i
2.6. Kerangka Konseptual ............................................................................ 61
2.7. Hipotesis ................................................................................................ 65
KEPUSTAKAAN ................................................................................................. 88
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
faktor terpenting dalam setiap kegiatan inti maupun non inti disetiap lini
perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya manusia dalam setiap
kegiatan di dalam perusahaan. Karena salah satu cara agar perusahaan mampu
bertahan dalam persaingan dunia bisnis yang ketat adalah yaitu dengan
berbagai tuntutan zaman, oleh karena itu sumber daya manusia harus selalu
menjadi faktor penting bagi perusahaan agar setiap aktivitas di perusahaan bisa
berjalan secara efisien dan efektif, sehingga perusahaan akan mampu mencapai
tujuannya. Keterkaitan atau hubungan antara karyawan dan perusahaan ini mampu
menghasilkan suatu output, yaitu kualitas kerja karyawan yang baik dan tentunya
akan menjadikan perusahaan lebih maju dan bekembang dengan dengan baik.
kontribusi lebih dalam mencapai tujuan perusahaan. Kinerja pada dasarnya adalah
dilihat sebagai hasil dari suatu proses pekerjaan yang pengukurannya dilakukan
dalam kurun waktu tertentu yang dilakukan oleh karyawan. Menurut Mathis dan
kuantitas output, kualitas output, jangka panjang output, kehadiran ditempat kerja
dan sikap kooperatif. Kinerja karyawan merupakan hal penting bagi setiap
yaitu dengan adanya peningkatan pengembangan kerja yang optimal dan mampu
dari berhasil atau tidaknya suatu tujuan organisasi yang telah direncakan maka
kinerja sangat perlu karena kinerja juga ditunjukkan atas kualitas hasil kerja dan
memperhatikan berbagai faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja dari
setiap karyawan, dalam hal ini perusahaan mampu berperan dalam menciptakan
perusahaan dalam bentuk kinerja yang baik dan prestasi kerja yang baik. Namun
jika karyawan tidak puas terhadap perusahaan tentu yang dirasakan karyawan
adalah ketidaknyaman dan kurang dihargai dalam bekerja, jika hal itu terjadi
karyawan tidak akan mampu mengebangkan potensi yang mereka miliki, maka
secara otomatis karyawan tidak dapat fokus dan berkonsentrasi secara penuh
terhadap pekerjaanya.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan
keinginan dan sistem nilai yang dianutnya. Menurut Wijono (2010) kepuasan
kerja secara keseluruhan bagi individu adalah jumlah dari kepuasan kerja dari
keinginan dan sistem nilai yang dianut individu, semakin tinggi pula tingkat
semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang tidak sesuai dengan keinginan
dan sistem nilai yang dianut individu, semakin rendah tingkat kepuasan yang
kepuasan kerja biasanya berprestasi lebih baik dari pada karyawan yang tidak
kearah pencapaian harapanya tersebut, jika nanti harapan terpenuhi maka ia akan
merasa puas. Pada kondisi karyawan merasa kepuasan yang tinggi disaat itu juga
kepuasan kerja dengan produktivitas. Kepuasan kerja yang tinggi dapat membuat
karyawan bekerja dengan lebih baik yang pada akhirnya akan meningkatkan
oleh manajer, oleh sebab itu manejer perlu memahami apa yang dilakukan untuk
karyawan juga harus memiliki rasa self efficacy untuk melakukan setiap tugas
yang diberikan. Self-efficacy sangat diperlukan pada diri setiap individu para
diberikan agar perusahaan berjalan secara optimal dan kepuasan kerja karyawan
akan meningkat. Oleh karena hal tersebut, maka peran motivasi dan self-efficacy
sangat diperlukan untuk dapat membuat karyawan mampu bekerja dengan baik
dan mempunyai juga kepuasan kerja tinggi. Seperti yang dikemukan Baron dan
memiliki self efficacy yang tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan
dengan efikasi diri rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu
karyawa. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Rian (2015), Fernando
(2013) dan Putu Eka sama menyatakan hasil penelitian bahwa self efficacy
oleh Farida (2013) dan Nailul (2014) menyatakan bahwa self efficacy
sehari- hari karena efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu karyawan
dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan,
kepuasan kerja dan kinerja karyawan adalah iklim organisasi. Perusahaan harus
yang nyaman serta kondusif. Masluri (2011) menjelaskan iklim organisasi adalah
persepsi anggota organisasi baik secara individual dan kelompok disamping itu
juga mereka yang berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang terjadi
bekerja sehingga output yang dihasilkan juga pasti adalah kinerja yang meningkat.
kinerja yang diharapkan. Seperti hasil penelitian yang dilakukan Emma (2012)
terciptanya kinerja karyawan yang baik. Iklim organisasi sangat penting untuk
seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi
peningkatan kinerja karyawan tentu tidak lepas dengan lingkungan kerja yang
dihadapi oleh karyawan. Oleh karena itu, penciptaan lingkungan kerja yang
berkualitas yang biasa disebut quality work of life (kualitas kehidupan kerja) dan
tantangan (self efficacy) akan sangat berperan dalam meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dari organisasi di dalam menjalankan kegiatan dan pekerjaan yang telah
Siagian (2012) quality of work life merupakan upaya yang sistematik dalam
untuk turut berperan dalam menentukan cara mereka bekerja dan sumbangan yang
mereka berikan kepada organisasi dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai
sasarannya.
(2016) dan Khoiri (2017) menyatakan bahwa quality of work life mampu
karyawan, sejalan dengan pendapat ahli Husnawati (2006) quality of work life
dipandang mampu untuk meningkatkan peran serta dan sumbangan para anggota
BNI Tbk, dapat dikatakan sangat tinggi, karena dilihat dari ruang lingkup
pekerjaan dimana pihak perusahaan memberi peluang yang besar bagi karyawan
dikatakan karyawan merasa tertantang secara mental pada saat bekerja, sehingga
karyawan akan terhindar dari rasa kebosanan pada saat bekerja. Kepuasan kerja
juga didorong oleh kondisi yang mendukung, dimana kondisi kerja di PT. BNI
Tbk sangat baik, tata ruang yang baik pada bagian kantor dan fasilitas yang
lengkap. Wawancara yang peneliti lakukan, ada pada bagian tertentu karyawan
harus bekerja diluar jam kerja yang seharusnya, tentu hal ini menjadi faktor
kepuasan kerja karyawan tidak selama didorong oleh materil, namun kepuasan
Self efficacy dirasa sangat lah penting bagi setiap karyawan dalam
Karyawan yang memiliki self efficacy yang tinggi akan lebih mudah
peneliti di PT. BNI Tbk bahwa tinggkat self efficacy karyawan sangat tinggi
dilihat karyawan PT. BNI Tbk mampu menyelesaikan setiap pekerjaan atau beban
Selain self efficacy, faktor yang dapat meningkatkan kepuasan serta kinerja
merupakan salah sesuatu yang nyata yang dapat dirasakan langsung oleh
karyawan yang ada di dalam suatu organisasi/perusahaan. Apa yang dirasakan itu
produktivitas kerja karyawan. Iklim kerja adalah suasana yang diciptakan dalam
suatu organisasi oleh anggota organisasi dengan jalan hubungan antar sesama
menambah semangat dan kreativitas kerja pegawai agar tujuan organisasi dapat
Selain hal tersebut, lingkungan organisasi yang baik juga terjalin antar
yang sama, sehingga hubungan baik yang terjalin d ilingkungan luar perusahaan
antar karyawan juga sangat baik mengenai hal yang bersangkutan terhadap
yang tidak mampu diselesaikan sendiri, rekan kerja atau senior akan senantiasa
Pada organisasi maupun perusahaan, salah satu cara yang di tempuh untuk
kerja (quality work of life), karena dengan cara ini karyawan akan betah dan
nyaman dalam bekerja. Segala kebutuhan baik itu materi maupun psikologi dapat
terpenuhi. quality work of life sebagai salah satu pendekatan sistem manajemen
sebagai salah satu upaya pimpinan untuk memenuhi kebutuhan anggota maupun
organisasi secara simultan dan terus menerus. Berbagai faktor perlu dipenuhi
dalam menciptakan quality work of life, antara lain manajemen yang partisipatif,
dan penghargaan. Program quality work of life dimaksudkan agar perbaikan terus
PT. BNI Tbk menyatakan bahwa karyawan tidak diberi keleluasan oleh
menunggu intruksi atasan, keinginan yang dirasa karyawan PT. BNI Tbk
yang proposional.
kualitas kehidupan kerja seseorang dapat memberikan positive feeling yang lebih
Berdasarakan teori uraian dan fenomena yang terjadi, sehingga peneliti ingin
1. Apakah self efficacy berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. BNI
Tbk?
BNI Tbk?
4. Apakah self efficacy berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk?
Tbk
6. Apakah quality work of life berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI
Tbk?
7. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk?
10. Apakah kepuasan kerja memediasi hubungan antara quality work of life
10. Untuk mengetahui apakah kepuasan kerja memediasi hubungan antara quality
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan Informasi
dari perusahaan mengenai hal – hal yang berhubungan dengan permasalahan yang
pada perusahaan yang di teliti, tentunya sangat berguna sebagai bahan masukan
dalam proses tesis ini, agar dapat menghasilkan informasi yang penting dan
1. Manfaat Teoritis
menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dimiliki selama kuliah dan
untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara teori dan fenomena- fenomena
2. Manfaat Praktis
berkenaan tentang self efficacy, iklim organisasi, quality work of life dan
kepuasan kerja serta dampaknya terhadap kinerja PT. BNI Tbk Kantor
Cabang Bireuen.
