I. KAJIAN PUSTAKA
3. Bele Dupi
Rumah panggung yang masih dapat dijumpai di daerah Gorontalo
adalah jenis rumah panggung atau bele yang secara penampilan fisik telah
mendapat pengaruh kolonial, cina dan arab (Heryati 2008)
Gambar 9. Beberapa Rumah Panggung Masyarakat Gorontalo (bele dupi)
Sumber: Heryati (2008)
Gambar 10. Fariasi Bentuk Penataan Ruang Rumah Panggung Bele Dupi
Sumber: Heryati (2008) dan Olahan Penulis
Tampak Depan
Tampak Samping
Gambar 11. Bentuk Atap Tipe 1 Bele Dupi
Sumber: Heryati (2008)
Tampak Depan
Tampak Samping
Gambar 12. Bentuk Atap Tipe 2 Bele Dupi (Tanpa Ornamen)
Sumber: Heryati (2008)
Tampak Depan
Tampak Samping
Gambar 13. Bentuk Atap Tipe 2 Bele Dupi (Dengan Ornamen)
Sumber: Heryati (2008)
Tampak Depan
Tampak Samping
Gambar 14. Bentuk Atap Tipe 3 Bele Dupi (Dengan Ornamen)
Sumber: Heryati (2008)
Material bangunan menggunakan bahan kayu yakni papan dan balok.
Untuk bagian dinding dan lantai menggunakan papan sedangkan pada
bagian tiang-tiang penyangga dinding dan kaki bangunan menggunakan
balok kayu. Beberapa bangunan telah menggunakan material batu bata
untuk kaki atau tiang penyangga. Untuk material penutup atap sudah tidak
menggunakan bahan rumbia namun telah menggunakan material seng
gelombang.
2. Temperatur Udara
Olgyay (1962) menyatakan bahwa fariasi temperatur udara harian
tergantung pada kondisi langit. Temperatur udara pada saat kondisi langit
yang cerah lebih tinggi dibanding ketika kondisi langit berawan hal ini
disebabkan oleh pancaran radiasi sinar matahari.
Kondisi didalam bangunan sangat dipengaruhi oleh kondisi luar atau
iklim setempat, baik menyangkut tingkat intensitas pemanasan radiasi
matahari yang berpengaruh langsung pada temperatur, kelembabab dan
didukung oleh kecepatan aliran udara. Jika kondisi luar sangat menyimpang
dari kondisi di dalam bangunan, maka diperlukan suatu usaha yang lebih
besar dari pada jika penyimpangan kecil, demikian juga jika kondisi dalam
mempunyai batas maksimum dengan rentang yang sempit (Soegijanto,
1998), sementara Olgyay (1662) menjelaskan bahwa para ilmuwan Amerika
melakukan membangun pendekatan fisiologi dengan mengkombinasikan
antara temperatur, kelembaban, dan kecepatan aliran udara untuk
mendapatkan apa yang disebut temperatur efektif.
Berdasarkan hasil penelitian Mom dan Wiesebron dalam Soegijanto
(1998) mengungkapkan bahwa temperatur efektif untuk kondisi nyaman
untuk orang Indonesia adalah “sejuk nyaman” antara 20,5OC – 22,8OC,
“nyaman optimal” antara 22,8OC – 25,8OC, dan kondisi “panas nyaman”
berkisar antara 25,8OC – 27,1OC.
4. Aliran Udara
Udara akan mengalir baik karena arus konveksi yang disebabkan oleh
adanya perbedaan suhu atau juga karena adanya perbedaan tekanan
(Lechner, 2001). Perbedaan tekanan ini menurut Olgyay (1962), ketika angin
menerpa bagian darimana arah angin bertiup dari suatu bangunan akan
memadatkan dan menciptakan tekanan positif (+), sedangkan disaat yang
sama udara akan terisap dari sisi yang terhindar dari angin sehingga
menciptakan tekanan negatif (-).
II. HIPOTESIS
Heryati. 2008. Nilai-nilai Sejarah dan Filosofi pada Arsitektur Rumah Panggung
Masyarakat Gorontalo. http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/article/view
/749. 27 November 2013 (03:00).
Lippsmeier, Georg. 1994. Tropenbau Building in the Tropics. Edisi Kedua. Verlag
Georg D.W. Callwey. Munchen. Terjemahan Syahmir Nasution. 1994.
Bangunan Tropis. Jakarta: Penerbit Erlangga.