https://doi.org/10.32315/sem.1.c159
Abstrak
Kebudayaan di Indonesia sangat beragam yang memiliki ciri dan karakter tersendiri disetiap daerah.
Arsitektur tradisional merupakan identitas budaya suatu suku bangsa, karena di dalamnya
terkandung segenap peri kehidupan masyarakatnya. Komunitas suku Makassar berpandangan
bahwa rumah adalah bagian dari arsitektur tradisional yang memiliki kepercayaan dan berfikir bahwa
hidup hanya tercapai bila antara makrokosmos dan mikrokosmos. Menelaah wujud kebudayaan
dalam arsitektur tradisional Makassar maka tujuan penulisan kasus studi ini adalah untuk memahami
dan mengetahui aturan dalam tradisi membangun arsitektur tradisional Makassar dalam bentuk
hunian masyarakat suku Makassar. Kasus studi bersifat deskriptif yang mengungkapkan kajian teori
yang berhubungan dengan wujud kebudayaan arsitektur tradisional Makassar. Untuk mengetahui
wujud kebudayaan dalam rumah tradisional Makassar maka wujud tersebut dalam bentuk wujud
ideal yaitu berupa falsafah hidup suku Makassar dalam huniannya, wujud social ekonomi dalam
fungsi susunan ruang dari hunian, wujud fisik dalam bentuk rumah panggung yang terbagi dalam 3
susunan yaitu bagian atas, tengah dan bawah.
Kata-kunci : wujud kebudayaan, arsitektur tradisional Makassar, wujud ideal, wujud social ekonomi, wujud fisik.
Pendahuluan
Kebudayaan di Indonesia sangat beragam yang memiliki ciri dan karakter tersendiri disetiap daerah.
Kebudayaan berfungsi memenuhi kebutuhan naluri manusia, karena kebudayaan adalah dimensi
hidupnya. Oleh sebab itu manusia, memiliki kebudayaan dalam perilaku manusia memiliki hubungan
sangat erat. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (E.B. Tylor, 1871). Budaya dimiliki setiap
daerah yang mempunyai salah satu ciri melalui arsitektur tradisionalnya secara terpadu. Arsitektur
tradisional adalah salah satu unsur kebudayaan yang bertumbuh dan berkembang bersamaan
dengan pertumbuhan suatu suku bangsa.
Keberadaan arsitektur tradisional lekat dengan hidup keseharian masyarakatnya yang masih
menganut tata kehidupan kolektif, yaitu memiliki keserasian dan keselarasan antara makro kosmos
(alam semesta) dan mikro kosmos (bangunan). Dalam arsitektur tradisional terkandung secara
terpadu wujud kebudayaan diantaranya wujud ideal, wujud social, dan wujud fisik suatu kebudayaan
(Mardanas, 1985). Wujud budaya merupakan suatu sistem dari suatu gagasan, konsep dan hasil dari
aktifitas manusia. Keterkaitan hubungan antara kebudayaan suatu bangsa dengan arsitektur,
tergambar pada telaah masing-masing unsurnya (Syahriar T, 2014). Dengan memperhatikan telaah
arsitektur dalam wujud budaya maka haruslah diketahui bagaimana wujud kebudayaan dalam
Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | C 159
ISBN 978-602-17090-6-1 E-ISBN 978-602-17090-4-7
Telaah Wujud Kebudayaa Dalam Arsitektur Tradisional Makassar
arsitektur tradisional Makassar. Dalam menelaah wujud kebudayaan dalam arsitektur tradisional
Makassar maka tujuan penulisan kasus studi ini adalah untuk memahami dan mengetahui budyaa
yang terkandung dalam tradisi membangun arsitektur tradisional Makassar dalam bentuk hunian
masyarakat suku Makassar. Kasus studi ini bersifat deskriptif yang mengungkapkan kajian teori yang
berhubungan dengan wujud kebudayaan arsitektur tradisional Makassar.
Kebudayaan menjadi karakteristik suatu daerah. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan
serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat
(Koentjaraningrat. 1965). Kebudayaan biasa juga disebut sebagai budaya atau factor kebiasaan
seseorang atau mengacu pada cara/teknik yang berlaku pada populasi manusia dalam
mempertahankan kehidupannya.
Arsitektur tradisional adalah satu unsur kebudayaan yang bertumbuh dan berkembang bersamaan
dengan pertumbuhan suatu suku bangsa ataupun bangsa, maka arsitektur tradisional merupakan
salah satu identitas dari suatu pendukung kebudayaan dan dalam arsitektur tradisional terkandung
secara terpadu wujud ideal, wujud social dan wujud material suatu kebudayaan, karena wujud-
wujud kebudayaan itu dihayati dan diamalkan, maka lahirlah rasa bangga dan rasa cinta terhadap
arsitektur tradisional itu (Mardanas,1985). Rumah tradisional sebagai karya arsitektur bukan hanya
sekedar susunan material dan struktur bangunan yang terletak di suatu site/lokasi namun lebih
merupakan suatu manifestasi aspek-aspek ritual, kultural, social, materialisasi, teknik, keahlian dan
perdagangan (Frick, 2007). Menurut Haryadi dan Setiawan (1995) faktor religi dan kepercayaan
dipandang sangat berpengaruh pada bentuk dan pola rumah bahkan dalam masyarakat tradisional
cenderung merupakan faktor dominan dibandingkan faktor-faktor lainnya.
Suku Makassar
Berdasarkan letak geografisnya, wilayah penyebaran suku Makassar tersebar mulai dataran tinggi, di
daerah-daerah pegunungan, dataran rendah sampai ke daerah pesisir pantai. Suku Makassar yang
tinggal di daerah pegunungan dan dataran rendah memiliki matapencaharian sebagai petani
sedangkan suku Makassar yang tinggal di daerah pesisir pantai memiliki matapencaharian sebagai
nelayan. Secara mendasar suku Makassar adalah suku kedua terbesar dengan mendiami kabupaten
Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Maros dan Pangkep (merupakan peralihan daerah Bugis dan
Makassar dan juga Selayar, walaupun dengan dialek tersendiri (Mattulada dalam Koentjaraningrat,
1997), tetapi suku Makassar yang terbahas dalam kasus diskusi inilah adalah suku Makassar yang
berada di wilayah dataran tinggi.
Mattulada (1991) berpendapat, secara konsepsi suku Makassar atau tau Mangkasara itu
mengandung sekurang-kurangnya 3 (tiga) macam pengertian, yaitu:
1. Makassar, sebagai group Ethnisk, (suku bangsa Indonesia) yang berdiam di sepanjang pesisir
selatan jazirah Sulawesi Selatan, yang mempunyai bahasa dan beradaban sendiri, yang hidup
sampai sekarang.
2. Makassar, sebagai sebutan kepada Kerajaan Kembag Gowa-Tallo dengan nama Kerajaan atau
Kesultanan Makassar, sebagai sebuah Kerajaan yang paling berpengaruh di Sulawesi atau bagian
timur Indonesia dalam abad XVI-XVII.
3. Makassar, sebagai ibukota kerajaan, Bandar niaga yang tumbuh setelah jatuhnya Malaka ke
tangan Portugis dalam tahun 1511 dan dijadikannya pusat terdepan Kerajaan Makassar yang
mewadahi benteng-benteng Somba-Opu, Panakkukang dan Ujung Pandang (Jumpandang).
Wujud ideal disesuaikan dengan bentuk ideologi. Ideologi merupakan cerminan cara berpikir orang
atau masyarakat yang sekaligus membentuk orang atau masyarakat untuk menghayati dalam
bentuk keyakinan. Wujud ideal suku Makassar berhubungan dengan filosofi hidup masyarakat
tradisional suku Makassar yang disebut “Sulapa Appa”, menunjukkan upaya untuk
“menyempurnakan diri”. Filosofi yang bersumber dari “mitos” asal mula kejadian manusia yang
diyakini terdiri dari empat unsur, yaitu: tanah, air, api dan angin (Syahriar T.2014). Sulapa appak
juga dimaknai sebagai empat penjuru angina yaitu timur, barat, utara dan selatan. Pandangan
wujud ideal tercermin dalam bentuk tiang rumah, bentuk denah serta areal yang ditempatinya,
semuanya persegi empat (Limpo. 1995).
Gambar 1. Denah dan bentuk kolom segi empat pada rumah tradisional Makassar
(Sumber : Pole dan Mone, 1988)
Rumah merupakan proses yang terus berkembang dan sangat berkaitan dengan mobilitas sosial
ekonomi penghuninya dari tempat dan waktu. Hal yang terpenting dari keberadaan sebuah rumah
adalah dampak yang ditimbulkan terhadap kehidupan penghuninya, disamping wujud dan standar
fisik bangunan (Turner. 1972). Wujud social ekonomi dalam rumah tradisional Makassar
berhubungan dengan susunan ruang pada denah rumah masyarakatnya, karena dari susunan denah
rumah dapat diketahui pola pemanfaatannya dan tingkatan social ekonomi penghuninya.
Gambar 2. Konsep dan pembagian fungsi dalam susunan ruang rumah tradisional Makassar
(Sumber : Pole 1988)
Secara vertical rumah tradisional Makassar terbagi dalam bagian loteng (pammakkang)/dunia atas
difungsikan sebagai tempat menyimpan hasil panen, badan rumah (kale balla’)/dunia tengah
difungsikan sebagai ruang hunian bagi pemilik rumah, sedangkan kolong rumah (siring)/dunia
bawah difungsikan sebagai area kotor/basah.
Suku Makassar menganggap bahwa rumah itu sebagai dirinya sendiri, hal ini disebabkan karena di
rumah itulah penghuninya akan membina hidup bahagia bersama keluarganya sejak lahir sampai
akhir hayatnya.
Wujud Fisik
Secara prinsip rumah tradisional Makassar berbentuk rumah panggung, yaitu rumah yang berdiri di
atas tiang-tiang, ini sesuai dengan pandangan masyarakat suku Makassar akan pembagian alam ini
C 162 | ProsidingSeminar Heritage IPLBI 2017
Imriyanti
atas 3 bagian yaitu dunia atas (pammakkang), dunia tengah (kale balla), dunia bawah (siring).
Dalam stratifikasi social masyarakat suku Makassar dapat terlihat pada wujud fisik rumah yang
dihuninya. Wujud fisik yang paling utama terletak pada timba’ sila (sambulayang) yang terdapat
pada rumah tradisional Makassar dan unsur lainnya seperti arah tangga, besarnya rumah dan
elemen lainnya.
Tabel 1. Susunan timba sila yang ada pada rumah suku Makassar
Kesimpulan
Wujud kebudayaan pada arsitektur tradisional Makassar yang diperhatikan pada rumah tradisional
Makassar yang dihuni oleh masyarakatnya, dapat dihubungkan dengan perilaku penghuni dalam
memanfaatkannya dan wujud tersebut memiliki makna bagi masyarakat suku Makassar. Wujud
kebudayaan tersebur terbagi dalam:
Wujud ideal dalam filsafat bentuk denah yaitu “sulapa appak” yang bermakna hidup terdiri dari
tanah, api, air dan angin. Dan “sulapa appak” juga dimaknakan pada empat penjuru angina (timur,
barat, utara dan selatan).
Wujud social ekonomi terlihat pada fungsi dan susunan ruang yang dalam makna kebudayaan
memiliki susunan vertical yaitu dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah. Secara horizontal
susunan ruang terdiri dari: jambang, paladang, baringang, tamping, dego-dego, paddaserang
ridallekang, padaserang ritangga, padaserang riboko dan balla pallu.
Daftar Pustaka