Anda di halaman 1dari 96

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 11
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................... 12
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................. 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................... 15


2.1. Kinerja Karyawan ................................................................................. 15
2.1.1. Pengertian Kinerja Karyawan ........................................................... 15
2.1.2. Penilaian Kinerja ............................................................................... 17
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja..................................... 18
2.1.4. Indikator Kinerja Karyawan .............................................................. 21
2.2. Kepuasan Kerja ..................................................................................... 22
2.2.1. Pengertian Kepuasan Kerja ............................................................... 22
2.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ........................ 25
2.2.3. Teori Kepuasan Kerja........................................................................ 28
2.2.4. Indikator Kepuasan Kerja.................................................................. 30
2.3. Self Efficacy .......................................................................................... 32
2.3.1. Pengertian Self Efficacy .................................................................... 32
2.3.2. Faktor-Faktor Self Efficacy............................................................... 35
2.3.3. Aspek-Aspek Self- Efficacy ............................................................... 38
2.3.4. Fungsi Self Efficacy .......................................................................... 39
2.3.5. Indikator Self- Efficacy ...................................................................... 42
2.4. Iklim Organisasi .................................................................................... 43
2.4.1. Pengertian Iklim Organisasi .............................................................. 43
2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi.................................. 45
2.4.3. Dimensi Iklim Organisasi.................................................................. 48
2.4.4. Indikator Iklim Organisasi ................................................................ 49
2.5. Quality Work Life ................................................................................. 52
2.5.1. Pengertian Quality Work Life ........................................................... 52
2.5.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Quality Of Work Life ........... 54
2.5.3. Tujuan dan Manfaat Quailty of work life.......................................... 57
2.6.3. Indikator Quality Work Of Life ........................................................ 58

i
2.6. Kerangka Konseptual ............................................................................ 61
2.7. Hipotesis ................................................................................................ 65

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 76


4.1. Objek dan Lokasi Penelitian ................................................................. 76
4.2. Populasi dan Sampel ............................................................................. 76
4.2.1. Populasi ............................................................................................. 76
4.2.2. Sampel ............................................................................................... 76
4.3. Jenis Dan Sumber Data ......................................................................... 77
4.4. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 77
4.5. Skala Pengukuran data .......................................................................... 77
4.6. Definisi Operasional Variabel ............................................................... 78
4.7. Metode Analisis Data ............................................................................ 80
4.7.1. Statistik Deskriptif............................................................................. 80
4.7.2. Statistik Inferensial Pengujian SEM ................................................. 81
4.8. Uji Efek Mediasi ................................................................................... 85

KEPUSTAKAAN ................................................................................................. 88

ii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberadaan tenaga sumber daya manusia pada perusahaan merupakan

faktor terpenting dalam setiap kegiatan inti maupun non inti disetiap lini

perusahaan. Dimana sumber daya manusia sangatlah dibutuhkan pada suatu

perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya manusia dalam setiap

perusahaan merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan berjalannya

kegiatan di dalam perusahaan. Karena salah satu cara agar perusahaan mampu

bertahan dalam persaingan dunia bisnis yang ketat adalah yaitu dengan

pemanfaatan sumber daya manusia yang efektif. Sumber daya manusia

merupakan aset penting bagi perusahaan, karena merupakan sumber yang

mengendalikan perusahaan serta mengembangkan perusahaan dalam menghadapi

berbagai tuntutan zaman, oleh karena itu sumber daya manusia harus selalu

diperhatikan, dijaga dan dikembangkan (Wibowo, 2014).

Oleh karena itu, pemeliharaan sumber daya manusia di perusahaan

menjadi faktor penting bagi perusahaan agar setiap aktivitas di perusahaan bisa

berjalan secara efisien dan efektif, sehingga perusahaan akan mampu mencapai

tujuannya. Keterkaitan atau hubungan antara karyawan dan perusahaan ini mampu

menghasilkan suatu output, yaitu kualitas kerja karyawan yang baik dan tentunya

akan menjadikan perusahaan lebih maju dan bekembang dengan dengan baik.

Keberhasilan suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan juga dipengaruhi

keberhasilan dari kinerja individu karyawannya, suatu perusahaan akan berupaya

Program Pascasarjana Magister Manajem en


2

dalam meningkatkan kinerja pegawainya dengan harapan mampu memberikan

kontribusi lebih dalam mencapai tujuan perusahaan. Kinerja pada dasarnya adalah

dilihat sebagai hasil dari suatu proses pekerjaan yang pengukurannya dilakukan

dalam kurun waktu tertentu yang dilakukan oleh karyawan. Menurut Mathis dan

Jackson (2012) kinerja karyawan sendiri adalah yang mempengaruhi seberapa

banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi antara lain termasuk

kuantitas output, kualitas output, jangka panjang output, kehadiran ditempat kerja

dan sikap kooperatif. Kinerja karyawan merupakan hal penting bagi setiap

indikator kemajuan perusahaan.

Upaya perusahaan untuk dapat menciptakan kinerja karyawan yang tinggi

yaitu dengan adanya peningkatan pengembangan kerja yang optimal dan mampu

memdayagunakan potensi dari sumber daya manusia yang dimiliki guna

menciptakan tujuan organisasi yang sudah ditentukan, sehingga nantinya

karyawan mampu memberikan kontribusi positif bagi perkembangan aktifitas

perusahaan. Mangkunegara (2013) kinerja dalam perusahaan merupakan jawaban

dari berhasil atau tidaknya suatu tujuan organisasi yang telah direncakan maka

kinerja sangat perlu karena kinerja juga ditunjukkan atas kualitas hasil kerja dan

jumlah pekerjaan yang dituntaskan oleh karyawan dalam menyelesaikan tugasnya

serta tanggung jawab yang dibebankan menunjukkan kinerjanya.

Perusahaan sebagai rumah para pekerja juga perlu mengidentifkasi dan

memperhatikan berbagai faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja dari

setiap karyawan, dalam hal ini perusahaan mampu berperan dalam menciptakan

kepuasan kerja karyawan, jika perusahaan mampu memberikan kepuasaan kerja

Program Pascasarjana Magister Manajem en


3

karyawan tentu karyawan akan mampu memberikan kontribusi terbaik kepada

perusahaan dalam bentuk kinerja yang baik dan prestasi kerja yang baik. Namun

jika karyawan tidak puas terhadap perusahaan tentu yang dirasakan karyawan

adalah ketidaknyaman dan kurang dihargai dalam bekerja, jika hal itu terjadi

karyawan tidak akan mampu mengebangkan potensi yang mereka miliki, maka

secara otomatis karyawan tidak dapat fokus dan berkonsentrasi secara penuh

terhadap pekerjaanya.

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang bersifat individual.

Setiap individu memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan

keinginan dan sistem nilai yang dianutnya. Menurut Wijono (2010) kepuasan

kerja secara keseluruhan bagi individu adalah jumlah dari kepuasan kerja dari

setiap aspek pekerjaan dikalikan dengan derajat pentingnya aspek pekerjaan

individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang sesuai dengan

keinginan dan sistem nilai yang dianut individu, semakin tinggi pula tingkat

kepuasan yang didapat setiap individu karyawan. Demikian pula sebaliknya,

semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang tidak sesuai dengan keinginan

dan sistem nilai yang dianut individu, semakin rendah tingkat kepuasan yang

didapat. Kepuasan kerja sendiri adalah keadaan emosional yang menyenangkan

dengan bagaimana para pekerja memandang tugas dari pekerjaan mereka.

Menurut Hasibuan (2013) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang

menyenangkan dan mencintai pekerjaan.

Robbins (2012) mengatakan bahwa karyawan yang mendapatkan

kepuasan kerja biasanya berprestasi lebih baik dari pada karyawan yang tidak

Program Pascasarjana Magister Manajem en


4

memperoleh kepuasan kerja. Karyawan akan merasakan kepuasan apabila apa

yang dikerjakan dianggap memenuhi harapanya dan sesuai dengan tujuan ia

bekerja. Apabila karyawan menginginkan sesuatu maka ia juga memiliki suatu

harapan dengan demikian karyawan akan termotivasi untuk melakukan tindakan

kearah pencapaian harapanya tersebut, jika nanti harapan terpenuhi maka ia akan

merasa puas. Pada kondisi karyawan merasa kepuasan yang tinggi disaat itu juga

kinerjanya akan meningkat.

Secara empirik dapat dikatakan bahwa ada hubungan positif antara

kepuasan kerja dengan produktivitas. Kepuasan kerja yang tinggi dapat membuat

karyawan bekerja dengan lebih baik yang pada akhirnya akan meningkatkan

Penelitian yang dilakukan Nuridha (2017), I Nyoman (2016) sama sama

menyatakan bahwa kepuasan kerja secara signifikan meningkatkan kinerja

karyawan. Kepuasan yang mingkatkan akan memberikan stimulus terhadap

karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan, sejalan dengan pendapat Wibowo

(2014) kepuasan kerja akan mempengaruhi produktivitas yang sangat diharapkan

oleh manajer, oleh sebab itu manejer perlu memahami apa yang dilakukan untuk

meningkatkan kepuasan kerja karyawannya.

Selain kepuasan kerja sebagai pemicu peningkatan kinerja karywan,

karyawan juga harus memiliki rasa self efficacy untuk melakukan setiap tugas

yang diberikan. Self-efficacy sangat diperlukan pada diri setiap individu para

karyawan, dengan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan tugas yang

diberikan agar perusahaan berjalan secara optimal dan kepuasan kerja karyawan

akan meningkat. Oleh karena hal tersebut, maka peran motivasi dan self-efficacy

Program Pascasarjana Magister Manajem en


5

sangat diperlukan untuk dapat membuat karyawan mampu bekerja dengan baik

dan mempunyai juga kepuasan kerja tinggi. Seperti yang dikemukan Baron dan

Byrne (2000) bahwa self efficacy merupakan penilaian individu terhadap

kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu

tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Pada umumnya seorang karyawan yang

memiliki self efficacy yang tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan

sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya, sedangkan seseorang

dengan efikasi diri rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu

mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya.

Banyak studi empirik yang menyatakan bahwa self efficacy

mempengaruhi kepuasan kerja dan juga mempengaruhi kinerja dari individu

karyawa. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Rian (2015), Fernando

(2013) dan Putu Eka sama menyatakan hasil penelitian bahwa self efficacy

mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan

oleh Farida (2013) dan Nailul (2014) menyatakan bahwa self efficacy

memperngaruhi kinerja karyawan. self efficacy merupakan salah satu aspek

pengetahuan tentang diri yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia

sehari- hari karena efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu karyawan

dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan,

termasuk di dalamnya perkiraan terhadap tantangan yang akan dihadapi.

Selanjutnya faktor yang tidak kalah pentingnya guna meningkatkan

kepuasan kerja dan kinerja karyawan adalah iklim organisasi. Perusahaan harus

mampu menciptakan ketertarikan atau antusiasme terhadap karyawan untuk

Program Pascasarjana Magister Manajem en


6

melukan setiap pekerjaannya. ketertarikan atau antusiasme merupakan sikap

positif yang dimiliki setiap individu karyawan terhadap organisasi atau

perusahaan tempat mereka bernaung. Untuk dapat menciptakan ketertarikan atau

antusiasme terhadap pekerjaan salah satunya adalah menciptakan iklim organisasi

yang nyaman serta kondusif. Masluri (2011) menjelaskan iklim organisasi adalah

persepsi anggota organisasi baik secara individual dan kelompok disamping itu

juga mereka yang berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang terjadi

dilingkungan organisasi secara rutin yang mempengaruhi sikap dan perilaku

organisasi dan kinerja anggota organisasi.

Iklim organisasi yang nyaman akan menghasilkan suasana yang kondusif

sehingga karyawan akan menimbulkan ketertarikan atau antusiasme dalam

bekerja sehingga output yang dihasilkan juga pasti adalah kinerja yang meningkat.

Sebaliknya, jika iklim organisasi yang tidak menyenangkan tentu akan

mengakitbatkan stres kerja yang meningkat yang berakibat tidak tercapainya

kinerja yang diharapkan. Seperti hasil penelitian yang dilakukan Emma (2012)

dan I Nyoman (2016) menyatakan bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap

terciptanya kinerja karyawan yang baik. Iklim organisasi sangat penting untuk

diciptakan oleh organisasi maupun perusahaan karena merupakan persepsi

seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi

penentuan tingkah laku karryawan selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa

baik anggota diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi.

Selanjutnya, membahas mengenai peningkatan kepuasan kerja dan

peningkatan kinerja karyawan tentu tidak lepas dengan lingkungan kerja yang

Program Pascasarjana Magister Manajem en


7

dihadapi oleh karyawan. Oleh karena itu, penciptaan lingkungan kerja yang

berkualitas yang biasa disebut quality work of life (kualitas kehidupan kerja) dan

timbulnya keyakinan karyawan itu sendiri dalam menghadapi pekerjaan dan

tantangan (self efficacy) akan sangat berperan dalam meningkatkan efektivitas dan

efisiensi dari organisasi di dalam menjalankan kegiatan dan pekerjaan yang telah

direncanakan dan diprogramkan. Quality of work life merupakan gambaran

kualitas hubungan personal dengan kondisi kerja secara keseluruhan. Menurut

Siagian (2012) quality of work life merupakan upaya yang sistematik dalam

kehidupan organisasional melalui cara dimana para karyawan diberi kesempatan

untuk turut berperan dalam menentukan cara mereka bekerja dan sumbangan yang

mereka berikan kepada organisasi dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai

sasarannya.

Quality of work life adalah suatu cara berpikir mengenai orang-orang,

pekerjaan, dan organisasi yang memusatkan perhatian pada dampak pekerjaan

terhadap karyawan sebagai pekerja dan efektivitas organisasional, disamping

memberikan gagasan-gagasan partisipatif dalam memecahkan masalah-masalah

organisasional dan pembuatan keputusan. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu

(2016) dan Khoiri (2017) menyatakan bahwa quality of work life mampu

meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan

Kusnoto (2016) dan Anugrahini (2015) sangat mempengaruhi kinerja dari

karyawan, sejalan dengan pendapat ahli Husnawati (2006) quality of work life

dipandang mampu untuk meningkatkan peran serta dan sumbangan para anggota

atau karyawan terhadap perusahaan.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


8

Ditinjau dari kepuasan kerja, fenomena yang terjadi diperuasahaan PT.

BNI Tbk, dapat dikatakan sangat tinggi, karena dilihat dari ruang lingkup

pekerjaan dimana pihak perusahaan memberi peluang yang besar bagi karyawan

untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan dalam bekerja. Dapat

dikatakan karyawan merasa tertantang secara mental pada saat bekerja, sehingga

karyawan akan terhindar dari rasa kebosanan pada saat bekerja. Kepuasan kerja

juga didorong oleh kondisi yang mendukung, dimana kondisi kerja di PT. BNI

Tbk sangat baik, tata ruang yang baik pada bagian kantor dan fasilitas yang

lengkap. Wawancara yang peneliti lakukan, ada pada bagian tertentu karyawan

harus bekerja diluar jam kerja yang seharusnya, tentu hal ini menjadi faktor

dimana kepuasan kerja akan berkurang, meski kenyataannya manajemen akan

memberikan penghargaan yang sesuai guna kemungkinan akan tercipta kepuasan

kerja, namun secara perspektif masing- masing individual karyawan menyatakan

kepuasan kerja karyawan tidak selama didorong oleh materil, namun kepuasan

juga dibentuk dari kebahagiaan diliuar perusahaan.

Self efficacy dirasa sangat lah penting bagi setiap karyawan dalam

menjalakan pekerjaaannya. Terlebih lagi pada perusahaan tingkat kompetensi dan

keterampilan karyawan menjadi faktor utama untuk mendukung pekerjaan.

Karyawan yang memiliki self efficacy yang tinggi akan lebih mudah

menyelesaikan tugasnya dibebankan kepadanya. Fenomena yang dilihat oleh

peneliti di PT. BNI Tbk bahwa tinggkat self efficacy karyawan sangat tinggi

dilihat karyawan PT. BNI Tbk mampu menyelesaikan setiap pekerjaan atau beban

yang diberikan oleh pihak manajemen.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


9

Selain self efficacy, faktor yang dapat meningkatkan kepuasan serta kinerja

karyawan yang dapat meningkat, yaitu iklim organisasi. Iklim organisasi

merupakan salah sesuatu yang nyata yang dapat dirasakan langsung oleh

karyawan yang ada di dalam suatu organisasi/perusahaan. Apa yang dirasakan itu

tentu akan mempengaruhi perilakunya yang akhirnya akan menentukan tingkat

produktivitas kerja karyawan. Iklim kerja adalah suasana yang diciptakan dalam

suatu organisasi oleh anggota organisasi dengan jalan hubungan antar sesama

anggota dengan rasa saling menghargai, mempercayai, dan menghormati untuk

menambah semangat dan kreativitas kerja pegawai agar tujuan organisasi dapat

tercapai secara maksimal.

Selain hal tersebut, lingkungan organisasi yang baik juga terjalin antar

sesama karyawan, karena mereka ditempatkan dilingkungan ditempat tinggal

yang sama, sehingga hubungan baik yang terjalin d ilingkungan luar perusahaan

juga akan memberikan dampak ketika karyawan berada diperusahaan. Dukungan

antar karyawan juga sangat baik mengenai hal yang bersangkutan terhadap

pekerjaan, seperti ketika karyawan baru yang mengalami persamalahan teknis

yang tidak mampu diselesaikan sendiri, rekan kerja atau senior akan senantiasa

memberikan arahan kepada karyawan tersebut. Sehingga komitmen untuk

mencapai tujuan organisasi yang diharapkan pasti akan mudah tercapai.

