Anda di halaman 1dari 7

Sains Peternakan Vol.

7 No 2 (2014): 66-72
ISSN 1693-8828

Populasi Bakteri dan Jamur pada Daging Sapi dengan Penyimpanan Suhu
Rendah
A. H. T. Prihharsanti

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Mercu Buana, Yogyakarta

ABSTRAK

Daging sapi merupakan tempat yang ideal untuk kehidupan bakteri dan jamur dan
merupakan bahan pangan yang penting. Penyimpanan daging pada suhu rendah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu
penyimpanan terhadap populasi bakteri dan jamur. Bahan yang digunakan adalah daging sapi.
Daging disimpan pada suhu penyimpanan 28-30ºC (suhu kamar) 9-12ºC(suhu dalam refrigerator)
dan 0-1ºC(suhu dalam freezer). Lama penyimpanan adalah 0;3;6;9;12;15 dan 18 jam. Untuk
medium buatan digunakan kaldu nutrisi sebagai medium pertumbuhan bakteri dan agar kentang
dekstrosa untuk jamur. Peubah yang diamati adalah jumlah koloni bakteri dan jumlah koloni jamur.
Untuk mengetahui awal pembusukan diuji dengan uji Eber. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3x7 dengan 3 ulangan. Data diuji dengan analisisi
variansi, dilanjutkan dengan uji Ducan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan
dan suhu berpengaruh nyata (P <0,05) terhadap jumlah bakteri maupun jamur. Pada penyimpanan
dalam freezer jumlah koloni bakteri maupun jamur sangat sedikit.

Kata kunci: Daging, bakteri , jamur, suhu

The bacteria and mold population in the meat at the cold storage temperature

ABSTRACT

Meat is an important food but is also an ideal place for microorganism to life. Some of them
might cause damage in food materials. Low storage temperature will slow down the growth of
microorganisms. The purpose of the study was to know the influence of storage temperature on
bacteria and mold population. Meef meat was stored at 28-30ºC(room temperature), 9-12ºC
(refrigerator temperature) and 0-1ºC(freezer temperature). Length of storage time were
0;3;6;9;12;15; and 18 hours. Medium, nutrition broth was used as medium for bacterial growth
and potato dextrose jelly for the mold. Variables observed were number of bacteria colonies and
mold. To know the beginning of deteriotation, Eber test was done.The experimental design was
Completely Ramdomized Design factorial 3x7 with 3 replications. The collected data were
statistically analyzed by using variance analysis and Ducan Multiple Range Test. The storage
length and the storage temperature affected (P<0,05) bacteria and mold population in the freezer.
The low storage temperature in freezer resulted a smaller microorganism population in the meat.

Key words: Meat, bacteria, mold, storage

66 Sains Peternakan Vol. 7 (2), September 2014


PENDAHULUAN karbohidrat pada daging memang sangat
rendah, terutama dalam bentuk glikogen yaitu
Sapi merupakan hewan ternak yang berkisar 0,5-13%. Selain itu daging juga
produk utamanya adalah daging atau susu. mengandung bahan-bahan anorganik yang
Ketersediaan daging sapi perlu didukung oleh berperan sebagai kation dan anion (Naruki dan
teknik penyimpanan yang tepat. Daging sapi Kanoni, 1992). Kation dan anion sangat
merupakan produk yang digemari oleh membantu proses metabolisme pada setiap
masyarakat, dan merupakan sumber protein organisme.
hewani yang sangat baik. Sebagai bahan Ketersediaan nutrisi yang lengkap pada
makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi, daging merupakan tempat yang ideal bagi
daging sapi merupakan media yang subur bagi kehidupan bakteri dan jamur. Seperti halnya
pertumbuhan bakteri dan jamur, sehingga mikroorganisma pada umunya, fase
penanganan daging harus mendapatkan pertumbuhan bakteri dan jamur secara berturut-
perhatian yang benar. Komposisi kimia dan turut adalah sebagai berikut: Fase adaptasi, fase
kelembaban daging sangat ideal untuk pertumbuhan awal, fase pertumbuhan
berlangsungnya proses kehidupan bakteri dan logaritmik, fase pertumbuhan lambat, fase statis
jamur. Hal ini menyebabkan daging tidak dapat dan fase kematian (Fardias, 1989). Pada fase
bertahan lama bila disimpan pada suhu kamar. adaptasi mikroorganisme belum melakukan
Mikroorganisma kontaminan yang banyak kegiatan enzimatis pada media, sehingga
hidup pada daging sapi adalah bakteri dan kondisi daging belum banyak mengalami
jamur. Kedua mikroorganisme tersebut sangat perubahan. Memperpanjang waktu adaptasi ini
potensial merusak. Daging mengandung sekitar berarti menunda terjadinya perubahan-
75% air, atau berkisar antara 65-85%. Air perubahan pada daging.
merupakan konstituen utama cairan ekstra Pertumbuhan bakteri dan jamur selalu
seluler. Di dalam air banyak senyawa kimia diikuti dengan kegiatan enzimatis, sehingga
yang terlarut maupun yang tersuspensi. Air akan merubah komposisi kimia media.
merupakan medium transportasi diantara serat Perubahan komposisi tersebut terekspresi
daging sehingga kadar air berperan peting pada dalam bentuk pembusukan, sehingga tidak
kehidupan mikroorganisme (Soeparno, 1994). layak lagi untuk dikonsumsi (Tranggono et al.
Proses pendinginan dapat mengurangi kadar air 1990). Kerusakan dapat dipercepat oleh
pada daging. Lemak pada daging adalah kenaikan suhu, kelembaban dan ketersediaan
lemak-lemak netral dan fosfolipid yang pada oksigen (Soeparno, 1994). Dalam hal ini faktor
kondisi cair sangat disukai oleh yang paling mudah dikendalikan adalah suhu.
mikroorganisme. Dengan pendinginan, lemak Untuk memelihara daging dalam waktu yang
akan menjadi padat. Protein pada jaringan agak panjang, di lingkungan rumah tangga atau
hewan dibedakan menjadi 3 (tiga) fraksi pedagang pengecer biasanya menggunakan
berdasarkan kelarutannya (Soeparno, 1994). pengawetan dengan sistem pendinginan karena
Sarpkoplasma adalah protein yang larut pada paling praktis dan aman. Suhu dingin dapat
air, miofibril larut pada saline, dan stroma menghambat kerusakan daging karena dalam
adalah protein jaringan ikat yang tidak larut waktu tertentu aktivitas bakteri dan jamur
pada air maupun saline. Protein digunakan oleh masih ditujukan untuk beradaptasi (Bernholdt,
mikroorganisme melalui proses metabolisme 1975). Bila adaptasi telah tercapai, maka
yang enzimatis. Proses metabolisme adalah aktivitas akan terjadi dan segera akan disertai
serangkain reaksi kimia sel. Sebagai rangkaian dengan peningkatan jumlah bakteri dan jamur,
proses kimia maka metabolisme akan terhambat sehingga lama penyimpanan perlu dibatasi.
pada kondisi suhu rendah. Kandungan Batasan lama penyimpanan, berbeda untuk

Populasi Bakteri dan Jamur pada Daging... (Prihharsanti) 67


suhu yang berbeda. Berbagai cara dalam bakteri Agar Kentang Dekstrosa (AKD) untuk
penanganan daging yang masih segar, pada media kultur jamur Reagen Eber untuk uji
prinsipnya adalah dengan menekan aktivitas pembusukan.
bakteri dan jamur (Soeparno, 1994). Rancangan Percobaan yang digunakan
Keberhasilan dalam menekan aktivitas bakteri adalah Rancangan Acak Lengkap Pola Faktori
dan jamur tercermin pada jumlah bakteri dan 3 X 7 X 3 yaitu dengan 3 suhu penyimpanan
jamurnya. Jumlah bakteri dan jamur yang lebih (suhu kamar, Refrigerator & Freezer),7 macam
sedikit berarti aktivitasnyapun lebih sedikit waktu penyimpanan (0; 3; 6; 9; 12; 15 & 18
sehingga proses enzimatisnya juga terbatas. jam) dan 3 Ulangan.
Proses enzimatis mempercepat degradasi Penghitungan koloni bakteri dan jamur
senyawa-senyawa penyusun . dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu
Laju pertumbuhan bakteri dan jamur dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh
sangat ditentukan oleh suhu lingkungan. Pada pada media buatan, dengan asumsi bahwa
umumnya, bakteri dan jamur tersebut tumbuh koloni berasal dari satu spora. Proses
o o
optimal pada suhu 10 – 40 Celcius. Informasi penanaman mikroorganisma daging pada media
tentang jumlah bakteri dan jamur yang tumbuh buatan adalah sebagai berikut: AKN dan AKD
pada penyimpanan dengan suhu yang berbeda disiapkan sebagai media buatan, pada cawan
belum banyak, atau bahkan belum ada. Secara petri dalam kondisi beku. Selanjutnya, 1 gram
umum dalam kehidupan sehari-hari dikenal sampel daging perlakuan disuspensikan dengan
3(tiga) lingkungan suhu penyimpanan. pengenceran 104X menggunakan
Lingkungan tersebut adalah suhu kamar (20-
aquades. Dari hasil suspensi daging, 1ml
350 C), Refrigerator (5-70C) dan freezer (0 sd - suspensi ditabur pada AKN dan 1ml suspensi
0
5 C). Sehubungan dengan itu maka telah ditabur pada AKD. Pada keadaan cawan petri
dilakukan penelitian tentang pengaruh tebalik, biakan diinkubasikan dan koloni
penyimpanan pada suhu yang berbeda yaitu bakteri dan jamur dihitung setelah 24 jam.
pada suhu kamar, Refrigerator dan freezer Uji Pembusukan Daging ukuran
terhadap jumlah bakteri dan jamur. Untuk 3 dalam
(0,50X0,50X0,50)Cm dimasukkan
melengkapi informasi tentang kesegaran daging tabung reaksi kemudian dituangi 5ml reagen
yang disimpan dilaporkan juga hasil pengujian Eber. Tabung ditutup rapat jika tidak terbentuk
awal pembusukan menggunakan larutan Eber. embun putih berarti daging belum busuk dan
jika terbentuk embun putih NH4Cl berarti
Penelitian ini diharapkan bermanfaat daging telah busuk.
bagi para pedagang pengecer dan konsumen Data kuantitatif yang terkumpul
daging untuk menentukan suhu penyimpanan dianalisis dengan Analisis Variansi (Anova).
yang sesuai dengan waktu penggunaannya. Dari hasil Anova yang menunjukkan ada
Bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini dapat perbedaan maka dilanjutkan dengan Duncan’s
digunakan sebagai perbandingan untuk Multiple Range Test untuk mengetahui letak
melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh perlakuan yang berbeda.
teknologi pengendalian pertumbuhan
mikroorganisme pada daging sapi. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE Populasi Bakteri Pada Daging

Daging sapi peranakan Ongole bagian lulur Rata-rata jumlah bakteri pada
(Longisidimus dorsi). Medium padat selektif Agar penyimpanan daging di suhu kamar,
Kaldu Nutrisi (AKN) untuk media kultur refrigerator dan freezer dalam waktu yang

68 Sains Peternakan Vol. 7 (2), September 2009


Tabel 1. Jumlah Bakteri pada daging dengan suhu dan lama penyimpanan yang berbeda
(104/gram)
Lama (jam) Suhu Penyimpanan Rata-rata
penyimpanan Kamar Refrigerator Freezer
0 40,00c 0,30c 49,67c 40,00
3 bc c c 45,00
53,00 41,67 40,30
6 b c c 42,40
74,00 42,67 40,67
9 124,30a 44,67c 42,00c 70,30
12 150,30a 44,61c 41,67c 78,89
15 a c c 75,10
139,60 44,00 41,67
18 a c c 70,70
128,30 43,00 41,00
Rata-rata 101,38 43 41
a,b,c
Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata.

berbeda dapat dilihat pada Tabel 1. suhu terutama pada aktivitas enzim yang
Pertambahan jumlah koloni bakteri tampak dihasilkan oleh bakteri dalam mengkatalisis
menonjol pada daging yang telah 9 jam perubahan biokimia yang terjadi di dalam
disimpan pada suhu kamar, sedangkan pada maupun di luar sel. Pada suhu rendah,
penyimpanan di refrigerator dan freezer, spora pertumbuhan bakteri terhambat, meskipun
bakteri tidak aktif. Hal ini ditunjukkan oleh demikian sampai batas tertentu bakteri tidak
kenyataan bahwa koloni bakteri pada medium mengalami kematian, bakteri demikian disebut
tidak mengalami perubahan yang nyata dengan bakteri psikrofilik (Suriawiria, 1980). Bakteri
betambahnya waktu penyimpanan. ini ada pada daging yang disimpan pada
Hasil anova menunjukkan bahwa refrigerator. Bakteri yang masih mampu
terdapat beda nyata di antara perlakuan suhu tumbuh dapat dihambat bila disimpan di dalam
dan lama penyimpanan. Hal ini berarti bahwa freezer yang suhunya 0-10 C (Forrest et al,
pada suhu yang berbeda pengaruh lama 1975). Suhu di bawah 50 C akan menghambat
penyimpanan juga berbeda. Pada suhu kamar pertumbuhan bakteri pembusuk, bahkan dapat
jumlah bakteri setelah disimpan 9 jam mencegah semua aktivitas bakteri patogen
meningkat sangat pesat, tetapi perlakuan lain (Soeparno, 1994). Kematian bakteri pada suhu
tidak. Penghitungan dengan DMRT rendah disebabkan oleh terjadinya perubahan
menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada suhu keadaan koloidal protoplasma yang tidak
kamar selama 9; 12; 15 dan18 jam berbeda reversibel (Pearson dan Dutson,1986).
nyata dengan jumlah bakteri pada suhu dan
lama penyimpanan yang berbeda. Populasi Jamur Pada Daging
Jumlah koloni bakteri pada
penyimpanan di dalam refrigerator dan freezer Penyimpanan daging pada suhu yang
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, jadi berbeda menyebabkan jumlah spora yang
tampak bahwa bakteri yang hidup pada kedua bertahan pada daging berbeda pula. Hal ini
tempat belum tumbuh sampai dengan 18 jam tampak pada jumlah koloni yang terhitung pada
penyimpanan. Pada suhu kamar, mulai tampak kultur jamur di media buatan dari suspensi
meningkat pada penyimpanan 6 jam dan dan daging yang telah disimpan pada suhu dan lama
pada selang waktu 6 jam sampai 9 jam penyimpanan yang berbeda (Tabel 2).
perupakan pertumbuhan paling cepat. Pengaruh

Populasi Bakteri dan Jamur pada Daging... (Prihharsanti) 69


Tabel 2. Jumlah jamur pada daging dengan suhu dan lama penyimpanan yang berbeda (104/gram)
Lama (jam) Suhu Penyimpanan Rata-rata
penyimpanan Kamar Refrigerator Freezer
i i i
0 18 18,67 17 17,69
3 i i i 26,40
36 26 17,33
6 gf i i 43,67
73 37 21
9 144,33d 61,67gh 27,67i 77,89
12 C ef i 104,89
191,33 93,67 29,67
15 b ef i 127
251,67 97,67 31,67
18 268,67a 102,33e 50hg 140,33
Rata-rata 140,43 62, 43 27,76
Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata.

Dari hasil anova didapatkan bahwa ada jenis asporogenus masih mampu tumbuh pada
perbedaan yang nyata antara kombinasi suhu 00 sd –1,60 C. Khamir ini pada daging
perlakuan suhu dan waktu penyimpanan, dan sapi biasanya bersifat lipolitik, sehingga
terdapat interaksi. Jadi dalam hal ini aktivitasnya merusak daging.
pertumbuhan jamur pada lama penyimpanan
tertentu pengaruhnya berbeda jika daging Permulaan Pembusukan pada Daging
disimpan pada suhu yang berbeda. Menurut
Rice (1971), pertumbuhan yang optimum Pengujian awal dengan Eber,
terjadi pada suhu kamar (20-350 C). Pada menunjukkan bahwa daging yang dibiarkan
0
Refrigerator, yaitu suhu (5-7 C), jamur masih pada suhu kamar sudah mulai melepaskan gas
dapat tumbuh, meskipun tidak secepat pada hasil pembusukannya pada jam ke 9. Hal ini
suhu kamar. Tampaknya laju pertumbuhan ditunjukkan adanya hasil reaksi uap HCl dari
paling tinggi terjadi pada penyimpanan 9 jam, reagen Eber dengan NH3 dari daging. Reaksi
hal ini menunjukkan bahwa sel muda yang ini menimbulkan embun putih membentuk
tumbuh makin banyak karena adaptasi telah cincin pada dinding tabung reaksi. Sampai pada
tercapai. Kenyataan bahwa daging belum jam ke 18 penyimpanan di refrigerator dan
menunjukkan gejala pembusukan pada jam ke 9 freezer, daging belum mengalami pembusukan
ini, berarti nutrisi belum banyak yang (tabel 3), hal ini sesuai dengan keaktifan
digunakan jamur dan zat toksik belum prtumbuhan bakteri dan jamur.
terbentuk. Jamur psikrofil tumbuh optimum Enzim yang dilepaskan ke media, oleh
pada suhu 150 C. Jamur inilah yang tumbuh bakteri danm jamur digunakan untuk mengubah
pada daging yang disimpan dalam refrigerator. senyawa pada media agar menjadi senyawa
Sementara itu daging yang disimpan dalam sederhana yang terlarut, sehingga dapat
freezer tetap dapat ditumbuhi jamur karena berdifusi ke dalam sel mikroorganisme tersebut
suhunya berada pada 00C, tetapi kondisinya dan digunakan untuk metabolisme. Enzim
tidak aktif sehingga keberadaannya tidak akan pembusuk pada daging adalah eksoenzim yang
mengubah komposisi kimia daging. Dalam proteolitik maupun lipolitik, yang secara umum
penelitian ini sampai dengan penyimpanan 18 akan bekerja optimal pada suhu kamar. Secara
jam dalam freezer, secara visual kondisi daging umum enzim akan bekerja optimal pada suhu
0
masih tetap segar, walaupun sebenarnnya 10-60 C (Pelzar dan Chan, 1986). Pada
menurut Sudarmadji dkk (1989), khamir dari penelitian ini pembusukan terjadi pada

70 Sains Peternakan Vol. 7 (2), September 2014


Tabel 3. Hasil pengujian dengan reagen Eber pada daging dengan suhu dan lama penyimpanan yang
berbeda kebusukan daging menggunakan Reagen
Lama (jam) Suhu Penyimpanan
penyimpanan Kamar Refrigerator Freezer
0 - - -
3 - - -
6 - - -
9 + - -
12 + - -
15 + - -
18 + - -
Keterangan : - tidak terbentuk embun putih NH4Cl
+ terbentuk embun putih NH4Cl

daging yang disimpan pada suhu kamar, karena DAFTAR PUSTAKA


mikroorganisme pembusuk dapat
bermetabolisme tanpa hambatan. Enzim dapat Bernholdt, H.F.,1975., Enzim in Food Processing:
bekerja optimal pada suhu kamar, karena suhu Meat and Other Proteinaceus Food, 2 ed.
nd

kamar rata-rata 28 0 C, sedangkan di G. Readed Academy Press, New york.


0 0 Fardias, S., 1989., Mikrobiologi Pangan, PAU
refrigerator hanya 7 C dan di freezer 0 C.
Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor,
KESIMPULAN Bogor.
Forrest, 1975., Principle of Meat Science, W.H.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan Freman and Co. San Fransisco.
bahwa : Naruki S, dan Sri Kanoni., 1992, Kimia dan
1. Suhu sangat menentukan pertumbuhan teknologi Pengolahan Hasil Hewan. Kimia dan
mikroorganisme pada daging. Pengolahan Daging . PAU, Universitas Gadjah
2. Pada suhu rendah perkembangan populasi Mada, Yogyakarta.
bakteri dan jamur dapat dihambat. Pearson, A.M. and T.R. Dutson., 1986, Meat and
3. Pada refrigerator dan freezer, sampai Poultry Microbiology, Advances in meat
dengan penyimpanan 18 jam populasi Research, Michigan , New York.
bakteri belum berkembang Pelezar Michael J. and E.C.S. Chan, 1976. Element
4. Walaupun sangat lambat populasi jamur of Microbiology, Mc.Graw-Hill Book
pada daging yang disimpan di dalam Company Inc., New York, Toronto, London.
freezer ternyata tetap dapat bertambah. Rahayu, K, 1989. Mikrobiologi Pangan, PAU
5. Pembusukan terjadi pada jam ke 9 pada Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada,
daging yang disimpan pada suhu kamar. Yogyakarta.
6. Dalam refrigerator maupun freezer kualitas Rice, E., 1971., The Science vof Meat and Meat
mikrobiologi daging masih tetap bertahan Product: The Nutritional Content and Value of
sampai dengan 18 jam penyimpanan. Meat and Meat Products, 2nd ed., J.F. Price and
B.S. Scheigert, W.H. Freeman and Co., San
Fransisco.

Populasi Bakteri dan Jamur pada Daging...(Prihharsanti)...................................................................................71


Saile., 1961, Fundamental Principles of Soedarmadji., Rahayu, dan Kapti., 1989.
th Mikrobiologi Pangan, PAU Pangan dan Gizi,
Bacteriology, 5 ed. Mc. Graw-Hill Book
Company Inc., New York, Toronto London. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soeparno, 1994, Ilmu dan Teknologi Daging, Suriawiria, Unus., 1983, Mikrobiologi Umum,
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Yogyakarta. Tranggono., 1990, Kimia dan Nutrisi Pangan, PAU
Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

72 Sains Peternakan Vol. 7 (2), September 2014

Anda mungkin juga menyukai