Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Era globalisasi saat ini telah memberikan dampak yang sangat besar di
berbagai aspek kehidupan didalam masyarakat baik itu dampak positif maupun
negatif. Dampak positif dari era ini ialah segala pekerjaan berat menjadi ringan
karena adanya teknologi yang canggih. Namun terdapat juga dampak
negatifnya yang memberikan dampak buruk di lingkungan masyarakat contoh
salah satunya ialah kemudahan dalam melakukan kekerasan
Kekerasan sering terjadi di lingkungan masyarakat di dunia khususnya
di kalangan remaja saat ini. Hal ini terlihat dari begitu banyaknya kasus
kekerasaan yang terjadi. Berdasarkan kategorisasi skala paparan kekerasan
dapat diketahui bahwa terdapat 3,29% (6 orang) yang paparan terhadap
kekerasan sangat rendah; 18,7% (34 orang) yang tergolong rendah terkena
paparan kekerasan; 69,23% (126 orang) yang tergolong sedang terkena paparan
kekerasan; 8,24% (15 orang) yang tergolong tinggi terkena paparan kekerasan;
0,54% (1 orang) yang tergolong sangat tinggi terkena paparan kekerasan.
Seseorang disebut terkena paparan kekerasan adalah menjadi korban dan
menyaksikan kekerasan fisik, kekerasan psikis dan kekerasan yang traumatik
secara langsung pada kehidupan nyata maupun tidak langsung di media
elektronik. Paparan kekerasan langsung sering dialami oleh masyarakat kurang
mampu berupa berbagai perilaku penghinaan, penyalahgunaan fisik, dan
penelantaran anak (Ososfsky, 1999). Sedangkan paparan tidak langsung berupa
tayangan yang terjadi pada Video game, Televisi, Film, dan Internet dianggap
sebagai kontribusi utama untuk agresi dan perilaku kekerasan dalam kehidupan
nyata (Funk, 2004).
Kekerasan tidak hanya berupa perlakukan fisik saja, melainkan
kekerasan dapat dilakukan dengan perlakuan pada penekanan psikis seseorang.
Banyak orang tidak menyadari bahwa mengejek, merendahkan diri orang lain,

1
menyudutkan merupakan salah satu dari kekerasan psikis yang akan
memberikan akibat yang begitu besar bagi korban. Perlakuan tersebut
dinamakan Bullying.
Bullying dari waktu ke waktu terus menghantui anak-anak di Indonesia.
Bullying merupakan perilaku dengan karakteristik melakukan tindakan yang
merugikan orang lain secara sadar dan dilakukan secara berulang-ulang dengan
penyalahgunaan kekuasaan secara sistematis. Perilaku bullying terbagi menjadi
beberapa jenis diantaranya yaitu bullying secara verbal berupa kritikan kejam,
fitnah, penghinaan, secara fisik yaitu dengan memukuli, menendang,
menampar, bullying mental atau psikologis yaitu berupa mencibir,
mengucilkan, memandang sinis.Jenis-jenis bullying tersebut bisa terjadi di
kalangan pelajar maupun masyarakat luas, tidak terkecuali pada pengguna
internet atau media massa elektronik lainnya.
Kasus bullying yang sering dijumpai adalah kasus senioritas atau adanya
intimidasi siswa yang lebih senior terhadap adik kelasnya baik secara fisik
maupun non-fisik. Kasus bullying di Indonesia seringkali terjadi di institusi
pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan data dari Komisi Nasional Perlindungan
Anak, tahun 2011 menjadi tahun dengan tingkat kasus bullying tertinggi di
lingkungan sekolah yaitu sebanyak 339 kasus kekerasan dan 82 diantaranya
meninggal dunia (Komnas PA, 2011).
Perilaku bullying memiliki dampak negatif di segala aspek kehidupan (fisik,
psikologis, social maupun akademik) individu, khususnya remaja (Sejiwa,
2008). Sehingga hal tersebut akan terus mempengaruhi perkembangan mereka
selanjutnya. Para ahli menyatakan bahwa sekolah bullying merupakan bentuk
agresivitas antarsiswa yang memiliki dampak paling negatif bagi korbannya. Hal
ini disebabkan adanya ketidakseimbangan kekuasaan di mana pelaku yang
berasal dari kalangan siswa atau siswi yang merasa lebih senior melakukan
tindakan tertentu kepada korban, yaitu siswasiswi yang lebih junior yang
cenderung merasa tidak berdaya karena tidak dapat melakukan perlawanan.
Dampak lain yang dialami oleh korban bullying adalah mengalami berbagai
macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah dimana

2
korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga.
Penyesuaian sosial yang buruk dimana korban merasa takut ke sekolah bahkan
tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, bahkan berkeinginan untuk
bunuh diri.
Perilaku bullying merupakan perilaku agresif yang serius. Perilaku agresif
dapat terjadi karena berbagai faktor. Faktor-faktor situasional yang dapat
memicu terbentuknya perilaku agresif menurut O’Connell antara lain budaya
sekolah (bullying yang dilakukan guru atau teman sebaya), teknologi dan norma
kelompok.
Banyaknya kasus bullying yang terjadi di sekolah ada hubungannya dengan
peran kelompok teman sebaya yang cukup kuat dalam perkembangan
kepribadian dan perilaku remaja. Remaja cenderung ingin selalu bersikap sama
dengan kelompok sebayanya agar merasa diakui dalam kelompok tersebut.
Remaja juga mempunyai dorongan kebutuhan untuk dikenal biasanya tampak
pada kecenderungan remaja untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat
menarik perhatian orang lain termasuk berkelompok-kelompok sebagai bentuk
aktualisasi diri.
Berdasarkan kategorisasi skala perilaku bullying dapat diketahui
bahwa terdapat 24,4% (44 orang) yang tergolong sangat rendah perilaku
bullyingnya; 32,4% (59 orang) yang tergolong rendah perilaku bullyingnya;
37,9% (69 orang) yang tergolong sedang perilaku bullyingnya; 3,3% (6 orang)
yang tergolong tinggi perilaku bullyingnya; 2,2% (4 orang) yang tergolong
sangat tinggi perilaku bullyingnya. Jumlah dan prosentase terbanyak menempati
kategori sedang. Subjek dalam kategori ini mempunyai 6 arti bahwa subjek
tidak lepas dari perilaku bullying yang tentunya merupakan perilaku negatif.
Namun, sebagian besar subjek, ternyata belum mampu mengendalikan perilaku
tersebut sehingga perilaku bullying yang dialami menjadi sedang
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kasus bullying yang dilakukan
siswa di sekolah sedikit banyaknya mendapat pengaruh dari kelompok teman
sebaya (peer group) nya. Artinya peran peer group memang cukup besar dalam
menentukan perilaku siswa di sekolah karena siswa tersebut memiliki

3
keterikatan kuat dengan peer groupnya yang merupakan kelompok untuk
menunjukkan eksistensi dan aktualisasi dirinya sebagai remaja yang sedang
mencari jati diri. Melihat maraknya kasus bullying yang terjadi serta dampak
buruk yang ditimbulkan dari perilaku bullying seperti yang sudah diuraikan
sebelumnya, maka kami tertarik melakukan penyuluhan sosial di SMP St. Maria
Bandung karena berdasarkan hasil penjajakan yang kami kami lakukan,
pengenalan tentang bullying masih terbilang awam dalam lingkungan sekolah
tersebut baik terhadap siswa/I, petugas maupun guru-gurunya.
Adapun nama kegiatan kami ialah PAHALA singkatan dari Paham dan
Lakukan dengan tema Penyuluhan “Mengupas Perilaku Bullying di Kalangan
Remaja” beserta slogan “Don’t Bully, Be a Friend!”.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Kekerasan


1. Pengertian Kekerasan
Kekerasan dalam bahasa inggris diistilahkan dengan “violence”. Secara
etimologis, kata violence merupakan gabungan dari kata “vis” yang berarti
daya atau kekuatan dan “latus” yang berasal dari kata “ferre” yang berarti
membawa. Jadi yang dimaksut dengan violence adalah membawa kekuatan
(Windu, 1992)
Saswati (dalam malinda 2008) mengungkapkan, kekerasan adalah
“bentuk tindakan yang dilakukan terhadap pihak lain, baik yang dilakukan
oleh perorangan maupun lebih dari seorang, yang dapat mengakibatkan
penderitaan pada pihak lain. Kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk,
yaitu kekerasan fisik yang mengakibatatkan kematian, dan kekerasan psikis
yang tidak berakibat pada fisik korbban, namun berakibat pada timbulnya
trauma berkepanjangan pada diri korban”.
2. Korban Tindak Kekerasan
Menurut Permensos No. 8 tahun 2012, mengungkapkan bahwa Korban
tindak kekerasan adalah orang baik individu, keluarga, kelompok maupun
kesatuan masyarakat tertentu yang mengalami tindak kekerasan, baik
sebagai perlakuan salah, eksploitasi, diskriminasi, bentuk-bentuk kekerasan
lainnya ataupun dengan membiarkan orang berada dalam situasi berbahaya
sehingga menyebabkan fungsi sosialnya terganggu.
Kriteria dari korban tindak kekerasan, adalah:
a. Mengalami perlakuan salah
b. Mengalami penelantaran
c. Mengalami tindak eksploitasi
d. Mengalami perlakuan diskriminasi
e. Mengalami dibiarkan dalam situasi berbahaya