Pada organisasi maupun perusahaan, salah satu cara yang di tempuh untuk

meningkatkan kinerja karyawan adalah dengan peningkatan kualitas kehidupan

kerja (quality work of life), karena dengan cara ini karyawan akan betah dan

nyaman dalam bekerja. Segala kebutuhan baik itu materi maupun psikologi dapat

Program Pascasarjana Magister Manajem en


10

terpenuhi. quality work of life sebagai salah satu pendekatan sistem manajemen

untuk mengkoordinasikan dan menghubungkan potensi SDM dalam organisasi,

sebagai salah satu upaya pimpinan untuk memenuhi kebutuhan anggota maupun

organisasi secara simultan dan terus menerus. Berbagai faktor perlu dipenuhi

dalam menciptakan quality work of life, antara lain manajemen yang partisipatif,

lingkungan kerja yang baik, kesempatan memperoleh pengembangan potensi diri

dan penghargaan. Program quality work of life dimaksudkan agar perbaikan terus

menurus untuk membangkitkan kepuasan dan kinerja yang diharapkan

perusahaan. Observasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap karyawan

PT. BNI Tbk menyatakan bahwa karyawan tidak diberi keleluasan oleh

manajemen dalam pengambilan keputusan dalam pekerjaan, karyawan harus

menunggu intruksi atasan, keinginan yang dirasa karyawan PT. BNI Tbk

sebenarnya adalah untuk diberi keleluasaan dalam setiap pengambilan keputusan

yang proposional.

Untuk itu quality work of life perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan

kualitas kehidupan kerja seseorang dapat memberikan positive feeling yang lebih

besar. Dalam upaya peningkatan produktivitas kerja para pegawai, pimpinan

dapat berusaha untuk memperbaiki quality work of life dengan mencoba

menerapkan beberapa program quality work of life demi kesejahteraan karyawan.

Berdasarakan teori uraian dan fenomena yang terjadi, sehingga peneliti ingin

meneliti “Determinasi Terhadap Kepuasan Kerja Dan Dampaknya Te rhadap

Kinerja Karyawan PT. BNI Tbk Kantor Cabang Bireuen”

Program Pascasarjana Magister Manajem en


11

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat merumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah self efficacy berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. BNI

Tbk?

2. Apakah iklim organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT.

BNI Tbk?

3. Apakah quality work of life berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan

PT. BNI Tbk?

4. Apakah self efficacy berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk?

5. Apakah iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI

Tbk

6. Apakah quality work of life berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI

Tbk?

7. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk?

8. Apakah kepuasan kerja memediasi hubungan antara self efficacy terhadap

kinerja karyawan PT. BNI Tbk?

9. Apakah kepuasan kerja memediasi hubungan antara iklim organisasi terhadap

kinerja karyawan PT. BNI Tbk?

10. Apakah kepuasan kerja memediasi hubungan antara quality work of life

terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk?

Program Pascasarjana Magister Manajem en


12

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan persoalan penelitian tersebut, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah self efficacy berpengaruh terhadap kepuasan kerja

karyawan PT. BNI Tbk.

2. Untuk mengetahui apakah iklim organisasi berpengaruh terhadap kepuasan

kerja karyawan PT. BNI Tbk.

3. Untuk mengetahui apakah quality work of life berpengaruh terhadap kepuasan

kerja karyawan PT. BNI Tbk.

4. Untuk mengetahui apakah self efficacy berpengaruh terhadap kinerja

karyawan PT. BNI Tbk.

5. Untuk mengetahui apakah iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja

karyawan PT. BNI Tbk.

6. Untuk mengetahui apakah quality work of life berpengaruh terhadap kinerja

karyawan PT. BNI Tbk.

7. Untuk mengetahui apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja

karyawan PT. BNI Tbk.

8. Untuk mengetahui apakah kepuasan kerja memediasi hubungan antara self

Efficacy terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk.

9. Untuk mengetahui apakah kepuasan kerja memediasi hubungan antara iklim

organisasi terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk?

10. Untuk mengetahui apakah kepuasan kerja memediasi hubungan antara quality

work of life terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk?

Program Pascasarjana Magister Manajem en


13

1.4. Manfaat Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan Informasi

dari perusahaan mengenai hal – hal yang berhubungan dengan permasalahan yang

akan dibahas, khususnya mengenai penerapan menejemen sumber daya manusia

pada perusahaan yang di teliti, tentunya sangat berguna sebagai bahan masukan

dalam proses tesis ini, agar dapat menghasilkan informasi yang penting dan

bermanfaat bagi PT. BNI Tbk. Bireuen.

1. Manfaat Teoritis

Di harapkan setelah penelitian ini selesai, penulis memiliki wawasan dalam

menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dimiliki selama kuliah dan

untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara teori dan fenomena- fenomena

yang terjadi di kehidupan sehari- hari.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambahkan ilmu,

wawasan dan informasi kepada pembaca mengenai penerapan manajemen

sumber daya manusia dalam upaya penambahan referensi bagi mahasiswa

dan masyarakat umum melalui perpustakaan

b. Sebagai informasi bagi perusahaan dan sebagai rangsangan bagi

perusahaan guna mengembangkan manajemen perusahaan dan dapat

dijadikan bahan masukan bagi perusahaan dalam menganalisis dan

mengambil keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil

berkenaan tentang self efficacy, iklim organisasi, quality work of life dan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


14

kepuasan kerja serta dampaknya terhadap kinerja PT. BNI Tbk Kantor

Cabang Bireuen.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Kinerja Karyawan

2.1.1. Pengertian Kine rja Karyawan

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang

penting dalam meningkatkan produktivitas kinerja suatu perusahaan atau

organisasi maka oleh karena itu sangat diperlukan sumber daya manusia yang

mempunyai kompetensi tinggi karena keahlian atau kompetensi akan dapat

mendukung peningkatan kinerja karyawan. Untuk mencapai tujuan yang

diharapkan oleh perusahaan tentu harus di capai melalui kinerja yang baik. Karena

kinerja yang baik akan tentu akan menjamin keberlangsungan hidup

perusahaan/organisasi. Lebih lanjut Mangkunegara (2013) mengemukakan bahwa

kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

diberikan kepadanya. Selanjutnya menurut Wibowo (2014) mengemukakan

bahwa kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari

pekerjaan tersebut. Sedangkan Sedarmayanti (2011) mengungkapkan bahwa

kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang

pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan,

dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan

dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).

Program Pascasarjana Magister Manajem en


16

Rivai (2014) menyatakan perilaku yang ditunjukkan oleh karyawan dalam

pencapaian prestasi kerja di perusahaan mencerminkan pada peningkatan atau

penurunan kinerja karyawan. Karena kinerja dalam perusahaan merupakan

jawaban dari berhasil atau tidaknya suatu tujuan organisasi yang telah direncakan

maka kinerja sangat perlu karena kinerja juga ditunjukkan atas kualitas hasil kerja

dan jumlah pekerjaan yang dituntaskan oleh karyawan dalam menyelesaika n

tugasnya serta tanggung jawab yang dibebankan menunjukkan kinerjanya

(Mangkunegara, 2013). Para atasan biasanya sering tidak memperhatikan kinerja

karyawan kecuali jika yang terjadi sudah amat sangat buruk atau segala sesuatu

jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja

telah merosot sehingga perusahaan/instansi menghadapi krisis yang serius. kesan

buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda–tanda

peringatan adanya kinerja yang merosot.

Menurut Rivai (2014) kinerja seorang karyawan pada dasarnya adalah

hasil kerja selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan

misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu

dan telah disepakati bersama. Karena kinerja adalah suatu hasil yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman dan kesungguhan serta waktu menurut standar dan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya (Hasibuan, 2013). Dapat diambil kesimpulan bahwa

kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi karyawan tertentu

atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. kinerja mempunyai

hubungan yang erat dengan masalah produktivitas dalam kerja karena merupakan

18
Program Pascasarjana Magister Manajem en
17

indikator dalam penentuan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas

kinerja yang tinggi dalam suatu perusahaan.

2.1.2. Penilaian Kinerja

Salah satu yang menjadi tantangan yang dihadapi adalah untuk

merestrukturisasi dan mengelola proses penilaian kerja dengan fair dan akurat.

Tetapi dengan sedikit penelitian dan penerapan yang hati- hati akan dapat

diciptakan program penilaian yang dapat memuaskan kebutuhan baik manajer dan

staff. Menurut Mathis dan Jackson (2012) penilaian kinerja adalah proses

mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika

dibandingkan dengan seperangkat standar dan kemudian mengkomunikasikan

informasi tersebut kepada karyawan. Sedangkan Menurut Hasibuan (2013)

penilaian kinerja adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi

kerja pegawai serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya. Evaluasi atau

penilaian perilaku meliputi penilaian kesetiaan, kejujuran,kepemimpinan,

kerjasama, loyalitas, dedikasi, dan partsipasi pegawai.

Penilaian kinerja sangat penting, karena kuantitas dan kualitas kemampuan

tugas mungkin bervariasi sesuai dengan tingkat organisasi, demikian juga

kedekatan pekerja dengan pemberi rating dalam evaluasi. Penentuan siapa yang

akan melakukan evaluasi dianggap sebagai hal penting karena tidak ada

seorangpun dalam organisasi yang memiliki hanya pemimpin saja harus segera

ditinggalkan dan berusaha meneraptegkan penilaian kinerja menurut paradigma

baru. Menurut Dessler (2015), mengatakan bahwa menilai kinerja adalah kegiatan

memperbandingkan kinerja actual bawahan dengan standar-standar yang telah

Program Pascasarjana Magister Manajem en


18

ditetapkan. Lebih lanjut Mejia dalam Erlinda et. al (2014) mengungkapkan bahwa

penilaian kinerja merupakan suatu proses yang terdiri dari:

1. Identifikasi, yaitu menentukan faktor-faktor kinerja yang berpengaruh terhadap

kesuksesan suatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada

hasil analisa jabatan.

2. Pengukuran, merupakan inti dari proses sistem penilaian kinerja. Pada proses

ini, pihak manajemen menentukan kinerja karyawan yang bagaimana yang

termasuk baik dan buruk.

3. Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja.

Pihak manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan

potensi karyawan di organisasi yang bersangkutan.

Jadi secara umum bahwa penilaian kinerja tersebut adalah sebagai

penilaian hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang

dihasilkan oleh setiap individu karyawan. Penilaian kinerja karyawan harus

mutlak dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap individu.

Apakah prestasi yang dicapai setiap karyawan baik, sedang, kurang. Penilaian

prestasi penting bagi setiap pegawai dan berguna bagi organisasi untuk

mengambil keputusan dan menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Perusahan memiliki banyak cara untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Salah satunya kepuasan kerja dan motivasi karyawan yang harus diperhatikan

(Mathis dan Jackson, 2012). perusahaan harus mampu memahami apa yang

Program Pascasarjana Magister Manajem en


19

menjadikan sebab ketika kinerja dari karyawan dapat meningkat maupun

menurun produktivitas kinerja nya. menurut Mahmudi (2005) setiap perusahaan

harus mampu mengidentifikasi faktor- faktor apa yang dapat mempengaruhi

kinerja setiap karyawan, adapun faktor tersebut adalah:

1. Faktor personal/individu, meliputi : pengetahuan, keterampilan, kemampuan,

kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

2. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer.

3. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh

rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama tim, kekompakan dan

keeratan anggota tim.

4. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang

diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam

organisasi.

5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi : tekanan, dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal.

Dalam implementasi suatu sistem manajemen dalam organisasi, satu hal

yang tidak dapat dihindari adalah timbulnya permasalahan mengenai kinerja.

Masalah kinerja selalu dapat timbul bahkan dalam organisasi yang sudah besar.

Untuk menjamin bahwa organisasi dapat tetap berjalan dengan efektif dan/atau

efisien, maka setiap permasalahan yang muncul perlu diselesaikan dan dicari

solusinya.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


20

Selanjutnya Menurut Mangkunegara (2013), ada 5 faktor yang

mempengaruhi kinerja diantaranya yaitu:

1. Faktor kemampuan

Secara psikologis, kemampuan atauy ability pegawai terdiri atas kemampan

potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan).

2. Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi

kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah

untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang

mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara

maksimal.

3. Efektifitas dan Efisiensi

Jika tujuan tercapai, dapat dinyatakan bahwa kegiatan tersebut efetif namun

jika jika akibat yang dicariu kegiatan menilai penting dari hasil yang dicapai

maka akan mengakibatkan kepuasan meskipun efektif itu disebut tidak efisien.

Sebaliknya jika akibat yang dicari tidak penting maka kegiatan tersebut

efisien.

4. Wewenang (Otoritas)

Otoritas ini merupakan sifat komunikasi dalam suatu organisasi formal yang

dimiliki anggota organisasi terhadap anggota lain untuk melakukan suatu

kegiatan sesuai kontribusinya.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


21

5. Disiplin

Disiplin atau taat terhadap peraturan yang telah disepakati dalam organisasi

dimana ia bekerja perlu dilakukan oleh karyawan.

6. Inisiatif

Inisiatif berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide

yang berkaitan dengan tujuan organisasi yang telah direncanakan.

Oleh karena itu, tugas dalam konteks kinerja, tugas pertama pimpinan

perusahaan adalah menentukan perspektif kinerja yang mana yang akan

digunakan dalam memaknai kinerja dalam organisasi yang dipimpinnya serta

meberikan apresiasi kepada pegawai yang mampu mencapai atau melebihi tingkat

kinerja yang diharapkan.

2.1.4. Indikator Kinerja Karyawan

Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah untuk merestrukturisasi

dan mengelola proses pengukuran kinerja dengan fair dan akurat. Karena

penilaian kinerja yang efektif dan efisien memerlukan sejumlah persyaratan agar

menguntungkan organisasi dan karyawan yang bekerja untuk organisasi. Dalam

penelitian ini untuk mengkur kinerja karyawan digunakan Indikator yang dikutip

dari Marbawi (2017), yaitu:

1. Pekerjaan sesuai standar, adalah persyaratan tugas, fungsi atau perilaku yang

ditetapkan oleh pemberi kerja sebagai sasaran yang harus dicapai oleh seorang

karyawan.

2. Penyelesaian tugas dengan baik, karyawan harus selalu mampu menyelesaikan

tugas dengan baik yang diberikan oleh atasan.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


22

3. Teliti dalam bekerja, dalam setiap melakukan sikap dan perbuatan serta setiap

pekerjaan, tidak terburu-buru, namun perlu perhitungan dan pengkajian baik-

buruknya.

4. Jumlah pekerjaan, merupakan tingkat kerja seorang karyawan berdasarkan

yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus

aktivitas yang diselesaikan.

5. Waktu penyelesaian, merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal

waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output

6. Pengawasan langsung atasan, pengawasan pada dasarnya diarahkan

sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan.

7. Kerja sama antar karyawan, melihat bagaimana seorang pegawai bekerja

dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

2.2. Kepuasan Kerja

2.2.1. Pengertian Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah sebuah konsep yang komplek dan dalam berbagai

bentuk, di mana setiap orang dapat memberikan arti yang berbeda satu sama lain.

Untuk meningkatkan kepuasan kerja biasanya berhubungan dengan motivasi,

tetapi pada kenyataannya hubungan ini sebenarnya belum begitu jelas. Pada

dasarnya merupakan salah satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaan

seseorang terhadap pekerjaannya, ia akan merasa puas dengan adanya kesesuaian

antara kemampuan, keterampilan dan harapannya dengan pekerjaan yang di

hadapi. Kepuasan sebenarnya merupakan keadaan yang sifatnya subyektif yang

merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai

Program Pascasarjana Magister Manajem en


23

apa yang diterima pegawai dari pekerjaannya dibandingkan dengan yang

diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau berhak

atasnya. Sementara setiap karyawan/pegawai secara subyektif menentukan

bagaimana pekerjaan itu memuaskan. Menurut Handoko (2012) kepuasan kerja

adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan

mana karyawan memandang pekerjaannya..

Sebenarnya kepusaan kerja merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk

diukur, karena kepuasan sendiri bersifat subjektif karena setiap orang selalu

mempunyai keinginan-keinginan yang ingin dipenuhi namun setelah terpenuhi

muncul lagi keinginan-keinginan lainnya, seakan-akan manusia itu tidak

mempunyai rasa puas dan setiap karyawan juga mempunyai kriterianya sendiri

yang menyatakan bahwa dirinya telah puas. Menurut Robbins (2012) pengertian

kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih

antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pegawai dan banyaknya yang

mereka yakini apa yang seharusnya mereka terima. sedangkan Mathis & Jackson

(2012) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan pernyataan emosional yang

positif yang merupakan hasil evaluasi dari pengalaman kerja.

Kepuasan kerja sebenarnya juga bisa dilihat atau dikatakan puas dalam

bekerja jika pendapatan yang diperoleh telah dapat mencukupi kebutuhan pekerja

tersebut, dan dalam perusahaan tersebut pegawai merasakan nyaman dalam

bekerja dan tidak mempunyai kekhawatiran lain seperti kurang cukup gaji yang

diterima, tidak adanya jaminan kesehatan/keselamatan kerja dan jaminan masa tua

atau pension pada intinya kepuasan kerja lebih mengarah pada perilaku, internal

Program Pascasarjana Magister Manajem en


24

masing-masing. Selanjutnya menurut Hasibuan (2013) kepuasan kerja adalah

sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaan. Sikap ini

dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Sejalan dengan

Wijono (2010) kepuasan kerja secara keseluruhan bagi individu adalah jumlah

dari kepuasan kerja dari setiap aspek pekerjaan dikalikan dengan derajat

pentingnya aspek pekerjaan individu. Ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja

melihatnya sebagai hasil interaksi manusia terhadap lingkungan kerjanya. Di

samping itu, perasaan seseorang terhadap pekerjaan tentulah sekaligus merupakan

refleksi dari sikapnya terhadap pekerjaan. Rivai (2014) kepuasan merupakan

evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau

tidak puas dalam bekerja. Sedangkan menurut Wibowo (2014) kepuasan kerja

akan mempengaruhi produktivitas yang sangat diharapkan oleh manajer, oleh

sebab itu manejer perlu memahami apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan

kepuasan kerja karyawannya.

Pada dasarnya kepuasan kerja yang dirasakan karyawan merupakan hal

yang bersifat individual. Setiap individu karyawan akan memiliki tingkat

kepuasan yang berbeda–beda sesuai dengan sistem nilai–nilai yang berlaku dalam

dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing–masing individu.

Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan

individu, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan

sebaliknya. Dari pendapat ahli diatas mengenai kepuasan kerja tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang dirasakan seseorang

terhadap pekerjaannya.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


25

2.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Ke rja

Kepuasan kerja karyawan banyak dipengaruhi oleh sikap pimpinan dalam

kepemimpinan. Kepemimpinan partisipasi memberikan kepuasan kerja bagi

karyawan, karena karyawan ikut aktif dalam memberikan pendapatnya untuk

menentukan kebijaksanan perusahaan. Namun bukan hanya kepemimpinan yang

membentuk kepuasan kerja.

Menurut Hasibuan (2013) kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh

faktor- faktor:

1. Balas jasa yang adil dan layak.

2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian.

3. Berat ringannya pekerjaan.

4. Suasana dan lingkungan pekerjaan.

5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.

6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya.

7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.

Menurut Robbins (2012), kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh

banyak faktor, antara lain pekerjaan yang menantang, penghargaan, kondisi

lingkungan kerja dan hubungan interpersonal.

1. Kerja yang menantang secara mental. Pada umumnya individu lebih menyukai

pekerjaan yang memberi peluang untuk menggunakan keterampilan dan

kemampuan serta memberi beragam tugas, kebebasan dan feedback tentang

seberapa baik pekerjaanya. Hal ini akan membuat pekerjaan lebih menantang

secara mental. Pekerjaan yang kurang menantang akan menciptakan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


26

kebosanan, akan tetapi yang terlalu menantang juga dapat menciptakan

frustasi dan perasaan gagal.

2. Penghargaan yang sesuai. Karyawan menginginkan sistem bayaran yang adil,

tidak ambigu, dan selaras dengan harapan karyawan. Saat bayaram dianggap

adil, dalam arti sesuai dengan tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan

individual, dan standar bayaran masyarakat, kemungkinan akan tercipta

kepuasan.

3. Kondisi kerja yang mendukung. Karyawan berhubungan dengan lingkungan

kerjanya untuk kenyamanan pribadi dan kemudahan melakukan pekerjaan

yang baik. Yang termasuk didalamnya seperti tata ruang, kebersihan ruang

kerja, fasilitas dan alat bantu, temperatur, dan tingkat kebisingan.

4. Kolega yang suportif. Individu mendapatkan sesuatu yang lebih daripada uang

atau prestasi yang nyata dari pekerjaan tetapi karyawan juga memenuhi

kebutuhan interaksi sosial. Perilaku atasan juga merupakan faktor penentu

kepuasan yang utama. Oleh karena itu, perlu diterapkan rasa saling

menghargai, loyal dan toleran antara satu dengan yang lain, sikap terbuka, dan

keakraban antar karyawan.

Sedangkan Menurut Mangkunegara (2013) ada dua faktor yang bisa

mempengarhui kepuasan kerja, yaitu:

1. Faktor Pegawai

Meliputi kecerdasan (IQ), kecerdasan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi

fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara

berfikir, persepsi, dan sikap kerja

Program Pascasarjana Magister Manajem en


27

2. Faktor Pekerjaan

Meliputi jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat atau golongan,

kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi

jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.

Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-

perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas

memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut. Keterlibatan

pekerjaan , mengukur tingkat sampai mana individu secara psikologis memihak

pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai

bentuk penghargaan diri.

2.2.3. Teori Kepuasan Ke rja

Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat

sebagian orang lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa lainnya.

Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan

kerja. Menurut Mangkunegara (2013), berpendapat bahwa ada empat teori

kepuasan kerja, antara lain :

1. Teori keseimbangan

Teori ini dikemukakan oleh Wexley dan yukl, mengaatakan bahwa semua

nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja.

Misalnya, pendidikan, pengalaman, skill, usaha, perlatan pribadi, dan jam

kerja.

2. Teori perbedaan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


28

Teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter yang berpendapat bahwa

mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih anatara

apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai. Sedangkan

Locke megemukakan bahwa kepuasan kerja pegawai bergantung pada

perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang diharapkan oleh pegawai.

3. Teori pemenuhan kebutuhan

Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau

tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan meras puas apabila ia

mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai

terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut. Begiti pula sebaliknya apabila

kebutuhan pegawai tidak terpenuhi , pegawai akan merasa tidak puas.

4. Teori pandangan kelompok

Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada

pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan

pendapat kelompok yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok cuan.

Kelompok acuan tersebut dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun

lingkungannya. Jadi, pegawai akan lebih merasa puas apabila hasil kerjanya

sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.

Sedangkan menurut Wexley dan Yukl dalam Ali (2016) teori-teori tentang

kepuasan kerja ada tiga macam yang lazim dikenal yaitu:

1. Teori Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy Theory)

Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu merupakan hasil

dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap

Program Pascasarjana Magister Manajem en


29

berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang

menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh individu tersebut bila

perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang

diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan dirasakan oleh

individu bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu

dengan apa yang diperoleh dari pekerjaan besar.

2. Teori Keadilan (Equity Theory)

Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan

adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity

atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya

dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupunditempat lain.

3. Teori Dua – Faktor (Two Factor Theory)

rinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan dan ketidakpuasan kerja

merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan

dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yang satu dinamakan Dissatisfier

atau hygiene factors dan yang lain dinamakan satisfier atau motivators.

Kepuasan kerja dapat dirumuskan sebagai respon dari pekerja yng timbul

akibat dari persepsi mengenai hal- hal yang berkaitan dengan apa yang dikerjakan

oleh seorang pekerja yang masuk dan bergabung dalam perusahaan yang

mempunyai seperangkat keinginan, kebutuhan , hasrat dan pengalaman masa lalu

yang menyatu dan membentuk suatuharapan yang diharapkan dapat dipenuhi di

tempatnya bekerja.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


30

2.2.4. Indikator Kepuasan Kerja

Profil atau kriteria kepuasan kerja dalam organisasi sangat banyak

pengaruhnya, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya ragam orang dalam

bekerja dan bagaimana cara mereka mengatasi pekerjaan yang ia miliki serta

keinginan atau kemampuannya untuk bertahan dalam organisasi tersebut.

Menurut Mangkunegara (2013) ada 5 indikator untuk mengukur kepuasan kerja

diantaranya, yaitu:

1. Turnover, kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turnover karyawan

yang rendah. Sedangkan karyawan-karyawan yang kurang puas

biasanya turnovernya lebih tinggi.

2. Tingkat ketidakhadiran (absen) kerja, Karyawan-karyawan yang kurang puas

cenderung tingkat ketidakhadiran (absen) tinggi.

3. Ada kecenderungan karyawan yang lebih tua merasa puas dari pada karyawan

yang lebih muda. Hal ini diasumsikan bahwa karyawan yang lebih tua

berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan. Sedangkan

karyawan yang lebih muda biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang

dunia kerjanya, sehingga apabila antara harapan dan realita mengalami s uatu

kesenjangan maka dapat menyebabkan ketidakpuasan.

4. Tingkat Pekerjaan, Karyawan-karyawan yang menduduki tingkat pekerjaan

yang lebih tinggi cenderung lebih puas daripada karyawan yang menduduki

tingkat pekerjaan yang lebih rendah. Karyawan-karyawan yang tingkat

pekerjaannya lebih tinggi menunjukkan kemampuan kerja yang baik dan aktif

dalam mengemukakan ide- ide serta kreatif dalam bekerja.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


31

5. Ukuran Organisasi Perusahaan, Ukuran organisasi perusahaan dapat

mempengaruhi kepuasan karyawan. Hal ini karena besar kecil suatu

perusahaan berhubungan pula dengan koordinasi, komunikasi, dan partisipasi

karyawan.

Menurut Robbins (2012), kepuasan kerja karyawan diukur oleh banyak

faktor, antara lain : pekerjaan yang menantang, penghargaan, kondisi lingkungan

kerja dan hubungan interpersonal.

1. Kerja yang menantang secara mental

Pada umumnya individu lebih menyukai pekerjaan yang memberi peluang

untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan serta memberi beragam

tugas, kebebasan dan feedback tentang seberapa baik pekerjaanya. Hal ini

akan membuat pekerjaan lebih menantang secara mental. Pekerjaan yang

kurang menantang akan menciptakan kebosanan, akan tetapi yang terlalu

menantang juga dapat menciptakan frustasi dan perasaan gagal.

2. Penghargaan yang sesuai

Karyawan menginginkan sistem bayaran yang adil, tidak ambigu, dan selaras

dengan harapan karyawan. Saat bayaram dianggap adil, dalam arti sesuai

dengan tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individual, dan standar

bayaran masyarakat, kemungkinan akan tercipta kepuasan.

3. Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan berhubungan dengan lingkungan kerjanya untuk kenyamanan

pribadi dan kemudahan melakukan pekerjaan yang baik. Yang termasuk

Program Pascasarjana Magister Manajem en


32

didalamnya seperti tata ruang, kebersihan ruang kerja, fasilitas dan alat bantu,

temperatur, dan tingkat kebisingan.

4. Kolega yang suportif

Individu mendapatkan sesuatu yang lebih daripada uang atau prestasi yang

nyata dari pekerjaan tetapi karyawan juga memenuhi kebutuhan interaksi

sosial. Perilaku atasan juga merupakan faktor penentu kepuasan yang utama.

Oleh karena itu, perlu diterapkan rasa saling menghargai, loyal dan toleran

antara satu dengan yang lain, sikap terbuka, dan keakraban antar karyawan.

2.3. Self Efficacy

2.3.1. Pengertian Self Efficacy

Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self

knowwledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari- hari. Hal

ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu dalam

menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan termasuk

di dalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi. Secara etimologis,

efikasi diri merupakan satu kesatuan arti yang diterjemahkan dari bahasa inggris,

yakni Self Efficacy. Efficacy didefenisikan sebagai kapasitas untuk mendapatkan

hasil atau pengaruh yang diinginkannya, dan self sebagai orang yang dirujuk

(Wallatey, dalam Yunitia 2015). Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan

pengaturan diri individu. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh

Bandura. Self efficacy mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk

mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


33

tertentu (Bandura, 1996,) Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self-

efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya

untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu.

Di samping itu, menurut Luthan (2014) menyatakan bahwa self efficacy mengacu

kepada keyakinan diri mengenai kemampuannya untuk memotivasi sumber daya

kognitif dan tindakan yang diperlukan agar berhasil dalam melaksanakan tugas

tertentu

Efikasi berkaitan erat dengan kebiasaan hidup manusia yang didasarkan

atas prinsip-prinsip karakter, seperti integritas, kerendahan hati, kesetiaan,

pembatasan diri, keberanian, keadilan, kesabaran, kerajinan, kesederhanaan dan

kesopanan yang seharusnya dikembangkan dari dalam diri menuju ke luar diri,

bukan dengan pemaksaan dari luar ke dalam diri manusia. Seseorang dikatakan

efektif apabila individu dapat memecahkan masalah dengan efektif,

memaksimumkan peluang, dan terus menerus belajar serta memadukan prinsip-

prinsip lain dalam spiral pertumbuhan. Selanjutnya self efficacy menurut Alwisol

dalam Rian (2015) adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan

yangbaik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisamengerjakan sesuai yang

diisyaratkan.

Efikasi diri mempengaruhi motivasi, baik ketika manajer memberikan

imbalan maupun ketika karyawan sendiri memberikan kemampuannya. Mak in

tinggi efikasi diri maka makin besar motivasi dan kinerja. Selanjutnya menurut

Cherrington dalam Ferryangga (2008) bahwa efikasi diri didefenisikan sebagai

keyakinan seseorang dengan kemampuannya untuk melaksanakan suatu tugas

Program Pascasarjana Magister Manajem en


34

yang spesifik. Bandura (1986, dalam Haycock, McCarthy, & Skay, 1998),

membedakan komponen self-efficacy yang terdiri dari efficacy expectations dan

outcome expectations. Efficacy expectations adalah keyakinan diri seseorang

bahwa dirinya dapat berhasil melakukan perilaku yang ingin dilakukannya.

Sedangkan outcome expectations menentukan seberapa besar seseorang mencoba

dan seberapa lama akan bertahan pada perilaku tersebut. Self-efficacy akan

menentukan bagaimana seseorang menunjukan perilaku tertentu, daya tahan

dalam menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan atau

kegagalan dapat mempengaruhi perilaku kita di masa depan.

Lee dan Bobko dalam Dian (2008), menyatakan bahwa individu yang

memiliki self efficacy tinggi akan mencurahkan seluruh usaha dan perhatian untuk

mencapai tujuan dan kegagalan yang terjadi serta membuatanya berusaha lebih

giat lagi. Seseorang pekerj yang memiliki self efficacy yang tinggi akan mampu

melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian disekitarnya

perusahaan/organisasi ditempat mereka bekerja, sedangkan seseorang dengan self

efficacy yang rendah akan menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu

mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi sulit, karyawan

yang memiliki self efficacy yang rendah cenderung mudah menyerah, sementara

karyawan yang memiliki self efficacy yang tinggi akan berusaha lebih keras lagi

untuk mengatasi tantangan pekerjaan yang ada.

Dari penjelesan dapat diambil kesimpulan bahwa self efficacy berkaitan

dengan keyakinan diri bahwa ia mampu mengontrol situasi sulit dan yakin mampu

mengatasi situasi yang merugikan. Self efficacy berkaitan dengan keyakinan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


35

individu dapat atau tidak dapat melakukan sesuatu bukan pada hal apa yang akan

ia lakukan self efficacy yang tinggi akan menggiring individu untuk mengatasi

tantangan dan hambatan dalam mencapai tujuan

2.3.2. Faktor-Faktor Self Efficacy

Self Efficacy merupakan keyakinan seorang terhadap dirinya yang yakin

akan mampu melaksanakan tingkah laku yang diperlukan dalam suatu tugas yang

dipengaruhi oleh banyak faktor pembentuk self efficacy itu sendiri Menurut

Bandura dalam farida (2013) ada 4 jenis sumber informasi yang digunakan untuk

membangun efikasi diri. Keempat sumber informasi tersebut adalah:

a. Pengalaman merasakan keberhasilan (enactive mastery experiences)

Bandura (1997) menyatakan bahwa sumber informasi yang berupa

pengalaman individu sendiri merupakan sumber informasi efikasi diri yang

utama. Keberhasilan yang didapatkan akan meningkatkan e fikasi diri yang

dimilki seseorang sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi dirinya.

Apabila keberhasilan yang didapatkan seseorang lebih banyak karena faktor-

faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap

peningkatan efikasi diri. Akan tetapi, apabila keberhasilan itu didapat melalui

hambatan yang besar dan merupakan hasilperjuangan sendiri maka hal itu

akan membawa pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri.

b. Pengalaman yang dimiliki orang lain (vicarious experience)

Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu

dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan efikasi diri

seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Efikasi tersebut didapat

Program Pascasarjana Magister Manajem en


36

melalui social models yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang kurang

pengetahuan tentang kemampuan dirinya sehingga melakukan modeling.

Namun efikasi diri yang didapat tidak akan berpengaruh bila model yang

diamati tidak memilki kemiripan atau berbeda dengan model.

c. Persuasi verbal (verbal persuasion)

Persuasi verbal berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat keyakinan

mengenai kemampuan yang dimiliki individu dalam mencapai tujuan.

Individu yang diyakinkan secara verbal bahwa mereka memiliki kemampuan

untuk menguasai tugas-tugasyang diberikan cenderung berusaha secara

maksimal dan mempertahankannya. Kondisi tersebut adalah bahwa seseorang

haruslah mempercayai pihak yang melakukan persuasi karena kata-kata dari

pihak yang terpercaya lebih efektif daripada kata-kata dari pihak yang tidak

terpercaya. Persuasi sosial paling efektif ketika dikombinasikan dengan

performa yang sukses. Persuasi mampu meyakinkan seseorang untuk berusaha

jika performa yang dilakukan terbukti sukses.

d. Kondisi fisiologis dan perasaan (physiological state/emotional arousal)

penilaian seseorang terhadap efikasi diri dipengaruhi oleh suasana hati.

Individu akan memdasarkan informasi mengenai kondisi fisiologis mereka

untuk menilai kemampuannya. Ketika mengalami takut yang besar,

kecemasan yang kuat dan rasa stres yang tinggi individu akan mengalami

efikasi diri yang rendah.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


37

Selain faktor- faktor tersebut di atas, Atkinson dalam Fernando (2013)

menyatakan bahwa efikasi diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain:

a. Keterlibatan individu dalam peristiwa yang dialami oleh orang lain,

dimana hal tersebut membuat individu merasa ia memiliki kemampuan

yang sama atau lebih dari orang lain. Hal ini kemudian akan meningkatkan

motivasi individu untuk mencapai prestasi.

b. Persuasi verbal yang dialami individu yang berisi nasehat dan bimbingan

yang realistis dapat membuat individu merasa semakin yakin bahwa ia

memiliki kemampuan yang dapat membantunya untuk mencapai tujuan

yang diinginkan, cara seperti ini sering digunakan untuk meningkatkan

efikasi diri seseorang.

c. Situasi-situasi psikologis dimana seseorang dapat menilai kemampuan,

kekuatan dan ketentraman terhadap kegagalan atau kelebihan individu

masing- masing. Individu mungkin akan lebih berhasil bila dihadapkan

pada situasi sebelumnya yang penuh dengan tekanan, ia berhasil

melaksanakan suatu tugas dengan baik.

Individu akan semakin meningkatkan kualitas dirinya bila ia meyakini

potensi yang dimilikinya. Self Efficacy tentu dipengaruhi oleh berbagai banyak

faktor baik itu insentif eksternal, status atau peran individu dalam lingkungan dan

informasi tentang kemampuan dirinya yang diperoleh dari hasil yang dicapai

secara nyata, pengalaman orang lain, persuasi verbal dan keadaan fisiologis.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


38

2.3.3. Aspek-Aspek Self-Efficacy

Menurut Bandura dalam Rachmawati (2012), efikasi diri pada diri tiap

individu akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga

dimensi. Berikut adalah tiga dimensi tersebut, yaitu:

a. Tingkat (level)

Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa

mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas

yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu

mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang, atau bahkan

meliputi tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang

dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-

masing tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah

laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang

berada di luar batas kemampuan yang di rasakannya.

b. Kekuatan (strength)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau

pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah

mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung.

Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu te tap bertahan

dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang

menunjang. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level,

yaitu makin tinggi level taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang

dirasakan untuk menyelesaikannya.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


39

c. Generalisasi (geneality)

Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu

merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap

kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu

atau pada serangkain aktivitas dan situasi yang bervariasi.

Menegaskan bahwa ketiga dimensi tersebut paling akurat untuk

menjelaskan self efficacy seseorang. Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa dimensi yang membentuk self efficacy adalah tingkat (level),

dimensi kekuatan (strenght), dan dimensi generalisasi (generality).

2.3.4. Fungsi Self Efficacy

Efikasi diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan memberi fungsi

pada aktifitas individu. Bandura dalam Nullul (2013) menjelaskan tentang

pengaruh dan fungsi tersebut, yaitu:

1. Fungsi kognitif.

Bandura menyebutkan bahwa pengaruh dari efikasi diri pada proses kognitif

seseorang sangat bervariasi. Pertama, efikasi diri yang kuat akan

mempengaruhi tujuan pribadinya. Semakin kuat efikasi diri, semakin tinggi

tujuan yang ditetapkan oleh individu bagi dirinya sendiri dan yang

memperkuat adalah komitmen individu terhadap tujuan tersebut. Individu

dengan efikasi diri yang kuat akan mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur

rencana dan berkomitmen pada dirinya untuk mencapai tujuan tersebut.

Kedua, individu dengan efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi bagaimana

Program Pascasarjana Magister Manajem en


40

individu tersebut menyiapkan langkah- langkah antisipasi bila usahanya yang

pertama gagal dilakukan.

2. Fungsi motivasi

Efikasi diri memainkan peranan penting dalam pengaturan motivasi diri.

Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan secara kognitif. Individu

memotivasi dirinya sendiri dan menuntun tindakan-tindakannya dengan

menggunakan pemikiran-pemikiran tentang masa depan sehingga individu

tersebut akan membentuk kepercayaan mengenai apa yang dapat dirinya

lakukan. Individu juga akan mengantisipasi hasil- hasil dari tindakan- tindakan

yang prospektif, menciptakan tujuan bagi dirinya sendiri dan merencanakan

bagian dari tindakan-tindakan untuk merealisasikan masa depan yang

berharga. Efikasi diri mendukung motivasi dalam berbagai cara dan

menentukan tujuan-tujuan yang diciptakan individu bagi dirinya sendiri

dengan seberapa besar ketahanan individu terhadap kegagalan. Ket ika

menghadapi kesulitan dan kegagalan, individu yang mempunyai keraguan diri

terhadap kemampuan dirinya akan lebih cepat dalam mengurangi usaha-usaha

yang dilakukan atau menyerah. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat

terhadap kemampuan dirinya akan melakukan usaha yang lebih besar ketika

individu tersebut gagal dalam menghadapi tantangan. Kegigihan atau

ketekunan yang kuat mendukung bagi mencapaian suatu performansi yang

optimal. Efikasi diri akan berpengaruh terhadap aktifitas yang dipilih, keras

atau tidaknya dan tekun atau tidaknya individu dalam usaha mengatasi

masalah yang sedang dihadapi.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


41

3. Fungsi Afeksi

Efikasi diri akan mempunyai kemampuan coping individu dalam mengatasi

besarnya stres dan depresi yang individu alami pada situasi yang sulit dan

menekan, dan juga akan mempengaruhi tingkat motivasi individu tersebut.

Efikasi diri memegang peranan penting dalam kecemasan, yaitu untuk

mengontrol stres yang terjadi. Penjelasan tersebut sesuai dengan pernyataan

Bandura bahwa efikasi diri mengatur perilaku untuk menghindari suatu

kecemasan. Semakin kuat efikasi diri, individu semakin berani menghadapi

tindakan yang menekan dan mengancam. Individu yang yakin pada dirinya

sendiri dapat menggunakan kontrol pada situasi yang mengancam, tidak akan

membangkitkan pola-pola pikiran yang mengganggu. Sedangkan bagi

individu yang tidak dapat mengatur situasi yang mengancam akan mengalami

kecemasan yang tinggi. Individu yang memikirkan ketidakmampuan coping

dalam dirinya dan memandang banyak aspek dari lingkungan sekeliling

sebagai situasi ancaman yang penuh bahaya, akhirnya akan membuat individu

membesar-besarkan ancaman yang mungkin terjadi dan khawatiran terhadap

hal- hal yang sangat jarang terjadi.

4. Fungsi Selektif

Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang akan

diambil oleh indvidu. Individu menghindari aktivitas dan situasi yang individu

percayai telah melampaui batas kemampuan coping dalam dirinya, namun

individu tersebut telah siap melakukan aktivitas-aktivitas yang menantang dan

memilih situasi yang dinilai mampu untuk diatasi. Perilaku yang individu buat

Program Pascasarjana Magister Manajem en


42

ini akan memperkuat kemampuan, minat- minat dan jaringan sosial yang

mempengaruhi kehidupan, dan akhirnya akan mempengaruhi arah

perkembangan personal.

Berdasarkan uraian di atas, dapat menyimpulkan bahwa efikasi diri dapat

memberi pengaruh dan fungsi kognitif, fungsi motivasi, fungsi afeksi dan fungsi

selektif pada aktivitas individu.

2.3.5. Indikator Self-Efficacy

Indikator Self-EfficacyMenurut Brown dkk dalam Manara (2008),

indikator dari self- efficacy mengacu pada dimesi self-efficacy yaitu level,

strength, dan generality. Dengan melihat ketiga dimens i ini, maka terdapat

beberapa indikator dari self -efficacy yaitu:

a. Orientasi pada tujuan

Seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan memiliki perilaku

yang positif, memiliki keinginan untuk berhasil, dan berorientasi pada tujuan.

b. Memiliki Keinginan untuk Berhasil

Efikasi diri diperoleh melalui pengalaman pribadi ketika berhasil

menyelesaikan tugas ataupun berhasil bangkit dari kegagalan.

c. Orientasi kendali kontrol

Letak kendali individu mencerminkan tingkat dimana mereka percaya bahwa

perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada mereka.

d. Memilik i tanggung jawab

menjadi sebuah hal penting bagi sebuah komitmen atau tanggung jawab, dan

tanggung jawab hanya dapat direalisasikan apabila seseorang percaya bahwa

Program Pascasarjana Magister Manajem en


43

mereka memiliki rasa percaya diri untuk melaksanakan sebuah tanggung

jawab yang mereka emban.

e. Memilik i keyakinan

Individu mempunyai ketekunan dalam rangka menyelesaikan tugas dengan

menggunakan segala daya yang dimiliki.

f. Memilik i Kema mpuan

Individu mempunyai keyakinan menyelesaikan permasalahan tidak terbatas

pada kondisi atau situasi tertentu saja.

g. Lama seseorang akan bertahan dalam menghadapi hambatan

Individu ma mpu bertahan saat menghadapi kesulitan dan hambatan yang

muncul serta mampu bangkit dari kegagalan.

h. Memilik i Ketekunan yang kuat

Individu yang memiliki Ketekunan yang kuat biasanya akan menghasilkan

outcome yang diharapkan.

2.4. Iklim Organisasi

2.4.1. Pengertian Iklim Organisasi

Istilah iklim organisasi (organizational climate) pertama kali dipakai oleh

oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim psikologi

(psychological climate), yang artinya melukiskan perilaku dalam hubungan

dengan latar atau tempat (setting) dimana perilaku muncul: lingkungan

(environment), lingkungan pergaulan (milieu), budaya (culture), suasana

Program Pascasarjana Magister Manajem en


44

(atmosphere), sit uasi (situation), pola lapangan (field setting), pola perilaku

(behaviour setting) dan kondisi (conditions).

Menurut Holloway (2012) iklim organisasi adalah persepsi bersama secara

formal dan informal terhadap kebijakan organisasi, kebiasaan dan prosedur yang

berlaku di organisasi. Iklim organisasi merupakan persepsi atau pemaknaan

terhadap pengalaman-pengalaman yang dirasakan oleh karyawan tersebut selama

bekerja di sebuah organisasi atau perusahaan yang berhubungan dengan

lingkungan psikologis dan sosialnya. Selanjutnya Gibson dalam Masluri (2011)

bahwa iklim organisasi adalah sifat lingkungan kerja atau lingkungan psikologis

dalam organisasi yang dirasakan oleh para pekerja atau anggota organisasi dan

dianggap dapat mempengaruhi sikap dan perilaku pekerja terhadap pekerjaanya..

Kemudian dikemukakan oleh Simamora (2012) bahwa iklim organisasi

adalah lingkungan internal atau psikologi organisasi. iklim organisasi

mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima oleh anggota organisasi.

perlu diketahui bahwa setiap perusahaan akan memiliki iklim organisasi yang

berbeda-beda. Keaneka ragaman pekerjaan yang dirancang di dalam

perusahaan/organisasi, atau sifat individu yang ada akan menggambarkan

perbedaan tersebut. Sedangkan menurut Stinger (2002) mendefenisikan iklim

sebagai iklim organisasi adalah sebagai suatu koleksi dan pola lingkungan yang

menentukan motivasi. Sedangkan Wirawan (2008) mendefenisikan iklim secara

lebih luas, ia menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah persepsi anggota

organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap

berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


45

internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi

dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi.

Iklim organisasi setiap organisasi dengan organisasi yang lain tentunya

pasti akan berbeda-beda. Iklim organisasi yang berbeda-beda tersebut dapat

mempengaruhi perilaku sumber daya manusia yang berada didalam organisasi.

Perilaku karyawan di dalam perusahaan/organisasi bermacam- macam seperti

motivasi kerja, keterlibatan kerja, komitmen kerja, disiplin kerja, kepuasan kerja,

stres kerja, sikap kerja, moril karyawan serta perilaku konflik. Selanjutnya

menurut Davis (2009), iklim organisasi adalah sebuah konsep yang

menggambarkan suasana internal lingkungan organisasi yang dirasakan

anggotanya selama mereka beraktivitas dalam rangka tercapainya tujuan

organisasi.

Dari pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat dikatakan bahwa

iklim organisasi merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang

bagaimana kualitas lingkungan internal organisasi yang mempengaruhi perilaku

anggota organisasi dalam melaksanakan setiap pekerjaannya.

2.4.2. Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi

Banyak ahli yang menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi iklim

organisasi menurut Stringer (2002) mengemukakan bahwa terdapat lima faktor

yang mempengaruhi terjadinya iklim suatu organisasi, masing- masing faktor

yang mempegaruhi iklim tersebut yaitu:

1. Lingkungan Eksternal.

Industri atau bisnis yang sama mempunyai iklim organisasi umum yang sama.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


46

2. Strategi Organisasi.

Kinerja suatu perusahaan bergantung pada strategi (apa yang diupayaka n

untuk dilakukan), energi yang dimiliki oleh karyawan untuk melaksanakan

pekerjaan yang diperlukan oleh strategi, dan faktor-fakt or lingkungan penentu

dari level energi tersebut. Strategi yang berbeda menimbulkan pola iklim

organisasi yang berbeda. Strategi mempengaruhi iklim organisasi secara tidak

langsung.

3. Pengaturan organisasi.

Pengaturan organisasi mempunyai pengaruh paling kuat terhadap iklim

organisasi.

4. Kekuatan Sejarah.

Semakin tua umur suatu organisasi semakin kuat pengaruh kekuatan

sejarahnya. Pengaruh tersebut dalam bentuk tradisi dan ingatan yang

membentuk harapan anggota organisasi dan mempunyai pengaruh terhadap

iklim organisasinya.

5. Kepemimpinan.

Perilaku pemimpin mempengaruhi iklim organisasi yang kemudian

mendorong motivasi karyawan. Motivasi karyawan merupakan pendorong

utama terjadinya kinerja.

Selanjutnya Menurut Asmar dalam Nailul (2013), terdapat lima faktor

yang memengaruhi iklim organisasi, yaitu sebagai berikut:

1. Penempatan Personalia

Program Pascasarjana Magister Manajem en


47

Masalah penempatan personalia atau penempatan sangat penting, karena

apabila terjadi kesalahan dalam penempatan dapat menjadikan perilaku

pegawai menjadi terganggu dan pada akhirnya bisa merusak iklim organisasi.

Dalam penempatan seorang pemimpin hendaknya melihat berbagai aspek atau

kondisi seperti, spesialisasi yang dimiliki, kegemaran, keterampilan dan

pengalaman watak.

2. Pembinaan Hubungan Komunikasi

Dalam lingkungan organisasi bahwasanya tidak luput dari proses komunikasi,

dalam kehidupan sehari- hari komunikasi sangat berperan dan iklim organisasi

tercipta karena adanya komunikasi. Hubungan yang dibangun bersifat formal

dan non formal.

3. Pendinasan dan Penyelesaian Konflik

Setiap organisasi akan mengalami perubahan atau perkembangan dalam setiap

aspeknya seiring dengan perubahan lingkungan. Proses perubahan ini

sangatlah penting untuk mengantisipasi supaya tidak terjadi stagnasi bahkan

kemunduran organisasi. Peran pimpinan dalam hal ini yaitu membuat para

personil/pegawai menjadi lebih dinamis dan mampu mendukung kemajuan

organisasi. Untuk itu pimpinan perlu untuk menciptakan suatu kondisi yang

dinamis dengan cara memberi kebebasan pada pegawai untuk

mengembangkan kreativitasnya dan merealisasikan ide- ide nya.

4. Pengumpulan dan Pemanfaatan informasi

Informasi memegang peranan yang penting d alam sebuah organisasi sebagai

penghubung antara berbagai bagian organisasi sehingga tercipta keutuhan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


48

organisasi. Informasi sangat bermanfaat bagi organisasi terutama dalam

penyusunan program kerja organisasi, mendukung kelancaran penggunaan

metode kerja dan sebagai alat kontrol atau pengawasan.

5. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan kerja sering disebut juga sebagai suasana atau keadaan

dalam kerja. Adapun yang dimaksud hal ini yaitu mencakup keadaan fasilitas

atau sarana yang ada, misalnya ruangan untuk p impinan, ruang rapat, lobi,

ruang kerja pegawai, ruang tamu dan lain- lain. Kondisi fasilitas ini sebenarnya

tidak langsung memengaruhi sehat tidaknya iklim kerja tetapi memberikan

efek terhadap suasana hati pegawai yang ada di dalamnya.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi, pada

umumnya kinerja organisasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal

karyawan.

2.4.3. Dimensi Iklim Organisasi

Iklim organisasi merupakan faktor penting yang menentukan kehidupan

suatu organisasi. Iklim organisasi menjadi salah satu faktor yang menentukan

kepuasan kerja karyawan. Oleh karena itu memperbaiki iklim organisasi

merupakan salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan kepuasan kerja yang

selanjutnya menjadi faktor pendorong keberhasilan seb uah organisasi. Menurut

Steers (2005), terdapat sembilan aspek yang membentuk dimensi struktur

organisasi, yaitu:

1. Struktur, karyawan memersepsikan dirinya mengetahui aturan, peraturan,

prosedur yang ada serta birokasi tertentu dalam organisasi.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


49

2. Tanggung jawab, Karyawan memersepsikan dirinya menjadi seorang

pimpinan dalam melakukan pekerjaannya sendiri, tanpa perlu meninjau ulang

keputusan yang diambilnya.

3. Penghargaan, karyawan memersepsikan sebuah penghargaan yang diterima

adalah hasil dari pekerjaan yang dilakukan dengan baik.

4. Kehangatan, karyawan melihat keseluruhan persahabatan yang terbentuk dari

interaksi kelompok sosial secara informal di dalam organisasi.

5. Dukungan, karyawan melihat pemberian bantuan yang dilakukan berdasarkan

pada hubungan timbal balik antara atasan dengan bawahan.

6. Standar, karyawan melihat standar kinerja yang dinyatakan secara implisit dan

eksplisit dalam organisasi.

7. Konflik, karyawan melihat sebuah konflik terjadi karena adanya perbedaan

pendapat dari masing- masing anggota di dalam organisasi.

8. Risiko, karyawan melihat risiko kerja dapat terjadi di dalam organisasi. Salah

satu penyebab terlihat pada jenis pekerjaannya. Jenis pekerjaan tersebut

memengaruhi besar kecilnya risiko yang di dapat.

9. Identitas, karyawan melihat dirinya merasa memiliki perusahaan serta menjadi

anggota dalam sebuah tim kerja.

2.4.4. Indikator Iklim Organisasi

Wirawan, (2015) menyebutkan bahwa karakteristik atau indikator iklim

organisasi dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Ia mengatakan enam indikatro

untuk mengukur iklim organisasi, yaitu:

Program Pascasarjana Magister Manajem en


50

1. Struktur, struktur merefleksikan perasaan bahwa karyawan diorganisasi

dengan baik dan mempunyai definisi yang jelas mengenai peran dan tanggung

jawab mereka meliputi posisi karyawan dalam perusahaan.

2. Standar-standar, mengukur perasaan tekanan untuk memperbaiki kinerja dan

derajat kebanggaan yang dimiliki karyawan dalam melakukan pekerjaannya

dengan baik meliputi kondisi kerja yang dialami karyawan dalam perusahaan.

3. Tanggung jawab, merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka menjadi

“pimpinan diri sendiri” dan tidak pernah meminta pendapat mengenai

keputusannya dari orang lain. Meliputi kemandirian dalam menyelesaikan

pekerjaan.

4. Pengakuan, perasaan karyawan diberi imbalan yang layak setelah

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Meliputi imbalan atau upah yang

terima karyawan setelah menyelesaikan pekerjaan.

5. Dukungan, merefleksikan perasaan karyawan mengenai kepercayaan dan

saling mendukung yang berlaku dikelompok kerja. Meliputi hubungan dengan

rekan kerja yang lain.

6. Komitmen, merefleksikan perasaan kebanggaan dan komitmen sebagai

anggota organisasi. Meliputi pemahaman karyawan mengenai tujuan yang

ingin dicapai oleh perusahaan.

Selanjutnya Timpe dalam Maulana, (2013) mengungkapkan indikator

iklim organisasi sebagai berikut:

1. Tanggung jawab

Program Pascasarjana Magister Manajem en


51

Adanya tanggung jawab yang rendah di kalangan pegawai apabila mengambil

keputusan berada pada pimpinan puncak (sentralistik), sehingga

rnengakibatkan rendahnya iklim organisasi tersebut.

2. Komformitas

Adanya batasan-batasan yang dibenarkan dalam organisasi, seperti peraturan-

peraturan yang harus ditaati pegawai terkadang aturan itu tidak relevan dengan

tujuan organisasi, mengakibatkan iklim organisasi merniliki komfonnitas yang

tinggi.

3. Semangat kelompok

Adanya suasana yang baik diantara pegawai, baik dari segi komunikasi yang

harmonis diantara pegawai maupun tanggung jawab dan kepercayaan dan

melaksanakan tugas dalam organisasi. Apabila saling mencurigai antara

pegawai, maka disebut suasana (iklim) organisasi itu cukup rendah.

4. Penghargaan

Dimana lazimya iklim organisasi yang harmonis dan rnempunyai produktifitas

yang maksimal apabila para pegawai rnendapat penghargaan dan imbalan dari

pimpinan dan sebaliknya pegawai yang berprestasi tidak mendapat

penghargaan dan imbalan dari pemimpin mengakibatkan iklim organisasi

tersebut cukup rendah.

5. Standar

Sebuah organisasi harus ditetapkan standar mutu kerja yang harus dicapai oleh

pegawai maupun karyawan, dengan tujuan untuk meningkatkan iklim

organisasi yang sesuai dengan harapan pimpinan.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


52

6. Kejelasan organisasi

Seorang pimpinan dalam organisasi harus mampu memberikan tugas kepada

pegawai secara jelas. Apabila tidak ada tugas secara organisatoris yang

diberikan kepada karyawan ataupun pegawai, secara tidak langsung hilang

tanggung jawab pegawai dalam menjalankan tugas. kondisi yang demikian

terjadi mengakibatkan iklim organisasi itu sangat rendah.

Yang menjadi indikator untuk variabel iklim organisasi dalam penelitian

ini diambil dari pendapat Wirawan (2015) yaitu struktur, standar-standar,

tanggung jawab, pengakuan, dukungan, dan komitmen.

2.5. Quality Work Life

2.5.1. Pengertian Quality Work Life

Di dalam organisasi atau perusahaan, salah satu cara yang di tempuh untuk

meningkatkan kinerja kerja para pekerja adalah dengan peningkatan quality work

of life (QWL), karena dengan cara ini pegawai akan betah dan nyaman dalam

bekerja. Quality work of life memiliki peranan dalam memantau karyawan

berkaitan dengan kualitas pekerjaan mereka dan kualitas kehidupan kerja

karyawan sendiri juga dapat membantu para atasan untuk dapat melakukan

perbaikan dalam suatu organisasi.

Quality work of life merupakan sebuah konsep yang multidimensional

yang meliputi berbagai aspek yang ada dalam kerja yang akan berdampak pada

kinerja organisasi atau perusahaan secara menyeluruh (Rokhman, dalam Kusnoto

2016). Filosofi dasar dari konsep tersebut adalah peningkatan kualitas kehidupan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


53

kerja yang berasal dari semua effort pada setiap level organisasi untuk

mendapatkan sesuatu yang sangat bernilai (human dignity) sesuatu yang sangat

bernilai) dan pertumbuhan (growth).

Menurut Nawawi (2013) quality work of life sebagai program yang

mencakup cara untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan menciptakan

pekerjaan yang lebih baik. Robbins (2012) mengatakan kualitas kehidupan kerja

sebagai konsep dimana lingkungan kerja menjadi sangat berarti bagi karyawan,

yang komponen-komponennya mencakup otonomi, recognition, belonging,

pertumbuhan dan perkembangan, serta penghargaan.

Cascio (2013) menyatakan quality of work life menumbuhkan keinginan

karyawan untuk tetap tinggal dan bertahan di perusahaan. Dapat dinilai bahwa

karyawan menunjukkan kepuasaan terhadap perlakuan organisasi atau perusahaan

terhadap dirinya. Kepuasan dapat dipandang sebagai suatu hasil dari penilaian

karyawan terhadap apa yang telah dilakukan oleh organisasi atau perusahaan

kepada karyawannya. Quality of work life dipandang mampu untuk meningkatkan

peran serta dan sumbangan para anggota ata u karyawan terhadap perusahaan

(Lewis dalam Husnawati, 2006). Selanjutnya Permana (2015) mengatakan bahwa

quality of work life adalah upaya yang dilakukan manajemen terhadap

peningkatan mutu karyawan dengan menghargai dan memerhatikan segala faktor

kondisi kerja, agar tercipta keselarasan antara pekerjaan dengan berbagai faktor

yang memengaruhi pekerjaan tersebut.

Setiap organisasi atau peruasahaan setidaknya harus mampu menciptakan

rasa aman serta kepuasan dalam bekerja atau biasa di sebut quality of work life

Program Pascasarjana Magister Manajem en


54

agar sumber daya manusia yang di lingkungannya akan menjadi kompetitif.

Maka dengan demikian, secara keseluruhan organisasi atau perusahaan akan

menjadi kompetitif pula dalam mewujudkan eksistensinya. Selanjutnya, quality of

work life menurut Flippo (2012) sebagai setiap kegiatan perbaikan yang terjadi

pada setiap tingkatan dalam suatu organisasi untuk meningkatkan efektifitas

organisasi yang lebih besar melalui peningkatan martabat dan pertumbuha n

manusia. Menurut Siagian (2012) quality of work life merupakan upaya yang

sistematik dalam kehidupan organisasional melalui cara dimana para karyawan

diberi kesempatan untuk turut berperan dalam menentukan cara mereka bekerja

dan sumbangan yang mereka berikan kepada organisasi dalam rangka pencapaian

tujuan dan berbagai sasarannya.

Dari definisi mengenai quality of work life yang telah dipaparkan oleh para

ahli maka dapat disimpulkan bahwa quality of work life adalah suatu bentuk

kepedulian organisasi atau perusahaan untuk memenuhi kepuasan karyawan

melalui praktek-praktek yang efektif untuk memperbaiki kondisi kerja dan

meningkatkan efektifitas organisasi.

2.5.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Quality Of Work Life

Quality of work life juga memberikan dampak yang positif karena

organisasi atau perusahaan akan lebih fleksibel. Karena hal esensial dari quality of

work life adalah membuat kenyamanan terhadap karyawan sehingga dari

kenyamanan yang dirasa akan membuat karyawan lebih loyal terhadap

perusahaan. Menurut John dan Wayne dalam Kusnoto (2016) menjelaskan

beberapa aspek yang mempengaruhi quality of work life sebagai berikut :

Program Pascasarjana Magister Manajem en


55

1. Manajemen partisipatif, yakni karyawan memperoleh kesempatan untuk

berpartisipasi dalam organisasi

2. Lingkungan kerja yang baik, sehat dan aman, yakni karyawan merasa nyaman

bekerja di lingkungan yang tidak termasuk kategori sick enviromental

(building),

3. Desain pekerjaan, pekerjaan didesain untuk membantu karyawan melakukan

pekerjaan dengan senang dan peduli,

4. Kesempatan memperoleh pengembangan potensi diri, yaitu kesempatan

mengikuti pelatihan (training), pemahaman nilai pekerjaan, desain keja

sebagai pertimbangan unutk peyelesaian tugas (reason for effort) dan atribusi

diri (internal locus of control) mengambil hikmah atas kegagalan,

5. Penghargaan kerja, karyawan mendapatkan kesempatan untuk membangun

atau meningkatkan performance.

Sedangkan John & Louis (1997) dalam Arrafiqur (2017), mengemukakan

beberapa aspek untuk mengetahui kualitas kehidupan kerja pada karyawan

sebagai bagian dari performan manajemen

perusahaan, yang meliputi.

1. Manajemen partisipatif (participatory of management), yakni karyawan

memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam organisasi, dapat

melakukan berbagai aktivitas yang relevan dengan aktivitas kerja pokok

maupun di luar pekerjaan di lingkungan perusahaan.

2. Lingkungan kerja yang baik, sehat dan aman (safety, health & work

environment). Karyawan merasa nyaman bekerja di lingkungan yang tidak

Program Pascasarjana Magister Manajem en


56

termasuk kategori sick environmental (building) meskipun dengan pekerjaan

berisiko karena perusahaan memberikan sarana dan jaminan, sehingga

karyawan merasa aman dalam menyelesaikan tugastugasnya.

3. Desain karyawanan. Pekerjaan di desain untuk membantu karyawan

melakukan pekerjaan dengan senang dan peduli dengan apa yang dilakukan,

serta menjadi berharga dan memiliki arti bagi karyawan dalam melakukan

aktivitas kerja. Desain pekerjaan memiliki spesifikasi, yaitu; Skill variety,

yaitu karyawan lebih ditekankan pada keahliannya, yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan suatu karyawanan; Task identity, yaitu karyawan melakukan

pekerjaan secara bertahap sesuai prosedur kerja; Task significance, yaitu

pekerjaan dipandang sebagai suatu hal yang penting bagi kehidupan bagi

pekerjaan orang lain; Autonomy, yaitu karyawan memiliki keleluasaan untuk

dapat mempertanggungjawabkan rancangan pekerjaan sampai pada hasil

pekerjaan; dan Feedback, yaitu karyawan memperoleh umpan balik informasi

mengenai kinerjanya.

4. Kesempatan memperoleh pengembangan potensi diri (human resources

development), yaitu kesempatan mengikuti pelatihan (training), pemahaman

nilai (value) pekerjaan, disain kerja sebagai pertimbangan untuk penyelesaian

tugas (reason for effort), dan atribusi diri (internal locus of control),

mengambil hikmah atas kegagalan.

5. Penghargaan kerja (working reward), yakni karyawan mendapat kesempatan

untuk membangun atau meningkatkan performance sehingga akan berusaha

menghindari kegagalan (value), berusaha menunjukkan hal yang dipandang

Program Pascasarjana Magister Manajem en


57

lebih berharga (demonstrating one’s worth), dan dapat mempertimbangkan

pandangan sosial (social comparison) dalam mencapai hasil atau prestasi

dalam pekerjaan.

Quailty of work life yang merupakan pendekatan sistem manajemen atau

cara pandang dari organisasi dengan tujuan utamanya untuk meningkatkan

kualitas kehidupan karyawan dalam lingkungan kerjanya secara simultan dan

berkesinambungan. Quailty of work life dapat dilakukan dengan memberikan rasa

aman dalam bekerja, kepuasan kerja, penghargaan dalam bekerja dan menciptakan

kondisi yang kondusif untuk tumbuh dan berkembang sehingga meningkatkan

harkat dan martabat dari karyawan.

2.5.3. Tujuan dan Manfaat Quailty of work life

Quality work of life yang ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan

sangat menguntungkan bagi karyawan, perusahaan dan konsumen. Bagi

karyawan, Quality work of life setidaknya dapat memuaskan kebutuhan pribadi

dari karyawan itu sendiri. Menurut (Gitosudarmo dalam Edwin 2013). ada empat

tujuan dan sasaran dari kualitas kehidupan kerja yaitu sebagai berikut:

1. Program kualitas kehidupan kerja menciptakan organisasi yang lebih

demokratis dimana setiap orang memiliki suara terhadap sesuatu yang

memengaruhi kehidupannya.

2. Memberikan andil imbalan finansial dari organisasi sehingga setiap orang

mendapatkan manfaat dari kerja sama yang lebih besar, produktivitas lebih

tinggi dan meningkatkan profitabilitas.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


58

3. Mencari cara untuk menciptakan keamanan kerja yang lebih besar dengan

meningkatkan daya hidup organisasi dan lebih meningkatkan hak pegawai.

4. Meningkatkan pengembangan individu dengan menciptakan kondisi yang

mendukung terhadap pertumbuhan pribadi.

2.6.3. Indikator Quality Work Of Life

Quality work of life mencerminkan sebagai kepedulian terhadap

pengalaman orang-orang di tempat kerja, hubungan mereka dengan orang lain,

lingkungan kerja dan efektivitas mereka pada karyawan. Dessler (2015) dalam

Widyastuti dan Dedi (2012) memandang kualitas kehidupan kerja adalah dimana

para pegawai dapat memenuhi kebutuhan mereka yang penting dengan bekerja

dalam organisasi, dan kemampuan untuk melakukan hal itu bergantung pada

apakah terdapat adanya perlakuan yang fair, adil, dan suportif terhadap para

pegawai, kesempatan bagi tiap pegawai untuk menggunakan kemam puan secara

penuh, kesempatan untuk mewujudkan diri, yaitu untuk menjadi orang yang

mereka rasa mampu mewujud kannya, kesempatan bagi semua pegawai untuk

berperan secara aktif dalam pengambilan keputusan-keputusan penting yang

melibatkan karyawanan mereka. Watson dalam Arrafiqur (2017), terdapat delapan

indikator dari quality work of life yaitu:

1. kompensasi yang adil dan tepat, termasuk unsur- unsur seperti kompensasi

untuk memenuhi standar, sudah mencukupi, keadilan internal, dan eksternal

untuk memiliki upah yang sama dengan pegawai yang lain yang melakukan

pekerjaan yang sama, tunjangan, dan pembayaran, hak-hak pegawai, dan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


59

pensiun. Komponen ini berisi tentang kompensasi yang adil, keseimbangan

upah, partisipasi dalam hasil, dan tunjangan.

2. Lingkungan kerja yang sehat dan aman meliputi faktor- faktor seperti kondisi

fisik kerja (kebersihan, pencahayaan, suhu, warna yang digunakan), ergonomi,

keamanan kerja, dan jam kerja. Komponen ini berisi tentang beban kerja, hari

libur kerja, teknologi dalam bekerja, kesehatan, dan kelelahan pegawai.

3. Pengembangan kemampuan pegawai meliputi pemberian kesempatan untuk

mengembangkan dan penggunaan kapasitas dan kapabilitas, perencanaan

bisnis, dan memberikan informasi kepada pegawai tentang proses,

kemampuan dalam mengikuti inovasi yang berhubungan dengan pekerjaan,

serta dukungan manajemen. Komponen ini berisi tentang otonomi, pentingnya

pekerjaan, evaluasi kerja, dan tanggung jawab pegawai.

4. Pengembangan pegawai dan keamanan pegawai termasuk pengembangan

pegawai dan profesional pegawai, karir, promosi dan peluang untuk

berkembang, serta keamanan kerja. Komponen ini berisi tentang

perkembangan secara profesional, pelatihan, pengunduran diri, dorongan diri

pegawai untuk senantiasa belajar.

5. Integrasi sosial termasuk kerja sama, kepercayaan organisasional, rasa

memiliki dan komitmen terhadap organisasi, kerja sama tim, dan komunikasi

interpersonal. Komponen ini berisi tentang diskriminasi, hubungan

interpersonal, kerja sama tim, dan pengungkapan ide.

6. Konstisionalisme meliputi kekebalan pribadi, kesetaraan hak, hak asasi

manusia, privasi, kebebasan berkekspresi dan berpendapat, lingkungan yang

Program Pascasarjana Magister Manajem en


60

berdemokrasi, partisipasi dalam pengambilan keputusan, pengetahuan dan

membela hak-hak dan tanggung jawab, serta hukum perburuhan. Kompenen

ini berisi tentang hak-hak pegawai, kebebasan berekspresi, diskusi dan norma-

norma, dan berhubungan orang lain.

7. Ruang hidup pegawai, termasuk keseimbangan antara pekerjaan, keluarga, dan

kehidupan pribadi pegawai; jam kerja; waktu luang; waktu yang dihabiskan

pegawai untuk keluarga; keseimbangan peran dan tanggung jawab; relokasi;

dan sebagainya. Komponen ini berisi pengaruh dari rutininas keluarga,

kemungkinan waktu luang, serta tentang waktu kerja dan waktu istirahat.

8. Relevansi sosial, termasuk tanggung jawab sosial organisasi, pengaruh

organisasi pada pegawai, masyarakat, dan lingkungan; citra perusahaan;

produksi; SDM; kebijakan perusahaan; transparansi; dan akuntabilitas

perusahaan. Komponen ini berisi tentang kebanggaan terhadap pekerjaan, citra

kelembagaan, integrasi dengan masyarkat, kualitas layanan perusahaan, dan

kebijakan sumber daya manusia.

Sedangkan indikator dalam kualitas kehidupan kerja menurut Walton

dalam Astrianditya (2016) antara

Lain:

1. Pertumbuhan dan pengembangan, yaitu terdapatnya kemungkinan untuk

mengembangkan kemampuan dan tersedianya kesempatan untuk

menggunakan ketrampilan atau pengetahuan yang dimiliki karyawan.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


61

2. Partisipasi, yaitu adanya kesempatan untuk berpartisipasi atau terlibat Dalam

pengambilan keputusan yang mempengaruhi langsung maupun tidak langsung

terhadap pekerjaan.

3. Sistem imbalan yang inovatif, yaitu bahwa imbalan yang diberikan kepada

karyawan memungkinkan mereka untuk memuaskan berbagai kebutuhannya

sesuai dengan standard hidup karyawan yang bersangkutan dan sesuai dengan

standard pengupahan dan penggajian yang berlaku di pasaran kerja.

4. Lingkungan kerja, yaitu tersedianya lingkungan kerja yang kondusif, termasuk

di dalamnya penetapan jam kerja,peraturan yang berlaku kepemimpinan serta

lingkungan fisik.

2.7. Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep awal yang menjadi acuan

dalam sebuah penelitian. Kerangka pemikiran teoritis memiliki dasar–dasar dari

sumber penelitian terdahulu yang relevan dan mendukung pelaksanaan sebuah

penelitian yang ingin dilakukan. Dalam konteks yang lebih sederhana, kerangka

pemikiran teoritis menjadi gambaran sebuah penelitian yang ditunjukan oleh

variabel yang saling berhubungan satu sama lain dan landasan sebuah penelitian.

Sumber daya manusia adalah individu produktif yang bekerja sebagai

penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam institusi maupun perusahaan yang

memiliki fungsi sebagai aset sehingga harus dilatih dan dikembangkan

kemampuannya. Pengertian sumber daya manusia makro secara umum terdiri dari

dua yaitu sumber daya manusia makro yaitu jumlah penduduk dalam usia

Program Pascasarjana Magister Manajem en


62

produktif yang ada di sebuah wilayah, dan sumber daya manusia mikro dalam arti

sempit yaitu individu yang bekerja pada sebuah institusi atau perusahaan.

Self efficacy merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self

knowwledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari- hari. Hal

ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu dalam

menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan termasuk

di dalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi. Menurut Schunk

dalam Anwar (2009) mengatakan self efficacy sangat penting perannya dalam

mempengaruhi usaha yang dilakukan, seberapa kuat usahanya dalam memprediksi

keberhasilan yang akan dicapai seorang pekerja. Lebih lanjut (J Feist, J. &

Gregory J. Feist, 2010). Mendefinisikan bahwa self efficacy adalah keyakinan


66
individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan

untuk mencapai hasil tertentu. Pengertian-pengertian tersebut memberikan

pemahaman kepada peneliti bahwa self efficacy adalah sebuah keyakinan

subjektif individu untuk mampu mengatasi permasalahan-permasalan atau

tugas, serta melalukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

Selain self-efficacy faktor yang menentukan kinerja karyawan adalah iklim

organisasi. Iklim kerja organisasi secara relatif merupakan kualitas lingkungan

internal dari organisassi yang dipertahankan dan membedakan organisasi tersebut

dengan organisasi lain. Iklim organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-

unsur organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Suatu

iklim organisasi berkembang dalam konteks organisasi. Menurut Lussier (2005)

Program Pascasarjana Magister Manajem en


63

mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas

lingkungan internal organisasi yang secara relatif dirasakan oleh anggota

organisasi yang kemudian akan mempengaruhi perilaku mereka berikutnya. Dari

pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa iklim organisasi merupakan suatu

konsep yang menggambarkan tentang kualitas lingkungan internal organisasi

yang mempengaruhi perilaku anggota organisasi dalam melaksanakan

pekerjaannya.

Selanjuntya berbicara dunia kerja, berbicara juga tentang Quality of work

life. Quality of work life merupakan sebuah proses dimana organisasi lingkungan

kerja yang sebaik mungkin bagi semua memberikan respon pada kebutuhan

karyawan dengan cara mengembangkan mekanisme untuk menginjankan para

karyawan memberikan sumbang saran penuh dan ikut serta mengambil keputusan

dan mengatur kehidupan kerja mereka dalam suatu perusahaan. Tujuan dasar

dari quality of work life ini adalah untuk mengembangkan anggota organisasi

guna mendukung kesehatan ekonomi perusahaan. Menurut Permana (2015)

mengatakan bahwa quality of work life adalah upaya yang dilakukan manajemen

terhadap peningkatan mutu karyawan dengan menghargai dan memerhatikan

segala faktor kondisi kerja, agar tercipta keselarasan antara pekerjaan dengan

berbagai faktor yang memengaruhi pekerjaan tersebut. Selanjutnya Cascio (2013)

menyatakan quality of work life menumbuhkan keinginan karyawan untuk tetap

tinggal dan bertahan di perusahaan. Dapat dinilai bahwa karyawan menunjukkan

rasa puas terhadap perlakuan perusahaan terhadap dirinya. quality of work

life merupakan suatu hal yang sangat penting dan merupakan kebutuhan bagi

Program Pascasarjana Magister Manajem en


64

perusahaan sendiri untuk menarik dan mempertahankan para karyawannya agar

loyal juga terhadap perusahaan.

Kepuasan kerja tidak muncul secara sendiri nya pentingnya self Efficacy,

iklim organisasi dan quality of work life sangat memberikan dampak besar akan

kepuasan kerja bagi karyawan, karena Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu

pada sikap individu secara umum terhadap pekerjaannya dapat juga dikatakan

sebagai persepsi awal terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Menurut Robbins

(2012) kepuasan kerja adalah suatu sikap umum seorang individu terhadap

pekerjaannya. Kepuasan kerja yang terbentuk di karyawan secara langsung juga

akan pasti dampak kepada kinerja yang meningkat.

Pada bagian ini, kerangka konseptual dikembangkan berdasarkan hasil

telaah pustaka dari berbagai pendapat ahli. Diagram path dan kerangka konspetual

yang diajukan meliputi pengaruh variabel self Efficacy, iklim organisasi dan

quality of work life terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk Bireuen dengan

kepuasan kerja sebagai variabel intervening disajikan sebagai berikut:

Self Efficancy H1 Kepuasan Kerja


(X1 ) (M)
H2

H4 H3
Iklim
Organisasi H8 H7
(X2 ) H9

H10
H5
Quality Of Kepuasan Kerja
Work Life (X3 ) (M)
H6

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Program Pascasarjana Magister Manajem en


65

2.8. Hipotesis

Hipotesis bisa didefenisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara

logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan

yang dapat diuji (Sekaran 2014). Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah

penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling penting

kebenarannya (Suryabrata, 2012). Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis

yang diajukan dan dikembangkan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut:

3.2.1. Pengaruh Self Efficacy Terhadap Kepuasan Kerja

Kreitner dan Kinicki dalam Rian (2015) menyatakan self efficacy adalah

keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai tugas

tertentu. Efikasi diri adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang

baik atau buruk. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi, karena cita–cita

menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedangkan

efikasi diri menggambarkan penilaian kemampuan diri self efficacy perusahaan

yang membuat karyawan merasa dirinya sangat dibutuhkan dan dihargai di

perusahaan akan membuat karyawan tersebut merasa puas karena adanya timbal-

balik dari perusahaan atas kinerja yang mereka lakukan terhadap perusahaan

tersebut. self efficacy juga merupakan masalah kemampuan yang dirasakan

individu untuk mengatasi situasi khusus sehubungan dengan penilaian atas

kemampuan untuk melakukan satu tindakan yang ada hubungannya dengan tugas

khusus atau situasi tertentu. Karena self efficacy yang tinggi akan mampu bekerja

menyelesaikan pekerjaan yang diberikan perusahaan atau organisasi dengan baik

Program Pascasarjana Magister Manajem en


66

karena karyawan tersebut akan mampu bekerja dengan tanggung jawab,

bersemangat, dan tidak malas- malasan dalam melakukan pekerjaannya. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Rian (2015), Fernando (2013) dan Putu Eka (2013)

hasil penelitian sama-sama menyatakan bahwa self efficacy berpengaruh terhadap

kepusan kerja karyawan, karena seorang memiliki self efficacy yang tinggi

cenderung untuk berhasil dalam tugasnya sehingga meningkatkan kepuasan kerja

atas apa yang ia kerjakan. Berdasarkan kajian teori dan penelitian sebelumnya

maka pernyataan hipotesi adalah :

H1 = Self efficacy berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. BNI Tbk

Bireuen.

3.2.2. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Ke rja

Iklim organisasi merupakan gambaran kolektif yang bersifat umum

terhadap suasana kerja organisasi yang membentuk harapan dan perasaan seluruh

karyawan sehingga kinerja organisasi dapat meningkat. Dalam menciptakan iklim

organisasi diperlukan hubungan sosial yang harmonis antara sesama pekerja, dan

antara atasan dan bawahannya sehingga adanya kerjasama antara para pekerja,

dan kejelasan tugas masing- masing pekerja. Iklim organisasi dapat dipahami

tentang norma organisasi yang bersangkutan. Menurut Brown dan Leigh dalam

Susanty (2012) mengatakan bahwa iklim organisasi menjadi sangat penting

karena organisasi yang dapat menciptakan lingkungan dimana karyawannya

merasa ramah dapat mencapai potensi yang penuh dalam melihat kunci dari

keunggulan bersaing. Oleh karena itu iklim organisasi dapat dilihat sebagai

variabel kunci kesuksesan organisasi. Selanjutnya Stringer (2002) mengemukakan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


67

bahwa kinerja tinggi tergantung pada komitmen tinggi, dimana iklim organisasi

yang menekankan pada kebanggaan karyawan, loyalitas personal, dan pencapaian

tujuan menciptakan lem yang diperlukan untuk kontinuitas da n kesuksesan.

Sehingga bahwa iklim organisasi yang kondusif sangat penting untuk mencapai

kesuksesan organisasi. Hal ini juga sesusai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Susanty (2012), I Nyoman (2016) dan I Gusti Ayu (2016) yang menyatakan

bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, karena

dengan iklim yang kondusif akan menimbulkan kepuasan kerja dan komitmen

yang tinggi pada setiap individu yang bekerja didalam organisasi tersebut.

Berdasarkan kajian teori dan penelitian sebelumnya maka pernyataan hipotesi

adalah :

H2 = Iklim organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. BNI

Tbk Bireuen.

3.2.3. Pengaruh Quality Work Of Life Terhadap Kepuasan Kerja

Quailty of work life yang merupakan pendekatan sistem manajemen atau

cara pandang organisasi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan

karyawan dalam lingkungan kerjanya secara simultan dan berkesinambungan.

quailty of work life dapat dilakukan dengan memberikan rasa aman dalam bekerja,

kepuasan kerja, penghargaan dalam bekerja dan menciptakan kondisi untuk

tumbuh dan berkembang sehingga meningkatkan harkat dan martaba t karyawan.

Menurut Cascio (2013) menyatakan quality of work life menumbuhkan keinginan

karyawan untuk tetap tinggal dan bertahan di perusahaan. Dapat dinilai bahwa

karyawan menunjukkan rasa puas terhadap perlakuan perusahaan terhadap

Program Pascasarjana Magister Manajem en


68

dirinya. Kepuasan dapat dipandang sebagai suatu hasil dari penilaian karyawan

terhadap apa yang telah dilakukan oleh organisasi atau perusahaan kepada

karyawannya. Quailty of work life dipandang mampu untuk meningkatkan peran

serta dan sumbangan para anggota atau karyawan terhadap perusahaan

(Husnawati, 2006). Konsep quality of work life mengungkapkan pentingnya

penghargaan terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya peran penting dari

kualitas kerja adalah mengubah iklim kerja agar organisasi secara tekhnis dan

manusiawi membawa kepada quality of work life yang lebih baik. Penelitian yang

dilakukan oleh Meri (2016), Khoiri (2017) dan Titik (2014) hasil penelitian

menyatakan quality of work life berpengaruh terhadap kepuasan kerja, karena

disaat perusahaan mampu menciptakan quality of work life yang baik tentu akan

memberikan kepuasan bekerja terhadap pekerja yang ada di perusahaan tersebut.

Berdasarkan kajian teori dan penelitian sebelumnya maka pernyataan hipotesi

adalah :

H3 = Quality of work life berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. BNI

Tbk Bireuen.

3.2.4. Pengaruh Self Efficancy Terhadap Kinerja Karyawan

Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan kinerja adalah tingkat self

efficacy yang dimiliki oleh karyawan. Dengan mengetahui seberapa besar rasa

percaya diri karyawan, akan lebih mudah bagi perusahaan untuk menyusun

strategi peningkatan kinerja. Menurut Bandura (1994) Self Efficacy didefinisikan

sebagai keyakinan seseorang mengenai kemampuan mereka untuk menghasilkan

tingkat kinerja tertentu yang berpengaruh atas peristiwa kehidupan mereka. Self

Program Pascasarjana Magister Manajem en


69

efficacy mempengaruhi motivasi diri dan tindakan melalui dampak yang diberikan

terhadap tujuan dan aspirasi. Hal ini sebagian atas dasar keyakinan bahwa

seseorang memilih apa tujuan dari melakukan tantangan, berapa banyak usaha

untuk berinvestasi dalam usaha tersebut, dan berapa lama untuk bertahan dalam

menghadapi kesulitan dalam perkerjaannya. Self efficacy merupakan salah satu

faktor personal yang menjadi perantara atau mediator dalam interaksi antara

faktor perilaku dan faktor lingkungan. Efikasi diri dapat menjadi penentu

keberhasilan performansi dan pelaksanaan pekerjaan. Selanjutnya Locke (dalam

Suseno, 2009) mengatakan bahwa self-efficacy yang tinggi akan menumbuhkan

rasa percaya diri akan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas. Penelitian

yang dilakukan oleh Dian (2016), Nailul (2013) dan Stevani (2017) hasil

penelitian sama-sama menyatakan bahwa self Efficacy berpengaruh terhadap

kinerja karyawan karena kinerja individu memiliki relevansi tinggi terhadap

organisasi dan individu yang bersangkutan. Berdasarkan kajian teori dan

penelitian sebelumnya maka pernyataan hipotesi adalah :

H4 = Self Efficacy berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk

Bireuen.

3.2.5. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kine rja

Iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologi organisasi.

Iklim organisasi mempengaruhi praktek dan kebijakan SDM yang diterima oleh

anggota organisasi, perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan memiliki iklim

organisasi yang berbeda dengan keaneka ragaman pekerjaan yang dirancang di

dalam organisasi atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


70

tersebut. Menurut Wirawan (2015) iklim organisasi adalah persepsi anggota

organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap

berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan

internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap da n perilaku organisasi

dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja organisasi.

Sikap dan prilaku organisasi mempengaruhi kinerja mereka secara individual dan

kelompok yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi. Misalnya, persepsi

negatif karyawan terhadap kepemimpinan, sistem manajemen, pelaksanaan

norma, serta peraturan organisasi dan pekerjaannya, mempengaruhi perilaku

mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. Perilaku ini berpengaruh terhadap

produktifitas mereka yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi. Penelitian

yang dilakukan oleh Arsan (2016), Nailul (2013) dan Hadi (2017) hasil penelitian

sama-sama menyatakan bahwa iklim organisasi bepengaruh terhadap kinerja

karena memandang pentingnya iklim organisasi sebagai motor penggerak dalam

pelaksanaan tugas sehingga akan membantu tercapainya suatu tujuan organisasi

yang positif untuk kinerja yang diharapkan. Berdasarkan kajian teori dan

penelitian sebelumnya maka pernyataan hipotesi adalah :

H5 = Iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk

Bireuen.

3.2.6. Pengaruh Quality Of Work Life Terhadap Kinerja

Perilaku setiap karyawan hanya ingin untuk memenuhi setiap kebutuhan

dan keinginan sendiri akan berdampak pada kekurangan rasa kepuasan anggota

lainnya sehingga akan timbul konflik internal dalam kelompok yang akan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


71

mempengaruhi kinerja. Dalam upaya meningkatkan quality of work life tidaklah

mudah karena dalam prosesnya banyak sekali tantangan bahkan jika tidak

didukung oleh berbagai pihak biasanya usaha ini bisa terjadi kegagalan. Menurut

Lewis dalam Husnawati (2006) quality of work life dipandang mampu untuk

meningkatkan peran serta dan sumbangan para anggota atau karyawan terhadap

perusahaan. Dengan menerapkan quality of work life yang baik membuat

karyawan lebih sehat, lebih berkomitmen, lebih aman dalam bekerja. Selanjutnya

quality of work life Menurut Teleghani (2014) unsur quality of work life

memperhatikan dampak bekerja pada individu dalam membandingkan efektivitas

organisasi dan juga ide partisipasi dalam memecahkan masalah dan keputusan

organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Titik (2014), Josiah (2012) dan Rashmi

(2015) menyatakan quality of work life berpengaruh terhadap kinerja karyawan,

karena peningkatan quality of work life yang baik akan meningkatkan kinerja

setiap karyawan. Berdasarkan kajian teori dan penelitian sebelumnya maka

pernyataan hipotesi adalah :

H6 = quality of work life berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk

Bireuen.

3.2.7. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja

Kepuasan kerja dasarnya adalah merupakan hal yang bersifat individual.

Setiap individu memiliki tingkat kepuasan kerja yang selalu berbeda-beda sesuai

dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut. Semakin banyak aspek yang ada

dalam pekerjaannya yang sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut

individu, semakin tinggi tingkat kepuasan yang didapat masing- masing individu.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


72

Demikian pula sebaliknya, semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang tidak

sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut individu, maka semakin

rendah tingkat kepuasan yang didapat masing- masing individu. Handoko (2010)

mengemukakan bahwa kepuasan kerja (Job Satisfaction) adalah keadaan

emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan para

karyawan memandang pekerjaan mereka. Selanjutnya Robbins (2012)

pengertian kepuasan adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang,

selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pegawai dan banyaknya

yang mereka yakini apa yang seharusnya mereka terima. Secara empirik dapat

dikatakan bahwa ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan

produktivitas.

Kepuasan kerja yang tinggi dapat membuat karyawan bekerja dengan

lebih baik yang pada akhirnya akan meningkatkan. Penelitian yang dilakukan

Nuridha (2017), Arifin (2017) dan Ismiyanto (2014) menyatakan bahwa

kepuasaan kerja berpengaruh terhadap kinerja. Kepuasan yang timbul ditempat

kerja yang dirasakan oleh karyawan secara langsung akan meningkatkan kinerja.

Berdasarkan kajian teori dan penelitian sebelumnya maka pernyataan hipotesi

adalah :

H7 = Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk

Bireuen.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


73

3.2.8. Kepuasan Kerja Memediasi Hubungan Antara Self Efficacy

Terhadap Kine rja Karyawan

Kepuasan kerja, Keadaan emosional karyawan dimana terjadi atau tidak

terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau

organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan untuk

karyawan yang bersangkutan. Menurut Robbins (2012) Pengertian kepuasan kerja

adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya

ganjaran yang diterima seorang pegawai dan banyaknya yang mereka yakini apa

yang seharusnya mereka terima. Meskipun hanya merupakan salah satu faktor

dari banyak faktor berpengaruh lainnya, kepuasan kerja juga mempengaruhi

tingkat kinerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Indah (2015) dan Nurchasanah (2008)

menyatakan bahwa Self Efficacy berpengaruh signifikan terhadap kinerja melalui

kepuasan kerja. Apabila karyawan sudah memiliki rasa puas dalam bekerja maka

akan menciptakan sumber daya manusia yang produktif sehingga dapat

meningkatkan kinerja karyawan tersebut. Berdasarkan kajian teori dan penelitian

sebelumnya maka pernyataan hipotesi adalah :

H8 = Kepuasan kerja memediasi hubungan antara self Efficacy terhadap kinerja

karyawan PT. BNI Tbk Bireuen.

3.2.9. Kepuasan Kerja Memediasi Hubungan Antara Iklim Organisasi

Terhadap Kine rja Karyawan

Kepuasan kerja karyawan merupakan hal terpenting yang harus

diperhatikan oleh setiap organisasi dan perusahaan. Menurut Robbins (2012)

Program Pascasarjana Magister Manajem en


74

kepuasam kerja tidak sekedar melakukan pekerjaan, tetapi juga berhubungan

dengan setiap aspek lain seperti interaksi dengan rekan kerja, atasan, kebijakan

organisasi, dan lingkungan serta iklim organisasi yang memungkinkan untuk

tidak sesuai dengan dirinya. Kepuasan k erja akan muncul jika invidu menyukai

pekerjaan dan lingkunganya.

Penelitian yang dilakukan Nuriasih (2016) menyatakan bahwa kepuasan

kerja memediasi hubungan antara iklim organisai terhadap kinerja karyawan. Jika

iklim organisasi kondisif dan nyaman tentu akan meningkatkan kepuasan dan

kinerja karyawan. Berdasarkan kajian teori dan penelitian sebelumnya maka

pernyataan hipotesi adalah :

H9 = Kepuasan kerja memediasi hubungan antara iklim organisai terhadap kinerja

karyawan PT. BNI Tbk Bireuen.

3.2.10. Kepuasan Kerja Memediasi Hubungan Antara Quality Work Of Life

Terhadap Kine rja Karyawan

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas output salah satunya

melalui partisipasi serta keterlibatan karyawan salamsetiap pengambilan

keputusan dan untuk memenuhi kebutuhan para karyawan dengan penerapan

quality work of life (Siagian dalam Titik, 2014). Quality Work Of life dipandang

mampu meningkatkan peran dari kontribusi karyawan terhadap organisasi atau

perusahaan. Oleh karena itu sangat diperlukan perhatian lebih dari manajemen

untuk mewujudkan quality work of life yang baik di lingkungan perusahaan.

Setiap organisasi atau peruasahaan setidaknya harus mampu menciptakan

rasa aman serta kepuasan dalam bekerja atau biasa di sebut quality of work life

Program Pascasarjana Magister Manajem en


75

agar sumber daya manusia yang di lingkungannya akan menjadi kompetitif.

Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan (2015) dan Titik (2014) menyatakan

bahwa Perhitungan nilai estimasi dan pengambilan keputusan untuk mengetahui

pengaruh tidak langsung quality of work life terhadap kinerja karyawan melalui

kepuasan kerja sebagai variabel antara (intervening variable atau mediating

variable). Berdasarkan kajian teori dan penelitian sebelumnya maka pernyataan

hipotesi adalah

H10 = Kepuasan kerja memediasi hubungan antara quality work of life terhadap

kinerja karyawan PT. BNI Tbk Bireuen.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


76

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Objek dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di PT. BNI Tbk Bireuen beralamat Jl. Tgk. Chik

Johan Alamsyah No. 1 Bireuen, dengan yang menjadi objek penelitian adalah

karyawan yang bekerja di PT. BNI Tbk.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri dari benda nyata,

abstarak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki

karakter tertentu. (Sugiyono, 2017) mengemukakan bahwa populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakterisrik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh karyawan PT. BNI Tbk yang berjumlah 42 orang.

3.2.2. Sampel

Pada dasarnya ukuran sampel merupakan langkah untuk menentukan

besarnya sampel tersebut bisa dilakukan dengan cara statistik maupun besarnya

estimasi penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat

yang sama dari objek yang merupakan sumber data, Sugiyono (2017)

mengemukakan bahwasannya sampel adalah bagian dari jumlah data karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


77

Adapun sampel penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. BNI Tbk Bireuen,

dengan menggunakan metode sensus yakni jumlah populasi sama dengan jumlah

sampel. Dengan demikian jumlah sampel pada penelitian ini adalah 42 Orang

Guru

3.3. Jenis Dan Sumber Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data

kuantitatif menurut Sugiyono (2017) adalah jenis data yang dapat diukur atau

dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan

dengan bilangan atau berbentuk angka

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara dengan

penyebaran kuesioner kepada responden. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2017).

Kuesioner digunakan untuk mengetahui pendapat responden, dalam hal ini

responden hanya menjawab dengan cara memberi tanda tertentu pada alternatif

jawaban yang disediakan pada lembar kuesioner.

3.5. Skala Pengukuran data

Penelitian ini menggunakan skala likert yang berbentuk ordinal, dimana

data original merupakan hasil dari jawaban respondenatas pertanyaan yang

diajukan dalam kuesioner. Kualitas data dibagikan dan pertanyaan yang diajukan

Program Pascasarjana Magister Manajem en


78

dalam beberapa tingkat sesuai dengan bunyi pertanyaan dan masing- masing

tingkat diberikan bobot atau nilai, dengan ketentuan jawaban yang baik mendapat

bobot nilai yang lebih tinggi.

Jawaban setiap instrument yang menggunakan skala likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai dengan negatif, yang terdiri dari kata-kata:

Tabel 4.2
Skala Pengukuran Data

Sangat Tidak Tidak Setuju Netral Setuju Sangat


Setuju Setuju
1 2 3 4 5
Sumber: Sugiyono, 2017

3.6. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel menurut Suryabrata (2012) adalah definisi

yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang akan didefinisikan yang dapat diamati.

Konsep dapat diamati dan diobservasi ini penting. Adapun variabel ya ng

digunakan dalam penelitian ini adalah:

Program Pascasarjana Magister Manajem en


79

Tabel 4.3
Definisi Operasional

DEFINIS I OPERAS IONAL


VARIAB EL INDIKATOR VARIAB EL SKALA
VARIAB EL
Kinerja kinerja adalah hasil kerja 1. Pekerjaan sesuai Likert
Karyawan secara kualitas dan kuantitas standar 1 s/d 5
(Y) yang tercapai oleh seseorang 2. Penyelesaian tugas
pegawai dalam melaksanakan dengan baik
tugasnya sesuai dengan 3. Teliti dalam bekerja
tanggung jawab yang 4. Jumlah pekerjaan
diberikan kepadanya. 5. Waktu penyelesaian
pekerjaan
6. Pengawasan lansung
atasan
7. Kerjasama sesama
karyawan
Marbawi (2017)
Kepuasan Kepuasan kerja merupakan 1. Senang terhadap Likert
Kerja suatu respon yang pekerjaan 1 s/d 5
(M) menggambarkan perasaan dari 2. Pekerjaan menerik
individu terhadap pekerjaan 3. Hubungan baik
sesama karyawan
4. Dukungan kerja dari
atasan
5. Puas dengan gaji yang
diterima
6. Gaji lebih baik dari
pesaing
7. Kesempatan promosi
8. Tingkat kemajuan
Marbawi (2017)

Self Self Efficacy adalah keyakinan 1. Orientasi pada tujuan Likert


Efficacy bahwa seseorang bisa 2. Memiliki keinginan 1 s/d 5
(X1 ) menguasai situasi dan berhasil
menghasilkan hasil 3. Orientasi pada kontrol
positip. 4. Memiliki janggung
jawab
5. Memiliki keyakinan
6. Memiliki kemampuan
7. Lama nya seseorang
dalam menghadapi
hambatan
8. Memiliki ketekunan
yang kuat
Nailul (2013)

Program Pascasarjana Magister Manajem en


80

Iklim Iklim organisasi adalah sebuah 1. Struktur Likert


Organisasi konsep yang menggambarkan 2. Standar-standar 1 s/d 5
(X2 ) suasana internal lingkungan 3. Tanggung jawab
organisasi yang dirasakan 4. Pengakuan
anggotanya selama mereka 5. Dukungan
beraktivitas dalam rangka 6. Komitmen
tercapainya tujuan organisasi. Wirawan, (2008)
Quality Quality work of life merupakan 1. Kompensasi yang adil Likert
Work Of sebuah konsep yang 2. Lingkungan kerja 1 s/d 5
life multidimensional yang 3. Pengembangan
(X3 ) meliputi berbagai aspek yang kemampuan
ada dalam kerja dan akan 4. Pengembangan
berdampak pada kinerja pegawai
organisasi atau perusahaan 5. Integrasi sosial
secara menyeluruh 6. Konstisionalisme
7. Ruang hidup pegawai
8. Relevansi sosial
Arrafiqur (2017)

3.7. Metode Analisis Data

Dalam penulisan laporan penelitian ilmiah, analisis data dapat dilakukan

untuk dua tujuan yaitu menyajikan temuan empiris berupa data statistik deskriptif

yang menjelaskan mengenai karakteristik responden khususnya dalam

hubungannya dengan variabel- variabel penelitian yang digunakan dalam

pengujian hipotesis serta analisis statistik inferensial yang digunakan untuk

menguji hipotesis penelitian yang diajukan dan atas dasar itu sebuah kesimpulan

ditarik, Ferdinan ( 2014).

3.7.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan metode yang berkaitan dengan

pengumpulan dan penyajian data. Analisis ini digunakan untuk me mberikan

gambaran atau deskripsi empiris atas data yang dikumpulkan dalam penelitian.

Jenis-jenis data statistik deskriptif yang dapat disajikan dalam laporan penelitian

adalah antara lain : penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran (pie

Program Pascasarjana Magister Manajem en


81

chart), perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata, standar deviasi

dan perhitungan prosentase.

3.7.2. Statistik Infe rensial Pengujian SEM

Statistik inferensial merupakan metode yang berkaitan dengan analisis

sampel untuk penarikan kesimpulan tentang karakteristik populasi. Setelah

mengumpulkan data dan informasi dilapangan, maka untuk mengelola data dan

informasi tersebut, penulis menggunakan metode The Structural Equation Model

(SEM) dalam model dan pengujian hipotesis, SEM atau model persamaan

struktural adalah sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan

pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit, secara simulatan

(Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan untuk

menguji hIpotesis penelitian dengan analisis SEM Partial Least Squares (PLS)

dengan Warp PLS yang merupakan factor indeterminacy metode analisis

powerfull oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala

tertentu, jumlah sample kecil maupun besar. Warp Partial Least Squares (PLS)

dapat juga digunakan untuk konfirmasi teori. Dibandingkan dengan covariance

based SEM (yang diwakili oleh software LISREL, EQS atau AMOS) component

based PLS mampu menghindarkan dua masalah besar yang dihadapi oleh

covariance based SEM (CBSEM) yaitu inadmissible solution (Fornell dan

Bookstein, 1982) dalam Ghozali (2014). Sholihin dan Ratmono (2013)

menyatakan SEM-PLS dapat bekerja secara efisien dengan ukuran sampel yang

kecil dan model yang kompleks. Selain itu, asumsi distrib usi data dalam SEM-

PLS relatif lebih longgar dibandingkan CB-SEM. SEM-PLS juga dapat

Program Pascasarjana Magister Manajem en


82

menganalisis model pengukuran reflektif dan formatif serta variabel laten dengan

satu indikator tanpa menimbulkan masalah identifikasi. Berikut ini evaluasi model

PLS berdasarkan pengukuran prediksi yang mempuanyai sifat non parametrik

sebagai berikut (Ghozali, 2014) :

1. Model Pengukuran (Measurment Model) atau Outer Model dengan indikator

refleksi dievaluasi dengan convergen validity nilai P signifikan <0.05 dan

Average Varience Extracted >0.50 dan Crombach Alpha >0.60 dan

composite reliability dengan batasan >0.70 untuk memenuhi syarat model

sebagaimana dijelaskan tabel dibawah ini.

Tabel 3.3
Evaluasi Model Pengukutan (Outer Model)

Measurement Fit indicase


R-square >0
Composite Reliability > 0.70
Crombach,s alpha > 0.70
Arerage Variance Extrac > 0.50
Full Collinearity VIF < 3.3
Q-square >0
Sumber : Sholihin dan Ratmono (2013) dan Hair (2013)

Program Pascasarjana Magister Manajem en


83

Pengujian Relevansi Outer


2.
Loading Faktor

Loading < 0,4 3.


0,4 < Loading < 0,70 Loading > 0,7

Hapus/Drop Pertahankan
4.
Menganalisis Dampak
Indikator Indikator
Dihapuskannya Indikator pada
5. Reflektif
AVE dan Composite Reliability Reflektif

Meningkatkan A VE dan Tidak Men ingkatkan


Composite Reliability di AVE dan Composite
atas Batasan Reliability di atas
Batasan

Hapus Indikator Pertahankan


Reflektif Indikator Reflektif

Gambar 3.3 Prosedur Analisis Indikator Reflektif


(Hair, 2013 dan Marbawi, 2017)

1. Model Struktural (Structural Model) atau Inner Model dievaluasi dengan

menggunakan R-square untuk kontruk dependen, Stone-Geisser Q-Square

test untuk predictive relevance dan model fit indices dan P value dengan

menampilkan tiga indikator fit yaitu avarege path coefficient (APC), dan

average R-square (ARC) dengan P value >0,05 dan average variance

inflation factor (AVIF) dengan nilai > 5 telah memenuhi kriteria model.

Program Pascasarjana Magister Manajem en


84

Tabel 3.4
Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Measurement Fit indicase


Average R-square (ARC) Pvalue> 0.05
Avarege path coefficient (APC) Pvalue> 0.05
Average variance inflation factor (AVIF) >5
Sumber : Solihin (2013) dan Hair (2013)

Langkah selanjutnya adalah menggambarkan diagram jalur dari model

penelitian yang dilakukan. Ketentuan dalam penggambaran model adalah kontruk

teoritis yang menunjukkan variabel laten digambar dengan lingkaran atau oval,

indikator digambar dengan bentuk kotak, dan hubungan asimetri digambarkan

dengan arah panah tunggal (Ghozali, 2014).

Self Efficancy Kepuasan Kerja


8 Indikator 8 Indikator

Iklim
Organisasi
6 Indikator

Quality Of Kepuasan Kerja


Work Life 8 Indikator
8 Indikator

Gambar 3.3 Diagram Jalur


Persamaan-persamaan Struktural (Structural Equation) Persamaan ini

dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk.

Rumus yang dikembangkan adalah seperti terlihat dibawah ini :

Program Pascasarjana Magister Manajem en


85

KK = b1 SE + b2 IO + b3QWL + e1

KP = b1 SE + b2 IO + b3 QWL + b4 KK + e2

Keterangan :

P (Path ) : Hubungan langsung variabel eksogen terhadap variabel


endogen.

(epsilon) : measurement error

KP : Kinerja Karyawan

KK : Kepuasan Kerja

SE : Self Efficacy

IO : Iklim Organisasi

QWL : Quality Of Work Life

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan

The Structural Equation Model (SEM) dalam model dan pengujian hipotesis.

