COVER
SKRIPSI
Oleh :
SITI AMANAH
20050210025
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2007
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Skripsi dengan judul “ PENGARUH SAAT PANEN JAGUNG
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TUMPANGSARI KACANG
KEDELAI + JAGUNG ”.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan untuk
memperoleh derajat Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi
ini memerlukan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis
tidak lupa mengucapkan terima kasih yang tak terhingga terutama kepada :
1. Ir. Agus Nugroho Setiawan, MP selaku Pembimbing utama dalam penyusunan
skripsi ini.
2. Ir. Nafi Ananda Utama, MS selaku Pembimbing pendamping dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Ir. Bambang Heri Isnawan, MP selaku Dosen penguji Skripsi.
4. Ir. Syukuriati Susilo Dewi, MS selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak dan Ibunda tercinta yang tak henti-hentinya mendoakan serta memberikan
dorongan dan semangat agar nino tidak mudah menyerah.
6. Sahabatku Rinni, Ullie, Anna yang selalu hadir memberikan semangat serta
bantuan dalam tiap kesulitanku.
7. Serta rekan-rekan tercinta yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Yogyakarta, 23 Maret 2007
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vi
INTISARI.................................................................................................................... vii
ABSTRACT ............................................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
A. Kacang kedelai ............................................. Error! Bookmark not defined.
B. Tumpangsari ................................................................................................... 4
C. Hipotesis ......................................................................................................... 5
III. METODE PENELITIAN ................................................................................... 5
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 5
B. Bahan dan Alat Penelitian .............................................................................. 5
C. Metode Penelitian ........................................................................................... 6
D. Tata Laksana Penelitian .................................................................................. 6
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 9
A. Pertumbuan Tanaman ..................................................................................... 9
B. Komponen Hasil ........................................................................................... 15
C. Hasil Ekonomi dan LER ............................................................................... 16
Rupiah/ha .................................................................................................................... 17
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 18
A. Kesimpulan ................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................. 18
iii
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
vi
INTISARI
vii
ABSTRACT
The tittle this research is “ The Effect of Corn Drop on the Gwroth and the
Result of Intercropping of the Small green peanut and the Corn “, has been conducted
at Ngebel, Tamantirto, Kasihan, Bantul, special province of Yogyakarta, and it was
held on June till September 2005. The research aim to determine the right time of the
corn harvest to get the growth result of intercropping between the small green peanut
and the corn.
The reseach used field experiment methode with single factor consits of 6
treatment with 3 block as repetion that being arranged in Random Completely Block
Design. Treatment tested was monokultur green peanut, monocultural corn, maximum
vegetatif in crop phase, young stem corn crop, soft mature corn grain crop and old
mature corn grain crop.
Result of this research showed that harvest time of soft mature corn grain crop
give the best growth and result in intercropping of the small green peanut compared
with the harvest time of the other corn and with this intercropping of the small green
peanut give the LER result more than 1, with the highest LER result in the soft mature
corn grain crop that is 2,68.
viii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penanaman secara monokultur juga beresiko terhadap rendahnya harga jual kacang
kedelai di pasaran. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dalam penanaman kacang
kedelai ini dapat dilakukan melalui sistem tumpangsari yaitu dengan menanam
tanaman sela diantara barisan pertanaman yang sudah ada. Bertanam secara
tumpangsari lebih menguntungkan, karena dapat meningkatkan produksi dan
pendapatan usaha tani per satuan luas lahan , mengoptimalkan pemanfatan lahan,
mengurangi resiko kegagalan, efisiensi tenaga kerja serta memperbaiki kesuburan
tanah dan adanya stabilitas biologi terhadap serangan hama dan penyakit.
Salah satu jenis tanaman yang dapat ditumpangsarikan dengan kacang kedelai
adalah jagung. Kombinasi ini sangat menguntungkan, karena akar tanaman jagung
dapat bersimbiosis dengan Mikoriza Vesikuler Arbuskuler (MVA). Hifa dari cendawan
tersebut berperan dalam meningkatkan pengambilan unsur hara P dengan cara
memperluas daerah penyerapan sistem perakaran. Unsur P mempengaruhi
pertumbuhan bakteri Rhizobium phaseoli yang hidup pada akar Legume, yang
berperan dalam pembentukan bintil akar, aktivitas bintil akar dan merangsang
pertumbuhan akar tanaman muda (Abbot dan Robson cit. Purwaningsih et al., 1996).
Akar tanaman kacang kedelai bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium phaseoli dapat
memberikan kebutuhan unsur hara N bagi legume.
Kacang kedelai merupakan tanaman C3 yang mempunyai tingkat fotorespirasi
yang tinggi. Tanaman tersebut membutuhkan cahaya matahari yang sedikit untuk
pertumbuhannya, sedangkan tanaman jagung merupakan tanaman C4 yang mempunyai
kapasitas fotosintesis tinggi. Tanaman ini memerlukan intensitas cahaya matahari yang
lebih banyak dibandingkan tanaman kacang kedelai dalam pertumbuhannya. Sinar
matahari ini merupakan unsur iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan produksi jagung, karena sinar matahari merupakan sumber energi dan sangat
membantu dalam proses asimilasi.
Untuk menghindari terjadinya kompetisi, penentuan waktu panen jagung
menjadi sangat penting, karena dalam setiap pemanenan tanaman jagung merupakan
saat berhentinya tanaman tersebut membutuhkan unsur hara dan air, sehingga tanaman
3
jagung yang mulai dipanen dalam sistem tumpangsari sudah tidak menjadi pesaing bagi
tanaman kacang kedelai dalam penyerapan unsur hara dalam tanah, sehingga unsur
hara yang ada dapat dimanfaatkan penuh oleh tanaman kacang kedelai. Dalam
hubungannya dengan penanaman secara tumpangsari antara kacang kedelai dengan
jagung tersebut, diharapkan waktu panen jagung yang tepat agar pertumbuhan dan hasil
dari tanaman kacang kedelai dapat lebih besar.
B. Tujuan Penelitian
A. Kacang kedelai
Kacang kedelai ( Phaseolus radiatus L. ) termasuk tanaman pangan yang sudah
lama dibudidayakan di Indonesia. Tanaman ini diduga berasal dari kawasan India, dan
kini penyebarannya semakin meluas ke berbagai daerah atau negara di Asia beriklim
panas (tropis), yang salah satunya adalah Indonesia. Tanaman kacang kedelai memiliki
prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia, karena keadaan agroekologi
Indonesia amat cocok untuk pengembangan budidaya tanaman kacang kedelai.
Tanaman kacang kedelai lebih tahan kering dibandingkan tanaman kacang-kacangan
lain, dan juga lebih toleran terhadap serangan hama dan penyakit. Mengingat kegunaan
dan permintaan terhadap kacang kedelai yang tinggi dan selalu meningkat, tampaknya
pemasaran hasil kacang kedelai tidak akan mengalami kesulitan (Adisarwanto et al.,
1991)
4
Dalam sistem usaha tani, kacang kedelai masih banyak ditemui dalam
pertanaman campuran, sehingga dalam hal ini kacang kedelai hanya dijadikan sebagai
tanaman tambahan. Dengan statusnya ini, maka hasil yang diperoleh kacang kedelai
masih sangat rendah (Suprapto, 2001). Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil
kacang kedelai dapat melalui perluasan areal tanam yaitu dengan penanaman kacang
kedelai secara monokultur. Akan tetapi penanaman secara monokultur tersebut sangat
rawan dengan rendahnya produksi dan produktivitas yang akan dicapai petani, yang
disebabkan karena terjadinya gagal panen atau rendahnya harga kacang kedelai
dipasaran.
B. Tumpangsari
Untuk mengatasi kerugian penanaman kacang kedelai secara monokultur dapat
dilakukan melalui penanaman secara tumpangsari. Menurut Sachez (1993), bertanam
tumpangsari adalah menanam dua macam tanaman atau lebih secara serempak pada
lahan yang sama pada waktu yang sama.
Bertanam secara tumpangsari mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
dapat meningkatkan produksi, mengurangi resiko kegagalan panen, efisiensi tenaga
kerja serta memperbaiki kesuburan tanah dan adanya stabilitas biologi terhadap
serangan hama dan penyakit (Thahir dan Hadmadi, 1992).
Dalam penanaman secara tumpangsari terdiri atas beberapa macam bentuk,
diantaranya:
1. Mixed Intercropping (campuran)
Suatu bentuk tumpangsari dimana antara tanaman satu dengan yang lain tidak
mempunyai baris / jalur-jalur tertentu, tetapi dicampur.
2. Row Intercropping (tumpangsari model baris)
Suatu bentuk tumpangsari dimana antar tanaman satu dengan yang lain mempunyai
baris-baris khusus.
3. Strip Intercropping
Suatu bentuk tumpangsari dimana antara tanaman satu dengan yang lain
mempunyai suatu jalur khusus.
5
4. Relay Intercropping
Suatu bentuk tumpangsari dimana tanaman kedua ditanam sesudah tanaman satu
memasuki fase generatif / reproduktif tetapi belum dipanen.
C. Hipotesis
Saat panen jagung tongkol muda memberikan pertumbuhan dan hasil yang
paling baik bagi kacang kedelai tumpangsari.
C. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan metode percobaan lapangan menggunakan
rancangan perlakuan faktor tunggal terdiri dari 6 perlakuan yang disusun dengan
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 3 blok sebagai ulangan.
Perlakuan yang diujikan adalah saat panen jagung yaitu fase Vegetatif maksimum,
jagung tongkol muda, Biji jagung masak lunak, Biji jagung masak tua, monokultur
kacang kedelai dan monokultur jagung sebagai pembanding. Lay out penelitian
disajikan pada lampiran I.
Perhitungan jumlah polong per tanaman dilakukan pada saat panen, dengan
cara menghitung semua polong yang ada pada tiap tanaman sampel, dan
dinyatakan dalam satuan buah.
2) Berat polong kering per tanaman
Penimbangan berat polong kering per tanaman dilakukan pada saat panen,
dengan cara menimbang seluruh polong kering yang ada pada tiap tanaman
sampel, dinyatakan dalam satuan gram (g).
3) Berat biji kering per tanaman
Penimbangan berat biji kering per tanaman dilakukan setelah polong dari
tanaman sampel kering, kemudian dikupas untuk memisahkan biji dari
kualitasnya, setelah dipisahkan kemudian dikeringkan sampai kadar airnya
mencapai 14 % kemudian ditimbang dan diinyatakan dalam satuan gram
(g), dengan rumus :
100 – Ka
W = ------------ x B
100 – 14
W = Berat biji kering kadar air 14 % (ton/ha)
Ka = Kadar air pada saat pengukuran (%)
B = Berat biji pada tiap tanaman pada saat pengukuran (kg)
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada
tingkat kesalahan 5%. Apabila dalam sidik ragam menunjukkan adanya beda nyata,
untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang berbeda nyata dilakukan uji lanjut
menggunakan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) dengan tingkat kesalahan 5%,
dan apabila dalam data terdapat 2 rerata perlakuan dilakukan uji t.
9
A. Pertumbuan Tanaman
Keterangan : Nilai dalam kolom diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan ada
beda nyata berdasarkan uji F pada tingkat kepercayaan 95%
25
Tinggi tanaman (cm)
K
20
P1
15
P2
10
P3
5
P4
0
1 2 3 4 5 6
Hari Pengamatan (Minggu)
Gambar 1. Pertumbuhan tinggi tanaman (cm) kacang kedelai pada berbagai saat
panen jagung
Keterangan :
K = Monokultur kacang kedelai
P1 = Panen fase vegetatif maksimum
P2 = Panen jagung tongkol muda
P3 = Panen biji jagung masak lunak
P4 = Panen biji jagung masak tua
Pada perlakuan panen fase vegetatif maksimum, panen jagung tongkol muda,
panen biji jagung masak lunak dan panen biji jagung masak tua menunjukkan tingkat
pertumbuhan jumlah daun yang sama. Lamanya jagung diantara tanaman kacang
kedelai tidak berpengaruh pada tingkat pertumbuhan daun kacang kedelai. Hal ini
disebabkan karena ketika pada pengamatan jumlah daun kacang kedelai dilakukan
11
pada minggu ke-6, sedangkan pada awal panen jagung atau saat panen fase vegetatif
maksimum dilakukan pada umur jagung 8 minggu, sehingga dengan saat pemanenan
jagung yang berbeda maka tidak berpengaruh dalam peningkatan jumlah daun kacang
kedelai. Perkembangan jumlah daun kacang kedelai dalam 6 minggu pengamatan
disajikan dalam gambar 2.
Jumlah Daun (helai)
P1
8
7 P2
6 P3
5
4 P4
3
2
1
0 Hari Pengamatan (Minggu)
1 2 3 4 5 6
Gambar 2. Perkembangan jumlah daun (helai) kacang kedelai pada berbagai saat
panen jagung
Keterangan :
K = Monokultur kacang kedelai
P1 = Panen fase vegetatif maksimu
P2 = Panen jagung tongkol muda
P3 = Panen biji jagung masak lunak
P4 = Panen biji jagung masak tua
monokultur. Dengan terpenuhinya kebutuhan cahaya matahari, unsur hara dan air bagi
tanaman jagung tumpangsari ini mengakibatkan proses fotosintesis berjalan lancar,
sehingga fotosintat yang dihasilkan tinggi dan akan mendukung pertumbuhan tinggi
tanaman jagung tumpangsari. Pertumbuhan tinggi tanaman jagung dalam 6 minggu
pengamatan disajikan dalam gambar 3.
180
Tinggi tanaman (cm)
160 J
140
120 P1
100 P2
80
60 P3
40
20 P4
0
1 2 3 4 5 6
Hari Pengamatan (Minggu)
Gambar 3. Pertumbuhan tinggi tanaman (cm) jagung pada berbagai saat panen jagung
Keterangan :
J = Monokultur kacang kedelai
P1 = Panen fase vegetatif maksimum
P2 = Panen jagung tongkol muda
P3 = Panen biji jagung masak lunak
P4 = Panen biji jagung masak tua
jagung menunjukkan peningkatan jumlah daun yang lebih lambat dibandingkan dengan
semua perlakuan saat panen jagung.
10
Jumlah daun (helai)
8
J
6
P1
4 P2
2 P3
P4
0
1 2 3 4 5 6
Hari Pengamatan (Minggu)
Gambar 4. Perkembangan jumlah daun (helai) jagung pada berbagai saat panen jagung
Keterangan :
J = Monokultur kacang kedelai
P1 = Panen fase vegetatif maksimu
P2 = Panen jagung tongkol muda
P3 = Panen biji jagung masak lunak
P4 = Panen biji jagung masak tua
Monokultur
1. Monokultur Kacang kedelai 54,80 - 3,14 a - 0,33 a -
2. Monokultur Jagung a 37,70 a - 4,27 ab - 0,59 a
-
Tumpangsari Kacang kedelai-
Jagung 55,30 31,59 a 2,30 a 3,80 b 0,37 a 0,63 a
3. Panen Fase Vegetatif a 37,64 a 3,10 a 4,56 0,52 a 0,64 a
Maksimum 50,35 57,18 a 3,01 a ab 0,33 a 0,80 a
4. Panen Jagung Tongkol Muda a 45,25 a 2,43 a 5,35 a 0,31 a 0,72 a
5. Panen Biji Jagung Masak 54,42 4,53
Lunak a ab
6. Panen Biji Jagung Masak Tua 57,30
a
Keterangan : Nilai rata-rata perlakuan dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang
sama menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan uji F pada tingkat
kepercayaan 95%
Hasil analisis luas daun minggu ke-9 pada tanaman kacang kedelai
menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan, tetapi berbeda nyata pada berat
segar dan berat kering kacang kedelai. Luas daun dan berat segar tanaman jagung
menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan, namun berbeda nyata pada berat
kering jagung (lampiran VIII). Nilai rerata luas daun, berat segar dan berat kering
tanamn kacang kedelai dan jagung dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rerata luas daun (cm²), berat segar (g) dan berat kering (g) kacang kedelai dan
jagung umur 9 minggu atau saat panen
Luas Daun (cm²) Berat Segar (g) Berat Kering (g)
Perlakuan Kacang Jagung Kacang Jagung Kacan Jagung
kedelai kedelai g
kedelai
Monokultur
1. Monokultur Kacang kedelai 283,00 a - 25,32 a - 6,10 a -
2. Monokultur Jagung - 2312,5 a - 349,98 a - 143,44
ab
Tumpangsari Kacang kedelai-
Jagung 191,75 a 4173,6 a 16,27 ab 445,35 a 4,15 a 62,56
3.. Panen Fase Vegetatif 148,78 a 3034,3 a 7,33 b 435,57 a 1,68 b c
Maksimum 148,33 a 3062,3 a 5,95 b 463,59 a 1,31 b 85,95
4. Panen Jagung Tongkol 148,02 a 3275,6 a 5,99 b 385,49 a 1,63 b bc
Muda
15
Keterangan : Nilai rata-rata dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada tingkat
kepercayaan 95%
B. Komponen Hasil
unsur hara, cahaya matahari dan air, sehingga faktor tumbuh yang diterima tanaman
kacang kedelai tidak maksimal, hal ini akan menghambat kegiatan fotosintesis
sehingga fotosintat yang dihasilkan rendah
Tabel 6. Hasil Kacang kedelai, Jagung serta LER
Perlakuan Kacang kedelai Jagung
ton/ha Rupiah/ha (Rupiah/ha) LER
Monokultur
1. Monokultur Kacang kedelai 1,22 a 7.340.000,00 - 1,00 c
2. Monokultur Jagung - - 9.625.000 c 1,00 c
A. Kesimpulan
1. Panen biji jagung masak lunak memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada
kacang kedelai tumpangsari dibandingkan dengan saat panen jagung yang lain.
2. Saat panen jagung yang berbeda pada pola tumpangsari kacang kedelai-jagung
memberikan hasil LER lebih dari 1, dengan hasil LER tertinggi pada panen biji
jagung masak lunak, yaitu sebesar 2,68
B. Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi, disarankan petani menggunakan
jarak tanam jagung yang lebih lebar yaitu 100 x 40 cm dengan 2 tanaman per lubang
sebagai tanaman sela, sehingga cahaya matahari yang akan diterima tanaman kacang
kedelai tidak terganggu, dengan kebutuhan cahaya matahari yang tercukupi maka hasil
kacang kedelai dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T., Sugiono, Sunardi dan A. Winarto. 1991. Kacang kedelai (Edisi
kedua). Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang.
Danarti, Srinajiati. 1997. Palawija Budidaya dan analisis usaha Tani. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Franklin, G., Pearce, B., Mitchell L. Roger. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Harahap. 1994. Seri PHT Hama dan Palawija. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kendar, 1992. Pengaruh Poulasi Kedelai (Glycine max Merr) terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Jagung (Zea mays L) pada Sistem Tumpangsari. Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Purwaningsih, S., S.H. Rahayu, Suciatmih dan Budiharjo. 1996. Pengaruh Bakteri
Bintil Akar dan Jamur Mikoriza Vesikuler Arbuskular Terhadap Produksi
Kacang Tanah Varietas Genjah. Jurnal Mikrobiologi Tropika. Vol. 1 (1).
Sitompul. M.S. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertmbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
20
Subandi, M. Syam dan Adi Widjono. 1991 ( Karakteristik Tanaman Jagung). Dalam
F. Muhadjir (Eds), Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor.
Suprapto, Rasyid. 2002. Bertanam Jagung (Edisi revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanti, Y. 2000. Pengaruh Variasi Pola Tanam Saat Tanam Petsai (Brasicca
chinensis) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Okra (Abelmoshuis esculantus)
pada Sistem Tanaman Ganda. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Susworo. A. 1997. Kajian Macam dan Jarak Tanam Legume pada Sistem Tanam
Tumpangsari Bawang Daun (Allium fistulossum L.) di Lahan Pasiran. Skripsi
Mahasiswa Fakultas Pertanian. UMY.