Anda di halaman 1dari 41

‫بسم ال الرحنم الرحيم‬

STRATEGI DAKWAH ISLAAMIYYAH


DI TENGAH-TENGAH PROBLEMATIKA UMAT
Oleh: Aas Ahmad Hulasoh, S.Pd.I.

A. Pendahuluan
Kehadiran muslim di tengah-tengah masyarakat pada hakikatnya adalah bertugas
untuk melanjutkan dan menyampaikan tugas para Nabi, terutama menyampaikan risalah
Islaamiyyah yang diajarkan oleh nabi kita tercinta, Muhammad saw. Seluruh
pengamalan dan penyampaian risalah ini harus ditujukan semata-mata mengharap ridha
Allah SWT.
Apabila seluruh gerak dan tingkahlaku ditujukan demi menggapai ridha-Nya
maka semuanya akan bernilai ibadah. Sedangkan ibadah merupakan kewajiban sepanjang
hayat sebagai tugas terciptanya kita di dunia ini. Firman Allah:

56 ‫الذاريات‬ – ‫س إللن لليميقعبتتدقولن‬


‫م‬ ‫ن‬
‫ق‬ ‫ت اقللننم موا قل‬
‫ل‬ ‫مومماَ مخلمق ت‬
Artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku.” (Q.S. Adz-Dzaariyaat, 51:56)

Ibadah memiliki makna yang sangat luas dalam ajaran Islam, ia mencakup seluruh
aspek kehidupan, bahkan al-Qur’an mencantumkan 275 kata ibadah dalam berbagai
bentuk kalimah, baik yang berupa isim maupun yang berupa fi’il. Ibadah dalam ajaran
Islam ada yang bersifat khusus berupa ritual-ritual yang selanjutnya disebut ibadah
mahdhah dan yang bersifat umum berupa amaliah sosial yang selanjutnya disebut ibadah
ghoir mahdhah. Oleh sebab itu tepatlah apabila ibadah didefinisikan sebagai berikut:

‫ل ل ل‬ ‫لي لباَمتلثمياَلل أموالميلرله واجتلنمياَ ل ل ل‬


‫ل‬ ‫ل ل‬
‫ب نميمواهقيه موالقمعمميلل بمياَ أمذمن بليه النشياَلر ت‬
ُ،‫ع‬ ‫م م ق‬ ‫ب إلملي ا ق‬
‫القعمباَمدةت هيمي التنيمقير ت‬
َ‫صيةت ممياَ محيندمدهت النشياَلرعت لقفييمهيا‬ ‫ل ل‬ ‫مولهمي معاَنمة مومخاَ ن‬
‫ُ مفاَلقمعاَنميةت تكيرل معمميلل أمذمن بليه النشياَلرعت موا قم‬،‫صيةة‬
‫لاَ ن‬

‫ت‬ ‫ت ومكيلفنياَ ل‬
‫ت ممقصوصاَ ل‬ ‫ل‬ ‫ل ل ل‬
‫تق م‬ ‫بتقزئنياَت مومهقيمئاَ م ق‬

1
Artinya:
“Ibadah adalah taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan melaksanakan
perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya, dan mengaalkan sesuatu yang
diizinkan Allah. Ibadah itu ada yang umum dan ada yang khusus, yang umum adalah
segala perbuatan yang diizinkan Allah, sedangkan yang khusus ialah apa-apa yang
ditetapkan Allah mengenai perincian-perincian, keadaan-keadaan, dan tatacara yang
tertentu.”

Dari pengertian tersebut bisa dipahami bahwa totalitas kehidupan kita untuk
beribadah kepada Allah SWT, baik dalam urusan agama maupun dalam urusan dunia, dan
inilah pemahaman tentang ibadah yang sesungguhnya. Manusia harus mengikhlaskan
agamanya bagi Allah, melaksanakan sungguh-sungguh peraturan Allah dalam pelbagai
aspek kehidupan, baik sebagai individu atau sebagai anggota masyarakat. Firman Allah:

208 ‫البقرة‬ – ‫ميَاَأميَيرمهاَ النلذيَقمنم آممنتوا اقدتخلتقوا لف السسقللم مكاَفنة‬


Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya...”
(Q.S. Al-Baqarah, 2:208)

Syeikh Abul A’la al-Maududi berkata:


“ Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk masuk ke dalam Agama Islam
secara keseluruhannya, keseluruhan hidup sehingga tidak ada satu aspek jua pun yang
keluar dari ajaran Agama Allah. Maka jangan ada sebagian kehidupan yang keluar dari
ubudiyyah, hendaknya manusia mengukur segala urusannya dengan hukum Allah,
hendaknya manusia memilih cara dan peraturan yang telah ditetapkan Allah dan tidak
memilih dan mengikuti sistem dan hukum buatan manusia. Inilah pengertian ubudiyah
yang ditetapkan Allah dan kita seluruhnya diperintahkan untuk mendakwahkannya
kepada seluruh umat manusia, baik muslim atau bukan, agar dapat menerima,
mengimani dan meyakinkannya.” (Al-Maududi, 1981:11)

Sebagai hamba Allah seluruh muslim memiliki kewajiban seperti yang dikatakan
oleh Al-Maududi di atas, yakni beribadah dengan ubudiyyah yang kaaffah dalam segenap
aspek kehidupan, karena memang sudah merupakan titah Allah atas seluruh mukallaf dan
selanjutnya seluruh muslim haruslah menyampaikan dan menyebarkan ajaran Islam
kepada yang lain, baik kepada yang muslim maupun kepada non muslim, karena Islam
turun untuk seluruh umat manusia bahkan menjadi rahmatan lil ‘aalamiin.
Adapun tugas menyampaikan risalah Islaamiyah demi melanjutkan perjuangan
para nabi dan rasul, khususnya Nabi Muhammad saw adalah kewajiban yang tidak boleh
dihindari, Nabi saw pernah menyuruh umatnya agar menyampaikan apapun yang datang

2
dari beliau walaupun satu ayat saja, sedemikian pentingnya sehingga tugas ini
memerlukan kiat-kiat dan strategi-strategi tertentu agar ajaran Allah dan Rasul-Nya bisa
bermuara di seluruh hati manusia. Inilah yang disebut dengan dakwah.
Inilah tugas mulia yang diemban seluruh umat Islam dalam menyampaikan risalah
Allah SWT di muka bumi ini, berdakwah dalam arti mengajak seluruh umat manusia agar
beribadah kepada Allah Yang Esa dan mewujudkan penghambaan yang sebenarnya dalam
seluruh rangkaian kehidupannya.
Akan tetapi, usaha berdakwah di zaman sekarang tidaklah mudah apalagi
dihadapkan pada problematika umat yang sangat kompleks diiringi dengan krisis
multidimensi yang berakibat negatif pada kehidupan umat manusia dan dipengaruhi oleh
hambatan-hambatan serta tantangan-tantangan yang muncul dari faktor internal dan
eksternal umat Islam masa kini. Seorang da’i memerlukan serangkaian bekal yang
memadai, sejak bekal kepribadian yang harus dimiliki serta bekal pengabdian sejak teori
dakwah, metodologi dakwah, teknik dakwah, dan pengalaman berdakwah yang cukup
agar tujuan dan sasaran dakwah bisa terwujud dengan sebaik-baiknya.
Dalam tulisan ini penulis berharap bisa memberikan solusi kepada umat Islam
dalam melakukan upaya berdakwah dengan berbagai strategi dan ikhtiyar di tengah-
tengah problematika umat Islam yang sangat kompleks itu.

B. Dakwah (Seputar tentang Pengertian, Sasaran, Tujuan, Proses, Anasir, dan


Keharusan Berdakwah)

Pengertian Dakwah
Dakwah secara lughowi memiliki pengertian ajakan, permohonan, dan do’a.
Adapun pengertian dakwah secara istilah, penulis mengutip dari tulisan Prof.
H.M.Arifin, M.Ed. yang menjelaskan bahwa dakwah mengandung pengertian sebagai
suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang
dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha memepengaruhi orang lain baik secara
individual maupun kelompok agar supaya timbul dalam dirinya – (orang lain itu – pen) -
suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama
sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur paksaan.
Dengan demikian – (kata beliau – pen) – maka esensi dakwah adalah terletak pada
ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan, serta bimbingan terhadap orang lain untuk
menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya –

3
(pribadi yang menjadi objek dakwah – pen) sendiri, bukan untuk kepentingan juru
dakwah/juru penerang, (Arifin, 1991: 6).
Ternyata upaya berdakwah itu tidak dengan lisan dan kata-kata saja, termasuk
tulisan dan tingkah laku yang dilakukan bahkan apapun amaliyah hidup harus merupakan
rangkaian dari usaha dalam berdakwah.
Akan tetapi dalam upaya berdakwah, khususnya di negeri kita ada suatu
kenyataan yang perlu diperhatikan oleh para petugas bimbingan/pembinaan hidup
beragama, khususnya mereka yang disebut juru penerang atau dakwah Agama, adalah:
 Corak kemajemukan (pluralitas) masyarakat Indonesia sebagai suatu bangsa
adalah ke-bhinekaan dalam beberapa aspek kehidupan yang meliputi pandangan
hidup (filsafat), sosio-kultural, agama, suku, bahasa, politik dan sebagainya.
 Tendensi (kecenderungan) perkembangan masyarakat yang banyak dipengaruhi
oleh kemajuan teknologi modern serta oleh ide modernitas yang telah mulai
menjiwai trends pembangunan nasional ke arah apa yang disebut perubahan
sosial (social change) di mana nilai-nilai kebudayaan dan agama kita cepat atau
lambat harus dapat secara normatif kultural mengontrol serta menjiwainya.
 Corak kehidupan psikologis masyarakat modern (maju) dan yang belum modern
mengandung ciri-ciri yang menuntut sistem pendekatan yang berbeda satu sama
lain. Semakin modern suatu kehidupan masyarakat maka semakin kompleks pula
kehidupan psikologisnya dan semakin banyak menuntut sistem pendekatan yang
bersifat antar ilmu dengan dilatar belakangi dengan prinsip-prinsip pandangan
psikologis yang dalam dan luas.

Sasaran Dakwah
Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, bila dilihat
dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah
terdapat pelbagai permasalahan yang menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah perlu
mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut:
 Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis
berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di
daerah marginal dari kota besar.
 Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur
kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.

4
 Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial
kultural berupa golongan Priyayi, Abangan, dan Santri. Klasifikasi ini terutama
terdapat dalam masyarakat di Jawa.
 Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat di lihat dari segi tingkat
usia berupa golongan Anak-anak, Remaja dan Orang tua.
 Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi
okupasional (profesi atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman,
buruh, pegawai negeri (administrator).
 Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup
sosial-ekonomis berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.
 Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin
(sex) berupa golongan wanita, pria dan sebagainya.
 Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus berupa
golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narappidana dan
sebagainya.
Bila dilihat dari kehidupan psikologis masing-masing golongan masyarakat
tersebut di atas memiliki ciri-ciri khusus yang menuntut kepada sistem dan metode
pendekatan dakwah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sistem pendekatan
dan metode dakwah dan penerangan yang didasari dengan prinsip-prinsip psikologis yang
berbeda merupakan suatu keharusan bilamana kita menghendaki efektivitas dan efisiensi
dalam program kegiatan dakwah dan penerangan Agama di kalangan mereka.

Tujuan Dakwah
Adapun tujuan program kegiatan dakwah dan penerangan Agama tidak lain
adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang agama.
Oleh karena itu ruang lingkup dakwah dan penerangan Agama adalah
menyangkut masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang
bersifat positif dalam segala lapangan hidup manusia sesuai faktor situasi dan kondisi
yang ada.
Adapun faktor situasi dan kondisi tersebut banyak menyangkut kepada masalah
kecenderungan, keinginan, kemauan/kehendak, perhatian, minat, perasaan, dan segala
aspek kejiwaan yang mengandung tendensi perkembangan dalam lapangan hidup ma-
nusia, seperti instink curiosity (naluri ingin mengetahui hal-hal yang belum tahu), instink

5
reproduction (naluri untuk menghasilkan kembali), instink construction (naluri suka
membangun), instink gregarious (naluri untuk berkumpul/berorganisasi), instink
acquisition (naluri untuk mencari/memperoleh segala yang dibutuhkan) dan sebagainya.
Semua kemampuan dan tendensi kejiwaan tersebut dirangsang dan digerakkan ke
arah tujuan dakwah/penerangan Agama tersebut di atas. Semua ini dapat memberikan
landasan dan pedoman kepada metodologi dakwah, karena metodologi baru dapat efektif
dalam penerapannya bilamana didasarkan atas kebutuhan-kebutuhan hidup manusia.

Interaksi dan Komunikasi Sosial dalam Proses Berdakwah


Pada bagian ini yang menjadi rujukan adalah Firman Allah yang artinya:
"Dan hendaklah ada di antara kamu sekalian sebagian orang yang mengajak kepada
kebaikan dan menyuruh kepada perbuatan yang ma 'ruf dan mencegah dari perbuatan
yang mungkar; Mereka adalah orang-orang yang beruntung". (All 'Imran: 104).

Firman Allah di atas merupakan landasan daripada proses kegiatan dakwah dan
penerangan Agama yang harus dilaksanakan dalam masyarakat pelbagai lapisan. Di
dalam proses kegiatan dakwah/penerangan Agama itu terdapat beberapa faktor pedagogis
yang menyebabkan kegiatan dakwah dan penerangan tersebut dapat berlangsung dengan
baik.
Faktor-faktor tersebut adalah menyangkut hal-hal sebagai berikut:
 Pelaksana dakwah/penerangan agama yang disebut juru dakwah atau juru
penerang agama. Di dalam masyarakat kita terkenal dengan sebutan para
muballigh. Faktor ini merupakan kuncinya dakwah/penerangan agama, oleh
karena ia bagaikan orang yang memegang alat dakwah. Ditangannya
dakwah/penerangan memperoleh keberhasilan atau kegagalan. Oleh karenanya
dalam faktor ini terdapat ciri-ciri serta persyaratan-persyaratan psikologis yang
sangat kompleks bagi pelaksana yang sekaligus menjadi penentu dan pengendali
sasaran dakwah/penerangan agama tersebut.
 Obyek atau sasaran dakwah yang berupa manusia yang harus dibimbing dan
dibina menjadi manusia beragama sesuai dengan tujuan dakwah. Obyek tersebut
dilihat dari aspek psikologis memiliki variabilitas (kepelbagian) yang luas dan
rumit, menyangkut pembawaan dan pengaruh lingkungan yang berbeda yang
menuntut pendekatan berbeda-beda.
 Lingkungan dakwah adalah suatu faktor yang besar pengaruhnya bagi
perkembangan sasaran dakwah baik berupa individu maupun berupa kelompok
manusia serta kebudayaan.

6
 Alat-alat dakwah atau disebut juga media dakwah adalah faktor yang dapat
menentukan kelancaran proses dakwah/penerangan agama. Faktor ini kadang-
kadang disebut dependent variables artinya dalam penggunaannya atau
efektivitasnya bergantung pada faktor lainnya, terutama orang yang
menggunakannya. Namun kegunaannya bisa polypragmatis (kemanfaatan
berganda) atau monopragmatis (kemanfaatan yang tunggal) dalam rangka
mencapai tujuan dakwah/penerangan agama.
 Tujuan dakwah/penerangan agama adalah suatu faktor yang menjadi pedoman
arah proses yang dikendalikan sccara sistematis dan konsisten.
Namun dalam prosesnya faktor-faktor tersebut diperlukan adanya sistem interaksi
dan komunikasi yang mantap dan terarah secara sistematis dan konsisten, sehingga
terbentuklah pola hu-bungan yang bersifat interaksional (saling pengaruh mempengaruhi
antara satu faktor dengan yang lainnya) yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Di dalam sistem hubungan tetsebut terkandung intinya dakwah/penerangan agama


yaitu proses belajar-mengajar yang ditunjang/dikembangkan melalui motivasi individual
dan sosial/kelompok. Motivasi tersebut diperbesar kedayagunaannya melalui api yang
disebut interaksi dan komunikasi sosial.
Dalam hubungannya dengan proses belajar-mengajar ini tidaklah salah bila dikatakan
bahwa Man is essentially motivated animal (Manusia itu pada hakikatnya adalah makhluk
yang perlu didorong dengan motivasi).

7
Anasir Dakwah
Dalam ilmu dakwah terkandung berbagi macam unsur yang perlu kita pahami,
dengan memahami unsur-unsur tersebut maka seorang da’i dapat melakukan metode
dakwah yang sesuai untuk direalisasikan. Berdakwah bukanlah suatu hal yang mudah,
tanpa kita mengetahui kultur dan budaya di suatu daerah yang akan kita dakwahi sangat
mustahil kita akan sukses semaksimal mungkin. Juga kita harus dapat membuat metode
dakwah yang sesuai dengan situasi/kultur masyarakat itu sendiri.
Dalam melaksanakan dakwah kita juga memerlukan seorang pemimpin yang akan
memberi tuntunan dan pengetahuan agar proses dakwah dapat berjalan secara baik. Dan
kegiatan dakwah dapat berjalan dengan baik bila setiap anggota dakwah dapat berlaku
taat dan patuh terhadap seorang pemimpin.
Anasir dakwah yang akan dijelaskan berikut diambil dari pembahasan Dr. Irwan
Priyito (bagian 13:2002) yang memaparkan anasir dakwah (unsur-unsur dakwah)
berdasar QS. Yusuf, 12: 108. Firman Allah:

‫ل ي مومميياَ أمنيمياَ لم يمنم‬


‫صيييقرلة أمنيمياَ وم يلنم اتنيبيعلنقي وس يبحاَمن ا ل‬ ‫لي أمقدعييوق إلمل ي ا ل‬
‫ل ي علمييىَ ب ل‬ ‫ق‬ ‫قتيل ه يلذله س يلبيقل‬
‫ق‬
‫م م مم م م م ت م‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫م‬ ‫ق‬
‫ل‬
108 ‫يوسف‬ ‫القتمقشلرك م‬
–‫ي‬
Artinya:
“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Kandungan ayat ini kemudian diuraikan oleh ulama sebagai manhaj dan unsur
dakwah. Kata “Qul” yang mengawali ayat ini bermakna “katakanlah!”. Namun dalam
dakwah, kata ini merupakan “Syar'iyyah al-da'wah” atau syariat/ cara/ manhaj
berdakwah. Kemudian Allah SWT menyebutkan “haadzihii sabiilii” yang bermakna “ini
adalah jalanku”, dalam konteks da’wah mempuyai arti sebagai “risaalah al-da 'wah”
(misi dakwah) yang menunjukan pentingnya jalan dakwah. Adapun “Ad'uu” mempunyai
makna “aku menyeru” adalah tugas dakwah yang sifatnya terus menerus, karena ayat ini
adalah fi'il mudhari’ yaitu kata kerja yang berlaku untuk hari ini, esok, dan masa yang
akan datang. Oleh karena itu, dakwah dapat diartikan sebagai “al-harakah al-
mustamirrah” yakni pergerakan yang berkelanjutan. Kata “Ilallaah” artinya “kepada
Allah”, memberikan makna “al-ghaayah al-shaahiihah” yaitu tujuan akhir yang benar,
karena tujuan dakwah hanya kepada Allah saja, bukan kepada golongan atau individu.

8
Selanjutnya kata “'alaa bashiirah” memiliki arti “sesuai penglihatan rohani” yang
menjabarkan bahwa dakwah harus berjalan berdasarkan manhaj yang jelas. “Ana”
artinya “saya”, saya yang dimaksud adalah Muhammad saw. hal ini berarti “saya” yang
berfungsi sebagai al-qiyaadah al-mukhlishah (pemimpin yang ikhlas). “wa man
ittaba’anii” (dan orang yang mengikut saya) adalah al-jundiyyah al-muthii’ah (pasukan
yang patuh ). Kemudian “subhaanallaah” menunjukan totalitas dalam penyerahan diri
kepada Allah, dan yang terakhir dalam “wa maa ana min al-musyrikiin” yang
merupakan pernyataan tauhid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyampai
dakwah haruslah memenuhi syarat sebagaimana terkandung pada ayat tersebut dan
dilakukan dengan tujuan yang benar berdasarkan manhaj yang benar. Tugas dakwah
harus dipikul oleh pimpinan yang ikhlas dan diikuti oleh pengikut yang ta’at yang
senantiasa berdakwah di atas rel tauhid.
Islam mewajibkan kepada muslim yang berdakwah agar bergerak dan berusaha
dalam mewujudkan nilai-nilai Islam. Untuk mencapai tuntutan tersebut diperlukan suatu
kegiatan yang dilakukan secara bersama dan terkoordinasi yaitu al-‘amal jama'i. Tujuan
dakwah yang benar adalah kepada Allah saja dan tentunya dapat dicapai dengan adanya
pelaksanan secara terencana dan bersama-sama. Dan dalam pelaksanaannya harus
mengikuti bagaimana Nabi saw dan para sahabatnya berdakwah.
Tuntutan dakwah dalam mencapai tujuan tidak akan tercapai hanya dengan cara
al-'amal al-jama'i saja tetapi juga harus memiliki al-minhaaj al-waadhih (pedoman yang
jelas) dan kegiatan dakwahnya harus sesuai dengan manhaaj tersebut. Minhaaj dakwah
akan terlaksana dengan adanya pemimpin yang ikhlas dan anggota yang taat. Dalam hal
ini Imam Hasan Al-Banna mengatakan bahwa dengan mengkaji ulang seluruh organisasi
atau bangsa-bangsa, akan diperoleh kenyataan bahwa asal keberhasilan, kebangkrutan,
dan pembangunanya ialah dengan adanya manhaj tersebut. Mereka tidak pernah jemu dan
terus menrus berusaha mencapai tujuanya serta taat kepada pemimpinnya. Demikian pula
langkah dakwah Islamiyyah pertama dibawa oleh Rasulullah saw sesuai dengan watak
gerakan tersebut. Sesungguhnya Allah SWT telah meletakan manhaj tertentu untuk
Rasulullah saw bersama jamaah pertamanya dalam dakwah. Pertama kali bersama
sahabatnya melancarkan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Kemudian diikuti dengan
dakwah secara terbuka dan menjalankannya secara disiplin.
Dakwah tidak akan mungkin berjalan tanpa pimpinan yang mengatur segala
kegiatannya, menentukan tujuan, sasaran dan sarananya, menggawasi serta mengontrol
pelaksanaan programnya. Sedangkan dalam beberapa hal yang memerlukan penjelasan

9
dapat merujuk pada pimpinan tersebut. Pimpinan juga berfungsi menghilangkan dan
menyelesaikan segala permasalahan yang muncul termasuk terjadinya perselisihan. Oleh
karena itu anggota dakwah haruslah taat dan mengikuti petunjuknya, mendukung dan
meluruskan perjalanan dengan cara memberi sarana atau musyawarah. Dakwah tidak
akan bernilai jika pimpinannya tidak berwibawa dan tidak ditaati oleh. Jika pimpinan
dakwah tidak ditaati maka apapun program tidak akan mencapai tujuan.
Selain pemimpin yang kuat dan anggota yang berkualitas maka diperlukan juga
manhaj yang jelas. Manhaj yang jelas ini berisikan misi dan tujuan dakwah dan beberapa
prinsip dakwah lainnya. Dakwah tidak boleh keluar dari kerangka manhaj Islam yang
benar. Manhaj dalam dakwah berorientasi kepada prinsip Islam yang dilandasi dengan
aqidah asasi seorang muslim yang mengenal siapa Penciptanya yang menentukan apapun
tentang dirinya, misinya dan hidupnya.
Ijtihad yang muncul dalam dakwah, dibenarkan apabila masih dalam lingkup
minhaaj Islam. Minhaaj dakwah berpijak kepada prinsip-prinsip Islam yaitu manhaj
rabbani, manhaaj yang sempuma, manhaaj yang melakukan perubahan, manhaaj yang
spesifik dan manhaaj yang membewa pesan Islam.
Untuk lebih lengkapnya memahami anasir dakwah ini telah penulis uraikan
sebelumya bahwa dalam Al-Qur'an Surat Yusup ayat 108 terdapat beberapa anasir atau
komponen dakwah yang mengambarkan metode dakwah. Beberapa anasir ini dapat
dilihat di bawah ini:
a. Qul (katakanlah!) - Syar'iyah Al-Dakwah (Syari’at Dakwah)
“Qul” adalah suatu syari’at yang berasal langsung dari Allah dan Rasul-Nya.
Perintah atau aturan yang disebutkan setelahnya adalah suatu yang perlu diperhatikan
karena di dalamnya terdapat sesuatu yang penting bagi kita. Dalam ayat tersebut
dijelaskan bahwa jalan dakwah harus mempunyai beberapa unsur, yaitu: pemimpin,
pengikut, tujuan, manhaj, serta sikap.
b. Haadzihii sabiilii (Ini Adalah Jalanku) - Risalah Al-Da’wah (Misi Dakwah)
"Inilah jalanku", merupakan pesan dakwah. Dakwah yang dilakukan Nabi adalah
jalan yang harus dilalui setiap muslim. Karena dakwah itu sendiri merupakan amanah
yang harus ditunaikan. Namun demikian, dakwah yang dikehendaki Islam adalah dakwah
yang utuh dalam arti sebuah sistem dari beberapa unsurnya.

10
c. Ad'uu (Aku Menyeru) -Al-Harakah Al-Mustamirrah (Pergerakan yang
Berkelanjutan)
“Ad'uu” artinya "Aku menyeru". Di dalam kalimat ini perlu diperhatikan kalimat
ad'uu yang merupakan fi'il mudhari’ (present continous tense). Artinya, kalimat ini
berlaku sekarang dan seterusnya di masa datang. Dengan pengertian ini, dakwah adalah
aktivitas atau gerakan yang terus-menerus yang tidak berhenti dalam keadaan apapun;
baik susah maupun senang. Dakwah tidak mengalami libur, cuti, diam, dan istirahat.
Dakwah harus berjalan terus. Dakwah yang terus berlangsung merupakan keharusan
dakwah Islam. Siapa yang ingin megikuti jalan ini harus menjalani kehidupannya sebagai
kehidupan dakwah. Oleh karena itu, bila dakwah terus berjalan maka tidak mungkin
muncul pemandulan dakwah. Karena dakwah akan memperoleh hasil, walaupun berjalan
perlahan.
d. IlaIIaah (kepada Allah) - Al-Ghaayah Al-Shahiihah (Tujuan Akhir yang Benar)
Dakwah Ilallaah adalah dakwah yang mempuanyai tujuan hanya kepada Allah.
Bila dakwah tidak bertujuan kepada Allah, maka dakwah tersebut telah salah tujuan serta
menyimpang. Contohnya adalah dakwah yang mengajak kepada golongan (jamaah)
tertentu atau kepada pribadi (syakhshiyyah) tertentu saja, tetapi dakwah membawa
manusia kejalan yang benar yaitu jalan Islam (Allah). Karena jamaah ataupun
syakhshiyyah hanyalah wasilah dakwah. Sedangkan nilai yang harus disampaikan adalah
nilai-nilai Islam. Selain itu, dakwah ilallaah ialah dakwah yang mengajak mad'u untuk
selalu dekat dengan Al-Qur'an dan Sunnah sehingga mereka mencintai dan membelanya.
e. 'Alaa Bashiirah (Sesuai Pengiihatan Rohani) - al-Minhaaj al- Waadhih
(pedoman yang jelas)
Dakwah yang kita lakukan harus berdasarkan keterangan yang jelas, petunjuk
yang benar, serta panduan yang lengkap. Al-Qur'an dan Al-Sunnah adalah rujukan dan
panduan utama dalam berdakwah. Bashiirah artinya berasal dari Islam. Dengan
demikian, dakwah harus berdasarkan al-minhaaj al-waadhih (panduan yang jelas}.
Beberapa contoh manhaj yang jelas dalam dakwah adalah dakwah yang di sampaikan
dengan hikmah, hasanah (baik), dan dilakukan dengan mengikuti marhalah dari berbagai
wasilah yang dapat diterima oleh mad'u.
f. Ana (Saya)- al-Qiyaadah al-Mukhlishah (Pemimpin Yang Ikhlas)
Satu anasir penting yang tidak boleh dilupakan dalam dakwah adalah adanya
pemimpin. Pemimpin adalah orang yang memimpin organisasi (jamaah) berserta
pengikutnya. Ciri utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam berdakwah

11
adalah ikhlas. Dengan keikhlasan,pemimpin dapat membawa jamaah dengan baik walau
menemui banyak godaan, tantangan, serta cobaan yang datang dari dalam maupun dari
luar.
Dengan landasan ikhlas, maka pemimpin dapat menerima kenyataan yang terjadi
dalam medan dakwah serta dapat meyelesaikan setiap permasalahan dengan baik. Sedang
pemimpin yang tidak ikhlas akan membawa pengikutnya kepada kepentingan pribadi dan
hawa nafsu saja.
g. Wa man Ittaba'anii (Dan Orang-orang Yang mengikuti Saya) - Al-Jundiyyah Al-
Muthii'ah (Pasukan Yang Patuh)
Pemimpin yang ikhlas harus diikuti oleh anggota yang taat (al-jundiyyah al-
muthii'ah). Karena pengikut yang tidak taat akan menghambat bahkan menggagalkan
proses dakwah, bahkan dapat menghancurkan dakwah itu sendiri. Kehadiran,
keterlibatan, serta partisipasi yang kurang dari seseorang anggota dalam dakwah adalah
ciri ketidaktaatan kepada pemimpin. Karena itu, pengikut yang tidak taat harus tetap
diarahkan untuk mengerjakan program-program gerakan dengan selalu menasehati dan
jika perlu memberikan sangsi yang mendidik.
Dakwah dengan program yang baik, sasaran yang jelas, serta didukung oleh
sarana yang cangih dapat meminimalisir rencana makar sekalipun sehingga tidak akan
begitu berpengaruh andaikata terdapat pengikutnya tidak taat.
h. Subhaanallaah (Maha Suci Allah) -al-tajarrud (Menyerahkan Diri Kepada Allah
Secara Totalitas)
Memahasucikan Allah adalah sikap tajarud yang harus menjadi pedoman pengikut
ataupun pemimpin dakwah. Pelaku dakwah harus senantiasa mensucikan Allah dengan
perbuatan, pemikiran, dan akhlaknya. Dengan membebaskan diri dari kejahiliahan,
kekotoran, kemusyrikan, dan kebatlian, dan segala bentuk dosa, maka langkah menuju
keberhasilan dakwah akan segera terwujud. Bila kita senantiasa mensucikan Allah, maka
Allah akan menolong dan membela kita.
i. Wa Maa Ana Min al-Musyrikiin (Saya Tidak Akan Syirik)- Al-Tauhiid
(Mengesakan Allah)
Pelaku dakwah harus mentauhidkan Allah saja. Di antara bentuk tauhid adalah
meninggalkan segala bentuk pengabdian kepada selain Allah dan menegakkan segala
bentuk tingkah laku yang Islami. Tauhid akan memberikan pengaruh yang demikian
tinggi kepada semua aspek kehidupan dan akan mewarnai pemikiran, akhlak, dan ruhani
seseorang dengan Islam.

12
Keharusan Berdakwah
Telah penulis uraikan pada bagian pendahuluan bahwa tugas menyampaikan
risalah Islaamiyah demi melanjutkan perjuangan para nabi dan rasul, khususnya Nabi
Muhammad saw adalah kewajiban yang tidak boleh dihindari, Nabi saw pernah
menyuruh umatnya agar menyampaikan apapun yang datang dari beliau walaupun satu
ayat saja, sedemikian pentingnya sehingga tugas ini memerlukan kiat-kiat dan strategi-
strategi tertentu agar ajaran Allah dan Rasul-Nya bisa bermuara di seluruh hati manusia.
Inilah yang disebut dengan dakwah.
Diantara yang menjadi dalil keharusan berdakwah dan langkah-langkah idealnya
adalah Firman Allah di dalam QS. Yusuf, 12:108) yang telah penulis urai sebelumnya
pada bagian anasir dakwah. Firman Allah:

‫ل ي مومميياَ أمنيمياَ لم يمنم‬


‫صيييقرلة أمنيمياَ وم يلنم اتنيبيعلنقي وس يبحاَمن ا ل‬
‫ل‬ ‫ل‬ ‫قتيقل ه يلذله مس يلبيقل ق‬
‫لي أمقدعتييوق إلمل ي ال ي معلمييىَ بم م م م م م م ت ق م‬
‫ل‬
108 ‫يوسف‬ ‫القتمقشلرك م‬
–‫ي‬
Artinya:
“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Dalam ayat ini Allah SWT memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya


bagaimana cara berdakwah untuk mengajak manusia kembali kepada agama yang haq
(benar). Orang yang berdakwah hendaknya mengerti dan mengetahui benar apa yang
didakwahkannya, serta yakin akan kebenarannya. Hal ini merupakan syarat mutlak di
dalam dakwah.
Dalam ayat ini tegas ditunjukkan bahwa da'i hendaknya menunjukkan dengan
jelas arah yang seharusnya ditempuh oleh mad'u 'alaihi yang membawa kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat.
Jalan yang harus ditempuh itu hendaknya benar-benar berdasarkan hujjah yang
nyata dan keyakinan yang benar yang sudah diteliti kebenarannya tanpa diragukan oleh
Da'i. Orang yang telah yakin akan kebenaran petunjuk itu, wajib mempertahankan
keyakinannya untuk menyebar luaskan ajaran itu. Hal ini hanya dapat dilaksanakan oleh
orang-orang yang mengerti, kaum ulama yang telah mendalami isi petunjuk itu.
Yang dimaksud dengan ulama, ialah orang-orang yang tidak keluar dari al-Qur’an
dan Sunnah Rasul serta mengamalkan petunjuk itu. Mereka inilah terutama yang wajib

13
menyebarluaskan petunjuk itu, karena mereka telah dapat berjalan menurut petunjuk
Allah.
Selanjutnya diperintahkan pula agar orang-orang yang mengajak pada jalan Allah
menyatakan dengan tegas bahwa Allah Maha Suci dari Syirik, tiada sekutu bagi-Nya.
Hendaknya benar-benar bersikap dan beri’tiqad mengesakan Allah dengan menunjukkan
dalil yang jelas. Perbuatan seperti ini adalah jalan yang ditunjukkan para Rasul, dan para
Rasul ini diutus untuk keperluan itu.
Dalil lain yang menerangkan keharusan berdakwah adalah Firman Allah di dalam
QS. An-Nahl, 16:125 sebagai berikut:
‫ل‬ ‫ل‬
‫ك لباَقللقكمميلة موالقممقولعظميلة اقلممسينملة مومجياَدقلتقم بلياَلنلتق هيمي أمقحمسيتنم إلنن مربين م‬
‫ك تهيمو‬ ‫تاقدعت إلمل مسلبيقلل مربيس م‬

125 ‫النحل‬ – ‫ضنل معقنم مسلبيقللله موتهمو أمقعلمتم لباَلقتمقهتملديَقمنم‬


‫أمقعلمتم لبمقنم م‬
Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Nabi-Nya untuk mengajak manusia
kepada agama Allah dengan jalan yang baik. Dakwah ini diarahkan untuk kebahagiaan
manusia. Orang yang benar-benar berusaha memperoleh petunjuk Allah dan memperoleh
keuntungan dan kebahagiaan hidup karena ajakan itu, sedang orang yang luput dari usaha
itu akan rugi dan celaka.
Da'wah ini hendaknya diarahkan pada jalan Allah, yaitu Islam, dilaksanakan dengan:
 Bijaksana, berdasarkan dalil yang jelas dan tegas, tidak me-ngandung syubhat.
Cara seperti ini akan etektif dilakukan kepada orang-orang khusus yang selalu
berusaha mencari hakekat ajaran Islam.
 Nasihat yang baik, pembicaraan dengan ibarat yang bermanfa'at dan memberikan
kepuasan, sehingga orang yang diajak bicara itu benar-benar mengerti akan
maksud, manfa'at dan tujuan pembicaraan itu. Cara seperti ini akan efektif bagi
orang awam yang selalu mencari keterangan yang konkrit dan ieladan yang nyata.
 Da'wah dengan jalan mengadu argumentasi, menunjukkan mana yang lebih baik
dan lebih kuat. Ini berarti bahwa mengadu argumentasi ini dilaksanakan dengan
jalan lemah-lembut, halus, sehingga padamlah nyala api yang batil.
C. Problematika Umat Islam Masa Kini

14
Berdasar tarikh Islam bahwa dakwah dan ajakan kepada agama yang hak akan
berhasil dengan sempurna apabila yang diajak meninggalkan agama nenek moyang
mereka yang batil. Meninggalkan kepercayaan nenek moyang akan menimbulkan reaksi
dari orang-orang yang tidak menghendakinya. Mereka akan membenci para pengajak
kebenaran, bahkan akan mencaci-maki, memukul atau membunuhnya. Dalam sejarah
perkembangan dakwah Islam terlukiskan betapa perlakuan dan penganiayaan kaum
musyrikin Quraisy terhadap Rasulullah s.a.w. dan para shahabatnya. Namun Allah SWT
telah menunjukkan mana yang batil dan mana yang benar, sehingga Rasulullah sendiri-
pun selamat dari gangguan mereka.
Apabila seorang da'i atau mubauigh mengalami penganiayaan, hendaknya tabah
rnenghadapinya tiada berhenti da'wah sekalipun harus menempuh jalan yang rumit. Lihat
Q.S.16:126! Allah memerintahkan hamba-hambaNya untuk tetap dakwah dengan
bertindak adil dan penuh kesadaran. Janganlah mencoba melebihi haknya sendiri tapi
membalas setimbang dengan perlakuan yang mereka terima dari kaum musyrikin.
Sekiranya mereka disiksa, balaslah tanpa melebihinya dan tidak berbuat zhalim. Berbuat
zhalim dilarang oleh syari'at Islam, tapi justru hendaknya bertindak adil yang
menunjukkan derajat kesempurnaan akhlak.
Sejarah telah membuktikan bahwa dakwah selalu dihalang-halangi oleh berbagai
tantangan dan ancaman baik dari faktor eksternal maupun faktor internal. Terlebih lagi
realitas umat Islam kontemporer, tentunya problematikanya semakin kompleks.
Pada bagian ini penulis akan mengutip tulisan yang disusun oleh Tim Mentoring
FKDK-G (Forum Komunikasi Dakwah Kampus se-Garut) yang memberi uraian secara
khusus tentang problematika Umat pada buku Al-Islam cetakan tahun 2001 pada bab 6
halaman 76 - 85. Karena itu penulis akan memberikan sinopsisnya sebagai berikut:
“Realitas kontemporer umat Islam saat ini sangat terpuruk dalam sejarahnya.
Umat Islam kehilangan kebanggaan akan peradabannya dan menjadi pengekor
setia peradaban Barat. Bangsa Barat sendiri saat ini sedang mengalami
kebimbangan akan peradabannya. Hal ini terwakili oleh pendapat John Poustar
Dallas, mantan menteri luar negeri Amerika Serikat dalam tulisannya “War or
Peace” (Perang atau Damai) menceritakan tentang kebangkrutan peradaban
Barat.
Kebangkrutan ini mendorong timbulnya krisis keyakinan, kebingungan yang
menyerang pikiran manusia, dan erosi kejiwaan yang melanda Barat secara besar-
besaran. Penyebabnya menurut ilmuwan Perancis, Alexis Karel dalam bukunya
“Manusia itu Misterius” adalah karena peradaban Barat dibangun tanpa
mengindahkan tabi’at atau karakter manusia sama sekali. Padahal peradaban itu
dibangun untuk manusia (Tafsir Islam Atas Realitas, Muhammad Quthb).
Dr. Kasis Karl, seorang filosof besar dan peraih nobel, dalam bukunya
“Manusia, Itulah Kebodohannya”, mengatakan,”Peradaban Barat hanya

15
berorientasi pada benda-benda mati dan tidak memberikan manusia haknya.
Peradaban Barat telah memperbodoh manusia, anugerah hidup, kemampuan-
kemampuan, serta kebutuhannya.”
Sayangnya umat Islam asyik ma’syuk terjebak candu peradaban Barat dan
menutup mata bahwa Islam pernah jaya dan menjadi rujukan pembangunan
peradaban dunia. Saat bangsa eropa abad pertengahan mengalami masa krisis
“The Dark Middle Age” dan Islam datang menyelamatkan dunia dengan
peradaban yang dibawanya.
Secara umum ada dua faktor penyebab kemerosotan umat Islam dewasa ini, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor Internal, menurut DR. Yusuf Qardhawi dalam bukunya “Ainal Khalal”
menuliskan ada delapan hal problema yang berasal dari dalam diri umat Islam
sendiri. Dan akan kami ringkas menjadi 3 (tiga) hal, yaitu:
 Umat Islam lupa akan dirinya. (Lihat Q.S. Ali Imran, 2:110 dan Q.S. Al-
Hasyr, 59:19)
 Dilihat dari kemajuan materi. Umat Islam masih bergantung pada bangsa
lain, karena baru merupakan konsumen yang akhirnya dijajah segi
ekonominya.
 Umat Islam menyia-nyiakan kekuatannya, kekuatan yang dimaksud adalah
kekuatan akal, amal, ekonomi, tenaga, dan spiritual.
Rahasia dari keterbelakangan umat Islam saat ini terletak pada pemahaman umat
yang salah terhadap konsep Islam.
Faktor Eksternal, faktor ini lebih diakibatkan oleh adanya konspirasi
(persekutuan) internasional yang sangat kuat dan menjadikan Islam sebagai lawan
bersama yang harus dihadapi. Mereka menyusun langkah-langkah strategis dan
terprogram dengan rapi beserta tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Konspirasi
internasional itu adalah kekuatan bangsa Yahudi, Nasrani, dan musyrikin.
Diantara kutipan perlawanan mereka sebagai berikut:
 Nixon pernah berkata untuk menghadapi Islam, maka pertentangan
Amerika dan Rusia harus segera dihilangkan.
 Willy Claes (mantan sekjen NATO) menyebutkan bahwa Islam adalah
satu-satunya musuh Barat setelah Uni Soviet tumbang.
 Simon Perez mengatakan bahwa setelah komunisme runtuh,
“Fundamentalisme Islam” adalah satu-satunya bahaya terbesar.
Langkah mereka dalam menghancurkan Islam diantaranya sebagai berikut:
a. Menghancurkan Khilafah Islamiyah Turki Utsmani dan
menghancurkan persatuan umat Islam.
b. Memusnahkan Al-Qur’an (ajarannya – pen) dan membuat umat
Islam ragu akan agamanya.
c. Merusak akhlak dan ibadah yang berhubungan dengan Allah.
d. Membangun sistem politik di dunia Islam.
e. Merintangi umat islam untuk maju dalam industri dan tetap
menjadikan mereka sebagai konsumen.
f. Merusak moral wanita dan menyebarluaskan penyelewengan sex
melalui media informasi dan seni.
Kunci sukses Yahudi dalam mengembangkan ideologi Zionismenya yang
dicetuskan oleh Theodore Herzl (Yahudi Austria) tahun 1897 ini menurut
Shlomo Avineri dalam bukunya “The making of Modern Zionism” (Basic Books,
1981) karena Herzl menguasai benar senjata terpenting abad XX, yaitu media
massa, lobi, dan public relations.”

16
Demikian sinopsis yang menunjukkan betapa beratnya problematika umat Islam
pada zaman sekarang dan memang seperti itulah realitas objektifnya. Bahkan penulis
akan memperkuat realitas umat saat ini dari penjabaran Muhammad Quthb (1994:9)
sebagai berikut:
“Seseorang tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengetahui realitas umat
Islam dan krisis yang melanda mereka dewasa ini. Karena kondisi dan krisis yang
mereka alami saat ini tergolong paling buruk dalam rangkaian panjang sejarah mereka.
Sehingga umat Islam dililit kebodohan, bahkan disekeliling mereka muncul bermacam-
macam perilaku jahiliyah modern.
Ketertinggalan umat Islam dalam bidang politik, militer, ekonomi, sosial, ilmu
pengetahuan, material, pemikiran, seta moral ternyata semakin tampak ketika
berhadapan dengan kekuatan internasional. Bahkan, negara-negara kecil dan ringkih
disekitarnya, seperti negara-negara Afrika sekalipun, berani mengintervensi dan
menggerogoti wilayah negeri mereka.
Lenyapnya pemikiran serta ruh agama dari umat Islam menyebabkan mereka
berpandangan bahwa kebodohan lebih utama sehingga Islam pantas ditinggalkan untuk
kemudian mengikuti kebodohan tersebut. Sebab, menurut mereka, Islam adalah agama
yang terbelakang dan mundur.”

Itulah realitas umat Islam saat ini, kita bisa melihat apa yang terjadi di Timur Tengah
tentang ketidakmampuan Bangsa Arab dalam melawan rencana-rencana Israel malah
justru Bangsa Arab berseteru dengan saudaranya sendiri, terjadi pertumpahan darah
dalam satu negeri, padahal dilihat dari kuantitas sebagian besar mereka adalah umat Islam
hanya saja mereka kurang bersatu, bahkan mungkin juga “takut”.
Bahkan Muhammad Quthb (1994:12-21) mengisyaratkan beberapa faktor
penyebab kemunduran umat Islam. Diantara intisari yang akan penulis tuturkan dari
penguraian beliau adalah sebagai berikut:
 Umat Islam tidak komitmen terhadap ajarannya sendiri dan terjadi kesalahan
dalam pemahaman agama, seperti aqidah qodho dan qadar yang semestinya
menjadi doktrin yang melahirkan daya dorong untuk bekerja dan beraktivitas
dalam hidup ini – sambil bertawakkal kepada Allah – telah menjadi doktrin
fatalistis, pesimistis, dan antroposentris (serba manusia) di sisi lain. Dan tidak
seimbangnya antara masalah duniawi dan ukhrowi
 Perang intelektual.
 Perang informasi
 Usaha kafir, yang garis besarnya: (a) gerakan salibisme dan zionisme dalam 3
abad; (b) masalah Palestina dan Israel; (c) penghancuran sistem hukum Islam di
daerah-daerah Islam; (d) membuat lembaga pendidikan yang menggunakan pola

17
pikir mereka; (e) menguasai negeri-negeri Islam dengan kekuatan militer dan
tidak henti-hentinya berusaha membuat konflik (adu domba).
Nabi saw bersabda:

‫ أملميقنم قللنيلة مقنيتنم‬: ‫ُ قيمياَلتقوا‬،َ‫صيمعتلمها‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫ك أمقن تتمداعمي معلمقيتكتم اقلتممتم مكمماَ تتمداعىَ اقلممكملة إلمل قم ق‬
‫يَيتقومش ت‬

‫ُ مومليميقن يلزمعننم‬،‫ بمقل أمنقيتتقم يَميقوممئليلذ مكلقثي يرر موللكنتكيقم غتثيمياَءر مكغتثيمياَلء النسيقيلل‬: ‫ل؟ِهل مقاَمل‬
‫يَيومئللذ يَاَ رسومل ا ل‬
‫مق م م م ت ق‬
َ‫ مومميياَ القيموقهتنم يَيميا‬: ‫ُ قميياَلتقوا‬،‫ص يتدقولر أمقع يمدائلتكقم مومليميق يلذفمننم ل قف ي قتيلتيقوبلتكتم القيموقهنم‬ ‫ل‬
‫التي مممهيياَبميتمتكقم م يقنم ت‬
‫ب الردنقيياَ ومكرالهيةت القمو ل‬
–‫ت‬ ‫ل‬
‫أخرجه أحمد وأبو داود‬
‫ تح ر م م م م م ق‬: ‫مرتسقومل ال؟ِهل مقاَمل‬
Artinya:
“Dikhawatirkan kalian nanti akan berkumpul seperti halnya mangsa yang terkumpul
dalam wadahnya (yang siap disantap siapapun). Para sahabat bertanya,’Apakah karena
minoritas wahai Rosululloh?’ Nabi menjawab,’ Tidak, bahkan saat itu kalian mayoritas,
akan tetapi kalian seperti buih ketika banjir, Allah benar-benar melenyapkan karisma
kalian dalam dada musuh-musuh kalian dan benar-benar mencampakkan ‘wahn’ pada
hatimu’ Para sahabat bertanya,’Apakah wahn itu ya Rosulalloh?’ Beliau
menjawab,’Cinta dunia dan takut mati.’ “ (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Bahkan ada catatan-catatan penting tentang usaha Barat terhadap negara-negara


berkembang. Jika di abad 15 hingga pertengahan abad 20, mereka menggunakan sistem
penguasaan wilayah untuk mendapatkan akses-akses ekonomi untuk kemajuan ekonomi
dalam negerinya. Dan untuk saat ini peran imperialisme diambil alih oleh perusahaan
atau institusi multinasional beserta aturan pendukung yang menjamin proses
neokolonialisme di bidang politik, ekonomi, dan budaya. Kesimpulan masalah ini sebagai
berikut:
 Di bidang politik. Paska runtuhnya Uni Soviet yang menandai berakhirnya era
perang dingin antara blok barat dan blok timur, gejala munculnya imperialisme
baru kian nampak. Akhirnya negara-negara berkembang yang menjadi budak
untuk kepentingan negara maju. Kita bisa melihat contoh kasus perang teluk,
tingkah laku Utara didalam hubungan-hubungan politik amat ditandai dengan
standar ganda. Bahkan untuk negeri-negeri muslim, sikap masa bodoh dan
membiarkan berbagai konflik berkembang menjadi kesan umum yang sulit
ditepis.

18
 Di bidang ekonomi. Khusus untuk negeri-negeri muslim, tekanan politik dari
Barat paska runtuhnya Uni Soviet terasa kian keras. Fathuddin Ja’far dalam
bukunya Dunia Islam Versus Tata Dunia Baru, (Khairu Ummah, 1994) merekam
beragam akibat dari uapaya Barat yang dimotori AS untuk merekayasa sebuah
dunia Islam yang mandul dan penurut terhadap kehendak Barat. Dan Indonesia
sebagai negeri berpenduduk muslim terbesar, juga merasakan akibat serbuan itu.
Martin Khor Kok Peng, mengulas adanya imperialisme perdagangan melalui
putaran Uruguay. Gerakan pasar bebas menuju imperialisme negara-negara maju
terhadap dunia ketiga. GATT yang menjadi wadah perdagangan dunia menjadi
wadah liberalisasi perdagangan untuk ekspansi berbagai perusahaan
multinasional.
 Di bidang budaya juga menampakkan gambar serupa. Dominasi dan aneksasi
budaya Barat yang dipenuhi dengan prinsip mesum dan cinta dunia mengalir
deras. Dunia hiburan seperti film selain penghasil devisa yang besar bagi negara
maju terutama amerika juga menjadikan tertanamnya citra Barat yang baik, lebih
unggul dan perkasa pada benak-benak manusia dunia ketiga.
Ketiga matra neo imperialisme itu, politik, ekonomi, dan budaya, kembali
menyungkurkan derajat manusia menjadi budak hawa nafsu negara-negara barat. (Ishlah,
no.46/Tahun III, 1995: 10 dan dengan penyaduran redaksi)
KH. Drs. Shalahuddin Sanusi pada pada Jurnal Gentra I (1996:14-15)
menerangkan kondisi permasalahan umat Islam saat ini. Menurut beliau bahwa berdasar
konsepsi Islam, orang-orang muslim seharusnya menjadi khoiru ummah, umat terbaik
dan berkualitas tinggi, dengan nilai-nilai nyata dalam wujud masyarakat (hayatun
thoyyibah), masyarakat yang maju dan sejahtera (QS. Ali Imraan:110 dan QS. An-
Nahl:97). Akan tetapi pada kenyataannya, keadaan orang-orang muslim masih jauh dari
derajat tersebut. Orang-orang Islam harus mampu memecahkan dan menanggulangi
masalah-masalah besar yang dihadapinya antara lain:
 Kebodohan. Hal ini karena sebagian besar umat Islam belum benar-benar
memahami ajaran agamanya. Demikian juga keterbelakangan dalam teknologi
dan kebodohan mengenai masalah-masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan
hidup yang menjadi hambatan kemajuannya.
 Isolasi (terpisahnya) ajaran-ajaran Islam dari kehidupan masyaraka, terutama
yang menyangkut tata kehidupan bermasyarakat dan pengaturan kesejahteraan
sosial serta kesejahteraan ekonomi, sehingga masyarakat tidak merasakan

19
kerahmatan Islam yang menjamin kehidupan yang sejahtera di dunia dan akhirat,
belum terlaksananya sebagian besar ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat
dikarenakan pelaksanaan dakwah Islam selama ini baru sampai pada taraf
kegiatan ta’liim (mengajar masyarakat), belum berlanjut kepada kegiatan tadbiir
(menata dan mengurus kehidupan masyarakat).
 Kemiskinan dan ketergantungan, dikarenakan keterbelakangan ilmu dan
teknologi, kurangnya inovasi, kreativitas, keterampilan, pembinaan (tadbiir),
pengalaman dan kegotongroyongan (ke-jama’ah-an) dalam usaha mewujudkan
kesejahteraan bersama, sehingga ekonomi umat Islam makin terdesak dan
tersisihkan.
 Perpecahan (disintegrasi) umat, terutama perpecahan di antara para pemimpin
umat dan di antara lembaga-lembaga perjuangan umat. Kalaupun tidak dikatakan
berpecah, maka tidak dapat juga dikatakan bersatu. Sebab yang dikatakan bersatu
itu, bukan tidak ada pertentangan tetapi menuntut adanya kerjasama, tolong
menolong (ta’awun), kegotongroyongan dan senasib sepenanggungan (takaafu
al-ijtimaa’i). Termasuk dalam pengertian berpecah adalah terputusnya hubungan
(komunikasi) antara pemimpin dengan sebagian besar umatnya, antara pemimpin
dengan pemimpin, organisasi dengan organisasi, dan antara daerah dengan daerah
Menurut Shalahuddin, kelemahan-kelemahan tersebut, telah mengakibatkan orang
Islam mengalami kemunduran yang tidak berdaya dalam sosio kultur maupun dalam
sosio ekonominya, terutama dalam menghadapi era globalisasi. Dalam sosio kultural
telah terjadi benturan antara nilai-nilai Islam yang selama ini berlaku dengan budaya
sekuler yang melanda sampai ke perkampungan orang Islam, yang menyebabkan erosi
kebudayaan. Dalam sosial ekonomi, orang Islam sedang mengalami hantaman dan
tekanan dari sistem ekonomi liberal dan konglomerasi yang didukung oleh kekuatan
ekonomi global, yang memojokkan orang Islam pada peranan sebagai konsumen perahan,
buruh dan kuli, sera menyedot potensi modal dan kekayaan (properties)nya, sehingga
berjalanlah proses pemelaratan umat.
Pendapat-pendapat para tokoh Islam di atas, yakni Dr. Yusuf Qardhawi,
Muhammad Quthb, KH. Shalahuddin Sanusi, dan lain-lain, menurut hemat penulis semua
pendapat dan analisa mereka itu saling menguatkan dan saling melengkapi. Penulis juga
berpendapat bahwa dari seluruh pendapat tersebut, ada satu bahan pemikiran dan
kenyataan bahwa problematika umat saat ini dipengaruhi oleh permasalahan yang muncul
dari umat Islam sendiri (internal) dan permasalahan yang datang dari luar umat Islam

20
(eksternal). Hanya penulis yakin apapun masalahnya, baik internal maupun eksternal,
maka yang harus lebih dahulu ditekankan dan dibenahi adalah masalah internal umat
Islam. Mengapa demikian? karena bagaimanapun kuatnya segala bentuk pengaruh
eksternal kalau di dalam internal umat Islam segala sesuatunya telah mampu
ditanggulangi dan seluruhnya komitmen terhadap Islam dan lebih mencintai Allah dan
Rasul-Nya, serta sistem jama’ahnya sudah kuat bahkan mampu mewujudkan wahdatul
ummah maka usaha kafir dan musyrikin yang datang dari eksternal umat Islam dengan
segala bentuk cara, upaya, dan tipudaya akan sia-sia belaka. Hal tersebut penulis
sandarkan pada sejarah Rosulullah saw dan semua sahabatnya, mereka begitu taat dan
setia membuktikan keteguhan imannya, melakukan ubudiyyah yang kaaffah dan selalu
komitmen terhadap Rosulullah saw sehingga meskipun bertubi-tubi diteror dan disakiti
oleh pihak Kafir, mereka rela berkorban, baik jiwa, harta, dan apapun yang dimiliki asal
keimanan, keislaman dan akhlak mereka tidak berubah, justru semakin dalam usaha dan
siasat orang-orang kafir terhadap mereka maka ketaqwaan mereka kepada Allah semakin
tinggi menjulang berkat penanaman keimanan dan keyakinan yang teguh dan istiqomah
serta militant, meyakini datangnya pertolongan Allah SWT, meyakini seluruh janji dan
ancaman-Nya, dan tidak gentar oleh apapun kecuali hanya takut kepada-Nya,
mengharapkan pertemuan yang indah dengan-Nya dan mendapatkan Ridha-Nya..
Setelah mencermati pendapat para ahli tentang problematika umat Islam secara
keseluruhan di seluruh penjuru dunia, tentunya sebagai muslim Indonesia harus
mengetahui tentang kenyataan umat Islam Indonesia yang mayoritas itu. Bagaimanakah
keadaan umat Islam Indonesia? Dan apakah memiliki problem yang sama seperti yang
dialami oleh umat Islam di negeri yang lain? Jika ada problematikanya, maka problem-
problem itu jika dianalogikan dalam dunia kedokteran adalah ibarat penyakit dan
tegaknya ajaran Islam adalah kesembuhan yang dicari, dan upaya penyembuhan harus
dilakukan oleh seorang dokter dengan mendiagnosa penyakit itu sebaik mungkin dan
menemukan asal penyakitnya, maka dengan cara itu mengobati suatu penyakit akan lebih
mudah, efektif, dan efisien. Demikian juga keberhasilan dakwah harus didukung oleh
kemampuan dalam mengetahui dan menyelesaikan permasalahan umat masa kini.
Umat Islam nusantara merupakan aset terbesar dalam mewujudkan negeri kita
sebagai “Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur” termasuk dalam mewujudkan segala
tujuan nasional serta upaya reformasi di segala bidang baik dari segi sosio kultural
maupun sosio ekonomi. Optimalisasi jama’ah dan peran sertanya merupakan faktor
pendukung utama dalam mewujudkan kemajuan di segala bidang.

21
Akan tetapi, sejarah panjang umat Islam di negeri kita seiring pula dengan
perkembangan Islam di negeri-negeri lain, umat Islam negeri kita pada saat ini
mengalami keterpurukan dengan berbagai faktor penyebab yang tidak berbeda dengan
yang telah penulis urai sebelumnya dari.pendapat-pendapat para ahli dan ditambah
penyebab-penyebab lain sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi di negeri kita ini.
Sejak masuknya agama Islam dan proses Islamisasi kemudian masuk ke zaman
penjajahan selama 350 tahun khususnya oleh Belanda dan Jepang termasuk masa
pergerakan kemerdekaan yang selama periode itu negeri kita menjadi makanan empuk
penjajah sedemikian rupa sehingga penindasan hak azasi manusia, adu domba, dan
penyebaran agama yang sistematis disertai usaha pengkaburan prinsip ajaran Islam sudah
menyentuh hampir semua lapisan masyarakat saat itu. Kemudian memasuki zaman
kemerdekaan di masa orde lama dan orde baru hingga datangnya masa sekarang ketika
orde reformasi digulirkan telah mewujudkan sejarah dengan berbagai dinamika umat
Islam dengan situasi pasang surut yang memerlukan kembali sejenis kajian ulang dan
studi sejarah yang akurat dikarenakan adanya sejenis rekayasa sejarah dan pemutar
balikan termasuk usaha yang selalu dilakukan oleh para orientalis dan missionaries
seperti Snouck Hourgranye dan Van Der Plas, juga usaha golongan komunisme dan
nasionalis sekuler, juga termasuk usaha-usaha pengkaburan agama seperti yang dilakukan
oleh golongan Islam liberal-sekuler, golongan kejawen, dan munculnya para nabi palsu
dan aliran sesat baik aliran sesat yang muncul di dalam negeri maupun yang berasal dari
luar negeri seperti gerakan Ahmadiyyah, dan tidak kalah penting adalah bentuk-bentuk
konflik yang berbau SARA, ….semua ini telah memberikan “potret umat” yang lucu dan
menggelikan dan mungkin tegasnya adalah “memprihatinkan”. (- Silakan untuk mengkaji
salah satu buku karangan Dr. Kuntowijoyo yang berjudul Paradigma Islam, penerbit
Mizan, agar bisa membaca keadaan umat Islam Indonesia secara lebih komprehenship
dari zaman ke zaman – pen.)
Berdasarkan pemaparan di atas salah satu penyebab problematika umat saat ini
adalah akibat imperialisme dan kolonialisme yang pernah mendera bangsa kita. Selain
akibat imperialisme, kolonialisme, dan usaha sistematis penjajah terhadap negeri kita
yang merupakan back ground sejarah yang tidak terbantahkan, penulis menyitir pendapat
Asep Supriadi, M.Ag. dalam sebuah tulisannya pada Media Pembinaan (Januari
2004:12) yang dikutip dari pendapat Janjam Erawan mengemukakan bahwa secara garis
besar tantangan umat Islam Indonesia masa kini dan pada masa yang akan datang dapat
diidentifikasikan kedalam empat hal berikut: Pertama adanya globalisasi dunia di

22
berbagai aspek, terutama globalisasi komunikasi dan informasi. Selain dampak positif
juga ada dampak negatif yang diakibatkan, misalnya sesuatu yang dulu dianggap pamali,
terlarang, bahkan haram, kini menjadi sesuatu yang dianggap biasa-biasa saja, seperti
minuman beralkohol, obat-obatan yang terlarang, free sex, prostitusi, homo sex, aborsi,
poliandri, dan pernikahan beda agama. Kejadian ini ditransformasikan dari Barat ke
negeri kita melalui globalisasi komunikasi dan informasi yang dahsyat melalui televisi,
internet, media cetak, dan media lainnya. Kedua, krisis multidimensional dalam segala
bidang membuat stabilitas negara kurang, pengangguran membengkak, anak jalanan
berjejer, pemutusan kerja semakin tajam, pendidikan yang semakin menyedihkan, dan
kekerasan terus berlangsung. Diperparah dengan bencana alam dan berbagai kecelakaan.
Pendeknya, integritas bangsa terancam. Ketiga, meski secara numerical prosentase
menunjukkan umat Islam Indonesia adalah mayoritas tetapi kualitasnya masih sangat
menyedihkan, sehingga selalu tertuduh dan tersudut. Keempat, adanya upaya gerakan
dajjalisme-zionis yang berusaha mengganggu keyakinan umat Islam.
Selanjutnya dalam tulisan Asep tersebut memuat pendapat Nurcholis Madjid yang
menuturkan sudah terdengar adanya ramalan yang bernada pesimis bahwa jika kita tidak
berhasil menjadi negara maju maka dalam waktu sekitar seperempat abad yang akan
datang, ketika seluruh bangsa Asia Timur telah menjadi negara industri, Indonesia tidak
lebih dari back yard (halaman belakang).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas penulis meyakini krisis multidimensi yang
terjadi di negeri kita hampir memporak-porandakan seluruh tatanan dan yang paling
memprihatinkan adalah terjadinya krisis dalam tatanan religius, akhlak, dan moralitas.
Penyakit masyarakat, minuman keras, narkoba, kriminalitas, dan sebagainya telah
merasuk ke desa-desa yang merupakan soko guru pemerintahan dan kerakyatan.
Fenomena tersebut sangat gampang untuk ditelusuri seperti munculnya warung-warung
kecil yang melakukan praktek prostitusi dan pemasaran narkoba yang meski ditutup-
tutupi tetapi sebenarnya sangat terang untuk disaksikan di berbagai pedesaan di negeri
kita. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah keadaan kebanyakan para pelajar,
mahasiswa, para pemuda, dan seluruh generasi muda yang seakan tidak peduli dengan
segala kebobrokan dan cenderung hidup dalam hedonisme (paham asal senang). Dan
apabila tidak diwaspadai seluruh penyakit ini adalah awal mula terjadinya disintegrasi
bangsa dan disintegrasi umat yang bisa terjadi di kemudian hari baik secara evolusi
ataupun secara revolusi.

23
Menurut data yang penulis terima, dari sekian manusia Indonesia yang mengalami
krisis keagamaan,akhlak, dan moralitas adalah dari kaum muda. Prof. Dr. H. Azrul
Anwar dalam sambutannya sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pada
tanggal 14 Agustus 2006 menguraikan temuannya sebagai berikut:
“Pelbagai laporan dan hasil penelitian menyimpulkan bahwa kehidupan kaum muda di
manapun di dunia, pada saat ini banyak menghadapi pelbagai tantangan. Untuk negara-
negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, karena terkait dengan kehidupan
sosial, ekonomi, dan politik bangsa yang tidak menentu, ditemukan jutaan kaum muda
tidak jelas masa depannya. Banyak diantara kaum muda pada saat ini tidak dapat
melanjutkan pendidikan karena berbagai alasan. Sementara itu sebagai akibat
kurangnya kegiatan pembinaan serta terbatasnya jumlah dan ragam wadah penyaluran
minat dan bakat kaum muda, menyebabkan banyak kaum muda terjerumus dalam
pelbagai tindakan kekerasan dan kesesatan. Jumlah kaum muda yang terlibat dalam
pelbagai kasus kriminal di Indonesia dari tahun ke tahun tampak meningkat dengan
tajam. Dari sekitar 3 juta pengguna obat terlarang (NAPZA), sekitar 50-75%
diantaranya adalah kaum muda. Setiap tahun diperkirakan terjadi sekitar 2,3 juta kasus
aborsi, dan sekitar 10% diantaranya dilakukan oleh mereka yang belum berkeluarga.
Dari sekitar 10% pelaku aborsi yang belum berkeluarga tersebut, 80-90% diantaranya
adalah kaum muda. Jumlah kaum muda yang melakukan hubungan seksual tidak sehat
juga tampak makin meningkat. Dampaknya terlihat dengan bertambahnya jumlah kaum
muda yang menderita penyakit kelamin. Dari sekitar 80.000-120.000 kasus HIV/AIDS
yang tercatat di Indonesia, sekitar 20-30% diantaranya adalah kaum muda. Sekitar 80%
penularan HIV/AIDS terjadi karena penggunaan jarum suntik pecandu narkoba yang
digunakan secara bersama, yang pelaku utamanya kebanyakan kaum muda. Peristiwa
kekerasan di antara kaum muda juga tampak makin sering ditemukan, begitu juga
perkelahian serta tawuran pelajar dan mahasiswa sering terjadi.”

Demikianlah data kebobrokan kaum muda pada tahun 2006, bagaimana keadaan
selanjutnya jika tidak segera ditanggulangi? Dan apa yang akan terjadi andai masalah ini
tidak segera dicermati, dicari solusinya, dan tidak diantisipasi dengan sesungguh-
sungguhnya? Penulis yakin hati kita sudah mengerti jawabannya.
Penulis melihat kenyataan bagaimana umat Islam terpecah belah karena adanya
politik kepentingan dan berfikir sectarian, yang menjadi agama adalah ormas dan partai,
dan yang menjadi tujuan adalah mendapatkan jabatan, uang, dan mungkin “wanita”.
Semua ini merupakan keadaan yang mungkin setiap hari kita dengar. Bagaimana kita
melihat ketidakmampuan kaum muslimin untuk menyelesaikan semua itu, meski para
da’i telah berusaha semaksimal mungkin melakukan upaya-upaya untuk mencari ikhtiar
menyelesaikan permasalahan umat dengan berbagai cara, akan tetapi upaya yang
dilakukan dengan permasalahan yang ada tidak sepadan, padahal konon umat Islam di
Indonesia merupakan mayoritas dari sisi kuantitas. Bagaimana umat Islam tidak mampu
memperjuangkan hukumnya sendiri di negeri ini, mungkin segalanya hanya sampai
seminar, simposium, lokakarya, kampanye dan yang sejenis itu tanpa mampu

24
mengejawantahkan dalam kenyataan. Belum lagi ditambah dengan adanya gerakan-
gerakan radikal yang bergerak dengan terror dan agitasi yang menurut hemat penulis
berjuang dengan cara itu hanya akan membuat potret umat semakin carut marut. Dalam
hal ini penulis tidak bermaksud menyudutkan pihak mana pun di negeri ini. Kurang
tegaknya kepastian hukum dan nilai-nilai keadilan, praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme) menjadi rahasia umum yang hampir terjadi di setiap lapisan dari tingkatan
yang lebih tinggi hingga yang terendah sekalipun, bahkan gejala perbedaan dalam
mendapat sangsi hukum antara yang berharta dengan yang tidak berharta atau
penyelesaian kasus hukum pembesar dengan rakyat kecil juga berbeda dan semua ini
sangat mungkin terjadi meski harus ditinjau dan diteliti lebih dalam lagi berdasarkan
fakta dan data, meskipun kita tidak boleh melupakan azas praduga tak bersalah dan
HAM, akan tetapi mungkin sudah kebablasan.
Di sektor lain hal yang sungguh memprihatinkan adalah bangsa kita menjadi
pengemis, baik di negerinya sendiri atau bahkan telah menggantungkan nasib bangsa dari
bantuan negara lain, bukannya tidak boleh, sah sah saja berbuat seperti itu, akan tetapi
menurut hemat penulis andai bangsa kita mampu menggali segala potensi yang ada, tidak
mustahil negeri kita akan menjadi bangsa yang mandiri dan bermartabat. Penulis
menemukan data lama bahwa sejak tahun 1986/1987 hingga 1995/1996 total defisit utang
luar negeri yang harus dibayar mencapai angka 50 triliyun rupiah, angka ini setara
dengan dana yang dibutuhkan untuk menggulirkan program IDT (sejenis program raksa
desa untuk saat sekarang-pen) untuk 20.000 desa selama 100 tahun. Bahkan tak hanya itu
lembaga-lembaga keuangan internasional semacam Bank Dunia dan IMF menjadi
mekanisme utama untuk model-model pembangunan paska kemerdekaan bagi negara-
negara Selatan termasuk Indonesia. Hal ini dilakukan bersamaan dengan mengalirnya
dana pinjaman yang terikat dengan berbagai kebijakan seperti liberalisasi impor,
mengarahkan ekonomi kea rah produksi ekspor dan terakhir memaksa negara-negara
bersangkutan untuk memotong anggaran belanja negaranya, termasuk subsidi bagi
kesejahteraan umum, pendidikan, dan pangan. (Ishlah, no.46/Tahun III, 1995:9 dengan
penyaduran redaksi). Bukankah negeri kita adalah hamba IMF?
Dan yang lebih aneh kebanyakan kita tidak peduli dan masa bodoh, barangkali
opini masyarakat adalah “INI SUDAH ZAMANNYA”. Dan bagi yang tak bisa berbuat
apa-apa dan yang lainnya yang hanya menjadi penonton setia hanya bilang “INI ZAMAN
EDAN”. Seolah diliputi oleh rasa apriori melihat masa depan apalagi ditambah dengan
keadaan alam yang kurang bersahabat dengan banyaknya bencana alam, maka

25
“LENGKAPLAH” krisis multidimensi di negeri kita. Kita telah menyaksikan bencana-
bencana besar baik bencana kemanusiaan dan bencana alam seperti tenggelamnya kapal
KM Senopati, jatuhnya pesawat terbang, tabrakan kereta api, peristiwa tsunami Aceh di
bulan Desember 2004, Lumpur Lapindo, banjir tahunan yang menimpa ibukota, longsor,
letusan gunung, gelombang pasang, banjir besar akibat meluapnya sungai Bengawansolo
yang menimpa daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dan lebih disayangkan bahwa
pemikiran sekuler telah membuat satu opini bahwa semua bencana ini terjadi hanya
akibat hukum alam saja bukan merupakan peringatan dari Allah SWT, mengapa Allah
dengan segala Kekuasaan dan Kehendak-Nya yang mutlak dan absolut sampai
dilupakan? Padahal semua ini terjadi atas kehendak-Nya atas penduduk bumi ini, dan
mungkin sebagai refleksi Murka-Nya atau ‘adzab-Nya. Na’uudzu billaahi min dzaalik.
Bencana-bencana di atas tidak sedikit menimbulkan masalah lingkungan dan
kemanusiaan, paska tsunami Aceh yang merupakan bencana nasional misalnya telah
menelan korban jiwa lebih kurang 100.000 orang, selain itu mengakibatkan rusaknya
infrastruktur dan perekonomian yang tidak sedikit, belum masalah rekonstruksi dan
restrukturisasi segala bidang dan penyelesaian masalah kemanusiaan, sudah barang tentu
membutuhkan biaya dan tenaga yang tidak sedikit.
Contoh lain bencana lumpur Lapindo telah membuat kehancuran yang tak
terperikan. Rumah, fasilitas sosial, pabrik, kantor, sawah ladang telah menjadi tumbal
lumpur panas tersebut, kita seperti melihat lost city, kota hilang. Ribuan penduduk
mengalami masalah kemanusiaan yang berat mulai dari masalah sandang, pangan, papan,
mata pencaharian, pendidikan, dan pekerjaan. Semburan Lumpur panas lapindo ini
berasal dari sumur pengeboran Lapindo Brantas di Banjar Panji I, Porong, Sidoarjo, Jawa
Timur, akibat kelalaian praktek pertambangan tersebut. Puluhan ribu masyarakat terusir
dari ruang hidupnya dan kerusakan lingkungan semakin parah tanpa menunjukkan tanda-
tanda terselesaikan hingga saat ini. Data tanggal 28 Mei 2007 menyebutkan kerugian
infrastruktur akibat semburan Lumpur panas ini telah mencapai 27,4 triliun. Berdasarkan
analisis data seismik, jika debit semburan sebesar 100 ribu m 3 per hari konstan dan
kondisi lainnya sama seperti saat ini, sementara total volume lumpur yang ada di
bawahnya mencapai 1.155 miliar m3,mungkin Lumpur di dalamnya baru bisa habis 31
tahun kemudian menurut data Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Inventarisasi
Sumber Daya Alam BPPT. Dan sangat disayangkan kasus lapindo ini penuh dengan
konspirasi. Demikian kesimpulan data yang penulis terima. (Sumber: Majalah Bad Magz
HQ)

26
Dan masalah lingkungan yang lain yang harus mendapat sorotan adalah tentang
pemanasan global (global warming). Pada tanggal 5 Juni 2007 , negara-negara di dunia
memperingati Hari Lingkungan Hidup dan diadakan konfrensi perubahan iklim di Nusa
Dua Bali Indonesia. Pemanasan global berakibat pada perubahan iklim (Climate change)
sebagai akibat industrialisasi dan pola hidup konsumtif di hampir seluruh negara, dan
ditambah perusakan lingkungan oleh ulah manusia seperti Illegal logging dan
dibangunnya pabrik-pabrik industri, gedung-gedung, mall dan sarana lain yang menyeret
wilayah hutan atau pesawahan, di negeri kita bukan hal aneh ketika banyak hutan yang
terbakar sampai ratusan titik api yang asapnya mengganggu penduduk hingga ke luar
negeri dan menyebabkan penyakit pernafasan. Jelas semua ini menimbulkan problem
lingkungan dan kemanusiaan yang sulit ditangani. Diantara akibat global warming adalah
gletser Gunung Himalaya yang mencair, melelehnya es di kutub selatan, dan mencairnya
es di kutub utara menjadi sebab planet ini akhirnya penuh bencana banjir dan badai besar
(el nino) terjadi di seluruh negara, meningkatnya cuaca yang sangat ekstrim termasuk di
negeri kita, kota-kota yang dulunya dikenal sejuk dan dingin kian hari bertambah panas.
Meningkatnya suhu ini menimbulkan makin banyaknya wabah penyakit endemik “lama
dan baru” yang merata dan terus bermunculan dan mengakibatkan tingkat kematian yang
cukup signifikan; seperti leptospirosis, demam berdarah, diare, malaria, kerusakan organ
hati, jantung, stroke dan sebagainya sebagai akibat menipisnya lapisan ozon dan
tingginya polusi sehingga temperatur bumi sangat panas. Belum lagi Jakarta dan
beberapa kota lainnya terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Dan
diramalkan 80% spesies tanaman dan binatang akan punah dalam satu abad mendatang;
musim kemarau dan musim hujan yang sangat singkat disertai intensitas hujan yang
tinggi disertai badai dan banjir telah menyebabkan gagal panen dan krisis pangan.
(Sumber: Majalah Bad Magz HQ)
Dengan demikian krisis multidimensi dan dilengkapi dengan bencana alam jelas
akan membuat problematika umat semakin kompleks, hanya saja berapa persenkah
diantara penduduk Indonesia yang kurang lebih 220 juta jiwa yang menyadari segala
bentuk problematika ini? Sampai kapankah wahai saudaraku akan tergugah hati nurani
untuk secara bersama mencari solusi dan menyelesaikan semua krisis ini? Semoga Allah
SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amien.
Mungkin terjadinya semua krisis ini karena kita sebagai anak bangsa yang
mayoritas muslim telah mengebaikan nilai-nilai ketimuran bangsa kita atau spesifiknya
“prinsip-prinsip dan nilai-nilai ajaran keislaman”. Bangsa kita telah berubah menjadi

27
bangsa yang “tuturut munding” (ikut-ikutan) dan kurang memiliki rasa percaya diri. Rasa
tidak “pede” yang terjadi disebabkan bangsa kita dihinggapi penyakit psikologis yang
dalam istilah psikologi disebut penyakit “Imperiority compleks”.Meski di balik itu besar
harapan bangsa Indonesia untuk terlepas dari segala keterpurukan, dan kembali ke masa-
masa gemilang, di saat negeri ini sebagai negeri yang gemah ripah repeh rapih loh jinawi.
Hanya saja untuk mencapainya memerlukan sikap yang utuh dari anak bangsa untuk
secara bersama membangun “rumah” kita yang mengalami “kerapuhan”.
Di bawah ini penulis mengutip sabda-sabda Rosul saw untuk menjadi renungan
kita umat Islam Indonesia.Dalam sebuah hadits Rosul saw bersabda:

‫ابن أبى الدنيا‬ – ‫ف معملىَ أتنم ل قت أمقن يَمقكثتيمر فلقيلهتم القمماَتل فمييمتممحاَمستدقومن مويَميقتمتللتقومن‬
‫ف مماَ أممخاَ ت‬
‫أمقخمو ت‬
Artinya:
“Hal yang paling aku takutkan pada umatku adalah banyaknya harta pada mereka lalu
mereka saling mendengki dan berbunuhan.” (HR. Ibnu Abid Dunya)

Sabda Rosul saw:

‫الطبرانى‬ – ‫ت لف النسمساَلء‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬


‫ُ فملإنن أمنومل قفتينمة بمل قن إلقسمرائقيمل مكاَنم ق‬،‫مفاَتنيتقوا الردنقيمياَ مواتنيتقوا النسمساَمء‬
Artinya:
“...maka hati-hatilah kalian terhadap dunia, dan hati-hatilah terhadap wanita, karena
sesungguhnya fitnah pertama di kalangan bani Israil adalah fitnah tentang wanita.”(HR.
Thobroni)

Dalam sebuah khuthbahnya Rosul saw bersabda:

‫ف تميمرتكيقوهت موإلمذا‬ ‫ل‬ ‫ُ فملإنيمياَ أمهلمي ل ل ل‬،‫أمنمياَ بيعيد‬


‫ك النيذيَقمنم ميقنم قميقبلتكيقم أم ينتهيقم مكياَنيتقوا إلمذا مسيمرمق فقيلهيتم النشيلريَق ت‬
‫ق م‬ ‫مق ت‬

‫ت تممنملد‬
‫ُ والنلذي نميقفس تمنملد بليلدله لمو أمنن مفاَلطمةم بلقن ل‬،‫ضعليف أممقاَموا علميله اقلند‬
‫م‬ ‫مسمرمق فقيهتم ال ن ق ت ت ق م ق م م ق ت م م ق‬
‫لل‬

‫الحديث‬ - َ‫ت يَممدمها‬


‫ت لممقطمقع ت‬
‫مسمرقم ق‬
Artinya:
“Ammaa ba’du... sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kamu adalah apabila
orang-orang yang terpandang di antara mereka mencuri maka mereka biarkan, dan
apabila yang mencuri itu orang yang lemah maka mereka menegakkan had (sanksi
hukum). Demi Dzat yang Jiwa Muhammad ada dalam kekuasaan-Nya, andaikata
Fathimah putri Muhammad mencuri tentu akan aku potong tangannya.” (Al-Hadits)

28
D. Multi-strategi dalam menghadapi Problematika Umat Islam Masa Kini

Sebenarnya solusi yang akan penulis jabarkan dalam menghadapi problematika


umat tidak mungkin terwujud tanpa adanya kebersamaan antara para penguasa (umaro’),
ulama, masyarakat, dan seluruh pasukan pergerakan Islam (harokah Islaamiyyah), karena
merupakan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat dan jama’ah Islaamiyyah.
Dr. Yusuf Qardhawi dalam sebuah bukunya merumuskan 5 hal yang menjadi
titik tekan kebangkitan yang harus dilakukan, yaitu:
 Kebangkitan pemikiran, dalam arti membangkitkan seluruh kemampuan akal
dengan sebuah pemikiran bahwa Islam adalah Islam, kaum muslimin harus
mengikuti manhaj seperti pada masa nubuwwah, khulafaa’ al-Raasyidiin, masa
sahabat, dan para pendahulu.
 Kebangkitan perasaan dan emosi. Selain membangkitkan akal dan pemikiran juga
harus dibangkitkan hati nurani, perasaan, dan emosinya. Dan hal ini merupakan
kebangkitan keimanan, karena berpijak dari pemikiran bahwa potensi manusia
tergantung akal dan hatinya.
 Kebangkitan amal dan perilaku, maksudnya harus sesuai dengan tuntunan Islam.
 Kebangkitan peran wanita Islam.
 Kebangkitan pemuda.
 Kebangkitan global, dalam arti harus mendunia.
Selain 5 hal di atas untuk menghadapi kekuatan eksternal umat Islam haruslah
menguatkan pengorganisasian dan penguasaan kunci sukses abad XX bahkan masa
millennium ke-3 ini, yaitu media massa, lobbi, dan public relations. Penguasaan ketiga
hal ini adalah senjata terhebat dalam membuat opini publik. John Naisbit dalam bukunya
Mega Trend 2000 mengungkapkan bahwa orang rasional akan dapat berfikir menjadi
irasional ketika dibombardir oleh media massa secara intensif. (Tim Mentoring FKDK-G,
2001)
Realisasi untuk mewujudkan pola-pola membangkitkan umat Islam tersebut di
atas dari keterpurukan - )termasuk umat Islam Indonesia( – maka salah satu cara yang
dapat kita lakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sebab,
dengan kualitaslah kita akan mampu menerjemahkan dan membuktikan ajaran Islam
sebagai rahmatan lil ‘aalamiin. Dalam realitas kehidupan (perhatikan QS. 21:107). Dan
hanya dengan kualitaslah khoiro ummah dapat terbentuk (QS. 3:110), selain itu bisa
menjadi ummatan wasathan yang menjadi barometer umat yang a’laun umat yang paling
unggul (QS. 3:139). Peningkatan kualitas SDM ini melalui kualitas fisik, kualitas

29
intelektual, dan kualitas spiritual. Artinya sisi jasmaniah dihiasi kecerdasan otak dan
akalnya yang ditunjang dengan fisik yang sehat dan kualitas rohaniah/spiritual yang
dibuktikan dengan tingkat keimanan dan ketakwaan yang tinggi. Jika melihat konsep al-
Qur’an meningkatkan kualitas SDM ini dengan dua langkah. Pertama, penyuntikan dari
luar, yaitu usaha yang dilakukan secara individual, pemerintah, lembaga-lembaga sosial,
dan LSM untuk mengentaskan kemiskinan. Misalnya dengan perintah Zakat (QS. 9:103,
60), infak (QS. 2:26), dan yang lainnya seperti shadaqah (QS. 2:263) dan yang lainnya.
Kedua, motivasi dari dalam, yaitu memberi motivasi agar manusia dapat
mengembangkan produktivitas diri sendiri secara maksimal dengan memiliki karakter
SDM yang berkualitas tinggi. Hal lain yang menjadi pendukung adalah masalah
pendidikan, baik pendidikan formal, informal, ataupun non formal. (MP:Januari 2004)
Masalah pendidikan di negeri kita memerlukan proses islamisasi yang sangat jitu
yang dilakukan secara efektif dan efisien terutama yang dibawah naungan DEPAG RI,
sejak dari definisi pendidikan Islam, landasan hukum, tujuan dan sasaran Pendidikan
Islam, kurrikulum, materi dan kualitas bahan ajar, fasilitas infrastruktur dan suprastruktur,
guru-guru yang memiliki kompetensi dan professional, lingkungan, pokoknya pada
semua anasir pendidikan harus diupayakan untuk meningkatkan kualitas anak didik
dalam segi SDM-nya (khususnya keislamannya). Hal kecil yang paling memprihatinkan
dan menjadi sorotan keseharian penulis yang secara langsung mengajar/mendidik baik di
sekolah formal maupun pesantren adalah kemampuan baca-tulis Al-Qur’an yang terasa
sangat lemah di kalangan anak didik, juga pemahaman atas Bahasa Arab yang merupakan
bahasa Al-Qur’an, Al-Hadits, dan kutub al-Islaamiyyah yang lain, terutama karya-karya
klasik para ulama di segala bidang meski cukup banyak yang telah diterjemahkan. Pada
kenyataannya anak didik bahkan para mahasiswa banyak yang berbicara tentang Islam
tetapi dalam hal tulis baca dan pemahaman terhadap Al-Qur’an, Hadits dan dasar-dasar
Bahasa Arab sangat lemah. Dasar-dasar Bahasa Arab yang cukup berorientasi pada
kemampuan berbahasa baik dalam sisi mendengar, menulis, membaca, dan bercakap-
cakap sangatlah lemah, justru kalaupun ada kemauan yang lebih terlihat adalah keinginan
mempelajari bahasa ‘aamiyyah karena ada orientasi pekerjaan atau bisnis sedangkan
bahasa Fush-ha’ yang merupakan bahasa Al-Qur’an dan Hadits seolah dikesampingkan.
Apalagi memahami cabang-cabang ilmu Bahasa Arab seperti Nahwu, Sharaf, Balaghoh,
al-Qowafi wa al-‘Aruudh dan Linguistiknya sangatlah sedikit yang berminat, dengan
alasan klasik ‘Bahasa Arab itu susah dan menyeramkan’, tetapi memang untuk yang lebih
dalam lagi untuk mempelajari dan mendalami cabang-cabang Bahasa Arab ini cukup

30
dilakukan oleh mereka yang memiliki skill dan minat serta bakat tentang pendalaman
Bahasa Arab secara detail dan komprehensif, mengingat luasnya ilmu Bahasa Arab.
Alhamdulillah, di perguruan tinggi-perguruan tinggi kita, untuk Bahasa Arab ini telah
disediakan beberapa jurusan kebahasaan seperti pendidikan dan sastra Arab. Juga hal
positif perihal Bahasa Arab ini adalah dengan adanya pendalaman di dunia pesantren
meski ada perbedaan metode antara pesantren salafiyyah dengan pesantren ‘ashriyyah
(modern). Pendalaman di salafiyyah kebanyakan berupa kemampuan Nahwu, sharaf dan
balagoh tetapi kurang memberi praktek kebahasaan dalam segi berbicara, sedangkan di
pesantren modern lebih mengedepankan muhaadatsah akan tetapi agak lemah dalam segi
qowa’id. Adapun efek negatif dari lemahnya kemampuan baca tulis Al-Qur’an dan
Bahasa Arab adalah kenyataan yang akhirnya buku-buku dan materi-materi keagamaan
produk terjemahan atau non Bahasa Arab- yang terkadang dipengaruhi oleh unsur
subjektif pengarang di dalam penyampaian materi pada buah karya mereka, apalagi
karya-karya yang ditulis oleh para orientalis atau misionaris tentang keislaman-lebih
diminati dan dirujuk oleh anak didik atau sebagian mahasiswa dalam kajian agama,
meskipun cara seperti ini bukanlah satu kesalahan hanya saja kalau didukung oleh
kemampuan baca tulis Al-qur’an, Hadits, dan Bahasa Arab yang memadai, penulis yakin
umat Islam tidak akan tertipu oleh bahasa-bahasa “musuh” yang mengatasnamakan
Islam.
Inilah diantara hal-hal mendasar yang menurut penulis akan mengawali langkah
besar menuju kebangkitan Islam di Indonesia khususnya. Bahkan penulis berharap proses
Islamisasi di tingkat pendidikan juga berlaku di sekolah-sekolah umum, karena sangatlah
memprihatinkan jika dalam satu minggu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya
diberi waktu 2 jam pelajaran, sementara para siswa lebih terfokus kepada tugas-tugas atau
PR yang kurang tepat dikarenakan anak didik dipaksa untuk menjadi “kamus” yang
berjalan atau “ensiklopedi’ yang berjalan, dan dituntut menghafal seputar materi-materi
ilmu murni atau ilmu sosial yang argumentasinya melulu pendapat para tokoh Barat.
Selain kemampuan baca tulis Al-Qur’an yang lebih penting adalah pendalaman
terhadap Al-Qur’an dan Hadits serta sumber-sumber yang lain terutama yang
berhubungan dengan pokok-pokok syari’at Islam yang menyangkut hal keimanan, hukum
Islam, dan akhlak kariimah. Juga ilmu-ilmu pendukung tegaknya syari’at Islam seperti
materi Tarikh (Sejarah dan peradaban) Islam, Siyasah Islam, Falsafah Islam, Ilmu Logika,
ilmu-ilmu pengetahuan yang lain dan teknologi.

31
Juga yang tidak boleh ketinggalan adalah kemampuan bahasa-bahasa
internasional, seperti Bahasa Inggris, dan kemampuan komputer, semua ini dimaksudkan
agar generasi Islam bisa berbaur secara lebih luas dalam mengemban misi dakwah
islaamiyyah dan tidak ‘gagap’ teknologi. Dengan ilmulah segala tujuan tercapai, termasuk
di dalam ber-jihad, ber-mujahadah, dan ber-ijtihad, jika tanpa dibekali ilmu maka
semuanya akan jauh dari sasaran, mungkin seperti yang disabdakan Nabi saw menjadi
umat atau golongan yang “dhoollun mudhillun”, sesat dan menyesatkan. Jika kita
bergerak hanya mengandalkan keberanian dengan kurang didukung kemampuan dan ilmu
yang memadai bisa berakibat fatal dan membuat kita “mati konyol”.
Seorang pemikir Islam, yakni Cak Nur (Nurcholish Madjid) mengungkapkan di
dalam makalahnya yang berjudul “Islam, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi” bahwa saat
sekarang ini Dunia Islam praktis merupakan kawasan bumi yang paling terbelakang di
antara penganut-penganut agama besar. Dengan perkataan lain, di antara semua penganut
agama besar di muka bumi ini, para pemeluk Islam adalah yang paling rendah dan lemah
dalam hal sains dan teknologi. Menurutnya, sebetulnya keadaan yang memilukan itu
tidak perlu terjadi, kalau saja umat Islam mampu menangkap kembali ajaran agamanya
yang lebih dinamis, sekaligus lebih otentik juga mampu menangkap api Islam dan
meninggalkan abunya, sebagaimana yang dicerminkan dalam sejarah klasiknya yang
gemilang selama berabad-abad. (Nurcholish Majid, t.t:9) Kemudian menurutnya bahwa
sungguh, keadaan umat Islam yang jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa lain yang non
Islam memang sangat memilukan. Namun barangkali tidak perlu disesali sedemikian rupa
sehingga kita kehilangan kemempuan melihat ke depan dengan penuh harapan. Pada
analisa terakhir, kemunduran dunia Islam dapat dilihat sebagai tidak lain dari
beroperasinya sunnatullah yaitu hukum-hukum yang berlaku pada alam sosial-
kemanusiaan yang diperintahkan allah untuk mempelajarinya. Salah satu unsur sangat
penting hukum itu ialah adanya prinsip perputaran (mudawalah). Yaitu prinsip bahwa
nasib umat manusia, tinggi dan rendah, terjadi secara berputar dan bergilir antara mereka,
sehingga suatu bangsa atau umat ada kalanya ‘di atas’ dan ada kalanya ‘di bawah’. atas
dasar pelajaran dari peristiwa perang Uhud itu kita yakin bahwa penderitaan karena
tertinggal oleh bangsa-bangsa dan unat yang lain ini tidak akan berlanjut terus. Ada
saatnya kemunduran ini akan berakhir, dan kita akan menyusul menjadi bangsa atau umat
yang maju. Lebih dari itu, kita yakin bahwa meskipun dalam segi sains dan teknologi kita
kalah oleh bangsa-bangsa lain, namun dalam segi keimanan kita tetap unggul, karena

32
keunggulan ajaran pasrah kepada Allah, dan karena kita adalah kaum yang pasrah kepada
Allah. (Nurcholish Majid, t.t:13-14)
Memang kesadaran dan penyadaran terhadap keadaan dan problematika umat
Islam saat ini sangatlah penting, prinsip mudawalah dan selalu memandang ke depan
dengan penuh harapan adalah sikap yang harus dikembangkan oleh umat Islam. Apa yang
menjadi harapan sebenarnya telah terlihat tanda-tandanya. Sebagaimana yang diungkap
oleh Muhammad Quthb yang sinopsisnya sebagai berikut:
“Kekacauan pemikiran Barat terletak pada sisi akidah serta masalah-masalah tauhid
yang muncul pada masa kejayaan gereja, sehingga menyebabkan kebodohan, kegelapan,
kebekuan, dan keterbelakangan. Kemudian, muncul sikap sekularisasi hingga
mengingkari eksistensi Tuhan dan membuuat sekutu-sekutu selain-Nya. Begitulah
manhaj yang rusak yang sempat memporak-porandakan kehidupan Barat, meski mereka
telah mencapai keunggulan dalam bidang sains, teknologi, peperangan, politik, dan
ekonomi, sesuai dengan sunnatulloh, justru pada masa keingkarannya….akan tetapi,
kerusakan telah meluas sehingga terjadi kehancuran, sesuai dengan kesaksian mereka
sendiri….Bentuk kehancurannya pun tidak mesti berupa fisik negara atau bangsanya…
Akan tetapi, berupa kehancuran manhaj, yakni manhaj yang mengingkari penyembahan
terhadap Allah, dan menjadikan tuhan-tuhan selain Dia…Dalam kondisi dunia seperti
ini, maka harus ada manhaj alternatif. Sebab, jahiliyah dewasa ini tidak mempunyai
penyelesaian tuntas terhadap problematika yang dihadapi…. Dengan demikian Islam
merupakan manhaj alternatif dan penyembuh kekacauan jahiliyyah modern. Tidak ada
yang dapat menyembuhkannya selain Islam. Kekacauan oleh gagalnya teori
antroposentris dan teosentris, serta kekacauan yang dilahirkan oleh peradaban kafir,
pengobatannya adalah penyeimbangan yang serasi antara keduanya yang merupakan
sosok peradaban mukmin dalam dunia Islam. Kekacauan antara keduniaan dan
keakhiratan ada dalam bimbingan Islam, dan lain-lain…Dengan demikian, untuk
mengganti suatu manhaj yang telah rusak, tidak ada alternatif lain kecuali manhaj
rabbani yang ditawarkan Islam.” (Quthb, 1994:77-81)

Dengan demikian hanya jalan Islamlah yang akan menyelesaikan segala


problematika umat saat ini. Allah SWT telah memberikan petunjuk untuk menangkal
problematika apapun termasuk problematika umat Islam saat ini, yaitu hendaklah kaum
muslimin berpegang teguh kepada asas dan kemandiriannya, terutama dalam pandangan
hidup dan sistem kejamaahannya dengan aspek-aspek kultural dan ekonominya. Bahkan
dianjurkan untuk melaksanakan asas kebersamaannya dengan berhubungan dan
bekerjasama dengan umat lain. Akan tetapi jika asas kebersamaan dikerjakan sedangkan
asas kepribadian dan kemandirian diabaikan, maka kaum muslimin akan terbawa arus
dan hancur binasa (Lihat QS. 11 : 112, 123 ). Islam yang merupakan komponen mayoritas
dari bangsa Indonesia semestinya mampu memerankan kepeloporan dalam setiap
kegiatan yang terjadi di negeri kita, termasuk dalam kegiatan pembangunan nasional,
sosio budaya bangsa, dan ekonomi.

33
Menurut KH. Drs. Shalahuddin Sanusi pada pada Jurnal Gentra I (1996:17)
bahwa dalam menyongsong dan mengantisipasi era globalisasi, hendaknya strategi
dakwah Islam berorientasi pada pembangunan dan pembinaan wilayah dan lingkungan
hidup dengan dua dimensinya yaitu sosio kultural dan sosio ekonomi umat. Langkah-
langkah strategis yang harus dilakukan antara lain:
 Pemolaan kembali pandangan hidup muslim yang mengacu kepada doktrin
ibadah dan khilafah, dengan karakteristik kepribadiannya yang meliputi: (a)
pandangan rasional dan ilmiah (QS. 17:36), (b) bertindak produktif dan efisien
(QS. 28:66, 6:132, 17:26-27), (c) berorientasi ke masa depan dan pembangunan
(QS. 13:11, 59:18, 11:61), dan (d) bersikap terbuka (QS. 39:18).
 Pendidikan kepemimpinan umat yang memiliki kemampuan, baik dalam ta’liim
maupun tadbiir, yang apabila dilaksanakan akan berupa upaya peningkatan
kemampuan dan keterampilan para pemimpin umat yang ada, atau berupa
pendidikan kader kepemimpinan umat sebagai penerus. Pendidikan kader ini
hendaknya merupakan planning yang bersifat nasional yang berorientasi pada
pembinaan wilayah dan kependudukan.
 Menyusun kembali (rekonstruksi) kehidupan berjamaah yang berorientasi pada
pembinaan wilayah dan lingkungan hidup yang berpijak pada asas kebersamaan
dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat.
 Informasi dan pemasyarakatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan
faktor utama dalam pembinaan dan pengembangan ekonomi kejama’ahan. Maka
diperlukan adanya pusat-pusat latihan keterampilan dan lab-lab iptek di pusat-
pusat pembinaan ekonomi kejamaahan, di samping bekerjasama dengan lembaga-
lembaga terkait.
 Perlu adanya proyek percontohan pembangunan masyarakat “hayaatun
thoyyibah” yang menjadi acuan dan paradigma bagi pembinaan kejamaahan dan
kegiatan pembangunan masyarakat yang seimbang dan terpadu.
Demikian menurut Shalahuddin mengenai strategi menghadapi problematika umat
Islam dalam situasi dan kondisi saat ini.

DR. M. Quraish Shihab, pada bukunya Membumikan al-Qur’an (1996:398-399)


memberikan penjelasan tentang alternatif dakwah yang harus dikembangkan di tahun
2000-an sebagai berikut:

34
“...alternatif gerakan dakwah yang digalakkan menjelang tahun 2000 adalah apa yang
selama ini dikenal dengan da'wah bil hal atau "dakwah pembangunan". Alternatif ini
berangkat dari asumsi bahwa syarat utama agar suatu komunitas dapat memelihara dan
mengembangkan identitasnya adalah terciptanya kondisi yang terorganisasi, yang
kemudian memudahkan persatuan, kerja sama, dan pergerakan ke arah yang lebih
produktif. Da'wah bil hal diharapkan menunjang segi-segi kehidupan masyarakat,
sehingga pada akhirnya setiap komunitas memiliki kemampuan untuk mengatasi
kebutuhan dan kepentingan anggotanya, khususnya dalam bidang ekonomi, pendidikan,
dan kesehatan masyarakat”, pada bagian berikutnya beliau mengatakan,”…….. jumlah
penduduk yang pada tahun 2000 diperkirakan mencapai 225 juta orang, yang
kesemuanya membutuhkan sarana kehidupan, sehingga pembangunan pun harus
mengarah kepada industri. Dan bila hal ini terlaksana, maka tantangan-tantangan akan
semakin berat, apalagi jika hipotesis yang menyatakan bahwa masyarakat industri akan
lebih menjauh dari agama sehingga penyakit-penyakit masyarakat akan lebih banyak dan
lebih parah. Oleh sebab itu dakwah tentunya harus mengambil peranan yang lebih besar,
karena bila tidak, maka pembangunan nasional yang didambakan tidak akan dapat ter-
capai.”

Tentunya apa yang telah diungkapkan oleh Pak Quraish sangatlah tepat, da’wah
bil haal, merupakan alternatif pokok dari seluruh uraian di atas, karena dengan alternatif
ini akan mewujudkan generasi muslim yang memiliki kreatifitas dan semangat inovasi
dalam kerangka membumikan seluruh ajaran Allah, sehingga semangat dalam beramal
shalih dibuktikan dengan kerja nyata dengan selalu berusaha menjadikan kaum muslimin
menjadi rahmatan lil ‘alamien dan memiliki uswah hasanah sebagaimana terdapat pada
diri Paduka Rasulullah saw.
Adapun solusi problematika umat di tengah berbagai bencana yang terjadi di
dunia global khususnya di negeri kita menurut hemat penulis adalah dengan cara kembali
aturan Allah SWT di dalam al-Qur’an, yakni dengan bersabar dan segera kembali kepada
aturan Allah untuk menyebarluaskan kemaslahatan dan membuang jauh-jauh ke-
mafsadat-an, yang realisasinya segala bentuk penanggulangan, rekonstruksi infrastruktur
dan suprastruktur, pemeliharaan dan perlindungan, dan sangsi-sangsi yang tegas dan
disiplin terhadap para perusak di muka bumi dalam wilayah lingkungan hidup, semua ini
sudah barang tentu harus dibuat dalam hukum positif tentang aturan-aturan hak azasi
manusia dan lingkungan hidup yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam yang universal,
karena pada dasarnya bencana tidak akan muncul kecuali sebagai cobaan keimanan atau
peringatan bertobat bagi mereka yang beriman, sedangkan bagi yang kafir dan tetap
dalam kekafirannya maka bencana apapun baik kemanusiaan ataupun bencana alam
merupakan ‘adzab Allah SWT bagi mereka. Na’uudzubillaah….
Dengan berbagai solusi yang telah penulis uraikan di atas, tinggal bagaimana kita
sebagai umat Islam mampu merealisasikan seluruh ide brilian yang muncul dari para

35
tokoh Muslim dari dalam maupun luar negeri tersebut, dan diiringi dengan pola hidup
berjamaah dalam ukhuwah agar seluruh strategi tersebut dapat diramu dan direalisasikan
dalam suatu gerakan yang komprehensif dan integral dengan manajemen yang tangguh
dilandasi semangat jihaad fii sabiilillaah. Karena umat Islam mesti meyakini Firman
Allah yang merupakan janji-Nya:
‫ل‬
7 ‫محمد‬ _ ‫ت أمقمداممتكقم‬
‫صقرتكقم مويَيتثمبس ق‬ ‫ميَاَأميَيرمهاَ النذيَقمنم آممتنوقا إلقن تميقن ت‬
‫صتروا الم يَميقن ت‬
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad, 47:7)

E. Kesimpulan: Menyongsong Kebangkitan Islam


Penulis menyimpulkan bahwa hal terpenting dalam penyelesaian kasus
problematika umat Islam masa kini dan akan datang adalah pentingnya umat Islam
menginsyafi dan membangkitkan pemikiran bahwa manhaj Islam yang juga manhaj
rabbani yang sesuai dengan manhaj seperti pada masa nubuwwah, khulafaa’ al-
Raasyidiin, masa sahabat, dan para pendahulu sebagai jawaban terbaik bagi persoalan
apapun pada masa kini. Dan selanjutnya mendakwahkannya kepada umat yang lain
bahwa manhaj Islamlah yang akan menyelesaikan permasalahan global. Selain harus
dihadapi dengan keimanan dalam arti kesadaran dan penyadaran terhadap keadaan dan
problematika umat Islam saat ini sangatlah penting, prinsip mudawalah dan selalu
memandang ke depan dengan penuh harapan adalah sikap yang harus dikembangkan oleh
umat Islam yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Dan dua objek yang harus
menjadi sasaran dakwah yang intensif adalah terhadap kaum muda dan wanita.
Jadi, pada dasarnya sama bahwa solusi terbaik bagi persoalan dan problematika
umat Islam, umat manusia, lingkungan dan alam semesta adalah sama, yaitu harus berada
manhaj Islam, karena ajaran Islam yang di bawa oleh Rosulullah saw adalah rahmatan lil
‘alamiin. Dan sebenarnya apa yang telah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi telah
dinubuwwahkan oleh Rosululloh saw, maka berbahagialah wahai orang-orang yang
beriman...!!!
Sikap penuh harapan untuk menyongsong kebangkitan Islam bukanlah pekerjaan
sia-sia, akan tetapi inilah akhlak yang telah diwariskan oleh Rasulullah saw dan para
shahabatnya yang memberi teladan setelah peristiwa Perang Uhud. Pada bagian
sebelumnya telah dikemukakan bahwa peristiwa Perang Uhud merupakan satu pelajaran

36
berharga. Dalam sejarah kita menemukan bahwa meskipun dalam hukum lahiriyyah
ditimpa kekalahan akan tetapi di bawah panji kenabian mereka meyakini janji Allah
tentang kemenangan pihak Islam dan semakin bekerja keras dalam berdakwah dan
ditandai dengan “Futuuh Makkah”. Dan misi ini dilanjutkan oleh para pendahulu kita
dalam berbagai generasi yang berkesinambungan dan penuh dengan jatuh bangunnya
peristiwa sejarah akhirnya perluasan dakwah Islam hingga ke seantero belahan bumi ini
demikian mengagumkan, dan menjadi rahmatan lil ‘aalamiin.. Menurut Nurcholish
Majid (t.t : 15) bahwa sikap penuh harapan berdasarkan iman itu sekarang mulai
dibenarkan orang, dan diberi kesaksian ilmiah.
Dan sebagai dalil naqli atas penjelasan di atas diantaranya Firman Allah SWT
sebagai berikut:

‫ض النيلذي معلملتيوا لممعلنتهيقم‬ ‫لل‬ ‫ظمهر القمفساَد لف اقلبيسر والقبحلر لباَ مكسب ل‬
‫ت أميَقدي النناَلس ليتذيَمقتهقم بميقعي م‬
‫م م م ت م م م ق م مم ق‬
41 ‫الروم‬ – ‫يَميقرلجتعومن‬

Artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum, 30:41)

Firman Allah:

‫ل‬ ‫وابيتملغ لفيماَ آمتاَمك الله الندار اقللخرمة ومل تميقن ل‬


‫صيب م ل‬
‫ك ممنم الردنقيمياَ موأمقحسقنم مكمماَ أمقحمسيمنم الليهت‬ ‫س نم م‬
‫م‬ ‫ت م م م‬ ‫مق م‬
77 ‫القصص‬ – ‫ب القتمقفلسلديَمنم‬
‫ض إلنن اللهم مل تلي ر‬ ‫إللمقي م‬
‫ك مومل تميقبلغ القمفمساَمد لف اقلمقر ل‬
Artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash, 28:77)
Firman Allah:

200 ‫آل عمران‬ -‫صاَبلتروا مومرابلطتوا مواتنيتقوا اللهم لممعلنتكقم تتيقفللتحومن‬


‫صلبتوا مو م‬
‫ل‬
‫ميَاَأميَيرمهاَ النذيَمنم آممنتوا ا ق‬

37
‫‪Artinya:‬‬
‫‪“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan‬‬
‫‪tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya‬‬
‫)‪kamu beruntung.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:200‬‬

‫‪Firman Allah:‬‬

‫ك للتتخلرج النناَس لمنم الظرلتماَ ل‬


‫ت إلمل الرنولر بللإقذلن مرسبلقم إلمل لصمرالط القمعلزيَيلز‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫ب أمنقيمزلقمناَهت إلمقي م ق م م م م‬
‫الر كمتاَ ر‬
‫إبراهيم ‪1‬‬ ‫اقلملميلد –‬
‫‪Artinya:‬‬
‫‪“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu‬‬
‫‪mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin‬‬
‫‪Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS.‬‬
‫)‪Ibrahim, 14:1‬‬

‫‪Rasulullah saw bersabda:‬‬

‫تمتكيقوتن الرنبت ينوةت فلقيتكيقم مميياَ مشيياَءم التي أمقن تمتكيقومن تثني يَميقرفميعتمهيياَ التي إلمذا مشيياَءم أمقن يَميقرفميمعمهيياَ‪ ُ،‬تتثني تمتكيقوتن‬

‫لخملفيم يةر معلمييىَ لمقنيمهيياَلج الرنبتي ينولة فميتمتكي يقوتن مميياَ مشيياَءم اليتي أمقن تمتكي يقومن تثين ي يَميقرفميعتمهيياَ اليتي إلقن مشيياَءم أمقن‬

‫ضياَ فميتمتكيقوتن ممياَ مشيياَءم التي أمقن تمتكيقومن تثني يَميقرفميعتمهياَ التي إلمذا مشيياَءم أمقن‬
‫يَميقرفميمعمهاَ‪ ُ،‬تتثن تمتكقوتن تمقلةكاَ معاَ ض‬

‫يَميقرفميمعمهاَ‪ ُ،‬تتثن تمتكيقوتن تملتةكياَ مج ملبيَضياَ فميتمتكيقوتن ممياَ مشياَءم التي أمقن تمتكيقومن تثني يَميقرفميعتمهياَ التي إلمذا مشياَءم أمقن‬

‫رواه أحمد‬ ‫يَميقرفميمعمهاَ‪ ُ،‬تثن تمتكقوتن لخملفمةر معملىَ لمقنيمهاَلج الرنبتينولة –‬

‫‪Artinya:‬‬

‫‪38‬‬
“ (Fase) kenabian terjadi pada kalian atas kehendak Allah, kemudian melenyapkannya
jika menghendakinya. Kemudian muncul kekhalifahan atas manhaj kenabian, maka
terjadilah apa yang dikehendaki Allah tersebut, lantas Allah melenyapkannya jika
dikehendaki. Kemudian muncul kerajaan yang kuat, maka terjadilah apa yang
dikehendaki Allah, lantas Allah melenyapkannya jika dikehendaki. Kemudian muncul
kerajaan yang otoriter, maka terjadilah apa yang dikehendaki Allah, lantas Allah
melenyapkannya jika dikehendaki. Kemudian muncul lagi kekhalifahan berdasarkan
manhaj kenabian.” (HR. Ahmad)

Pada bagian akhir penulis hendak mengajak kaum muslimin terutama para da’i
untuk merenungkan dan mengaplikasikan kata-kata seorang ulama spiritual, yaitu Sa’id
Hawwa (2000 : 13) sebagai berikut:
“Gerakan da’wah yang paling berhasil dalam sejarah Islam adalah gerakan yang
menekankan sejak awal pada:
1) Kepercayaan (tsiqah) kepada pimpinan dan pemimpin, kepercayaan yang
menumbuhkan ketaatan hati.
2) Dzikir yang terus menerus dan ilmu yang menyeluruh, yang diperlukan
dan sesuai.
3) Keakraban dengan lingkungan yang baik, menghadiri pertemuan-
pertemuan –dzikir, ilmu dan lainnya- dan memperkuat berbagai hubungan
antar anggotanya.
4) Penumbuhan adab-adab hubungan yang baik antara dirinya dan manusia
secara umum.
5) Pelaksanaan public service (Khidmah ‘aammah) dengan penuh semangat
dan perhatian.
Gerakan yang menghimpun nilai-nilai ini kepada para pemulanya adalah gerakan yang
mampu hidup dan tumbuh. Oleh karena itu, para ulama aktivis harus menekankan nilai-
nilai ini agar bisa diserap dan dihayati oleh para pemula sejak awal.”
Pada gilirannya, semua lapisan umat Islam memiliki tanggung jawab bersama
untuk mengentaskan segala bentuk problematika umat, dan selanjutnya memiliki cita-cita
yang sama dalam membangun setiap pribadi muslim yang paripurna dan mampu
melaksanakan tugas hidupnya, yakni beribadah dan menjadi khalifah, dalam rangka
mewujudkan baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur, di tengah-tengah ukhuwah dan
jama’ah Islam, di segenap negeri penjuru dunia khususnya di negeri kita tercinta,
Indonesia
Demikianlah, dan semoga Allah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada
seluruh muslimin untuk menyongsong hari depan dengan penuh harapan, serta

39
membimbing kita ke arah jalan yang benar, yang membawa kebahagiaan dunia dan
akhirat, dengan ridha-Nya. Amien Yaa Mujiibas-saa-iliin.

DAFTAR PUSTAKA

40
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI
Ahmad al-Haasyimiy, Mukhtaar al-Ahaadits al-nabawiyyah (Edisi Bahasa Arab),
CV. Toha Putra, Semarang, tanpa tahun
Abul A’la al-Maududi, Beberapa Petunjuk untuk Juru Da’wah (Edisi
Terjemahan), PT Bina Ilmu, Surabaya, 1984
Muhammad Quthb, Islam Kini dan Esok (Edisi terjemahan), Gema Insani Press,
Jakarta, 1994
Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1996
Sa’id Hawwa, Mensucikan Jiwa (Edisi terjemahan), Robbani Press, Jakarta, 2000
Dr. Irwan Priyito, Fiqhud Dakwah, Pustaka Tarbiatuna, Jakarta, 2002
Dr. Kuntowijoyo, Paradigma Islam, Mizan, Bandung, 1993
KH. Shalahuddin Sanusi, Integrasi Ummat Islam, Iqamatuddin, Bandung, 1997
Tim Mentoring FKDK-G, al-Islam Panduan Mentoring, 2001
KH. Q. Shaleh, dkk. , Ayat-Ayat Hukum, CV. Diponegoro, Bandung, 1976
Prof. H.M. Arifin, M.Ed., Psikologi Dakwah, Bumi Aksara, 1991

Sumber-sumber lain dari jurnal, majalah, dan makalah:


Nurcholish Madjid, Islam, Ilmu Pengetahuan Dan teknologi, tanpa tahun.
Drs. Halim Basyarah, Islam dan Solidaritas Sosial, Pimpinan Daerah
Muhammadiyyah Garut, 1992
Gentra 1, Menimbang Dakwah Menjelajahi Paradigma, Kantor SMF Dakwah
IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 1996
Ishlah, No. 46/ Tahun III, 1995, LPPI Ishlahul Ummah
Media Pembinaan, No. 10/XXX Januari 2004, Departemen Agama Kanwil Jabar
Sambutan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pada Peringatan Hari
Gerakan Pramuka ke 45, 14 Agustus 2006
Bad Magz HQ, CV. Ghany Her’s Fam, Januari 2008

‫والمد ل رب العاَلي‬

41

Anda mungkin juga menyukai