Anda di halaman 1dari 32

Perbandingan Nilai SF dengan program

Geostudio dan Plaxis


Stabilitas dalam Geoteknik
Dosen pengampu : Yulvi Zaika

Oleh:
Ika Meisy Putri Rahmawati (166060100111015)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Cuaca yang semakin tidak menentu dengan curah hujan tinggi menjadi pemicu longsor
pada suatu lereng, air hujan mampu meresap ke dalam lereng dan mendorong tanah untuk
longsor. Pemicu kelongsoran tidak hanya disebabkan oleh air, namun bisa juga diakibatkan oleh
beban yang ada di atasnya terlalu besar dan lapisan tanah yang buruk.
Kelongsoran telah terjadi pada lereng yang berada di Sinar Mas Agro Resource-Sungai
Buaya Mill Lampung. Berdasarkan hasil pengamatan visual, kondisi lereng semakin parah
walaupun telah diupayakan perbaikan sementara dengan pemasangan terucuk-terucuk bambu.
Kondisi seperti ini harus lebih diperhatikan kerana semakin lama lereng akan mengalami
kelongsoran yang lebih besar, sebelum hal ini terjadi harus ada upaya perbaikan perbaikan pada
lereng. Perbaikan lereng bisa menggunakan dinding penahan tanah, geogrid, pile, ataupun
anchor. Analisa perhitungan kondisi lereng harus dianalisa untuk lereng tanpa perbaikan dan
lereng dengan perbaikan untuk membandingkan nilai safety of factor.
Analisa perhitungan stabilitas lereng dapat dihitung dengan menggunakan software
teknik, plaxis ,maupun geostudio. Plaxis adalah proram elemen hingga untuk aplikasi geoteknik
dimana digunakan model-model tanah untuk melakukan simulasi terhadap perilaku dari tanah.
Geostudio menggunakan limit equilibrium yang menghitung resisting forces dengan driving
stresses.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas tentang stabilitas lereng dengan
menggunakan software Plaxis, dan Geostudio sebagai perbandingan nilai savety of factor untuk
lereng dengan kondisi asli maupun dengan perbaikan menggunakan achor.

1.2.Maksud dan Tujuan


Beberapa maksud dan tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bidang runtuh dari suatu lereng
2. Untuk membandingkan nilai safety of factor (SF) untuk kondisi asli lereng dan dengan
perbaikan lereng menggunkan anchor
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1. Lereng
Lereng (slope) adalah sebuah permukaan tanah yang terbuka, yang berdiri membentuk
sudut tertentu terhadap sumbu horisontal, atau dapat dikatakan lereng adalah permukaan tanah
yang memiliki dua elevasi yang berbeda dimana permukaan tanah tersebut membentuk sudut.
Dari proses terbentuknya, sebuah lereng dapat terjadi secara alamiah dan buatan manusia. Yang
dimaksud dengan lereng alamiah adalah lereng yang terbentuk karena proses alam tanpa campur
tangan manusia seperti lereng perbukitan dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan adalah
lereng yang dibentuk oleh manusia seperti tanggul sungai, urugan untuk jalan raya, dan lereng
bendungan.
Permasalahan dari sebuah lereng adalah kelongsoran, definisi kelongsoran adalah
luncuran atau gelinciran atau jatuhan dari massa batuan / tanah atau campuran keduanya dari
elevasi yang lebih tinggi menuju elevasi yang lebih rendah. Jika permukaan membentuk suatu
kemiringan maka komponen massa tanah di atas bidang gelincir cenderung akan bergerak ke
arah bawah akibat gravitasi. Jika komponen gaya berat yang terjadi cukup besar, dapat
mengakibatkan longsor pada lereng tersebut. Kondisi ini dapat dicegah jika gaya dorong (driving
force) tidak melampaui gaya perlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang
bidang longsor seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2. 1. Bidang gelincir dapat terbentuk
dimana saja di daerah-daerah yang lemah. Jika longsor terjadi dimana permukaan bidang gelincir
memotong lereng pada dasar atau di atas ujung dasar dinamakan longsor lereng (slope failure)
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2. 2a.

Gambar 2. 1. Kelongsoran Lereng


Lengkung kelongsoran disebut sebagai lingkaran ujung dasar (toe circle), jika bidang
gelincir tadi melalui ujung dasar maka disebut lingkaran lereng (slope circle). Pada kondisi
tertentu terjadi kelongsoran dangkal (shallow slope failure) seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2. 2b. Jika longsor terjadi dimana permukaan bidang gelincir berada agak jauh di
bawah ujung dasar dinamakan longsor dasar (base failure) seperti pada Gambar 2. 2c. Lengkung
kelongsorannya dinamakan lingkaran titik tengah (midpoint circle) (Braja M. Das, 2002).
Proses menghitung dan membandingkan tegangan geser yang terbentuk sepanjang
permukaan longsor yang paling mungkin dengan kekuatan geser dari tanah yang bersangkutan
dinamakan dengan Analisis Stabilitas Lereng (Slope Stability Analysis).

(a)

Gambar 2. 2. Bentuk-bentuk keruntuhan lereng (a) Kelongsoran lereng,


(b) Kelongsoran lereng dangkal, (c) Longsor dasar
2.2. Longsor
Jangkar tanah (earth anchor) adalah sebuah alat yang dirancang untuk mendukung
struktur dan digunakan dalam aplikasi geoteknik dan konstruksi. Jangkar yang digunakan pada
turap secara umum dapat di bagi sebagai berikut:
1. Plat dan balok (balok berat) jangkar
2. Batang penguat di belakang turap
3. Tiang jangkar vertikal
4. Balok jangkar yang didukung oleh tiang- tiang miring (tekan dan tarik)
Plat dan balok jangkar biasanya terbuat dari beton jadi (Gambar 2. 3a). Jangkar
dihubungkan ke turap dengan menggunakan batang penguat (tie rods). Sebuah waling (wale)
ditempatkan pada bagian depan atau belakang turap untuk memudahkan penempatan batang
penguat pada dinding turap. Untuk mencegah batang penguat berkarat, biasanya batang ini
dilapisi dengan cat atau bahan-bahan dari aspal.
Pada waktu pemasangan batang-batang penguat di belakang turap, batang atau kabel
ditempatkan di dalam lubang-lubang yang dibor terlebih dahulu (Gambar 2. 3b), lalu digruting
dengan beton (kabel biasanya berkekuatan tinggi, tendon baja prategang). Gambar 2. 3c dan
Gambar 2. 3d menunjukkan tiang jangkar vertikal dan balok jangkar dengan tiang-tiang miring.

Gambar 2. 3. Berbagai jenis anchor untuk turap: (a) plat atau balok jangkar; (b) batang tarik
atau kabel (Murthy, 2007)
2.3. Limit Equilibrium Method (LEM)
Limit equilibrium method adalah metode yang menggunakan prinsip kesetimbangan gaya.
Metode analisis ini pertama-tama mengasumsikan bidang kelongsoran yang dapat terjadi.
Terdapat dua asumsi bidang kelongsoran yaitu bidang kelongsoran berbentuk circular dan bidang
kelongsoran yang diasumsikan berbentuk non-circular (bisa juga planar).

Gambar 2. 4. Bidang longsor Circular

Gambar 2. 5. Bidang longsor Non-Circular

Gambar 2. 6. Gaya yang bekerja pada bidang irisan


Perhitungan dilakukan dengan membagi-bagi tanah yang berada dalam bidang longsor
dalam irisan-irisan sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 2. 4 hingga Gambar 2. 6, karena
itu metode ini dikenal juga dengan nama metoda irisan (method of slice). Gambar 2. 6 yang
menggambarkan massa tanah dan gaya-gaya yang bekerja pada irisan. Berbagai solusi yang
berbeda untuk metode irisan ini telah dikembangkan selama bertahun-tahun, dimulai dari
Fellinius, Tylor, Bishop, Morgenstern-Price hingga Sarma dan lainnya. Perbedaan antara cara
yang satu dengan yang lain tergantung pada persamaan kesetimbangan batas dan asumsi gaya
kekuatan antar irisan (interslice force) yang diperhitungkan.
Fellenius merupakan orang pertama yang mempublikasikan metoda irisan ini dan
merupakan cara yang paling sederhana. Pada cara Fellenius semua gaya antar irisan diabaikan
dan hanya memperhitungkan kesetimbangan momen. Bishop kemudian mengembangkan cara
yang lebih kompleks dengan memasukkan gaya yang bekerja di sekitar bidang irisan, namun
tetap melakukan perhitungan dengan kesetimbangan momen. Bishop juga mengeluarkan cara
yang dikenal dengan nama Metode Bishop Sederhana (Simplified Bishop Method) dimana gaya
normal antar irisan diabaikan. Janbu mengembangkan metoda yang mirip dengan metoda
sederhana Bishop. Perbedaannya adalah metoda Janbu diturunkan dari kesetimbangan gaya
horisontal. Tabel 2. 1 dan Tabel 2. 2 menunjukkan perbedaan antar metoda yang dikenal dalam
LEM.

Tabel 2. 1. Kesetimbangan yang Diperhitungkan pada masing-masing Cara


Cara Kesembangan Momen Kesetimbangan Gaya
Ordinary/Fellinius Ya Tidak
Bishop’s Simplified Ya Tidak
Janbu’s Simplified Tidak Ya
Morgenstern Price Ya Ya
Spencer Ya Ya
Sarma Ya Ya

Tabel 2. 2. Gaya antar Irisan yang bekerja masing-masing cara


Method Gaya Normal antar Gaya Geser antar Kemiringan
Irisan (E) Irisan (X) resultant X/E dan
hubungan antar X-E
Ordinary/Fellinius Tidak Tidak Tidak ada gaya
antar irisan
Bishop’s Simplified Ya Tidak Horisontal
Janbu’s Simplified Ya Tidak Horisontal
Morgenstern Price Ya Ya Variable; user
Function
Spencer Ya Ya konstan
Sarma Ya Ya X = c + E tan φ

Dalam LEM ini faktor keamanan, SF, ada prinsipnya dihitung dari perbandingan antara
kuat geser tanah, 𝜏𝑓 , dengan gaya dorong, 𝜏, atau perbandingan antara momen tahan, RM,
terhadap momen dorong, DM, sebagimana ditunjukkan dalam persamaan 2-14.
τf RM
SF = or SF = (2-14)
τ DM

2.4. Finite Element Method (FEM)


Dalam metoda elemen hingga atau FEM, tidak dilakukan asumsi bidang longsor. Faktor
keamanan dicari dengan mencari bidang lemah pada struktur lapisan tanah. Faktor keamanan
didapatkan dengan cara mengurangi nilai kohesi, c, dan sudut geser dalam tanah, ϕ, secara
bertahap hingga tanah mengalami keruntuhan. Nilai faktor keamanan, kemudian dihitung dengan
persamaan 2.
𝑐 tan ϕ
∑ 𝑀𝑆𝐹 = = tan ϕ (2-15)
𝑐 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒𝑑 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒𝑑

Dengan ∑ 𝑀𝑆𝐹 = faktor keamanan; 𝑐𝑟𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒𝑑 = dan ϕ𝑟𝑒𝑑𝑢𝑐𝑒𝑑 = nilai c dan ϕ terendah yang
didapat pada saat program Plaxis mengatakan tanah mengalami keruntuhan (soil body collapse).
Proses perhitungan ini dalam diagram keruntuhan Mohr diilustrasikan pada Gambar 2. 7. Dalam
program Plaxis metode ini disebut “phi-c reduction”

Gambar 2. 7. Proses Perhitungan Faktor Keamanan dalam FEM


Sebagaimana disebutkan pada pendahuluan bahwa analisa kestabilan dengan FEM ini
dilakukan dengan menggunakan program Plaxis. Suatu hal yang perlu dikemukakan disini adalah
bahwa analisa Undrained untuk tanah berbutir halus terdapat tiga cara (kemungkinan masukan)
di dalam Plaxis, yaitu:
 Unrained A: Tipe perilaku material dipilih undrained dan parameter-parameter masukan
yang dipakai adalah parameter kuat geser efektif (c’, ϕ’, Ψ’) dan parameter kekakuan
efektif (E’ 50, v’). Perhitungan undrained dilakukan dalam analisis tegangan efektif.
 Undrained B: Tipe perilaku material dipilih undrained dan masukan yang dipakai adalah
parameter kuat geser tegangan total (c=cu, ϕ= 0, Ψ=0) dan parameter kekakuan efektif
(E’ 50, v’). Perhitungan undrained dilakukan dalam analisis tegangan efektif
 Undrained C: Tipe perilaku material dipilih drained dan parameter-parameter yang
dipakai sebagai input adalah parameter kuat geser tegangan total (c=0, ϕ= 0, Ψ=0) dan
kekakuan total (Eu, v=0,495). Perhitungan undrained dilakukan dalam analisis tegangan
total
Perhitungan kondisi undrained, dilakukan dengan menggunakan ke tiga cara di atas. Bila
diperlukan perhitunagan kondisi drained, maka semua parameter masukan dalam parameter
efektif dan tipe material dipilih drained. Model tanah yang dipakai adalah Model Mohr
Coulomb.
BAB 3. DATA PENDAHULUAN

Data primer didapatkan dari Jurnal Studi Kelongsoran pada Lereng terbebani Silo dengan
SSR-FEM pada Lokasi Sinar Mas Agro Resource- Sungai Buaya Mill Lampung, Volume 6
Nomor 2: 71-76 yang ditulis oleh Hanggoro Tri Cahya pada tahun 2006. Lereng pada Sinar Mas
Aro Resource- Sungai Buaya Mill Lampung ini merupakan lereng dengan kemiringan 27o yang
bagian atasnya dibebani oleh silo penampungan CPO seberat 2500 ton/unit. Telah terjadi
pergerakan tanah pada lereng sebanyak dua kali pada musim penghujan di tahun 2005 dan 2006
seperti dalam Gambar 3. 1. Berdasarkan hasil pengamatan visul, kondisi lereng semakin parah
walaupun telah diupayakan perbaikan sementara dengan pemasangan terucuk-terucuk bambu.

Gambar 3. 1. (a) Kelongsoran lereng bulan April 2005; (b) Kelongsoran lanjutan pada bulan
Februari 2006; dan (c) Lokasi kelongsoran (diarsir) pada lereng terbebani silo CPO
Dalam jurnal disebutkan bahwa penyelidikan tanah dilakukan oleh Tarumaneara
Bumiyasa Jakarta (2005), interpretasi penampang profil tanah berdasarkan data trend nilai qc
(kg/cm2) sondir manual 2,5 ton yang berjumlah 3 titik dan nilai N-SPT untuk boring log untuk 3
ririk pengeboran. Maka, penampang profil tanah didapatkan pendekatan seperti dalam Gambar
3. 2 dengan kedalaman muka air tanah (m.a.t) yang diperhitungkan dalam stabilitas lereng adalah
kondisi pada saat musim penhujan tahun 2005. Sedangkan data parameter tanah yang digunakan
disajikan dalam

Beban silo dalam Gambar 3. 2 adalah sebesar 98,3 kN/m/m’ dengan beban merata
dengan jarak yang sudah diperhitungkan dari Gambar 3. 1c. Namun dalam makalah ini data
beban diubah agar data bervariasi, yaitu dengan menggunakan beban 50 kN/m/m’ dan diberikan
merata dengan jarak yang sama seperti pada data sebelumnya.

Tabel 3. 1.

Gambar 3. 2. Prediksi penampang profil tanah hasil interpretasi dengan batas standart fixities
(boundary condition) adalah tanah keras NSPT>30.

Beban silo dalam Gambar 3. 2 adalah sebesar 98,3 kN/m/m’ dengan beban merata
dengan jarak yang sudah diperhitungkan dari Gambar 3. 1c. Namun dalam makalah ini data
beban diubah agar data bervariasi, yaitu dengan menggunakan beban 50 kN/m/m’ dan diberikan
merata dengan jarak yang sama seperti pada data sebelumnya.
Tabel 3. 1. Parameter tanah dari hasil pengujian laboratorium dan korelasi

BAB 4. HASIL ANALISIS

Analisis Safety of Factor (SF) dihitung menggunakan software Geostudio dengan Limit
Equilibrium Method (LEM) dan Plaxis dengan Finite Element Method (FEM). Dengan data
primer yang disajikan pada bab 3, analisis dihitung untuk keadaan lereng tanpa perbaikan dan
keadaan lereng menggunakan perbaikan. Perbaikan lereng menggunakan anchor dengan
kekuatan 300 kPa, perbaikan dengan anchor dipilih karena lereng mengalami bidang runtuh di
dalam dan dalam pelaksanaan lapangan lebih memungkinkan dikarenakan ada beban silo di atas
lereng.

4.1. Geostudio dengan keadaan lereng tanpa perbaikan


Software geostudio menggunakan Limit Equilibrium Method (LEM). Untuk analisis SF,
yang pertama dilakukan adalah menggambar bentuk penampang dalam setiap lapisan,
penggambaran dilakukan dengan memasukkan titik-titik koordinat dari setiap bagian. Setiap
lapisan tanah mengikuti data primer yang berada pada Tabel 3. 1. Penggambaran penampang
profil tanah, data input tanah, dan besar beban merata sebesar 50 kN/m/m’ digambarkan dalam
Gambar 4. 1 sampai Gambar 4. 3.
Gambar 4. 1. Penggambaran penampang profil keadaan lereng tanpa perbaikan dalam geostudio

Gambar 4. 2. Input parameter tanah untuk setiap jenis tanah dalam geostudio
Gambar 4. 3. Input beban silo dalam geostudio

Gambar 4. 4. Hasil analisis SF untuk keadaan lereng tanpa perbaikan dalam geostudio

Setelah semua parameter telah selesai dilengkapi, analisis SF bisa dilakukan. Hasil
analisis SF untuk keadaan lereng tanpa perbaikan ditampilkan dalam Gambar 4. 4, terlihat bahwa
lereng mengalami keruntuhan dalam dengan nilai SF minimum adalah 1,206.
4.2. Geostudio dengan keadaan lereng menggunakan perbaikan anchor
Dari hasil analisis yang dilakukan, keadaan lereng tanpa perbaikan hanya mempunyai
nilai SF sebesar 1,206, nilai ini tergolong dalam kategori lereng tidak aman. Untuk memperbesar
nilai SF dilakukan perbaikan dengan menambahkan anchor. Anchor yang digunakan memiliki
kekuatan 300 kPa, nilai ini berdasarkan nilai trial and error tanpa ada perhitungan terlebih
dahulu. Anchor yang ditanam di dalam tanah akan memperbesar kekuatan tanah untuk menahan
gaya tekanan tanah kesamping yang menyebabkan lereng terjadi longsor.
Perletakan anchor untuk perbaikan lereng ini juga dilakukan dengan trial and error,
dengan cara mencari gaya tekanan tanah kesamping terbesar untuk setiap slice pada bidang
runtuh longsor yang sudah dianalisis sebelumnya pada analisis lereng keadaan tanpa perbaikan.
Perletakan anchor dianalisis dengan tiga alternatif untuk mencari nilai SF terbesar karena akan
memberikan kondisi yang lebih aman.

1) Alternatif 1
Gaya tekanan kesamping terbesar pertama menurut informasi slice berada pada bidang
runtuh seperti pada Gambar 4. 5, gaya tekanan kesamping yang menyebabkan lereng longsor
sebesar 738,61 kN. Sehingga diletakkan anchor di daerah sekitar slice bidang longsor tersebut
dengan koordinat pada Gambar 4. 6, digunakan anchor dengan panjang 25,81 meter, panjang
bond 5 meter dan sudut 31,5o. Anchor dengan pollout resistance (F/area), tensile capacity, dan
shear force sebesar 300 kN.
Hasil analisis garis bidang keruntuhan dan SF yang didapatkan ditunjukkan dalam
Gambar 4. 7, luas bidang runtuh dengan perbaikan menggukan anchor lebih kecil daripada
lereng tanpa perbaikan dengan nilai SF yang didapatkan adalah 1,669.
Gambar 4. 5. Informasi slice untuk gaya tekanan kesamping terbesar pertama

Gambar 4. 6. Perletakan titik koordinat anchor alternatif 1


Gambar 4. 7. Hasil analisis SF untuk keadaan lereng dengan perbaikan menggunakan anchor
alternatif 1 dalam geostudio

2) Alternatif 2
Gaya tekanan kesamping terbesar pertama menurut informasi slice berada pada bidang
runtuh seperti pada Gambar 4. 8, gaya tekanan kesamping yang menyebabkan lereng longsor
sebesar 750,37 kN. Sehingga diletakkan anchor di daerah sekitar slice bidang longsor tersebut
dengan koordinat pada Gambar 4. 9, digunakan anchor dengan panjang 25,55 meter, panjang
bond 5 meter dan sudut 30,6o. Anchor dengan pollout resistance (F/area), tensile capacity, dan
shear force sebesar 300 kN.
Hasil analisis garis bidang keruntuhan dan SF yang didapatkan ditunjukkan dalam
Gambar 4. 10, luas bidang runtuh dengan perbaikan menggukan anchor lebih kecil daripada
lereng tanpa perbaikan dengan nilai SF yang didapatkan adalah 1,708.
Gambar 4. 8. Informasi slice untuk gaya tekanan kesamping terbesar kedua

Gambar 4. 9. Perletakan titik koordinat anchor alternatif 2


Gambar 4. 10. Hasil analisis SF untuk keadaan lereng dengan perbaikan menggunakan anchor
alternatif 2 dalam geostudio

3) Alternatif 3
Gaya tekanan kesamping terbesar pertama menurut informasi slice berada pada bidang
runtuh seperti pada Gambar 4. 11, gaya tekanan kesamping yang menyebabkan lereng longsor
sebesar 749,20 kN. Sehingga diletakkan anchor di daerah sekitar slice bidang longsor tersebut
dengan koordinat pada Gambar 4. 12, digunakan anchor dengan panjang 25,55 meter, panjang
bond 5 meter dan sudut 30,6o. Anchor dengan pollout resistance (F/area), tensile capacity, dan
shear force sebesar 300 kN.
Hasil analisis garis bidang keruntuhan dan SF yang didapatkan ditunjukkan dalam
Gambar 4. 13, luas bidang runtuh dengan perbaikan menggukan anchor lebih kecil daripada
lereng tanpa perbaikan dengan nilai SF yang didapatkan adalah 1,727.
Gambar 4. 11. Informasi slice untuk gaya tekanan kesamping terbesar ketiga

Gambar 4. 12. Perletakan titik koordinat anchor alternatif 3


Gambar 4. 13. Hasil analisis SF untuk keadaan lereng dengan perbaikan menggunakan anchor
alternatif 3 dalam geostudio

4.3. Plaxis dengan keadaan lereng tanpa perbaikan


Software plaxis menggunakan Finite Element Method (FEM). Untuk analisis SF, yang
pertama dilakukan adalah menggambar bentuk penampang dalam setiap lapisan, penggambaran
dilakukan dengan memasukkan titik-titik koordinat dari setiap bagian. Setiap lapisan tanah
mengikuti data primer yang berada pada Tabel 3. 1. Penggambaran penampang profil tanah, data
input tanah, dan besar beban merata sebesar 50 kN/m/m’ digambarkan dalam
Gambar 4. 14 sampai Gambar 4. 16.

Gambar 4. 14. Penggambaran penampang profil keadaan lereng tanpa perbaikan dalam plaxis

Gambar 4. 15. Input parameter tanah untuk setiap jenis tanah dalam plaxis
Gambar 4. 16. Input beban silo dalam plaxis

Setelah penggambaran profil selesai langkah selanjutnya adalah memberikan kondisi


awal, kondisi awal terdiri dari kondisi awal untuk tekanan air, konfigurasi awal dan kondisi
tegangan efektif awal. Tekanan air diberikan sedalam muka air tanah dengan garis yang telah
ditentukan dan dengan kondisi tegangan efektif awal sama dengan nol.
Pada Gambar 4. 17 dan Gambar 4. 18 adalah hasil analisis lereng, terlihat bidang runtuh
longsor terletak di bagian dalam dengan nilai SF adalah 1,276, nilai SF dihitung dengan tipe
perhitungan Phi/reduction di dalam plaxis.

Gambar 4. 17. Hasil analisis bidang runtuh untuk keadaan lereng tanpa perbaikan dalam plaxis
Gambar 4. 18. Hasil analisis SF untuk keadaan lereng tanpa perbaikan dalam plaxis

4.4. Plaxis dengan keadaan lereng menggunakan perbaikan anchor


Perletakan anchor dalam analisis menggunakan plaxis diletakkan sama seperti perletakan
dalam analsis menggunakan geostudio. Ada 3 alternatif perletakan anchor, pada koordinat yang
sama dan kekuatan anchor yang sama yaitu 300 kN.

1) Alternatif 1
Anchor yang digunakan memiliki panjang 25,81 meter, panjang bond 5 meter dan sudut
31,5o. Anchor dengan pollout resistance (F/area), tensile capacity, dan shear force sebesar 300
kN. Penggambaran penampang profil lereng dan letak anchor ditunjukkan dalam Gambar 4. 19.
Hasil analisis garis bidang keruntuhan yang didapatkan ditunjukkan dalam Gambar 4. 20,
luas bidang runtuh dengan perbaikan menggukan anchor lebih kecil daripada lereng tanpa
perbaikan. Sedangkan nilai SF yang didapatkan untuk perbaikan alternatif 1 adalah 1,725.
Gambar 4. 19. Penggambaran penampang profil keadaan lereng dengan perbaikan menggunakan
anchor alternatif 1 dalam plaxis

Gambar 4. 20. Hasil analisis bidang runtuh lereng alternatif 1 dalam plaxis
Gambar 4. 21. Hasil analisis SF perbaikan alternatif 1 dalam plaxis

2) Alternatif 2
Anchor yang digunakan memiliki panjang 25,55 meter, panjang bond 5 meter dan sudut
30,6o. Anchor dengan pollout resistance (F/area), tensile capacity, dan shear force sebesar 300
kN. Penggambaran penampang profil lereng dan letak anchor ditunjukkan dalam Gambar 4. 22.
Hasil analisis garis bidang keruntuhan yang didapatkan ditunjukkan dalam Gambar 4. 23,
luas bidang runtuh dengan perbaikan menggukan anchor lebih kecil daripada lereng tanpa
perbaikan. Sedangkan nilai SF yang didapatkan untuk perbaikan alternatif 1 adalah 1,717.

Gambar 4. 22. Penggambaran penampang profil keadaan lereng dengan perbaikan menggunakan
anchor alternatif 2 dalam plaxis
Gambar 4. 23. Hasil analisis bidang runtuh lereng alternatif 2 dalam plaxis

Gambar 4. 24. Hasil analisis SF perbaikan alternatif 2 dalam plaxis


3) Alternatif 3
Anchor yang digunakan memiliki panjang 25,55 meter, panjang bond 5 meter dan sudut
30,6o. Anchor dengan pollout resistance (F/area), tensile capacity, dan shear force sebesar 300
kN. Penggambaran penampang profil lereng dan letak anchor ditunjukkan dalam Gambar 4. 25.
Hasil analisis garis bidang keruntuhan yang didapatkan ditunjukkan dalam Gambar 4. 26,
luas bidang runtuh dengan perbaikan menggukan anchor lebih kecil daripada lereng tanpa
perbaikan. Sedangkan nilai SF yang didapatkan untuk perbaikan alternatif 1 adalah 1,767.

Gambar 4. 25. Penggambaran penampang profil keadaan lereng dengan perbaikan menggunakan
anchor alternatif 2 dalam plaxis
Gambar 4. 26. Hasil analisis bidang runtuh lereng alternatif 3 dalam plaxis

Gambar 4. 27. Hasil analisis SF perbaikan alternatif 3 dalam plaxis


4.5. Perbandingan Geostudio dan Plaxis
No Keadaan Lereng SF Bidang Runtuh
1 Tanpa perbaikan Geostudio: 1,203

Plaxis: 1,276

2 Perbaikan dengan Geostudio: 1,669


anchor alternatif 1

Plaxis: 1,725

3 Perbaikan dengan Geostudio: 1,708


anchor alternatif 2

Plaxis: 1,717

4 Perbaikan dengan Geostudio: 1,727


anchor alternatif 3

Plaxis: 1,767
BAB 5. KESIMPULAN

1. Bidang runtuh pada lereng Lokasi Sinar Mas Agro Resource- Sungai Buaya Mill
Lampung terletak di bagian dalam, pada lereng ini harus dilakukan perbaikan
mengunakan anchor.
2. Perbandingan nilai SF terdapat pada tabel di bawah ini, angka hasil analisis nilai SF tidak
terlalu jauh.
SF
No Keadaan Lereng
Geostudio Plaxis
1 Tanpa perbaikan
1,203 1,276
2 Perbaikan dengan
1,669 1,725
anchor alternatif 1
3 Perbaikan dengan
1,708 1,717
anchor alternatif 2
4 Perbaikan dengan
anchor alternatif 3 1,727 1,767
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai