Anda di halaman 1dari 33

EFEK PERUBAHAN INPUT SECARA BERTAHAP (DS 1)

I. TUJUAN

Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat diharapkan :

1. Mengetahui perilaku dinamis dari tangki berpengaduk yang


disusun secara seri
2. Menentukan respon konsentrasi tangki bersusun seri
terhadap perubahan konsentrasi di tangki pertama.
3. Menggambarkan kurva respon konsentrasi tangki bersusun
dan menentukan konstanta waktu (Time Constant).

II. DASAR TEORI

Tangki berpengaduk adalah alat simulasi pengendalian yang


bertujuan menjelaskan simulasi prilaku dari suatu sistem pengendali untuk
tangki-tangki berpengaduk yang disusun secara seri.

Salah satu hal yang penting dari pada tangki yang berpengaduk di
dalam penggunaanya adalah :

1. Mempunyai bentuk yang pada umumnya digunakan yang


berbentuk selinder dan bagian bawahnya cekung.
2. Dapat dilihat dari ukurannya yaitu diameter dan tinggi
tangki.
3. Kelengkapan dari suatu bejana yaitu :
- Ada atau tidaknya buffle, yang berpengaruh pada
pola aliran di dalam tangki.
- Jaket atau coil pendingin/pemanas yang berfungsi
sebagai pengendali suhu.
- Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk
proses kontinyu.
- Tutup tangki.
4. Pengaduk, biasanya zat cair diaduk dalam suatu bejana
yang biasa berbentuk selinder dengan sumbu terpasang vertical.
Bagian atas bejana ini mungkin terbuka saja keudara atau dapat
pula tertutup.

Pada ujung tangki membulat maksudnya agar atau tidak terlalu


banyak sudut-sudut tajam atau daerah yang sulilt ditembus arus zat cair.
Kedalam zat cair biasanya hampir sama dengan diameter tangki, dan di
dalam tangki dipasang impeller pada ujung poros yang menggantung
artinya poros itu ditumpu dari atas. Poros tersebut digerakkan oleh motor,
yang kadang-kadang dihubungkan langsung dengan poros itu.

Pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagai maksud tergantung


dari tujuan langkah pengolahan itu sendiri. Tujuan dari pengadukan antara
lain :

1) Untuk mencampur dua macam zat cair yang mampu campur.


2) Melarutkan padatan seperti garam dan air.
3) Untuk mendispersikan gas dalam zat cair yang menjadi
gelembung-gelembung halus dalam suspensi agar suatu
mikroorganisme untuk fermentasi atau untuk proses kerja Lumpur
dalam proses pengolahan limbah.
4) Untuk suspensasi padatan halus dalam zat cair seperti dalam
hidrogenesasi katalik, dimana gas-gas hydrogen didispersikan melalui
zat cair dimana terdapat partikel-pertikel katalis padat dalam keadaan
suspensi di dalam bejana hidrogenasi.
5) Pengadukan fluida mempercepat proses perpindahan panas antara
zat cair dengan kumparan atau mantel kalor dalam dinding bejana,
dimana kalor reaksi diangkut melaui kumparan atau mantel.

Tangki ini termasuk sistem tangki kontinyu untuk reaksi–reaksi


sederhana. Berbeda dengan sistem operasi batch di mana selama reaksi
berlangsung tidak ada aliran yang masuk atau meningggalkan sistem
secara berkesinambungan, maka di dalam tangki alir (kontinyu), baik
umpam maupun produk akan mengalir secara terus menerus. Sistem
seperti ini memungkinkan kita untuk bekerja pada suatu keadaan dimana
operasi berjalan secara keseluruhan dari padab sistem berada dalam
kondisi stasioner. Ini berarti bahwa baik aliran yang masuk , aliran keluar
maupun kondisi operasi reaksi di dalam tangki tidak lagi berubah oleh
waktu. Pengertian waktu reaksi tidak lagi sama dengan lamanya operasi
berlangsung, tetapi akivalen dengan lamanya reaktan berada di dalam
tangki. Penyataan terakhir ini biasa disebut waktu tinggal campuran di
dalam tangki, yang besarnya ditentukan oleh laju alir campuran yang lewat
serta volume tangki di mana reaksi berlangsung.
Tangki tipe ini bisa terdiri dari satu tangki atau lebih. Biasanya
tangki–tangki ini dipasang vertikal dengan pengadukan sempurna.
Pengadukan pada masing-masing tangki dilakukan secara kontinu
sehingga diperoleh suatu keadaan di mana komposisi campuran di dalam
tangki benar-benar seragam. Tangki tangki ini biasanya digunakan untuk
reaksi-reaksi dalam fase cair, untuk reaksi heterogen cair – padat atau
reaksi homogen cair- cair dan sebagainya.

Tiga buah tangki berpengaduk yang disusun secara seri


mempunyi respon berbentuk kurva eksponensial untuk tanki pertama :
tempat terjadi perubahan input , dan kurva sigmoidal (bentuk huruf S)
untuk dua tangki berikutnya. Perbedaan bentuk kurva diakibatkan oleh
transfer lag ; kelembapan akibat perpindahan , yang pada akhirnya akan
mencapai konstan pada titik yang sama.

