Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN

INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP


PENYAKIT DALAM RSUDZA BANDA ACEH TAHUN 2012
*) MARLINA staff pengajar PSIK FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
**) RONI A SAMAD alumni PSIK FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

ABSTRAK

Infeksi saluran kemih merupakan 40% dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan 80% ISK terjadi
setelah instrumenisasi, terutama oleh kateterisasi. Infeksi ini terjadi akibat ketidakmampuan dalam
mengendalikan maupun menghindari faktor resiko. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih pada pasien di ruang rawat inap
penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2012. Jenis penelitian
adalah correlation study. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non probability sampling
menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 35 perawat yang bekerja di
ruang rawat inap penyakit dalam RSUDZA Banda Aceh. Pengumpulan data dengan lembar observasi
yang terdiri dari 27 item pernyataan dan 2 item hasil laboratorium. Metode analisis data dengan
menggunakan uji statistik Fisher Exact, hasil penelitian adalah ada hubungan antara pemasangan kateter
(P-value 0,019) dengan kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat inap penyakit dalam RSUDZA
Banda Aceh. Saran bagi perawat adalah agar dapat meningkatkan teknik aseptik serta perawatan yang
dilakukan pada kateterisasi sehingga dapat mencegah terjadinya kejadian infeksi saluran kemih akibat
pemasangan kateter.

Kata kunci : Pemasangan Kateter, Infeksi Saluran Kemih,

Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap 35
Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh
Marlin, Roni A Samad
PENDAHULUAN menyebabkan besarnya kejadian infeksi
yang menghasilkan komplikasi infeksi
A. LATAR BELAKANG dan kematian. Berdasarkan survei di
Infeksi saluran kemih adalah rumah sakit Amerika Serikat tahun 2002,
infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kematian yang timbul dari infeksi
kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat saluran kemih diperkirakan lebih dari
proliferasi suatu mikroorganisme. 13.000 (2,3% angka kematian).
Sebagian besar infeksi saluran kemih Sementara itu, kurang dari 5% kasus
disebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan bakteriuria berkembang menjadi
jamur juga dapat menjadi penyebabnya. bakterimia. Infeksi saluran kemih yang
Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh berkaitan dengan kateter adalah
Escherichia coli. Infeksi saluran kemih penyebab utama infeksi sekunder aliran
sering terjadi pada anak perempuan dan darah nosokomial. Sekitar 17% infeksi
wanita. Salah satu penyebabnya adalah bakterimia nosokomial bersumber dari
uretra wanita yang lebih pendek infeksi saluran kemih, dengan angka
sehingga bakteri kontaminan lebih kematian sekitar 10% (Gould & Brooker,
mudah memperoleh akses ke kandung 2009).
kemih (Corwin, 2007). Kateter urin adalah penyebab
Sistitis (infeksi saluran kemih yang paling sering dari bakteriuria.
bawah) adalah inflamasi kandung kemih Risiko bakteriuria pada kateter
yang paling sering disebabkan oleh diperkirakan 5% sampai 10% per hari.
infeksi asenden dari uretra. Penyebab Kemudian diketahui, pasien akan
lainnya aliran balik urine dari uretra mengalami bakteriuria setelah
kedalam kandung kemih (refluks penggunaan kateter selama 10 hari.
uretrovesical), kontaminasi fekal, atau Infeksi saluran kemih merupakan
penggunaan kateter atau sistoskop. penyebab terjadinya lebih dari 1/3 dari
Sistitis pada pria merupakan kondisi seluruh infeksi yang didapat di rumah
sekunder akibat beberapa faktor (mis., sakit. Sebagian besar infeksi ini
prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau (sedikitnya 80%) disebabkan prosedur
batu pada kandung kemih) (FKUI, 2006) invasif atau instrumentasi saluran kemih
yang biasanya berupa kateterisasi
Infeksi saluran kemih merupakan (Smeltzer & Bare, 2005).
jenis infeksi nosokomial yang sering Menurut penelitian yang
terjadi. Beberapa penelitian dilakukan oleh Afsah (2008), tentang
menyebutkan, infeksi saluran kemih “tingkat kejadian infeksi saluran kemih
merupakan 40% dari seluruh infeksi pada pasien dengan terpasang kateter
nosokomial dan dilaporkan 80% infeksi urin di RS PKU Muhammadiyah
saluran kemih terjadi sesudah Yogyakarta”, menunjukkan bahwa dari
instrumentasi, terutama oleh kateterisasi 30 responden terdapat angka infeksi
(Darmadi, 2008, p.124). saluran kemih sebanyak 20%.
Walaupun kesakitan dan Berdasarkan data rekam medis di
kematian dari infeksi saluran kemih RSUDZA Banda Aceh (2009-2011),
berkaitan dengan kateter dianggap relatif diketahui terjadi peningkatan kasus
rendah dibandingkan infeksi infeksi saluran kemih tiap tahunnya,
nosokomial lainnya, tingginya dengan rata-rata pertahun terdapat 75
prevalensi penggunaan kateter urin kasus. Dari hasil pengamatan peneliti
36 Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 35-47
pada minggu kedua bulan April 2012 kandung kemih. Sekali organisme
lalu di ruang rawat inap penyakit dalam mencapai kandung kemih,
RSUDZA Banda Aceh diketahui adanya organisme ini akan berkembang
keluhan dari beberapa pasien mengenai biak dan meningkat sehingga
pemasangan kateter, Yaitu 3 dari 5 menyebabkan infeksi pada ureter
pasien yang sedang memakai kateter dan ginjal (Smeltzer & Bare, 2005).
mengeluh adanya nyeri dan kemerahan 2. Faktor Penyebab dan Risiko Infeksi
pada area yang dipasang kateter, dan saluran kemih
juga terlihat urin yang terdapat di dalam disebabkan oleh adanya mikro
kantong penampung agak berkabut. organisme patogenik dalam traktus
Berdasarkan uraian diatas, urinarius, dengan atau tanpa disertai
peneliti tertarik untuk melakukan gejala. Faktor risiko yang umum
penelitian lebih lanjut tentang mencakup ketidakmampuan atau
hubungan pemasangan kateter kegagalan kandung kemih untuk
dengan kejadian infeksi saluran mengosongkan isinya secara
kemih pada pasien di ruang rawat lengkap, penurunan mekanisme
inap penyakit dalam RSUDZA Banda pertahanan alamiah dari pejamu,
Aceh Tahun 2012. peralatan yang dipasang pada
traktus urinarius, seperti kateter dan
B. RUMUSAN MASALAH prosedur sistoskopi. Pasien diabetes
Semua pasien yang rawat di sangat berisiko karena peningkatan
Rumah Sakit Zainoel Abidin sebanyak kadar glukosa dalam urin
80 % terpasang kateter Berdasarkan latar menyebabkan suatu infeksi-akibat
belakang diatas maka rumusan masalah lingkungan pada traktus urinarius.
dalam penelitian ini adalah: Kehamilan dan gangguan neurologi
Apakah terdapat hubungan juga meningkatkan risiko karena
pemasangan kateter dengan kejadian kondisi ini menyebabkan
infeksi saluran kemih pada pasien di pengosongan kandung kemih yang
ruang rawat inap penyakit dalam tidak lengkap dan stasis urin
RSUDZA Banda Aceh Tahun 2012. (Smeltzer & Bare, 2001, p.1428).
3. Tanda dan Gejala
C. TUJUAN PENELITIAN Tanda-tanda dan gejala yang
Untuk mengetahui hubungan antara terjadi pada penyakit saluran kemih,
pemasangan kateter dengan kejadian yaitu: rasa nyeri, perubahan
infeksi saluran kemih pada pasien di eliminasi urin dan gejala
ruang rawat inap penyakit dalam gastrointestinal. Gejala ISK bawah
RSUDZA Banda Aceh Tahun 2012. biasanya meliputi disuria, ada
dorongan sering berkemih, nokturia,
TINJAUAN TEORITIS atau nyeri pada pelvic atau suprapubis.
Pasien ISK atas sering menunjukkan
A. KONSEP INFEKSI SALURAN gejala sistemik meliputi, demam, mual
KEMIH (ISK) dan muntah, sakit kepala, dan lemah
sesuai dengan keluhan spesifik dari nyeri
di daerah panggul, punggung
1. Pengertian Infeksi saluran kemih
(ISK) adalah penyakit infeksi
nosokomial yang biasa terjadi pada
saat organisme naik dari uretra ke
Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap 37
Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh
Marlin, Roni A Samad
bawah, dan abdomen (Smeltzer & dimasukkan melalui uretra ke dalam
Bare, 2005). kandung kemih, namun metode lain
Jika timbul infeksi saluran yang disebut pendekatan
kemih meskipun sudah dilakukan suprapubik, dapat digunakan
berbagai tindakan higiene, maka (Marrelli, 2007, p.265).
keluhan atau penyimpangan yang Ada tiga macam kateter
didengar dan terlihat oleh perawat kandung kemih, yaitu kateter
yaitu, pada wanita sakit yang dengan selang pembuangan satu
membandel pada perut bagian buah, dengan dua buah dan dengan
bawah, pada pria sakit disekitar tiga buah saluran pembuangan.
muara uretra, urine yang baru Saluran pembuangan ini dinamakan
dikeluarkan berbau menyengat dan lumen. Kateter dengan tiga lumen
keruh, dan ada peningkatan suhu dengan sendirinya akan memiliki
tubuh. garis tengah (jadi lebih gemuk)
4. Pengkajian yang lebih besar dibanding kateter
Sebelum menegakkan dengan satu lumen. Kateter yang
diagnosa, perawat harus melakukan dipakai tergantung pada tujuan
pengkajian data dasar pada pasien memakai kateter tersebut: kateter
yang meliputi: Riwayat atau dengan satu lumen dipakai untuk
adanya faktor-faktor resiko: tujuan satu kali, kateter dengan dua
Riwayat infeksi saluran kemih lumen adalah kateter yang ditinggal
sebelumnya, Obtruksi pada saluran tetap disitu satu lumen dipakai
kemih, Adanya faktor yang menjadi sebagai saluran pembuangan urine,
predisposisi pasien terhadap infeksi lumen yang lain dipakai untuk
nosokomial: Pemasangan kateter mengisi dan mengosongkan balon
tetap, Imobilisasi dalam waktu yang dipasang pada ujungnya.
yang lama, Inkontinensia; Kaji Balon ini diisi jika kateter
manifestasi klinik dari infeksi dimasukkan dengan cara yang tepat.
saluran kemih: Dorongan Jumlah air destilasi tertentu, yang
berkemih, Frekuensi berkemih, menyebabkan kateter tidak dapat
Disuria, Bau urin yang menyengat, tergeser dan tetap berada dalam
Nyeri-biasanya pada suprapubik kandung kemih. Baru setelah
pada ISK bawah dan sakit pada kateter akan dilepas, balon ini harus
panggul pada ISK atas (perkusi dikosongkan. Kateter dengan tiga
daerah kostovertebra untuk lumen, terutama dipakai untuk
mengkaji nyeri tekan panggul), tujuan membilas kandung kemih.
Demam, khususnya pada ISK atas Disini satu lumen dipakai untuk
memasukkan cairan pembilas, satu
B. KONSEP KATETERISASI sebagai saluran pembuangan cairan,
PERKEMIHAN dan satu untuk balon penampungan
1. Definisi dan Klasifikasi (Smeltzer & Bare, 2005)
Kateterisasi
Kateter urine adalah selang Menurut Hegner dan Caldwell
yang dimasukkan ke dalam (2003), ada dua jenis kateter yang
kandung kemih untuk mengalirkan digunakan untuk mendrainase urin,
urine. Kateter ini biasanya yaitu:
38 Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 35-47
a. Kateter french adalah selang Kateterisasi juga dapat digunakan
berlubang. Biasanya terbuat dari dengan indikasi lain, yaitu : untuk
karet yang lembut atau plastik. menentukan perubahan jumlah urin
Kateter ini digunakan untuk sisa dalam kandung kemih setelah
mengeringkan kandung kemih pasien buang air kecil, untuk
dan tidak terus menerus berada memintas suatu obstruksi yang
di kandung kemih. menyumbat aliran urin, untuk
b. Kateter foley mempunyai balon menghasilkan drainase
di sekeliling bagian lehernya. pascaoperatif pada kandung kemih,
Balon ini diberi udara (air) daerah vagina atau prostat, atau
setelah kateter masuk ke menyediakan cara-cara untuk
kandung kemih. Kateter ini memantau pengeluaran urin setiap
dikenal juga sebagai kateter jam pada pasien yang sakit berat
retensi atau indweling. (Smeltzer & Bare, 2005).
Menurut Murwani (2009, Menurut Charlene, dkk
p.42), terdapat 5 jenis kateter (2001), ada 8 indikasi penggunaan
berdasarkan bahan yang digunakan, kateter yaitu: untuk menyembuhkan
yaitu: retensi urin, mengurangi tekanan
a. Kateter plastik : digunakan pada kandung kemih, memudahkan
sementara karena mudah rusak pengobatan dengan operasi,
dan tidak fleksibel. mempercepat pemulihan jaringan
b. Kateter latex/karet : digunakan setelah operasi, memasukkan obat
untuk penggunaan/pemakaian kedalam kandung kemih, mengukur
dalam jangka waktu sedang output urin secara tepat, mengukur
(kurang dari 3 minggu). output residual, memvisualisasikan
c. Kateter silikon murni/teflon : struktur anatomi secara radiografis.
untuk penggunaan jangka waktu Kateterisasi kandung kemih
lama 2-3 bulan karena bahan mencakup pemasangan selang karet
lebih lentur pada meatus uretra. atau plastik melalui uretra ke dalam
kandung kemih. Kateter
d. Kateter PVC memungkinkan aliran kontinu pada
(Polyvinylchloride) : sangat pasien yang tidak mampu
mahal, untuk penggunaan 4-6 mengontrol perkemihan atau pada
minggu, bahannya lembut, tidak mereka yang mengalami obstruksi
panas dan nyaman bagi uretra. aliran perkemihan (Perry, dkk,
e. Kateter logam: digunakan untuk 2010). Kozier (2010) menyebutkan
pemakaian sementara, biasanya kontra indikasi pemasangan kateter
pada pengosongan kandung yaitu: adanya penyakit infeksi di
kemih pada ibu yang dalam vulva seperti uretritis
melahirkan. gonorhoe dan pendarahan pada
2. Indikasi dan kontra indikasi uretra.
Kateterisasi dapat menjadi 3. Komplikasi
tindakan yang menyelamatkan jiwa, Adanya kateter indwelling
khususnya bila traktus urinarius dalam traktus urinarius dapat
tersumbat atau pasien tidak mampu menimbulkan infeksi. Kolonisasi bakteri
melakukan urinasi. (bakteriuria) akan terjadi
Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap 39
Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh
Marlin, Roni A Samad
dalam waktu dua minggu pada
separuh dari pasien-pasien yang KERANGKA KONSEP PENELITIAN
menggunakan kateter urin, dan
dalam waktu empat hingga enam A. Kerangka Kerja
minggu sesudah pemasangan kateter Kerangka kerja yang digunakan
pada hampir semua pasien. pada penelitian ini menggambarkan
Pemasangan kateter akan hubungan antara pemasangan kateter
menurunkan sebagian besar daya dengan kejadian infeksi saluran kemih
tahan alami pada traktus urinarius pada pasien di ruang rawat inap penyakit
inferior dengan menyumbat duktus dalam RSUDZA Banda Aceh Tahun
periuretralis, mengiritasi mukosa 2012. Untuk melihat terjadinya infeksi
kandung kemih dan menimbulkan saluran kemih pada pasien yang
jalur artificial untuk masuknya terpasang kateter di ruang rawat inap
kuman ke dalam kandung kemih. penyakit dalam RSUDZA Banda Aceh,
Manipulasi kateter paling peneliti menggunakan konsep dari
sering menjadi penyebab kerusakan Smeltzer dan Bare (skema 3.1). Dimana
mukosa kandung kemih pada pasien menurut Smeltzer & Bare diperlukan
yang mendapat kateterisasi. Dengan urinalisa untuk melihat adanya
demikian infeksi akan terjadi tanpa bakteriuria dan piuria sebelum
terelakkan ketika urin mengenai menegakkan diagnosa infeksi saluran
mukosa yang rusak itu. Ketika kemih.
kateter terpasang, kandung kemih Pemasangan kateter pada
tidak akan terisi dan berkontraksi. penelitian ini menjadi varibel bebas
Karena itu, pada akhirnya kandung (independen) yaitu variabel yang
kemih akan kehilangan tonusnya menentukan variabel lain. Sedangkan
(atonia). Apabila hal ini terjadi dan infeksi saluran kemih menjadi variabel
kateter dilepas, otot detrusor terikat (dependen) yaitu variabel yang
mungkin tidak dapat berkontraksi nilainya ditentukan oleh variabel lain
dan pasien tidak dapat (Nursalam, 2011). Secara skematis
mengeliminasi urinnya. Latihan kerangka kerja penelitian ini dapat
kandung kemih dapat mencegah digambarkan sebagai berikut :
kejadian ini (Smeltzer & Bare,
2005).

Variabel independen Variabel dependen

Pemasangan Infeksi saluran


kateter kemih

Skema.1 Kerangka Konsep

40 Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 35-47


B. Hipotesa Penelitian kemih pada pasien di ruang rawat
1. Hipotesa Mayor inap penyakit dalam RSUDZA
a. Ha : Terdapat hubungan antara Banda Aceh tahun 2012.
pemasangan kateter dengan
kejadian infeksi saluran kemih
pada pasien di ruang rawat inap C. Definisi Operasional
penyakit dalam RSUDZA Banda Hubungan Antara Pemasangan
Aceh tahun 2012. Kateter dengan Kejadian Infeksi
b. Ho : Tidak terdapat hubungan Saluran Kemih pada Pasien di Ruang
antara pemasangan kateter Rawat Inap Penyakit Dalam RSUDZA
dengan kejadian infeksi saluran Banda Aceh Tahun 2012
.
Tabel 1. Definisi Operasional

No Variabel/ sub Definisi Skala


Alat ukur Cara ukur Hasil ukur
. Variabel Operasional ukur
1. Variabel Suatu tindakan Lembar Observasi Ordinal Baik
independen: invasif dengan observasi terdiri dari x ≥ 51,9
Pemasangan memasukkan 27 item
kateter selang melalui observasi Kurang
uretra ke dalam x < 51,9
kandung kemih
untuk
mengalirkan urin.
2. Variabel Infeksi saluran Hasil Observasi Ordinal Ya
dependen: kemih adalah laboratorium hasil
Infeksi saluran penyakit infeksi laboratorium Tidak
kemih nosokomial yang
terjadi pada saat
organisme
berkembang biak di
dalam saluran
kemih.

METODE PENELITIAN dilakukan untuk melihat hubungan


A. Jenis Penelitian antara variabel satu dengan variabel
Jenis penelitian yang digunakan yang lain.
dalam penelitian ini adalah studi B. Populasi dan Sampel
korelasi (correlation study). Menurut 1. Populasi
Notoatmodjo (2010), penelitian studi Populasi dalam penelitian
korelasi merupakan penelitian yang ini adalah seluruh perawat yang
dilakukan untuk melihat hubungan bekerja di ruang rawat inap
antara dua variabel pada sekelompok penyakit dalam RSUDZA Banda
subjek. Hal ini Aceh yang berjumlah 35 perawat.
Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap 41
Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh
Marlin, Roni A Samad
2. Sampel langsung ke tempat penelitian
a. Besar sampel dihari yang telah tertera dalam surat
Dalam penelitian ini yang dikeluarkan oleh bagian
peneliti mengambil total pelatihan dan pengembangan
sampling yang berjumlah 35 RSUDZA Banda Aceh. Peneliti
responden. terlebih dahulu memperkenalkan
b. Teknik sampling diri dan menjelaskan maksud dari
Pengambilan sampel kedatangan peneliti kepada
dilakukan dengan cara non responden (perawat). Meminta
probability sampling. kesediaan responden untuk
Menggunakan teknik berpartisipasi dalam penelitian
purposive sampling, yaitu dengan cara menandatangani
suatu teknik pengambilan lembar persetujuan menjadi
sampel yang didasarkan pada responden yang telah disediakan.
suatu pertimbangan tertentu Peneliti mengobservasi tindakan
yang dibuat sendiri oleh kateterisasi yang dilakukan oleh
peneliti, berdasarkan ciri atau responden. Dihari kelima, peneliti
sifat-sifat populasi yang sudah melakukan urinalisa pada pasien
diketahui sebelumnya yang dipasangi kateter oleh
(Notoatmodjo, 2010). responden.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian dilakukan pada E. Analisa Data
tanggal 03 Agustus – 20 Teknik analisa yang digunakan pada
September Tahun 2012. penelitian ini yaitu:
2. Tempat penelitian: Penelitian ini 1. Analisa univariat
dilakukan di RSUDZA Banda Menurut Arikunto (2002), untuk
Aceh. mengetahui hubungan
D. Alat Pengumpulan Data pemasangan kateter dengan
1. Alat pengumpulan Data kejadian infeksi saluran kemih
Pengumpulan data dilakukan analisa data dengan
dilakukan dengan menggunakan mencari mean atau rata-rata
lembar kuesioner yang terdiri dari 2. Analisa bivariat
tiga bagian, yaitu: data demografi, Mennggunakan analisa chi-
Kuesioner ini berisi pernyataan square yaitu perhitungan statistik
tentang prosedur kateterisasi yang untuk analisa variabel penelitian
berjumlah 27 item pernyataaan dan tersebut dilakukan dengan
Kuesioner ini berupa tabel menggunakan program komputer
observasi yang digunakan untuk yang diinterpretasikan dalam nilai
mengevaluasi hasil pemeriksaan probabilitas (p-value). Pengolahan
laboratorium terhadap urin pasien data diinterpretasikan
yang dipasang kateter oleh menggunakan nilai probabilitas
responden yaitu untuk melihat dengan kriteria bila pada tabel 2x2,
adanya bakteriuria dan piuria dan tidak ada nilai E (harapan) <5,
2. Teknik Pengumpulan Data maka uji yang di pakai sebaiknya
Tahap pengumpulan data Continuity Correction.
dilakukan melalui: Peneliti datang
42 Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 35-47
HASIL PENELITIAN DAN dilakukan, diperoleh hasil sebagai
PEMBAHASAN berikut:
1. Data demografi responden
A. Hasil Penelitian Data demografi yang diukur
Pengumpulan data dilakukan meliputi: jenis kelamin, tingkat
selama 48 hari dimulai tanggal 03 pendidikan dan lama masa kerja.
Agustus -20 September 2012 di ruang Adapun distribusi frekuensinya dapat
rawat inap penyakit dalam RSUDZA dilihat pada tabel 5.1.
Banda Aceh dengan jumlah responden Berdasarkan tabel 2 dapat
35 orang. Teknik pengumpulan data diketahui bahwa dari 35 orang
dilakukan dengan menggunakan responden, jenis kelamin terbanyak
kuesioner yang berisi pernyataan tentang adalah wanita yaitu berjumlah 30
prosedur kateterisasi sebanyak 27 item responden (85,7%), tingkat
pernyataan dan tabel observasi hasil pendidikan pada kategori akper
laboratorium sebanyak 2 item observasi berjumlah 24 responden (68,6%) dan
yaitu untuk melihat adanya bakteriuria lama masa kerja di atas 2 tahun
dan piuria. Berdasarkan hasil berjumlah 25 responden (71,4%).
pengumpulan data yang telah
Tabel .2
Distribusi Frekuensi Data Demografi responden yang melakukan
pemasangan kateter di ruang rawat inap penyakit dalam
RSUDZA Banda Aceh Tahun 2012
(n=35)
No Data Demografi Frekuensi (f) Persentase (%)
.
1. Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 5 14,3
b. Wanita 30 85,7
Total 35 100
2. Tingkat Pendidikan
a. Akper 24 68,6
b. S1 Keperawatan 4 11,4
c. Ners 6 17,1
d. S2 1 2,9
Total 35 100
3. Lama Masa Kerja
a. > 2 tahun 25 71,4
b. < 2 tahun 10 28,6
Total 35 100
Sumber: Data Primer (diolah 2012)

Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap 43
Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh
Marlin, Roni A Samad
2. Analisa Univariat rsudza banda aceh tahun 2012
a. Gambaran Pemasangan didapatkan nilai total 1815
Kateter di Ruang Rawat Inap dengan nilai rata-rata 51,9.
Penyakit Dalam RSUDZA Selanjutnya pemasangan
Banda Aceh Tahun 2012 kateter dikatakan baik apabila x
≥ 51,9 dan buruk bila x < 51,9.
Berdasarkan pengolahan Hasil pengkategorian tersebut
data variabel pemasangan dapat dilihat pada tabel 5.2
kateter di ruang rawat inap dibawah ini:
penyakit dalam

Tabel .3
Distribusi Frekuensi Pemasangan Kateter di Ruang Rawat
Inap Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh
Tahun 2012
(n=35)
No Kategori F (%)
1 Baik 28 80
2 Kurang 7 20
Jumlah 35 100
Sumber: Data Primer (diolah, 2012)

Berdasarkan tabel 3 kemih di ruang rawat inap


dapat disimpulkan bahwa 28 penyakit dalam rsudza banda aceh
responden (80%) melakukan tahun 2012 didapatkan nilai total
pemasangan kateterpada 80 dengan nilai rata-rata 2,3.
kategori baik. Selanjutnya dikatakan terjadi
b. Gambaran Infeksi Saluran infeksi saluran kemih apabila x ≥
Kemih di Ruang Rawat Inap 2,3 dan tidak terjadi infeksi
Penyakit Dalam RSUDZA saluran kemih bila x <
Banda Aceh Tahun 2012 2,3(lampiran). Hasil
Berdasarkan pengolahan pengkategorian tersebut dapat
data variabel infeksi saluran dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini:

Tabel . 4
Distribusi Frekuensi Pemasangan Kateter di Ruang Rawat
Inap Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh
Tahun 2012
(n=35)
No Kategori F (%)
1 Ada 4 11,4
2 Tidak 31 88,6
Jumlah 35 100
Sumber: Data Primer (diolah, 2012)

44 Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 35-47


3. Analisa bivariat saluran kemih di ruang rawat inap
Hubungan antara pemasangan penyakit dalam Rumah Sakit
kateter dengan kejadian infeksi Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
saluran kemih Banda Aceh Tahun 2012 dapat
Untuk mengetahui dilihat pada tabel contingency 2x2
hubungan antara pemasangan berikut:
kateter dengan kejadian infeksi

Tabel 5
Hubungan antara pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran kemih
pada pasien di ruang rawat inap penyakit dalam
RSUDZA Banda Aceh tahun 2012
Pemasangan Infeksi saluran kemih Total P
Tidak Ada α
Kateter Value
F % F % F %
Kurang 4 11,5 3 8,6 7 20
Baik 27 77,1 1 2,9 28 80 0,05 0,019
Total 31 88,6 4 11,4 35 100
Sumber: Data Primer (diolah, 2012)

Berdasarkan tabel diatas


dapat dilihat bahwa terdapat 27 B. Pembahasan
pasien (77,1%)yang dilakukan
Kateterisasi merupakan tindakan
pemasangan kateter dengan baik
memasukkan selang plastik atau karet
oleh responden tidak mengalami
melalui uretra ke dalam kandung kemih
infeksi saluran kemih dan hanya 1
(Potter & Perry, 2005). Pemasangan
pasien (2,9%) yang mengalami
kateter semakin lama akan menurunkan
infeksi saluran kemih. Tabel
sebagian besar daya tahan alami pada
tersebut juga menjelaskan bahwa
traktus urinarius inferior
terdapat 3 pasien (8,6%) yang
dengan menyumbat duktus
dilakukan pemasangan kateter
periuretralis, mengiritasi mukosa
kurang baik oleh responden
kandung kemih dan menimbulkan jalur
mengalami infeksi saluran kemih
artifisial untuk masuknya kuman
dan 4 pasien (11,5%) tidak
(mikroba patogen) ke dalam kandung
mengalami infeksi saluran kemih.
kemih (Smeltzer & Bare, 2005).
Berdasarkan hasil uji
Kemudian mikroba patogen tersebut
statistik yang telah dilakukan,
akan berkembang biak maka akan
didapatkan p-value 0,019 yang
mengakibatkan kerusakan serta
berarti p-value≤ 0,05, sehingga
gangguan fungsi organ semakin luas
dapat disimpulkan bahwa hipotesa
yang akhirnya memunculkan
nol (Ho) ditolak, yang berarti
manifestasi klinis yang signifikan untuk
terdapat hubungan antara
diagnosis infeksi saluran kemih
pemasangan kateter dengan
(Darmadi, 2008).
kejadian infeksi saluran kemih infeksi saluran kemih menempati
pada pasien di ruang rawat inap tempat ke-3 dari infeksi nosokomial di rumah
penyakit dalam RSUDZA Banda sakit.80% dari infeksi saluran kemih
Aceh Tahun 2012. disebabkan oleh
Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap 45
Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh
Marlin, Roni A Samad
kateter uretra.Infeksi saluran kemih kateter sangat mempengaruhi kejadian
setelah pemasangan kateter terjadi infeksi saluran kemih. Dipasang 1 kali
karena kuman dapat masuk ke dalam menyebabkan infeksi 1,7%, intermitten
kandung kemih dengan jalan berenang 3,5%, sedangkan bila dipasang dower
melalui lumen kateter, rongga yang kateter sebanyak 10%. Pemasangan
terjadi antara dinding.kateter dengan kateter pada sistem terbuka kejadian
mukosa uretra, sebab lain adalah bentuk demam lebih sering daripada sistem
uretra yang sulit dicapai oleh antiseptik. tertutup.Bila kateter dipasang selama 2
Sehingga pasien yang mengalami hari infeksi dapat terjadi 15%, bila 10
infeksi saluran kemih akibat hari menjadi 50%.
pemasangan kateter akan mendapatkan Penelitian yang dilakukan oleh
perawatan yang lebih lama dari yang Putri dkk (2011) tentang ”Faktor-
seharusnya sehingga biaya perawatan Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
akan menjadi bertambah dan masalah Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada
ini juga dapat memperburuk kondisi Pasien Rawat Inap Usia 20 Tahun Ke
kesehatan klien, bahkan dapat Atas Dengan Kateter Menetap di RSUD
mengancam keselamatan jiwanya. Tugurejo Semarang”.Dalam hasil
Tindakan yang dapat dilakukan perawat penelitian ini diperoleh ada pengaruh
untuk mencegah terjadinya infeksi antara lama penggunaan kateter dengan
saluran kemih pada pasien yang kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK)
terpasang kateter adalah dengan pada pasien yang menggunakan kateter
melakukan higiene perineum, menetap (p value
perawatan kateter, pemantauan drainase = 0,0001), dengan RP 81,00 artinya
urin dan memberikan informasi pasien dengan lama penggunaan kateter
kesehatan kepada pasien tentang hal-hal > 3 hari memiliki peluang untuk
yang dapat mendukung kelancaran mengalami ISK sebesar 81 kali
drainase urin yang sekaligus akan dibandingkan dengan pasien yang
mencegah terjadinya infeksi pada menggunakan kateter 3 hari, ada
saluran kemih( Smeltzer & Bare, 2005) pengaruh antara perawatan kateter
dengan kejadian Infeksi Saluran Kemih
Berdasarkan hasil penelitian (ISK) pada pasien yang menggunakan
pada tabel diatas diketahui bahwa 27 kateter menetap (p value =0,009),
pasien (77,1%) yang dilakukan dengan nilai RP 19,00 yang berarti
pemasangan kateter dengan baik oleh bahwa pasien dengan pemasangan
responden tidak mengalami infeksi kateter yang kateternya tidak dirawat
saluran kemih dan hanya 1 pasien secara rutin setiap hari mempunyai
(2,9%) yang mengalami infeksi saluran peluang 19 kali untuk mengalami
kemih. Selain itu terdapat 3 pasien kejadian ISK dibandingkan dengan
(8,6%) yang dilakukan pemasangan pasien dengan pemasangan yang
kateter kurang baik oleh responden kateternya dirawat secara rutin
mengalami infeksi saluran kemih dan 4 Menurut peneliti berdasarkan
pasien (11,5%) tidak mengalami infeksi teori dan hasil penelitian terkait diatas
saluran kemih. maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
Hasil penelitian ini sejalan hubungan antara pemasangan kateter
dengan teori yang dikemukakan oleh dengan kejadian infeksi saluran
Sudoyo (2006) bahwa dipasangnya
46 Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 35-47
kemih hal ini disebabkan karena kateter, jika memungkinkan agar tidak
pemasangan kateter yang kurang baik memasang kateter apabila pasien dapat
sehinggaakan memudahkan melakukan eliminasi secara mandiri
mikroorganisme untuk masuk kedalam
sistem perkemihan yang menyebabkan DAFTAR PUSTAKA
terjadinya infeksi. Hal ini dapat dicegah Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian:
tentunya dengan teknik pemasangan Suatu pendekatan praktek edisi
kateter yang aseptik serta perawatan revisi (edisi keempat) . Jakarta: Pt.
kateter yang baik.Seseuai dengan teori Rineka Cipta
yang dikemukakan oleh Potter & Perry
(2005) bahwa perawatan kateter adalah . (2009). Prosedur
suatu penelitian: Suatu pendekatan
tindakan keperawatan dalam praktek (edisi revisi). Jakarta: PT.
memelihara kateter dengan antiseptik Rineka Cipta
untuk membersihkan ujung uretra dan Darmadi . (2008). Konsep dasar
selang kateter bagian luar serta keperawatan. Jakarta: EGC
mempertahankan kepatenan kelancaran
aliran urin pada sistem drainase kateter.
Pasien yang dikateterisasi dapat Budiarto, E. (2002). Biostatistik untuk
mengalami infeksi saluran kemih kedokteran dan kesehatan
melalui berbagai cara. Perawatan masyarakat. Jakarta: EGC
kateter merupakan tindakan yang
penting untuk mengontrol Corwin, E.J. (2009). Patofisiologi: Buku
infeksi.Perawatan kateter yang salah saku (Nike budhi subekti,
dapat menyebabkan masuknya penerjemah). Jakarta: EGC
mikroorganisme. Daerah yang
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Synder,
memiliki resiko masuknya
S.J. (2010). Buku ajar keperawatan
mikroorganisme ini adalah daerah
fundamental (Esty wahyuningsih,
insersi kateter, kantung drainase,
penerjemah). Jakarta: EGC
sambungan selang, klep, dan
sambungan antara selang dan kantung. Notoatmodjo S. (2010). Metodologi
penelitian kesehatan edisi Revisi.
KESIMPULAN Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Terdapat hubungan antara
pemasangan kateter dengan kejadian Potter, P. A. & Perry A.G. (2005). Buku
infeksi saluran kemih pada pasien di ajar keperawatan fundamental.(vols
ruang rawat inap penyakit dalam 1-2). Jakarta: EGC
RSUDZA Banda Aceh Tahun 2012.
Smeltzer S. C. & Bare B. G. (2005).
SARAN Keperawatan medikal bedah
Diharapkan kepada perawat agar (vols:2-3) (Agung waluyo,
selalu memperhatikan prinsip septik dan
penerjemah). Jakarta: EGC
aseptik ketika melakukan pemasangan

Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap 47
Penyakit Dalam RSUDZA Banda Aceh
Marlin, Roni A Samad

Anda mungkin juga menyukai