Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah

RUANG KRISSAN RSUD BANGIL

Disusun oleh :

DARIUS DUNDU AHING

NIM. 2018611026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2019

1
LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

1. Definisi

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis


dengan piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan
penekanan pada radiks atau cauda equina (2014). Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
adalah menjebolnya nucleus pulposus ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi
annulus fibrosus korpus vertebralis. HNP mempunyai banyak sinonim antara lain
Herniasi Diskus Intervertebralis, ruptured disc, slipped disc, prolapsus disc dan
sebagainya. HNP sering menyebabkan nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Nyeri
punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada region lumbal, tetapi
gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara
luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal. Diskus Intervertebralis adalah
lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material
yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola
dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus
pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002).

HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol dan menekan ke
arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. Jadi berdasarkan pengertian
para peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa hernia nukleous pulposus adalah kelainan
akibat dari kanalis spinalis yang menonjol sehingga menekan arah kranialis dan
biasanya menyebabkan nyeri pada punggung.

2. Etiologi

HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis. Keadaan patologis


dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk terjadinya herniasi.
Banyak kasus bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul dari tekanan yang
berulang. Tetesan annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan normal
yang berulang dari aktivitas biasa atau dari aktivitas fisik yang berat.
Menurut ana 2014, etiologi dari hernia nukleous pulposus disebabkan karena :
1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.

2
2. Spinal stenosis.
3. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
4. Pembentukan osteophyte.
5. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus
mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari
nucleus hingga annulus.
6. Keadaan akut, injuri pada ligamen, otot dan degenerasi spinal ini
akan menyebabkan nyeri punggung.
7. Degenerasi pada tulang belakang normal pada proses ketuaan, akselerasi trauma.
8. Nyeri punggung akibat spasme otot sehubungan dengan stress.
9. Pengalaman masing-masing orang tentang persepsi nyeri punggung berbeda.
Menurut Lya R., dkk tahun 2008 hernia nukleous pulposusu terjadi karena
proses degeneratif diskus intervetebralis. Beberapa faktor yangmempengaruhi terjadinya
HNP adalah sebagai berikut :
1. Riwayat trauma
2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi
dalamwaktu lama
3. Sering membungkuk
4. Posisi tubuh saat berjalan
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun)
6. Struktur tulang belakang
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang
3. Klasifikasi
2.4.1 Hernia Lumbosacralis

Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus
berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai
potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-

3
kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa
serabut syaraf.

2.4.2 Hernia Servikalis

Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi
fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian
yang berulang. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus
prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus
berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus dan melintang sebagai
potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus
menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-
kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa
serabut syaraf.

2.4.3 Hernia Thorakalis

Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat
menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese
kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese. Penonjolan pada sendi
intervertebral thorakal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua
operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thorakal paling bawah atau tempat
yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah
faktor penyebab yang paling utama.

4. Patogenesis

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus,
kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu
serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang
mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar
syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian
koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan
Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).

4
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5
sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf
pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis,
maka herniasi discus antara L 5 dan S 1. Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus
disebabkan oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar
cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus
dengan stres yang relatif kecil.

5. Patofisiologi

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan


degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam
diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang
menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma jatuh,
kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera. Pada
kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini
disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun
tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula
spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap
sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus


menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam
bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat
herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada
tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi
di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah
terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga
dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

5
Pathway

Aliran darah ke Beban berat Penyempitan


discus menurun ligament
longitudinalis

Discus tidak kuat menahan beban

Discus menjadi rapuh dan terus tertekan

Annulus fibrosus keluar

Menekan radiks

Gangguan Kontraksi Otot

Nyeri

6
6. Manifestasi Klinis

Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri
bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang. Nyeri mulai dari pantat,
menjalar kebelakang lutut hingga kemudian ke tungkai. Nyeri bertambah apabila
mengejan, batuk, dan angkat beban berat. Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5
sampai Sacrum 1 (garis antara 2 krista iliaka).

1. Nyeri spontan : sifat nyeri adalah khas yaitu dari posisi berbaring-duduk nyeri
bertambah hebat. Bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.
2. Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebelakang lutut hingga kemudian ke tungkai.
3. Nyeri bertambah apabila mengejan, batuk, dan angkat beban berat.
4. Nyeri bertambah bila ditekan pada Lumbal 5 sampai Sacrum 1 (garis antara 2
krista iliaka).
7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologis

Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang
terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis
akibat spasme otot paravertebral. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila
vertebra dan level neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi
tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila vertebra dan level neurologis belum jelas.
1. Foto rontgen (foto rontgen dari depan, samping dan serong) untuk identifikasi
ruang antar vertebra menyempit.
2. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal
pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahui adanya
penyumbatan. Hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.

7
3. ENMG (Elektroneuromiografi) untuk mengetahui radiks mana yang
terkena.
4. CT Scan : melihat gambaran vertebra.
1. Penatalaksanakan Medis

Terapi konservatif

Tirah baring : penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai
dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutu tertentu. Tempat tidur tidak boleh
memakain pegas/per dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan
ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah
mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang
dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring
dianggap cukup maka dilakukan latihan/dipasang korset untuk mencegah terjadinya
kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.

Medikamentosa

Symtomatik :Analgesik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison,


prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan
trisiklik (amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepolsid). Kausal :
Kolagenese.

Fisioterapi

Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih
dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.

Terapi operatif

Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil
yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik.

Rehabilitasi

8
Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula. Agar tidak menggantungkan
diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Klien tidak mengalami
komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan sebagainya.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas

HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda berat atau mendorong benda berat).

b. Keluhan Utama (Lihat Gejala)

Pengaruh posisi tubu atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi
yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang
mendesak. Obat yang sedang diminum. Waktu: Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan
atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.

c. Riwayat Keperawatan

Klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma


multipleks), metabolik (osteoporosis). Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks
kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah.

d. Status mental

Pada umumnya klien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak


pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijaksana bila kita menanyakan kemungkinan
adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-faktor stress).

Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum : Tanda-tanda vital, pemeriksaan


jantung, paru-paru, perut.
 Inspeksi : Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi
dan gerakan untuk evalusi neurologik.

9
 Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya
angulus, pelvis yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau
pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
 Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
selama bergerak
 Klien dapat mengenakan pakaian secara wajar/tidak.
 Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan,perubahan
warnakulit.
 Neurologik
b. Pemeriksaan motorik
 Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah,kaki, ibu
jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk
melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.
 Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan kiri.
 Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada
otot-otot tertentu.
c. Pemeriksaan ROM

Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat
nyeri, functio laesa atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.

d. Pemeriksaan penunjang

Foto rontgen (foto rontgen dari depan, samping dan serong) untuk identifikasi
ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras
melalui tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahui
adanya penyumbatan. Hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
ENMG (Elektroneuromiografi) untuk mengetahui radiks mana yang terkena. CT Scan :
melihat gambaran vertebra.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Data Subjektif Data Objektif
1. Nyeri b.d Penjepitan Klien mengeluh : Klien tampak :

10
saraf pada diskus nyeri, insomnia, perubahan Ekspresi wajah tampak
intervertebralis. pola tidur. nyeri,pucat,gelisah,perilak
u terarah/hati-hati.
2. Cemas b.d gangguan Klien mengeluh : Klien tampak :
berulang dengan nyeri lelah, takut, tidak berdaya. tegang, tidak mampu
terus menerus. memecahkan masalah.

3. Perubahaan mobilitas Klien mengeluh : Klien tampak :


fisik b.d tidak mampu melakukan Tremor, berkurangnya
Hemiparese/hemiplagia ADL, otot menjadi spasme pergerakan, bradikinensia,
. dan kaku. gangguan gaya berjalan,
rigiditas.

3. Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi


Nyeri b.d Penjepitan Setelah diberikan tindakan Menejemen nyeri
saraf pada diskus keperawatan 1 x 24 jam nyeri  Identifikasi klien dalam
intervertebralis. klien dapat teratasi. Dengan membantu
kriteria hasil : menghilangkan rasa
1. Mengatakan tidak terasa nyerinya
nyeri  Berikan informasi
2. Lokasi nyeri minimal tentang penyebab dan
3. Keparahan nyeri cara mengatasinya
berskala 0  Tindakan penghilangan
4. Indikator nyeri verbal rasa nyeri noninvasif
dan nonverbal (tidak dan nonfarmakologis
menyeringai). posisi, balutan (24-48
jam), distraksi dan
relaksasi.

11
 Terapi analgestik

Ansietas b.d gangguan Setelah diberikan tindakan Mengurangi kecemasan


berulang dengan nyeri keperawatan 1 x 24 jam klien  Kaji tingkat ansietas
terus menerus. tidak merasa cemas, dengan pasien
kriteria hasil :  Berikan informasi yang
1. Klien mampu akurat dan jawab
mengungkapkan dengan jujur
ketakutan/kekuatirannya.  Berikan support system
2. Respon klien tampak (perawat, keluarga atau
tersenyum. teman dekat dan
3. Tampak rileks pendekatan spiritual)
 Berikan informasi
mengenai klien yang
juga pernah mengalami
gangguan seperti yang
dialamu klien dan
menjalani operasi.

12
Perubahan mobilitas Setelah diberikan tindakan Mobilisasi fisik
fisik b.d keperawatan 2 x 24 jam  Ubah posisi klien tiap 2
Hemiparese/hemiplagia diharapkan mobilitas fisik jam
. klien dapat meningkat, dengan  Ajarkan klien untuk
kriteria hasil :. melakukan latihan
1. Mendemonstrasi perilaku gerak aktif pada
yang baik. ekstremitas yang tidak
2. Mempertahankan atau sakit
meningkatkan kekuatan  Ajarkan klien utnuk
dan fungsi bagian tubuh melakukan latihan
yang sakit dan/atau gerak aktif pada
kompensasi. ekstremitas yang tidak
3. Tidak terjadi kontraktur sakit
sendi.  Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi

4. Implementasi

Diagnosa Implementasi
Nyeri b.d Penjepitan Menejemen nyeri
saraf pada diskus  Mengidentifikasi klien dalam membantu menghilangkan
intervertebralis. rasa nyerinya
 Memberikan informasi tentang penyebab dan cara
mengatasinya
 Memberikan tindakan penghilangan rasa nyeri
noninvasif dan nonfarmakologis posisi, balutan (24-48
jam), distraksi dan relaksasi.
 Memberikan terapi analgestik

13
Ansietas b.d gangguan Mengurangi kecemasan
berulang dengan nyeri  Mengkaji tingkat ansietas pasien
terus menerus.  Memberikan informasi yang akurat dan jawab dengan
jujur
 Memberikan support system (perawat, keluarga atau
teman dekat dan pendekatan spiritual)
 Memberikan informasi mengenai klien yang juga pernah
mengalami gangguan seperti yang dialamu klien dan
menjalani operasi
Perubahan mobilitas Mobilisasi fisik
fisik b.d  Mengubah posisi klien tiap 2 jam
Hemiparese/hemiplagia  Mengajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif
pada ekstremitas yang tidak sakit
 Mengajarkan klien utnuk melakukan latihan gerak aktif
pada ekstremitas yang tidak sakit
 Borkolaborasi dengan ahli fisioterapi

5. EVALUASI
Data Evaluasi
Nyeri S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
O : Ekspresi wajah tenang
A : Nyeri teratasi
P : lanjutkan intervensi

Ansietas S : Klien mengatakan sudah tidak cemas


O : ekspresi wajah tenang
A : ansietas klien sudah teratasi
P : lanjutkan intervensi
Mobilitas fisik S : klien mengatakan susah untuk bergerak
O : klien hanya diam di tempat tidur
A : masalah belum teratasi teratasi

14
P : melanjutkan intervensi mobilisasi fisik

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth.2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Carpenito – moyet,L.J. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Corwin J. Elisabet.2004.patofisiologi untuk perawat.EGC,Jakarta.

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, 3 th ed. Jakarta : EGC.

Pierce,A,.Grace,.Neil R. Borley,.2006. At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : EGC

Tambayong, Jan,2000.Patofisiologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC

Sabiston, & David. 2000. Buku Teks Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara

Sabiston. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Schwartz. 2007. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Sjamsuhidajat. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Suzanne C.Smeltzer & Brenda G.Bare.2001. KMB vol 3. Hal.2194 BAB 60 UNIT
15.EGC.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai