A. Pendahuluan
Ulkus genital adalah lesi ulseratif atau tukak pada alat kelamin dengan
atau tanpa pembesaran kelenjar limfe regional yang dapat disebabkan oleh
terakhir, terdapat 340 juta kasus baru penyakit menular seksual dengan
menular seksual sering kali menimbulkan gejala berupa luka pada alat
menular seksual dengan karakteristik luka pada alat kelamin adalah Herpes
trachomatis).[4]
ulkus genital oleh infeksi menular seksual lebih sering dijumpai daripada
1
B. Epidemiologi
banyak dari pada pria yang kejadiannya makin meningkat sesuai usia.
kasus 1,4 juta yang lebih banyak mengenai usia dengan kisaran 15-24 tahun.
pada pria dengan kisaran umur 20-24 tahun. Sementara kejadian Chancroid
C. Etiologi
klinis [7]
b. Siphilis
Bentuknya sebagai spiral teratur, panjang antara 16-15 µm, lebar 0,15
µm, terdiri dari delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya
2
berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti pembuka botol.
setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumya tidak dapat dilakukan
c. Limfogranuloma Venerium
d. Canchroid
e. Granuloma Inguinal
3
2. Non-infeksi Menular Seksual
a. Trauma
b. Behcet Syndrom
c. Erupsi obat
dapat diduga, yang hanya terjadi pada beberapa orang yang rentan dan
D. Patofisiologi
4
a. Herpes Simpleks Genital
b. Sifilis
5
T. pallidum masuk kedalam kulit melalui mikrolesi atau selaput
tampak sebagai S I.
bening regional secara limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi
c. Limfogranuloma Venerium
6
Infeksi terjadi setelah kontak langsung dari kulit atau membran
d. Canchroid
E. Diagnosis
1. Anamnesis[12]
a. Keluhan utama
b. Keluhan tambahan
pacar, suami/isteri)
anogenital)
h. Penggunaaan kondom
7
i. Riwayat pemberian obat sebelumnya
2. Gejala Klinis
pustul, dan luka yang eritema yang dapat membutuhkan waktu sekitar
2-3 minggu untuk pecah. Pada laki-laki, lesi biasa berada pada gland
penis atau pada batang penis; pada perempuan, lesi biasa berada pada
vulva, perineum, bokong, vagina atau cervix. Keluhan ini biasa disertai
8
Gambar 2. Genital Herpes Simpleks
b. Sifilis[7]
1) Sifilis dini
a) Sifilis primer (S I)
9
disekitarnya tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut.
10
Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai penyakit kulit
sangat menular.
serebrospinal negatif.
11
d) Stadium rekuren
2) Sifilis lanjut
destruktif.
12
tanda-tanda radang akut dan dapat digerakkan. Setelah
jaringan nekrotik.
kecoklatan.
13
Gambar 3. Sifilis
c. Limfogranuloma Venerum
1) Bentuk dini
a) Afek primer
14
b) Sindrom inguinal
2) Bentuk lanjut
a) Sindrom genital
b) Sindrom anorektal
abses. Abeses pecah sehingga dapat keluar darah dan pus saat
15
sikatriks sehingga terektriksi yang menimbulkan striktura
c) Sindrom uretral
pedang Turki.
16
d. Chancroid
juga timbul pada uretra, skrotum, perineum, dan anus. Pada wanita
ringan.
Gambar 5. Chancroid
17
e. Granuloma Inguinal
mulai dapat didapat pada daerah genitalia eksterna, paha, lipat paha,
atau perineum. Pada permulaan lesi berbentuk papul atau vesikel yang
kontak dapat terjadi antara kulit skrotum dan paha. Lesi dapat meluas
18
langsung atau autoinokulasi, sedangkan pada pria: penis dan skrotum
kronis yang ditandai oleh ulserasi yang hilang timbul pada rongga
mulut, alat kelamin, mata, dan umunya melibatkan sendi, kulit, system
- Aftosa minor
19
Ditambah dua kriteria:
3) Lesi pada mata: uveitis anterior, uveitis posterior, adanya sel dalam
ditentukan oleh dokter ahli dan pada pasien yang telah melewati
20
Gambar 7. Sindrom Bechet
g. Trauma
h. Erupsi Obat
setelah ingesti obat secara oral. Lesi berupa makula oval atau bulat,
21
dapat menjadi bulla, mengalami deskuamasi atau menjadi krusta.
Ukuran lesi bervariasi, mulai dari lentikuler sampai plakat. Lesi awal
biasanya soliter.
badan, tungkai, tangan, dan genital. Lesi pada penis sering disangka
sebagai penyakit kelamin. Gejala lokal dapat meliputi gatal dan rasa
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Herpes Simpleks
22
Virus herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dibiak. Pada
keadaan tidak ada lesi, dapat diperiksa antibody VHS. Pada percobaan
b. Sifilis
1) Pemeriksaan T.pallidum
23
yang masih dini reaksi menjadi positif kuat, yang akan menjadi
postif kuat pada fase lanjut. Pada S III positif akan menurun lagi
tulang yang dapat terjadi pada S II, S III, dan sifilis congenital.
aorta.
c. Limfogranuloma Venerium
dari pus penderita yang mengalami abses dan belum pecah, kemudian
jam. Jika terdapat infiltrat berdiameter 0,5 cm atau lebih berarti positif,
namun tes ini memberikan hasil setelah 5-8 minggu dan jika positif,
d. Chancroid
24
1) Pemeriksaan sediaan hapus menggunakan pewarnaan gram atau
4) Biopsi
e. Granuloma inguinal
1) Hapusan jaringan
diambil dengan biopsi plong atau skapel dari lesi bagian dalam.
atau gram. Dapat juga dipakai bahan dari biospi paraffin yang
2) Biakan
25
3) Biopsi
4) Tes Serum
spesifisitas terbatas.
F. Penatalaksanaan
1. Herpes Simpleks
x 200 mg per hari per oral selama 7 hari atau Asiclovir 3 x 400 mg per hari
per oral selama 7 hari atau Valasiklovir 2 x 500 mg per hari per oral
x 200 mg per hari per oral selama 5 hari atau Asiclovir 3 x 400 mg per hari
per oral selama 5 hari atau Valasiklovir 2 x 500 mg per hari per oral
2. Sifilis
26
[7]
menyembuhkan janin yang terinfeksi juga efektif untuk neurosifilis.
Pada orang dengan alergi penisilin dan sedang tidak hamil, dapat diberikan
14 hari.
4. Chancroid [12]
27
hari atau Azitromisin 1 g/oral dosis tunggal. Pilihan obat lain adalah
5. Granuloma Inguinal[3]
7. Erupsi Obat
generasi lama
basah. Jika basah dapat diberi kompres secara terbuka, jika lesi kering
28
G. Pencegahan[12]
bertujuan untuk:
H. Prognosis
1. Herpes Simpleks
secara dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa
penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurens lebih jarang. Pada orang
lat-alat dalam dan dapat fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan
2. Sifilis
kardiovaskular, neurosifilis pada 9% pria dan pada wanita 5%, 23% akan
29
95%. Kelainan kulit akan sembuh dalam 7-14 hari. Pembesaran kelenjar
3. Limfogranuloma Venerium
30
DAFTAR PUSTAKA
31
13. Sonnex, Chris. Sorting Out Genital Ulceration. Trends in Urology
Gynaecology and Sexul Health: 2007.
14. Partogi, Donna. Fixed Drug Eruption. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara: 2008.
32