TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia
1. Definisi
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir dari perkembangan pada daur
biologis.
Selain itu, menurut Departemen Kesehatan RI dikenal pula usia
luar dan dalam tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008,
p.11).
2. Klasifikasi Lansia
a. Menurut WHO (Nugroho, 2008, p.24), klasifikasi lansia adalah :
6
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
b. Menurut Depkes RI , 2003 klasifikasi lansia adalah :
1) Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi
Seseorang yang serusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang
dan melebar.
2) Sistem persarafan
Sel saraf otak setiap orang berkurang setiap harinya, pada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata,
mengalami ketegangan/stres.
4) Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar
8
darah meningkat akibat resistensi pembuluh darah perifer yang
meningkat.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja
9
absorpsi melemah dan hati mengecil serta tempat penyimpanan
baik.
10) Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil akibat atrofi pada nefron, aliran darah ke ginjal
besar normal.
10
produksi aldosterone, serta sekresi hormon kelamin seperti
mata, kulit kepala dan rambut menipis, kuku jari menjadi keras
dan rapuh.
13) Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan densitasnya (cairan) dan semakin rapuh,
11
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan
12
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
pasangan.
kesehatan
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan atau
penetapan pendapatan
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
g. Menemukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
B. Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik
13
Diabetes Mellitus (IDDM)). Diabetes tipe ini juga jenis diabetes yang
Pada tipe ini yaitu disebabkan oleh distruksi sel beta pulau langerhans
Tipe II, diabetes tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes mellitus
sudah terlalu parah seperti terjadi neuropati perifer maka dapat juga
14
jaringan yang lain. adapun tindakan lain seperti debridement, dan
nekrotomi.
Debridemen merupakan sebuah tindakan pembedahan lokal yang
jaringan mati dari suatu luka, jaringan mati tersebut dapat dilihat,
warna lebih terlihat pucat, cokelat muda bahkan berwarna hitam basah
atau kering.
2. Anatomi Fisiologi
Anatomi fisiologi pada pasien dengan post debridement ulkus dm
15
keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke
2
yaitu 15%dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m . Rata-rata
kelenjar sebaseus.
3. Jaringan subkutan, merupakan lapisan yang langsung
penumpukan energy.
3. Etiologi
Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat
18
menjanai peran utama dalam mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi,
2011).
Adapun faktor – factor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit
system imunologi
d. Adanya kelainan insulin
e. Pola hidup yang tidak sehat
4. Patofisiologi
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan
sel tersebut. Resisstensi glukosa pada diabetes mellitus tipe II ini dapat
disertai adanya penurunan reaksi intra sel atau dalam sel. Dengan hal –
19
tersebut, serta kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam
angka normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika
insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan otomatis meningkat dan
merupakan cirri khas dari diabetes mellitus tipe II ini, namun masih
seminggu.
b. Timbulnya ketoadosis dibetikum dan dapat berakibat
diobati segera.
c. Pada diabetes mellitus tipe ini memerlukan adnaya terapi
antara lain :
a. Jarang adanya gejala klinis yamg muncul, diagnosa untuk
hiperglikemi berat
b. kemudian timbulnya gejala polidipsia
20
c. poliuria
d. lemah dan somnolen
e. ketoadosis jarang menyerang pada penderita diabetes mellitus
tipe II ini.
6. Komplikasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi
pada penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :
1. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari
komplikasi akut.
2. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini
menimbulkan gangren.
3. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain,
21
7. Pathway
22
8. Pemeriksaan Penunjang
23
Menurut Smelzer dan Bare (2008), adapun pemeriksaan penunjang
yang tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau
terjadinya ulkus
b. Pemeriksaan Vaskuler
1) Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya
tindakan selanjutnya.
Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum dilakukan
tindakan pembedahan
9. Penatalaksanaan Medis
24
Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya
berikut :
1) Obat hiperglikemik Oral
2) Insulin
o Ada penurunan BB dengan drastis
o Hiperglikemi berat
o Munculnya ketoadosis diabetikum
o Gangguan pada organ ginjal atau hati.
3) Pembedahan
o Neucrotomi
o Amputasi
b. Keperawatan
keperawatan yaitu :
25
1) Diit
glukosa.
2) Latihan
adanya ulkus.
3) Pemantauan
4) Terapi insulin
5) Penyuluhan kesehatan
mampu menghindarinya.
6) Nutrisi
7) Stress Mekanik
26
Untuk meminimalkan BB pada ulkus. Modifikasinya
8) Tindakan pembedahan
antara lain :
10. Debridement
untuk pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus yang dapat terlihat
dari warna luka tersebut yaitu pucat, bahkan hitam karena jaringan
sudah mati.
27
Tindakan bedah emergensi yang sering dilakukan untuk
proses infeksi. Terdapat tindakan bedah untuk insisi ulkus yang sudah
larutan garam fisiolofis atau larutan lain dan dilakukan dressing atau
juga disebut dengan kompres dan dibalut sampai luka tertutup untuk
yaitu :
a) Debridement Mekanik
jaringan nekrotik.
b) Debridement Enzimatik
c) Debridement Autolitik
e) Debridement Bedah
a. Defenisi
1) Mempercepat penyembuhan
c. Manifestasi klinis
29
Manifestasi klinis yang sering terjadi pada pasien post debridement
yaitu :
Kelemahan
Konstipasi
d. Komplikasi
yaitu:
kaki.
