BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu penyakit hati adalah Sirosis Hepatis, Sirosis Hepatis adalah
suatu keadaan patologis yang terjadi di seluruh bagian hati. Penyakit Sirosis
Hepatis di tandai dengan pembekuan jaringan ikat dibagian hati yang
disebabkan oleh infeksi dengan virus Hepetitis sehingga terjadi peradangan
sel hati yang luas dan banyak mengakibatkan kematian sel ( Brunner, 2002 ).
Salah satu peran perawat dirumah sakit pada pasien Sirosis Hepatis adalah
memberikan perawatan serta memonitor keadaan pasien Sirosis Hepatis,
pasien yang mendapatkan tindakan Sirosis Hepatis, seperti melakukan
pemeriksaan fisik terutama mengkaji sistem pencernaan, membantu pasien
dalam memilih posisi nyaman yang membuat pasien mudah beristirahat,
berkolaborasi tenaga medis lainnya dalam pemberian nutrisi yang sesuai
dengan indikasi dan toleransi pasien serta melaporkan segala perubahan yang
terjadi pada pasien Sirosis Hepati untuk mencegah tidak terjadinya
komplikasi. Sirosis Hepatis sangat diperlukan agar komplikasi seperti
pendarahan dan penumpukan cairan tidak terjadi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Sirosis Hepatis .
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Sirosis Hepatis.
b. Mampu melaksanakan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan
informasi yang benar pada Pasien dengan Sirosis Hepatis
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pada Pasien dengan
Sirosis Hepatis
d. Mampu merumuskan rencana keperawatan secara menyeluruh sesuai
dengan rencana yang telah disusun pada pada Pasien dengan Sirosis
Hepatis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
a. Dutus hepatikus dekstra dan sinistra, keluar dari hati pada porta
hepatis, bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Panjangnya
kira-kira 4 cm, berjalanan turun pada tepi omentum minus.
b. Duktus koledutus. Panjangnya sekitar 8 cm. Bagian pertama berjalan
dari tepi kanan omentrum minus, di depan tepi kanan vena potae
sebelah kanan arteri hepatika. Bagian kedua berjalan ke belakang
bagian pertama duodenum, sebelah kanan A. gastroduodenalis. Bagian
ketiga terletak dalam alur permukaan posterior kaput pankreas.
3. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2001) meskipun etiologi berbagai bentuk
sirosis masih kurang dimengerti, terdapat tiga pola khas yang ditemukan
pada kebanyakan kasus, yaitu : Sirosis Laennec, Sirosis Pasca nekrotik,
dan Sirosis Biliaris
1. Sirosis Laennec/ sirosis alkoholik/sirosis Portal/sirosis gizi
Sirosis Laennec merupakan pola khas sirosis terkait
penyalahgunaan alkohol kronis yang jumlahnya sekitar 75% atau lebih
dari kasus sirosis. Sejumlah 10 – 15% peminum alkohol mengalami
sirosis. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah
akumulasi lemak secara bertahap didalam sel-sel hati. Pola infiltrasi
lemak yang serupa juga ditemukan pada kwashiorkor. Akumulasi
lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolik yang
mencakup pembentukan trigliserida secara berlebihan, menurunnya
jumlah keluaran trigliserida dari hati, dan menurunnya oksidasi asam
lemak. Alkohol sendiri merupakan toksik bagi sel hati.
4. Klasifikasi
Klasifikasi Sirosis Hepatis terdiri atas 4
a. Klasifikasi Etiologi
1. Etiologi yang diketahui penyebabnya
a) Hepatitis virus tipe B dan C
b) Alkohol
c) Metabolik
d) Kolestasis kronik/sirosis biliar sekunder intra dan ekstrahepatik
e) Obstruksi aliran vena hepatik, penyakit Veno Oklusif, Sindrom
budd Chiari, perikarditis kontriktiva, payah jantung kanan.
f) Gangguan Imonologis, Hepatis Lupoid, Hepatis Kronik Aktif
6
b. Klasifikasi Fungsional
1. Kompensasi baik (laten, sirosis dini)
2. Dekompensasi (aktif, disertai kegagalan hati dan hipertensi
porta)(sarwono: 2005).
5. Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi Sirosis
Hepatis, konsumsi minuman beralkohol di anggap sebagai faktor
penyebab yang utama. Sirosis Hepatis terjadi dengan frekuensi paling
tinggi pada peminum air keras. Meskipun didefesiensi gizi dengan
penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada Sirosis
Heapatis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor
penyebab yang utama pada pelemakan hati dan konsekuensi yang di
timbulkannya. Namun demikian, Sirosis Hepatis juga pernah terjadi pada
individu yang dietnya normal tetapi dengan onsumsi alkohol yang tinggi
(Smelzer, Suzanne C).
Sebagian individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini
dibandingkan individu lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut
memiliki kebiasaan lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut
memiliki kebiasaan minum-minuman keras ataukah penderita nutrisi.
Faktor lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan dengan zat
kimia tertentu(karbon tetraklorida, naftasen, terklorinasi, arsen atau
fosfor) atau infeksi skistosomiasis yang menular. Jumlah laki-laki
penderita Sirosis Hepatis adalah dua kali lipat libah banyak dari pada
wanita, dan mayoritas pasien Sirosis Hepatis 40 hingga 60 tahun.
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati.
Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas
(hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya
jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati,
walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau
7
hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang
kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan
daerah porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh kembali dan
membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan
distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta,
dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada
sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi
peradangan pada nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel,
terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari
reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa permanen yang
aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa ini
bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi
hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada
sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan
makrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai
mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan
peradangan dan nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta
menyebar ke parenkim hati (Price &Wilson.2006).
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sirosis hati (Brunner &
Suddarth.2002):
1. Perdarahan varises esofagus
Perdarahan varises esofagus merupakan komplikasi serius yang
sering terjadi akibat hipertensi portal. Dua puluh sampai 40% pasien
sirosis dengan varises esofagus pecah yang menimbulkan perdarahan.
2. Ensefalopati hepatikum
Disebut juga koma hepatikum. Merupakan kelainan neuropsikiatrik
akibat disfungsi hati. Mula-mula ada gangguan tidur (insomnia dan
hipersomnia), selanjutnya dapat timbul gangguan kesadaran yang
berlanjut sampai koma.
3. Sindroma hepatorenal.
Keadaan ini terjadi pada penderita penyakit hati kronik lanjut,
ditandai oleh kerusakan fungsi ginjal dan abnormalitas sirkulasi arteri
menyebabkan vasokonstriksi ginjal yang nyata dan penurunan GFR
dan dapat terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguri,
peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal.
4. Asites
Penderita sirosis hati disertai hipertensi portal memiliki sistem
pengaturan volume cairan ekstraseluler yang tidak normal sehingga
terjadi retensi air dan natrium. Asites dapat bersifat ringan, sedang dan
berat. Asites berat dengan jumlah cairan banyak menyebabkan rasa
tidak nyaman pada abdomen sehingga dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari.
5. Perdarahan
Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan
berbahaya pada chirrosis hati adalah perdarahan akibat pecahnya
varises esofagus. Sifat perdarahan yang ditimbulkan ialah muntah
darah atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa
nyeri. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan
9
9. Pemeriksaan diagnostik
NO Data Penunjang Nilai Normal Sakit
1 Darah Lengkap
a. Hemoglobin Laki-laki : 14-18 gram/dl Biasanya kurang dari
Perempuan : 12-16 gram/dl
batas normal
5.000-10.000/mm3
b. Leukosit
150.000-400.000/mm3
c. Trombosit
70-110 mg/dl ( setelah
Peninggian kadar
berpuasa selam 8 jam )
gula darah pada
d. Gula Darah 200 mg/dl ( 2 jam setelah
Sirosis Hepatis fase
makan)
lanjut sebabkan
kurangnya
kemampuan sel hati
membentuk glikogen
10. Penatalaksanaan
a) Istirahat di tempat ditidur sampai perbaikan ikterus, asites, dan
demam.
b) Diet rendah protein (diet hati III:protein 1 g/kg BB. 55 g
protein,2.000 kalori). Bila ada asites diterima diberikan diet rendah
garam II (600.000 mg) atau III (1.000-2.000 mg) bila proses tidak
10
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengakajian
a. Identitas pasien meliputi : nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur,
pekerjaan, pendidikan, alamat, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumah
sakit, no register/MR, serta penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Biasanya pasien dengan Sirosis Hepatis mempunyai kebiasaan
minum alkohol dan pasien mempunyai penyakit kuning/penyakit
Hepatitis, dan pasien juga pernah dirawat dengan penyakit Hepatis
Kronis. Biasanya pada pasien hepatitis non alkoholik ini dikaitkan
dengan DM, malnutisi, protein, arterikoroner dan pemakaian obat
kartikosteroid.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Biasanya klien mengeluhkan mual dan muntah, mual muntah
terjadi karena pada pasien Sirosis Hepatis mengalami Splenomegaly
sehingga terjadi penurunan atau pun peningkatan peristaltic usus terjadi
peningkatan asam lambung sehingga pasien mengalami mual dan
muntah. Pasien mengeluh nyeri pada abdomen karena terjadinya
pembesaran perut, terjadi bengkak/oedema pada ekstemitas pasien,
kelemahan otot.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Biasanya keluarga klien mengatakan ada riwayat penyakit Hepatis
dan Sirosis Hepatis. Pada pasien yang penyebabnya adalah Hepatitis
dapat menular, sedangkan pada pasien yang penyebabnya alkohol dan
kerusakan empedu tidak dapat menular.
11
a. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien
a. Tingkat kesadaran : Biasanya tingkat kesadaran
pasien compos mentis coompertif.
b. Berat badan : Biasanya berat badan pasien ada
mengalami penurunan dan biasanya juga mengalami kenaikan
berat badan.
c. Tekanan darah : Biasanya tekanan darah pasien
meningkat yaitu ± 160/100 mmHg
d. Suhu : Biasanya suhu pasien batas normal
yaitu ± 36°C
e. Pernafasan : Biasanya pernafasan pasien tidak teratur
dan bernafas dengan frekuensi cepat yaitu ± 30 x/i
f. Nadi : Biasanya pasien mengalami peningkatan denyut
nadi yaitu ± 105
2. Kepala
Mengamati bentuk kepala, adanya hematom/oedema, perlukaan.
a. Rambut
Pada klien Sirosis Hepatis biasanya rambat serta kulit kepala
klien bersih, dan tidak rontok
b. Wajah
Biasanya tampak ekspresi wajah meringis karena nyeri tekan
pada abdomen.
c. Mata
Biasanya terdapat lingkaran hitam pada kelopak mata karena
kurang tidur akibat nyeri, mata simetris kiri dan kanan,
konjungtiva anemis, sclera ikterik.
d. Hidung
Biasanya tidak ada tanda-tanda radang, tidak ada nafas
cuping hidung.
e. Mulut
Biasanya bibir kering, dan tidak pecah-pecah, lidah
tidak kotor dan biasanya ada caries pada gigi.
f. Leher
Biasanya terlihat adanya pembesaran kelenjer thyroid,
kelenjer getah bening, dan adanya distensi vena jugukaris.
g. Dada/Thorak
12
j. Geniteorinaria
Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia pasien baik.
Biasanya pasien terpasang kateter. Pada laki-laki terjadi
antropi testis, hemoroid (pelebaran vena sekitar rectum), pada
wanita terjadi ganguan mensturasi.
k. Sistem integrumen
Biasanya terjadi perubahan pada kelembapan atau
turgor kulit jelek dan terjadi gatal-gatal pada klit klien.
l. Ekstermitas
Biasanya ada edema pada ekstermitas atas dan bawah,
dan kekuatan otot lemah.
Urine
Feses
USG abdomen , CT-SCAN
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengabsorsi
nutrien.
2. Kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan kelebihan
asupan cairan.
3. Ketidak efektifan Pola nafas berhungan berhubungan dengan
pengumpulan cairan abdomen(asites), kelelahan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubangan dengan perubahan
turgor.
5. Nyeri akut berhungan dengan agen cidera fisik (hati yang
membesar serta nyeri tekan).
kebutuhan tubuh b. Nutritional Status : food and b. Kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan Fluid Intake untuk menentukan jumlah
dengan ketidak kalori dan nutrisi yang
mampuan untuk c. Weight Control dibutuhkan pasien
mengabsorsi
c. Yakinkan diet yang dimakan
nutrien
mengandung tinggi serat
kriteia hasil untuk mencegah konstipasi
d. Ajarkan pasien bagaimana
a. Adanya peningkatan berat membuat catatan makanan
badan sesuai denga tujuan. harian.
Nutrition Monitoring :
b. Berat badan ideal sesuai
degan tinggi badan. e. Monitor adanya penurunan
BB dan gula darah
Berat Badan Ideal = Berat f. Monitor lingkungan selama
2 Kelebihan volume a. Electrolit and acid base Electrolit and acid base
cairan tubuh
17
l. Monitor elektrolit
pernafasan)
l. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
k. kedalaman luka,
karakteristik,warna cairan,
granulasi, jaringan nekrotik,
tandatanda infeksi lokal,
formasi traktus
luka
i. tingkatkan istirahat
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro,
anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati
mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan
jaringan ikat (firosis) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi.
sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh
fibrosis dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule
(penonjolan dibawah kulit) yang tidak normal.( Sibeu Herdin, dkk, 2009 )
DAFTAR PUSTAKA