Anda di halaman 1dari 6

LATAR BELAKANG

Setiap individu yang hidup selalu berhubungan dengan orang lain. Cara masing-masing
individu dalam berhubungan dengan orang lainpun berbeda-beda. Proses hubungan yang
dilakukan ini disebut dengan berkomunikasi. Komunikasi tidak bisa dipisahkan dalam
kehidupan manusia. Komunikasi akan terus dilakukan oleh tiap individu hingga akhir
hayatnya. Antara satu individu dengan individu lainnya pasti melalukan komunikasi. Hanya
saja, komunikasi yang dilakukan tiap individu bisa berbeda-beda.

Bicara tentang komunikasi tidak akan terlepas dari topik sosial lainnya yang dilakukan
oleh individu. Sayangnya, saat ini banyak individu yang tidak tahu menahu tentang kegiatan
yang dilakukan sebenarnya adalah kegiatan berkomunikasi. Banyak dari individu salah
mempersepsikan komunikasi sebagai sesuatu yang sulit dan berbelit-belit.

Selain itu, Menjaga komunikasi yang baik adalah cara yang paling ampuh untuk
menghindari konflik atau masalah yang timbul disebabkan oleh kurangnya pemahaman orang
tua terhadap perilaku dan sikap yang dimiliki oleh individu. Sehingga, banyak individu yang
kurang menjalin komunikasi yang baik dengan individu lain mengakibatkan penyesuain diri
dalam lingkungan masyarakat, keluarga dan sekolah kurang baik. Komunikasi yang terjalin
dengan apik antara individu, akan menghasilkan kekompakan, saling pengertian dan hubungan
lebih terjalin harmonis dalam suatu hubungan.

Dalam sebuah survey yang baru-baru ini dilakukan, kemampuan komunikasi


merupakan salah salah satu faktor penentu di dalam menentukan posisi manajer di sebuah
perusahaan. Survey ini dilakukan oleh University of Pittsburgh’s Katz BusinessSchool pada
perusahaan-perusahaan yang mempunyai pegawai lebih dari 50.000. Hasil survey menonjolkan
bahwa kemampuan komunikasi yang termasuk di dalamnya kemampuan menulis dan
kemampuan presentasi, dan juga kemampuan untuk bekerja sama dengan staf yang lainnya
merupakan faktor kontribusi utama di dalam kesuksesan pekerjaan.

Dari sinilah keprihatinan penulis terhadap rendahnya pengetahuan berkomunikasi,


menjadikan penulis tergerak untuk membahas lebih lanjut tentang komunikasi dan
mengomunikasikan hal ini lewat sebuah project yang bahwasannya dapat diterima oleh
masyarakat di era saat ini

Project ini akan penulis beri nama “MagiComm”. “MagiComm” adalah sebuah media
yang akan memberi informasi seputar dunia komunikasi kepada khalayak. Informasi yang
disajikan pun akan dikemas dengan menarik, sehingga terlihat kreatif dan menggugah minat
khalayak untuk memahami dunia komunikasi kedepannya. Media ini tidak hanya berupa
tulisan saja, tetapi penulis akan menyuguhkan gambar dan suara dalam memberikan informasi
kepada khalayak. Sehingga “MagiComm” mampu menjadi fasilitas bagi masyarakat era saat
ini untuk mengeksplor dunia komunikasi.

TUJUAN

Tujuan dari project ini adalah mengembangkan pengetahuan masyarakat tentang


seputar dunia komunikasi dan menggunakan media yang ada sebagai sarana pembelajaran
secara kreatif dan unik untuk khalayak. Selain itu, media ini diharapkan mampu merangsang
khalayak untuk mampu membedakan antara informasi yang benar dan tidak. Tak hanya itu
saja, “MagiComm” diharap mampu menggugah banyak project baru lainnya untuk
berkontribusi dalam bidang komunikasi di era saat ini.

PEMBAHASAN

Pengertian Komunikasi Dalam buku karangannya yang berjudul “Dinamika


Komunikasi”, Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa pengertian komunikasi harus
dilihat dari dua sudut pandang, yaitu pengertian secara umum dan pengertian secara
paradigmatik. Pengertian komunikasi secara umum itupun harus juga dilihat dari dua segi,
yaitu pengertian komunikasi secara etimologis dan pengertian komunikasi secara terminologis.
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio yang bersumber
dari kata communis yang berarti sama. Kata sama yang dimaksudkan adalah sama makna. Jadi
dalam pengertian ini, komunikasi berlangsung manakala orang-orang yang terlibat di dalamnya
memiliki kesamaan makna mengenai suatu hal yang tengah dikomunikasikannya itu. Dengan
kata lain, jika orang-orang yang terlibat di dalamnya saling memahami apa yang
dikomunikasikannya itu, maka hubungan antara mereka bersifat komunikatif.
Sebaliknya, jika ada pihak yang tidak mengerti tentang suatu hal yang sedang
dikomunikasikan, berarti komunikasi tidak berjalan, dan hubungan antara orang-orang tersebut
tidak komunikatif. Pengertian secara terminologis, komunikasi adalah proses penyampaian
suatu pernyataan seseorang kepada orang lain.
Pengertian ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa komunikasi melibatkan
sejumlah orang atau manusia, sehingga komunikasi seperti ini disebut sebagai Human
Communication (komunikasi manusia). Sedangkan pengertian secara paradigmatis, meskipun
banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, namun dari semua definisi itu dapat
disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku, baik
langsung (komunikasi tatap muka) maupun tidak langsung (komunikasi melalui media). Dari
definisi tersebut tersimpul bahwa tujuan komunikasi dalam pengertian paradigmatic adalah
untuk mendapatkan efek tertentu pada komunikan.
Menurut Onong Uchjana Effendy, efek yang ditimbulkan akibat terpaan pesan dapat
diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni : efek kognitif, efek afektif, dan efek
konatif/behavioral. Efek kognitif adalah efek yang timbul pada komunikan yang menyebabkan
dia menjadi tahu mengenai suatu hal yang disampaikan oleh komunikator. Dalam hal ini,
komunikator hanya ingin mengubah pikiran komunikan. Efek afektif kadarnya lebih tinggi dari
efek kognitif. Disini tujuan komunikator tidak hanya untuk sekedar memberi tahu mengenai
suatu hal kepada komunikan, tetapi berusaha agar komunikan tergerak hatinya dengan
munculnya sikap atau perasaan tertentu, seperti perasaan iba, sedih, terharu, gembira, marah,
dan sebagainya. Sedangkan efek konasi atau efek behavioral adalah efek yang kadarnya paling
tinggi, yaitu berubahnya perilaku atau sikap komunikan setelah mendapat terpaan pesan dari
komunikator.

Komunikasi Efektif
Sebagian besar orang beranggapan bahwa berkomunikasi itu sesuatu hal yang mudah
dilakukan, mengingat semenjak kecil kita sudah biasa melakukannya. Namun dalam konteks
tertentu, terutama jika komunikasi yang ingin kita lakukan bertujuan untuk mendapatkan efek
dari komunikan, maka kita akan berfikir dua kali untuk mengatakan bahwa berkomunikasi itu
mudah. Jangan-jangan kita justru akan mengalami kesulitan yang luar biasa dalam melakukan
komunikasi, terlebih jika efek dimaksud sesuai dengan yang kita inginkan, dan pada
komunikan yang jumlahnya banyak. Dalam kondisi demikian, tentu ada beberapa syarat yang
harus kita penuhi sebagai seorang komunikator agar pesan yang akan kita sampaikan tadi
didengar oleh komunikan dan menghasilkan efek tertentu. Terpenuhinya syarat-syarat itu
dengan sendirinya akan membuat komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif.
Dalam bukunya “Teori Komunikasi Massa” khususnya pada Bab 3 tentang Efek
Komunikasi Massa, Wiryanto menegaskan bahwa komunikasi dikatakan efektif apabila pesan
yang disampaikan oleh komunikator dapat menghasilkan efek-efek atau perubahanperubahan
sebagaimana yang diinginkan komunikator, seperti perubahan pengetahuan, sikap, dan
perilaku. Perubahan-perubahan di pihak komunikan itu dapat diketahui melalui tanggapan-
tanggapan yang diberikannya sebagai umpan balik atau feedback. Terjadinya feedback dalam
proses komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu feedback langsung (immediate feedback) dan
feedback tidak langsung (delayed feedback).
Feedback langsung terjadi dalam komunikasi tatap muka, dimana komunikator dan
komunikan saling berhadapan, sehingga feedback yang terjadi dapat diterima komunikator saat
itu juga. Sedangkan feedback tidak langsung terjadi pada komunikasi bermedia (cetak maupun
elektronika), seperti komunikasi melalui suratkabar, radio, televisi, film, dan sebagainya,
dimana komunikator baru dapat mengetahui tanggapan komunikan setelah komunikasi selesai.
Bahkan terkadang tanggapan itu diterima komunikator selang beberapa hari kemudian.
Dalam bukunya How Communication Works?, Wilbur Shramm juga mengetengahkan
apa yang disebut sebagai the condition of success in communication. Disitu Schramm
menjelaskan tentang bagaimana seharusnya seorang komunikator menyiapkan pesan
komunikasi yang efektif. Menurutnya, pesan yang menarik adalah pesan yang memiliki
keterkaitan dengan sesuatu yang dibutuhkan komunikan sekaligus memberikan caracara untuk
mendapatkan kebutuhan tersebut. Jika pesan tidak terkait dengan kebutuhan komunikan,
terlebih tidak memberikan cara bagaimana mendapatkan kebutuhan yang dimaksudkan, maka
pesan yang disampaikan komunikator itu dianggap tidak penting, dan karena dianggap tidak
penting maka komunikan tidak akan memperhatikan pesan tersebut. Oleh karenanya, sebelum
menyampaikan pesan komunikasinya, komunikator hendaknya melakukan identifikasi
kebutuhan yang diinginkan audience (komunikan).
Disamping itu, komunikan juga akan tertarik dengan pesan-pesan yang memberikan
solusi bagaimana cara memecahkan masalah yang sedang dialaminya. Terlebih jika
permasalahan tersebut pernah dialami langsung oleh komunikator, dan berhasil diatasinya.
Maka solusi pemecahan masalah itu akan dianggap sebagai sesuatu yang penting dan menarik
oleh komunikan. Disini perlu adanya upaya identifikasi permasalahan oleh komunikator
sebelum menyampaikan pesan komunikasinya kepada audience.
Pada ranah ini, komunikator seringkali mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
permasalahan di lapangan. Kesulitan mengindentifikasi permasalahan itu disebabkan oleh
faktor budaya, faktor psikologis, dan sebagainya. Selain itu, pesan harus mudah difahami oleh
komunikan. Dalam menyampaikan pesan ini biasanya dipengaruhi oleh faktor semantis, yakni
menyangkut penggunaan bahasa sebagai alat untuk menyalurkan fikiran dan perasaan
komunikator kepada komunikan. Agar komunikasi berjalan lancar, maka gangguan semantic
ini harus diperhatikan oleh komunikator, sebab jika terjadi kesalahan ucap atau kesalahan tulis,
maka akan menimbulkan salah pengertian (mis-understanding), atau salah tafsir
(misinterpretation), yang pada gilirannya dapat menimbulkan salah komunikasi
(miscommunication).

Daftar Pustaka
Suprapto, T., Ilmu Komunikasi : Teori dan Perkembangannya, 1994, MMTC Press Yogyakarta

Uchjana Effendi, Onong, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, 1992, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya –
Bandung

Uchjana effendi, Onong, Dinamika Komunikasi, 2004, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, Penerbit PT Grasindo, Jakarta

Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi, 2007, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Anda mungkin juga menyukai