Infeksi
30
luka.Dehisiensi luka merupakan luka yang terbuaka
iv. Makanan
diberikan.
2) Mobilisasi
31
Untuk kebutuhan BAK diperkenankan untuk di tempat
pispot.
i. Fase inflamasi
penyembuhan.
granulasi.
32
iii. Fase penyudahan
bertahun-tahun.
f. Kriteria Evaluasi
diberikan.
1. Pengkajian
33
data, mengorganisasikan data, dan mendokumentasikan data.
a) Biodata
b) Riwayat kesehatan
di bangsal.
berapa kali.
34
iv. Riwayat kesehatan keluarga
ii. Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari –
35
v. Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur
nyenyak, nyaman.
jelas.
d) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Sistem pernapasan
36
Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada
3) Sistem kardiovaskuler
4) Sistem pencernaan
5) Sistem musculoskeletal
6) Sistem intregumen
37
debridement kulit dikelupas untuk membuka jaringan mati
2. Diagnosa Keperawatan
lain :
operasi debridement
debridement
3. Intervensi Keperawatan
38
dengan akhir yang berkurang dengan nan
dapat diantisipasi atau menggunakan Gunakan
diprediksi manajemen nyeri teknik
Mampu komunikasi
Batasan Karakteristik mengenali nyeri terapeutik
: (skala, intensitas, untuk
Perubahan frekuensi dan mengetahui
selera makan tanda nyeri) pengalaman
Perubahan Menyatakan rasa nyeri pasien
tekanan darah nyaman setelah Kaji kultur
Perubahan nyeri berkurang yang
frekwensi mempengaruh
jantung i respon nyeri
Perubahan Evaluasi
frekwensi pengalaman
pernapasan nyeri masa
Laporan isyarat lampau
Diaforesis Evaluasi
Perilaku bersama
distraksi pasien dan tim
(mis,berjaIan kesehatan lain
mondar-mandir tentang
mencari orang ketidakefektif
lain dan atau an kontrol
aktivitas lain, nyeri masa
aktivitas yang Iampa
berulang) Bantu pasierl
Mengekspresika dan keluarga
n perilaku (mis, untuk mencari
gelisah, dan
merengek, menemukan
menangis) dukungan
Masker wajah Kontrol
(mis, mata lingkungan
kurang yang dapat
bercahaya, mempengaruh
tampak kacau, i nyeri seperti
gerakan mata suhu ruangan,
berpencar atau pencahayaan
tetap pada satu dan
fokus meringis) kebisingan
Sikap Kurangi
39
melindungi area faktor
nyeri presipitasi
Fokus nyeri
menyempit Pilih dan
(mis, gangguan lakukan
persepsi nyeri, penanganan
hambatan nyeri
proses berfikir, (farmakologi,
penurunan non
interaksi farmakologi
dengan orang dan inter
dan lingkungan) personal)
Indikasi nyeri Kaji tipe dan
yang dapat sumber nyeri
diamati untuk
Perubahan menentukan
posisi untuk intervensi
menghindari Ajarkan
nyeri tentang teknik
Sikap tubuh non
melindungi farmakologi
Dilatasi pupil Berikan
Melaporkan anaIgetik
nyeri secara untuk
verbal mengurangi
Gangguan tidur
nyeri
Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan
istirahat
Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen
nyeri
40
Analgesic
Administration
Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian
obat
Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat
alergi
Pilih
analgesik
yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari analgesik
ketika
pemberian
lebih dari satu
Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung
tipe dan
beratnya nyeri
Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian,
dan dosis
optimal
Pilih rute
pemberian
secara IV, IM
41
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
Berikan
analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi
efektivitas
analgesik,
tanda dan
gejala
42
Usia yang dalam proses kemerahan
ekstrim perbaikan kulit Oleskan lotion
Kelembapan dan mencegah atau
Hipertermia, terjadinya cedera minyak/baby
Hipotermia berulang oil pada
Faktor mekanik Mampu daerah yang
(mis..gaya melindungi kulit tertekan
gunting dan Monitor
[shearing mempertahankan aktivitas dan
forces]) kelembaban kulit mobilisasi
Medikasi dan perawatan pasien
Lembab alami Monitor status
Imobilitasi fisik nutrisi pasien
Internal: Memandikan
Perubahan pasien dengan
status cairan sabun dan air
Perubahan hangat
pigmentasi Insision site care
Perubahan Membersihka
turgor n, memantau
Faktor dan
perkembangan meningkatkan
Kondisi proses
ketidakseimban penyembuhan
gan nutrisi pada luka
(mis.obesitas, yang ditutup
emasiasi) dengan
Penurunan jahitan, klip
imunologis atau straples
Penurunan Monitor
sirkulasi proses
Kondisi kesembuhan
gangguan area insisi
metabolik Monitor tanda
Gangguan dan gejala
sensasi infeksi pada
Tonjolan tulang area insisi
Bersihkan
area sekitar
jahitan atau
staples,
menggunakan
lidi kapas
steril
Gunakan
preparat
antiseptic,
43
sesuai
program
Ganti balutan
pada interval
waktu yang
sesuai atau
biarkan luka
tetap terbuka
(tidak dibalut)
sesuai
program
Dialysis Acces
Maintenance
jenis yaitu :
a) Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan
49
50