Anda di halaman 1dari 6

Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1,C 159-164

https://doi.org/10.32315/sem.1.c159

Telaah Wujud Kebudayaan dalam Arsitektur Tradisional


Makassar
Imriyanti1, Shirly Wunas2, Mimi Arifin3, Idawarni J. Asmal4
1
Mahasiswa Pascasarjana, Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
2,3
Labo.Perumahan dan Permukiman, Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
4
Labo.Perancangan Perumahan dan Lingkungan Permukiman, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Korespondensi: imrianti@gmail.com

Abstrak

Kebudayaan di Indonesia sangat beragam yang memiliki ciri dan karakter tersendiri disetiap daerah.
Arsitektur tradisional merupakan identitas budaya suatu suku bangsa, karena di dalamnya
terkandung segenap peri kehidupan masyarakatnya. Komunitas suku Makassar berpandangan
bahwa rumah adalah bagian dari arsitektur tradisional yang memiliki kepercayaan dan berfikir bahwa
hidup hanya tercapai bila antara makrokosmos dan mikrokosmos. Menelaah wujud kebudayaan
dalam arsitektur tradisional Makassar maka tujuan penulisan kasus studi ini adalah untuk memahami
dan mengetahui aturan dalam tradisi membangun arsitektur tradisional Makassar dalam bentuk
hunian masyarakat suku Makassar. Kasus studi bersifat deskriptif yang mengungkapkan kajian teori
yang berhubungan dengan wujud kebudayaan arsitektur tradisional Makassar. Untuk mengetahui
wujud kebudayaan dalam rumah tradisional Makassar maka wujud tersebut dalam bentuk wujud
ideal yaitu berupa falsafah hidup suku Makassar dalam huniannya, wujud social ekonomi dalam
fungsi susunan ruang dari hunian, wujud fisik dalam bentuk rumah panggung yang terbagi dalam 3
susunan yaitu bagian atas, tengah dan bawah.

Kata-kunci : wujud kebudayaan, arsitektur tradisional Makassar, wujud ideal, wujud social ekonomi, wujud fisik.

Pendahuluan

Kebudayaan di Indonesia sangat beragam yang memiliki ciri dan karakter tersendiri disetiap daerah.
Kebudayaan berfungsi memenuhi kebutuhan naluri manusia, karena kebudayaan adalah dimensi
hidupnya. Oleh sebab itu manusia, memiliki kebudayaan dalam perilaku manusia memiliki hubungan
sangat erat. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (E.B. Tylor, 1871). Budaya dimiliki setiap
daerah yang mempunyai salah satu ciri melalui arsitektur tradisionalnya secara terpadu. Arsitektur
tradisional adalah salah satu unsur kebudayaan yang bertumbuh dan berkembang bersamaan
dengan pertumbuhan suatu suku bangsa.

Keberadaan arsitektur tradisional lekat dengan hidup keseharian masyarakatnya yang masih
menganut tata kehidupan kolektif, yaitu memiliki keserasian dan keselarasan antara makro kosmos
(alam semesta) dan mikro kosmos (bangunan). Dalam arsitektur tradisional terkandung secara
terpadu wujud kebudayaan diantaranya wujud ideal, wujud social, dan wujud fisik suatu kebudayaan
(Mardanas, 1985). Wujud budaya merupakan suatu sistem dari suatu gagasan, konsep dan hasil dari
aktifitas manusia. Keterkaitan hubungan antara kebudayaan suatu bangsa dengan arsitektur,
tergambar pada telaah masing-masing unsurnya (Syahriar T, 2014). Dengan memperhatikan telaah
arsitektur dalam wujud budaya maka haruslah diketahui bagaimana wujud kebudayaan dalam
Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | C 159
ISBN 978-602-17090-6-1 E-ISBN 978-602-17090-4-7
Telaah Wujud Kebudayaa Dalam Arsitektur Tradisional Makassar
arsitektur tradisional Makassar. Dalam menelaah wujud kebudayaan dalam arsitektur tradisional
Makassar maka tujuan penulisan kasus studi ini adalah untuk memahami dan mengetahui budyaa
yang terkandung dalam tradisi membangun arsitektur tradisional Makassar dalam bentuk hunian
masyarakat suku Makassar. Kasus studi ini bersifat deskriptif yang mengungkapkan kajian teori yang
berhubungan dengan wujud kebudayaan arsitektur tradisional Makassar.

Kebudayaan Dalam Arsitektur Tradisional

Kebudayaan menjadi karakteristik suatu daerah. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan
serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat
(Koentjaraningrat. 1965). Kebudayaan biasa juga disebut sebagai budaya atau factor kebiasaan
seseorang atau mengacu pada cara/teknik yang berlaku pada populasi manusia dalam
mempertahankan kehidupannya.

Arsitektur tradisional adalah satu unsur kebudayaan yang bertumbuh dan berkembang bersamaan
dengan pertumbuhan suatu suku bangsa ataupun bangsa, maka arsitektur tradisional merupakan
salah satu identitas dari suatu pendukung kebudayaan dan dalam arsitektur tradisional terkandung
secara terpadu wujud ideal, wujud social dan wujud material suatu kebudayaan, karena wujud-
wujud kebudayaan itu dihayati dan diamalkan, maka lahirlah rasa bangga dan rasa cinta terhadap
arsitektur tradisional itu (Mardanas,1985). Rumah tradisional sebagai karya arsitektur bukan hanya
sekedar susunan material dan struktur bangunan yang terletak di suatu site/lokasi namun lebih
merupakan suatu manifestasi aspek-aspek ritual, kultural, social, materialisasi, teknik, keahlian dan
perdagangan (Frick, 2007). Menurut Haryadi dan Setiawan (1995) faktor religi dan kepercayaan
dipandang sangat berpengaruh pada bentuk dan pola rumah bahkan dalam masyarakat tradisional
cenderung merupakan faktor dominan dibandingkan faktor-faktor lainnya.

Suku Makassar

Berdasarkan letak geografisnya, wilayah penyebaran suku Makassar tersebar mulai dataran tinggi, di
daerah-daerah pegunungan, dataran rendah sampai ke daerah pesisir pantai. Suku Makassar yang
tinggal di daerah pegunungan dan dataran rendah memiliki matapencaharian sebagai petani
sedangkan suku Makassar yang tinggal di daerah pesisir pantai memiliki matapencaharian sebagai
nelayan. Secara mendasar suku Makassar adalah suku kedua terbesar dengan mendiami kabupaten
Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Maros dan Pangkep (merupakan peralihan daerah Bugis dan
Makassar dan juga Selayar, walaupun dengan dialek tersendiri (Mattulada dalam Koentjaraningrat,
1997), tetapi suku Makassar yang terbahas dalam kasus diskusi inilah adalah suku Makassar yang
berada di wilayah dataran tinggi.

Mattulada (1991) berpendapat, secara konsepsi suku Makassar atau tau Mangkasara itu
mengandung sekurang-kurangnya 3 (tiga) macam pengertian, yaitu:
1. Makassar, sebagai group Ethnisk, (suku bangsa Indonesia) yang berdiam di sepanjang pesisir
selatan jazirah Sulawesi Selatan, yang mempunyai bahasa dan beradaban sendiri, yang hidup
sampai sekarang.
2. Makassar, sebagai sebutan kepada Kerajaan Kembag Gowa-Tallo dengan nama Kerajaan atau
Kesultanan Makassar, sebagai sebuah Kerajaan yang paling berpengaruh di Sulawesi atau bagian
timur Indonesia dalam abad XVI-XVII.
3. Makassar, sebagai ibukota kerajaan, Bandar niaga yang tumbuh setelah jatuhnya Malaka ke
tangan Portugis dalam tahun 1511 dan dijadikannya pusat terdepan Kerajaan Makassar yang
mewadahi benteng-benteng Somba-Opu, Panakkukang dan Ujung Pandang (Jumpandang).

C 160 | ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017


Imriyanti
Wujud Ideal

Wujud ideal disesuaikan dengan bentuk ideologi. Ideologi merupakan cerminan cara berpikir orang
atau masyarakat yang sekaligus membentuk orang atau masyarakat untuk menghayati dalam
bentuk keyakinan. Wujud ideal suku Makassar berhubungan dengan filosofi hidup masyarakat
tradisional suku Makassar yang disebut “Sulapa Appa”, menunjukkan upaya untuk
“menyempurnakan diri”. Filosofi yang bersumber dari “mitos” asal mula kejadian manusia yang
diyakini terdiri dari empat unsur, yaitu: tanah, air, api dan angin (Syahriar T.2014). Sulapa appak
juga dimaknai sebagai empat penjuru angina yaitu timur, barat, utara dan selatan. Pandangan
wujud ideal tercermin dalam bentuk tiang rumah, bentuk denah serta areal yang ditempatinya,
semuanya persegi empat (Limpo. 1995).

Gambar 1. Denah dan bentuk kolom segi empat pada rumah tradisional Makassar
(Sumber : Pole dan Mone, 1988)

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | C 161


Telaah Wujud Kebudayaa Dalam Arsitektur Tradisional Makassar
Wujud Sosial Ekonomi

Rumah merupakan proses yang terus berkembang dan sangat berkaitan dengan mobilitas sosial
ekonomi penghuninya dari tempat dan waktu. Hal yang terpenting dari keberadaan sebuah rumah
adalah dampak yang ditimbulkan terhadap kehidupan penghuninya, disamping wujud dan standar
fisik bangunan (Turner. 1972). Wujud social ekonomi dalam rumah tradisional Makassar
berhubungan dengan susunan ruang pada denah rumah masyarakatnya, karena dari susunan denah
rumah dapat diketahui pola pemanfaatannya dan tingkatan social ekonomi penghuninya.

Gambar 2. Konsep dan pembagian fungsi dalam susunan ruang rumah tradisional Makassar
(Sumber : Pole 1988)

Secara vertical rumah tradisional Makassar terbagi dalam bagian loteng (pammakkang)/dunia atas
difungsikan sebagai tempat menyimpan hasil panen, badan rumah (kale balla’)/dunia tengah
difungsikan sebagai ruang hunian bagi pemilik rumah, sedangkan kolong rumah (siring)/dunia
bawah difungsikan sebagai area kotor/basah.

Secara horizontal rumah tradisional Makassar terdiri dari:


a. Jambang difungsikan sebagai jalur sirkulasi keluar masuk rumah.
b. Paladang ini difungsikan sebagai tempat santai ataupun tempat untuk menerima tamu secara
informal.
c. Baringang (anak tangga), yang berfungsi untuk jalur sirkulasi naik ke rumah dan sebagai tempat
untuk duduk/santai baik sesama penghuni rumah maupun dengan tetangga.
d. Tamping difungsikan sebagai ruang makan, dapur, atau ruang tidur alternative.
e. Dego-dego berfungsi sebagai tempat bertumpunya tangga sekaligus tempat persinggahan
sebelum masuk rumah.
f. Paddaserang ridallekang berfungsi sebagai ruang tamu secara formal.
g. Paddaserang ritangnga berfungsi sebagai ruang tidur kepala rumah tangga.
h. Paddaserang riboko berfungsi sebagai ruang tidur anak perempuan.
i. Balla pallu berfungsi sebagai area tempat mencuci atau tempat memasak.

Suku Makassar menganggap bahwa rumah itu sebagai dirinya sendiri, hal ini disebabkan karena di
rumah itulah penghuninya akan membina hidup bahagia bersama keluarganya sejak lahir sampai
akhir hayatnya.

Wujud Fisik

Secara prinsip rumah tradisional Makassar berbentuk rumah panggung, yaitu rumah yang berdiri di
atas tiang-tiang, ini sesuai dengan pandangan masyarakat suku Makassar akan pembagian alam ini
C 162 | ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017
Imriyanti
atas 3 bagian yaitu dunia atas (pammakkang), dunia tengah (kale balla), dunia bawah (siring).
Dalam stratifikasi social masyarakat suku Makassar dapat terlihat pada wujud fisik rumah yang
dihuninya. Wujud fisik yang paling utama terletak pada timba’ sila (sambulayang) yang terdapat
pada rumah tradisional Makassar dan unsur lainnya seperti arah tangga, besarnya rumah dan
elemen lainnya.

Tabel 1. Susunan timba sila yang ada pada rumah suku Makassar

No. Susunan Timba’ sila Keterangan

1. Timba’ sila lanta’ lima (susun 5),


khusus bagi istana raja

Timba’ sila lanta’ appa (susun 4),


khusus bagi golongan bangsawan
2. yang memegang jabatan tinggi di
kerajaan, misalnya seorang
bangsawan yang turun dan tahta
kerajaan sebagai raja berhak
menempati rumah dengan timba’ sila
lanta’ appa.

3. Timba’ sila lanta’ tallu (susun 3),


rumah bagi keturunan karaeng

4. Timba’ sila lanta’ rua (susun 2), bagi


golongan tu maradeka

5. Timba’ sila lanta’ se’re (susun 1), bagi


golongan masyarakat ata’

Sumber : Pole, 1988.

Kesimpulan

Wujud kebudayaan pada arsitektur tradisional Makassar yang diperhatikan pada rumah tradisional
Makassar yang dihuni oleh masyarakatnya, dapat dihubungkan dengan perilaku penghuni dalam
memanfaatkannya dan wujud tersebut memiliki makna bagi masyarakat suku Makassar. Wujud
kebudayaan tersebur terbagi dalam:

Wujud ideal dalam filsafat bentuk denah yaitu “sulapa appak” yang bermakna hidup terdiri dari
tanah, api, air dan angin. Dan “sulapa appak” juga dimaknakan pada empat penjuru angina (timur,
barat, utara dan selatan).

Wujud social ekonomi terlihat pada fungsi dan susunan ruang yang dalam makna kebudayaan
memiliki susunan vertical yaitu dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah. Secara horizontal
susunan ruang terdiri dari: jambang, paladang, baringang, tamping, dego-dego, paddaserang
ridallekang, padaserang ritangga, padaserang riboko dan balla pallu.

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | C 163


Telaah Wujud Kebudayaa Dalam Arsitektur Tradisional Makassar
Wujud fisik terlihat pada bentuk hunian yakni rumah panggung yang terbagi tiga dunia (dunia atas,
dunia tengah dan dunia bawah) dan yang sangat nampak wujud fisik yaitu sambulayang dan timba’
sila yang memiliki makna susunan strata social penghuninya.

Daftar Pustaka

Taylor, E.B. (1871). Primitive Culture (New York: Brentano’s).


Frick, H. dan Suskiyatno, F.X.B. (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
dan Ramah Lingkungan. Penerbit Kanisius dan ITB, Bandung.
Haryadi. & Setiawan, B. (1995). Arsitektur Lingkungan Dan Perilaku. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Koentjaraningrat. (1965). Pengantar Antropology. Penerbit: Universitas Indonesia. Jakarta.
Limpo. Syahrul, Y. dkk. 1996. Profil Sejarah Budaya dan Pariwisata Gowa, Pemda Tingkat II Gowa. Kerjasama
dengan Yayasan Eksponen 1966 Gowa.
Mardanas, I. dkk. (1985), Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Selatan, Dep. P dan K, Jakarta.
Mattulada, DR. Prof. (1991). Makassar Dalam Sejarah. Universitas Hasanuddin.
Pole, M.Y. Mone, A.C. & Rizal, H. (1988). Mengenal Istana Tamalate, Rumah Adat Suku Makassar Sebagai
Budaya Bangsa. Pemda Kabupaten Gowa.
Syahriar, T. (2014). Rumah Tradisional Sulawesi Selatan.
Turner, J.F. (1969). Housing Prorities, Settlement Paterns, and Urban Development in Modernising Countries ,
Journal of the American Institute Planners, Vol, 34:354-363. USA

C 164 | ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017

Anda mungkin juga menyukai