A adalah konsentrasi dalam tangki pertama setelah terjadinya


oerubahan input konsenrasi yang diukur menggunakan alat konduktor,
sedangkan E adalah konsentrasi awal (konduktivitas awal) dan t adalah
waktu konstan aau time constant, yang besarnya 2/3 dari total perubahan
mencapai konstan (63,2%) .

A = E (1 - −t /T
e ) dapat disederhanakan menjadi dA/dT = (E/T)
−t /T
e

A = 0,6321 E

Dikarenakan kelambatan ini, maka suatu perubhan terhadap


input akan kembali stabil etelah waktu konstan, dengan menghitung waktu
konstan maka dapat diperkirakan waktu yang dibutuhjjan oleh suatu
perubahan untuk mencapastabil suatu keadaan konstan atau stabil sehingga
pengaturan dapat sebelum perubahan tersebut disarankan oleh suatu proses
atau system.

III. BAHAN DAN ALAT


a. Bahan yang digunakan :
Kalium klorida yang dilarutkan dalam air sehingga mencapai
konsentrasi 0,025 M dalam tangki berpengaduk(2 L)
b. Alat yang digunakan :
1) 1 set tangki berpengaduk bersusun seri
2) 1 set konduktometer
3) Stopwatch
4) Gelass kimia 100mL , 50ml , 500 ml
5) Labu takar 1000ml
6) Spatula, pengaduk, botol aquades.

IV. LANGKAH KERJA


1. Mengkalibrasi konduktormeter yang akan digunakan sesuai
prosedur kalibrasi.
2. Mempersiapkan 10 liter aquades dalam tangki
penampungan dibelakang alat.
3. Mengisi ke 3 tangki berpengaduk dibagian depan dengan
larutan KCl 0,025 M.
4. Menghidupkan pengaduk dan atur lajupengadukan dengan
kecepatan medium. Ukur konduktivitas ke 3 tangki di depan,
pastikan nilai konduktivitas harus sama (matikan pengaduk saat
melakukan pengukuran konduktivitas)
5. Menghidupkan pompa dan alirakan aquadest dari tangki
penampungan ketangkiberpengaduktentukan laju alir ke tangki
berpengaduk dengan menggunakan stopwatch (volume air
tertampung/waktu).
6. Memasukkan selang berisi aquadest ke tangki berpengaduk
I dan catat waktu sebagai waktu 0 menit.
7. Mengukur konduktivias di tangki berpengaduk I,II,III
bergantian setiap 2 menit . (matikan pengaduk saat melakukan
pengukuran konduktivitas)
8. Mengulangi langkah ke7 hingga didapat harga
konduktivitas yang konstan dike3 tangki berpengaduk.
9. Setelah selesai, mengosongkan seluruh tangki penampung
dan ke 3 tangki berpengaduk. Cucibersih dengan air karena sisa air
garam dapat membuat korosi pada alat.

Alternatif :

Ke 3 tangki berpengaduk di isi dengan larutan KCL 0,025 M


(±2000mL) sedangkan tangki penampungan di isi dengan air
aquades.
V. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Pengkonstanan Konduktivity Aliran Masuk
Tangki 1 Tangki 2 Tangki 3
6,80 6,91 6,75
6,79 6,8 6,76
6,79 6,8 6,78
6,78 6,8 6,77
6,78 6,79 6,67
6,78 6,79 6,77
6,77 6,78 6,78
6,76 6,77 6,78
6,76 6,76 6,77
6,75 6,75 6,75

Tabel 2. Pengkostanan Konduktivity Aliran Keluar


Waktu Konduktivity (mS/cm)
Tanki 1 Tanki 2 Tanki 3
(menit)
0 6,75 6,75 6,75
2 1,284 2,95 4,53
4 0,785 1,97 3,45
6 0,466 1,218 2,46
8 0,347 0,799 1,378
10 0,279 0,565 1,260
12 0,242 0,403 0,907
14 0,205 0,304 0,631
16 0,185 0,244 0,454
18 0,180 0,227 0,426
20 0,178 0,208 0,397
22 0,175 0,194 0,363
24 0,173 0,187 0,300
26 0,170 0,181 0,266
28 0,168 0,175 0,232
30 0,166 0,172 0,211
32 0,165 0,170 0,204
34 0,164 0,168 0,200
36 0,163 0,166 0,186
38 0,162 0,164 0,183
40 0,161 0,163 0,172
42 0,160 0,161 0,168
44 0,160 0,160 0,164
46 0,160 0,160 0,162
48 0,160 0,160 0,160
50 0,160 0,160 0,160
52 0,160 0,160 0,160
Grafik 1. Grafik Perubahan Konduktivitas panda Tangki 1, 2 dan 3

Grafik 2. Grafik Time Constant


VI. PERHITUNGAN
Time Constant secara teori (Kt)
K max = 6,75
Kmin = 0,160
Kt = (K max – Kmin) 63,2%
= (6,75 – 0,160) 63,2%
= 6,59 x 0,632
= 4,16

Time Constant secara praktek (Kp)


Kp = 0,21 (Lihat Grafik)

Laju aliran masuk


V = 50 ml
t = 11 s
50 ml
Q =
11 s
= 4,545 ml/s

Volume yang dibutuhkan tangki 1 dalam mencapai waktu konstan


V = Qxt
= 4,545 ml/s x 2,5 menit
= 4,545 ml/s x 150 s
= 681,75ml
VII. ANALISA PERCOBAAN
Setelah melakukan praktikum kali ini, dapat dianalisa bahwa
tangki berpengaduk yang disusun secara berseri mempunyai jarak yang
berbeda antar setiap tangkinya. Tangki 1 dant angki 2 dihubungkanl
angsungolehpipa di bagian bawah tangki tersebut, sehingga saat tangki 1
berisi suatu larutan maka tangki 2 juga akan langsung berisi larutan
dengan tinggi dan volume yang sama seperti tangki 1. Sedangkant angki 2
dantangki 3 dihubungkan dengan pipa dengan jarak tertentu. Setelah
tangki 2 mencapai maksimum, cairan di tangki 2 akan masuk ke dalampipa
yang dipasang berdiri dalam tangki, cairan lalu turun dan masuk ke dalam
tangki 3 melalui bagian bawah tangki 3. Jarak yang berbeda antara tangki
1, 2, dan 3 tersebut menyebabkan adanya sifat dinamis panda tangki
berpengaduk yang disusun secara berseri. Pada prinsipnya air yang
terdapat dalam bak penampung dibagian belakang dialirkan menuju ketiga
tangki berpengaduk yang sebelumnya telah diisi dengan larutan KCl,
sehingga air yang mengalir ke tangki akan mengisi tangki dan bercampur
dengan larutan KCl sehingga terjadi perubahan konsentrasi pada masing –
masing tangki. Tetapi lama – kelamaan konsentrasi ketiga tangki akan
sama pada waktu tertentu.
Pada setiaptangkitersebut, di isidenganlarutanKCl 0,025 M,
konduktivitas larutan yang semula3,26ms/cm lama kelamaan menurun
seiring dengan penambahan air darit angki belakang. Air pada tangki
belakang dialirkan dengan laju alir 9,44 ml/s. Dari data pengamatan dapat
dilihat bahwa, perubahan konduktivitas panda tangki ke-3 lebih lama dari
panda tangki pertama dan kedua.Hal ini dikarenakan penyusunan tangkit
ersebut memiliki jarak yang jauh dan prinsip pemasangannya
berbedadenga pemasangan tangki 1 dan 2.Larutan pada ke tiga tangki
berada pada keadaan konstan mulai pada menit ke 18 sampai menit –
menit berikutnya hingga menit ke 34 larutan tetap konstan.
Dari perhitungan akan didapatkan harga konstanta waktu pada ketiga
tangki yaitu, 2,271 menit, 7,1358 menit, dan17,3295 menit.
Untukmenentukan volume yang dibutuhkan tangki 1 dalam mencapai
waktu konstan, dihitung dengan mengetahui laju alir masuk dan waktu
yang didapat dari grafik.

VIII. KESIMPULAN
1. Tangki berpengaduk yang disusun secara berseri memiliki
perilaku dinamis akibat adanya jarak yang berbeda antara ketiga
tangki.
2. Konduktifitas larutanKCl 0,025 M panda tangki setiap
tangki lama kelamaan menurun dengan adanya penambahan
aquadest.
3. Larutan pada ke tiga tangki berada pada keadaan konstan
mulai pada menit ke 18 sampai menit – menit berikutnya hingga
menit ke 34 larutan tetap konstan.
4. Harga konstanta waktu pada ketiga tangki adalah 2,271
menit, 7,1358 menit, dan17,3295 menit.
GAMBAR ALAT

4 5 6 7 8
3 9

Tangki Berpengaduk dengan sususan seri

Keterangan

1. Pengaduk
2. Tanki
3. Konduktometer
4. Tombol on/off
5. Tombol stirrer
6. Tombol pump
7. Selang air masuk
8. Bak penampung
9. Selang keluaran
PENENTUAN WAKTU MATI ( DEAD TIME )
(DS 2)

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui perilaku dinamis dari tangki berpengaduk yang
disusun secara seri
2. Menentukan waktu mati pada tangki bersusun seri akibat
perubahan jarak
3. Menggambarkan kurva respon konsentrasi tangki bersusun.

II. BAHAN DAN ALAT


a. Alat yang digunakan
1) 1 set tangki berpengaduk bersusun seri
2) 1 set konduktometer
3) Stopwatch
4) Gelass kimia
5) Labu takar 1000ml
6) Spatula
7) Pengaduk
8) Gelas Ukur
9) Kaca Arloji
10) Corong
11) Pipet ukur
12) Bola karet

b. Bahan yang digunakan


1) KCl 0,03 M dalam 3 L
2) KCl 0,1 M dalam 100ml (untuk kalibrasi)
3) Aquadest

III. DASAR TEORI


Waktu mati atau dead time adalah waktu mulai dari terjadi perubahan
input hingga input terukur oleh system. Dead time terjadi dikarenakan tempat
pengukuran terletak jauh dari tempat perubahan input, umumnya oleh pipa aliran
yang panjang sehingga saat terjadi perubahan di pangkal pipa, perubahan baru
terukur setelah waktu tertentu. Hal ini menyebabkan perubahan tidak langsung
dapat dideteksi sehingga pertauran yang seharusnya dilakukan menjadi lambat
sehingga proses pengendalian menjadi tidak optimal.

controller pengukuran

Katup kontrol

Sistem (proses)

Pada gambar di atas tujuan pengendalian adalah mempertahankan harga


pengukuran pada proses (system) sesuai dengan set point. Apabila terjadi
perubahan pada harga pengukuran, maka error dari hasil pengukuran terhadap set
point akan diberikan kepada controller yang kemudian memberikan perintah
kepada katup control untuk memberikan aliran tertentu agar aliran tersebut
menghasilkan perubahan yang akan membuat harga pengukuran kembali ke harga
set point namun karena jarak yang tau antara katup control dan proses akan
menyebabkan terjadinya dead time yaitu dimana katup control telah memberikan
perubahan namun perubahan yang melalui pipa panjang tidak langsung berakibat
langsung pada proses. Sealng waktu ini membuat harga error berikut yang
kemudian mengakibatkan controller memberikan perintah lanjut kepada katup
control untuk memberikan aliran baru kembali. Semakin besar dead time yang
terjadi akan menyebabkan pengendalian menjadi tidak terkendali. Katup control
sebaiknya terletak didekat proses atau system sedangkan alat ukur atau controller
dengan menggunakan tranmisi listrik dapat diletakan ditempat yang lebih jauh.

Tiga buah tangki berpengaduk yang disusun secara seri mempunyi respon
berbentuk kurva eksponensial untuk tanki pertama : tempat terjadi perubahan
input , dan kurva sigmoidal ( bentuk huruf S) untuk dua tangki berikutnya.
Perbedaan bentuk kurva diakibatkan oleh transfer lag ; kelembapan akibat
perpindahan , yang pada akhirnya akan mencapai konstan pada titik yang sama.

A adalah konsentrasi dalam tangki pertama setelah terjadinya oerubahan


input konsenrasi yang diukur menggunakan alat konduktor, sedangkan E adalah
konsentrasi awal (konduktivitas awal) dan t adalah waktu konstan aau time
constant, yang besarnya 2/3 dari total perubahan mencapai konstan (63,2%) .

A = E (1 - ) dapat disederhanakan menjadi dA/dT = (E/T)


A = 0,6321 E
Dikarenakan kelambatan ini, maka suatu perubhan terhadap input akan
kembali stabil etelah waktu konstan, dengan menghitung waktu konstan maka
dapat diperkirakan waktu yang dibutuhjjan oleh suatu perubahan untuk
mencapastabil suatu keadaan konstan atau stabil sehingga pengaturan dapat
sebelum perubahan tersebut disarankan oleh suatu proses atau system.

Pemilihan susunan rangkaian reactor dipengaruhi oleh berbagai


pertimbangan, tergantung keperluan dan maksud dari operasinya. Masing-masing
rangkaian memiliki kelebihan dan kekurangan, karena di dunia ini tidak ada yang
sempurna. Semua yang ada didunia ini saling melengkapi satu sama lainnya.
Secara umum, rangkaian reactor yang disusun secara seri itu lebih baik dibanding
secara parallel. Setidaknya ada 2 sisi yang dapat menjelaskan kenapa rangkaian
reactor secara seri itu lebih baik. Pertama, ditinjau dari konversi reaksi yang
dihasilkan dan yang kedua ditinjau dari sisi ekonomisnya.

Pertama, ditinjau dari konversi reaksinya. Feed yang masuk ke reactor


pertama dalam suatu rangkaian reactor susunan seri akan bereaksi membentuk
produk yang mana pada saat pertama ini masih banyak reaktan yang belum
bereaksi membentuk produk di reactor pertama, sehingga reactor selanjutnya
berfungsi untuk mereaksikan kembali reaktan yang belum bereaksi dan seterusnya
sampai mendapatkan konversi yang optimum. Secara sederhana, reaksi yang
berlangsung itu dapat dikatakan berkali-kali sampai konversinya optimum.
Konversi yang optimum merupakan maksud dari suatu proses produksi.
Sementara itu jika dengan reactor susunan parallel, dengan jumlah feed yang
sama, maka reaksi yang terjadi itu hanya sekali sehingga dimungkinkan masih
banyak reaktan yang belum bereaksi. Walaupun pada outletnya nanti akan
dijumlahkan dari masing-masing reactor, namun tetap saja konversinya lebih
kecil, sebagai akibat dari reaksi yang hanya terjadi satu kali.

Kedua, tinjauan ekonomisnya. Dalam pengadaan alat yg lain, misal jika


seri hanya memerlukan satu wadah untuk bahan baku (baik dari beton ataupun
stainless steel), dan konveyor yang digunakan juga cukup satu. Namun jika
paralel mungkin memerlukan wadah lebih dari satu ataupun konveyor yang lebih
dari satu untuk memasukkan feed ke masing-masing reactor. Konsekuensi yang
lain dari suatu reactor rangkain parallel adalah karena masih ada reaktan yang
banyak belum bereaksi maka dibutuhkan lah suatu recycle yang berakibat pada
bertambahnya alat untuk menampungnya, sehingga lebih mahal untuk
mendapatkan konversi yang lebih besar.

IV. LANGKAH KERJA


a. Kalibrasi Konduktometer
1. Memasang sek konduktivitas pada socket “cond cell” dengan socket
berwarna hitam
2. Memasang resistance termometer pt-100 pada socket warna merah.
3. Menghidupkan alat konduktometer
4. Mengecek harga kanstanta cell npada elektroda immension cell,
memasukan harga 1,00 pada “cell const” dan menekan tombol xl
5. Memasukkan harga temperature pada “temp” dengan menekan tombol
“temp”
6. Memasukkan harga keef temp, untuk larutan KCl 2,00 sedangkan untuk
yang lain, dapat melihat pada tabel, jika tidak dalam tabel memasukan harga
2
7. Menggunakan frekuensi 2KHz (tombol tidak ditekan)
8. Mengisi gelas kimia 100 ml KCl 0,1 N dan memasukkan elektroda
kedalamnya.
9. Mengatur temperature larutan KCl sesuai dengan tabel atau menekan
tombol “temp”
10. Memasukkan harga K pada suhu larutan untuk menghitung
konstanta cell (K)
K = K pada tabel temp t/m pengukuran
11.Kalibrasi telah selesai dan mencetak harga konduktivitas larutan KCl 0,1N

b. Perlakuan Pada Tangki


10. Mempersiapkan larutan KCL 0,03 M dalam wadah 3L dan
aquadest pada tangki penampung bagian belakang
11.Mengisi ke 3 tangki berpengaduk dibagian depan dengan larutan KCL
0,35 M. Mengisi juga gelas kimia 1L dengan larutan KCL.
( Membagi 4 bagian yang sama dalam ketiga tangki dan satu gelas kimia.
Menghubungkan tangki ketiga dengan gelas kimia 1L dengan selang
melingkar )
12. Menghidupkan pengaduk dan mengatur laju pengadukan dengan
kecepatan medium. Mengkur konduktivitas ketiga tangki di depan , pastikan
nilai konduktivitas harus sama (mematikan pengaduk saat melakukan
pengukuran konduktivitas)
13. Menghidupkan pompa dan mengalirkan aquadest dari tangki
penampungan ke gelas ukur 100 mL menentukan laju alir ke tangki
berpengaduk dengan menggunakan stopwatch (volume air tertampung /
waktu).
14. Memasukkan selang berisi aquadest ke tangki berpengaduk I dan
mencatat waktu sebagai waktu 0 menit.
15. Mengukur konduktivitas di tangki berpengaduk I dan gelas kimia
1L bergantian setiap 0,5 menit selama 5 menit pertama . (mematikan
pengaduk saat melakukan pengukuran konduktivitas)
16. Melanjutkan pengamatan setiap 2 menit hingga didapat harga
konduktivitas yang konstan di tangki berpengaduk 1 dan gelas kimia 1L
17. Setelah selesai , mengosongkan seluruh tangki penampung dan ke
3 tangki berpengadukdan gelas kimia. mencuci bersih dengan air karena sisa
air garam dapat membuat korosi pada alat.

V. DATA PENGAMATAN
Tabel 1. Tabel Konduktivitas

konduktivitas
T (menit)
tangki 1 tangki 4
0 4,4 4,4
0,5 3,78 4,39
1 2,76 4,28
1,5 2,14 4,13
2 1,7 4,09
2,5 1,37 3,74
3 1,07 3,58
3,5 0,87 3,29
4 0,74 3,13
4,5 0,6 2,94
5 0,5 2,64
konduktivitas
T (waktu) Tangki Tangki
1 4
7 0,27 1,59
9 0,21 1
11 0,17 0,56
13 0,16 0,35
15 0,15 0,24
17 0,14 0,19
19 0,14 0,16
21 0,14 0,15
23 0,14 0,14
25 0,14 0,14
27 0,14 0,14
29 0,14 0,14

Grafik 1

0,3

3,5
Grafik 2

0,4

12

Grafik 3

0,3

3,5
VI. PERHITUNGAN

1. Pembuatan Larutan
a. KCl 0,1 M dalam 100 ml
Gr = M x V x BM
= 0,1 mol/L x 0,1 L x 74,5 gr/mol
= 0,745 gr

b. KCl 0,03 M dalam 3 Liter


Gr = M x V x BM
= 0,03 mol/L x 3 L x 74,5 gr/mol
= 6,705 gr / 3 = 2,235 gr (dalam 1 L)

2. Perhitungan debit
Untuk tiap 100 ml, waktu yang dibutuhkan adalah 15,0533 detik
Q =V/t
= 100 ml /15,0533 detik
= 6,643 ml/detik

3. Penentuan Dead Time


Dari grafik 1 didapat Dead Time 3,5 menit = 210 detik
Volume Dead Time = Debit x Dead Time
= 6,643 ml/detik x 210 detik
= 1395,03 ml

Dari grafik 2 didapat Dead Time 12 menit = 720


Volume Dead Time = Debit x Dead Time
= 6,643 ml/detik x 720 detik
= 4782,96 ml
VII. ANALISA DATA
Setelah melakukan praktikum “DS – 2 (penentuan dead time) dapat
dianalisa bahwa percobaan ini bertujuan untuk menentukan waktu mati pada
tangki bersusun seri akibat adanya perubahan jarak. Dimana pada awal percobaan
ini dilakukan proses kalibrasi konduktometer yang akan digunakan dengan larutan
KCl. Dalam percobaan ini, tangki berpengaduk diisi dengan larutan KCl dan
tangki penampung diisi dengan aquadest. Kemudian setelah semua tangki
berpengaduk berisi larutan KCl, dilakukan pengukuran harga konduktivitas awal.
Percobaan ini dilakukan pengukuran konduktivitas selama 5 menit pertama
dengan selang waktu 0.5 menit. Kemudian setelah 5 menit, dilakukan pengukuran
dengan selang waktu 2 menit hingga harga konduktivitas konstan. Pengukuran
harga konduktivitas selama 5 menit pertama bertujuan untuk menentukan dead
time yang terjadi akibat adanya perubahan jarak. Diaman pada keadaan ini tangki
1 telah memberikan perubahan namun perubahan yang melalui pipa tidak
langsung berakibat pada proses. Semakin besar dead time yang terjadi akan
mengakibatkan controller pengendalian juga mengalami kelambatan (lag proses).
Hal ini dapat diminimalisir dengan memperkecil jarak antar katup control dan
proses (system) tetapi memperbesar jarak alat controller yang menggunakan
transmisi listrik. Selain itu, laju alir fluida yang digunakan juga mempengaruhi
pengenceran larutan, dimana apabila laju alir yang digunakan semakin besar maka
larutan akan cepat mengencer dan sulit untuk menentukan dead time dari larutan
tersebut.

VIII. KESIMPULAN
1. Tangki berpengaduk yang disusun secara berseri memiliki perilaku
dinamis akibat adanya jarak yang berbeda antara ketiga tangki.
2. Waktu dimana konduktivitas pada tangki keempat sama dengan
ketiga
tangki lainnya adalah pada 23 menit
3. Dead time adalah waktu mulai dari terjadi perubahan input hingga
input
terukur oleh system.
4. Dead Time terjadi pada menit ke 12 dan Volume Dead Time
sebesar
4,78296 liter.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun.2014. “Petunjuk Praktikum Pengendalian Proses”. Politeknik


Neger iSriwijaya : Palembang

\
GAMBAR ALAT

4 5 6 7 8
3 9

TangkiBerpengadukdengansususanseri

Keterangan

10. Pengaduk
11. Tanki
12. Konduktometer
13. Tombol on/off
14. Tombol stirrer
15. Tombol pump
16. Selang air masuk
17. Bak penampung
18. Selang keluaran
Labu Takar Gelas Kimia Pipet Tetes

Spatula Pengaduk Pipet Ukur

Bola Karet Corong Konduktometer 660


EFEK PERUBAHAN INPUT BERULANG (DS 3)

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui efek perubahan input berulang pada kestabilan proses
tiga tangki.
2. Menggambartkan kurva perubahan respon konsentrasi tangki
bersusun.
3. Menjelaskan akibat perubahan input berulang pada kestabilan
proses.

II. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan :
1) Tangki berpengaduk bersusun seri : 1 set
2) Konduktometer : 1 buah
3) Stop Watch : 1 buah
4) Gelas Kimia 1000 ml, 100 ml : 1/1 buah
5) Labu takar 100 ml : 1 buah
6) Spatula : 1 buah
7) Neraca Analitik : 1 buah
8) Kaca Arloji : 1 buah
9) Botol Aquades : 1 buah

b. Bahan yang digunakan:


1) Air
2) KCl 0,1M
3) KCl 0,03 M

III. DASAR TEORI


Reaktor adalah suatu tempat terjadinya reaksi kimia untuk mengubah suatu
bahan menjadi bahan lain yang mempunyai nilai ekonomis lebih
tinggi.ContinousStirred Tank Reactor (CSTR) merupakan suatu tangki
berpengaduk yang digunakan untuk mencampur dua atau lebih bahan kimia dalam
bentuk cairan. Salah satu hal penting dari CSTR di dalam penggunaannya adalah :
1. Mempunyai bentuk yang ada pada umunya digunakan yang berbentuk
silinder dan bagian bawahnya cekung.
2. Dapat dilihat dari ukurannya yaitu diameter Sn tinggi tangki
3. Kelengkapan dari suatu bejana yaitu :
a. Ada satu bufle yang berpengaruh pada aliran di dalam tangki
b. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu
c. Tutup tangki
4. Pengaduk, biasanya alat zat cair diaduk di dalam suatu bejana yang bagian
atasnya bisa terbuka saja ke udara atau dapat pula tertutup

Pada tangki berpengaduk, terjadinya pengadukan merupakan hal penting,


karena dengan pengadukan menyebabkan reaksi menjadi homogen sehingga
terdapat umpan masuk dan terbentuk produk yang keluar selama proses.
Pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagai keperluan tergantung dari tujuan
langkah pengolahan itu sendiri. Tujuan dari pengadukan antara lain:
1. Untuk mencampur dua macam zat cair yang mampu campur
2. Melarutkan padatan seperti garam dalam air
3. Untuk medispersikan gas dalam zat cair yang menjadi gelembung-
gelembung halus dalam suspensi atau mikroorganisme untuk fermentasi atau
untuk proses kerja lumpur dalam proses pengolahan limbah
4. Untuk suspensi padatan halus dalam zat cair seperti dalam hidrogenasi
katalitik, dimana gas-gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana
terdapat partikel-partikel katalis padat dalam keadaan suspensi di dalam
bejana hidrogenasi
5. Mempercepat proses perpindahan panas antara zat cair dengan kumparan
atau mantel kalor dalam dinding bejana.

Alat ini terdiri dari tiga buah tangki berpengaduk utama yang
dihubungkan secara seri, tangki I dan tangki II dihubungkan langsung oleh pipa di
bagian bawah tangki tersebut seperti bejana berhubungan, sehingga saat tangki I
berisi suatu larutan, maka tangki II juga akan langsung berisi larutan dengan
tinggi dan volume yang sama seperti tangki I. Tangki III berhubungan dengan
tangki II dengan jarak tertentu. Jarak antara tangki dibuat sedemikian rupa
sehingga walau tangki bersebelahan dengan tangki II, proses pengisisan tangki III
adalah setelah tangki III terisi pada ketinggian maksimum. Setelah tangki II
mencapai maksimum, cairan ditangki II akan masuk ke dalam pipa yang dipasang
berisi di dalam tangki II, cairan lalu turun dan masuk ke dalam tangki III melalui
bagian bawah tangki III. Jarak yang berbeda antara tangki I, II, III memungkinkan
untuk mempelajari efek jarak terhadap pengukuran dan pengendalian.
Tangki berpengaduk adalah alat simulasi pengadukan yang bertujuan
untuk menjelaskan simulasi penting dari suatu sistem pengadukan untuk tangki-
tangki berpengaduk yang disusun secara seriTiga buah tangki yang bersusun seri
dapat diketahui waktu konstantanyuadimanasuatu proses menjadi konstanta
setelah input diubah setelah periode waktu tertentu.

Namun, apabila input mengalami perubahan secara berulang maka sulit


untuk membentuk waktu konstanta dan karenanya proses akan sulit menjadi stabil
dan dapat mengakibatkan proses menjadi tak terkendali. Praktikum DS3
menstibulasikansuatu keadaan dimana proses di ketiga tangki mencapai
kestabilan, namun kemudian terjadi perubahan input pada salah satu tangki
sehingga kestabilan tangki terganggu.

IV.LANGKAH KERJAA
a. Prosedur Kalibrasi
1. Membuat larutanmKCl 0,1 M sebanyak 100 ml
2. Mengukur temperatur, diatur 250C.
3. Mencelupkan elektroda ke dalam larutan, kemudian menekan
tombol cond. Apabila pembacaannya kuraang atau lebih dari 12,88 maka
harga pembacaan dibagi dengan 12,88.
4. Mengukur pembacaan dengan menekan tombol sesuai dengan
pengendaliannya. Misalnya, pembacaan pada display 12,91 maka dibagi
dengan 12,88 menjadi 1,00 pengalinya 1x denganpembacaan 0,01.
5. Apabila kalibrasi telah selesai dilakukan, tombol standby ditekan
dan konduktometer siap digunakan.

b. Prosedur Pengukuran Efek Berulang


1. Mengkalibrasikonduktometer yang akan digunakan sesuai prosedur
kalibrasi.
2. Menyiapkan larutan KCl 0,3 M dalam wadah 3000 ml dan akuades
pada tangki penampung di bagian belakang.
3. Mengisi ketiga tangki berpengaduk di bagian depan dengan larutan
KCl 0,03 M. Isi juga sebuah gelas kimia 1000 ml dengan larutan KCl.
Selang dihubungkan ke bagian pengeluaran tangki 3 ke wadah
penampung.
4. Menghidupkan pengaduk dan mengatur laju pengadukan pada
kecepatan medium. Konduktivitas ketiga tangki diukur. Pastikan nilai
konduktivitas harus sama (Matikan pengaduk saat mengukur
konduktivitas).
5. Menghidupkan pompa dan mengalirkan aquades dari penampung
ke gelas ukur 100 ml, laju alir ke tangki berpengaduk ditentukan dengan
stopwatch. (Volume air tertampung/waktu, 100 ml 10-15 detik).
6. Memasukkan selang berisi aquades ke tangki berpengaduk 1 dan
mencatat waktu sebagai t = 0 menit
7. Mengukur konduktivitas di tangki I, II, III bergantian setiap 1
menit selama 10 menit pertama.
8. Setelah 10 menit, 30 ml larutan KCl dimasukkan dari gelas kimia
1000 ml ke tangki 1. Pengamatan dilanjutkan setiap 1 menit hingga 10
menit. Langkah 8 diulangi hingga terjadi penambahan 3x 30 ml larutan
KCl ke tangki bersusun.
9. Setelah selesai, tangki dikosongkan dan dicuci bersih untuk
menghindari korosi.

c. Keselamatan Kerja
Pastikan area lingkungan praktikum selalu kering, bersihkan setiap
tumpahan karena larutan garam walaupun berkonsentrasi rendahmerupakan
konduktor listrik yang baik. Lantai harus kerinng, gunakan alas kaki bila
perlu. Peralatan yang telahsrelesai digunakan harus dibilas dengan air. Garam
tersisa bersifat korosif dan dapat merusak peralatan.

V. Data PENGAMATAN
Waktu (menit) Tangki 1 Tangki 2 Tangki 3 Keterangan
0 4,81 4,81 4,82
1 2,42 3,95 4,56
2 1,246 2,67 3,81
3 0,677 1,697 2,9
4 0,384 1,009 2,01
5 0,264 0,629 1,314
6 0,197 0,411 0,869
7 0,1644 0,285 0,586
8 0,1489 0,212 0,398
9 0,1442 0,182 0,289
10 0,1395 0,1567 0,224
Penambahan 30 ml
11 0,405 0,345 0,24
KCl 0,1M
12 0,282 0,333 0,289
13 0,23 0,301 0,3
14 0,1906 0,248 0,283
15 0,176 0,214 0,255
16 0,1695 0,1898 0,226
17 0,1662 0,1766 0,1977
18 0,1653 0,1704 0,1842
19 0,16567 0,1678 0,1752
20 0,1642 0,1652 0,1698
Penambahan 30 ml
21 0,437 0,383 0,263
KCl 0,1 M
22 0,301 0,361 0,326
23 0,233 0,3 0,326
24 0,216 0,263 0,306
25 0,208 0,24 0,272
26 0,205 0,225 0,258
27 0,1975 0,214 0,238
28 0,1967 0,209 0,226
29 0,196 0,205 0,217
30 0,196 0,1983 0,21
Penambahan 30 ml
31 0,503 0,396 0,278
KCl 0,1 M
32 0,368 0,399 0,333
33 0,292 0,357 0,352
34 0,253 0,321 0,346
35 0,22 0,279 0,325
36 0,218 0,263 0,306
37 0,218 0,241 0,278
38 0,221 0,232 0,258
39 0,217 0,226 0,245
40 0,217 0,222 0,234
VI. PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan
a. KCl 0,1M 100 ml (untuk kalibrasi)
Gr = M . V.BM
= 0,1 M . 0,1 L. 74,55 gr/mol
= 0,7455 gr

b. KCl 0,03 M 3000ml (untuk pengukuran konduktivitas)


Gr = M . V . BM
= 0,03M . 3 L . 74,55 gr/mol
= 6,7095 gr

2. Pengukuran Laju Alir


Volume air tertampung = 100 ml
Waktu = 12 s
V 100 ml
Q = = = 8,3ml/s
t 12 s

VII. ANALISIS PERCOBAAN


Setelah dilakukan praktikum, dapat dianalisa bahwa percobaan
ini bertujuan menunjukkan adanya perubahan input secara berulang.
Yang membedakan praktikum sebelumnya adalah penambahan KCl
30 ml setiap 10 menit sebanyak 3 kali. PenambhanKCl ini dapat
menganggu kestabilan proses menjadi tidak terkendali jika dilakukan
terus-menerus.
Penambahan KCl dapat menyebabkan konduktivitas larutan naik
dari sebelumnya. Pada tangki I, perubahan tersebut dapat dirasakan
langsung setelah penambahan. Misalnya penambahan KCl pada 10
menit pertama menyebabkan konduktivitas larutan pada tangki I naik
dari 0,1395 mS/oC menjadi 0,405 mS/oC. Walaupun perubahan
tersebut tidak terlalu besar. Penambahan KCl pada 10 menit kedua
memberikan efek perubahan yang sedikit lebih besar yaitu 0,1642
mS/oCmenjadi 0,437 mS/oC. sementara perubahan konduktivitas
terbesar terjadi pada 10 menit ketiga, yaitu dari 0,196 mS/ oC menjadi
0,503 mS/oC. hal ini terjadi karena pada menit penghujung,
konduktivitas sudah menurun cukup jauh dan adanya penambahan
KCl menyebabkan kenaikan konduktivitas yang lebih tinggi, sehingga
selisihnya pun menjadi lebih besar.
Pada tangki 2, perubahan tersebut tidak terasa secara langsung.
Dari grafik efek perubahan input berulang dapat dilihat adanya titik
yang agak mencolok pada menit ke-28. Walaupun tidak terjadi
peningkatan konduktivitas, pada menit ke-28 terjadi penurunan
konduktivitas yang tergolong kecil yaitu dari 0,209 mS/oC menjadi
0,205 mS/oC. setelah itu pres melakukan regulasi diri untuk mencapai
konduktivitas baru. Dengan demikian, perubahan tersebut dapat
dianggap sebagai efek penambahan KCl setelah 10 menit pertama.
Pada tangki 3, peningkatan konduktivitas tidak secepat pada
tangki 1 maupun tangki 2, hal ini dipengaruhi oleh jarak. Semakin
jauh jarak tangki terhadap adanya gangguan, maka
ketidakstabilanproses akan terasa sangat lama pula. Hal ini dapat juga
disebut sebagai proses lak yaitu kelambatan proses karena adanya
jarak.
Penambahan KCl tersebut mengakibatkan proses menjadi tidak
terkendali, dimana ketika tangki tersebut akan berusaha stabil pada
harga sekian, namun terganggu akibat penambahan secara langsung.
Hal ini menyebabkan proses menjadi tidak stabil. Untuk membuat
proses menjadi stabil, maka pengukuran konduktivitas harus
dilakukan dalam waktu lebih lama lebih dari 40 menit tanpa
melakukan penambahan KCl sehingga dapat diperoleh konduktivitas
larutan yang sama untuk ketiga tangki.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Penambahan input pada salah satu tangki dapat
menyebabkan kestabilan terganggu dan proses menjadi tidak
stabil.
2. Penambahan input secara berulang dapat dirasakan secara
langsung tangki 1 dan terasa dalam selang waktu tertentu (lebih
lama) oleh tangki 2 dan 3 akibat adanya jarak.
3. Perubahan input berulang akan mengganggu proses yang
telah stabil,dan untuk menstabilakannya dibutuhkan waktu yang
lebih lama, hingga mencapai harga konstan dengan harga input
yang baru.

IX. GAMBAR ALAT


Labu Ukur Gelas Ukur Gelas Kimia

Spatula Konduktometer
Kaca Arloji

Dinamic Behaviour of Stired Tank

Anda mungkin juga menyukai