SEM atau model persamaan struktural adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal

yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif

rumitsecara simultan (Hair et al, 2013). Dikatakan rumit karena model- model

simultan yang dibentuk melalui lebih dari satu variabel dependen pada saat yang

sama berperan sebagai variabel independen bagi hubungan berjenjang lainnya.

3.8. Uji Efek Mediasi

Model mediasi pertama sekali diperkenalkan oleh Baron dan Kenny

(1986). Baron dan Kenny menjelaskan prosedur analisis variabel mediator secara

sederhana melalui regresi. Intinya menurut Baron dan Kenny

(1986),mensyaratkan bahwa sebuah variabel dapat dikatakan menjadi mediator

Program Pascasarjana Magister Manajem en


86

jika hasilnya adalah:(1) Jalur‐c : signifikan (2) Jalur‐a : signifikan (3) Jalur‐b

:signifikan (4) Jalur ‐c’ : tidak signifikan. Untuk dinyatakan sebagai mediator,

hubungan X ke Y pada persamaan ke 3 haruslah tidak signifikan (nol), atau

disebut dengan complete mediation. Tapi jika persamaan 1 – 3 terpenuhi, namun

persamaan 4 tidak, maka disebut dengan partial mediation. Hubungan variabel

predikter (X), mediator (M) dan keluaran (Y) ditunjukkan dalam Gambar 4.2

berikut:

C = Signifikan
Prediktor (X) Keluaran (Y)

(signifikan) (Signifikan)
Mediator (M)
a b
C ' = Tidak Signifikan
Prediktor (X) Keluaran (Y)

Gambar : 3.2.Prosedur Analisis Efek Mediasi


Sumber : Baron dan Kenny (1986)

Untuk menguji signifikansi dari koefisien efek tidak langsung (mediasi)

mengggunakan software WarpPLS yang menggunakan rumus berikut ini:

ab
z =

Keterangan :
z = signifikansi mediasi

Program Pascasarjana Magister Manajem en


87

a = koefesien regresi hubungan independen (X) dengan mediasi (M)

b = Koefesien regresi hubungan variabel mediasi (M) dengan dependen (Y)

S.Ea = Standar Error hubungan independen (X) dengan mediasi (M)

S.Eb = Standar Error hubungan Mediasi(M) dengan Dependen (Y)

Program Pascasarjana Magister Manajem en


88

DAFTAR PUSTAKA

Ali. Fathoni. (2016) Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada Pt. Bank Rakyat Indonesia Unit Kecamatan
Pucuk Kabupaten Lamongan. Jurnal Volume I No.02, Februari 2016
ISSN : 2502-3780. Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Islam Lamongan. Lamongan

Andika Dharma Chrisandi, Wiji Utami, Dan M Syaharudin. 2017. The Effect Of
Work Environment And Climate On Performance Organization Through
Employee Job Satisfaction On Water Resources Management Sampean
Baru Bondowoso. Artikel Ilmiah Mahasiswa 2014 Jurusan Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Jember

Astrianditya,J Ristanti. 2016. Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja Dan Kepuasan


Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pt Pertamina Persero Ru Iv Cilacap.
Jurnal Akuntansi Dan Pendidikan, Volume 5, Nomor 1, April 2016.
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta Indonesia

Anwar. Fuady Dan Damri.(2009). Hubungan Self-Efficacy Dan Prokrastinasi


Akademik Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Tugas Perkuliahan. Jurnal
Edukasi P-ISSN: 2460-4917 E: 2460-5749. Universitas Negeri Padang

Arrafiqur. Rahman (2017). Kualitas Kehidupan Kerja; Suatu Tinjauan Literatur


Dan Pandangan Dalam Konsep Islam. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos
Vol. 6 No. 1 Januari 2017. Fakultas Ekonomi Universitas Pasir
Pengaraian

Arsan.(2016) Pengaruh Iklim Organisasi, Pendidikan Dan Budaya Kerjaterhadap


Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Pns) Pada Kantor Kecamatan Bahodopi
Kabupaten Morowali. E Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 8, Agustus
2016 Hlm 148-155 ISSN: 2302-2019. Pascasarjana Universitas
Tadulako

Astrianditya.J.R Dan Fereshti Nurdiana Dihan. (2016). Pengaruh Kualitas


Kehidupan Kerja Dan Kepuasan KerjaTerhadap Kinerja Karyawan Pt
Pertamina Persero Ru Iv Cilacap. Jurnal Akuntansi dan Pendidikan,
Volume 5, Nomor 1, April 2016. U Islam Indonesia. Yogyakarta.

Baron & Byrne. (2000). Social Psychology. (9th Edition). A Pearson Education
Company. Massachusetts

Baron, R. M. and Kenny, D. A. (1986). The Moderator-Mediator Variable


Distinction in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and

Program Pascasarjana Magister Manajem en


89

Statistical Considerations. Journal of Personality and Social Psychology,


51(6), 1393-1182

Cascio, Wayne F, (2008). Managing Human resources, Productivity, Quality of.


Work Life, Profits. New York: Mc. Graw Hill. Inc

Davis, Gordon B. 2013. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen.


Maxikom. Palembang

Davis, Keith,dan Newstorm. 2009. Perilaku Dalam Organisasi. Edisi Tujuh.


Erlangga. Jakarta

Dessler, Gary. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Salemba Empat.


Jakarta

Dian, R, Noviawati . (2016 ). Pengaruh Self Efficacy Terhadap Kinerja Karyawan


Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Karyawan
Divisi Finance Dan Divisi Human Resource Pt. Coca-Cola Distribution
Indonesia, Surabaya). Jurnal Ilmu Manajemen Volume 4 Nomor 3 –
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

Erlinda, L. P. M. Al Musadieq, dan Ika Ruhana. (2014) Pengaruh Penilaian


Kinerja Terhadap Semangat Kerja (Studi Pada Karyawan Tetap Pt.
Aggiomultimex). Jurnal Administrasi Bisnis (Jab)| Vol. 8 No. 2 Maret
2014. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya .Malang

Etty, Susanty. (2012). Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja


Dan Komitmen Karyawan Pada Universitas Terbuka. Jurnal Organisasi
Dan Manajemen, Volume 8, Nomor 2, September 2012, 121-134.
Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka

Farida. Hanun. (2013). Effect Of Self-Efficacy, Work Climate End Motivation Of


Achievement Permance Head Madrasah (Survey In Madrasah Ibtidaiyah
Of City Bekasi) Puslitbang Pendidikan Agama Dan Keagamaan. Badan
Litbang Dan Diklat Kementerian Agama. Jurnal “Analisa” Volume 20
Nomor 01 Juni 2013

Feist, J. & Gregory J. Feist. (2010). Teori Kepribadian (Edisi ketujuh). Penerbit
Salemba Humanika. Jakarta

Fernando. Stefanus. Lodjo. (2013). Pengaruh Pelatihan, Pemberdayaan Dan


Efikasi Diri Terhadap Kepuasan Kerja. Jurnal Emba Vol.1 No.3 Juni
2013, Hal. 747-755 ISSN 2303-1394. Fakultas Ekonomi Jurusan
Manajemen Universitas Sam Ratulangi

Program Pascasarjana Magister Manajem en


90

Ferryangga Kostradini. 2008) Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kinerja


Organisasi Kelurahan Se-Kota Banjar. Tesis Ilmu Administrasi
Universitas Pasundan

Flippo B. Edwin. (2012) Manajemen Personalia, (Alih bahasa Moh Masud) Jilid
II, Erlangga, Jakarta.

Garson, G. David. 2008. Path Analysis: Lecture Notes. North Carolina State
University. Raleigh. North Carolina.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang

Gitosudarmo, Indrio & Sudita, Nyoman. (2002). Perilaku Keorganisasian, Edisi


Pertama. Cetakan Kedua.Penerbit BPFE. Yogyakarta

Hadi, Purnama. (2017). Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan


Politeknik Lp3i Jakarta Kampus Cikarang. Jurnal Lentera Bisnis Vol. 6
No. 1, Mei 2017 / ISSN 2252-9993. Administrasi Bisnis, Politeknik
LP3I Jakarta

H. Hadari Nawawi. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Ketujuh.


: Gadjah Mada. Yogyakarta

Handoko, T. Hani. (2012). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


BPFE. Yogyakarta

Henry, Simamora. (2012), Manajemen Sumber Daya Manusia. Gramedia,Jakarta

Husnawati, Ari. 2006. Analisis Pengaruh Kualitas Kehidupan Kerja Terhadap


Kinerja Karyawan dengan Komitmen dan Kepuasan Kerja Sebagai
Intervening Variabel (Studi Pada PERUM Pegadaian Kanwil VI
Semarang). Semarang : Tesis Universitas Diponegoro.
eprints.undip.ac.id. Terakhir diakses tanggal 5 Januari 2015

Holloway, J. B. (2012). Leadership Behavior and Organizational Climate: An


Empirical Study in a Non-profit Organizational. Emerging Leadership
Journeys, 5, 9-35

I Gusti Ayu Yuliana Lestari Putra Dan I Nyoman Sudharma. (2016). Pengaruh
Iklim Organisasi Dan Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Pada Hotel Asana Agung Putra Bali. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5,
No.9, 2016:5524-5553 ISSN : 2302-8912. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia

Program Pascasarjana Magister Manajem en


91

Indah Puji, Lestari. (2015) The Effect Of Self Efficacy And Organizational
Citizenship Behavior (Ocb) On The Performance Of Employees With Job
Satisfaction As An Intervening Variable . Fakultas Ekonomi, Universitas
Jember

Ismiyanto dan Bambang Riyadi. (2014). Pengaruh Perilaku Pimpinan, Kepuasan


Kerja, Lingkungan Kerja Dan Kemampuan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Pt. Bpr Central Artha – Tegal. Jurnal Media Ekonomi Dan
Manajemen Vol. 29 No. 2 Juli 2014 ISSN : 085-1442. Fakultas
Ekonomika Dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Josiah Roman Aketch, Odhiambo Odera, Paul Chepkuto and Ochieng Okaka.
(2012). Effects of Quality of Work Life on Job Performance: Theoretical
Perspectives and Literature Review. Current Research Journal of Social
Sciences 4(5): 383-388, 2012 ISSN: 2041-3246. Department of Business
Management, Masinde Muliro University of Science and Technology,
Kenya University of Southern Queensland, Australia and Masinde
Muliro University of Science and Technology, Kenya. Department of
Communication Studies, Moi University, Eldoret, Kenya. Department of
Business Management, Masinde Muliro University of Science and
Technology, Kenya

Kuncoro , Mudrajad. (2013). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi” Edisi 4.
Erlangga. Jakarta

Kusnoto. Dan Tigor Sitorus. (2016). Kualitas Kehidupan Kerja, Self Efficacy, An
Kinerja Karyawan: Efek Mediasi Motivasi Kerja (Study Pada Pt Bank
Bri Cabang Bsd). Jurnal Manajemen [Vol. 13 No. 2, November 2016:
198-224] Universitas Bunda Mulia Jakarta

Luthans, Fred. (2014). Organizatonal Behavior. Megraw Hill Book co. Singapore

Lussier, N Robert, (2005). Human Relations in OrganizationApplications and


skill. Building. Mc Graw Hill. New York

Mahmudi, (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP AMP


YKPN.

Mangkunegara, Anwar Prabu, (2013), Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan, PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. (2012). Manajemen Sumber Daya


Manusia, Edisi Pertama Salemba Empat, Jakarta

Program Pascasarjana Magister Manajem en


92

Maulana. Faliqul. Isbahi. (2013). Pengaruh Motivasi Kerja Dan Iklim Organisasi
Terhadap Kinerja Guru Sd Negeri Se-Kecamatan Rembang Kabupaten
Rembang. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Meri, Prasetyawati Dan Kusnudin. (2016). Pengaruh Quality Of Work Life


Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Di Pt. Gemala Kempa Daya.
Volume 8 No.1 Januari 2016 ISSN : 2085 – 1669 E-ISSN : 2460 –
0288. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Muhammad Lutfi Lazuardi. 2017. Analisis Pengaruh Quality Of Work Life
Terhadap Kinerja Karyawan Studi Kasus Pada Cv Rabbani Asysa
Cabang Buahbatu Analysis Of Quality Of Work Life Influence On The
Performance Of Employees Case Study On Branch Cv Rabbani Asysa
Buahbatu. ISSN : 2355-9357 E-Proceeding Of Management : Vol.4,
No.1 April 2017 | Page 693administrasi Bisnis, Fakultas Komunikasi
Dan Bisnis, Universitas Telkom

Nailul. Fajriah Dan Marcham. Darokah. (2013) Pengaruh Efikasi Diri Dan
Persepsi Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Dengan Employee
Engagement Sebagai Variabel Mediator Pada Karyawan Bmt Bif
Yogyakarta. Jurnal Humanitas Vol. 13 No. 1 . 37-49 ISSN 1693-7236

Nuriasih.(2016). Pengaruh Kemampuan Kerja Dan Iklim Organisasi Terhadap


Kinerja Pegawai Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening.
Studi Pada Dinas Perkebunan Kabupaten Kota Waringin Barat). Tesis
Manajemen. Universitas Terbuka Jakarta

Nuridha, Citraningtyas dan Indi Djastuti . (2017) Pengaruh Pelatihan Dan


Lingkungan Kerja Terhadapkinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja
Sebagai Variabel Intervening(Studi Padakaryawan Hotel Megaland
Solo). Diponegoro Journal Ofmanagement Volume6, Nomor4, Tahun
2017,Halaman1-11 ISSN(Online): 2337-3792. Fakultas Ekonomika Dan
Bisnis,Universitas Diponegoro

Nur, Chasanah.(2008). Analisis Pengaruh Empowerment, Selfefficacy Dan


Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dalam Meningkatkan
Kinerjakaryawan (Studi Empiris Pada Karyawan Pt. Mayora Tbk
Regional Jateng Dan Diy).Tesis Manajemen. Universitas Diponegoro
Semarang

Panggabean, Mutiara Sibarani, (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia,


Ghalia Indonesia, Jakarta.

Putu Eka Viska Putri, Dan I Made Artha Wibawa. (2016). Pengaruh Self-Efficacy
Dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Bagian
Perlengkapan Sekretariat Kabupaten Klungkung. E-Jurnal Manajemen

Program Pascasarjana Magister Manajem en


93

Unud, Vol. 5, No. 11, 2016: 7339-7365 ISSN : 2302-8912. Fakultas


Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Rashmi Rai Dr.Shruti Tripathi. (2015). A Study on QWL and its effectson Job
Performance. Journal of Management Sciences and Technology
2(2),Feb-2015(ISSN-2347-5005). Amity University,Noida

Rian, Salangka. Dan Lucky Dotulong . (2016) The Influence Of Self-Efficacy,


Self-Esteem And Work Environment On Employee Job Satisfaction At Pt.
Pln (Persero) Suluttenggo Regio.Jurnal Emba Vol.3 No.3 Sept. 2015,
Hal.562-572. ISSN 2303-11. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan
Manajemen Universitas Sam Ratulangi Manado

Rivai, Veithzal. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan


Dari Teori ke Praktik..Raja Grafindo Persada. Jakarta

Robbins, P. Stephen. (2012). Organizational Behaviour, Tenth Edition (Perilaku


Organisasi Ke Sepuluh), alih bahasa Drs. Benyamin Molan. Salemba
Empat: Jakarta.

Rofiatun dan Masluri. (2011). Pengaruh Iklim Organisasi Dan Kompetensi


Pegawai Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Mediasi Motivasi pada
Dinas-Dinas Di Kabupaten Kudus. Jurnal Analisis Manajemen Vol. 5,
No.1 Juli 2011

S.P,Hasibuan, Malayu. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi


Aksara. Jakarta

Sedarmayanti. (2011). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. CV


Mandar Maju, Bandung.

Sekaran,Uma. (2014). Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Research Methods for


Business). Buku 1 Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta

Siagian. Sondang P. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara.


Jakarta.

Steers, Richard M. (2005). Efektivitas Organisasi. Erlangga. Jakarta.

Stoner, James A.F. (2011). Manajemen. Jilid I. Edisi Keenam. Salemba Empat,
Jakarta.

Stringer, Robert. (2002). Leadership and Organizational Climate. Prentice Hall.


New Jersey

Program Pascasarjana Magister Manajem en


94

Stevani Sebayang Dan Dr. Jafar Sembiring. (2017). Effect Of Self Esteem And Self
Efficacy Of Employee Performance Case Study At Pt. Finnet Indonesia.
ISSN : 2355-9357 E-Proceeding Of Management : Vol.4, No.1 April.
2017. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Telkom

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.


Bandung

Sukandarrumidi. (2004). Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk


Peneliti Pemula. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Suryabrata, Sumadi. (2012). Metodologi Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta

Titik, Nurbiyati (2014). pengaruh quality of work life terhadap kinerja pegawai
dengan disiplin kerja dan kepuasan kerja sebagai variabel intervening.
Vol 18 No 2. Juli 2014. Fakultas Ekonomi Islam Indoneisa. Yogyakarta

Wibowo, 2014. Manajemen Kinerja, Edisi keempat, Rajawali Pers, Jakarta.

Wijono, Sutarto. (2010). Psikologi Industri dan Organisasi. Fajar Interpratama


Offset. Jakarta

Wirawan. (2015). Budaya dan Iklim Organisasi. Salemba Empat. Jakarta.

Yunitia.Insani. (2015). Tesis Studi Kasus Pembentuk Efikasi Diri Dalam Upaya
Berhenti Merokok Di Kota Watampone. Program Pascasarjana.
Universitas Hasanuddin. Makassar

Program Pascasarjana Magister Manajem en

Anda mungkin juga menyukai