Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

SPEKTROFOTOMETRI

NAMA : NURUL AULYAH DHIENSNY


NIM : H041181019
GOL/KEL : BIOLOGI/3
HARI/TANGGAL : JUMAT/28 SEPTEMBER 2018
ASISTEN : FARIDATUN SHOLEHAH

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 1 Oktober 2018


Asisten Praktikan

Faridatun Sholehah Nurul Aulyah Dhiensny


H041181019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu metode sederhana untuk menentukan zat organik dan anorganik

secara kualitatif dan kuantitatif, yaitu dengan metode spektrofotometri ultra-violet

dan sinar tampak. Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi

radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap

memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif.

Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari penilikan

visual di mana studi yang lebih terperinci mengenai penngabsorpsian energi cahaya

oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam pencirian dan

pengukuran kuantitatif (Triyati, 1985).

Dalam penggunaan dewasa ini, istilah spektrofotometri menyiratkan

pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu

sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran

pengabsorpsian yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu (Day,

2001). Metode spektrofotometri ultra-violet dan sinar tampak telah banyak

diterapkan untuk penetapan senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk

penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil (Triyati, 1985). Bagian dari

molekul yang paling cepat bereaksi dengan sinar tersebut adalah elektron-elektron

ikatan dan elektron-elektron nonikatan (elektron bebas) (Suhartati, 2017). Laporan

ini bertujuan untuk menambah pengetahuan praktikan mengenai spektrofotometri

dan cara menggunakan spektrofotometri UV-VIS.


1.2 Rumusan Masalah

1. bagaimana panjang gelombang maksimum serapan larutan CuSO4?

2. bagaimana kurva kalibrasi larutan CuSO4?

3. bagaimana konsentrasi tembaga dalam sampel larutan CuSO4?

1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.3.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan memahami cara pengukuran dengan menggunakan

spektrofotometer.

1.3.2 Tujuan Percobaan

1. menentukan panjang gelombang maksimum serapan larutan CuSO4.

2. membuat kurva kalibrasi larutan CuSO4.

3. menentukan konsentrasi tembaga dalam sampel larutan menggunakan

spektrofotometer.

1.4 Manfaat Percobaan

1. dapat menganalisis suatu larutan dengan spektrofotometer.

2. dapat menentukan panjang gelombang maksimum serapan larutan CuSO4.

3. dapat membuat kurva kalibrasi larutan CuSO4.

4. dapat menentukan konsentrasi tembaga dalam sampel menggunakan

spektrofotometer.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektrofotometer UV-VIS

Spektrometer adalah instrumen spektroskopi yang menggunakan

monokromator atau polikromator bersama dengan transduser untuk mengubah

intensitas radiasi menjadi sinyal listrik. Spektrofotometer adalah spektrometer yang

memungkinkan pengukuran rasio kekuatan radiasi dari dua balok, persyaratan untuk

mengukur absorbansi. Spektrofotometer menawarkan keuntungan yang cukup besar

bahwa panjang gelombang yang digunakan dapat bervariasi secara kontinyu,

sehingga memungkinkan untuk merekam spektrum absorpsi (Skoog, 1999).

Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer, yaitu single-

beam dan double-beam. Single-beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif

dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal. beberapa

keuntungan yaitu sederhana, harganya murah, dan mengurangi biaya yang ada

merupakan keuntungan yang nyata. Beberapa instrumen menghasilkan single-beam

instrument untuk pengukuran sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang gelombang

paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800 sampai 1000

nm (Suhartati, 2017).

Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190 sampai

750 nm. Double-beam instrument mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh

potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama

melewati larutan blanko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel (Suhartati,

2017).
Sumber sinar polikromatis, untuk sinar UV adalah lampu deuterium,

sedangkansinar tampak adalah lampu wolfram. Monokromator pada spektrometer

UV-Vis digunakan lensa prisma dan filter optik. Sel sampel berupa kuvet yang

terbuat dari kuarsa atau gelas dengan lebar yang bervariasi. Detektor berupa detektor

foto atau detektor panas atau detektor dioda foto, berfungsi menangkap cahaya yang

diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik (Suhartati, 2017).

Spektrofotometri UV-VIS dapat digunakan untuk penentuan terhadap sampel

yang berupa larutan, gas, atau uap. Pada umumnya sampel harus diubah menjadi

suatu larutan yang jernih Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan

beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain (Suhartati, 2017):

1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna. Pelarut yang dipakai tidak

mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak

berwarna (tidak boleh mengabsorpsi sinar yang dipakai oleh sampel).

2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis

3. Kemurniannya harus tinggi.

2.2 CuSO4

Tembaga (II) sulfat terjadi di alam sebagai kristal biru besar, larut dalam air

dan mengandung lima molekul air [CuSO4. 5H2O]. Tembaga (II) sulfat umumnya

dikenal sebagai "vitriol biru" atau "batu biru". Digunakan untuk keperluan pertanian

sebagai pestisida dan industri kulit dan cat. Tembaga sulfat ini merupakan jenis

logam, dan untuk manusia dinilai sebagai senyawa yang cukup beracun. CuSO4

adalah agen pengoksidasi kuat, yang korosif terhadap membran mukosa. Pekat

larutan bersifat asam dengan pH 4 (Meena, 2014).

2.3 Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)

dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.

Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah

panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat.

Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus

ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam

asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan

air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di

dekatnya, percikan asam sulgat ini merusak kulit (Brady, 2001).

Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu

senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu

aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan

berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang

dilarutkan/diencerkan (Brady, 2001).

Pengenceran larutan dengan konsentrasi lebih tinggi dapat dijadikan larutan

yang konsentrasinya rendah dengan menambahkan pelarut. Selama penambahan

pelarut jumlah zat terlarut, pengenceran sering dilakukan di laboratorium untuk

mendapatkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah (Yazid, 2005).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan


Bahan percobaan yang digunakan adalah larutan CuSO4 0,2 M, larutan

CuSO4 yang belum diketahui konsentrasinya dan kertas grafik atau program excel.

3.2 Alat Percobaan

Alat percobaan yang digunakan adalah spektrofotometer UV/VIS, labu takar

50 mL, pipet ukur 5 mL, bulb dan erlenmeyer.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan CuSO4

Disediakan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,2 M dan aquades sebagai

blanko atau referens. Dimasukkan larutan CuSO4 ke dalam kuvet (1) dan aquadest

ke dalam kuvet (2) dengan volume masing-masing ¾ sel (kuvet). Dimasukkan kuvet

yang berisi aquadest ke dalam tempat sel alat, atur hingga serapan (A) menunjukkan

nol (0). Selanjutnya diganti blanko dengan kuvet yang berisi larutan CuSO4, diukur

serapannya pada panjang gelombang awal 400 nm. Dilakukan cara diatas untuk

pengukuran absorbansi larutan pada deretan panjang gelombang 400-700 nm. Dibuat

grafik hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi. Serapan tertinggi

pada panjang gelombang tertentu adalah merupakan panjang gelombang serapan

maksimum larutan CuSO4.

3.3.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dibuat deretan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,05; 0,10; 0,15; 0,20 dan

0,25 M. Bila serapan larutan tersebut terlampau tinggi, dibuat larutan lebih encer,

atau bilamana serapan larutan terlampau rendah, maka dibuat deretan larutan baru

yang sedikit lebih pekat. Diukur serapan masing-masing deretan larutan tersebut

pada panjang gelombang maksimum. Digunakan aquadest sebagai blanko atau


referens. Setelah pengukuran selesai, dibuat kurva yang menghubungkan antara

konsentrasi larutan CuSO4 dengan absorbansi terukur.

3.3.3 Penentuan Konsentrasi Larutan CuSO4

Disediakan larutan CuSO4 yang belum diketahui konsentrasi oleh asisten.

Dimasukkan larutan tesebut ke dalam kuvet, lalu diukur serapannya pada panjang

gelombang maksimum. Cara yang serupa bahwa sebelum pengukuran sampel,

serapan blanko atau referens diatur hingga menunjukkan angka nol (0). Plot serapan

larutan sampel terhadap konsentrasi pada kurva kalibrasi. Konsentrasi yang

ditunjukkan hasil plot tersebut adalah konsentrasi CuSO4 dalam larutan atau gunakan

persamaan regresi linier pada kurva untuk mengetahui konsentrasi larutan tersebut.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Ukur pada Lamda Mak. 750


Larutan CuSO4 Keterangan
Absorbans Transmittan

1. 0,04 M 0,393 3,931

2. 0,06 M 0,602 6,023

3. 0,08 M 0,817 8,178 Sampel

4. 0,1 M 1,027 10,27

2M 2,013 20, 13 Larutan Induk

4.2 Grafik Percobaan

4.3 Perhitungan

Pengenceran
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

5.2.1 Saran Percobaan

5.2.2 Saran Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai