Anda di halaman 1dari 52

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan Ke-Hadirat Allah Subhana wa ta’ala atas Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
Perencanaan Pembanguan Lapas Perempuan Kelas III Gorontalo.

Adapun substansi Laporan Pendahuluan ini meliputi penjelasan Latar Belakang,


Tujuan dan Sasaran, Manfaat Pekerjaan, Landasan Hukum, Ruang Lingkup
Pekerjaan, Pendekatan Metodologi dan Sistematika Pelaporan. Gambaran
umum kawasan perencanaan merupakan bagian yang dibahas dalam laporan
pendahuluan agar pemahaman terhadap karakteristik kawasan teridentifikasi dari
awal sehingga dapat menjadi dasar dalam menentukan metode dan pendekatan.
Bagian akhir dari laporan ini menjelaskan rencana kerja, jadwal pelaksanaan
pekerjaan dan organisasi pelaksanaan pekerjaan.

Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berperan dalam
memberikan bantuan data, masukan, saran dan arahan, serta informasi sehingga
tersusunnya laporan ini. Kami sangat mengharapkan atensi dari berbagai pihak
untuk memberikan masukan terhadap segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan didalam laporan ini, sehingga kami dapat memperbaiki
kekurangan tersebut dengan memperhatikan pertimbangan dan persyaratan
teknis.

Gorontalo, Februari 2018


Hormat Kami,
PT. PARADHIGUNA DWIPANTARA LOKA

ELWIN PAKAYA, SE
Direktur

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III i


Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................. ii

BAB I ................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran ................................................................ 2

1.3. Ruang Lingkup ...................................................................................... 3

1.4. Program Kerja ....................................................................................... 4

1.5. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 6

BAB II .................................................................................................................. 7

2.1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan (LP) .......................................... 7

2.2. Pokok-pokok Pikiran Dalam Penerapan Pola Bangunan


Pemasyarakatan (KEPMEN Kehakiman dan HAM RI No. M.01. PL.01.01
Tahun 2003) ..................................................................................................... 9

2.3. Aturan Dasar Perencanaan ................................................................. 13

BAB III ............................................................................................................... 18

3.1. Gambaran Umum Provinsi Gorontalo .................................................. 18

3.2. Gambaran Umum Kabupaten Gorontalo.............................................. 24

3.3. Gambaran Umum Kawasan Perencanaan........................................... 29

BAB IV ............................................................................................................... 33

4.1. Metode Pelaksanaan Kegiatan ............................................................ 33

BAB V ................................................................................................................ 42

5.1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................... 42

5.2. Personil Pelaksana Kegiatan ............................................................... 43

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III ii


Daftar Gambar

Gambar 1.1. Lingkup Kegiatan Perencanaan Pembangunan LPP Kelas III


Gorontalo…………………………………………………………………..3

Gambar 2.1. Ghenk Prison di Amerika ………………………………………………14

Gambar 2.2. Wormwood Scrubs Prison di London ………………………………15

Gambar 2.3. Auburn Prison di Amerika ……………………………………………15

Gambar 2.4. Lousana State Penitentiary di Amerika ………………………………16

Gambar 2.5. South Carolina Womens Institue di Amerika ………………………16

Gambar 3.1. Peta Wilayah Provinsi Gorontalo ……………………………………20

Gambar 3.2. Batas-batas Area Perencanaan ………………………………………29

Gambar 3.3. Kondisi Drainase di Depan Area Perencanaan ……………………..31

Gambar 3.4. Kondisi Jaringan Listrik Di Sekitar Kawasan Perencanaan ………..31

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III iii


Daftar Tabel

Tabel 2.1. Luas Total Lahan Untuk Pemasyarakatan …………………………….11

Tabel 3.1. Jumlah Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo ………………………..19

Tabel 3.2. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota ……20

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ……………………………………….….43

Tabel 4.2. Personil Pelaksana Kegiatan …………………………………………..43

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III iv


BAB I
PANDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tujuan pembangunan nasional di segala bidang adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Perkembangan dan dinamika
pembangunan nasional memberikan hasil yang positif namun juga membawa
konsekuensi adanya perubahan yang bersifat negatif diantaranya adalah
munculnya aksi kriminalitas.

Keterlibatan wanita sebagai pelaku kriminalitas bukan merupakan sesuatu yang


baru, walaupun keterlibatan ini relatif lebih kecil dibandingkan pria. Tindakan
kriminal dilakukan wanita dalam bentuk kejahatan dan pelanggaran umumnya
disebabkan oleh faktor tekanan ekonomi yang tidak dapat dihindarinya.

Di hadapan hukum pelaku kriminal dianggap bersalah dan harus dipidana sesuai
dengan tingkat kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan, sehingga harus
menjalani proses hukum di suatu tempat khusus dengan harapan suatu saat
dapat kembali ke masyarakat setelah menyadari kesalahannya dan meperbaiki
dirinya. Untuk mewadahi para pelaku kriminal tersebut diperlukan wadah sebagai
tempat pembinaan sekaligus sebagai tempat pelaksanaan hukuman pidana yang
saat ini di kenal dengan Lembaga Permasyarakatan.

Dalam pelaksanaan Lembaga Pemasyarakatan yang efektif, setidaknya terdapat


beberapa penggolongan Lembaga Pemasyarakatan seperti yang tertulis dalam
UU No 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Dalam pasal 12 ayat 1 dituliskan
bahwa “Dalam rangka pembinaan terhadap narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan dilakukan penggolongan atas dasar: a). Umur; b). Jenis
kelamin; c) Lama pidana yang dijatuhkan; d) Jenis kejahatan; (e) Kriteria lain
yang sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan”. Kemudian
dalam ayat 2 dinyatakan bahwa “Pembinaan narapidana wanita dilaksanakan

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 1


Lembaga Pemasyarakatan Wanita”. Tujuannya untuk memisahkan antara
narapidana wanita dengan narapidana laki-laki demi faktor keamanan dan
psikologis.

Di daerah Gorontalo, lembaga pemasyarakatan untuk wanita saat ini masih


menyatu dengan pemasyarakatan pria, namun tidak bercampur aduk karena
dilakukan pemisahan berdasarkan blok huniannya. Meskipun begitu, tetap saja
secara privasi sulit untuk melakukan aktifitas-aktifitas pembinaan karena secara
fisiki dan psikis terdapat perbedaan yang jauh antara laki-laki dan perempuan
terutama dalam hal pembinaan didalam lembaga pemasyarakatan.

Dengan adanya kegiatan perencanaan pembangunan lembaga pemasyarakatan


khusus perempuan diharapkan mampu memaksimalkan program pembinaan
narapidana perempuan sehingga dapat…..

1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran


1.2.1. Maksud

Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun dokumen perencanaan


Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas III
Gorontalo.

1.2.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini yakni tersusunnya dokumen perencanaan


Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas III
Gorontalo yang berlokasi di Kabupaten Gorontalo, Tahun Anggaran 2018
sehingga tercapainya tujuan pembangunan secara maksimal dan
operasional,

1.2.3. Sasaran

Sasaran dari kegiatan perencanaan Pembangunan Lembaga


Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas III Gorontalo adalah terwujudnya
suatu perencanaan yang komprehensif baik ditinjau dari aspek arsitektural
dan struktural maupun dari aspek ekonomis serta tahapan-tahapan
pelaksanaan kegiatan pembangunan dan prasarana yang diterjemahkan
secara fisik berdasarkan aturan teknis yang yang berlaku.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 2


1.3. Ruang Lingkup
1.3.1. Lingkup Wilayah

Wilayah perencanaan Pembangunan LPP Kelas III Gorontalo adalah di


area lahan milik Kementrian Hukum dan HAM R.I., Kantor Wilayah
Gorontalo yang berada di Jl. Sude Kau, Kelurahan Hutuo, Kecamatan
Limboto, Kabupaten Gorontalo.

1.3.2. Lingkup Kegiatan

Produk perencanaan agar dapat berhasil guna dan berdayaguna maka


dalam proses pelaksanaannya harus mengikuti standar dan persyaratan
serta kaiadah-kaidah perencanaan sesuai dengan jenis perencanaannya.

Oleh karena itu perlu dirumuskan tahapan setiap pelaksanaan kegiatan


sebagai berikut:

Gambar 1.1. Lingkup Kegiatan Perencanaan Pembangunan


LPP Kelas III Gorontalo

Berdasarkan KAK, Ruang lingkup pekerjaan Konsultan Perencana dalam


melaksanakan pekerjaan ini adalah :

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 3


a. Dokumen perencanaan Pembangunan LPP Kelas III Gorontalo.
b. Melakukan pekerjaan perencanaan pembangunan infrastruktur sesuai
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta mengacu pada pedoman
teknis dan standar mutu untuk Pembangunan gedung pemerintah yang
termaktub dalam spesifikasi bangunan gedung negara.
c. Melakukan tahapan pekerjaan perencanaan yang meliputi : survey dan
indetifikasi data, proses analisa data, prarancangan/pradesain, gambar
desain dan detail, rencana anggaran biaya (RAB), dokumen rencana
kerja dan syarat-syarat, laporan perencanaan.
d. Melakukan Asistensi dan Presentase hasil perencanaan dihadapan
Pejabat yang terkait.
e. Membuat hasil perencanaan dalam bentuk File CD Program dan diserah
kepada KPA/PPK/PPTK selambat – lambatnya akhir Kontrak pekerjaan.

1.3.3. Lingkup Materi

Keluaran dari kegiatan ini adalah:

a. Penyelidikan tanah berupa laporan hasil sondir


b. Laporan-laporan, yang terdiri dari:
- Laporan Pendahuluan
- Laporan Antara
- Laporan Akhir
c. Dokumen Perencanaan, yang terdiri dari:
- Gambar rencana dan detail (DED)
- RAB dan Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)
- Spesifiksai Teknis
- CD Dokumentasi

1.4. Program Kerja


Keberhasilan pelaksanaan suatu pekerjaan tidak terlepas dan sistem
Pemrograman yang disusun dalam bentuk kerangka kerja atau alur pikir yang
dapat memandu Tim Konsultan dalam melaksanakan pekerjaannya agar dapat
tepat sasaran, tepat waktu dan tepat biaya. Secara garis besar rencana
Pelaksanaan pekerjaan disusun dalam tahapan sebagai berikut.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 4


1.4.1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan tediri dari :


 Membuat program kerja ( pola pikir + jadwal) kegiatan
 Menentukan sasaran, visi, skenario, konsep.
 Mempersiapkan peta dasar kawasan pembangunan
 Menetapkan metode survey
 Menggali sumber data yang terkait
 Melakukan studi literatur
 Menyusun format pendataan/desain survey
 Menyiapkan peralatan survey

1.4.2. Survey dan Pengumpulan Data

Survei Primer, meliputi :


1) Melakukan survey, mengumpulkan data lapangan terkait dengan tata
guna lahan, sistim struktur kota seperti jaringan jalan, sarana dan
prasarana.
2) Saat melakukan survey konsultan disarankan melakukan pengukuran
terhadap luasan area pembangunan, sarana dan prasarana
pendukung (sistim drainase, sampah, jenis vegetasi, listrik, sistim air
bersih, pedestrian, hydrant umum, open space, aksesibitas, dsb), dan
mendokumentasikan data tersebut kedalam desain survey.
Survei Sekunder, meliputi :
Melakukan survey ke instansi terkait serta kelembagaan formal maupun
non formal, dimana konsultan akan mendapatkan program penataan
kawasan lembaga pemasyarakatan yang direncanakan oleh Kementrian
Hukum dan HAM Wilayah Gorontalo.

1.4.3. Kompilasi dan Pemrosesan Data

Mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data primer


maupun sekunder sebagai bahan analisis untuk analisis penyusunan
rencana tindak pembangunan yang diprioritaskan.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 5


1.4.4. Analisis

Melakukan analisis data baik dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif
yang dapat dipakai sebagai bahan untuk merumuskan masalah sebagai
dasar penyusunan konsep rencana tindak pembangunan yang
diprioritaskan.

1.5. Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan pada Laporan Pendahuluan dari kegiatan perencanaan
Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas III Gorontalo
terdiri dari:

Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang dari kegiatan perencanaan Pembangunan LPP
Kelas III Gorontalo, maksud, tujuan dan sasaran kegiatan, ruang lingkup
pelaksanaan kegiatan, keluaran, dasar hukum, serta sistematika pembahasan.

Bab II Tinjuan Pustaka


Bab ini memaparkan mengenai teori-teori mengenai Lembaga Pemasyarakatan,
meliputi pengertian LP, peran dan fungsi, manfaat, tipologi, jenis-jenis LP serta
standar kebutuhan LP.

Bab III Gambaran Umum Wilayah Perencanaan


Bab ini memberikan gambaran secara umum mengenai kawasan perencanaan
berdasarkan hasil pengamatan awal serta studi literatur.

Bab IV Pendekatan dan Metodologi


Bab ini memuat dasar-dasar perencanaan, metode pendekatan, serta
metodologi kegiatan perencanaan Pembangunan LPP Kelas III Gorontalo.

Bab V Rencana Kerja dan Organisasi


Dalam bab ini berisikan rencana kerja dan jadwal pekerjaan, struktur organisasi
serta materi dan teknik penyajian laporan dalam kegiatan perencanaan
Pembangunan LPP Kelas III Gorontalo.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 6


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan (LP)


Berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan,
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan
Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang
merupakan bagian akhir dari system pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta
cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang
dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari
kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat
diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan
bertanggung jawab.

Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk


melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.
Menurut Keputusan Menteri Hukum dan Ham No. M.02-PK.04.10 Tahun 1990,
yang disebut Lembaga Pemasyarakatan adalah unit pelaksana teknis
pemasyarakatan yang menampung, merawat dan membina narapidana.

Berdasarkan beberapa pengertian yang sebutkan pada undang-undang,


Lembaga Pemasyarakatan tidak hanya merupakan tempat untuk membina,
membimbing dan mendidik narapidana, melainkan tujuannya adalah agar setelah
mereka menyelesaikan masa pidananya, mereka memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam menyesuaikan diri sehingga mampu di terima oleh
masyarakat luar.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 7


Penghuni dari Lembaga Pemasyarakatan adalah orang yang kemudiaan
dinyatakan melakukan tindakan melanggar hukum dan telah di putuskan
bersalah melalui proses pengadilan.

2.1.1. Klasifikasi Lembaga Pemasyarakatan (LP)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI, M.01. PL.01.01, tahun


2003, tentang Pola Bangunan Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan
Negara dan Rumah Penyimpanan Barang Sitaan Negara (Departemen
Kehakiman RI, Jakarta 2003). Lembaga Pemasyarakatan memiliki
kelasifikasi sebagai berikut:

A. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I


Lembaga Pemasyarakatan yang berlokasi di ibu kota provinsi daerah
tingkat satu dengan kapasitas lebih dari 500 orang narapidana, dengan
luas lahan minimal kurang lebih 60.000 m2, memiliki bengkel keterampilan
kerja yang lengkap dan memadai, dimana narapidananta dikelompokan
dalam jenis kelasmin, tingkat kejahatan dan usia.

B. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II


Lembaga Pemasyarakatan Kelas II dibedakan menjadi 2, yaitu :
 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA yang berkedudukan di ibu kota
daerah tingkat dua dengan daya tampung 250-500 orang narapidana
dengan luas lahan minimal kurang lebih 40.000 m2.
 Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB, untuk wilayah kabupaten dengan
daya tampung sampai 250 orang dengan luas lahan minimal kurang
lebih 30.000 m2

2.1.2. Jenis Pelayanan Lembaga Pemasyarakatan (LP)

Pengelompokan jenis pelayanan Lembaga Pemasyarakatan didasarkan


atas jenis kelamin, umur dan tingkat kejahatan, yaitu:

1) Lembaga Pemasyaraktan Pria Dewasa (di atas 18 tahun)


a. Lembaga Pemasyarakatan untuk pria dewasa
b. Lembaga Pemasyarakatan untuk pria dewasa khusus politik.
2) Lembaga Pemasyarakatan Wanita Dewasa (di atas 18 tahun)

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 8


a. Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita criminal
b. Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita tuna susila
c. Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita khusus politik.
3) Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria (di dawah 18 tahun)
a. Lembaga Pemasyarakatan untuk pria korban narkotika
b. Lembaga Pemasyarakatan untuk anak pria (kenakalan dan kriminal)
4) Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita (di bawah 18 tahun)
a. Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita korban narkotika
b. Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita (kenakalan dan kriminal)

2.1.3. Pengelompokan Hunian

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 1995


Tentang Pemasyarakatan, BAB I pasal 12 ayat 1, dalam rangka pembinaan
terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan
penggolongan atas dasar:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Lama pidana yang di jatuhkan
4. Jenis Kejahatan
5. Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan
pembinaan.

2.2. Pokok-pokok Pikiran Dalam Penerapan Pola Bangunan


Pemasyarakatan (KEPMEN Kehakiman dan HAM RI No. M.01. PL.01.01
Tahun 2003)
2.2.1. Fungsi dan Tujuan Pola

Secara fungsi, penerapan pola bangunan lembaga pemasyarakatan adalah


sebagai dasar perencanaan untuk menentukan kebutuhan lahan dan
bangunan, sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas.

Tujuan dari penerapan pola bangunan lembaga pemasyarakatan adalah


terwujudnya:
- Keseragaman bentuk, jenis dan ukuran lembaga pemasyarakatan
- Tertib administrasi
- Mempermudah koordinasi dan komunikasi

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 9


- Meningkatkan keamanan, ketertiban, ketentraman dan kenyamanan.

2.2.2. Aspek Lokasi

Dalam penentuan lokasi pembangunan lembaga pemasyarakatan memiliki


kriteria lokasi sebagai berikut:
- Mudah terjangkau, sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang atau
peraturan pemerintah setempat.
- Berada dekat dengan institusi penegak hokum lainnya
- Bebas atau jauh dari kemungkinan bencana alam
- Untuk lokasi yang memiliki keterbatasan lahan dapat dilakukan
pembangunan secara bertingkat.

2.2.3. Aspek Bentuk

- Serasi dengan lingkungan


- Aman bagi lingkungan dan masyarakat sekitar
- Indah (asri dan sejuk)
- Perumahan pegawai disekitar Lapas
- Terdapatnya lapangan terbuka untuk olahraga dan upacara.

2.2.4. Aspek Bangunan

a. Jenis dan luasan bangunan


1) Bangunan pagar
- Pagar keliling : pagar pembatas luar, tembok keliling, pagar
keliling dalam
- Pagar pembatas dalam LP : tembok antar bangunan, pagar
pembatas area LP
2) Bangunan pintu
- Pintu gerbang utama, pintu gerbang kedua
- Pintu pagar keliling dalam, pintu darurat
- Pintu blok/sub-blok, pintu kamar hunian
3) Bangunan jalan
- Jalan masuk pintu utama/pintu darurat
- Jalan inspeksi
- Jalan penghubung antar blok
4) Bangunan gedung

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 10


- Gedung kantor : Kantor utama, kantor teknis dan klinik
kesehatan atau rumah sakit, dapur, BLK, dan tempat ibadah.
- Gedung hunian : hunian tipe 1,3,5, dan 7, hunian islolasi
(pengasingan)
- Gedung saran pendukung (non-standar) : pondasi dalam, tempat
tidur pelat beton, trails besi pengaman dan pintu besi, cat anti-
kimia, tata suara gedung dan lingkungan, jaringan telepon,
elektrikal, interior, instalasi pencegahan dan penanggulangan
kebakaran, dinding panel beton, plafond an atap beton,
pengolahan tapak (tergantung lahan)
5) Bangunan utilitas dan prasarana lingkungan
- Lapangan olah raga dan apel
- Lapangan terbuka dibagian luar tembok keliling pengolahan
limbah
- Pengolahan sampah
- Area parker dan garasi kendaraan instalasi listrik
- Instalasi air kotor
- Instalasi air bersih
- Instalasi telepon
- Instalasi pemadam kebakaran
b. Luasan bangunan
1) Luasan ditentukan berdasarkan jumlah penghuni ditambahkan
dengan sirkulasi 255 dan ruang utilitas 10%
2) Luasan untuk blok hunian adalah 5,4 m 2/orang, untuk kantor adalah
1 m2/ pegawai
3) Luasan untuk bangunan lain ditentukan berdasarkan table lampiran
pola yang disesuaikan dengan kelas LP nya.
4) Luas total lahan yang dibutuhkan adalah:

Tabel 2.1. Luas Total Lahan Untuk Pemasyarakatan


No Jenis Pemasyarakat Satuan Luas Lahan Luas Lahan
dan Ruangan untuk Tidak Bertingkat
Bertingkat
2
1 RUTAN Kelas I M 22.912 68.735
2
2 RUTAN Kelas II M 15.438 46.313
3 LAPAS Kelas I M2 25.327 75.960
4 LAPAS Kelas II M2 17.429 52.288
2
5 BAPAS Kelas I M 5.019 11.976

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 11


2
6 BAPAS Kelas II M 4.482 10.727
7 RUPBASAN Kelas I M2 8.683 10.677
8 RUPBASAN Kelas II M2 6.181 7.565

c. Tata letak bangunan


1) Sistem penataan massa bangunan adalah cluster tertutup
2) Dibagi menjadi 3 zona, yakni public, semipublik/servis, privat/hunian
3) System akses/laluintas terkontor dan terpisah antara kendaraan dan
manusia
4) Proporsi antara ruang terbuka hijau dan bangunan adalah minimal
60:40
5) Jarak antar bangunan minimal y2x ketinggian bangunan tertinggi
6) Perletakan ditentukan berdasarkan topografi/permukaan lahan
d. Prototype sistem bangunan pengamanan (pagar dan pintu)
1) Bangunan pagar
- Pagar pembatas sisi luar : tinggi 5m, transparan, anti panjat
- Tembok keliling : tinggi 7m, pejal, setara beton
bertulang tebal 20-40 cm, berjarak minimal 5 m dari pagar sisi luar
- Pagar keliling dalam : tinggi 4m, transparan, anti panjat,
jarak minimal dengan tembok keliling 6m
- Tembok antar bangunan : tinggi 4m, pejal, setara
beton/pasangan 1 dinding bata, jarak minimal dengan pagar dalam
5m
- Pagar pembatas areal : tinggi 4m, transparan, anti panjat
2) Pintu
- Pintu gerbang utama (untuk kendaraan dan manusia), pejal 3,5m
dan 0,8 x 1,4m (untuk manusia) terbuat dait plat double rangka
baja.
- Pintu gerbang kedua (untuk kendaraan dan manusia), transparan
dari besi trails 22mm, 3,5 x 5m dan 0,8 x 1,4m
- Pintu pagar keliling dalam (brand gang), pejal 3,5 x 4m, plat
double rangka baja.
- Pintu darurat, transparan 3,5 x 4m, lembaran kawat anti panjat
rangka pipa/besi galvanis (untuk pagar pembatas sisi luar) 3,5 x
5m, pejal double plat rangka baja (untuk tembok keliling)

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 12


- Pintu blok/sub blok, 1,9 x 2,4m, 2 daun pintu, pejal, double plat
rangka baja. Pintu kamar hunian 0,7 x 2,1m, transparan, teralis
besi diameter 22mm jarak 10 cm, diperkuat dengan ornamesh dan
plat pada beberapa bagian.
e. Prototype sistem bangunan pengaman (bangunan pos jaga)
1) Pos utama : berada pada steril area
2) Pos atas (menara) : antar pos berjarak maksimal 100m
3) Pos bawah : disesuaikan titik perletakannya tergantung
zonanya
4) Pos blok hunian : terletak didepan blok hunian

2.3. Aturan Dasar Perencanaan


Dalam skala keseluruhan tapak harus mampu sebagai sarana utama
pengamanan, pengendali lingkungan, sarana rekreatif/pembinaan serta
penyeimbang lingkungan.

- Ruang Terbuka Hijau (RTH)


- Sarana jalan dan parkir
- Sarana lingkungan (saluran sampah, dan lain-lain)
- Pagar luar, pagar utama, pagar dalam, dll
- Jarak antar bangunan, luasan bangunan dan tata letak terhadap lingkungan
- Menara jaga, pos jaga
- Ukuran ruang (space requirement) berdasarkan studi gerak dan standard
yang berlaku.
- Hunian : 5,4 m2 per penghuni (antropomentri minimal)
- Kantor : 10m2 per pegawai (standard pemerintah)
- Fasilitas pendukung : disesuakan dengan kebutuhan minimal
- Ruang antrian : 2 orang /m2
- Kecepatan orang berjalan : 1m / detik
- Rasio KDB maksimum : 60:40
- Rasio KLB : maksimum 3 lantai (ergonomic, ekonomis,
psikologis)
Pembebanan
- Beban mati (bahan bangunan) : 2ton/m 2
- Beban hidup (manusia) : 300kg/m2

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 13


- Beban angin : 25kg/m2
- Beban gempa : maksimum
- Daya dukung tanah : 75ton/m2
Utilitas
- Kebutuhan air bersih : 50 liter/orang 1 hari
- Buangan limbah kotor : 0,1m2/orang
- Curah hujan : 3002
- Beban listrik : 30 watt/rrr’
- Pencegah kebakaran : hidranfire extenghuiser
- Beban ac : 40-50 m2/tr
- Bukaan ventilasi : 20% luas permukaan
- Pertukaran udara : 32m2/orang/jam

2.3.1. Sistem Hunian Lembaga Pemasyarakatan

Masalah hunian merupakan masalah yang paling mendasar dalam


pembinaan narapidana. Sedangkan penerapannya pada lembaga
pemasyarakatan di Indonesia dsiesuaikan dengan konsep
pemasyarakatan. Sistem hunian pada sebuah lapas sangat berpengaruh
terhadap kemudahan dalam pengawan dan pembinaan, dalam system ini
narapidana dapat diatur kapan harus didalam sel dan diluar sel.
1) Sistem solitary/sel
Sistem ini juga disebut sistem Pennsylvania yang mengharuskan
narapidana berada dalam sel untuk siang maupun malam hari dan
melakukan segala aktifitasnya didalam sel seorang diri. Sel-sel hunian
berada pada sisi luar denga koridor pada sis sebelah dalam diantara
sel-sel yang saling beerhadapan membentuk pola-pola radial.

Gambar 2.1. Ghenk Prison di Amerika

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 14


2) Sistem blok terpisah
Sistem ini mengahuskan narapidana untuk tinggal pada blok yang
terpisah yang tersusun secara paralel, dimana pada setiap sel dihuni
oleh sekelompok besar narapidana. Sel-sel terletak pada sisi luar
dengan koridor ditengah.

Gambar 2.2. Wormwood Scrubs Prison di London

3) Sistem auburun/silent system


Pada sistem ini narapidana bekerjasama pada siang hari dan tidur di sel
pada malam hari. Sel-sel hunian berada pada sisi dalam (saling
membelakangi) dengan koridor pada sisi luar serta membentuk persegi
empat memanjang.

Gambar 2.3. Auburn Prison di Amerika

4) Sistem Pendaerahan Keamanan/Security Zones System


Sistem Ini Cenderung untuk menggunakan pendaerahan keamanan
untuk penempatan narapidana yang berdasarkan pada tingkat
kejahatan, latar belakang serta lamanya hukuman narapidana tersebut.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 15


Gambar 2.4. Lousana State Penitentiary di Amerika

5) Sistem Paviliun
Sistem ini mengelompokkan narapidana dalam blok-blok hunian yang
terdiri dari 12-36 orang. Dalam blok hunian masih terbagi menjadi
kamar-kamar hunian yang terdiri dari 1-3 orang narapidana. Pada siang
hari para narapidana diberi kebebasan untuk bekerja dan berkumpul
bersama pada ruang istirahat atau di ruang makan, dan pada malam
hari narapidana tersebut berada didalam kamar hunian.

Gambar 2.5. South Carolina Womens Institue di Amerika

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 16


2.3.2. Sistem Keamanan Lembaga Pemasyarakatan

Dipandang dari segi kemananannya lembaga pemasyarakatan


melaksanakan pengawasan pada narapidana menjadi tiga tingkatan, yaitu:

1) Maximum Security
a. Pengawasan bersifat ketat, dimana narapidana ditempatkan dalam
sel-sel tunggal.
b. Pengawasan bagi narapidana yang baru masuk LP hingga 1/3 masa
hukmannya belum mengenal dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya (masa orientasi ± 30 hari), dinilai berbahaya dan
narapidana yang melanggar tata tertib LP, semua kegiatan dilakukan
didalam blok-blok hunian.
c. Tempat narapidana bekerja mendapat pengawasan dan pembinaan
oleh petugas LP dan dilakuakan didalam blok-blok hunian.
2) Medium Security
a. Sistem pengamanan tidak terlalu ketat
b. Pengawasan terhadap narapidana yang telah menjalani 1/3 masa
hukuman dan sudah bekerja pada workshop yang ada didalam LP
dan sudah dapat malakukan penyesuaian diri dengan linglungan LP,
telah mentaati tata tertib dalam lembaga serta bekerja tekun dan
disiplin.
c. Interaksi antara narapidana dan masyarakat lebih banyak namun
tetap dilakukan didalam lembaga.
d. Penempatan narapidana didalam kamar hunian dan bukan lagi pada
sel tunggu.
3) Minimum Security
a. Sistem pengawasan bersifat ringan
b. Pengawasan terhadap narapidana yang telah menjalani ½ dari masa
hukumannya dan dinilai dapat berhubungan dengan masyarakat
serta dianggap belelakuan baik.
c. Hubugan dengan masyarakat lebih bebas (program asimilasi),
diperbolehkan berada diluar LP dan disore hari harus kembali.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 17


BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1. Gambaran Umum Provinsi Gorontalo


Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi termuda di Indonesia pada
saat ini. Provinsi tersebut lahir sebagai hasil pemekaran dari Propinsi Sulawesi
Utara yang ditetapkan berdasarkanUndang-Undang No. 38 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Gorontalo. Wilayah yang dipisah dari Provinsi Sulawesi
Utarapada saat itu adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Kota
Gorontalo.Secara geografis Provinsi Gorontalo terletak di antara koordinat
121o23’BT hingga 123o43’BT dan 0o19’hingga 1o15’LU, dan secara fisikberada di
dalam batas-batas spasial berikut:

 Sebelah Utara: Laut Sulawesi dan Kab. Buol (Sulawesi Tengah)


 Sebelah Barat: Kabupaten Donggala (Sulawesi Tengah)
 Sebelah Selatan: Teluk Tomini
 Sebelah Timur: Kab. Bolaang Mongondow Utara (Sulawesi Utara).

Luas daratan Provinsi Gorontalo lebih kurang 6,5% dari luas Pulau Sulawesi.
Serupa dengankondisi topografi wilayah Pulau Sulawesisecara umum,Provinsi
Gorontalo merupakan wilayah yang memiliki banyak perbukitan. Kondisi topografi
Provinsi Gorontalo didominasi oleh pegunungan dan bukit yang berada pada
ketinggian 100 sampai ketinggian lebih dari 2.000 m dari permukaan laut. Hanya
saja wilayah ini tidak memiliki gunung api yang masih aktif. Gunung Tabongo di
Kabupaten Boalemo merupakan gunung yang tertinggi, sedangkan Gunung Litu
Litu di Kabupaten Gorontalo merupakan gunung terendah.

Di samping mempunyai banyak gunung, provinsi ini juga dilintasi banyak sungai.
Sungai terpanjang adalah Sungai Paguyaman yang terletak di Kabupaten
Boalemo dengan panjang aliran 99,3 km. Sedangkan sungai yang terpendek

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 18


adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang terletak di Kabupaten
Gorontalo Utara.Penutuplahan di Provinsi Gorontalo didominasi oleh hutan
sedangkan penggunaan lahan untuk permukiman lebih banyak berada pada
daerah pesisir,baik pesisir utara maupun pesisir selatan. Namun demikian ada
pula kawasan permukiman yang terdapat di bagian tengah wilayah provinsi ini,
yaitu di daerah sekitar Isimu dan Limboto.

3.1.1. Wilayah Administratif

Provinsi Gorontalo memiliki luas wilayah sebesar 12.215,45 km2 yang


secara administratif dibagi ke dalam 5 (lima) kabupaten dan 1 (satu) kota.
Pada tahun 2013, Provinsi Gorontalo terdiri dari 77 Kecamatan dan 735
Desa/ Kelurahan. Apabila dibandingkan dengan wilayah Indonesia yang
memiliki luas daratan sebesar 1.922.570 km2, dan Pulau Sulawesi dengan
luasan daratan sebesar 189.216 km2, maka persentase luasan wilayah
Provinsi Gorontalo adalah 0,64% dari total luas wilayah daratan Indonesia
dan sekitar 6,5% dari luas wilayah Pulau Sulawesi.

Jika ditinjau dari luas wilayahnya, yaitu dari total 12.215,44 Km2,
Kabupaten Pohuwato merupakan daerah terluas, yaitu 4.244,31 Km2 atau
sekitar 34,75 persen, kemudian Kabupaten Boalemo mempunyai luas
2.567,36 Km2 atau sekitar 21,02 persen, dan Kota Gorontalo mempunyai
luas hanya 64,79 Km2 atau hanya sekitar 1,00 persen.

Tabel 3.1. Jumlah Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 19


Gambar 3.1. Peta Wilayah Provinsi Gorontalo

3.1.2. Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Gorontalo pada tahun 2016 sebanyak 1.150.765


jiwa, yang terdiri dari 576.482 jiwa penduduk laki-laki dan 574.283 jiwa
penduduk perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Gorontalo dari tahun
2015 mencapai 1,55 persen. Kepadatan penduduk terbanyak berada di
Kota Gorontalo dengan 3.130 jiwa/ km2. Sedangkan wilayah dengan
kepadatan penduduk terkecil adalah Kabupaten Pohuwato, yaitu hanya
sekitar 34 jiwa/km2.

Tabel 3.2. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 20


3.1.3. Tenaga Kerja

Pada tahun 2016, jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang termasuk
angkatan kerja sebanyak 562.196 jiwa dengan tingkat partisipasi angkatan
kerja sebesar 67,89 persen. Berdasarkan pendidikan tertinggi yang
ditamatkan, jumlah angkatan kerja terbanyak merupakan lulusan SD
sebesar 165.423 jiwa. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, jumlah
penduduk yang bekerja sebanyak 546.668 jiwa sedangkan penduduk yang
menganggur sebanyak 15.528 jiwa dengan tingkat pengangguran terbuka
sebesar 2,76 persen.

Lapangan pekerjaan utama dengan jumlah pekerja laki-laki terbanyak


adalah pada kelompok pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan
yaitu sebesar 167.445 jiwa. Sedangkan pekerja perempuan banyak bekerja
pada jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan yaitu sebesar 137.175
jiwa. Jumlah penduduk menurut status pekerjaan utama didominasi oleh
buruh, karyawan, maupun pegawai sebesar 196.671 jiwa.

Jumlah pencari kerja terbanyak menurut tingkat pendidikan yang


ditamatkan di provinsi ini adalah lulusan SMA sebesar 13.968 jiwa dan
klasifikasi jabatan yang paling banyak dicari adalah tenaga tata usaha
sebesar 7.611 jiwa pencari kerja. Adapun upah minimum regional di
Provinsi Gorontalo tahun 2016 sebesar 75.000 rupiah/hari dan 1.875.000
rupiah/bulan.

3.1.4. Topografi

Permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagian besar adalah per-bukitan.


Oleh karenanya, provinsi ini mempunyai banyak gunung dengan ketinggian
yang berbeda-beda. Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten Boalemo
merupakan gunung yang tertinggi di Provinsi Gorontalo. Se-dangkan
Gunung Litu-Litu yang terletak di Kabupaten Gorontalo meru-pakan gunung
yang terendah. Di samping mempunyai banyak gunung, provinsi ini juga
dilintasi banyak sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Paguyaman yang
terletak di Kabupaten Boalemo dengan panjang aliran 99,3 km. Sedangkan

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 21


sungai yang terpendek adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3
km yang terletak di Kabupaten Gorontalo Utara.

3.1.5. Iklim

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Dengan
kondisi wilayah Provinsi Gorontalo yang letaknya di dekat garis
khatulistiwa, menjadikan daerah ini mempunyai suhu udara yang cukup
panas. Suhu minimum terjadi di bulan Agustus yaitu 23,3 oC. Sedangkan
suhu maksimum terjadi di bulan April 34,7 oC. Jadi selama setahun suhu
udara rata-rata Provinsi Gorontalo berkisar antara 26,0 – 28,6 oC.

Provinsi Gorontalo memiliki kelembaban udara yang relatif tinggi, rata-rata


kelembaban udara pada tahun 2016 mencapai 79,8 persen. Sedangkan
untuk curah hujan tertinggi terdapat di bulan Oktober yaitu 323 mm dan
jumlah hari hujan terbanyak juga ada pada bulan Mei sebanyak 23 hari.
Rata-rata kecepatan angin pada tahun 2016 yang tercatat oleh stasiun
Meteorologi umumnya merata untuk setiap bulannya yaitu berkisar antara
11 – 23 knot.

3.1.6. Kesehatan

Ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang cukup


merupakan hal penting untuk memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat.
Pada tahun 2016, di Provinsi Gorontalo terdapat 9 rumah sakit dan 93 unit
puskesmas. Sementara itu, jumlah tenaga medis di Provinsi Gorontalo
sebanyak 122 dokter ahli, 235 dokter umum, 53 dokter gigi, 865 bidan, 197
farmasi dan 1.788 perawat.

Kelahiran bayi di Provinsi Gorontalo tahun 2016 sebesar 96,88 persen


ditolong oleh tenaga kesehatan. Selain itu, penyakit terbanyak di Provinsi
Gorontalo adalah influenza dengan 122.748 kasus. Kemudian, jumlah
kasus HIV/AIDS sebesar 48.

3.1.7. Pendidikan

Peningkatan sumber daya manusia dewasa ini lebih difokuskan pada


pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 22


mengenyam pendidikan, terutama penduduk usia sekolah (umur 7-24
tahun). Penduduk usia sekolah di Provinsi Gorontalo tahun 2016 yang
mengenyam pendidikan sebesar 70,18 persen. Angka Partisipasi Kasar
(APK) pada jenjang SD/MI sebesar 108,34 menunjukkan bahwa terdapat
8,34 persen penduduk yang tidak berusia 7-12 tahun bersekolah di SD.
Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) terkecil berada pada jenjang
SMA/SMK/MA sebesar 56,37 menunjukkan bahwa hanya 56,37 persen
penduduk usia 16 tahun ke atas yang bersekolah di SMA/SMK/MA.

Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan


sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan
data Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo, pada tahun 2016 di Provinsi
Gorontalo terdapat 1.024 SD/MI, 394 SMP/MTs, dan 157 SMA/SMK/MA.

Selain sarana fisik yang memadai, ketersediaan tenaga pengajar yang


cukup merupakan salah satu faktor penunjang dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Rasio murid-guru menjadi salah satu komponen penting dalam
menciptakan kualitas kegiatan pengajaran. Standar rasio murid-guru yang
baik adalah 20. Provinsi Gorontalo memiliki rasio murid-guru yang baik
pada jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas.

3.1.8. Kriminalitas

Berdasarkan laporan kasus criminal Kepolisian Daerah Gorontalo, jumlah


kasus terbanyak masing-masing kantor polisi yaitu kasus penganiayaan
yang banyak dilaporkan di Polres Boalemo sebesar 116 kasus, Polres
Gorontalo sebesar 557, Polres Pohuwato sebesar 155 kasus, Polres Bone
Bolango sebesar 234 kasus, dan Polda Gorontalo sebesar 36 kasus.
Sedangkan pada Polres Kota Gorontalo, kasus terbanyak yang di laporkan
adalah kasus pencurian.

Jumlah narapidana di Provinsi Gorontalo meningkat dari tahun


sebelumnya, yaitu menjadi 766 napi. Berdasarkan data Kanwil
Kemenkumham Provinsi Gorontalo, jenis perkara terbanyak adalah
masalah perlindungan anak yaitu 262 laki-laki dan 1 perempuan.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 23


3.1.9. Transportasi

Pada tahun 2015 panjang jalan negara di Provinsi Gorontalo terjadi


perubahan dari tahun sebelumya. Panjang jalan negara di Provinsi
Gorontalo yaitu 748,60 km, jalan provinsi sepanjang 432,51 km dan jalan
kabupaten sepanjang 3.637,55 km. Dilihat dari jenis permukaannya, jalan
negara dan provinsi yang ada di Provinsi Gorontalo terdiri dari 81,07
persen jalan beraspal; 9,61 persen jalan berkerikil dan 9,27 persen jalan
sisanya masih berupa tanah.

Jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Gorontalo pada tahun 2016


mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Tercatat dalam
kurun 2015-2016 jumlah kendaraan bermotor, dimana pada tahun 2015
jumlah sepeda motor di Provinsi Gorontalo adalah sebesar 276.294,
meningkat menjadi 298.575 sepeda motor di tahun 2016. Jumlah kapal
yang melalui pelabuhan Provinsi Gorontalo sebanyak 2.442 kapal dengan
4.575 penumpang naik dan 5.405 penumpang turun.

Pesawat tiba di Provinsi Gorontalo sebanyak 2.747 pesawat lebih banyak


dari pada pesawat berangkat sebanyak 2.455 pesawat. Demikian juga
penumpang berangkat sebesar 288.011 orang lebih banyak daripada
penumpang tiba hanya 285.410 orang.

3.2. Gambaran Umum Kabupaten Gorontalo


3.2.1. Wilayah Administratif

Kabupaten Gorontalo memiliki potensi geografi yang spesifik yaitu Danau


Limboto seluas 30 km2 dengan kedalaman 2,5 m yang membentang di 3
Kecamatan ( Telaga, Limboto dan Batudaa ) juga merupakan salah satu
area konservasi alam dan kegiatan ekonomi rakyat ( perikanan ).

Secara geografi wilayah Kabupaten Gorontalo terletak antara 0o 30’ – 0o 54


Lintang Utara dan 122o 07’ – 123o 44’ Bujur Timur pada tahun 2011 dengan
luas wilayah daratan seluas 2.202,58 Km 2. Kecamatan dengan area yang
terbesar adalah Asparaga yaitu 534.99 Km 2 luas Kabupaten Gorontalo
sedangkan yang terkecil adalah kecamatan Talaga Jaya, yaitu 4,98 Km 2

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 24


luas Kabupaten Gorontalo. Kabupaten Gorontalo secara administratif terdiri
dari 19 Kecamatan, dan terdiri dari 205 desa.

Batas wilayah daerah adalah sebagai berikut :

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Boalemo


 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo dan Kota
Gorontalo
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Gorontalo Utara.

Berdasarkan data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)


Kabupaten Gorontalo, pada Tabel luas wilayah menurut kecamatan di
Kabupaten Gorontalo pada tahun terakhir tahun 2016 di atas secara
keseluruhan memiliki luasan sekitar 2.207,58 km². dengan luas wilayah
terbesar terdapat pada kecamatan Asparaga dengan Luasan sekitar
534,99 km². Berikut merupakan grafik presentasi luas kabupaten Gorontalo
tahun 2016.

3.2.2. Penduduk

Penduduk Kabupaten Gorontalo berdasarkan proyeksi penduduk BPS


tahun 2016 sebanyak 372.856 jiwa yang terdiri atas 186.388 jiwa penduduk
lakilaki dan 186.468 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan dengan
proyeksi jumlah penduduk tahun 2016, penduduk Kabupaten Gorontalo
mengalami pertumbuhan sebesar 0,65 persen dengan masing-masing
persentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 0,69 persen dan
penduduk perempuan sebesar 0,61 persen. Sementara itu besarnya angka
rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki terhadap penduduk
perempuan sebesar 99,96.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Gorontalo tahun 2016 mencapai 184


jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per keluarga 3 orang.
Kepadatan Penduduk di 19 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan
penduduk tertinggi terletak di kecamatan Tilango dengan kepadatan
sebesar 2.585 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Asparaga sebesar 32
jiwa/Km2.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 25


Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2015 sebesar 61,63,
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang
mencapai 62,20. Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
mengalami penurunan yaitu dari 3,89 di tahun 2014 menjadi di tahun 3,62
di tahun 2015.

3.2.3. Iklim dan Topografi

Kabupaten Gorontalo pada umumnya merupakan daerah tropis yang


terdapat 2 musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada bulan
Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak
banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau.

Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak
berasal dari Asia dan Samudra Pasifik sehingga terjadi musim hujan.
Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan pada bulan April - Mei dan Oktober - November. Secara umum,
gambaran iklim di wilayah kabupaten Gorontalo adalah:

a. Curah hujan dan hari hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun
pengamatan. Rata – rata cura hujan tertinggi di tahun 2016 berkisar 323
mm dan jumlah hari hujan 174.
b. Suhu udara di suatu tempat antara lain di tentukan oleh tinggi
rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari
pantai. Pada tahun 2016 suhu udara rata – rata berkisar antara 23,3o C
sampai 33,5o C.

3.2.4. Penataan Ruang

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo sebagaimana


tercantum dalam RTRW Kabupaten Gorontalo 2012-2032 adalah
berfungsi:

a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah Kabupaten


Gorontalo yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam wilayah
Kabupaten Gorontalo, dan

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 26


b. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang
keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang
ada dalam wilayah Kabupaten Gorontalo, terutama pada pusat-pusat
kegiatan/perkotaan yang ada.

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo dirumuskan


berdasarkan :

a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Gorontalo.


b. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah Kabupaten
Gorontalo dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi.
c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah Kabupaten
Gorontalo, dan
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Gorontalo dirumuskan dengan


kriteria :

a. Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur


ruang wilayah Provinsi Gorontalo, dan memperhatikan rencana
struktur ruang wilayah kabupaten yang berbatasan.
b. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan pada wilayah Kabupaten Gorontalo.
c. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Gorontalo memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Terdiri atas Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih
tinggi yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo yang
kewenangan penentuannya ada pada Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi Gorontalo.
2) Memuat penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL).
3) Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang
wilayah Kabupaten Gorontalo serta saling terkait menjadi satu
kesatuan system wilayah Kabupaten Gorontalo.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 27


4) Sistem jaringan prasarana Kabupaten Gorontalo dibentuk oleh
system jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana
utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya
sesuai dengan kebutuhan wilayah.

Dalam RTRW Provinsi Gorontalo secara eksplisit menyebutkan bahwa


Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) minimal berfungsi sebagai (i) pusat jasa
pelayanan keuangan/perbankan yang melayani beberapa kabupaten; (ii)
pusat pengolahan/pengumpulan barang yang melayani beberapa
kabupaten; (iii) simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten;
serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya untuk beberapa kabupaten.

Sementara untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) minimal berfungsi sebagai (i)
pusat pengolahan/pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan
beberapa kecamatan kabupaten tetangga, (ii) simpul transportasi yang
melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga; (iii)
jasa pemerintahan kabupaten, serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya
untuk kabupaten dan/atau beberapa kecamatan.

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Gorontalo merupakan rencana


distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten Gorontalo yang
meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Gorontalo berfungsi :

a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi


masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah
Kabupaten Gorontalo.
b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang.
c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah
lima tahunan untuk dua puluh tahun, dan
d. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah
Kabupaten Gorontalo.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 28


Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Gorontalo dirumus kan dengan
kriteria :

a. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta


rencana rincinya.
b. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi
Gorontalo beserta rencana rincinya.
c. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional
yang berada di wilayah Kabupaten Gorontalo.
d. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten yang
berbatasan.

3.3. Gambaran Umum Kawasan Perencanaan


3.3.1. Batasan Area Perencanaan

Lokasi perencanaan Pembangunan LPP Kelas III Gorontalo berada di


lahan milik Kementrian Hukum dan HAM R.I., Kantor Wilayah Gorontalo
yang berada di Jl. Sude Kau, Kelurahan Hutuo, Kecamatan Limboto,
Kabupaten Gorontalo.

Gambar 3.2. Batas-batas Area Perencanaan

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 29


Adapun batasan lahan Kawasan adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Perkebunan dan Perumahan


b. Sebelah timur : Sungai
c. Sebelah selatan : Perkebunan dan Perumahan
d. Sebelah barat : Jalan Lokal (Jl. Sude Kau)

3.3.2. Kondisi Fisik

Kawasan perencanaan ini merupakan kawasan yang keseluruhannya


masih lahan kosong yang sebagian besarnya difungsikan sebagai ladang/
kebun kelapa dan jagung dengan posisi tersebut mengakibatkan kawasan
perencanaan ini menjadikan kawasan ini berpotensi untuk dikembangkan.
Selain itu, disepanjang jalan kawasan perencanaan ini berfungsi sebagai
hunian.

3.3.3. Kondisi Utilitas Kawasan

1) Jaringan Air Bersih


Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang dapat menunjang
kehidupan sehari-hari masyarakat. Air bersih digunakan untuk keperluan
memasak, minum, mandi, cuci, serta keperluan lainnya. Kebutuhan air
bersih akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk.
Pelayanan air bersih kawasan perencanaan dilayani oleh PDAM Kab.
Gorontalo. Rata-rata masyarakat sudah dilayani oleh jaringan perpipaan
yang terhubung ke masing-masing rumah. Pelayanan air bersih di
kawasan perencanaan meliputi kawasan Perumahan disekitarnya.
2) Jaringan Drainase
Jaringan drainase pada kawasan perencanaan belum tersedia. Untuk
area perumahan, masyarakat membuat drainase secara individual
didepan rumah masing-masing.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 30


Gambar 3.3. Kondisi Drainase di Depan Area Perencanaan

3) Jaringan Listrik
Pelayanan jaringan listrik pada kawasan perencanaan dilayani oleh PLN
Kab. Gorontalo.Sistem penerangan dan distribusi listrik sudah menyebar
merata di seluruh kawasan perencanaan. Sistem penerangan ini
didistribusikan PLN dengan pola penyebaran melalui jaringan tiang listrik
yang umumnya terdapat di sekitar jalan utama, lokal dan lingkungan
dengan tegangan tinggi SUTT, menengah dan rendah. Untuk SUTM
hampir semua kelurahan dilalui jaringan ini. Secara keseluruhan saluran
tersebut melewati jalan utama kawasan perencanaan. Sedangkan
SUTR melewati jalan lingkungan yang nantinya akan disalurkan ke
rumah-rumah penduduk.

Gambar 3.4. Kondisi Jaringan Listrik Di Sekitar Kawasan Perencanaan

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 31


4) Jaringan Limbah dan Sanitasi
Pengelolaan air limbah di kawasan perencanaan dilakukan secara
individu dengan membuat septic tank dan sumur resapan.
5) Jaringan Persampahan
Pengelolaan sampah dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Gorontalo. Poka pelayanan sampah di kawasan
perencanaan adalah sebagai berikut :
 Pola individual langsung diangkut oleh dump truck dan truk kayu dari
rumah ke rumah pada jalan-jalan yang dapat dilalui truk.
 Pola individual tidak langsung diangkut dengan gerobak dari rumah
ke rumah kemudian dikumpulkan di TPS bak pasangan bata 0,5 - 2
m3 dan container 6 m3, untuk selanjutnya diangkut dengan
menggunakan truk menuju TPA.
 Pola komunal langsung dilakukan oleh masyarakat dengan cara
membuang sampah langsung ke TPS terdekat atau container
terdekat.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 32


BAB IV
PENDEKATAN &
METODOLOGI

4.1. Metode Pelaksanaan Kegiatan


Tahap Kegiatan jasa konsultansi Konsultan Perencanaan Pembangunan
Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III Gorontalo mengacu pada tujuan
dan sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini. Kegiatan jasa konsultansi
Perencanaan Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III
Gorontalo dilakukan melalui beberapa tahapan.

4.1.1. Persiapan

Kegiatan Persiapan mencakup kegiatan memenuhi persyaratan


administrasi maupun teknis baik yang dilakukan pihak konsultan pelaksana
pekerjaan maupun pihak pemberi pekerjaan. Termasuk kegiatan persiapan
antara lain :
a. Penyusunan kelengkapan administrasi dan kebutuhan data atau
informasi dilapangan
b. Persiapan administrasi proyek seperti surat kontrak, surat ijin survey,
serta adminitrasi lainnya yang mendukung pelaksanaan pekerjaan pada
tahap awal
c. Penyusunan sumber dan pembiayaan kegiatan

4.1.2. Pendataan dan Identifikasi Lapangan

Tahap pendataan dan identifikasi merupakan tahapan awal dari jasa


konsultansi Perencanaan Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas III Gorontalo diharapkan pada tahap ini menghasilkan
profil mengenai kondisi gedung dengan rincian tujuan yang hendak dicapai
pada tahap ini adalah :
a. Mengetahui gambaran umum, status, kedudukan dan informasi terkait;

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 33


b. Mengetahui aspek-aspek perencanaan yang menonjol dan kritis untuk
segera ditangani;
Tahap pendataan dan identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain :
 Interview/Wawancara terhadap pihak terkait
 Survey dan Observasi Lapangan, yang meliputi pengumpulan data
langsung dari lapangan dan pengamatan langsung. Hasil survey dan
observasi akan diuraikan secara jelas dan akurat sehingga dapat
teridentifikasi potensi-potensi dan permasalahan di lapangan.
 Survey instansional, dilakukan pada Dinas/Instansi, perusahaan atau
intansi baik pemerintah maupun swasta untuk mengumpulkan data-data
baik kuantitatif dalam berbagai aspek yang terkait dengan jasa
konsultansi Perencanaan Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas III Gorontalo.
Hasil pendataan dan identifikasi secara lengkap selanjutnya akan diolah
pada tahap kompilasi dan pengolahan data, yaitu dengan pengorganisasin
data, mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan uraian-uraian
sehingga dapat dipilah-pilah antara data yang terkait (relevan), kurang
terkait atau tidak terkait dengan Perencanaan

Keseluruhan hasil pendataan dan identifikasi pada tahap tersebut harus


dapat ditampilkan secara jelas dan sistematis dalam Laporan Pendataan
dan Identifikasi, baik dalam bentuk uraian narasi (deksriptif), gambar,
skema, tabel-tabel, sehingga dapat memberikan gambaran terhadap
proses dan hasil-hasil pendataan dan identifikasi yang telah dilakukan.

4.1.3. Survay dan Pengukuran

Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan


terhadap survey detail lanjutan diantaranya, survey topografi, survey
geologi dan geoteknik, survey bahan quarry, survey hidrologi / hidrolik,
jenis konstruksi serta metode pelaksanaan sehingga diperoleh suatu
perencanaan detail desain yang matang, semua kegiatan survey harus
dibuatkan laporan sebagai data awal perencanaan.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 34


1) Survey/desain Geometrik
a. Menentukan titik lokasi yang tepat dan memenuhi syarat geometric
baik dari segi posisi maupun tinggi elevasi abutmen.
b. Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan jarak dengan
mengkelompokan kondisi : medan datar, rolling, perbukitan,
pegunungan/bukit curam dalam bentuk tabelaris.
c. Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat penerapan desain
struktur bangunan atas ataupun bangunan bawah berdasarkan
pengalaman dan keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya oleh
Engineer yang melaksanakan pekerjaan ini dengan melakukan
pengukuran-pengukuran secara sederhana dan benar (jarak ,
azimut, kemiringan dengan helling meter) dan membuat sketsa
desain alinemen horizontal maupun vertikal secara khusus.
d. Didalam penarikan perkiraan desain alinemen horizontal dan
vertikal harus sudah diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan
kebutuhan perencanaan untuk lokasi : galian/timbunan, bangunan
pelengkap jalan, jembatan (oprit jembatan), persimpangan yang
bisa terlihat dengan dibuatnya sketsa-sketsa serta tabelaris
dilapangan.
e. Dilapangan harus diberi/dibuat tanda tanda berupa patok dan
tanda anjir dengan diberi tanda bendera sepanjang daerah
rencana, untuk memudahkan tim pengukuran, serta pembuatan
foto foto penting untuk pelaporan dan panduan dalam melakukan
survey detail selanjutnya.
f. Dari hasil ini secara kasar harus sudah bisa dihitung perkirakan
konstruksi, jenis konstruksi pekerjaan yang akan timbul serta bisa
dibuatkan perkiraan rencana biaya secara sederhana.
2) Survey Topografi.
Kegiatan yang dilakukan oleh geodetic engineer pada survey
pendahuluan adalah :
a. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok
beton Bench Mark di awal dan akhir Proyek
b. Mengamati kondisi topografi

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 35


c. Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan pengukuran
khusus serta, morpologi dan lokasi yang perlu dilakukan
perpanjangan koridor
d. Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran.
e. Menyarankan posisi patok Bench Mark pada lokasi/titik yang akan
dijadikan referensi.
3) Survey Geologi dan Geoteknik.
Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan geologi dan
geoteknik adalah :
a. Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan
karakteristik dan sipat tanah dan batuan.
b. Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang
lokasi pekerjaan
c. Memberikan rekomendasi pada engineer berkaitan dengan
rencana tapak yang akan dipilih.
d. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus.(rawan longsor,
gambut, dll)
e. Mencatat lokasi yang akan dlakukan pengeboran / Boring maupun
lokasi untuk test pit.
f. Membuat rencana kerja untuk tim survey detail
4) Survey Upah dan Harga Satuan.
Mengumpulkan harga satuan dan upah, dengan cara koordinasi
dengan instansi terkait. Seluruh kegiatan survey pendahuluan dalam
proses pengambilan data harus menggunakan format yang telah
disediakan disepakati oleh pihak direksi pekerjaan.
4.1.4. Tahap Pra Desain

1) Review Master Plan


Tahap ini melakukan review master plan akan site plan, kebutuhan
ruang, peruntukan ruang, lansekap dan interior yang
direkomendasikan dalam kajian masterplan ataupun studi-studi desain
sebelumnya.

2) Analisa Kebutuhan Ruang

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 36


Tahap ini melakukan analisa kebutuhan ruang yang dijabarkan dalam
master plan dan yang diinstruksikan oleh pengguna jasa mengenai
pola dan struktur ruang.

3) Evaluasi dan Koordinasi Konsep Desain


Tahap ini melakukan evaluasi dan koordinasi konsep-konsep
perencanaan yang menjadi paradigm tenaga ahli dan dikoordinasi
dengan apa yang menjadi keinginan dari pengguna jasa, sehingga
tercapai kesepahaman visi, misi, dan hasil karya perencanaan yang
benar-benar diharapkan.

4) Penentuan Kriteria Perencanaan


Setelah dicapai kesepahaman output pembangunan dengan pengguna
jasa, maka ditentukan kriteria-kriteria yang akan dipakai dalam
melakukan pekerjaan detail desain, termasuk didalamnya spesifikasi
teknis dan material yang diinginkan

4.1.5. Tahap Detail Desain

a. Desain Rancangan Arsitektural


Tahap ini melakukan detail desain arsitektural dengan berbekal data-
data primer pengukuran maupun data sekunder dari pengguna jasa
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Menentukan konsep perencanaan bangunan sejalan dengan
master plan atau keinginan pengguna jasa yang ada.
 Merancang konsep arsitektural yang “suistainable development”
dengan tetap memperhatikan ciri khas asli daerah setempat.
 Merekomendasikan alur pengembangan gedung sesuai zoning
pengembangan yang dibuat.
 Merekomendasikan posisioning estetis infrastruktur pendukung
lingkungan dan sistem drainase.
 Merencanakan konsep perencanaan interior gedung sesuai tata
guna ruang.
 Mereviev desain tata ruang dan lalu lintas koridor.
 Merencanakan perabotan dan prasarana pendukung ruangan.
 Merencanakan pencahayaan dan warna yang estetis dan elegan.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 37


 Merencanakan konsep perencanaan eksterior gedung sesuai tata
guna lahan yang ada.
 Mereviev desain peruntukan tata guna lahan.
 Mereviev desain taman dan prasarana pendukung parkiran.
 Merencanakan penghijauan yang estetis dan elegan mendukung
untuk sebuah bangunan gedung.
b. Desain Struktur Konstruksi
Tahap ini melakukan perencanaan struktur bidang bangunan sipil
dengan berbekal data-data primer pengukuran maupun data sekunder
dari pengguna jasa dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Merencanakan konsep review perencanaan gedung berikut
gedung-gedung pendukungnya yang terintregasi dalam jaringan
sistem struktur yang ada.
 Mereview system struktur bangunan yang kokoh dengan
perhitungan SAP 2000 pada pengendalian program sesuai alternatif
perencanaan yang direkomendasikan.
 Menghitung kembali detail struktur kontruksi bangunan gedung dan
infrastruktur yang dibutuhkan dalam struktur gedung yang lengkap.
c. Desain Mekanikal Elektrikal & Utilitas Bangunan.
Tahap ini karya perencanaan bidang utilitas bangunan atau M/E
dengan berbekal data-data primer pengukuran maupun data sekunder
dari pengguna jasa dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Desain konsep perencanaan utilitas bangunan permesinan.
 Desain pendingin ruangan gedung.
 Desain pompa air bersih.
 Desain konsep perencanaan utilitas bangunan elektrikal.
 Desain system penerangan bangunan gedung.
 Desain power supply elektrikal bangunan gedung
 Desain jaringan elektrikal alat-alat utilitas gedung dan rencana
peralatan pendukung gedung di tiap tata guna ruangan.
4.1.6. Analisis Perencanaan Teknis (perhitungan engineering)

Tahap Analisa merupakan tahap lanjutan setelah pelaksanaan pendataan


dan identifikasi. Pada tahap ini dilakukan pengkajian atas hasil pendataan
dan identifikasi yang didasarkan pada teori dan standart/peraturan yang

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 38


berlaku. Analisa dilakukan terhadap kondisi umum dengan indikator-
indikator yang berpengaruh terhadap perencanaan teknis serta potensi dan
permasalahannya yang turut menentukan didalam pelaksanaan fisik
pekerjaan.

Dalam menentukan kebutuhan analisa diatas ditentukan melalui beberapa


tahapan analisa yaitu:

1) Identifikasi kondisi eksisting dengan beberapa proses kegiatan yaitu :


- Tinjauan pada wilayah rencana
- Koordinasi dengan masing – masing instansi yang berwenang pada
wilayah rencana.
- Obsevasi lapangan
2) Penentuan prioritas lokasi perencanaan dengan menggunakan
beberapa faktor pertimbangan yaitu :
- Kebutuhan bangunan
- Koordinasi dengan instansi terkait.
3) Analisis harga satuan pekerjaan.
Analisa Harga Satuan Pekerjaan berfungsi sebagai pedoman awal
perhitungan rencana anggaran biaya bangunan yang didalamya
terdapat angka yang menunjukan jumlah material, tenaga dan biaya
persatuan pekerjaan, contohnya :

- Pekerjaan plesteran - satuan pekerjaan m2


- Pekerjaan pas. batu bata - satuan pekerjaan m2
- Pekerjaan pas. pondasi batu kali - satuan pekerjaan m3
- Pekerjaan cat catan - satuan pekerjaan m2
- Pekerjaan rangka atap - satuan pekerjaan m3
- Pekerjaan reng usuk - satuan pekerjaan m2
- Pekerjaan genteng - satuan pekerjaan m2
- Pekerjaan plafon - satuan pekerjaan m2
- Pekerjaan lantai keramik - satuan pekerjaan m2
- Pekerjaan beton struktur - satuan pekerjaan m3
- Pekerjaan kusen - satuan pekerjaan m3

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 39


- dll
Untuk menentukan koefisien analisa satuan Pekerjaan bisa dilakukan
dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah :

a. Melihat buku Analisa BOW


Koefisien analisa harga satuan BOW ini berasal dari penelitian zaman
belanda dahulu, sudah jarang digunakan karena adanya pembengkakan
biaya pada koefisien tenaga.
b. Melihat Standar Nasional Indonesia ( SNI )
Standar Nasional ( SNI ) ini di keluarkan resmi oleh Badan Standarisasi
Nasional secara berkala sehigga SNI tahun terbaru merupakan revisi
edisi SNI sebelumya. untuk memudahkan mengetahui edisi yang
terbaru, SNI ini diberi nama sesuai tahun terbitnya misal : SNI 1998, SNI
2002 , SNI 2007, dst
c. Melihat standar perusahaan
pada perusahaan konstruksi/konsultan biasanya menentukan koefisien
analisa harga satuan tersendiri sebagai pedoman kerja, koefisien
analisa harga satuan perusahaan ini biasanya merupakan rahasia
perusahaan.
d. Pengamatan dan penelitian langsung dilapangan.
Cara ini dilakukan oleh orang yang ahli dan berpengalaman, hasilnya
akan mendekati ketepatan karena diambil langsung dari pengalaman
kita dilapangan, caranya dengan meneliti kebutuhan bahan, waktu dan
tenaga pada suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
e. Melihat standar Harga satuan per wilayah
Harga satuan ini dikeluarkan per wilayah oleh pemerintah, jika kita
menggunakan harga satuan ini maka kita tidak memerlukan koefisien
analisa harga satuan karena untuk menghitung rencana anggaran biaya
kita hanya perlu mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan.

4.1.7. Pengembangan Perencanaan

Pengembangan rencana, antara lain membuat :


1) Rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi yang mudah
dimengerti oleh pemberi tugas;

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 40


2) Rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya,
khususnya untuk konstruksi shaft;
3) Rencana utilitas, beserta uraian konsep dan perhitungannya serta
Perkiraan biaya;

4.1.8. Perumusan DED

Dokumen DED didasarkan pada hasil pengukuran dan analisa teknis yang
sudah dilakukan
a. Gambar detail desain arsitektur, detail struktur, detail utilitas yang sesuai
dengan gambar rencana yang telah disetujui;
b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) yang meliputi persyaratan
Umum, Administrasi dan Teknis Bangunan
c. Metode Pelaksanaan sekurang-kurangnya menjelaskan mekanisme
pelaksanaan, organisasi pelaksanaan
d. Spesifikasi Teknis menjelaskan persyaratan/standarisasi teknis
pekerjaan sesuai aturan serta standarisasi yang terkait dan berlaku.
e. Rencana Anggaran dan Biaya, sekurang-kurangnya terdiri atas: Daftar
Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan, Daftar Kuantitas dan harga,
Daftar Harga Satuan Bahan, Alat dan Upah, Daftar Harga Satuan
Pekerjaan, Analisa Harga Satuan, Dokumen BOQ dan Jadual rencana
kerja (Time schedule)
f. Buku Gambar Perencanaan yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
Gambar Situasi, Gambar Site Plan
4.1.9. Pelaporan

Disesuaikan dengan tahapan kegiatan yang dilakukan, maka tahapan


pelaporan dibagi menjadi 6 Tahap yaitu:
a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Akhir
c. Album Gambar
d. Gambar Rencana & Spesifikasi Teknis
e. RAB & BOQ
f. Dokumen Lelang. Dengan standarisasi format tampilan, penyajian
sesuai dengan Ketentuan/Aturan yang berlaku.

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 41


BAB V
RENCANA KERJA
& ORGANISASI

5.1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Jadwal pelaksanaan seluruh kegiatan laporan Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III
Gorontalo adalah selama ± 30 hari. Setiap langkah kegiatan proses penyusunan
sampai dengan output perencanaan dilakukan secara sistematis sesuai dengan
waktu pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan tahapan ataupun langkah kegiatan
laporan Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas III Gorontalo, maka dalam dokumen teknis ini
dirumuskan desain jadwal pelaksanaan kegiatan. Adapun perumusan desain
pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :

1) Langkah kegiatan persiapan sampai dengan terangkumnya dalam buku


Laporan Pendahuluan, Waktu yang diperlukan untuk penyelesaian kegiatan
persiapan ± 7 hari.
2) Langkah kegiatan pengumpulan data dan informasi (survey), waktu yang
diperlukan untuk kegiatan ini ±7 hari. Seluruh hasil kegiatan pengumpulan
data,
3) Langkah kegiatan perumusan dokumen DED dijadwalkan akan selesai
dalam waktu ± 28 (hari).
4) Langkah kegiatan penyerahan hasil kegiatan merupakan penyempurnaan
dari tahapan kegiatan yang dilakukan sebelumnya, didalam langkah kegiatan
ini dilakukan juga penyempurnaan terhadap gambar desain dalam waktu ± 2
(dua) hari

Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 42


Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Bulan Ke- Ket.
NO KEGIATAN
I

(1) (2) (3) (4)


1 Tahap Persiapan

2 Tahap Survey

Survey lokasi kegiatan

Koordinasi dengan pihak terkait di lokasi kegiatan

Data Non Fisik SIte

3 Penyerahan Laporan Pendahuluan

4 Tahap analisis dan Konsep desain Kawasan

Membuat RKS, RAB, Spesifikasi Material.

Melakukan Asistensi

Penyerahan Laporan Antara

5 Tahapan pengembangan desain kawasan

Finalisasi Rencana Detail Kawasan

Rancangan Detail Arsitektur, struktur, tata hijau, Utilitas, Mekanikal Elektrikal dan
perhitungan konstruksi
Menyusun BQ

6 Tahap akhir

Finalisasi rencana detail kawasan

Dokumen Desain Kawasan : masterplan dan DED

7 Penyerahan Laporan Akhir

5.2. Personil Pelaksana Kegiatan


Tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang
diberikan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2. Personil Pelaksana Kegiatan

NO LINGKUP KEAHLIAN POSISI/JABATAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


A. TENAGA AHLI

1. Arsitektur Team Leader Tugas dan tanggung jawab Team Leader akan
meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
 Bertanggung jawab atas keseluruhan materi
 Menyusun aspek teknis metodologis
penyusunan DED, tugas dan mobilisasi

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 43


tenaga dalam pelaksanaan pekerjaan secara
keseluruhan mulai dari awal sampai dengan
rumusan pelaporan akhir.
 Fungsi koordinasi dengan pemberi kerja dan
berbagai instansi terkait dengan memberikan
informasi yang kontinyu mengenai
perkembangan dari pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan sistematika pelaporan atau
pun laporan yang sifatnya insidentil.
 Memimpin pengumpulan dan pemahaman
teknis pekerjaan termasuk desain dan
peraturan perundangan yang menjadi
pedoman pelaksanaan pekerjaan
 Menyiapkan program dan kerangka
pelaksanaan pekerjaan
 Mengkoordinasikan dan mengarahkan
kegiatan tenaga Ahli
 Memimpin rumusan kemajuan pekerjaan
termasuk deviasi pekerjaan dalam mutu dan
waktu pelaksanaan
 Mengkoordinir penyusunan laporan,
penyiapan bahan-bahan untuk pembahasan,
dan pelaksanaan pertemuan, rapat, diskusi
dan dengan berbagai pihak terkait
2 Arsitektur Ahli Arsitektur Tugas dan tanggung jawab Ahli Arsitektur akan
meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
 Bersama dengan team leader melakukan
inventarisasi data (primer dan sekunder)
 Memberikan masukan teknis mengenai
tindakan-tindakan dan usulan pemecahan
masalah yang dihadapi dalam penyusunan
DED
 Memarancang/mendesain arsitektural
bangunan
 Membantu proses penyusunan laporan,
penyiapan bahan-bahan untuk pelaksanaan
pertemuan, rapat, diskusi dengan berbagai
pihak terkait.
3 Sipil Struktur Ahli Struktur Tugas dan tanggung jawab Ahli Sipil akan
meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 44


sebagai berikut :
 Bersama dengan team leader melakukan
inventarisasi data (primer dan sekunder)
 Memberikan masukan teknis mengenai
tindakan-tindakan dan usulan pemecahan
masalah yang dihadapi dalam penyusunan
DED
 Memahami desain dan material aspek
Perhitungan Volume dan Pembuatan
Rencanan Angaran Belanja dimaksud
 Melakukan desain gambar struktur
 Membantu proses penyusunan laporan,
penyiapan bahan-bahan untuk pelaksanaan
pertemuan, rapat, diskusi dengan berbagai
pihak terkait.
4 Sipil Infrastruktur Ahli Sipil/Infrastruktur Tugas dan tanggung jawab Ahli Sipil/Infrastruktur
akan meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
 Bersama dengan team leader melakukan
inventarisasi data (primer dan sekunder)
 Memberikan masukan teknis mengenai
tindakan-tindakan dan usulan pemecahan
masalah yang dihadapi dalam penyusunan
DED
 Memahami desain dan material aspek
Perhitungan Volume dan Pembuatan
Rencanan Angaran Belanja dimaksud
 Melakukan desain gambar infrastruktur
bangunan /kawasan
 Membantu proses penyusunan laporan,
penyiapan bahan-bahan untuk pelaksanaan
pertemuan, rapat, diskusi dengan berbagai
pihak terkait.
5 Sipil Geodesi Ahli Geodesi Tugas dan tanggung jawab Ahli Geodesi akan
meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
 Bersama dengan team leader melakukan
inventarisasi data (primer dan sekunder)
 Memberikan masukan teknis mengenai
tindakan-tindakan dan usulan pemecahan
masalah yang dihadapi dalam penyusunan

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 45


DED
 Melakukan pengukuran/stacking out
kawasan/lahan
 Membantu proses penyusunan laporan,
penyiapan bahan-bahan untuk pelaksanaan
pertemuan, rapat, diskusi dengan berbagai
pihak terkait.
6 Mekanikal/Elektrikal Ahli Tugas dan tanggung jawab Ahli Elektrikal akan
Mekanikal/Elektrikal meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
 Bersama dengan team leader melakukan
inventarisasi data (primer dan sekunder)
 Memberikan masukan teknis mengenai
tindakan-tindakan dan usulan pemecahan
masalah yang dihadapi dalam penyusunan
DED
 Memahami desain dan material aspek
Mekanikal/Elektrikal
 Melakukan desain gambar elektrikal
 Membantu proses penyusunan laporan,
penyiapan bahan-bahan untuk pelaksanaan
pertemuan, rapat, diskusi dengan berbagai
pihak terkait.
7 Arsitektur Lansekap Ahli Lansekap Tugas dan tanggung jawab Ahli Lansekap akan
meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
 Bersama dengan team leader melakukan
inventarisasi data (primer dan sekunder)
 Memberikan masukan teknis mengenai
tindakan-tindakan dan usulan pemecahan
masalah yang dihadapi dalam penyusunan
DED
 Merancang lanskape kawasan
 Membantu proses penyusunan laporan,
penyiapan bahan-bahan untuk pelaksanaan
pertemuan, rapat, diskusi dengan berbagai
pihak terkait.
8 Teknik Lingkungan Ahli Lingkungan Tugas dan tanggung jawab Ahli Lingkungan akan
meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
 Bersama dengan team leader melakukan

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 46


inventarisasi data (primer dan sekunder)
 Memberikan masukan teknis mengenai
tindakan-tindakan dan usulan pemecahan
masalah yang dihadapi dalam penyusunan
DED
 Merancang sitem sanitasi/limbah kawasan
 Membantu proses penyusunan laporan,
penyiapan bahan-bahan untuk pelaksanaan
pertemuan, rapat, diskusi dengan berbagai
pihak terkait.
9 Sipil Ahli Estimasi Biaya Tugas dan tanggung jawab Ahli Estimasi Biaya
akan meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
 Bersama dengan team leader melakukan
inventarisasi data (primer dan sekunder)
 Memberikan masukan teknis mengenai
tindakan-tindakan dan usulan pemecahan
masalah yang dihadapi dalam penyusunan
DED
 Memahami desain dan material yang di
rancang
 Melakukan estimasi biaya pembangunan
 Membantu proses penyusunan laporan,
penyiapan bahan-bahan untuk pelaksanaan
pertemuan, rapat, diskusi dengan berbagai
pihak terkait.
B. ASISTEN TENAGA AHLI
1 Arsitektur Ass Ahli Arsitektur Tugas dan tanggung jawab Asisten Ahli akan
2 Sipil Ass Ahli Sipil meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal
3 Sipil Struktur Ass Ahli Struktur sebagai berikut :
4 Teknik Lingkungan Ass Ahli Lingkungan  Bertanggung jawab kepada Tenaga Ahli;
5 Sipil Konstruksi Ass Ahli Manajemen  Membantu Tenaga Ahli dalam mengolah data
Konstruksi – data secara kualitatif maupun kuantitatif
 Membantu Tenaga Ahli dalam merancang
Desain
C. TENAGA PENDUKUNG

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 47


1 Surveyor Surveyor/Juru Ukur Tugas dan tanggung jawab Surveyor akan
meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
 Melakukan pengukuran konsisi eksisting
 Melakukan perhitungan estimasi pembiayaan
 Membantu Ketua Tim / Team Leader dalam hal
penggambaran desain/gambar;
7 D3 Arsitektur Drafter CAD Tugas dan tanggung jawab Drafter Autocad/ Juru
Gambar akan meliputi (namun tidak terbatas
pada) hal-hal sebagai berikut :
 Menyiapkan gambar desain yang relevan
melalui program Komputer Auto Cad.
 Merencanakan dan melaksanakan semua
kegiatan dalam pekerjaan gambar serta harus
menjamin bahwa gambar pengukuran yang
dihasilkan adalah benar, akurat, dan siap
digunakan pada tahap pengawasan gedung.
 Membantu Ketua Tim / Team Leader dalam hal
penggambaran desain/gambar;
13 Administrasi Administrasi Tugas dan tanggung jawab Administrasi akan
meliputi (namun tidak terbatas pada) hal-hal
sebagai berikut :
 Bertanggung jawab dalahm hal pengurusan
administrasi proyek
 Membantu Ketua Tim / Team Leader dalam
hal pelaporan;

Pembangunan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas III 48

Anda mungkin juga menyukai