Anda di halaman 1dari 25

SPESIFIKASI TEKNIS

SYARAT-SYARAT TEKNIS
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE/GORONG-GORONG

Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak (unlined) dan
perataan kembali selokan lama yang tidak dilapisi, sesuai dengan Spesifikasi ini serta memenuhi garis,
ketinggian dan detil yang ditunjukkan pada Gambar.
b. Dalam lingkup perkerjaan ini dapat digambarkan garis – garis besar dan item pekerjaan yang harus
dikerjakan sehingga tujuan dari pekerjaan ini dapat terlaksana sebagai mana mestinya, adapun item
– item pekerjaan ini antara lain
1. Pekerjaan pembersihan
2. Pekerjaan Pembongkaran
3. Pekerjaan Galian Tanah dan Timbunan
4. Pekerjaan Pasangan Batu Kali
5. Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang (Plat Duiker)
6. Pekerjaan Plesteran
7. dan lain lainnya, untuk setiap jenis bangunan yang terdapat dalam gambar kerja.
c. Membuat papan nama proyek dari papan seng dan kerangka kayu.
Pelaksana Proyek harus memasang papan nama proyek, yang berisi informasi tentang Pekerjaan
Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong di Kabupaten Dharmasraya, dengan
menggunakan papan berukuran minimum 80 cm x 120 cm terbuat dari seng dengan rangka dari
kayu sebanyak 1(satu) buah.
d. Pada akhir kerja, Pelaksana Proyek diharuskan membersihkan sisa-sisa bahan proyek dari segala
kotoran akibat kegiatan pembangunan, termasuk sisa-sisa material bangunan serta gundukan
tanah, bekas galian dan lain sebagainya.
e. Pengaman jalan masuk, pohon-pohonan di lokasi Proyek
a. Pelaksana Proyek harus menjaga keamanan jalan keluar masuk kendaraan proyek pada ruas
jalan/lokasi saluran drainase yang dikerjakan.
b. Pelaksana Proyek harus memberikan penerangan pada malam hari dan menjaga keamanan
selama berlangsungnya pekerjaan bangunan ini sampai selesai proyek
f. Tenaga kerja dan sarana bekerja
Untuk kelancaran Pelaksana pekerjaan, Pelaksana Proyek harus menyediakan :
1. Tenaga Kerja/Tenaga Ahli dengan pengalamam yang cukup memadai untuk jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
2. Alat-alat bantu seperti : alat penggali, beton molen, compactor, pompa air, mesin potong besi,
dan alat-alat lain yang di anggap perlu untuk pelaksanaan pekerjaan ini.
3. Bahan bangunan yang akan digunakan dalam jumlah yang cukup, sehingga kelancaran
pekerjaan tidak akan terganggu oleh terlambatnya suplai bahan.
4. Pelaksana Proyek harus menyediakan buku perintah direksi, buku tamu, buku laporan harian
dan buku lain yang dipandang perlu oleh Pengawas.
g. Pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya, Syarat-syarat Teknis dan gambar rencana (gambar
kerja). Pelaksana Proyek harus bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran dan kelangsungan
proyek hingga selesai atau selesai 100%.
h. Keselamatan Kerja
 Pelaksana Proyek lapangan diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan,
untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi petugas dan pekerja lapangan.
 Pelaksana Proyek diharuskan menjaga keamanan dan keselamatan pekerja lapangan selama
pekerjaan berlangsung.

STANDAR YANG BERLAKU


Semua pekerjaan dalam proyek ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi Indonesia (NI), Standar
Industri Indonesia (SII) dan Peraturan-peraturan Nasional maupun peraturan-peraturan setempat lainnya
yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :
SKSNI (1991) STANDAR NASIONAL INDONESIA
N1 – 2 (1971) PERATURAN BETON BERTULANG INDONESIA
NI – 3 (1970) PERATURAN UMUM UTK BAHAN BANGUNAN INDONESIA
NI – 8 (1970) PERATURAN SEMEN PORTLAND INDONESIA
NI – 5 (1961) PERATURAN KONSTRUKSI KAYU INDONESIA
SII – 0297 – 80 BAJA KARBON COR MUTU DAN CARA UJI
1984 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut di atas,
maupun standar-standar Nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar internasional yang
berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standar - standar Persyaratan
Teknis dari negara - negara asal bahan/pekerjaan yang bersangkutan.

MEREK-MEREK DAGANG
Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek - merek dagang dari bahan yang disebutkan
dalam Persyaratan Teknis ini ditujukan untuk maksud-maksud perbandingan terutama dalam hal mutu,
model, bentuk, jenis dan sebagainya, dan hendaknya tidak diartikan sebagai persyaratan (merek) yang
mengikat.
Pelaksana Proyek boleh mengusulkan merek – merek dagang lainnya yang setaraf dalam mutu,
model, bentuk, jenis dan sebagainya setelah mendapat persetujuan Pengawas.
Bilamana Pelaksana Proyek mengusulkan bahan dagang dengan merk lain, maka diusulkan
adalah setaraf atau lebih baik, melalui data teknis bahan, pengujian bahan dari lembaga Pengujian
Bahan yang disetujui/ditunjuk, referensi dan lain-lain yang dapat meyakinkan Pengawas.
Penggunaan barang produksi dalam negeri akan sangat diperhatikan/diutamakan selama barang
tersebut memenuhi syarat minimum yang ditetapkan.
Dalam hal dimana disebutkan 3 (tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis bahan/pekerjaan yang
sama, maka Pelaksana Proyek diharuskan untuk dapat menyediakan salah satu dari padanya sesuai
dengan persetujuan Pengawas.
PASAL 2
PENGUKURAN, BATAS DAERAH KERJA DAN
PENGOLAHAN LAPANGAN

DATA UMUM LAPANGAN KERJA


1. Titik-titik Ukur
Seluruh titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran setempat, yaitu titik-
titik ukur yang ada di lapangan proyek seperti yang direncanakan dalam gambar-gambar dan
disetujui pengawas.
2. Data Fisik
Data sehubungan dengan ketinggian-ketinggian tanah yang ada, tinggi air tanah, dan lain-lain
yang tertera pada gambar-gambar dimaksudkan sebagai informasi umum dan titik-titik tolak untuk
Pelaksanaan pekerjaan oleh Pelaksana Proyek. Elevasi dan ukuran-ukuran sesuai dengan yang
ditentukan pada gambar-gambar Teknis.

PENGUKURAN LAPANGAN DAN PEMATOKAN


Penunjukan dan penentuan lokasi proyek akan ditentukan bersama oleh Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan, Pengawas/Perencana beserta Pelaksana Proyek di lapangan. Selanjutnya Pelaksana
Proyek harus memulai pekerjaan-pekerjaannya dari garis-garis besar dan patok-patok yang telah
disetujui oleh Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran-pengukuran yang dibuatnya.
Pengecekan pengukuran terhadap patok-patok utama yang ada, mencakup elevasi jalan existing
dan elevasi bangunan lantai dasar di dokumentasi dan dibuatkan berita acara, dan segera melaporkan
hasilnya ke Pengawas/Perencana.
Pelaksana Proyek harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, termasuk juru
ukur (surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran dan pematokan untuk setiap bagian
pekerjaan yang memerlukan.
Pelaksana Proyek wajib membuat pokok pegangan (patok duga) dari pasangan cor beton 15/15
cm atau patok dari bahan lain yang tidak bisa dirubah selama pekerjaan berlangsung, yang telah
disetujui oleh Pengawas Lapangan.
Pelaksana Proyek diwajibkan untuk memelihara patok-patok serta tugu-tugu ukur utama selama
masa pembangunan.
Pelaksana Proyek diminta membuat/mengadakan 1 patok permanen di dalam site sesuai dengan
petunjuk pengawas.

UKURAN POKOK DAN BATAS DAERAH KERJA


1. Ukuran pokok ditentukan dalam gambar bestek, ukuran-ukuran di dalam gambar yang belum
tercantum dapat ditanyakan pada perencana.
Pelaksana Proyek wajib mencocokan ukuran dalam gambar satu dengan yang lain, jika terjadi
selisih atau perbedaan wajib segera memberitahukan kepada pengawas maupun perencana
untuk minta pertimbangan.
Bila dalam gambar bestek tertulis pada rencana kerja dan syarat-syarat tidak tertulis maka gambar
yang mengikat.
2. Bila dalam gambar bestek tertulis, pada rencana kerja dan syarat-syarat tertulis tidak sama
dengan gambar, maka rencana kerja dan syarat-syarat yang mengikat.
3. Bila dalam rencana kerja dan syarat-syarat tertulis, sedangkan didalam gambar tidak tertulis maka
rencana kerja dan syarat-syarat yang mengikat.
Jika ada perbedaan antara gambar dan bestek dan gambar detailnya maka Pelaksana Proyek
wajib minta pertimbangan kepada pengawas/perencana.

PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN LAPANGAN


Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi Pembongkaran Bangunan lama, pembersihan, pengupasan tanah dan
perataan lapangan di daerah-daerah dimana pekerjaan pembangunan akan dilaksanakan seperti yang
tertera pada gambar-gambar dan sesuai dengan yang ditunjukan. Antara lain adalah
pengupasan/pembuangan lapisan atas tanah (top soil), Pembongkaran bangunan lama dan lain
sebagainya seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.

Pelaksanaan
1. Penelitian dan Pengukuran
a. Penelitian menyeluruh atas gambar-gambar dan persyaratan-persyaratan yang ada.
Penelitian atas semua kondisi pekerjaan, memeriksa kondisi lapangan, serta fasilitas yang
ada.
b. Melakukan semua pengukuran lapangan sehubungan dengan pekerjaan ini dan
mendapatkan ketentuan atas seluruh lingkup proyek seperti yang tertera pada gambar-
gambar dan persyaratan-persyaratan dan sebagaimana yang disetujui oleh Pengawas.
2. Pek. Bongkaran Pas. Batu, Bongkaran Pas. Bata dan Bongkaran
a. Melakukan Inventarisasi menyeluruh terhadap kondisi lapangan serta membuat dokumentasi
terhadap kondisi bangunan sebelum dilakukan pembongkaran.
Inventarisasi terhadap aset yang akan dibongkar atas semua kondisi harus dicatat
sedemikian rupa sehingga penghilangan aset dapat dipertanggung jawabkan, memeriksa
kondisi lapangan, serta fasilitas yang ada.
b. Melakukan semua Pembongkaran bangunan struktural serta Non Foramal sehubungan
dengan pekerjaan ini sampai lokasi pekerjaan dapat betul-betul rapi dan dapat dibersihkan.
c. Peralatan dan perlengkapan disediakan di lokasi pekerjaan, alat yang digunakan adalah
bodem, linggis dan keranjang
d. Pekerjaan bongkaran dilaksanakan dimulai dari bagian atas terlebih dahulu kemudian
kebagian bawah pasangan/coran beton.
e. Pekerjaan bongkaran harus dialksanakn dengan hati-hati spesi yang melekat pada batu
harus dibersihkan.
f. Bahan bongkaran yang sudah dibersihkan dikumpulkan pada satu titik lokasi agar tidak
menganggu pekerjaan.
g. Setelah dikumpulkan, bahan bongkaran diangkut untuk dibuang pada tempat pembuangan
yang telah ditentukan.
h. Pekerja dilengkapi dengan perlengkapan keamanan seperti , helm proyek, sepatu boot,
sarung tangan, dan safety bel untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
i. Pelaksana melakukan koordinasi dengan direksi pekerjaan dalam proses pelaksanaan.
j. Setelah pekerjaan bongkaran selesai pelaksana melaporkan ke pihak direksi pekerjaan untuk
diadakan pengukuran pekerjaan agar sesuai dengan volume pekerjaan.
3. Pembersihan lapangan
a. Pelaksana Proyek harus membersihkan areal lokasi pekerjaan dari segala sesuatu yang
mungkin akan mengganggu Pelaksanaan pekerjaan, sesuai petunjuk gambar atau sesuai
petunjuk Pengawas.
b. Tanah yang akan ditempati bangunan harus benar-benar dibersihkan dari segala kotoran,
semua akar-akar dan sisa-sisa barang/benda yang ada. Pembersihan ini untuk seluruh areal
bangunan.
4. Pematokan
a. Sebelum memulai pekerjaan, Pelaksana Proyek harus mengadakan pengukuran-pengukuran
lapangan serta pematokan-pematokan untuk dapat menentukan patok-patok utama bagi
pembangunan.
b. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Pengawas agar dapat ditentukan letak/posisi
patok-patok utama.
c. Letak Peil (elevasi) patokan dasar ditentukan bersama oleh Pengawas disaksikan oleh
Perencana dan Pemilik Proyek.
d. Papan dasar Pelaksanan dipasang pada patok kayu semutu Meranti Merah ukuran 5/7 cm,
patok harus tertancap kuat di dalam tanah sehingga tidak bisa bergerak atau diubah-ubah,
berjarak maksimum 1,50 meter satu sama lain.
e. Papan dasar Pelaksanaan/bouwplank harus dibuat tanda-tanda yang menyatakan as-as dan
atau level/peil-peil dengan warna yang jelas dan tidak mudah hilang jika terkena air/hujan,
dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar galian tanah pondasi.
f. Peralatan dan prasarana guna pengukuran dan pematokan sepenuhnya disiapkan oleh
Pelaksana Proyek.

5. Hasil Perataan
Pelaksana Proyek harus menyingkirkan semua hasil perataan yang tidak diperlukan keluar lokasi
lapangan kerja. Top soil (lapisan tanah atas) yang dianggap oleh Pengawas dapat dipakai, harus
ditumpuk (ditimbun) di daerah yang ditunjuk oleh Pengawas.
6. Pembebasan
Pelaksana Proyek harus membebaskan daerah perataan lapangan tersebut dari genangan-
genangan air (terutama pada musim penghujan) dengan membuat saluran-saluran pembuangan
air hujan atau pemompaan air.
7. Penggalian dan Pengurugan
a. Pelaksana Proyek harus mengerjakan semua pekerjaan penggalian dan pengurugan harus
menggunakan tanah urug dari tanah galian di lapangan kerja atau dari daerah-daerah lain di
luar lapangan yang disetujui Pengawas. Pelaksana Proyek bersama Pengawas menentukan
tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon yang harus dipertahankan bila ada.
b. Pelaksana Proyek harus menyediakan peralatan, alat-alat pengatur dan alat-alat pengaman
tambahan yang diwajibkan oleh ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang berlaku di
Indonesia.

PENGGALIAN DAN PENIMBUNAN KEMBALI


Lingkup Pekerjaan Penggalian terdapat pada :
a. Galian Tanah dengan ukuran sebagaimana yang tertera dalam gambar bestek
b. Untuk galian Saluran pembuangan ukuran dan kedalamannya bervariasi sesuai dengan lokasi
yang ada atau sesuai dengan ukuran yang terdapat pada gambar rencana
c. Galian pasangan bandar rabat yang ada harus disesuaikan dengan gambar yang ada
Bagian ini juga meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali untuk pekerjaan
saluran drainase/gorong-gorong sesuai dengan gambar kerja.

Pelaksanaan
Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi rencana dan kedalaman yang perlu
untuk saluran drainase/gorong-gorong dengan ukuran dan kedalaman seperti diperlihatkan dalam
Gambar.
1. Penggalian
a. Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batuan dan bahan-bahan lain yang
dijumpai dalam pengerjaan.
b. Bilamana tidak dinyatakan lain oleh Pengawas, maka penggalian untuk saluran
drainase/gorong-gorong harus mempunyai lebar yang cukup untuk dapat memasang
pasangan batu kali untuk saluran drainase dan gorong-gorong.
c. Apabila ternyata dijumpai kondisi yang tidak memuaskan pada kedalaman yang
diperlihatkan dalam gambar-gambar, maka penggalian harus di perdalam, diperbesar atau
dirubah sampai disetujui oleh Pengawas
d. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah sehingga dicapai kedalaman yang
melebihi dengan apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui oleh Pengawas,
maka kelebihan tersebut harus ditimbun kembali dengan pasir yang dipadatkan
e. Dasar dari semua galian harus waterpas, bilamana pada dasar setiap galian masih terdapat
akar-akar tanaman atau bagian-bagian gembur, maka ini harus digali keluar sedang lubang-
lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disirami dan dipadatkan sehingga mendapatkan
kembali dasar yang waterpas.
f. Lapisan atas hasil bongkaran daerah pembangunan yang dapat dipakai lagi, akan ditimbun
ditempat yang ditunjuk oleh Pengawas.
g. Semua penggalian harus dikerjakan sesuai dengan panjang, kedalaman, dan lingkungan
yang diperlukan untuk Pelaksanaan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar.
2. Macam Pekerjaan :
a. Galian tanah untuk saluran drainase sesuai dengan gambar kerja.
b. Galian tanah untuk gorong-gorong sesuai dengan gambar kerja.
3. Urugan dan Urugan Kembali
a. Urugan dan urug kembali harus dilaksanakan didaerah-daerah yang sesuai/tertera dalam
gambar serta mengikuti urugan ketinggian, kemiringan dan bentuk-bentuk seperti yang
dinyatakan dalam gambar-gambar
b. Bahan urugan / urug kembali kecuali ditentukan lain oleh Pengawas menggunakan ‘Borrow
Material’. Bahan urugan harus bebas dari kotoran-kotoran tumbuh-tumbuhan, batu-batuan
atau bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.
c. Tanah urugan atau urug kembali harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan yang tidak
melebihi 20 (dua puluh) cm (gembur) agar mudah mengatur kepadatan yang merata untuk
seluruh ketebalannya.
d. Tanah urug sebelum dipadatkan harus terlebih dahulu dibasahi secukupnya untuk
mendapatkan kepadatan yang disyaratkan.
e. Lokasi urugan disesuaikan dengan gambar rencana.
PASAL 3
SALURAN DRAINASE/GORONG-GORONG

Lingkup Pekerjaan
Macam pekerjaan saluran drainase meliputi pemasangan saluran terbuka, dan saluran tertutup,
kemiringan dan dimensi seperti yang tercantum dalam gambar pelaksanaan dan petunjuk Pengawas.
Saluran drainase yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah pasangan batu kali untuk semua type
saluran kecuali untuk pekerjaan normalisasi saluran.
Adapun pekerjaan saluran ini terdiri dari beberapa kegiatan yakni :
-. Lapisan dasar merupakan lapisan tanah asli yang sudah dipadatkan yang sesuai dengan gambar
kerja.
-. Pasangan batu kali pada saluran drainase berbentuk trapesium dengan ukuran kepala atas dan
dasar tapak bawah serta tinggi disesuai dengan gambar kerja, yang dipasang dengan kemiringan
saluran/slope yang ditentukan dalam gambar rencana.

Bahan-bahan
Persyaratan Bahan
a. Pasir
Pasir (agregat halus) harus mempunyai butiran-butiran yang keras, bersudut banyak dan awet
(durable) dan tidak boleh mengandung lumpur, tanah liat (clay lump) lebih dari 3% dan tidak terlalu
banyak butir-butir yang pipih.
b. Portland Cement
Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan dalam NI – 8 – 1972 Bab 3.2 dan SII –
0013 – 81. Disarankan menggunakan Semen Padang type I (50 kg/zak) atau setarafnya
c. Batu Kali
Batu kali harus dari batuan yang keras, bulat atau bersegi banyak, awet (durable), berwarna abu-
abu kehitaman dan tidak boleh mengandung lumpur, tanah liat, (clay lump) serta tidak terlalu
banyak butir-butir yang pipih. Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat
mengurangi kelekatan dengan adukan. Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh
permukaannya dan diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
d. Air
Air untuk pembuatan Spesi pondasi tidak boleh mengandung asam alkali, garam-garam, bahan-
bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat membuat lapuk Pondasi, dalam hal ini sebaiknya
dipakai air bersih yang dapat diminum.
e. Buis Beton (Gorong-gorong)
Buis beton yang digunakan untuk saluran air harus berkualitas baik, ukuran tebal rata, tidak retak-
retak atau baru. Ukuran dan bentuk (lingkaran atau setengah lingkaran) serta lokasi penempatan
di lokasi mengikuti gambar Perencanaan.
Pelaksanaan
Pengerjaan
1. Umum
Pencampuran adukan untuk plesteran sebaiknya dilakukan dengan mesin (molen). Masukan
setengah dari jumlah air dan pasir untuk adukan lebih dahulu kedalam molen, kemudian
tambahkan semen dan setengah bagian sisa dari air dan pasir. Pengadukan tanpa mesin hanya
boleh dilakukan, bilmana disetujui Pengawas . Adukan harus selalu plastis, Aduk ulang
(retempering) dengan penambahan air boleh dilakukan sebagaimana diperlukan. Adukan yang
berumur lebih lama dari 1 ½ jam sejak pencampurannya, tidak boleh diaduk ulang dan tidak boleh
digunakan lagi.
a. Sebelum Pasangan Batu Kali dimulai, Pelaksana Proyek harus sudah menyiapkan seluruh
bahan bahan yang berhubungan dengan Pasangan batu kali.
b. Pasangan batu kali harus dibuat sedemikian rupa lurusnya dan ketinggiannya disesuaikan
dengan gambar kerja.
c. Leveling permukaan atas harus dibuat dengan mempergunakan panduan rentangan
benang sepanjang pasangan yang akan dikerjakan yang diletakan pada Profil Bouplank
pondasi
d. Pada bagian bawah / dasar pasangani terlebih dahulu dipadatkan.
e. Setiap lapis susunan pasangan batu kali harus diisi dengan spesi 1PC : 4 pasir. Sehingga
tidak dibolehkan adanya pasangan lapisan batu kali tanpa ada spesi
f. Pasangan Batu Kali harus dilaksanakan sedemikian rupa sesuai dengan gambar tanpa ada
satupun titik atau lokasi yang keropos atau tidak diisi dengan adukan spesi

Persyaratan Kerja
a. Penimbunan pinggir pasangan tidak boleh dilakukan apabila pasangan belum berumur 1 hari ( 24
jam)
b. Seusai jam kerja, seluruh Pasangan Batu kali yang belum selesai, harus ditutup (dilindungi)
dengan kertas semen, atau dengan cara-cara lain yang disetujui oleh Pengawas.
c. Pelaksana Proyek harus mempelajari dan memahami keadaan tempat yang ada, agar dapat
mengetahui hal - hal yang akan mempengaruhi/mengganggu kelangsungan pekerjaan.
d. Pelaksana Proyek harus menyediakan peralatan, alat-alat pengatur dan alat-alat pengaman
tambahan yang diwajibkan oleh ketentuan-ketentuan dan peraturan – peraturan yang berlaku di
Indonesia.
Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran untuk Pembayaran
a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai
volume nominal pekerjaan yang selesai dan diterima.
b) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk pelapisan pada selokan dan saluran air, atau
pelapisan pada permukaan lainnya, volume nominal harus ditentukan dari luas permukaan terekspos
dari pekerjaan yang telah selesai diker-jakan dan tebal nominal lapisan untuk pelapisan. Untuk
keperluan pembayaran, tebal nominal lapisan haruslah diambil yang terkecil dari berikut ini :
i) Tebal yang ditentukan seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau diperintahkan Direksi
Pekerjaan;
ii) Tebal aktual rata-rata yang dipasang seperti yang ditentukan dalam pengukuran lapangan.
iii) 15 cm.
c) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang digunakan bukan untuk pelapisan, volume nominal
untuk pembayaran harus dihitung sebagai volume teoritis yang ditetapkan dari garis dan penampang
yang ditentukan atau disetujui.
d) Setiap bahan yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak boleh diukur atau dibayar.
e) Galian untuk selokan drainase yang diberi pasangan batu dengan mortar harus diukur untuk
pembayaran sesuai dengan dari Spesifikasi ini.
f) Landasan tembus air (permeable) atau bahan berbutir untuk kantung saringan (filter pocket) harus
diukur dan dibayar menurut mata pembayaran Drainase Porous, seperti ditetapkan dalam Spesifikasi
ini. Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah dilakukan untuk penyediaan atau pema-sangan
cetakan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk seluruh cetakan lain-nya yang digunakan.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas pasangan batu dengan mortar, ditentukan seperti yang disyaratkan di atas akan dibayar
berdasarkan Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk mata pembayaran terdaftar di bawah
dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga dimana harga dan pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua bahan, untuk semua
formasi penyiapan pondasi yang diperlukan, untuk pembuatan lubang sulingan, untuk pengeringan
air, untuk penimbunan kembali dan pekerjaan akhir, dan semua pekerjaan atau biaya lainnya yang
diperlukan atau biasanya diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

1. Pasangan Batu dengan Batu kali Meter Kubik


PASAL 4
BETON STRUKTURAL DAN NON STRUKTURAL

BETON COR DITEMPAT


Lingkup Pekerjaan
 Plat lantai beton bertulang : Ukuran/dimensinya serta jumlahnya pada setiap ruas sesuai
dengan gambar dengan jumlah berat besi per meter kubik beton
sesuai dengan analisa SNI (lihat analisa).

Pengendalian Pekerjaan
Semua pekerjaan beton harus merujuk pada ketentuan-ketentuan seperti yang tertera dalam :
Standar Industri Indonesia (SII) :

SII-13-1977 : Semen Portland.


(AASHTO M85 - 75)

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

PBI 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2.


SK SNI M-02-1994-03 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos Saringan
(AASHTO T11 - 90) No.200 (0,075 mm).
SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk Campuran
(AASHTO T21 - 87) Mortar dan Beton.
SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
(AASHTO T22 - 90)
Pd M-16-1996-03 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan.
(AASHTO T23 - 90)
SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Ha-lus dan
(AASHTO T27 - 88) Kasar.
SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.
(AASHTO T96 - 87)

SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Ter-hadap Larutan
(AASHTO T104 - 86) Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
SK SNI M-01-1994-03 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah
(AASHTO T112 - 87) Dalam Agregat.
SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium.
(AASHTO T126 - 90)
SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.
(AASHTO T141 - 84)

AASHTO :

AASHTO T26 - 79 : Quality of Water to be used in Concrete.


Standar Industri Indonesia (SII) :

SII-13-1977 : Semen Portland.


(AASHTO M85 - 75)
Bahan-bahan
Bahan yang digunakan, pada dasarnya semua jenis bahan yang dugunakan dalam pekerjaan ini
harus memenuhi persyaratan diantaranya :

a. PC/semen : digunakan satu jenis semen sekualitas


TIGA RODA atau yang memenuhi persyaratan dalam
peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM
C-150 Type I Atau Standard Inggris BS-12.
 Semen yang telah mengeras sebagian /
seluruhnya,tidak diperkenankan untuk digunakan.
 Tempat penyimpenan semen harus diusahakan
sedemikian rupa sehingga semen bebas dari
kelembapan

 Konsultan pengawas dapat memeriksa semen yang


disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum
dipergunakan.Kontraktor harus bersedia untuk
memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan
pengawas Pekerjaan untuk pengambilan contoh-
contoh tersebut,semen yang tidak dapat diterima
sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus
tidak dipergunakan/diafkir
 Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan
tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka
Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk
dibongkar, beton tersebut dan diganti dengan
memakai semen yang telah disetujui atas beban
kontraktor.
b. Pasir Beton harus terdiri dari pasir dengan butir-butir
yang bersih dan bebas dari bahan – bahan organis,
Lumpur dan lain sebagainya, serta memenuhi komposisi
butir dan kekerasan seperti yang tercantum dalam NI – 2
PBI 1971.
c. Koral yang digunakan harus bersih dan bermutu baik
serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai
persyaratan yang tercantum dalam NI-2 PBI 1971, koral
yang digunakan ukuran 2/3 cm
d. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, asam, garam alkalis serta bahan-
bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton.
Apabila dipandang pertlu Pengawas dapat meminta
kepada pemborong supaya air yang dipakai diperiksa
dilaboratorium pemerisaan bahan yang resmi atas biaya
pemborong.
e. Semua Baja tulangan beton harus baru,mutu dan ukuran
sesuai dengan standard Indonesia untuk beton NI-2, PBI
– 1971 atau ASTM Deignation A-15, dan harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

Konsultan Pengawas berhak meminta kepada kontraktor,


surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari
semua baja tulangan beton yang disediakan untuk
persetujuan konsultan pengawas sesuai dengan
persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti
tercantum dalam gambar rencana
f. Baja tulangan Beton harus bersih dari lapisan
minyak/lemak dan bebas dari cacat-cacat seperti serpih-
serpih, karat dan zat kimia lainnya yang dapat
mengurangi/merusak daya lekat antara baja tulangan
dengan beton.
g. Ukuran diameter baja tulangan harus sesuai dengan
gambar rencana dan tidak diperkenankan adanya
toleransi bentuk ukuran.diameter besi ulir adalah diameter
dalam.

10.3 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton

Kelas dan Mutu Beton


a. Kelas dan Mutu dari beton harus sesuai dengan standard
Beton Indonesia NI-2, PBI-1971
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah
persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda uji harus
memberikan ‘BK’ (kekuatan tekan beton kareteristik) yang
lebih besar dari yang ditentukan.

Komposisi Campuran Beton


a. Beton harus dibentuk dari semen Portland, pasir, kerikil,
dan air seperti yang ditentukan sebelumnya.
Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang serasi
dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang
tepat/baik.

b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan


yang disyaratkan/ditentukan dalam spesipikasi ini,harus
dipakai ‘campuran yang direncanakan’ (MIX DESIGNED)
c. Ukuran maxsimal dari Agregat kasar dalam beton untuk
bagian-bagian dari pekerjaan tidak boleh melampaui
ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton,
d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton
yang dipakai untuk berbagai mutu, harus ditetapkan dari
waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian
juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang
dihasilkan.
e. Perbandingan campuran dan factor air semen yang tepat
akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan yang
mempunyai kepadatan yang tepat, keawetan dan
kekuatan yang dikehendaki.
f. Kekentalan (Konsistensi) adukan beton untuk bagian-
bagian konstruksi beton, harus disesuaikan dengan jenis
konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan
adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan
adukan beton antara lain ditentukan oleh faktor air
semen.
g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai
dengan yang direncanakan,maka factor air semen
ditentukan sebagai berikut:
 Faktor air semen Untuk pondasi
sloof, Poer, maksimum 0,65
 Faktor air semen untuk kolom balok,plat lantai,
tangga, dinding beton, dan listplank/parapet
maksimum 0,60
 Faktor air semen untuk konstruksi plat atap, dan
tempat-tempat basah lainnya maksimum 0,55.

h. Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton,dan


dapat dihasilkan suatu mutu sesuai dengan yang
direncanakan, maka untuk konstruksi beton dengan factor
air semen maksimum 0,55 harus memakai Plasticizer
sebagai bahan additive. Pemakaian merk dari bahan
additive tersebut harus mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas/direksi.
i. Pengujian beton akan dilakukan oleh konsultan pengawas
pekerjaan atas biaya kontraktor pelaksana. Perbandingan
campuran beton jika dipandang perlu harus diubah untuk
tujuan penghematan yang dikehendaki, workability,
kepadatan, kekedapan, atau kekuatan dan kontraktor
tidak berhak atas claim yang disebabkan perubahan yang
demikian.

Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-benda Uji Beton

a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur


menurut keperluan untuk menjamin beton dengan
konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi
kandungan lembab atau gradasi dari agregat waktu
masuk dalam mesin pengaduk (Mixer).

Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat


hasil pengadukan yang terlalu yang terlalu lama atau
yang menjadi kering sebelum dipasang sama sekali tidak
diperkenankan.
Keseragaman Konsistensi beton untuk setiap kali
pengadukan sangat perlu.
Nilai Slump dari beton(pengujian kerucut slump),tidak
boleh kurang dari 8 cm dan tidak melampaui 12 cm, untuk
segala beton yang dipergunakan.

b. Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2, PBI–


1971.Konsultan Pengawas berhak untuk menuntut nilai
Slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat
dilaksanakan dan akan menghasilkan beton berkualitas
lebih tinggi atau alasan penghematan.
c. Kekuatan tekan beton harus ditetapkan oleh konsultan
pengawas melalui pengujian biasa dengan kubus ukuran
15x15cm, dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI 1971
Kontraktor pelaksana harus menyediakan fasilitas yang
diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh
pemeriksaan yang representative.
Baja Tulangan
a. Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti
sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera
pada gambar–gambar konstruksi
Semua batang harus dibengkokan dalam keadaan
dingin,pemanasan dari besi beton hanya dapat
diperkenankan bila seluruh cara pengerjaan disetujui oleh
konsultan pengawas
b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan
gambar rencana. Untuk menempatkan tulangan tetap tepat
ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan
kawat beton dengan bantalan beton decking atau kursi-
kursi besi/cakar ayam perenggang dalam segala hal untuk
besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang
yang tepat,sehingga tidak ada batang yang turun.

c. Jarak bersih terkecil antara batang yang pararel apabila


tidak ditentukan dalam gambar rencana,minimal harus 1,2
kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus
memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.

d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan


gambar rencana dan perhitungan,apabila dipakai dimensi
tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang
menentukan adalah luas tulangan, dalam hal ini kontraktor
diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari
konsultan pengawas.
Selimut Beton
Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh
menyinggung dinding atau dasar cetakan,serta harus
mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian–bagian konstruksi.
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana,maka tebal
selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi
adalah sebgai berikut :

a. Balok Sloof = 4,00 cm


b. Kolom = 3,00 cm
c. Balok = 2,50 cm
Sambungan Baja Tulangan
Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-
tempat lain dari yang ditunjukan pada gambar–gambar, bentuk
dari sambungan harus disetujui oleh konsultan pengawas.
Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal
40 kali diameter batang yang dipakai/digunakan, kecuali jika
ditetapkan dalam secara pasti di dalam gambar rencana dan
harus mendapat persetujuan konsultan pengawas.

Perlengkapan Mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan
yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan
mengawasi jumlah dari masing-masing bahan beton.
Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan pengerjaannya selalu
harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Mengaduk
a. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan
diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu ‘ Batch Mixer’.
Konsultan pengawas berwenang untuk menambah waktu
pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan
gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan
kekentalan dan warna yang merata dalam komposisi dan
konsistensi dari adukan ke adukan,kecuali bila diminta
adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi.
Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan
penyerpurnaan.
b. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang
berlebih-lebihan (lamanya) yang
membutuhkan penambahan air
untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
Messin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak
memuaskan harus diganti.
Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari
kapasitas yang telah ditentukan

Suhu
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32o C dan
tidak kurang dari 4,50 C.
Bila suhu dari Beton yang dituang berada antara 270 C dan 320
C,beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian
langsung dicor.
Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa,sehingga
suhu dari beton melebihi 320 C,sebagai yang ditetapkan oleh
konsultan pengawas,kontraktor harus mengambil langkah –
langkah yang efektif,upamanya mendinginkan
agregat,mencampur dengan es dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu,untuk mempertahankan suhu beton,waktu
dicor pada suhu dibawah 320 C.

19
Rencana Cetakan
Cetakan harus sesuai dengan bentuk,dan ukuran yang
ditentukan dalam gambar rencana.
Bahan yang dipergunakan harus mendapatkan persetujuan dari
konsultan pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai.
Sewaktu-waktu Konsultan pengawas dapat mengafkir sesuatu
bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun
dan kontraktor harus dengan segera mengambil bentuk yang
diafkir dan menggantinya atas biaya sendiri.

Konstruksi Cetakan
a. Semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan aman pada
kedudukannya sehingga dapat dicegah pengembangan
atau gerakan selama /sesudah pengecoran beton.
b. Sebelum beton dicor,permukaan dari cetakan-cetakan
harus diminyaki dengan minyak yang biasa
diperdagangkan untuk maksud itu yang mencegah secara
efektif lekatnya beton pada cetakan dan memudahkan
dalam pembongkaran cetakan beton.
Penggunaan minyak cetakan harus hati-hati untuk
mencegah kontak dengan besi beton yang mengakibatkan
kurangnya daya lekat.
c. Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada
pondasi yang baik dan kuat sehingga tidak akan ada
kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

Pengangkutan Beton
Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan
beton harus sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi
dan kekentalan yang diingikan dapat dibawa ke tempat
pekerjaan,tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang
menyebabkan perubahan nilai slump.

20
Pengecoran
a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan,
ukuran dan letak baja tulangan beton sesuai gambar
rencana/pelaksanaan,pemasangan sparing-sparing
instalasi, penyokong, pengikat dan lain-lainnya selesai
dikerjakan sebelum pengecoran dimulai permukaan –
permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus
sudah disetujui oleh konsultan pengawas.
b. Segera sebelum pengecoran beton dimulai ,semua
permukaan pada tempat pengecoran beton (cetakan)
harus bersih dari air yang tergenang,reruntuhan atau
bahan lepas.
Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap
pada tempat-tempat yang akan dicor harus dibasahi
dengan merata sehingga kelembaban/air dari beton yang
baru dicor tidak akan diserap.
c. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih dari 2
meter,semua penuangan beton harus selalu lapis-perlapis
horizontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm.Konsultan
pengawas berhak untuk mengurangi tebal tersebut apabila
pengecoran dengan tebal 50 cm,tidak dapat memenuhi
spesifikasi ini.
d. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan
deras berlangsung sehingga spesikasi mortar terpisah dari
agregat kasar.
Selama hujan,air semen atau spesi tidak boleh
dihamparkan pada construction joint dan air semen atau
spesi yang terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan
dilanjutkan.

e. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat


mungkin, sehingga bebas dari kantong-kantong kerikil,dan
menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan
matrial yang diletakan

21
Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton,kepala alat
penggetar( Vibrator) harus dapat menembus dan
menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari
lapisan yang terletak dibawah.Lamanya penggetaran tidak
boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan
airnya, semua beton harus dipadatkan dengan alat
penggetar type immerson beroprasi dengan kecepatan
paling sedikit 3000 putaran per menit ketika dibenamkan
dalam beton
f. Beton boleh dicor hanya waktu Konsultan pengawas
pekerjaan atau wakilnya yang ditunjuk serta staf kontraktor
yang setaraf ada di tempat kerja,dan persiapan betul-betul
telah memadai.

Waktu Dan Cara-cara Pembukaan Cetakan


a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan
harus mengikuti petunjuk konsultan pengawas, pekerjaan
ini harus dikerjakan hati-hati untuk menghindari kerusakan
pada beton.
Beton yang masih muda/lunak tidak di izinkan untuk
dibebani, segera setelah cetakan–cetakan dibuka,
permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan
permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki
sampai disetujui konsultan pengawas.

b. Umumnya diperlukan waktu minimum dua (2) hari sebelum


cetakan-cetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak
bermuatan dan cetakan – cetakan samping lainnya,tujuh
(7) hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran,
21 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap, tangga dan
kolom.
Walaupun demikian sebagai pedoman dalam keadaan
cuaca normal adalah sebagai berikut:

22
Struktur Pengerasan Normal
Kolom dan Dinding 4 hari
Plat Lantai / Atap 28 hari
Balok 28 hari

Perawatan ( Curing )
a. Semua beton harus dirawat dengan air seperti ditentukan
di bawah ini atau disemprot dengan curing Agent
ANTISOLS merk SIKA. Konsultan pengawas berhak
menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
digunakan pada bagian–bagian pekerjaan.
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap
sinar matahari yang langsung minimal selama 3 hari
sesudah pengecoran.perlindungan semacam itu dilakukan
dengan menutupi permukaan beton dengan deklit/karung
bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera
setelah pengecoran dilaksanakan.
c. Perawatan beton setelah tiga (3) hari, yaitu dengan
melakukan penggenangan dengan air terus menerus pada
permukaan beton paling sedikit selama 14 hari

Perlindungan
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-
kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan
Pengawas.
Perbaikan Permukaan Beton
a. Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton
yang tidak sesuai dengan yang direncanakan,atau tidak
tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan,atau
ternyata ada permukaan yang rusak,hal itu dianggap tidak
sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan
diganti oleh kontraktor atas bebannya sendiri.
Kecuali bila konsultan pengawas memberikan izinnya

23
untuk menambal tempat yang rusak,dalam hal mana
penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum
dalm pasal-pasal berikut.
b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan
perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan-
kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos,
ketidak rataan / pembengkakan harus dibuang dengan
pemahatan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan
beton lainnya harus dipahat, lobang-lobang pahatan harus
diberi pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian sehingga
pengisian akan terikat ditempatnya. Semua lobang harus
terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan
seterusnya disempurnakan.
c. Jika menurut Konsultan pengawas, hal-hal tidak sempurna
pada bagian bangunan yang akan terlihat jika dengan
penambalan saja akan menghasilkan sebidang dinding
yang tidak memuaskan kelihatannya, kontraktor wajib
untuk menutupi seluruh dinding (dengan spesi Plesteran
1pc:3ps) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1cm,
demikian juga pada dinding yang berbatasan (yang
bersambungan) sesuai dengan instruksi dari konsultan
pengawas.

Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar


batas tolleransi kelurusan
(Pencekungan/pencembungan) bidang tidak boleh
melebihi dari L/1000 untuk semua komponen

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

1. Cor Beton Meter Kubik

24
PASAL 5
PLESTERAN

Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata, beton, beton bertulang, saluran pada
kafeling bangunan dan septictank.

Persyaratan bahan
Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam pasal beton bertulang.

Pedoman Pelaksanaan
Sebelum plesteran dilakukan, maka : Dinding dibersihkan dari semua kotoran, Dinding dibasahi dengan
air Semua siar permukaan dinding dikorek sedalam 0,5 cm Permukaan beton yang akan diplester dibuat
kasar agar bahan plesteran dapat merekat dengan baik

Adukan plesteran pasangan batu dipakai campuran 1 Pc : 4 Ps

Ketebalan plesteran pada semua bidang plesteran harus sama tebalnya dan tidak diperbolehkan
berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan
pemeriksaan secara horizontal dan vertikal.

Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan perbaikannyasecara


keseluruhan, bidang – bidang yang harus diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat
bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran harus baru rata dengan sekitarnya.

Semua bidang plesteran lainnya harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak permulaan
plesteran.

Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan penutup atap selesai dipasang dan
setelah pipa – pipa listrik selesai dipasang.

Pembayaran
Pembayaran baru dilakukan berdasarkan volume dan harga satuan kontrak, yang ditawar oleh
Kontraktor. Harga ini sudah mencakup harga bahan, upah dan alat – alat bantu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan ini. Segala akibat yang timbul atas Kontraktor yang mengakibatkan
penambahan volume dan biaya pekerjaan tidak diperhitungkan dalam sebagai pembayaran tambahan
dari Pimpinan Proyek.

25

Anda mungkin juga menyukai