5
3. Hubungan Kekerasan Dengan Bullying
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknikk statistic
parametric dengan analisis dari product moment diperoleh nilai koefisien
korelasi 0,506**;p = 0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukan bahwa hipotesis
penelitian diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara paparan kekerasan dengan prilaku bullying.
Artinya semakin tinggi paparan kekerasan maka semakin tinggi perilaku
bullyingnya dan sebaliknya semakin rendah paparan kekerasan seseorang
maka semakin rendah perilaku bullyinynya.
Hal ini sejalan dengan tteori yang dikemukakan oleh Bandura (1973)
mengenai Observasional Learnig bahwa perilaku merupakan hasil interaksi
antara pengaruh tingkah laku, kognitif dan lingkungan. Media yang
menampilkan tayangan kekerasan mempunyai pengaruh pada peniruan
perilaku anak, seperti bagaimana memukul dan menendang boneka bobo.
Pendapat dan norma-norma mereka juga dipengaruhi penggunaan agresi.
Anak yang sering mendapat paparan kekerasan cenderung mudah terlihat,
karena selalu mengekspresikan dirinya, lebih cenderung agresif dan
memiliki sedikit teman sehingga sulit untuk membedakan situasi yang
mengancam dirinya atau tidak.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa tindak kekerasan sangat
mempengaruhi seseorang dalam melakukan bullying.

B. Tinjauan Tentang Bullying


1. Pengertian Bullying
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi
secara berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang
lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri (SEJIWA, 2008).
Bullying juga didefenisikan sebagai kekerasan fisik dan psikologis jangka
panjang yang dilakukan seseorang atau kelompok, terhadap seseorang yang
tidak mampu mempertahankan dirinya dalam situasi dimana ada hasrat
untuk melukai atau menakuti orang itu atau membuat dia tertekan.

6
Menurut Ken Right (dalam Astuti 2008) bullying merupakan sebuah
hasrat untuk menyakiti. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang
atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggungjawab, biasanya berulang
dan dilakukan dengan perasaan senang.
Black dan Jackson dalam Margaretha (2010) mengemukakan bahwa
bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang didalamnya terdapat
aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti atau menyingkirkan,
adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, kemampuan
kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta dilakukan secara
berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain.
Olweus mendefinisikan bullying adalah perilaku negatif seseorang
atau lebih kepada korban bullying yang dilakukan secara berulang-ulang dan
terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu bullying juga melibatkan kekuatan
dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam
keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan
tindakan negatif yang diterima korban.
Menurut uraian dari berbagai ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
bullying adalah penggunaan agresi dengan tujuan untuk menyakiti orang
lain baik secara fisik maupun secara mental serta dilakukan secara berulang.
Perilaku bullying dapat berupa tindakan fisik, verbal, serta
emosional/psikologis. Dalam hal ini korban bullying tidak mampu membela
atau mempertahankan dirinya sendiri karena lemah secara fisik atau mental.
2. Penyebab Terjadinya Bullying
Menurut Ariesto penyebab terjadinya bullying antara lain:
a. Keluarga
Perilaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang
bermasalah: orangtua yang sering menghukum anaknya secara
berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi dan
permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika
mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orangtua mereka, dan
kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada

7
konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba-
cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan
diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat
meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying.
b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-
anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap
mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying
berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering
memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya berupa hukuman
yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
c. Faktor Kelompok Sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di
sekitar rumah, kadangkala terdorong untuk melakukan bullying.
Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan
bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka
sendiri tidak nyaman dengan perilaku tersebut.
Bullying termasuk tindakan yang disengaja oleh pelaku pada
korbannya, yang dimaksudkan untuk mengganggu seorang yang lebih
lemah. Faktor individu dimana kurangnya pengetahuan menjadi salah
satu penyebab timbulnya perilaku bullying. Semakin baik tingkat
pengetahuan remaja tentang bullying maka akan dapat meminimalkan
atau menghilangkan perilaku bullying.
3. Karakteristik bullying
Menurut Rigby dalam Astuti (2008) tindakan bullying mempunyai tiga
karakteristik terintegrasi, yaitu:
a. Adanya perilaku agresi yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti
korban. Bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini
diperlihatkan kedalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini

8
dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih
kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan
perasaan senang.
b. Tindakan dilakukan secara tidak seimbang sehingga korban merasa
tertekan. Bullying juga melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak
seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu
mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif
yang diterima korban.
c. Perilaku ini dilakukan secara terus menerus dan juga berulang-ulang.
Bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang didalamnya
terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti atau
menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik,
usia, kemampuan kognitif, maupun status sosial, serta dilakukan secara
berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain.
4. Ciri pelaku bullying antara lain:
a. Hidup berkelompok dan menguasai kehidupan sosial siswa disekolah.
b. Menempatkan diri di tempat tertentu di sekolah/sekitarnya
c. Merupakan tokoh populer di sekolah
d. Gerak-geriknya seringkali dapat ditandai: sering berjalan didepan,
sengaja menabrak, berkata kasar, menyepelekan/ melecehkan.

Perilaku bullying dapat diartikan sesuai dengan pengertian bullying


yaitu bahwa perilaku memiliki kekuasaan yang lebih tinggi sehingga pelaku
dapat mengatur orang lain yang dianggap lebih rendah. Korban yang sudah
merasa menjadi bagian dari kelompok dan ketidakseimbangan pengaruh
atau kekuasaan lain akan mempengaruhi intensitas perilaku bullying ini.
Semakin subjek yang menjadi korban tidak bisa menghindar atau melawan,
semakin sering perilaku bullying terjadi. Selain itu, perilaku bullying dapat
juga dilakukan oleh teman sekelas baik yang dilakukan perseorangan
maupun oleh kelompok.

5. Ciri korban bullying antara lain:

9
a. Secara akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang
tidak menjadi korban atau sebaliknya.
b. Secara sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erta
dengan orangtua mereka.
c. Secara mental atau perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai
orang yang bodoh dan tidak berharga. Kepercayaan diri mereka rendah
dan tingkat kecemasan sosial mereka tinggi.
d. Secara fisik, korban adalah orang yang lemah, korban laki-klaki lebih
sering mendapat siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik.
Dibandingkan korban laki-laki, korban perempuan lebih sering
mendapat siksaan secara tidak langsung misalnya melalui kata-kata
atau bullying verbal.
e. Secara antar perorangan, walaupun korban sangat menginginkan
penerimaan secara sosial, mereka jarang sekali untuk memulai
kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah sosial. Anak korban bullying
kurang diperhatikan oleh pembina, karena korban tidak bersikap aktif
dalam sebuah aktifitas.
6. Jenis-jenis bullying
Ada beberapa jenis bullying antara lain:
a. Bullying fisik
Jenis bullying yang terlihat oleh mata, siapapun dapat melihatnya
karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korbannya.
Contoh-contoh bullying fisik antara lain: memukul, menarik baju,
menjewer, menjambak, menendang, menyenggol dengan bahu,
menghukum dengan membersihkan WC, menampar, menimpuk,
menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan
barang, menghukum dengan berlari lapangan, menghukum dengan cara
push-up.
b. Bullying verbal
Jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa terungkap indra
pendengaran kita. Contoh-contoh bullying verbal antara lain:

10
membentak, meledek, mencela, memaki-maki, menghina, menjuluki,
meneriaki, mempermalukan didepan umum, menyoraki, menebar gosip
dan yang terakhir memfitnah.
c. Bullying mental atau psikologis
Jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap oleh mata
atau telinga kita apabila tidak cukup awas atau waspada mendeteksinya.
Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan diluar jangkauan pemantauan
kita.
Contoh-contohnya: mencibir, mengucilkan, memandang sinis,
memelototi, memandang penuh ancaman, mempermalukan di depan
umum, meneror lewat pesan pendek, telepon genggam atau email,
memandang yang merendahkan.
7. Tipe-tipe bullying adalah sebagai berikut:
a. Overt bullying, meliputi bullying secara fisik dan secara verbal,
misalnya dengan mendorong hingga jatuh, memukul, mendorong
dengan kasar, memberi julukan nama, mengancam dan mengejek
dengan tujuan untuk menyakiti.
b. Indirect bullying meliputi agresi relasional, dimana bahaya yang
ditimbulkan oleh pelaku bullying dengan cara menghancurkan
hubungan-hubungan yang dimiliki oleh korban, termasuk upaya
pengucilan, menyebarkan gosip, dan meminta pujian atau suatu
tindakan tertentu dari kompensasi persahabatan. Bullying dengan cara
tidak langsung sering dianggap tidak terlalu berbahaya jika
dibandingkan dengan bullying secara fisik, dimaknakan sebagai cara
bergurau antar teman saja. Padahal relational bullying lebih kuat terkait
dengan distress emosional daripada bullying secara fisik. Bullying
secara fisik akan semakin berkurang ketika siswa menjadi lebih dewasa
tetapi bullying yang sifatnya merusak hubungan akan terus terjadi
hingga pada usia dewasa.
c. Cyberbullying, sering dengan perkembangan di bidag teknologi, siswa
memiliki media baru untuk melakukan bullying, yaitu melalui sms,

11
telepon maupun internet. Cyberbullying melibatkan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi, seperti e-mail, telepon seluler dan
peger, sms, website pribadi yang menghancurkan reputasi seseorang,
survei di website pribadi yang merusak reputasi orang lain, yang
dimaksudkan adalah untuk mendukung perilaku menyerang seseorang
atau sekelompok orang, yang ditujukan untuk menyakiti orang lain,
secara berulang-ulang.
8. Dampak Bullying
Terdapat berbagai dampak negatif yang dialami anak-anak yang
menjadi korban bullying yaitu:
a. Dampak Bullying terhadap kehidupan individu
1) Kurangnya motivasi atau harga diri
2) Problem kesehatan mental, misalnya; kecemasan berlebihan,
problem dalam hal makan, susah tidur
3) Sakit yang serius dan luka parah sampai cacat permanen: patah
tulang, radang karena infeksi, dan mata lebam, termasuk juga sakit
kepala, perut, otot dan lain-lain yang bertahun-tahun meski bila ia
tak lagi dianiaya
4) Problem-problem kesehatan seksual, misalnya; mengalami
kerusakan organ reproduksinya, kehamilan yang tak diinginkan,
ketularan penyakit menular seksual
5) Mengembangkan perilaku agresif (suka menyerang) atau jadi
pemarah, atau bahkan sebaliknya menjadi pendiam dan suka
menarik diri dari pergaulan
6) Mimpi buruk dan serba ketakutan, selain itu kehilangan nafsu
makan, tumbuh, dan belajar lebih lamban, sakit perut, asma, dan
sakit kepala,
7) Kematian.
b. Dampak bullying terhadap kehidupan social.
Dampak negatif jangka panjang dari bullying pada anak dalam
kehidupan bermasyarakat biasanya sebagai berikut:

12
1) Pewarisan lingkaran kekerasan secara turun-temurun atau dari
generasi ke generasi
2) Tetap bertahan kepercayaan yang keliru bahwa orangtua
mempunyai hak untuk melakukan apa saja terhadap anaknya,
termasuk hak melakukan kekerasan.
3) Kualitas hidup semua anggota masyarakat merosot, sebab anak yang
dianiaya tak mengambil peran yang selayaknya dalam kehidupan
kemasyarakatan.
c. Dampak bullying terhadap kehidupan akademik
Bullying ternyata berhubungan dengan meningkatnya tingkat
depresi, agresi, penurunan nilai akademik, dan tindakan bunuh diri.
Bullying juga menurunkan skor tes kecerdasan dan kemampuan analisis
siswa. Dalam penilitian ini, peneliti mencoba menelusur dampak dari
bullying yang terjadi pada anak SMP, terutama perihal prestasi belajar
maupun hubungan sosial yang dialaminya. Semisal apakah ia
mengalami keterlambatan dalam proses aktualisasi potensi dirinya di
sekolah.
Dari segi tingkah laku anak-anak yang menjadi korban bullying
sering menujukkan: penarikan diri, ketakutan, atau mungkin juga
tingkah laku agresif, emosi yang labil. Mereka juga sering menunjukan
gejala depresi, jati diri yang rendah, kecemasan, adanya gangguan tidur,
phobia, kelak bisa tumbuh menjadi penganiaya, menjadi bersifat keras,
gangguan stres pascatrauma, dan terlibat dalam penggunaan zat adiktif.
Mereka mungkin juga berupaya menutupi luka yang dideritanya dan
tetap bungkam merahasiakan pelakunya karena ketakutan akan
mendapatkan pembalasan dendam. Mungkin juga akan mengalami
kelambatan dalam tahap perkembangannya, sering mengalami
kesulitan dalam hubungannya dengan teman sebayanya dan
menunjukan tingkah laku menyakiti diri sendiri, dan bahkan perilaku
bunuh diri.

13
C. Tinjauan tentang Penyuluhan Sosial
1. Pengertian
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “penyuluhan” berasal dari
kata “suluh” yang berarti barang yang di pakai untuk media penerangan
atau obor. Sehingga penyuluhan yaitu suatu proses atau cara yang
dilakukan oleh seorang penyuluh untuk memberikan penerangan atau
informasi kepada orang lain dari semula yang tidak tahu menjadi tahu
dan yang tahu menjadi lebih tahu. Kata penyuluhan berasal dari
beberapa negara yaitu:
1) Belanda yaitu Voorlichting yang berarti memberikan penerangan
untuk menolong seseorang menemukan jalannya,
2) Inggris yaitu extention, istilah ini diambil Universitas Oxford dan
Cambridge sekitar tahun 1850 yang melakukan diskusi-diskusi
mengenai bagaimana memberikan pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan disekitar tempat tinggal penduduk, terutama
dengan cepatnya pertumbuhan penduduk didaerah industri dan
perkotaan.
3) Jerman yaitu Aufklaneus yg berarti pencerahan, yang menekankan
pentingnya mengetahui arah langka kita.
4) Prancis yaitu vulgarisation yang menekankan pentingnya
menyederhanakan pesan bagi orang awam,
5) Spanyol yaitu capacitacion yaitu keinginan untuk meningkatkan
kemampuan manusia yang dapat diartikan dengan pelatihan.
b. Penyuluhan sosial adalah suatu proses pengubahan perilaku yang
dilakukan melalui penyebarluasan informasi, komunikasi, motivasi dan
edukasi oleh penyuluh sosial baik secara lisan, tulisan maupun peragaan
kepada kelompok sasaran, sehingga muncul pemahaman yang sama,
pengetahuan dan kemauan guna berpartisipasi secara aktif dalam
penyelanggaran kesejahteraan sosial. (Pusat Penyuluhan Sosial,
2010:1). Makna atau arti :

14
1) Penyuluhan sosial sebagai proses perubahan perilaku, yaitu bahwa
penyuluhan tidak sekedar memberi tahu atau menerangkan, dalam
kaitan ini tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan sosial adalah
terjadinya perubahan perilaku sasaran agar mereka mengetahui dan
mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri
dalam usaha meningkatkan kehidupannya.
2) Penyuluhan sosial sebagai proses penyebarluasan informasi, yaitu
proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya
perbaikan dan perubahan cara-cara penanganan masalah
kesejahteraan sosial, demi tercapainya peningkatan kesejahteraan
sosial individu, keluarga, kelompok, organisasi dan masyarakat.
3) Penyuluhan sosial sebagai proses komunikasi, yaitu penyebarluasan
informasi oleh penyuluh sosial baik secara lisan, tulisan maupun
peragaan kepada kelompok sasaran.
4) Penyuluhan sosial sebagai proses pemberian motivasi, yaitu proses
untuk menumbuhkan dan mendorong kemauan kelompok sasaran
agar berperan secara aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial.
5) Penyuluhan sosial sebagai proses pendidikan (edukasi), yaitu suatu
system pendidikan nonformal untuk membuat mereka tahu, mau,
dan mampu berswadaya agar berperan aktif dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
c. Penyuluhan sosial merupakan sebuah intervensi sosial yang melibatkan
penggunaan komunikasi informasi secara sadar untuk membantu
masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil
keputusan dengan baik. (Ban: 1990)
d. Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku
(pengetahuan, sikap, dan keterampilan) di kalangan masyarakat agar
mereka tahu, mau, mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi
tercapainya peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan dan

15
perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang ingin dicapai.
(Slamet:1993)
e. Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan
tidak sekadar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan,
tetapi yang lebih penting dari itu adalah untuk menumbuh kembangkan
partisipasi asyarakat dalam pembangunan. (Mardikanto: 1987)
f. Penyuluhan merupakan sistem pendidikan di luar sekolah, dimana
mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi tahu, mau, dan
mampu/bisa menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapi secara baik,
menguntungkan dan memuaskan. Jadi penyuluhan adalah suatu bentuk
pendidikan yang cara, bahan, dan sarananya disesuaikan dengan
keadaan, kebutuhan, dan kepentingan sararan. Karena sifatnya yang
demikian maka penyuluhan biasa juga disebut pendidikan non formal.
(Wiriaatmadja: 1973)
2. Prinsip penyuluhan
Prinsip merupakan suatu pernyataan mengenai kebijaksanaan yang
dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan dilaksanakan
secara konsisten. Dalam kegiatan penyuluhan, prinsip menurut Leagans
(1961) menilai bahwa setiap penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya
harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati agar
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Prinsip adalah suatu
pernyataan tentang kebijaksanaan yang dijadikan pedoman dalam
pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan secara konsisten.
Karena itu, prinsip akan berlaku umum, dapat diterima secara umum, dan
telah diyakini kebenarannya dari berbagai pengamatan dalam kondisi yang
beragam. Dengan demikian “prinsip” dapat dijadikan sebagai landasan
pokok yang benar, bagi pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan.
a. Dahama dan Bhatnagar (1980)
1) Minat dan Kebutuhan, artinya, penyuluhan akan efektif jika selalu
mengacu kepada minat dan kebutuhan masyarakat.

16
2) Organisasi masyarakat bawah, artinya penyuluhan akan efektif jika
mampu melibatkan/menyentuh organisasi masyarakat bawah, sejak
dari setiap keluarga/kekerabatan.
3) Keragaman budaya, artinya, penyuluhan harus memperhatikan
adanya keragaman budaya. Perencanaan penyuluhan harus selalu
disesuaikan dengan budaya lokal yang beragam.
4) Perubahan budaya, artinya setiap kegiatan penyuluhan akan
mengakibatkan perubahan budaya. Kegiatan penyuluhan harus
dilaksanakan dengan bijak dan hati-hati agar perubahan yang terjadi
tidak menimbulkan kejutan-kejutan budaya.
5) Kerjasama dan partisipasi, artinya penyuluhan hanya akan efektif
jika mampu menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu
bekerjasama dalam melaksanakan program-program penyuluhan
yang telah dirancang.
6) Demokrasi dalam penerapan ilmu, artinya dalam penyuluhan harus
selalu memberikan kesempatan kepada masyarakatnya untuk
menawar setiap ilmu alternatif yang ingin diterapkan.
7) Belajar sambil bekerja, artinya dalam kegiatan penyuluhan harus
diupayakan agar masyarakat dapat “belajar sambil bekerja” atau
belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.
DKL, penyuluhan tidak hanya sekadar menyampaikan informasi
atau konsep-konsep teoritis, tetapi harus memberikan kesempatan
kepada masyarakat sasaran untuk mencoba atau memperoleh
pangalaman melalui pelaksanaan kegiatan secara nyata.
8) Penggunaan metoda yang sesuai, artinya penyuluhan harus
dilakukan dengan penerapan metoda yang selalu disesuaikan dengan
kondisi (lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai
sosialbudaya) sasarannya.
9) Kepemimpinan, artinya, penyuluh tidak melakukan kegiatan-
kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepentingan/kepuasannya
sendiri, dan harus mampu mengembangkan kepemimpinan (lokal)

17
10) Spesialis yang terlatih, artinya, penyuluh harus benar-benar orang
yang telah memperoleh latihan khusus tentang segala sesuatu yang
sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh.
11) Segenap keluarga, artinya, penyuluh harus memperhatikan keluarga
sebagai satu kesatuan dari unit sosial.
12) Kepuasan, artinya, penyuluhan harus mampu mewujudkan
tercapainya kepuasan. Adanya kepuasan, akan sangat menentukan
keikutsertaan sasaran pada program-program penyuluhan
selanjutnya.
b. Mardikanto (1993) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman
penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-
prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut:
1) Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin
melibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu.
2) Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang
memberi pengaruh baik.
3) Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan
kegiatan lainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di
sawahnya kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka
ia akan berupaya untuk melakukan tindakan pengendalian.
c. Prinsip Lainnya
1) Mengerjakan, artinya, kegiatan penyuluhan harus sebanyak
mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/ menerapkan
sesuatu. Karena melalui “mengerjakan” mereka akan mengalami
proses belajar (baik dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan
keterampilannya) yang akan terus diingat untuk jangka waktu yang
lebih lama.
2) Akibat, artinya, kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau
pengaruh yang baik atau bermanfaat.
Sebab, perasaan senang/puas atau tidak-senang/kecewa akan

18
mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar/
penyuluhan dimasa-masa mendatang.
3) Asosiasi, artinya, setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan
dengan kegiatan lainnya. Sebab, setiap orang cenderung untuk
mengaitkan / menghubungkan kegiatannya dengan kegiatan /
peristiwa yang lainnya.
4) Kesukarelaan : keterlibatan seseorang dalam kegiatan penyuluhan
tidak boleh berlangsung karena adanya pemaksaan, melainkan harus
dilandasi oleh kesadaran sendiri dan motivasinya untuk
memperbaiki dan memecahkan masalah kehidupan yang
dirasakannya.
5) Otonom : kemampuannya untuk mandiri atau melepaskan diri dari
ketergantungan yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok,
maupun kelembagaan yang lain.
6) Keswadayaan : kemampuannya untuk merumuskan melak-sanakan
kegiatan dengan penuh tanggung-jawab, tanpa menunggu atau
mengharapkan dukungan pihak luar.
7) Partisipatif : keterlibatan semua stakeholders sejak peng-ambilan
keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, eva-luasi, dan
pemanfaatan hasil-hasil kegiatannya.
8) Egaliter : menempatkan semua stakehoder dalam kedudukan yang
setara, sejajar, tidak ada yang ditinggikan dan tidak ada yang merasa
diirendahkan.
3. Falsafah Penyuluhan
Pemahaman falsafah atau filosofi dikemukakan oleh Pang S. Asngari
(2001) bahwa falsafah itu memberikan arah dan merupakan pedoman bagi
suksesnya kegiatan yang dilaksanakan. Kata “falsafah” ternyata
memiliki pengertian yang beragam, dalam Mardikanto (1993)
mengartikan falsafah sebagai landasan pemikiran. Sedangkan Dahama dan
Bhatnagar (1980), mengartikan falsafah sebagai landasan pemikiran

19
yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang
akan dan harus diterapkan dalam praktek.
Sebagai suatu pandangan hidup, sebagai landasan pemikiran yang
bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus
diterapkan dalam praktik.
Falsafah penyuluhan berpijak pada pentingnya pengembangan individu
dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat itu sendiri.
a. Kelsey dan Hearne (1955)
Falsafah penyuluhan harus berpijak kepada pentingnya pengembangan
individu di dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat dan bangsanya.
Karena itu, ia mengemukakan bahwa : “falsafah penyuluhan adalah
bekerja bersama masyarkat untuk membantunya agar mereka dapat
meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.
1) Penyuluh bekerja bersama masyarakat, bukan penentu atau pemaksa
melainkan mampu menciptakan suasana dialogis,
menumbuhkan partisipasi masyarakat.
2) Penyuluhan tidak menciptakan ketergantungan, tetapi mendorong
terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakat.
3) Penyuluhan meningkatkan hakat martabat.
b. Amerika Serikat
Falsafah penyuluhan telah lama dikembagkan dengan istilah 3-T:
teach, truth, and trust (pendidikan, kebenaran dan kepercayaan/
keyakinan).
Kegiatan penyuluhan untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran
yang telah diyakini dalam penyuluhan untuk menerapkan setiap
informasi (baru) yang telah diuji kebenarannya dan telah diyakini akan
dapat memberikan manfaat (ekonomi maupun non ekonomi) bagi
perbaikan kesejahteraannya.
c. Indonesia dikenal sebagaimana disebutkan oleh Bapak Pendidikan kita,
Ki Hajar Dewantoro: Ing ngarsa sung tulada, Iing madya mangun karsa,
dan Tut wuri handayani. Prosesnya mulai dengan (1) memberi teladan

20
atau contoh, (2) setelah SDM-klien/murid dirangsang produktif
berprakarsa, dan (3) sampai akhirnya SDM-klien betul-betul
menguasai hal-hal yang dipelajarinya.

Selain itu, terdapat beberapa falsafah penyuluhan lain, yaitu:

1) Falsafah Demokrasi : Klien diberi kebebasan untuk berkembang


agar mereka dapat mandiri sekaligus dapat bertanggungjawab sesuai
dengan perkembangan intelektualnya.

2) Falsafah Bekerjasama : Falsafah Ki Hadjar Dewantoro “hing madya


mangun karsa” mengandung makna adanya kerjasama antara
penyuluh/agen pembaruan dengan klien. Penyuluh bekerjasama
dengan klien agar klien aktif berprakarsa (dalam proses belajar)
mengembangkan usaha bagi dirinya.

3) Falsafah Kontinyu/berkelanjutan : Dunia berkembang, manusia


berkembang, ilmu berkembang, teknologi berkembang, sarana
berkembang, usaha berkembang, jadi harus sesuai dengan
perkembangan : 1) materi yang disajikan, 2) cara penyajian, dan 3)
alat bantu penyajian.

4) Falsafah idealisme, realisme dan pragmatisme : bahwa


penyuluhan pertanian harus mampu menumbuhkan cita-cita yang
melandasi untuk selalu berfikir kreatif dan dinamis. Di samping itu,
penyuluhan harus selalu mengacu kepada kenyataan-kenyataan
yang ada dan dapat ditemui di lapang atau harus selalu disesuaikan
dengan keadaan yang dihadapi. Meskipun demikian, penyuluhan
harus melakukan hal-hal terbaik yang dapat dilakukan, dan
bukannya mengajar kondisi terbaik yang sulit direalisir.
4. Etika dan Perilaku dalam Penyuluhan
Etika, senantiasa merujuk kepada tata pergaulan yang khas atau ciri-ciri
perilaku yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengasosiasikan

21
diri, dan dapat merupakan sumber motivasi untuk berkarya dan berprestasi
bagi kelompok tertentu yang memilikinya.
Etika bukanlah peraturan, tetapi lebih dekat kepada nilai-nilai moral
untuk membangkitkan kesadaran untuk beriktikad baik dan jika dilupakan
atau dilanggar akan berakibat kepada tercemarnya pribadi yang
bersangkutan, kelompoknya, dan anggota kelompok yang lainnya.
Etika dalam penyuluhan antara lain:
a. Perilaku yang beriman kepada Tuhan YME, jujur, dan disiplin.
b. Perilaku menghormati sasaran dan sesama penyuluh.
c. Perilaku sebagai penyuluh yang handal.
d. Perilaku yang mencerminkan dinamika.
Sementara perilaku yang harus ditunjukan oleh seorang penyuluh antara
lain:
a. Perilaku sebagai manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa, jujur, dan disiplin.
b. Perilaku sebagai anggota masyarakat, yaitu mau menghormati
adat/kebiasaan masyarakatnya, menghormati petani dan keluarganya
(apapun keadaan dan status sosial ekonominya), dan meng-hormati
sesama penyuluh.
c. Perilaku yang menunjukkan penampilannya sebagai penyuluh yang
andal, yaitu: berkeyakinan kuat atas manfaat tugasnya, memiliki
tanggungjawab yang besar untuk melaksanakan peker-jaannya,
memiliki jiwa kerjasama yang tinggi, dan berkemampuan untuk bekerja
teratur.
d. Perilaku yang mencerminkan dinamika, yaitu ulet, daya mental dan
semangat kerja yang tinggi, selalu berusaha mencerdaskaan diri, dan
selalu berusaha meningkatkan kemampuannya.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan Sosial
Penyuluhan merupakan suatu proses perubahan perilaku melalui
pendidikan nonformal. Untuk mengukur adanya perubahan perilaku relatif
sulit, namun pada umumnya dapat dilihat dari tindakan, pengetahuan, sikap

22
dan keterampilan masyarakat dalam mengatasi masalah sosial. Pada
kenyataan, bahwa perubahan perilaku tersebut tidak serta merta karena
penyuluhan tetapi dipengaruhi faktor lain. Faktor yang mempengaruhi
perubahan :
a. Keadaan Pribadi Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah manusia dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Perlu diamati pada diri sasaran ada tidaknya motivasi
pribadi untuk melakukan perubahan. Selain itu, sasaran penyuluhan
sosial sebenarnaya tidak hanya PMKS saja, tetapi meliputi keluarga
PMKS, kelompok masyarakat yang terlibat langsung maupun tidak
dalam usaha kesejahteraan sosial. Kondisi sasaran yang harus di amati:
1) Adakah perasaan tidak puas atau penderitaan atas keadaan yang
sedang dialami?

2) Adakah kesenjangan antara apa yang sedang dialami dengan apa


yang sebenarnya dapat dicapai atau yang diinginkan?

3) Apakah ada kebutuhan atau keinginan serta harapan yang dirasakan,


baik karena perkembangan zaman atau sekedar tuntutan kehidupan?

4) Apakah ada ketidakpuasan atas prestasi yang sudah dicapai serta


adanya dorongan atau tekanan pihak luar?

Selain itu, terdapat kekuatan yang menghambat dalam penyuluhan,


antara lain:

1) Adanya ketakutan atau trauma di masa lampau yang berupa


ketidakpercayaan pada pihak lain karena pengalaman
ketidakberhasilan atau kegagalan.

2) Kekurangsiapan dalam melakukan perubahan karena keterbatasan


pengetahuan, ketrampilan, dana, sarana dan pengalaman.

3) Adanya perasaan tidak ingin menanggung risiko, merasakan


kepuasan yang sekarang dirasa sudah cukup tanpa harus bersusah-
susah menghadapi risiko.

23
b. Kondisi Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang berpengaruh
baik langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan penyuluhan.
Lingkungan fisik tersebut antara lain:
1) Kindisi fisik sasaran, tempat tinggal, status kepemilikan atau
penguasaan.

2) Kondisi geografis alami, sebagai sumber daya yang tersedia.

3) Kondisi teknologi, kemungkinan-kemungkinan untuk


penerapannya, dan lain sebagainya.

4) Aksesibilas

c. Lingkungan Sosial Budaya


Lingkungan sosial budaya sasaran adalah terkait dengan berbagai
norma yang berlaku dan berkembang dalam kehidupan sasaran dan
masyarakat setempat, antara lain seperti :
1) Kebudayaan

2) Opini Publik

3) Kekuatan Lembaga Sosial

4) Kekuatan-kekuatan Ekonomi
6. Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan Sosial
a. Metode
1) Berdasarkan pendekatan sasaran :
a) Metode perseorangan
b) Metode kelompok
c) Metode massal
2) Berdasarkan teknik komunikasi :
a) Langsung artinya penyuluhan sosial yang dilaksanakan oleh
penyuluh sosial yang bertatap muka dengan khalayak sasaran.

24
b) Tidak langsung artinya penyuluhan sosial yang dilaksanakan
oleh penyuluh sosial yang tidak bertatap muka dengan khalayak
sasaran melalui berbagai media penyuluhan sosial.
3) Berdasarkan indera penerima :
a) Indra penglihatan
b) Indra pendengaran
c) Indra campuran
4) Metode lainnya:
a) Metode partisipatif artinya bahwa seorang penyuluh sosial tidak
menggurui, mengindoktrinasi tetapi memfasilitasi masyrakat
sehingga masyarakat dapat berperan secara aktif, berada
ditengah-tengah masarakat untuk mengkaji dan menyuluh
dengan teknik Participatory Rural Appraisal (PRA).

b) Metode dialog interaktif artinya bahwa seorang tenaga penyuluh


sosial tidak hanya menyuluh/menerangkan saja tetapi kepada
audience diberikan kesempatan untuk bertanya dan menanggapi
dengan teknik Focus Group Discussion (FGD).

c) Metode Pemberdayaan artinya bahwa seorang tenaga penyuluh


sosial harus bias melihat, mengamati potensi, sumber dan daya
yang dimiliki masyarakat sehingga penyuluh sosial dapat
menjadi fasilitator untuk bersama-sama masyarakat dapat
mendayagunakan potensi dan sumber yang dimiliki untuk
penanggulangan masalah bersama yang dihadapi guna
terwujudnya kesejahteraan bersama.

b. Media Penyuluhan
Alat bantu yang berfungsi sebagain perantara yang dapat dipercaya
antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan dan info yang
disampaikan lebih jelas dan nyata. Selain memperjelas alat bantu dapat
menarik perhatian, menimbulkan kesan mendalam dan menghemat
waktu. Alat bantu yang baik, bila sesuai dengan pesan/info yang

25
disampaikan dan dapat memperjelas informasi. Alat tersebut bisa
diamati, didengar, diraba, dan dirasa. Contoh :
1) Media Elektronika.
Radio dan televise, komputer meliputi :
a) Dialog interaktif; sosialisasi, seminar,

b) Diskusi aktual; public service announcement (PSA) atau

c) Iklan layanan masyarakat; short message service (SMS).

2) Media Cetak meliputi :Majalah, Koran, leaflet, booklet, banner,


baliho, billboard, spanduk.
3) Media Tradisional meliputi : Ketoprak, wayang, ludruk, lenong,
kesenian daerah lainnya.
c. Materi Penyuluhan
Adalah bahan yang disiapkan oleh penyuluh social dalam rangka
pelaksanaan penyuluhan :
1) Sesuai tingkat kemampuan sasaran/masyarakat

2) Tidak bertentang dengan adat istiadat dan kepercayaan

3) Mampu mendatangkan keuntungan

4) Bersifat praktis, mudah dipahami dan diaplikasikan

5) Mengesankan dan dapat dimanfaatkan dengan hasil nyata dan segera


dinikmati.

d. Waktu dan Tempat


1) Waktu, sesuaikan dengan kebiasaan masyarakat

2) Tempat representative, mudah dijangkau.

7. Pengenalan sasaran atau Daerah/Tempat Penyuluhan


a. Sasaran Penyuluhan
Sasaran dalam penyuluhan sosial terdiri dari Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan
Sosial, yaitu:

26
Berdasarkan Permensos no 8 Tahun 2012, Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) terdiri dari :
1) Anak balita telantar
2) Anak terlantar
3) Anak yang berhadapan dengan hukum
4) Anak jalanan
5) Anak dengan Kedisabilitasan (ADK)
6) Anak yang menjadi korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah
7) Anak yang memerlukan perlindungan khusus
8) Lanjut usia telantar.
9) Penyandang disabilitas
10) Tuna Susila
11) Gelandangan.
12) Pengemis
13) Pemulung
14) Kelompok Minoritas
15) Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWBLP)
16) Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
17) Korban Penyalahgunaan NAPZA
18) Korban trafficking
19) Korban tindak kekerasan
20) Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS)
21) Korban bencana alam
22) Korban bencana sosial
23) Perempuan rawan sosial ekonomi
24) Fakir Miskin
25) Keluarga bermasalah sosial psikologis
26) Komunitas Adat Terpencil

Sedangkan Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial terdiri dari :

1) Pekerja Sosial Profesional

27
2) Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
3) Taruna Siaga Bencana (Tagana)
4) Lembaga Kesejahteraan Sosial
5) Karang Taruna
6) Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3)
7) Keluarga pioner
8) Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis Masyarakat
(WKSBM).
9) Wanita pemimpin kesejahteraan sosial
10) Penyuluh Sosial
11) Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
12) Dunia usaha
8. Daerah/Tempat Penyuluhan
Menurut Toto Mardikanto (1992) penyuluhan tidak cukup hanya
mengenal sasaran saja, melainkan masyarakat secara keseluruhan (yang
mendukung atau menghambat) sebelum melaksanakan penyuluhan.
Mengenal daerah kerja merupakan persyaratan mutlak bagi penyuluh,
hanya dengan mengenal daerah kerja akan memahami :
1) Keadaan masyarakat yang akan menjadi sasaran
2) Keadaan lingkungan fisik dan sosial masyarakat sasaran
3) Persoalan-persoalan yang pernah, sedang dan akan dihadapi di masa
mendatang
4) Kendala-kendala yang akan dihadapi untuk melaksanakan
penyuluhannya
5) Faktor-faktor pendukung dan pelancar kegiatan penyuluhan sosial
dilaksanakan
Selain itu, yang harus diketahui oleh penyuluh adalah:
1) Pengenalan Keadaan Sumberdaya manusia
2) Pengenalan Keadaan Sumberdaya alam
3) Pengenalan Keadaan Kelembagaan
4) Pengenalan Keadaan Sarana dan Prasarana Pembangunan masyarakat

28
5) Kebijakan Pembangunan masyarakat
6) Pengenalan Keadaan Sosial budaya masyarakat
Adapun cara-cara dalam Pengenalan Wilayah dapat dilakukan melalui :
1) Pengamatan langsung / studi orientasi
2) Wawancara dengan tokoh masyarakat
3) Informasi sesama penyuluh
4) Data sekunder:
a. Monografi desa
b. Laporan-laporan
c. Hasil penelitian
d. Tulisan-tulisan
5) Gabungan

9. Langkah-Langkah Penyuluhan Sosial


a. Penjajagan
b. Pengumpulan dan penyiapan materi
c. Pembentukan tim pelaksana
d. Pembentukan tim pengarah
e. Pelaksanaan penyuluhan sosial
f. Monitoring dan Evaluasi
g. Penyusunan laporan

29
BAB III
MANAJEMEN PENYULUHAN SOSIAL

A. Nama Kegiatan
Adapun nama kegiatan kami adalah “PAHALA” Paham dan Lakukan.
Maksudnya ialah penyuluhan tentang perilaku Bullying di lingkungankan anak
remaja khususnya di sekolah, dengan diharapkan agar remaja atau siswa/i dapat
memahami apa itu bullying, sehingga dari pemahaman tersebut mereka mampu
menghindari perilaku bullying.

B. Tema Kegiatan
Tema kegitan yang akan dilaksanakan adalah “Mengupas Perilaku
Bullying Dikalangan Anak Remaja”, dengan slogan “Don’t Bully, Be A
Friend!”

C. Tujuan Kegiatan
Kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan ini memiliki 2 tujuan,
yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Umum:
Membimbing, memotivasi dan memberikan pengetahuan mengenai
Kasus bullying yang sedang maraknya terjadi di kalangan anak remaja serta
memberikan informasi mengenai cara mengakses sistem sumber yang ada
di lingkuangan sekitar.
2. Tujuan Khusus :
Dari hasil observasi dan penjajakan yang dilakukan di SMP St.Maria,
kami menemukan bahwa banyak dari pengajar atau guru di sekolah SMP St.
Maria hanya mengetahui tetapi tidak mengenal apa itu bullying.
Sehingga Pengajar di St.Maria sangat mengapresiasi dan mengharapkan
agar penyuluhan tentang bullying di St.Maria dapat menjadi pengetahuan

30
sekaligus menjadi bentuk pencegahan terhadap perilaku bullying di sekolah
St. Maria. Adapun tujuan khususnya adalah:
a. Peserta dapat mengetahui dan memahami informasi tentang tindakan
bullying dikalangan remaja khususnya di lingkunan sekolah.
b. Peserta dapat mengetahui dan memahami serta memiliki pengetehuan
mengenai bullying.
c. Peserta dapat mengetahui dan memahami dampak atau pengaruh
bullying bagi diri sendiri dan lingkuan sekitar.
d. Peserta dapat mengetahui informasi tentang ciri-ciri pelaku dan korban
tindak kekerasan bullying.
e. Peserta dapat mengetahui secara jelas cara atau solusi yang tepat dalam
menangani perilaku atai tindakan bullying di sekolah serta cara
mmengakses sitem sumber yang terkait.

Pihak sekolah sangat mengharapkan agar siwa-siswa St.Maria dapat


menhindari perilaku bullying. Sehingga kegiatan penyuluhan sangat
dibutuhkan untuk memberikan informasi, pengetaguan dan sebagai
tindakan pencegahan di kalangan remaja khususnya siswa ST. Maria.

D. Waktu Dan Tempat Kegiatan


Penyuluhan ini akan diselenggarakan pada :
1. Hari : Jumat
2. Tanggal : 12 April 2019
3. Waktu : 09.00 – 12.00 WIB
4. Tempat : SMP Santo Maria, Jl. Jendral Ahmad Yani, No.273,
Cipahit, Bandung Wetan, Kota Bandung Jawa Barat 40114.

E. Sasaran Kegiatan
Dalam penyuluhan ini, kami lebih memfokuskan kepada siswa SMP
Santo Maria agar bisa mengetahui dan memahami dampak dari perilaku
Bullying. Selain itu, diharapkan tim pengajar atau guru SMP St. Maria dapat

31
lebih peka terhadap perilaku-perilaku yang ditimbulkan oleh siswa-siswa SMP
St.Maria.

F. Narasumber Kegiatan
Nama narasumber Julisya Musly, narasumber yang kami pilih dalam
kegiatan ini berjumlah 1 orang, yaitu Alumni STKS Bandung yang telah
menyelesaikan pendidikan S1 dan sedang melanjutkan pendidikan S2 di STKS
Bandung, Pemateri sekarag bekerja untuk Dinas Sosial Kota Cimahi.
Adapun karakteristik narasumber dari Alumni STKS Bandung yang
kami pilih, yaitu :

1. Narasumber memiliki semangat pemuda sehingga akan lebih pas dengan


peserta yang notabennya anak SMP
2. Narasumber memiliki jiwa inspiratif untuk memotivasi peserta.
3. Narasumber merupakan seorang Pekerja Sosial yang bekerja di Dinas Sosial
Kota Cimahi.
4. Narasumber merupakan alumni dari perguruan tinggi inklusif
5. Narasumber memahami tentang tindak kekerasan bullying

G. Panitia Penyuluhan Sosial


1. Ketua Pelaksana : Rindy Joke Lapisara (17.04.316)
2. Sekretaris : Helping Indak Kartini Zai (17.04.405)
3. Divisi Acara : Mochamad Ferhadz Fauzan (17.04.245)
4. Divisi Humas dan Pubdekdok : Mohamad Reyhan A. Y (17.04.297)
5. Divisi Logistik : Charlovin doharman (17.04.180)
6. Divisi Konsumsi : Helping Zai dan Rindy lapisara

H. Metode Penyuluhan
Dalam melakukan penyuluhan sosial ini kami menggunakan kombinasi
dari beberapa metode penyuluhan. Karena menurut kami dengan memakai
berbagai kombinasi akan mempermudah proses adopsi sehingga juga akan
mempercepat proses perubahan. Dari metode berdasarkan pendekatannya kami

32
memilih pendekatan kelompok. Dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan
sekelompok siswa yang kemudian menyampaikan pesannya menggunakan
metode dialog interaktif dengan teknik komunikasi langsung. Metode dialog
interaktif artinya bahwa seorang tenaga penyuluh sosial tidak hanya
menyuluh/menerangkan saja tetapi kepada audience diberikan kesempatan
untuk bertanya dan menanggapi dengan teknik Focus Group Discussion (FGD).
Karena jumlah sasaran penyuluhan cukup besar maka diperlukan alat
bantu yang menunjang kelancaran pertemuan baik berupa materi tertulis
maupun gambaran yang terproyeksi yang memiliki ukuran yang cukup besar.
Waktu ideal untuk penyelenggaraan penyuluhan dengan metode ceramah dan
dialog interaktif ini maksimum 2 jam.
Sedangkan metode berdasarkan teknik komunikasinya kami
menggunakan Metode penyuluhan langsung. Artinya para petugas penyuluhan,
langsung bertatap muka dengan sasaran. Adapun penggolongan metode
berdasarkan indera penerima kami menggunakan Metode yang dilaksanakan
dengan jalan memperhatikan. Yaitu Pesan yang diterima melalui indra
penglihatan. Dalam hal ini kami menggunakan Banner, pemutaran film dan
pemutaran slide. Serta menggunakan Metode yang disampaikan, diterima oleh
sasaran melalui beberapa macam indra secara kombinasi. Misalnya yaitu
ceramah, penampilan slide, pemutaran film yang akan menggunakan indera
pendengaran dan penglihatan.

I. Teknik Penyuluhan
Dalam penyuluhan sosial ini, kami menggunakan teknik penyuluhan
Lisan, Tulisan dan Peragaan. Hal ini bertujuan supaya penyampaian materi
tidak monoton dan lebih santai, lebih efisien, dan sasaran dalam hal ini guru dan
siswa SMP Santo Maria dapat menerima dan memahami materi dengan baik
sertatidak ada rasa bosan diantara siswa.
Selain itu, dalam penyuluhan ini, kami juga menggunakan berbagai
Teknik, diantaranya :

33
a. Teknik komunikasi informatif : merupakan proses penyampaian pesan yang
sifatnya memberitahu atau memberikan penjalasan terhadap orang lain baik
secara lisan maupun tulisan.
b. Teknik komunikasi persuasif : merupakan proses membujuk mengajak dan
meyakinkan masyarakat. Hal ini dilakukan dengan mengulang-ulang pesan
yang hendak disampaikan.

J. Media Penyuluhan
Dalam penyuluhan sosial ini, kami menggunakan berbagai media diataranya:
a. Media Penyuluhan Teknik Lisan
1) Media teknik lisan (langsung); ceramah dan Diskusi tanya jawab
2) Media teknik tulisan (tidak langsung)
a) Media Cetak; Brosur, spanduk, dan stiker
b) Media Elektronik; Power Point, computer, proyektor dan video atau
film pendek
b. Media Penyuluhan Teknik Peragaan
Media penyuluhannya yang dipakai adalah film pendek atau video tentang
bullying, diharapkan siswa dapat memahami dan mengerti tentang bullying dan
dampaknya dalam kehidupan.

K. Pendekatan
Dalam melakukan penyuluhan ini kami menggunakan pendekatan
konvensional serta pendekatan latihan dan kunjungan yang menekankan pada
hasil di dalam melakukan kegiatan penyuluhan. Selain itu pendekatan yang
diterapkan juga menggunakan pendekatan individu/kelompok, karena dirasa
lebih efektif di dalam melaksanakan penyuluhan.

L. Materi Penyuluhan
Materi yang disediakan oleh penyuluh yaitu sebagai berikut :
1. Materi pokok yaitu penyuluhan mengenai ruang lingkup bullying.

34
2. Materi vital yaitu sebab, dampak, karakteristik, jenis, tipe, serta ciri-ciri
pelaku maupun korban bullying.
3. Materi penunjang berupa video dan foto-foto yang berkaitan dengan
bullying.
4. Materi mubazir yaitu materi diluar materi pokok, vital, dan penunjang
sebagai penguat proses penyuluhan yang bertujuan sebagai intermezzo.

M. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan berupa masukan (input), keluaran (output), hasil
(outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact) dari kegiatan penyuluhan.
1. Hasil (outcome)
a. Meningkatnya pengetahuan tentang ruang lingkup bullying
b. Berkembangnya sikap untuk saling menghargai dalam lingkungan
sekolah.
c. Meningkatnya kesadaran akan pencegahan tindakan bullying.
2. Manfaat (benefit)
a. Meningkatnya kemampuan dan kapasitas siswa SMP St. Maria
Bandung dalam upaya pecegahan bullying.
b. Menumbuhkan rasa persahabatan di kalangan siswa.
c. Meningkatnya kepedulian masyarakat, Sekolah atau keluarga untuk
menciptakan lingkungan yang baik bagi perkembangan anak.
3. Dampak (impact)
a. Berkurangnya kebiasaan bullying di kalangan teman sekolah atau
lingkungan sekolah SMP St. Maria Bandung.
b. Meningkatnya pemahaman siswa SMP St. Maria Bandung mengenai
dampak melakukan tindakan bullying terhadap sesama teman serta
tindak pidana untuk pelaku
c. Bertambahnya tingkat kepedulian dan kepekaan siswa terhadap korban
perilaku bullying.

35
N. Lembar Pengesahan
(Lampiran I)

O. Sususnan Acara
(Lampiran II)

P. Kegiatan Pra-Penyuluhan Sosial


Sebelum melakukan penyuluhan di SMP St. Maria, kami dari tim
penyuluh melakukan survey atau penjajakan terlebih dahulu. Selama penjajakan
kami menggali informasi terkait dengan kondisi sekolah St. Maria, baik dari
kondisi bangunan sekolah, kegiatan siswa sampai masalah yang sering terjadi
di SMP St. Maria.
Dari hasil penjajakan atau survey yang kami lakukan di hari Rabu, 20
Februari 2019, pukul 14.00 Wib. Kami menemukan adanya penerimaan atau
sambutan yang baik dari SMP St. Maria terhadap kami, serta diharapkan
penyuluhan yang kami laksanakan dapat menjadi suatu pengetahuan dan juga
sebagai tindakan pencegahan, agar siswa St. Maria dan bahkan semua
masyarakat dapat menghindari atau mengentikan tindakan bullying yang terjadi
di sekitar kita.

Q. Rencana Anggaran Biaya


(Lampiran III)

36
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku bullying dapat diartikan sesuai dengan pengertian bullying
yaitu bahwa perilaku memiliki kekuasaan yang lebih tinggi sehingga pelaku
dapat mengatur orang lain yang dianggap lebih rendah. Bullying adalah suatu
tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana tindakan
tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan memnuat
seseorang merasa tidak nyaman. Korban yang sudah merasa menjadi bagian
dari kelompok dan ketidakseimbangan pengaruh atau kekuasaan lain akan
mempengaruhi intensitas perilaku bullying ini.
Pemahaman moral adalah pemahaman individu yang menekankan pada
alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dan bagaimana seseorang berpikir
sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Pemahaman
moral bukan tentang apa yang baik atau buruk, tetapi tentang bagaimana
seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau
buruk.
Peserta didik dengan pemahaman moral yang tinggi akan memikirkan
dahulu perbuatan yang akan dilakukan sehingga tidak akan menyakiti atau
melakukan bullying kepada temannya. Dalam proses penenaman moral kepada
anak atau siswa sangat dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak khususnya
keluarga dan sekolah. Orangtua dan tim pengajar atau guru dituntut untuk dapat
menjadi contoh yang yang baik dalam proses pembelajaran anak.
Selain itu, keberhasilan remaja dalam proses pembentukan kepribadian
yang wajar dan pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu
menghadapi berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan juga di
masa mendatang. Untuk itu mereka sudah sepantasnya mendapatkan asuhan
dan pendidikan yang menunjang untuk perkembangannya.

37
B. Saran
1. Hendaknya pihak sekolah proaktif dengan membuat program pengajaran
keterampilan sosial, problemsolving, manajemen konflik, dan pendidikan
karakter.
2. Hendaknya guru memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di
dalam maupun di luar kelas; dan perlu kerjasama yang harmonis antara guru
BK, guru-guru mata pelajaran, serta staf dan karyawan sekolah.
3. Sebaiknya orang tua menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk
tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal tanpa adanya
tindakan bullying antar pelajar di sekolah.

38
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Dahama dan Bhatnagar (1980), Persoalan Penyuluhan di Era Otonomi Daerah,


SMERU Newsletter, Desember 2004

Fagan. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Gramedia

Hawkins dan Van den Ban. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta. Erlangga

Leagans.1961. Penyuluhan Penrtanian. Draf Revitalisasi Penyuluhan Pertanian.


2005. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Departemen
Pertanian.

Mardikanto, Totok. 1987. Komunikasi Pembangunan. Sebelas Maret University


Press. Surakarta

Mardikanto, Totok, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Sebelas


Maret University Press : Surakarta.

Ponny Retno Astuti. 2008. Meredam Bullying : 3 Cara Efektif Mengatasi K.P.A.
(Kekerasan Pada Anak). Jakarta. Grasindo.

Pusat Penyuluhan Sosial.2008. Materi Penyuluhan Sosial Bidang Kesejahteraan


Sosial. Jakarta: Departemen Sosial RI.

Slamet 2001. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Soetjianingsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan permasalahannya. Jakarta:


PT. Rhineka Cipta

Sri Ismudiyati,Yuti. 2015. “Penyuluhan Sosial”, Handout Mata Kuliah Penyuluhan


Sosial Dalam Pekerjaan Sosial. STKS BANDUNG, 27 Januari 2015.

Sri Ismudiyati,Yuti. 2015. “Komunikasi, Inovasi, Adopsi inovasi, dan Difusi


inovasi” Handout Mata Kuliah Penyuluhan Sosial Dalam Pekerjaan Sosial.
STKS BANDUNG, 10 Maret 2015.

39
Wiriaatmadja, S., 1973. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. CV. Yasaguna.
Jakarta.

Sumber Lain :

 Permensos No.8 tahun 2012 tentang “Pedoman Pendataan Dan Pengolahan


Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Dan Potensi Dan Sumber
Kesejahteraan Sosial”
 Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2014
Tentang Penyuluhan Sosial
 Data Dari Komisi Nasional Perlindungan Anak Tahun 2011
 http://digilib.unila.ac.id/11855/16/BAB%20II.pdf
di akses pada tanggal 20 februari 2019, pukul 17.34 WIB
 http://adeannisah.blogspot.co.id/2015/11/makalah-bullying.html
di akses pada tanggal 20 februari 2019, pukul 22.26 WIB
 http://iclass12.blogspot.com/2012/05/penyuluhan-sosial.html
di akses pada 22 februari 2019, pukul 14.35 WIB

 http://nikenveronica.wordpress.com/2011/11/17/pengertian-falsafah-
konsep-dan-prinsip-penyuluhan-pembangunan/

di akses pada 22 februari 2019, pukul 15.11 WIB

 http://eeqbal.blogspot.com/2007/11/falsafah-penyuluhan-
pembangunan.html

di akses pada 22 februari 2019, pukul 15.13 WIB

 http://ronggolawe13.blogspot.com/2008/01/pengertian-penyuluhan-
pertanian.html

di akses pada 24 April 2019, pukul 19.07 WIB

 http://myreducation.blogspot.com/2012/06/makna-konsep-falsafah-dan-
prinsip.html
di akses pada 24 februari 2019, pukul 19.10 WIB

40
BAB VII
LAMPIRAN

LAMPIRAN I

LEMBAR PENGESAHAN KEGIATAN PENYULUHAN SOSIAL


TENTANG BULLYING
DI SMP SANTA MARIA, JL. A. YANI NO. 273 TLP (022) 7217382

KETUA PENYULUHAN

RINDY JOKE LAPISARA


17.04.316

MENGETAHUI,

SUPERVISOR 1 SUPERVISOR 2

CATUR HERY WIBAWA ,MM ADE SUBARKAH, MPS.Sp


NIP. 19630905 1999102 1 001 NIP. 19810529 2000 03 1001

41
LAMPIRAN II

SUSUNAN ACARA KEGIATAN PENYULUHAN SOSIAL TENTANG


BULLYING
DI SMP SANTA MARIA, JL. A. YANI NO. 273 TLP (022) 7217382

NO. KEGIATAN WAKTU DURASI PETUGAS/PJ KETERANGAN


1. Open Gate 08.30 – 30’ Panitia Panitia Penyuluhan
09.00 wib penyuluhan mengumpulkan peserta dan
menyediakan daftar hadir di meja
registrasi serta pemberian snack,
minuman dan stiker ke peserta
kegiatan.
2. Pembukaan 09.00 – 5’ MC Pembukaan atau Opening
Kegiatan 09.05 wib kegiatan oleh MC
3. Doa 09.05 – 5’ Perwakilan Doa pembukaan oleh Perwakilan
09.10 wib Siswa SMP Siswa SMP Santa Maria yang
Santa Maria telah dihunjuk oleh panitia
penyuluhan
4. Kata 09.10 – 10’ Kepala Sekolah Kata Sambutan oleh Kepala
Sambutan 09.20 wib SMP St. Maria Sekolah SMP St. Maria.
oleh Kepala (Time Kiper bergerak)
Sekolah
sekaligus
membuka
acara
penyuluhan
secara resmi
5. Penayangan 09.20 – 15’ MC & Logistik  Pengantar oleh MC sebelum
Video 09.35 wib penayangan Video
 Setelah Pengantar dari MC,
Lampu dimatikan

42
 Video ditayangkan
 Setelah video ditayangkan,
MC mengambil ahli untuk
mempersiapkan ke sesi
berikutnya
6. Sesi Materi 09.35 – 45’ Pemateri Sesi materi tentang bullying oleh
“Bullying” 10.20 wib “ Julisya Musly, pemateri/pembicara sesuai
S.Tr.Sos” konten yang diberikan oleh
panitia penyuluh
7. Quis 10.20 – 10’ Pemateri  Pemateri memberikan
10.30 wib beberapa pertanyaan kepada
peserta untuk menguji
seberapa besar pemahaman
peserta tentang bullying
 Bagi Peserta yang dapat
menjawab pertanyaan dengan
baik akan diberikan hadiah
(reward)
8. Closing 10.30 – 3’ MC Kesimpulan atau closing
Statement 10.33 wib statement tentang bullying oleh
oleh MC MC dan pengarahan ke sesi
berikutnya
9. Ice Breaking / 10.33 – 15’ Doharman Sesi refresing dengan pemberian
games 10.48 wib icebreaking atau games oleh
Doharman
10. Penampilan 10.48 – 10’ Panitia Panitia Penyuluh telah
dari Siswa/i 10.58 wib Penyuluh mengingatkan untuk sesi
SMP ST. Penampilan dari Siswa/i SMP
Maria ST. Maria

43
11. Pemberian 10.58- 3’ Panitia  Para Siswa tidak langsung
Cinderamata 11.01 wib Penyuluh kembali ketempat duduk.
 Panitia penyuluh
memberikan tanda
terimakasih berupa
cinderamata kepada kepala
sekolah
 Dokumenter bergerak untuk
mengambil foto.
12. Pemberian 11.01 – 3’ Panitia Pemberian Plakat kepada
Plakat 11.04 wib Penyuluh pembicara
12. Doorprize 11.04 – 15’ Panitia Sesi Doorprize
11.19 wib Penyuluh
13. Penutup 11.19 – 5’ MC Penutupan kegiatan oleh MC
11.24 wib
14 Foto Bersama 11.24 – 6’ Panitia Foto bersama dan beres-beres
& Bubar 11. 30 penyuluh oleh panitia
wib

Keterangan : Susunan kegiatan dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan

44
Lampiran III

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENYULUHAN SOSIAL TENTANG


BULLYING

DI SMP SANTA MARIA, JL. A. YANI NO. 273 TLP (022) 7217382

1. TARGET PEMASUKAN
a. Iuran anggota kelompok : Rp. 212.600,00
b. Dana Usaha : Rp. 500.000,00
c. Donatur : Rp. 600.000,00
TOTAL : RP. 2.163.000,00

2. PENGELUARAN
a. Acara : Rp. 1.105.000,00
b. Konsumsi : Rp. 314.000,00
c. Dekorasi & Dokumentasi : Rp. 654.000,00
TOTAL : RP. 2.163.000,00

45
RINCIAN PENGELUARAN PENYULUHAN SOSIAL
TENTANG BULLYING
DI SMP SANTA MARIA, JL. A. YANI NO. 273 TLP (022) 7217382

NO. KETERANGAN PENGELUARAN


BANYAK HARGA TOTAL HARGA
SATUAN
ACARA
1. Proposal 5 Berkas Rp. 15.000,00 Rp. 75.000,00
2. Cinderamata 1 Buah Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00
3. Plakat 1 Buah Rp. 120.000,00 Rp. 120.000,00
4. Pembicara 1 Orang Rp. 500.000,00 Rp. 500.000,00
5. Door Prize - - Rp. 300.000,00
6. Persuratan - - Rp. 10.000,000
SUBTOTAL RP. 1.105.000,00
DEKORASI & DOKUMENTASI
1. Banner 4*2 1 Buah Rp. 90.000,00 Rp. 90.000,00
2. Poster A3 4 Buah Rp. 8.000,00 Rp. 24.000,00
3. Stiker 100 Pcs Rp. 500,00 Rp. 50.000,00
4. Dekorasi - - Rp. 150.000,00
SUBTOTAL RP. 314.000,00
KONSUMSI
1. Snack Berat 100 Kotak Rp. 5.000,000 Rp. 500.000,00
(Kue Basah)
2. Minuman (gelas) 3 Dus Rp. 18.000,00 Rp. 54.000,00
3. Biaya tak terduga - - Rp. 100.000,00
SUBTOTAL RP. 654.000,000

46
LAMPIRAN IV

DOKUMENTASI PENJAJAKAN DILOKASI PENYULUHAN

Foto Bersama Pak Nugroho, Rabu, 20 Februari 2019. Sebagai salah satu guru di
St.Maria yang dipercayakan oleh kepala sekolah untuk mewawancarai kami terkait
penyuuhan yang akan kami laksanakan.

47

Anda mungkin juga menyukai