat sembuh. Melakukan perawatan atau
personal hygiene bertujuan untuk mecegah resiko terjadinya infeksi
(Hapsari, 2010).

E. EVALUASI
Dari semua diagnosa keperawatan yang kelompok tegakkan

sesuai dengan apa yang kelompok temukan dalam melakukan studi

kasus dan melakukan asuhan keperawatan, kurang lebih sudah

mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu

dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang

maksimal memerlukan adanya kerja sama antara kelompok dengan klien,

perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.

Kelompok tidak dapat melihat perkembangan selama 3 hari

berturut-turut karena pada hari pertama pasca pasien melahirkan, pasien


sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, maka pada hari itu perawat

melakukan langsung intervensi pasca setelah pasien melahirkan.

1. Pada diagnosa pertama yaitu nyeri berhubungan dengan proses

persalinan. Perawat melakukan manajemen nyeri dan dianggap masalah

sudah teratasi sebagian karena nyeri klien sudah berkurang dan skala

nyeri 3.

2. Pada diagnosa kedua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan trauma

adanya luka jahit episiotomi pada vagina, perawat melakukan perawatan

luka pada area yang luka dan diangaap masalah sudah teratasi sebagian

karena tidak ada tampak tanda-tanda infeksi dan luka tidak memerah.

3. Pada diagnosa ketiga yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan

proses persalinan, perawat dianggap masalah belum teratasi karena

keadaan klien masih sangat lemah, aktivitas klien tampak dibantu keluarga

dan klien masih terbaring lemah di atas tempat tidur.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penulisan kasus seminar setelah praktek profesi
yang dilakukan di RSUD Adnaan WD Payakumbuh dapat diambil kesimpulan
:
1. Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture Of Membran) adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan
setelah 1 jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana
mestinya. Ketuban pecah dini (KPD) sering kali menimbulkan
konsekuensi yang berimbas pada morbiditas dan mortalitas pada ibu
maupun bayi terutama pada kematian perinatal yang cukup tinggi.
Ketuban pecah dini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi pada
neonates meliputi prematuritas, respiratory distress syndrome, pendarahan
intraventrikel, sepsis, hipoplasia paru serta deformitas skeletal (Gahwagi,
2015)
2. Keluhan utama Ny. N saat masuk Rumah Sakit, adalah nyeri ari-ari
menjalar ke punggung. Pasien ingin mengedan sejak ±4 jam SMRS.
Pasien dilakukan pemeriksaan dalam tampak keluar lendir bercampur
darah sejak ±4 jam SMRS. Keluar air dari k vagina sejak±4 jam SMRS.
TD : 110/80 mmHg, ND : 80 x/i, RR : 20 x/i, S : 36,5 C.
3. Dari analisa data yang didapatkan dapat ditegakkan diagnosa pada Ny. N
yaitu nyeri akut berhubungan dengan kontraksi rahim dan regangan
jaringan
4. Intervensi yang akan dilakukan pada Ny.N adalah intervensi untuk nyeri
yaitu manajemen nyeri, resiko infeksi yaitu melakukan perawatan luka dan
vulva hygien.
5. Implementasi keperawatan yang dilakukan juga dilakukan sesuai rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun, yang disesuaikan dengan kondisi
pasien.
6. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. N, memperlihatkan
adanya nyeri berkurang, tidak ada tanda-tanda infeksi dan kulit memerah
dan aktivitas pasien masih dibantu keluarga.
7. Pendokumentasian askep sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan
dan respon Ny. N.

B. Saran
Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan ibu hamil pada Ny.
N G1P02O0H0 Gravid Aterm + Kala 2 + ketuban pecah dini (KPD) di
ruangan kamar bersalin RSUD Adnaan WD Payakumbuah tahun 2019,
diharapkan dapat memberikan masukkan terutama pada :
1. Penulis/ Mahasiswa
Mengasah kemampuan terutama dalam penerapan memberikan
asuhan keperawatan yang profesional bidang keperawatan pasien
dengan KPD di Ruang Kamar Bersalin RSUD Adnaan WD
Payakumbuah.
2. Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan kepada STIKes Fort De Kock Bukittinggi
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk perbandingan
dalam memberikan konsep asuhan keperawatan secara teori dan
praktek.
3. RSUD Adnaan WD Payakumbuh
4. Sebagai bahan acuan kepada tenaga kesehatan RSUD Adnaan WD
Payakumbuh dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan
menghasilkan pelayanan yang memuaskan pada pasien serta
melihatkan perkembangan pasien yang lebih baik.
5. Pasien/ keluarga
Dapat memberikan pengetahuan dan pendidikan tentang KPD,
sehingga pasien ataupun keluarga dapat menerapkan pengetahuan
tentang cara perawatan dan pencegahan penyakit ini untuk
kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai