1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KRANIUM DAN KECERDASAN

EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS V DI


GONILAN SURAKARTA

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh:
Mega Ayu Saptaningrum
J500140118

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS KRANIUM DAN KECERDASAN


EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS V DI
GONILAN SURAKARTA

Yang diajukan oleh :

Mega Ayu Saptaningrum

J500140118

Telah disetujui oleh Pembimbing Utama Skripsi Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada hari , ………… tanggal …………………..2017

Pembimbing Utama

Dr. Anika Candrasari M.Kes


NIK:

Kepala Biro Skripsi

Dr. Erna Herawati, Sp.K.J.


NIK: 1046

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ..................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 3

C. TUJUAN PENELITIAN....................................................................................... 3

D. MANFAAT PENELITIAN .................................................................................. 3

BAB II................................................................................................................................. 5

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 5

A. LANDASAN TEORI ............................................................................................ 5

B. KERANGKA TEORI ......................................................................................... 13

C. HIPOTESIS ......................................................................................................... 14

BAB III ............................................................................................................................. 15

METODE PENELITIAN .................................................................................................. 15

A. DESAIN PENELITIAN...................................................................................... 15

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ......................................................... 15

C. POPULASI PENELITIAN................................................................................. 15

D. SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING ............................................................. 15

E. ESTIMASI BESAR SAMPEL ........................................................................... 15

F. KRITERIA RESTRIKSI.................................................................................... 16

G. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL .................................................... 16

H. INSTRUMENTASI ......................................................................................... 17

iii
I. RENCANA ANALISIS DATA .......................................................................... 18

J. ALUR PENELITIAN ......................................................................................... 18

K. JADWAL PENELITIAN ............................................................................... 19

BAB IV ............................................................................................................................. 20

HASIL PENELITIAN ...................................................................................................... 20

A. DATA HASIL PENELITIAN ............................................................................ 20

B. HASIL ANALISIS .............................................................................................. 20

BAB V .............................................................................................................................. 21

PEMBAHASAN ............................................................................................................... 21

BAB VI ............................................................................................................................. 22

SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 22

A. SIMPULAN ......................................................................................................... 22

B. SARAN ................................................................................................................. 22

Bibliography ..................................................................................................................... 23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk
melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Di banyak negara di dunia
syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan adalah pertumbuhan
ekonomi. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan bangsa,
di mana hingga sekarang masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
(Jonaidi A., 2012) Berdasarkan Riskesdas 2014, pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tahun 2014 sebesar 5,02%, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada dua tahun sebelumnya (Riskesdas, 2014)
dan berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan
BPS, jumlah penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan tahun
2009 tercatat masih cukup besar yakni, sekitar 32,5 juta jiwa atau lebih kurang
14,2 persen. Kondisi masyarakat yang hidup dalam kungkungan kemiskinan pada
umumnya menderita kekurangan gizi, tingkat kesehatan yang buruk, tingkat buta
huruf yang tinggi, lingkungan yang buruk dan ketiadaan akses infrastruktur
maupun pelayanan publik yang memadai. (Jonaidi A., 2012)
Asupan zat gizi sangat penting dan mendasar dalam kehidupan manusia yang
berfungsi sebagai penghasil energi, pembangun, pemelihara dan pengatur proses
kehidupan. Pada masa kanak-kanak asupan zat gizi yang baik dibutuhkan untuk
pertumbuhan fisik yang normal dan perkembangan otak untuk memperoleh
pengetahuan baik didalam maupun diluar sekolah.(Lantu., et al. 2015) Otak
manusia terdapat di dalam kranium (Moore., et al. 2014). Kranium adalah bagian
yang sangat penting dalam tubuh manusia (Ganiyu MO,2015). Kranium terdiri
dari neurocranium dan viscerocranium. Neurocranium mengelilingi dan berfungsi
untuk melindungi otak. Viscerocranium membentuk bagian wajah (Prasana LC,
2013)
Kapasitas kranium adalah volume interior atau sebelah dalam dari kranium.
Karena kapasitas kranium bertambah seiring dengan pertumbuhan otak (Ezejindu

1
2

et al., 2013) secara teori ada hubungan yang sangat kuat antara kapasitas kranium
dengan ukuran dari otak. Beberapa studi yang dilakukan di beberapa negara
menunjukkan bahwa kapasitas kranium dapat digunakan sebagai pengukuran
tidak langsung untuk mengevaluasi volume dari otak. (Ali S, et al. 2014). Kavitas
kranium ini terdiri dari 8 tulang kranial: frontal, occipital, sphenoid, ethmoid,
parietal, dan tulang temporal. (Rexhepi, et al. 2012)
Saat ini pengukuran volume otak ditentukan dari pengukuran kranium yang
diukur melalui permukaan kepala. Pengukuran ini bisa ditentukan dari panjang,
lebar, dan tinggi kranium (Bayat PD et al., 2012). Sejak awal abad 19, kapasitas
kranium juga telah digunakan sebagai pengukuran untuk menentukan variasi pada
penelitian di beberapa ras (Ganiyu MO,2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Jacob pada tahun 2015 menunjukan bahwa
kapasitas kranium mempunyai korelasi yang positif dengan tingkat inteligensi
atau kecerdasan seseorang (Pietsching,et al. 2015). Inteligensi atau kecerdasan
juga merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar
seseorang (Thaib EN, 2013).
Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai ukuran kemampuan yang didapat,
dicapai atau ditampilkan seseorang sebagai bukti dari usahanya dalam belajar
(Andriani 2014). Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi
yang tinggi dalam belajar, seseorang harus mempunyai Intellienge Quotient (IQ)
yang tinggi karena IQ adalah bekal potensial yang akan memudahkan dalam
belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal.
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa
yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi
memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun
kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang
relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor
yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang
mempengaruhi. (Thaib EN, 2013)
3

Menurut Goleman, kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi


kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, di
antaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni
kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati,
mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Anak-
anak yang kecerdasan emosinya terlatih akan mampu memusatkan perhatian
dengan lebih baik daripada yang tidak terlatih. Mereka juga berhubungan lebih
baik dengan orang lain, mereka lebih cakap memahami orang lain. Mereka juga
berada dalam situasi-situasi yang lebih baik di sekolah yang menuntut untuk kerja
akademis. (Goleman., 2000)
Siswa SD kelas V biasanya berusia 10-11 tahun. Pada masa ini terdapat
perubahan besar meliputi pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, maupun
psikososial (Desmita, 2014). Menurut Sgouros tahun 2005, usia 10-15 tahun
merupakan salah satu periode utama pertumbuhan kapasitas kranium. Kemudian
pada usia 16-20 tahun, kapasitas kranium mencapai ukuran final dan juga diduga
tetap konstan setelah itu. Sedangkan pada usia 20 tahun volume otak mulai
menurun. (ezejindu et al 2013)
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap siswa sekolah dasar kelas V yang berada di Gonilan Surakarta. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kapasitas kranium dan
kecerdasan emosi terhadap prestasi belajar
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat hubungan antara kapasitas kranium dan kecerdasan emosi
dengan prestasi akademik pada siswa SD kelas V di Gonilan Surakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kapasitas kranium
dan kecerdasan emosi dengan prestasi akademik pada siswa SD kelas V di
Gonilan Surakarta
D. MANFAAT PENELITIAN
- Manfaat teoretis
4

Penelitian ini digunakan sebagai bukti empiris tentang hubungan antara


kapasitas kranium dan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada siswa SD
kelas V di Gonilan Surakarta

- Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk
instansi, mahasiswa, praktisi kesehatan dan masyarakat luas tentang hubungan
antara kapasitas kranium dan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada siswa
SD kelas Vdi Gonilan Surakarta
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Kapasitas Kranium
a. Kranium
Fungsi utama kranium adalah untuk melindungi otak dan untuk
pembentukan craniofacial. Morfologi kranium dihubungkan
dengan pembentukan otak, orientasi wajah, dan juga perubahan
evolusi. (Meyer-Marcotty P, 2014). Kranium terdiri dari
neurocranium dan viscerocranium. Neurocranium mengelilingi
dan berfungsi untuk melindungi otak. Viscerocranium membentuk
bagian wajah (Prasana LC, 2013)
Neurocranium terdiri dari...
Viscerocranium terdiri dari....
b. Pertumbuhan kranium
Selama perkembangan postnatal, pertumbuhan kranium terjadi
dalam 3 dimensi. Perluasan daerah sagittal (panjang antero-
posterior), trasversal ( lebar) dan vertikal (tinggi). Perluasan ini
mengarah pada perubahan ukuran, bentuk dan proporsi pada
keseluruhan cranium sebagai skeletal yang mature. (Ganiyu MO,
2015)
Pada mamalia, central neural crest dan derivat mesoderm
berkontribusi pada pembentukan kranium. Kranium terdiri dari
neurocranium dan viscerocranium. Neurocranium berfungsi untuk
melindungi otak, sedangkan viscerocranium berfungsi untuk
membentuk craniofacial. Viscerocranium merupakan derivat
neural crest yang kemudian membentuk wajah. Tulang frontal juga
merupakan derivat neural crest, dan tulang parietal berasal dari
mesoderm. Bagian belakang dari kranium (tulang supraoccipital
dan exoccipital) merupakan derivat occipital somites. Kemudian
saat vesikula serebral melebar di bawah elemen frontal dan

5
6

parietal, sel meningeal yang diturunkan dari sekitar bagian otak ini
dibawa di bawah jaringan osteogenik frontal dan parietal untuk
membentuk dura. Duramater yang mendasari tulang frontal dan
parietal juga berasal dari neural crest (Prasanna LC, 2013)
Pertumbuhan kapasitas kranium semakin meningkat sejak
kelahiran. Pertumbuhan tertinggi terjadi sampai tahun kelima.
Antara usia 6-12 tahun kapasitas kranium berubah-ubah dan
mencapai puncak pada usia 20 tahun (Ezejindu et al., 2013)
c. Definisi kapasitas kranium
Kapasitas kranium adalah pengukuran volume bagian dalam dari
kranium pada vertebrata yang mempunyai kranium dan otak
(Ezejindu et al., 2013)
Kapasitas kranium sama seperti bagian tubuh yang lain
dipengaruhi oleh kondisi geografi, ras, gender, dan juga faktor
usia. Ada hubungan yang sangat dekat antara kapasitas kranium
dengan ukuran otak. Beberapa studi yang telah dilakukan pada
beberapa negara menunjukan bahwa kapasitas kranium secara
tidak langsung merefleksikan volume otak. Kapasitas kranium
pada wanita 1-10 kali lebih kecil daripada pria dengan ras yang
sama. Saat ini pengukuran kapasitas kranium digunakan untuk
antropologi forensik dan juga pediatrik untuk indikator
perkembangan kranium. Orang normal biasanya memiliki
kapasitas kranium sebesar 950-1800 cc atau rata-rata 1400 cc. (Ali
S et al., 2014)
Nilai kapasitas kranium berdasar pada nilai panjang, lebar dan
tinggi dari kranium. Nilai kapasitas kranium bervariasi antara satu
orang dengan orang lain dan digunakan untuk membedakan gender
dismorfism dan juga ras (Sarac-hadzlihalilovic A et al ., 2015)
d. Pengukuran kapasitas kranium
Beberapa metode untuk mengukur kapasitas kranium untuk
kranium kering ataupun pada manusia hidup sudah menjadi studi
7

yang penting dan juga dapat digunakan untuk membandingkan


kranium pada populasi yang berbeda dengan perbedaan ras,
geografi, etnik, diet, dll. Pada beberapa penelitian yang telah
dilakukan untuk mengukur kapasitas kranium belum ada metode
yang sangat tepat untuk mengukur dengan cara yang mudah. Akan
tetapi sudah ada beberapa metode yang bisa digunakan yaitu:
1. Pengukuran kapasitas kranium pada kranium kering
Beberapa metode akurat yang dapat digunakan untuk
mengukur kranium kering yaitu:
a. Metode linear:
Kapasitas kranium bisa diukur dengan 3 dimensi dari
kranium. 1). panjang maksimum antero-posterior (diukur
dari glabella-inion) 2). Luas maksimum (diameter
biparietal: diukur jarak antara 2 eminentia parietal) 3).
Lebar kranium (diukur dari meatus acusticus internus-
vertex). Pengukuran panjang dan luas ini menggunakan
spreading calliper, sedangkan tinggi kranium menggunan
Todd’s head spanner. Pengukuran diulang sebanyak 3 kali.
Kemudian setelah mendapat panjang, lebar, dan luas,
dimasukkan ke dalam rumus lee pearson:
Laki-laki: 359,34+0,000365xLxBxH
Perempuan: 296,40+ 0,000375xLxBxH
Walaupun metode ini mudah, tapi sebenarnya metode ini
belum akurat meilihat tebal kranium pada setiap orang
berbeda.
b. Metode packing/filling
i. Metode packing manual: Pengukuran secara langsung yang
bisa digunakan yaitu mengisi kavitas kranium dengan
mustard, beras, dll sampai penuh kemudian tuang ke
silinder pengukur. Cara ini adalah cara yang paling akurat.
(Ali S et al .,2014) metode packing ini dilakukan dengan
8

cara mengisi kranium dengan material kemudian


mengukurnya. Material yang bisa digunakan seperti peluru,
pasir, lilin parafin, mustrad, dan biji millet. Material terbaik
yang bisa digunakan adalah biji millet dan mustard. Yang
pertama kali dilakukan adalah menutup foramen-foramen
yang ada pada kranium dengan kapas atau lilin, kemudian
isi kavitas melalui foramen magnum, kemudian isi dengan
material sampai penuh. Tekan materian dengan ibu jari
pada foramen magnum. Setelah selesai, masukkan material
kedalam silinder pengukur.
ii. Mesin pengukur kapasitas kranium
Karena pengukuran packing dengan menggunakan
tangan manusia sering terjadi human error, maka
penggunaan mesin pengukur kapasitas kranium sangat
dianjurkan. Mesin ini di desain oleh Goldstein pada
1928-1931.
Cara penggunaan mesin ini berisi 2 bagian. Bagian
pertama adalah pengisian kavitas kranium dan bagian
kedua adalah pengukuran material. Bagian yang kedua
sama-sama menyebabkan eror sama seperti yang
pertama.
iii. Metode rubber baloon
Salah satu pengukuran yang sangat memuaskan dari
pengukuran kapasitas kranium adalah dengan cara
mengisi air pada balon yang sudah dimasukkan sampai
foramen magnum. Jumlah air tersebut diukur dengan
cara menuangkan air kedalam siinder pengukur.
c. Pengukuran kapasitas kranium dengan menggunakan
cephalometric roentgenogram
Metode ini dilakukan dengan cara mengukur panjang
kranium (diukur dari glabella sampai oposthocranion)
9

diukur pada lateral roentgenogram untuk memperoleh


ukuran internal lenght (L),breadth (W), internal height (H),
diameters from bregma to posterior cranial fossa (B).
Setelah itu kapasitas kranium diukur dengan rumus:
V= L/2xH+B/4XW/2x0,51XB
2. Pengukuran kapasitas kranium pada manusia hidup
Sama seperti pada kranium kering, pangukuran kapasitas
kranium pada manusia hidup bisa menggunakan dimensi linear.
Akan tetapi, pada manusia hidup digunakan rumur lee pearson
yang berbeda.
Pada manusia hidup juga perlu mencari panjang, lebar, dan
tinggi kranium. 1). panjang maksimum antero-posterior (diukur
dari glabella-inion) 2). Luas maksimum (diameter biparietal:
diukur jarak antara 2 eminentia parietal) 3). Lebar kranium
(diukur dari meatus acusticus internus-vertex). Kemudian
dimasukkan kedalam rumus sebagai berikut:
Laki-laki: 0,000337(L-11)(B-11)(H-11)+406,01cc
Perempuan: 0,000400(L-11)(B-11)(H-11)+206,60cc
2. Hal-hal yang mempengaruhi kapasitas kranium
Kapasitas kranium sama seperti bagian tubuh yang lain dipengaruhi
oleh kondisi geografi, ras, gender, dan juga faktor usia (Ali S et al .,
2014)
3. Kecerdasan Emosi (EQ)
a. Definisi
Goleman dan Steiner (dalam Suyanti, dkk., 2002) mengatakan
bahwa emosi merupakan kekuatan pribadi (personal power) yang
memungkinkan manusia mampu berpikir secara keseluruhan,
mampu mengenali emosi diri sendiri dan orang lain serta tahu
bagaimana harus mengekspresikannya secara tepat.
10

Emosi memiliki peran penting dalam kehidupan. Untuk itu, emosi


harus dikelola dengan baik agar individu dapat dikatakan cerdas
secara emosi.
a. Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
Inteligensi emosional tidak berkembang secara alamiah. Artinya,
seseorang tidak dengan sendirinya memiliki kematangan
inteligensi emosional semata-mata didasarkan pada perkembangan
usia biologisnya. Sebaliknya, inteligensi emosional sangat
tergantung pada proses pelatihan dan pendidikan yang kontinyu
(Suharsono, 2001).
b. Cara mengukur kecerdasan emosi
Menurut...... kecerdasan emosi pada anak-anak bisa diukur dengan
menggunakan kuesioner.....
Dalam kuesioner ini.....
4. Prestasi belajar
a. Definisi
Menurut Vanden Bos (2007) prestasi akademik adalah suatu
kesuksesan yang dapat dikenali dalam bidang ilmu pengetahuan
atau displin ilmu. Adapun Widyaningrum dan Rachmawati (2007)
mendefiniskan prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai dari suatu
aktivitas belajar yang dilakukan secara sengaja dan didasarkan
pada pengukuran dan penilaian berupa angka-angka yang
dicantumkan dalam laporan hasil belajar pada periode tertentu.
Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai
seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang
akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada
setiap akhir semester di dalam buki laporan yang disebut rapor.
(Thaib, 2013)
b. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor
11

fisiologis yang terdiri dari kondisi fisik, faktor psikologis yang


terdiri dari kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat, dan
faktor kelelahan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal
adalah lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat,
lingkungan sosial keluarga. (Meika)
12

c. Cara mengukur prestasi belajar


Menurut Thaib EN, prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar
yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan
belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu
yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buku laporan yang
disebut rapor. (Thaib, 2013)
5. Hubungan antara kapasitas kranium dan kecerdasan emosi
dengan prestasi belajar
Kapasitas kranium mempunyai korelasi yang positif dengan
kecerdasan seseorang. Kecerdasan seseorang adalah salah satu faktor
internal yang bisa digunakan untuk mendukung prestasi belajar
seseorang.
Kecerdasan yang kita ketahui selama ini secara umum disebut dengan
Intelligence Quotient (IQ,) padahal ada kecerdasan lain yang ternyata
turut mendukung prestasi belajar seseorang yaitu kecerdasan emosi
(EQ). Dengan kata lain kecerdasan emosi juga mempunyai korelasi
positif dengan Prestasi belajar seseorang.
13

B. KERANGKA TEORI

Pertumbuhan dan
perkembangan otak

Pertumbuhan dan
perkembangan
(maturasi fugsi) GB,
PFC, TC,PC

Pertumbuhan dan
perkembangan
kranium

Pertumbuhan dan
perkembangan
Peningkatan kapasitas Ras, lingkungan, usia,
kranium
kranium jenis kelamin, nutrisi

Peningkatan
kecerdasan/intelligence

Prestasi belajar Kecerdasan emosi

Kepercayaan diri,
motivasi belajar,
minat belajar,
dukungan keluarga
14

C. HIPOTESIS
Ada hubungan antara kapasitas kranium dan kecerdasan emosi dengan
prestasi akademik pada siswa SD kelas V di Gonilan Surakarta
BAB III

METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan
antara kapasitas kranium dan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar
siswa SD kelas V di Gonilan.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Dasar....
C. POPULASI PENELITIAN
1. Populasi target
Populasi target pada penelitian ini adalah siswa SD di Gonilan.
2. Populasi aktual
Populasi aktual pada penelitian ini adalah siswi kelas V SD ..... di
Gonilan
D. SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING
Pada penelitian ini sampel yang akan menjadi fokus penelitian adalah
siswi kelas V SDN...... Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cluster random sampling.
E. ESTIMASI BESAR SAMPEL
....... (......) menyatakan bahwa penentuan besar sampel bisa menggunakan
rumus slovin, sebagai berikut:
n: N
Keterangan:
N+d2.1 n: ukuran sampel
N: ukuran populasi
d: tingkat kesalahan

Jumlah populasi adalah sejumlah .... orang, sehingga sampel yang dipakai
dalam penelitian ini adalah sebesar .... orang.
n: N
N+d2.1

15
16

F. KRITERIA RESTRIKSI
1. Kriteria Inklusi
- anak perempuan siswi SD kelas V di Gonilan berusia 10-11 tahun
- telah menandatangani lembar infrom konsen dan bersedia menjadi
subjek penelitian
2. Kriteria eksklusi
- kranium tidak intak
- riwayat trauma kepala
- mengalami kelainan pada kranium misalnya hydrocephalus
- mengalami gangguan mental
G. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Kapasitas kranium
a. Definisi: Kapasitas kranium adalah volume interior atau sebelah
dalam dari cranium. Karena kapasitas kranium bertambah seiring
dengan pertumbuhan otak, secara teori ada hubungan yang sangat
kuat antara kapasitas kranium dengan ukuran dari otak. Beberapa
studi telah mengukur estimasi dari kapasitas kranium yang secara
tidak langsung akan menunjukkan volume dari otak. (Ezejindu et
al., 2013)
Kapasitas kranium diukur dengan pengukuran panjang kepala (L),
lebar kepala(W), tinggi kepala(H) dan dimasukkan ke dalam rumus
untuk menghitung kapasitas kranium. Rumus yang dipakai adalah
rumus Lee Pearson pada perempuan sebagai berikut:
V=296,40 + 0,000375 x L x W x H
b. Alat ukur: spreading caliper, kertas milimeter, rumus kapasitas
kranium pada perempuan
c. Skala variabel: numerik rasio
2. Kecerdasan Emosi
a. Definisi: kemampuan seseorang dalam mengolah emosi secara
akurat dan efisien untuk menghadapi tekanan sehingga
kemampuan berpikir tidak terganggu. Kecerdasan emosi dalam
17

penelitian ini diukur dengan skala kecerdasan emosi. Seberapa


tinggi kecerdasan emosi dinilai dengan skor yang diperoleh
responden setelah mengerjakan kuesioner.
Semakin tinggi skor yang diperoleh, semakin tinggi kecerdasan
emosi yang dimiliki.
b. Alat Ukur: kuesioner kecerdasan emosi
c. Skala Variabel: kategorik
3. Prestasi Akademik
a. Definisi: hasil pencapaian siswa dalam proses belajar. Sebagai
gambaran tingkat keberhasilan yang diukur dari nilai-nilai tes hasil
belajar dan berupa angka-angka yang dicantumkan dalam laporan
hasil belajar pada periode tertentu.
b. Alat Ukur: nilai rapor kenaikan kelas 5
c. Skala Variabel: numerik rasio
H. INSTRUMENTASI
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan berbagai instrumen
diantaranya:
1. Lembar persetujuan
Berisi identitas singkat responden serta tanda tangan sebagai bukti
persetujuan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
2. Lembar data diri
Berisi biodata responden yang meliputi nama, jenis kelamin, usia,
tempat dan tanggal lahir, alamat, sekolah, kelas.
3. Kuesioner Kecerdasan Emosi
Kuesioner ini terdiri dari dua macam pernyataan yaitu pernyataan
favourable dan pernyataan unfavourable. Favourable adalah pernyataan
yang mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri adanya atribut yang
diukur. Aitem favourable sebanyak 22 pertanyaan dan unfavourable
sebanyak 16 pertanyaan. Dalam pembuatan alat ukur skala: Sangat setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju(TS), Sangat Tidak Setuju(STS), Pemberian
skor untuk tiap subyek didasarkan pada sifat pernyataan dan alternatif
18

jawaban yang dipilih. Untuk pernyataan yang bersifat favourable adalah


Sangat Setuju bernilai 4, Setuju bernilai 3, Tidak Setuju bernilai 2 dan
Sangat Tidak Setuju bernilai 1. Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat
unfavourable adalah Sangat Tidak Setuju bernilai 1, Setuju bernilai 2,
Tidak Setuju bernilai 3, dan Sangat Tidak Setuju bernilai 4.
Tabel 1
Nomor Soal Jumlah
Favourable 1,2,3,4,5,9,10,11,12,18,19,20,21,26,27,28,29, 22
34,35,36,37,38
Unfavourable 6,7,8,13,14,15,16,17,22,23,24,25,30,31,32,33 16
4. Spreading calliper
Alat yang digunkan untuk mengukur panjang kepala (L) dan Lebar
Kepala (W). Panjang Kepala (L) diukur dari jarak Glabella sampai Inion,
lebar kepala (W) diukur dari jarak antara 2 Eminentia Parietalis.
5. Kertas Milimeter
Tinggi kepala (H) diukur dari Meatus Acuticus Externus sampai Vertex
yang diproyeksikan ke dinding kemudian dukur menggunakan kertas
milimeter.
I. RENCANA ANALISIS DATA
Tes statistik yang digunakan:
1. Distribusi frekuensi
2. Statistik inferensial
3. Analisis korelasi: uji korelasi pearson bila distribusi normal. Jika
distribusi tidak normal dilakukan uji korelasi spearman
4. Analisis variat: menguji normalitas variabel
5. Analisis multivariat: regresi linear prediktif
Program SPSS 24 for windows
J. ALUR PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan alur sebagai berikut:
1. Menentukan sampel dengan cara cluster random sampling.
2. Menentukan besar sampel menggunakan rumus Slovin
19

3. Memperkenalkan diri pada responden dan menjelaskan tujuan


penelitian beserta cara kerja penelitian
4. Responden mengisi biodata
5. Responden diukur panjang, lebar dan tinggi kepala
6. Responden mengisi kuesioner kecerdasan emosi
7. Peneliti data berupa rapor kenaikan kelas V
8. Mengumpulkan data yang sudah didapat
9. Menganalisis data menggunakan SPSS ver 24 for windows
K. JADWAL PENELITIAN

Bulan
Kegiatan
1 2 3 4
Menentukan sampel dan besar sampel
Melakukan penelitian
Menganalisis data
20

BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. DATA HASIL PENELITIAN
B. HASIL ANALISIS
21

BAB V

PEMBAHASAN
22

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN


A. SIMPULAN
B. SARAN
23

Bibliography
Bayat, P.-D., & et al. (2012). Correlation of Skull Size and Brain Volume, with
Age, Weight, Height, and Body Mass Index of Arak Medical Sciences
Students. Int J Morphol, 157-161.

D.N, E., & et al. (2013, July-August). Studies of Cranial Capacity between the
Ages of 14-20 Yrs of Ogidi People of Anambra State, Nigeria. IOSR
Journal of Dental and Medical Sciences, 8(2), 54-59.

Gupta, S., & et al. (2013). Cranial Anthropometry in 600 Indian Adults.
International Journal of Anatomy and Research, 1(2), 115-118.

Meyer-Marcotty, P., & et al. (2014). Three dimensional analysis of cranial growth
from 6 to 12 month of age. European Journal of Orthodontic 36, 489-496.

Prasanna, L. (2013, May-August). A Cranio-Facial Dysmorphic Foetus; A New


Syndrom? 33(2), 155-156.

Rexhepi, A., & et al. (2012). Manifest and Latent Relations between Intracranial
Capacity and Cephalofacial Indexes. Int J. Morphol, 786-790.

Sadakat, A., & et al. (2014, February). Study of Cranial Capacity of Adult North
Indian Human Skulls and its Sexual Dysmorphism. International Journal
of Scientific Study, 1(5), 29-31.

Sarac-Hadzihalilovic, A., Kukic, A., & Refet, G. (2015). Comparative Correlation


Analysis of Cranial Capacity. Journal of Experimental and Clinical
Medecine, 32, 19-24.
24

Anda mungkin juga menyukai