Anda di halaman 1dari 81

One-day Seminar dalam rangka Dies Natalis

Universitas Trisakti ke 46 tahun.


1 Desember 2011

Rekayasa Reservoir dan Sumur


Coalbed Methane (CBM) dalam
Upaya Peningkatan Produksi

Oleh :
Dr.Ir.Ratnayu Sitaresmi,MT
Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti
One-day Seminar dalam rangka Dies Natalis
Universitas Trisakti ke 46 tahun.

PERKEMBANGAN CBM DI
INDONESIA

Oleh :
Ratnayu Sitaresmi
Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti
POTENSI CBM DI INDONESIA

Indonesia mempunyai potensi CBM yang diperkirakan sebesar 450 TSCF.


Hal ini berarti Indonesia menempati urutan ke 6 di dunia.
PERKEMBANGAN CBM DI INDONESIA
Sumber: Ditjen Migas

-CBM di Indonesia mulai diupayakan untuk


diproduksikan. Sampai saat ini, Pemerintah
Indonesia telah menandatangani 23 CBM-PSC.

-Bahkan, pada tahun 2010 masih banyak


konsesi CBM yang masih ditawarkan
pemerintah Indonesia.
Road Map CBM Indonesia

Sumber: Migas
CO2 SEQUESTRATION

Gas Metana mempunyai “daya rusak” 21 kali lebih potent dari gas CO2
apabila lepas ke atmosfir. Dengan demikian, membakar habis gas
Metana mendukung pengurangan “Global Warming”

Cmmemmision.info.co
One-day Seminar dalam rangka Dies Natalis
Universitas Trisakti ke 46 tahun.

KAJIAN TEORI

Oleh :
Ratnayu Sitaresmi
Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti
Contoh Perhitungan IGIP
Diketahui:

A = 245 acre
h = 70 ft  43560f f 1  S wif  
ff = 0.01 fraksi
IGIP = Ah   1.3597 Gi  
 B gi 
Swif = 0.25 fraksi
Bgi = 35 rb/Mscf
Gi = 100 scf/ton
 = 1.35 gr/cm3

10/16/2017 8
Cmmemmision.info.co
 = 1  f a  f w  o  f a  a  f w  w

Isi Awal Gas di Tempat -


Contoh Perhitungan
Initial Gas In Place (IGIP) IGIP
 43560f f 1  S wif 
Diketahui: 
IGIP = Ah   1.3597 Gi  
 Bgi  43560f f 1  S wif  
A = 245 acre IGIP = Ah   1.3597 Gi  
h = 70 ft  Bgi 

ff ==initial
IGIP 0.01gas in place, Mscf
fraksi
A = luas pengurasan reservoir, acre
 = 1  f a  f m o  f a  a  f m  m
hSwif ==tebal
0.25kotor
fraksi
reservoir, ft
fB
f gi ==porositas cleat, fraksi
35 rb/Mscf
Swif = saturasi air awal di cleat, fraksi fa = fraksi berat ash, fraksi
G
Bgi i ==faktor
100 scf/ton
volume formasi gas fm = fraksi berat moisture, fraksi
a = densitas ash, gr/cm3
 =pada 1.35kondisi
gr/cmawal
3 reservoir, rb/Mscf m = densitas moisture, gr/cm3
Gi = rata-rata kandungan gas batubara di
tempat, scf/ton
 = rata-rata densitas batubara di
tempat, gr/cm3

10/16/2017 9
Contoh Perhitungan IGIP
 = 1  f a  f w  o  f a  a  f w  w
Diketahui:
 43560f f 1  S wif  
A = 245 acre IGIP = Ah   1.3597 Gi  
h = 70 ft  B gi 

ff = 0.01 fraksi
43560  0.01 1  0.25
Swif = 0.25 fraksi IGIPf = 245  70 
35
Bgi = 35 rb/Mscf = 160,083 Mscf
Gi = 100 scf/ton
 = 1.35 gr/cm3 IGIPm = 245  70 1.3597 100 1.35
= 3,148,045 Mscf

IGIP = 3,308,128 Mscf

10/16/2017 10
Langmuir Isotherm Adsorption
Undersaturated And Saturated CBM Reservoir
Langmuir Isotherm Adsorption
Undersaturated And Saturated CBM Reservoir
Langmuir Isotherm Adsorption
Undersaturated And Saturated CBM Reservoir
Langmuir Isotherm Adsorption
Undersaturated And Saturated CBM Reservoir
Coalbed Methane
 CBM adalah gas bumi dengan komponen
utama gas metana (CH4) dimana Gas ini
terwujud bersamaan dengan pembentukan
batubara yang terjadi secara alamiah dalam
kondisi terperangkap dan terserap di dalam
batubara dan/atau lapisan batubara.
 Lapisan batubara tempat CBM berada terletak
di bawah tanah pada kedalaman 500 – 1500
m.
 CBM teradsorpsi dan terjebak pada matrix
batubara, shg diperlukan tekanan air yang
cukup untuk menahan gas metana di tempat.

Stage 1 Stage 2 Stage 3

JAF00670.CDR
Natural Desorption Flow Flow in the
Fracture From Internal Through Natural
Network Surfaces the Matrix Fracture
Network
DUAL POROSITY MODEL

1. Kelakuan reservoir CBM mengikuti konsep Dual Porosity


“dual porosity system” dimana fluida (gas) Model
dari matrix (micropores) terdesorpsi dan
mengalir kedalam cleats atau fractures
(macropores), dan kemudian gas tersebut
mengalir dari cleats ke lubang sumur.
2. Hukum Darcy berlaku pada cleats
(macropores / fractures), sedangkan hukum
Fick berlaku pada desorpsi gas pada
matrix/micropores.
3. Adsorpsi dan desorpsi CBM mengikuti
Langmuir Adsoption Isotherm Characteristic
Curve.
Comparison Of Coal bed Methane And Conventional Gas
ROD MAP PERKEMBANGAN CBM DI INDONESIA
in Reservoir Characteristics

Sumber: Ertekin, (2005)

Dry Gas Recovery Factor : 80-95%


Coalbed Methane Recovery Factor: 45-60%
Terbentuknya Gas Metana sebagai
fungsi dari kematangan

Pada Lignite dan Sub Bituminous yang berperan


untuk membentuk CH4 adalah biogenic methane
yaitu terlepasnya gugus methyl akibat adanya
bakteri dan bereaksi dengan radikal Hidrogen
sehingga membentuk CH4. Pada tahap
Bituminous yang sangat berperan membentuk
CH4 adalah thermal methane, sedangkan biogenic
methane semakin berkurang.

Ratio H/C pada Bituminous < dibanding pada


Subbituminous. Sehingga kondisi fisik
bituminous lebih keras dan mudah retak
dibanding subbitumious. Dengan semakin
bertambah tingginya temperatur akibat waktu
dan tekanan, maka H/C semakin rendah, yang
Pada rank Bituminous, limpahan gugus
mengakibatkan pada tahap anthrasit sudah
methyl paling banyak sehingga reaksi tidak terjadi biogenic methane, dan akibat
pelepasan gugus methyl yang temperatur yang semakin tinggi, maka
menyebabkan pembentukan CH4 dapat Hidrogen hilang dan yang tersisa hanyalah
Carbon.
maksimal.
Cycle of Coal Development

Increasing Time and Temperature


Peat
Kapasitas terbesar keberadaan gas
metana (CBM) terdapat pada Rank
Lignite Bituminous.
Sub-
Bituminous

Bituminous

Anthracite

Graphite
Zat organik yang terkubur jutaan tahun, mengalami kenaikan suhu
dan tekanan yang mengakibatkan naiknya thermal maturity yang
dicerminkan oleh perubahan coal rank. Volume gas metana akan Sumber: Ertekin
meningkat selama maturation process.
COAL RANK vs PRODUCIBILITY

Pada umumnya Reservoir CBM di


Indonesia adalah pada Sub-
Bituminous Coal

• ARI reference of 1972 Land and Jones Coal Study


• 2007 USGS study of Indonesian coals
Jenkins (2008) & Lemigas (2011)
Langmuir Isotherm Adsorption Curve
Hubungan antara gas content terhadap
tekanan, yang merupakan kemampuan
maksimum batubara untuk menyimpan gas
yang dikenal dengan istilah Maximum Gas
Content atau Langmuir Volume (VL).
Sedangkan PL merupakan tekanan dimana
Gas Content =1/2VL.
Persamaan Langmuir Isotherm Adsoprtion:
VL .P
Gs =
PL  P
Where:
Gs : Gas storage capacity, SCF/ton
P : Pressure, psia
VL : Langmuir volume constant, SCF/ton
PL : Langmuir pressure constant, psia

(Ertekin, 2005)
Langmuir Isotherm Adsorption
Undersaturated And Saturated CBM Reservoir

CBM Saturated Reservoir :


Tekanan awal di reservoir sama dengan
Critical Desorption Pressure, sehingga gas
metana diproduksi sejak hari pertama fluida
diproduksi kan bersama-sama dengan
terproduksinya air.

CBM Undersaturated Reservoir :


Tekanan awal di reservoir lebih besar dari
Critical Desorption Pressure, sehingga gas
metana dari matrix akan terproduksi setelah
mencapai critical desorption pressure.

Sumber: VICO
CBM Storage Capacity &
Initial Gas In-Place

Range of surface area: 2150-3150 ft square/gram Modified from Okeke

Volumetric Method
for CBM Initial Gas
In Place

GAS IN CLEATS GAS IN MATRIX


Langmuir Isotherm Adsorption
Undersaturated And Saturated CBM Reservoir
Langmuir Isotherm Adsorption Curve
& Recovery Factor
Persamaan Langmuir Isotherm Adsoprtion:

VL .P
Gs =
PL  P

Where:
Gs : Gas storage capacity, SCF/ton
P : Pressure, psia
VL : Langmuir volume constant, SCF/ton
PL : Langmuir pressure constant, psia

Sumber : Aminian
One-day Seminar dalam rangka Dies Natalis
Universitas Trisakti ke 46 tahun.

ANALISIS
LABORATORIUM

Oleh :
Ratnayu Sitaresmi
Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti
CBM Laboratory Work Flow
Commemmision.info.co
ON SITE

CORE CORE PUT


DRILLING → INTO CANISTER
CORING CBM MOBILE
LABORATORY
LABORATORY

Gas composition

PROXIMATE ULTIMATE ADSORPTION COAL


ISOTHERM PETROGRAPHY
COAL PETROLOGY
Proximate and Ultimate Process

Komposisi batubara dapat


didiskripsikan oleh Proximate Analysis.

Dari Proximate Analysis dapat


diperoleh persentase fixed carbon
(FC), volatile matter (VM), moisture
(H2O) and ash (ASH) content dari
batubara.

Dari ultimate analysis menghasilkan


kompossisi kimia yang membentuk
batubara sebagai persentase Carbon
Hidrogen, Sulfur dan ash.

October 16, 2017 | ©2007


Institut Teknologi Bandung |
Sampel Core Barubara hasil pemboran “Core Holes”
Pemboran, Coring dan Logging
Desorption test work flow

Core sample Fast core description Sample put inside the canister

To reach reservoir temperatur the canister gas content measurement by simply volumetric method
put inside waterbath
Cmmemmision.info.co
Laboratory Analysis untuk membuat
Langmuir Isothermal Adsorption Curves
PROXIMATE ANALYSIS & ISOTHERM ANALYSIS
Coalbed Methane Desorption Technology

Volume gas yang terserap pada batubara


dapat dihitung, pertama sample batubara
tersebut ditempatkan pada canister yang
ditutup rapat di lapangan (wellsite), kemudian
ukur volume gas yang terlepas dari dalam
canister. Pelepasan maksimal, dapat
mencapai waktu sekitar dua bulan atau lebih.

Canister2 tersebut dijaga agar temperaturnya tetap


pada temperature reservoir, oleh alat pengontrol
temperatur. Pengukuran harus dilakukan minimal 24
jam. Kemudian canister2 tersebut dibawa ke
laboratorium dimana canister tersebut di panaskan
kembali dan pengukuran diselesaikan.

SCAL, Inc.
SPECIAL CORE ANALYSIS LABORATORIES, INC. Pictures and text from “Overview of Coal and Shale Gas Measurements: Field and Laboratory Procedures” by
Noel B. Waechter, George L. Hampton, III, and James C. Shipps, Hampton, Waechter, and Associates, LLC.
MENENTUKAN INITIAL GAS CONTENT
Desorpsi Gas dari Sampel batubara (Core)

Pecahan sampel atau core (dari


kedalaman tertentu) dimasukkan
kedalam air di beaker glass.

Terlihat gelembung-gelembung gas


keluar dari sampel.

Gelembung-Gelembung Gas
Terdesorpsi (Foto Dibesarkan)
CBM Drilling Rig
CBM Drilling Rig
Identification from Well-logs data

Coal Identification from


well-logs data :

High Resistivity
Low Bulk Density
Low Gamma Ray
Contoh lapangan CBM yang telah berkembang

Sumber: Chris Allen -Vico


Kegiatan produksi minyak (oil Well), CBM Well
dan Deep Mining (Tew, 2005).

OIL WELL
Metode Produksi CBM

• Tahap awal untuk memproduksi CBM, yaitu dengan memompa air ke


permukaan, yang disebut Proses Dewatering.
• CBM terdesorpsi dari matrix batubara dan mengalir bersama dengan air
menuju cleats, kemudian mengalir ke lubang bor dengan gas rate dan
tekanan yang rendah.
One-day Seminar dalam rangka Dies Natalis
Universitas Trisakti ke 46 tahun.

UPAYA PENINGKATAN
PRODUKSI CBM

Oleh :
Ratnayu Sitaresmi
Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti
UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI
PADA RESERVOIR CBM

1. WELL COMPLETION METHODS

2. STIMULATION METHODS

3. DRILLING METHODS

4. ENHANCED CBM RECOVERY


SENSITIVITY ANALYSIS
MENGGUNAKAN SIMULATOR

Sebagai base case adalah vertical well SENSITIFITAS DILAKUKAN PADA :


dengan model reservoir yang digunakan
mempunyai karakteristik sebagai berikut Well Geometry
ini: Vertical
 Area : 160 Acre Slanted
 Thickness : 30 ft
 Fracture Porosity : 0.001
Horizontal
 Fracture Permeability : 4 mD Multilateral
 Coal density: 1.350 gr/cc Well Diameter
 Initial gas content: 150 scf/ton
 Reservoir Temperature: 1200F
Small Diameter (7 inch)
 Reservoir pressure: 420 psi Large Diameter (9-5/8
 Grid Top: 600 meters inch)
 Grid: 11x11x5 Well Stimulation
Hydraulic Fracturing
CO2 Injection
Metode well completion pada sumur-sumur
CBM (Ramaswamy, 2007)
Under Reamed Completion
Slanted well
Profil dan trayektori sumur horizontal
(Schoenfeldt, 2004)
Horizontal Well
Pinnate wells Pattern
(Schoenfeldt, 2004)
Perbandingan kumulatif produksi gas antara conventional
wells dan pinnate wells di North Appalachian Basin
(Schoenfeldt, 2004)
Multi Lateral Well
Perbandingan laju alir gas pada
berbagai jenis sumur.
Perbandingan Kumulatif Produksi Gas
pada Berbagai Jenis Sumur
Perbandingan laju alir gas untuk
small & big bore
Perbandingan kumulatif produksi gas
untuk small dan big bore
Metode hydraulic fracturing pada sumur
CBM (Ramaswamy, 2007)
Hydraulic Fracturing Operation
Proppant Gel Proppant

Gel mix with


proppant

Additive/Chemical Proppant silo Water/Linear Gel Rig


Pumping Unit Tank Fract Control Unit Mixing Unit Tank
Hydraulic Fracturing Operation
Fracturing Workflow
Well Data Analysis Fracturing Design Treatment Execution
- Well Location - Optimum half length (NPV) - Mini Fall off test
- Existing Well Diagram - Design pump Schedule - Step Rate Test
- Log / Petrophysics (Sw, Por, marker) - Treatment Pressure -Calibration injection Test / DATA Frac
- MDT( K, Pr) - Flow capacity
- Geomechanic Analysis - Frac Geometry
Mechanical Earth Modelling (Stress Distribution)

Hydraulic Fracturing
Workflow Treatment Evaluation
- Mini Fall off test Analysis
- Step Rate Test Analysis
(Step up & Step Down)
- Calibration injection Test / DATA Frac
Main Frac (Data Frac Analysis & Pressure Match analysis)
Evaluation Treatment Redesign - Geomechanic Calibration
- Pressure Match
- Frac Simulation
-Geomechanic Re- Main Frac execution
Mapping
Hydraulic Fracturing Process
Hydraulic Fracturing Process
Hydraulic Fracturing Process
Perbandingan laju alir gas untuk sumur
tanpa dan dengan hydraulic fracturing
Perbandingan kumulatif produksi gas untuk
sumur tanpa dan dengan hydraulic fracturing.
CO2 SEQUESTRATION
Reservoir CBM dapat digunakan untuk CO2 Sequestration. Sekaligus,
penginjeksian CO2 kedalam reservoir ini akan meningkatkan produksi dan
perolehan CBM (Enhanced CBM Recovery).

Sumber: Ertekin
Pola Sumur Injeksi dan Produksi
Perbandingan laju alir gas untuk sumur
tanpa dan dengan injeksi CO2
Contoh operasi injeksi CO2 di Allison Unit
(Ertekin, 2005)
KESIMPULAN

1. Multilateral, slanted, horizontal dan pinnate wells akan secara signifikan


meningkatkan produksi CBM. Disamping itu, penggunaan metode ini akan
sangat mengurangi penggunaan lahan bagi lokasi pemboran.

2. Pembesaran lubang bor, atau under ream dapat meningkatkan produksi,


asalkan dilakukan pada kondisi reservoir batubara yang cocok.

3. Stimulasi dengan metode hydraulic fracturing dilakukan untuk meningkatkan


laju alir dengan menurunnya harga skin factor dan memperbesar fracture
conductivity sekeliling lubang bor. Stimulasi ini secara regular harus
dilakukan pada sumur CBM, karena sifatnya yang permeability sensitive.

4. Injeksi CO2 mempunyai manfaat ganda, sebagai CO2 sequestration dan


juga sebagai enhanced CBM recovery. Peningkatan laju alir yang terjadi
akan sangat signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cervik, J.,(1973) : “Behavior of Coal-Gas Reservoirs”, Society of


Petroleum Engineers of AIME, SPE paper 1973, 1967.
2. Ertekin, Turgay. (2005): Coal Seams as a Natural Gas Reservoir, SPE
Workshop, Institut of Bandung Technology.
3. MIGAS and BPMIGAS CBM Forum, Bandung, 16-17 Maret 2011.
4. Ramaswamy, Sunil: “Selection of Best Drilling, Completion and
Stimulation Method for CBM reservoirs”, MS Thesis, Texas A&M
University, December 2007.
5. Schoenfeldt.H.et.al.:”Unconventional Drilling Methods for
Unconventional Reservoirs in the US and Overseas”, Paper 0441,
Presented in the International Coalbed Methane Symposium,
Tuscaloosa, Alabama, May 3-7, 2004.
Coalbed Methane Desorption Technology

Volume gas yang terserap pada batubara


dapat dihitung, pertama sample batubara
tersebut ditempatkan pada canister yang
ditutup rapat di lapangan (wellsite), kemudian
ukur volume gas yang terlepas dari dalam
canister. Pelepasan maksimal, dapat
mencapai waktu sekitar dua bulan atau lebih.

Canister2 tersebut dijaga agar temperaturnya tetap


pada temperature reservoir, oleh alat pengontrol
temperatur. Pengukuran harus dilakukan minimal 24
jam. Kemudian canister2 tersebut dibawa ke
laboratorium dimana canister tersebut di panaskan
kembali dan pengukuran diselesaikan.

SCAL, Inc.
SPECIAL CORE ANALYSIS LABORATORIES, INC. Pictures and text from “Overview of Coal and Shale Gas Measurements: Field and Laboratory Procedures” by
Noel B. Waechter, George L. Hampton, III, and James C. Shipps, Hampton, Waechter, and Associates, LLC.
Terbentuknya Gas Metana sebagai
fungsi dari kematangan

Pada Lignite dan Sub Bituminous yang berperan


untuk membentuk CH4 adalah biogenic methane
yaitu terlepasnya gugus methyl akibat adanya
bakteri dan bereaksi dengan radikal Hidrogen
sehingga membentuk CH4. Pada tahap
Bituminous yang sangat berperan membentuk
CH4 adalah thermal methane, sedangkan biogenic
methane semakin berkurang.

Ratio H/C pada Bituminous < dibanding pada


Subbituminous. Sehingga kondisi fisik
bituminous lebih keras dan mudah retak
dibanding subbitumious. Dengan semakin
bertambah tingginya temperatur akibat waktu
dan tekanan, maka H/C semakin rendah, yang
Pada rank Bituminous, limpahan gugus
mengakibatkan pada tahap anthrasit sudah
methyl paling banyak sehingga reaksi tidak terjadi biogenic methane, dan akibat
pelepasan gugus methyl yang temperatur yang semakin tinggi, maka
menyebabkan pembentukan CH4 dapat Hidrogen hilang dan yang tersisa hanyalah
Carbon.
maksimal.
Kegiatan produksi minyak (oil Well), CBM Well
dan Deep Mining (Tew, 2005).

OIL WELL

Anda mungkin juga menyukai