Anda di halaman 1dari 35

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF PERSYARAFAN

Oleh Dosen : Arifudin, S.Si.T.,M.Kes

Disusun oleh kelompok 6 :

Aldi (P07120317006)
Herlina Mahmud (P07120317016)
Niluh Nila Savitri (P07120317028)
Nur Hafifah (P07120317036)
Ulvia Kurniawati (P07120317048)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami diberikan kesehatan dan kesabaran
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Intra Operatif Persyarafan tepat waktu.

Dalam penulisan dan penyusunan tugas ini tentunya terdapat kekurangan


serta keterbatasan kemampuan, sehingga mendapatkan hasil penulisan yang masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena hal ini, kami mengharapkan adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca, sehingga dapat menutuipi
kekurangan dan kelemahan kami untuk akhirnya menjadikan sempurnanya
penulisan tugas ini.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada teman – teman saya yang sudah banyak membantu dan terima kasih
kepada ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan segala kasih sayangnya serta
do’a yang selalu mengiringi, selalu memberikan semangat membesarkan hati
kami.

Akhirnya kami berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Dengan segala kerendahan hati kami berharap agar pembaca memberikan kritik
dan saran yang membangun bagi kemajuan pengetahuan kami, karena kami sadar
bahwa makalah ini masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan. Akhir kata,
tiada suatu hal yang sempurna, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
dalam menambah pengetahuan bagi kami dan pembaca.

Palu, 26 Januari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1

A. Latar Belakang...........................................................................................4

B. Rumusan Masalah………………………………………..…………………..5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..6

A. Pengertian……………………………………………………………………...6

B. Epidemiologi…………….…………………………………………………….6

C. Anatomi dan Fisiologi Organ Terkait………………………………………….7

D. Klasifikasi……………………………………………………………………...8

E. Etiologi…………………………….……………………………………….......9

F. Patofisiologi…………………………………………………………………10

G. Manifestasi Klinis…………………………………………………………..11

H. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………13

I. Penatalaksanaan………………………………………………………………..14

J. Masalah yang Lazim Muncul………………………………………………...15

K. Discharge Planning………………………………………………………….15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN………………………………………16

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………33

A. Kesimpulan…………………………………………………………………33

B. Saran………………………………………………………………………..33

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi/bekas organ yang
karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya,
sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan). Jinak maupun ganas, yang
tumbuh di otak meningen dan tengkorak. oleh karena itu penderita tumor otak
datang dengan berbagai gejala yang membingungkan, maka diagnosis menjadi
sukar. Tumor otak dapat terjadi pada semua umur, tidak jarang menyerang anak-
anak di bawah usia 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa
selama dekade kelima dan keenam.

Tumor otak memiliki banyak klasifikasi. Klasifikasi yang mungkin paling


mudah dipahami adalah klasifikasi menurut kernahan dan sayre, di mana diberi
nama sesuai dengan nama sel yang terserang, baik sel pada susunan saraf orang
dewasa, pada pembuluh darah maupun pada gangguan perkembangan
(kongenital). Stadium keganasannya diberi tingkatan dari I sampai IV (IV adalah
yang paling ganas).

Tumor tertentu lebih sering terjadi pada suatu kelompok umur tertentu.
Pada masa bayi dan anak-anak, tumor fossa posterior jauh lebih sering dari pada
lesi supratentorial (fossa media atau anterior) yang lebih sering dijumpai pada
orang dewasa. Tumor otak pada anak kemungkinan besar adalah astrositoma
ganas dari serebelum tingkat I atau II. Pada individu setengah umur atau tua,
tumor otak yang paling sering adalah glioblastoma multiforme, yaitu jenis glioma
yang paling ganas, ditandai oleh kecepatan pertumbuhan tumor yang cepat.

4
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa maksud dari tumor intracranial?

2. Apa saja anatomi dan fisiologi organ yang terkait?

3. Bagaimana etiologi?

5
BAB II

LANDASAN TEORI TUMOR INTRAKRANIAL

A. PENGERTIAN

Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lesion atau space taking lision) yang timbul didalam rongga
tengkorak baik didalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial.
(Satyanegara; Nanda NIC-NOC edisi revisi jilid 3)

Tumor intrakranial (termasuk lesi desak ruang bersifat jinak maupun ganas,
dan timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasl
dari jaringan neuronal, jaringan otak penyokong, system retikuloendotelial,
lapisan otak, dan jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma
sistemik. Metastasis otak disebabkan oleh keganasan sistemik dari kanker paru,
payudara,melanoma, limfoma, dan kolon. ( https://id.scribd.com/doc/87544921/Tumor-Otak-
Komplit)

Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi / bekas organ yang
karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya,
sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan). Jinak maupun ganas, yang
tumbuh di otak meningen dan tengkorak.

B. EPIDEMIOLOGI

Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding
perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥ 60 tahun
(31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi
dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100

6
penderita (74,1 persen) yang dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak
dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperableatau tumor
metastase(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis(18,2
persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak,
suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan
multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak
yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai
jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan. (Hakim. AA, 2005)

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN TERKAIT

Otak dibagi menjadi tiga bagian besar : serebrum, batang otak, dan
serebelum. Semua berada dalam satu bagian struktur tulang yang disebut
sebagai tengkorak, yang juga melindungi otak dari cedera. Empat tulang yang
berhubungan membentuk tulang tengkorak; tulang frontal, parietal, temporal
dan oksipital. Pada dasar tengkorak terdiri dari tiga bagian fosa-fosa, yaitu:

 Fosa anterior: berisi lobus frontal serebral bagian hemisfer.


 Bagian tengah fosa: berisi lobusparietal, temporal dan oksipital.
 agian fosa posterior: berisi batang otak dan medula.
1. Serebrum

Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Keempat lobus tersebut
adalah:

a. Lobus frontal: merupakan lobus terbesar, terletak pada fosa anterior.


Fungsinya: untuk mengontrol prilaku individu, membuat keputusan, kepribadian
dan menahan diri.

b. Lobusparietal: lobus sensasi.

Fungsinya: Menginterpretasikan sensasi.dan Mengatur individu mampu


mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.

7
c. Lobus temporal

Fungsinya: mengintegrasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran. Ingatan


jangka pendek sangat berpengaruh dengan daerah ini.

d. Lobusoksipital: terletak pada lobus posterior hemisfer serebri.

Fungsinya: bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan.

2. Batang otak

Batang terletak pada fosa anterior. Bagian-bagian batang otak ini terdiri
dari otak tengah, pons, dan medula oblongata, otak tengah (midbrasia)
menghubungkan pons dan sereblum dengan hemisfer cerebrum, bagian ini berisi
jalussensorik dan motorik dan sebagai pusat refleks pendengaran dan penglihatan.

3. Serebelum

Terletak pada fosa posterior dan terpisah dari hemisfer cerebral, lipatan
dura meter tentoriumserebelum. Serebelum mempunyai dua aksi yaitu
merangsang dan menghambat dan tanggung jawab yang luas terhadap koordinasi
dan gerakan halus. Ditambah mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan,
posisi dan mengintegrasikan inputsensorik.

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Berdasarkan jenis tumor

a. Jinak : acoustik neuroma, meningioma, pituitary adenoma, astrocytoma


(grade1)

b. Malignant : astrocytoma ( grade 2,3,4), oligodendroglioma, apendymoma

2. Berdasarkan Lokasi

a. Tumor Intradural

8
Ekstramedular : cleurofibroma, meningioma

Intramedular : oligodendroglioma, hemangioblastoma, apendymoma,


astrocytoma

b. Tumor Ekstradural

Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal tyroid,
paru-paru, ginjal, dan lambung

E. ETIOLOGI

Adapun factor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:

1. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan


kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai
pada anggota-anggota keluarga. Sclerosis tuberose atau penyakit sturge-
weber yang dapat dianggap sebagai menifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan factor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya factor –
faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2. Sisa-sisa sel embrional

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan


yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal di dalam tubuh, menjadi
ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkambangan abnormal itu dapat
terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intracranial dan kordoma.

9
3. Radiasi

Jaringan dalam system saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi.

4. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang di lakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum di
temukan hubungan antara inveksi virus dangan perkembangan tumor pada
sistem saraf pusat.

5. Subtansi-subtansi karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogenik sudah lama dan luas


dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang kersinogenik yang
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.

F. PATOFISIOLOGI

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan


neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor :
gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri

10
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.

Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan


dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa
tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat ganggguan neurologist fokal. Peningkatan tekanan intrakranial dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan
volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi
cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan
hidrosefalus.

Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme


kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu
tak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini
antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume cairan
serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim,
kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau
serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak
ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.

Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat


adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan
gangguan pernafasan.

G. MANIFESTASI KLINIS

Menurut lokasi tumor :

11
1. Lobus frontalis : Gangguan mental/gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumentasi/ menilai benar atau tidak,
hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.

2. Kortek presentalis posterior : kelemahan/ kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah


dan jari

3. Lobus parasentralis : kelemahan pada ekstremitas bawah

4. Lobus oksipital : kejang, gangguan penglihatan

5. Lobus temporalis : Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan


otot wajah

6. Lobus parietalis : Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,


gangguan penglihatan

7. Cereblum : Papil Oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hiperekstremitas sendi,


hipotonia

Tanda dan gejala umum :

1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk, dan membungkuk

2. Kejang

3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : pandangan kabur, mual,


muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia

4. Perubahan kepribadian

5. Gangguan memori dan alam perasa

Trias klasik :

1. Nyeri kepala

12
2. Papil oedema

3. Muntah

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem


ventrikel dan cisterna

2. CT-SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa

3. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,


penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pineal yang mengapur; dan posisi
selatursika

4. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari


zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

5. elektroensef alogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan


neuron

6. koensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra


serebral

13
I. PENATALAKSANAAN

Penanganan yang dilakukan tergantung dari keadaan tumor tersebut, apakah


masih bisa dioperasi (operable) ataupun in operable. Sebelum dilakukan
pembedahan, persiapan pre operas harus dilakukan seperti pemeriksaan
laboratorium lengkap, tes fungsi hati, ginjal, EKG dan lain-lain.

1. Tindakan operatif dilakukan pada keadaan berikut antara lain :

a. Emergensi, misalnya pasien dengan penurunan kesadaran.

b. Elektif (direncanakan), misalnya pada penderita tumor otak stadium dini.

2. Tindakan operatif dengan radioterapi dan kemoterapi. Temozolomide dilakukan


pada kasus Anaplastic Oligodendroglioma (grade III). Untuk kasus Malignant
glioma dilanjutkan dengan interstitial radioterapi/ brachytherapy dengan
radioaktif irridium192 atau lodine-125 langsung ke tumor. Stereotactic
radiotherapy dan radiosurgery (linac dan gamma knife) dilakukan hanya terbatas
pada lesi-lesi dengan diameter tidak lebih dari 3-4 cm dan sangat potensial untuk
malignant glioma yang berada jauh di dalam otak. Pada tumor dengan metastase
tunggal di otak, dilakukan tindakan operatif terhadap tumornya tetapi disertai
dengan Whole Brain Radiotherapy (WBRT) ataupun dengan Stereotactic Radio

14
Surgery (SRS). Selain itu, dilanjutkan lagi dengan kemoterapi, seperti pada tumor
small cell lung carcinoma, germ cell tumor ataupun pada breast cancer.

Paliatif, dilakukan pada kasus-kasus yang tidak mungkin lagi operasi.

J. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL

1. Nyeri akut berdasarkan peningkatan tekanan intra cranial.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan mual dan


muntah, penurunan intake makanan.

3. Kelebihan volume cairan berdasarkan gangguan mekanisme pengaturan di otak.

4. Resiko ketidakefektifan perfungsi jaringan otak berdasarkan penurunan suplai


darah ke jaringan otak (tumor otak).

5. Resiko jatuh berdasarkan gangguan penglihatan (kompresi saraf optikus).

6. Ketidak efektifan pola napas berdasarkan suplai O2 ke otot pernapasan.

7. Ketidak efektifan termoregulasi berdasarkan peningkatan suhu tubuh.

8. Hambatan komunikasi verbal berdasarkan kesulitan bicara.

K. DISCHARGE PLANNING

15
1. Konsultasikan tentang tindakan (pembedahan, kemoterapi, radiasi).

2. Terapi hormone.

Konsultasikan perawatan yang harus dilakukan selama dirumah serta larangan


yang harus dilakukan serta lakukan gaya hidup yang sehat.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas pasien:

Nama : Ny.H

Umur : 32 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Pendidikan Terakhir : SMA

Agama : Islam

16
Alamat : Ds. Karanggedang

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Status Perkawinan : Menikah

No.Register : 7210/16

Tanggal Masuk : 13 September 2016

Diagnosa Medis : Tumor Intrakranial

2. Riwayat Kesehatan (tanggal 13 september 2016)

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran,


penurunan penglihatan, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.

b. Riwayat Penyakit Dahulu :

 Pasien mengatakan sudah 1 tahun sering mengalami sakit kepala, tremor, perubahan
penglihatan, pusing, kesemutan pada bagian tubuh.
 Pernah dirawat di rumah sakit : Belum pernah dirawat di RS sebelumnya.
 Tindakan ( operasi ) : Tidak pernah
 Alergi : Tidak punya
3. Pemeriksaan Penunjang (tanggal 13 september 2016)

a. CT Scan

17
Kesannya tumor otak frontal bagian kanan, ukuran 6,24 x 4,53 cm,
mendesak garis tengah dan ventrikel lateralis kiri, edema sekitarnya.

b. Laboratorium

Hasil Normal

GDS 62 mg/dl 140 mg/dl

WBC 10,5 x 103/mm3 4,0 – 10,0.103/mm3

RBC 3,03 x 106/mm3 4,00 – 6,00.106/mm3

Albumin 1,6 gr/dl 3,5 – 5,5 gr/dl

HBg 9,2 gr/dl 12,0 – 16,0 L.g/dl

HCT 27,5% 37,0 – 48,0 L%

PLT 139 x 103/mm3 150 – 400


L.103/mm3

4. Pemeriksaan Fisik

a. TTV

TD : 110/80mmHg

S :36,3OC

N :90 ×/menit

RR :20 ×/menit

5. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi

a. Pengaturan Posisi

18
Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan
psikologis pasien. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi
pasien adalah :

1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.

2) Umur dan ukuran tubuh pasien.

3) Tipe anaesthesia yang digunakan.

4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis)

Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :

1) Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.

2) Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya
ditutup dengan duk.

3) Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga
kerusakan saraf dan jaringan.

4) Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan
terjadinya pertukaran udara.

5) Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya thrombus.

6) Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.

7) Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.

8) Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan

b. Pengkajian Psikologis

1) menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi

19
2) menentukan status psikologis

3) memberikan peringatan akan stimuli nyeri

4) mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang


berkaitan.

6. Periode Intraoperasi

Tindakan Keperawatan selama fase intraoperasi berfokus pada


kondisi emosiaonal dan juga factor fisik, seperti keamanan, posisi tubuh, menjaga
asepsis, dan mengontrol kondisi ruang bedah. Pengkajian pra operasi membantu
perawatmerencanakan intervensi selama fase ini. Perawat tetap bertindak sebagai
penjaga klien, mengantisipasi komplikasi yang mungkin terjadi. Bila dokter bedah
focus melakukan tindakan bedah, tim anastesi focus pada pernapasan dan
mempertahankan stabilitas fifiologis, perawat bertanggungjawab dengan semua
aktivitas lain yang berlangsung di ruang operasi.

7. Anggota Tim Pembedahan

Dokter bedah mengetuai tim pembedahan dan mengambil keputusan


terkait prosedur bedah tergantung prosedur bedah yang dilakukan, dokter
bedah lain atau perawat terdaftar yang menjalani pendidikan dan latihan
tambahan dapat bertindak sebagai asisten pertama (Registered Nurse First
Assistant, RNFA). Dokter anestesi atau certified registered nurse
anesthetist(CRNA) memberikan anestesi, meredakan nyeri, dan membuat
klien relaks dengan obat. Tim anestesi mempertahankan jalan napas,
memastikan perukaran gas yang adekuat, memonitor sirkulasi dan respirasi,
menghitung perkiraan kehilangan darah dan cairan, menginfus darah dan
cairan, memberikan obat untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik, dan
memberi tahu dokter bedah segera bila terjadi komplikasi. Perawat yang ada
di ruang bedah adalah perawat terdaftar ( registered nurse, RN) dan anggota
inti dari tim pembedahan.

20
8. Peran Perawat Perioperatif

Perawat bertindak secara independen dan juga sebagai anggota tim.


Beberapa peran RN yang umum dilakukan dibahas di bawah ini.

a. Perawat Sirkulator

Perawat jenis ini merupakan salah satu perawat perioperative yang utama.
Perawat ini memeriksa klien sebelum operasi, merencanakan tindakan
keperawatan yang optimal selama operasi, mengoordinasikan semua personel di
ruang operasi, memonitor personel yang tidak berlisensi dan memonitor cost
compliance yang berhubungan dengan prosedur di ruang operasi. Sirkulator tidak
mengenakan pakaian steril dan dapat masuk keluar ruang operasi. Selain merawat
langsung klien, sirkulator memiliki aktivitas spesifik selama pembedahan yaitu :

1) Memastikan semua peralatan berfungsi dengan baik.

2) Menjamin alat yang dipakai steril dan juga penyediaan barang tersebut.

3) Mempersiapkan kulit.

4) Memonitor ruangan dan tim dari pelanggaran teknik steril.

5) Membantu tim anastesi dengan induksi dan monitoring fisiologis.

6) Mengurus spesimen.

7) Mengoordinasikan dengan departemen lain jika diperlukan, seperti patologi dan


radiologi.

8) Mencatat perawatan yang diberikan.

9) Meminimalisasi percakapan dan kemacetan di ruang operasi.

b. Perawat Scrub

Seorang RN atau surgical technician (ST) dapat melakukan peran petugas


scrub (instrumen). Tugasnya adalah mempersiapkan semua peralatan yang

21
diperlukan untuk prosedur, semua peralatan yang dibutuhkan steril,
mempertahankan kondisi steril pada area steril, mengurus peralatan dan
persediaannya selama operasi dan membersihkan bila operasi telah selesai.
Selama pembedahan petugas scrub harus menghitung secara akurat jumlah spons,
jarum, dan peralatan di area steril dan menghitung peralatan yang sama bersama
dengan perawat sirkulator sebelum dan setelah operasi.

c. Registered Nurse First Assistant (RFNA)

RFNA adalah perawat perioperatif berpengalaman yang telah menjalani


pendidikan khusus tambahan. RFNA bekerja dengan dokter bedah utama selama
operasi. Perannya terpisah dengan perawat scrub. Tugas RFNA mencakup
pajanan terhadap area pembedahan, menggunakan instrument untuk memegang
dan memotong, retraksi dan menangani jaringan, memberikan hemostasis dan
menjahit. RFNA harus bekerja dengan dokter bedah dan bukan praktisi
independen.

d. Certified Registered Nurse Anesthetist (CRNA)

CRNA adalah perawat yang bertugas khusus memasukkan obat anestesi.


Agar dapat mengikuti program CRNA, seseorang harus memiliki gelar sarjana
sains di bidang keperawatan atau bidang lain yang sesuai ditambah 1-2 tahun
pengalaman bekerja di ICU dan pelayanan akut. Perawat ini bekerja di bawah
arahan dokter anestesi.

e. Manajer

Manajer ruang operasi memiliki pengalaman luas dan telah menjalani


pendidikan khusus di bidang manajemen. Manajer bisa saja merupakan RN, tetapi
rumah sakit saat ini lebih memilih sarjana keperawatan. Banyak rumah sakit besar
mensyaratkan Master of Science in Nursing (MSN) dengan focus pada
manajemen perawatan akut.

f. Pendidik

22
Pendidik bertanggung jawab untuk mengurusi staf yang melanjutkan
pendidikan, orientasi staf baru dan bekerja dengan staf untuk belajar bagaimana
menjadi instruktur untuk mahasiswa. Edukator dapat berasal dari RN, tetapi
biasanya perawat dengan gelar sarjana keperawatan atau MSN yang
berpengalaman sebagai perawat perioperatif lebih diutamakan. Perawat ini juga
dapat berperan sebagai perawat sirkulator atau perawat spesialis klinis di luar
tanggung jawab mereka sebagai edukator.

g. Manajer Kasus

Manajer kasus perioperatif mengoordinasikan perawatan bagi klien


perioperatif. Posisi ini mensyaratkan pengalaman luas, kemampuan
berkomunikasi dan pengetahuan mengenai periode total pembedahan mulai dari di
rumah sebelum operasi sampai perawatan di rumah setelah operasi.

h. Advanced Practice Nurse Clinical Nurse Specialist (Apn )

APN adalah RN dengan gelar dan keterampilan tahap lanjut. Perawat ini
minimal memiliki gelar Master di bidang keperawatan dan mendapat sertifikasi
sebagai perawat spesialis klinis atau Nurse Practitioner (NP). APN adalah ahli
klinis yang memiliki spesialis bedah ( misalnya ortopedi, kardiovaskular). Peran
mereka meliputi konsultasi, edukasi, perawatan klien langsung, manajemen,
menerjemahkan hasil penelitian ke dalam praktik klinis yang terbaik. Seorang
APN perioperatif tidak selalu berada di ruang operasi, tetapi dapat berinteraksi
dengan klien di klinik, rumah, rumah sakit, atau tempat lain sesuai kebutuhan.

9. Dikamar Operasi

Asuhan keperawatan intraoperative pemberian anastesi pada bedah


kraniotomi pada prinsipnya sama dengan asuhan keperawatan pada saat
pemberian anastesi secara umum.

23
B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : - Pengaturan posisi Resiko cedera


bedah dan trauma
TTV :
prosedur
TD : 110/80mmHg pembedahan

S :36,3OC

N :90 ×/menit

RR :20 ×/menit

2. DS : - Adanya port de Resiko infeksi


entree luka
DO :
pembedahan dan
TD : 110/80 mmHg penurunan

S : 36,3OC imunitas
sekunder efek
N :90 ×/menit
anestesi.
RR :20 ×/menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko cedera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah dan trauma prosedur
pembedahan

24
2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entree luka pembedahan dan
penurunan imunitas sekunder efek anestesi

D. PRIORITAS MASALAH

1. Resiko cedera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah dan trauma prosedur
pembedahan

2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entree luka pembedahan dan
penurunan imunitas sekunder efek anestesi

E. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi Rasional

Kaji Ulang identitas pasien Perawat ruang operasi memeriksa kembali


identitas dan kardeks pasien. Lihat
kembali lembar persetujuan tindakan,
riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik,
dan berbagai hasil pemeriksaan diagnostik.
Pastikan bahwa alat protese dan barang
berharga telah dilepas dan periksa kembali
rencana asuhkan perawatan preoperatif
yang berkaitan dengan rencama asuhan
perawatan intraoperatif

Siapkan sarana scrub Sarana scub meliputi cairan antiseptik cuci


tangan pada tempatnya, gaun (terdiri gaun
gelap kedap air dan baju bedah steril, duk
penutup, dan duk berlubang dalam kondisi
lengkap dan siap pakai)

Lakukan persiapan meja bedah Meja bedah pada pembedahan kraniotomi


dan sarana pendukung sama dengan meja bedah lainnya.sarana
pendukung seperti penahan bahu dan

25
punggung disiapkan pada saat pengaturan
posisi.

Siapkan instrumen yang akan Manajemen instrumen dilakukan perawat


digunakan dalam bdeah instrumen sebelum pembedahan. Perawatn
kraniotomi instrumen bertanggung jawab terhadap
kelengkapan instrumen bedah kraniotomi.
Sebagai antisipasi di perlukan isntrumen
cadangan dalam suatutromol steril yang
akan memudahkan pengambulan apabila
di perlukan tambahan isntrumen

Siapkan sarana pendukung Sarana pendukung seperti kateter urine,


pembedahan alat pengisap lengkap, spons dalam
keadaan siap pakai.

Siapkan alat hemostatis dan alat Alat hemostatis merupakan fondasi fari
cadangan dalam kondisi siap tindakan operasi untuk mencegah
pakai. terjadinya pendarahan serius akibat
kerusakan pembuluh darah arteri. Perawat
memeriksa kemapuan alat tersebut siap
pakai untuk menghindari cedera akibat
pendarahan intraoperasi.

Siapkan obat-obatan untuk Obat-obatan anestesi yang dipersiapkan


pemberian anestesi umum meliputi obat pelemas otot dan anestesi
umum.

Siapkan alat-alat Intubasiendotrakeal untuk menjaga


intubasiendotrakeal kepatenan jalan napas intraoperas. Penata
anestesi memeriksa kondisi lampu
padalaringoskop. Kondisi selang
endotrakeal harus berfungsi optimal

26
sebelum pemasangan dilakukan.

Siapkan obat dan alat emergensi Selain pemantau, peralatan darurat dasar,
obat-obatan dan protokol pengobatan juga
harus tersedia. Juga harus ada defilirahator
yang berfungsi baik. Peralatan jalan nafas
juga diperlukan termasuk laringoskop,
selang endotrakeal, dan jalan napas oral
dan nasal faringeal. Selai itu, masker dan
kantong resusitasi adalah alat penting dan
harus mudah diakses.

Lakukan pemasangan dua jalur Pemasangan jalur iv pada kedua lengan


intravena dapat memenuhi kebutuhan akibat deplesi
cairan intra bedah kraniotomi yang
dilakukan dalam waktu yang lama.

Pasang hasil diagniotik pada Pemasangan hasil diagnostik akan


layar pembaca diagnostik. memudahkan ahli bedah dalam melakukan
intervemsi dengan hasil diagnostik

Lakukan pemberian induksi Pemberian anestesi intra vena biasanya


anestesi secara intravena dilakukan oleh penata anestesi dengan
sepengatuhan ahli anestesi. Pemberian
induksi dilakukan sebagaisuatu obat
intravena pertama dengan tujuan
menghambat saraf dan menyebankan
peralihan sementara pita suara dan otot
pernapasan selama selang endotrakeal
terpasang.

Lakukan pemasangan manset Pemasangan manset tekanan pada area


tekanan darah pada bagian distal kaki akan mempermudah dalam

27
tungkandan atur pencahayaan memonitor ttv tanpa menganggu proses
pembedahan. Pengaturan posisi lampu
bedah akan mempermudah pajan dalam
melakukan intervensu bedah

Bantu ahli anestesi dalam Penata anestesi akan membatu melakukan


memasang selang endotrakeal penekanan tulang rawan krikoid dan
menahan konektor saat pemasangan
instubasiendotrakeal dilakukan oleh ahli
anestesi

Atur posisi endotrakeal dengan Untuk menjaga kepatenan jalan napas


fiksasi optimal selama pengaturan dan saat intraoperasi

Lakukan pengaturan posisi Teknik modifikasi terlentang pada bedah


bedah telentang dengan tumor intrakranial biasanya dipimpin
modifikasi langsung oleh ahli saraf, perawat anestesi
membantu ,enempatkan selimut lembut
pada bagian belakang tubuh dan pungung
serta memonitor kondisi hemodinantik
dengan memberitahu ahli ahli anestesi
apabila terjadi perubahan pada layar
monitor

Kaji kondisi organ oada area Tempat yang rentan cedera pda posisi
yang rentan mengalami cedera terlentang adalah belkang kepala dan
posisi bedah belakang bokong

Bandingkan status Mendeteksi kapan terjadinya penyebab


neourovaskuler sebelum dan cedera
sesudah operasi

Bantu ahli bedah dalam Pembuatan bedah dilakukan


sebelumdilakukandesinfesi area

28
membuat akses bedah bedagutnuk memudakan membuat insisi
bedah pada tengkorak

Lakukan manajemen asepsis -manajemen asepsis dilakukan untuk


intraoperasi menghindari kontak dengan zona steril
meliputi pemakian baju bedah, pemakaian
sarung tangan, persiapan kulit pemasangan
duk, penyerahan alat yang akan diperlukan
oleh perawat sirkulasi

-manajemen asepsis intraoperasi


merupakan tanggung jawab perawatn
instrumen dengan mempertahankan
integritas lapangan steril selama
pembedahan dan bertanggung jawabuntuk
mengkomunikasikan kepada tim bedah
setiap pelanggaran tknikaseptis atau
kontaminasi yang terjadi selama
pembedahan

Letaknan alat insisi dan kasa Pelatakanisnsisi akan memudahkan ahli


pada sisi arean bedah bedah dalam melakukan insisi. Beberapa
kasa diperlukan untuk melakukan
penghentian pendarahan sementara.

Lakukan peran perawat Perawatn sirkulasi menfokuskan aktivitas


sirkulasidalam mendukung manajemen kamar operasi agar
pembedahan. melacarkan pembedahan dapat
dilaksanakan secara optimal sejak
pengaturan posisi bedah sampai dokter
bedah selesai melakukan penutupan luka
bedah.

29
Bantu ahli bedah pada saat Insisi bedah memerlukan skalpel dan pisau
dimulainya insisi bedah sesuai dengan area yang akan
dilakukan insisi. Perawat intrumen
bertanggungjawab menyerahkan alat
insisi. Asisten pertaa berperan membntu
menyerap dara yang keluar dengan kasa
akibat kerusakan vaskular pada area insisi.

Bantu ahli bedah pada saat Pada saat mebuka jaringan, pasien
membuka jaringan mempunyai risiko cedera. Perawat asisten
bedah membantu ahli bedah dengan
membuka jaringan dengan forsep secara
hati-hati sambil mengikuti arahan ahli
bedah.

Bantu ahli bedah dalam melepas Pengangkatan tulang temporal dilakukan


tulang tengkorak denganclevator dan palu. Pad saat ahli
bedah melakukan penukulan elevaor,
perawat mnurunkan risiko cedera
intervensi kraniotomi dengan menarik
jaringan insisi denganrefraktur

Letakan tulang tengkorak Tulang tengkorak akan dapat nertahan


kraniotomi pada cairan saline dalam lingkungan cairan sailine normal
normal steril

Bantu ahli bedah dalam Saat ahli bedah mealukan manipulasi


melakukan manipulasi traksi traksi tengkorak, perawat ikut membantu
tengkorak agar dapat terlaksana akses bedah yang
optimal

Siapkan alat bedah saraf Bedah saraf bisanya menggunakan alat


mikroskopik bedah mikroskopik yang akan

30
mempermudah ahli bedah dalam
melaksanakanintervensi. Perawat
membantu mengatur alat agar mudah
diakses ahli bedah

Bantu ahli bdeah dalam -prosedur penutupan jaringan dilkukan


melakukan penutupan jaringan setelah tujuan pembedahan sudah selesai
pada kepala dilaksanakan. Penutupan dilakukan lapis
demi lapis sesuai arean atau raingan yang
telah dilakukan pembedahan

-perawat intrumenmenurunkan risiko


cedera dengan mempersiapkan dan
memilih saran penjahitn dan
memperhatikan ketajaman jarum jahit
memilih benang jahitan yang sesuai yang
akan dijahit dan kondisi atau kelayakan
intrumen agar jerusakan jaringan dapat
minimal

Lakukan perhitungan jumlah Perhitungan yang tepat akan mencegah


kasa dan instrumen yang telah tertinggalnya kasa pada area bedah
digunakan sehingga menurunkan resiko cedera pada
pasien

Bersihkan area bedah dan tutup Sebelum areanbedag bekas darah dan
luka bedah lainnya didesinfeksi dan dibersihkan
perawat menganfgkat duk dan penutup
luka dengan kasa dan diplester secara
keseluruhan.

Rapikan dan bersihkan intrumen Intrumen dibersihkan di tempat


pembersihan denganair yang

31
mengalir.perawatmemberikna
seluruh bagian instrumen dari sisa
pembedahan. Intrumen yang telah
dikeringkan kemudian dipaketkan untuk
distreilkan kembali

Lakukan dokumentasi Catatan kperawatanintraoperatif diisi


intraoperatif lengkap sebelum pasien dipindahkan
keruang pulih sadar agar asuhan
keperawatan yang diberikan
bekesinambungan.

F. Dokumentasi perawatan intraoperative

Dokumentasi pada perawatan intraoperatif meliputi: jenis prosedur


operasi, waktu masuk, waktu anestesi, jenis anestesi dan insisi. Selain itu dicatat
pula restrain yang digunakan, alat pengontrol suhu dan alat pemantauan, adanya
alergi, serta medikasi yang diberikan. Dokumentasi ini juga meliputi lokasi drain,
kateter, balutan, total masukan dan keluaran,, jaringan yang diangkat, status
isolasi, dan klasifikasi luka. Dokumentasi ini juga meliputi kondisi pasien ketika
akan keluar dari kamar operasi, keadaan sirkulasi, keadaan insisi, nama anggota
tim pembedahan dan lain-lain.

G. EVALUASI

1. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room

a) Pasang pengaman pada tempat tidur.

b) Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.

c) Beri O2 sesuai program.

d) Observasi adanya muntah.

e) Catat intake dan output cairan.

32
Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :

a) Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.

b) Tanda-tanda vital harus stabil.

c) Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.

d) Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.

e) Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.

f) Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan
dilaporkan.

g) Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.

h) Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk


kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit
dimana pasien akan dipindahkan.

i) Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk
menyiapkan dan menerima pasien tersebut.

2. P engangkutan Pasien ke Ruangan

Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain
:

a) Keadaan penderita serta order dokter.

b) Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.

c) Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah
sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan
sewaktu-waktu terlihat

33
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi / bekas organ yang
karena proses pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya,
sehingga organ tersebut dapat mengalami gangguan ) jinak maupun ganas, yang
tumbuh di otak meningen dan tengkorak. oleh karena itu penderita tumor otak
datang dengan berbagai gejala yang membingungkan, maka diagnosis menjadi
sukar. Tumor otak dapat terjadi pada semua umur, tidak jarang menyerang anak-
anak di bawah usia 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada orang dewasa
selama dekade kelima dan keenam.

Tindakan bedah Intrakranial atau disebut juga kraniotomi, merupakan


suatu intervensi dalam kaitannya dengan masalah-masalah pada Intrakranial.
Artinya kraniotomi dilakukan dengan maksud pengambilan sel atau jaringan
intrakranial yang dapat terganggunya fungsi neorologik dan fisiologis manusia
atau dapat juga dilakukan dengan pembedahan yang dimasudkan pembenahan
letak anatomi intrakranial.

B. SARAN

Tumor otak memiliki banyak klasifikasi. Klasifikasi yang mungkin paling


mudah dipahami adalah klasifikasi menurut kernahan dan sayre, di mana diberi
nama sesuai dengan nama sel yang terserang, baik sel pada susunan saraf orang

34
dewasa, pada pembuluh darah maupun pada gangguan perkembangan
(kongenital).

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Tutu April.2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Selemba Medika.


Editor: Aklia Suslia

Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8. Buku 3. Indonesia: Media Edukasi. Editor: Aklia Suslia, dkk.

Mutaqin, Arif dan Kumala Sari.2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep,


Proses, dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika. Editor: Yayuk Hartanti

Tarwoto, dkk.2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Perarafan.


Jakarta: CV. Sagung Seto

http://dokumen.tips/documents/pathway-tumor-otak-okdoc-55c8074e3f32a.html

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35597-
Kep%20Neurobehaviour-Askep%20Tumor%20Otak.html#popup

https://id.scribd.com/doc/124742717/Pathway-Tumor-Otak-OK-doc

35

Anda mungkin juga menyukai