BAB 2
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang
organisasi maka oleh karena itu sangat diperlukan sumber daya manusia yang
diharapkan oleh perusahaan tentu harus di capai melalui kinerja yang baik. Karena
kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
bahwa kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari
kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang
dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan
jawaban dari berhasil atau tidaknya suatu tujuan organisasi yang telah direncakan
maka kinerja sangat perlu karena kinerja juga ditunjukkan atas kualitas hasil kerja
karyawan kecuali jika yang terjadi sudah amat sangat buruk atau segala sesuatu
jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja
misalnya standar, target/sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu
dan telah disepakati bersama. Karena kinerja adalah suatu hasil yang dicapai
pengalaman dan kesungguhan serta waktu menurut standar dan kriteria yang telah
kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi karyawan tertentu
atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. kinerja mempunyai
hubungan yang erat dengan masalah produktivitas dalam kerja karena merupakan
18
Program Pascasarjana Magister Manajem en
17
merestrukturisasi dan mengelola proses penilaian kerja dengan fair dan akurat.
Tetapi dengan sedikit penelitian dan penerapan yang hati- hati akan dapat
diciptakan program penilaian yang dapat memuaskan kebutuhan baik manajer dan
staff. Menurut Mathis dan Jackson (2012) penilaian kinerja adalah proses
kedekatan pekerja dengan pemberi rating dalam evaluasi. Penentuan siapa yang
akan melakukan evaluasi dianggap sebagai hal penting karena tidak ada
seorangpun dalam organisasi yang memiliki hanya pemimpin saja harus segera
baru. Menurut Dessler (2015), mengatakan bahwa menilai kinerja adalah kegiatan
ditetapkan. Lebih lanjut Mejia dalam Erlinda et. al (2014) mengungkapkan bahwa
kesuksesan suatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada
2. Pengukuran, merupakan inti dari proses sistem penilaian kinerja. Pada proses
3. Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja.
penilaian hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang
mutlak dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap individu.
Apakah prestasi yang dicapai setiap karyawan baik, sedang, kurang. Penilaian
prestasi penting bagi setiap pegawai dan berguna bagi organisasi untuk
Salah satunya kepuasan kerja dan motivasi karyawan yang harus diperhatikan
(Mathis dan Jackson, 2012). perusahaan harus mampu memahami apa yang
kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
3. Faktor tim, meliputi : kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh
rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama tim, kekompakan dan
4. Faktor sistem, meliputi : sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
organisasi.
Masalah kinerja selalu dapat timbul bahkan dalam organisasi yang sudah besar.
Untuk menjamin bahwa organisasi dapat tetap berjalan dengan efektif dan/atau
efisien, maka setiap permasalahan yang muncul perlu diselesaikan dan dicari
solusinya.
1. Faktor kemampuan
2. Faktor motivasi
untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang
maksimal.
Jika tujuan tercapai, dapat dinyatakan bahwa kegiatan tersebut efetif namun
jika jika akibat yang dicariu kegiatan menilai penting dari hasil yang dicapai
maka akan mengakibatkan kepuasan meskipun efektif itu disebut tidak efisien.
Sebaliknya jika akibat yang dicari tidak penting maka kegiatan tersebut
efisien.
4. Wewenang (Otoritas)
Otoritas ini merupakan sifat komunikasi dalam suatu organisasi formal yang
5. Disiplin
Disiplin atau taat terhadap peraturan yang telah disepakati dalam organisasi
6. Inisiatif
Inisiatif berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide
Oleh karena itu, tugas dalam konteks kinerja, tugas pertama pimpinan
meberikan apresiasi kepada pegawai yang mampu mencapai atau melebihi tingkat
dan mengelola proses pengukuran kinerja dengan fair dan akurat. Karena
penilaian kinerja yang efektif dan efisien memerlukan sejumlah persyaratan agar
penelitian ini untuk mengkur kinerja karyawan digunakan Indikator yang dikutip
1. Pekerjaan sesuai standar, adalah persyaratan tugas, fungsi atau perilaku yang
ditetapkan oleh pemberi kerja sebagai sasaran yang harus dicapai oleh seorang
karyawan.
3. Teliti dalam bekerja, dalam setiap melakukan sikap dan perbuatan serta setiap
buruknya.
yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus
waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output
Kepuasan kerja adalah sebuah konsep yang komplek dan dalam berbagai
bentuk, di mana setiap orang dapat memberikan arti yang berbeda satu sama lain.
tetapi pada kenyataannya hubungan ini sebenarnya belum begitu jelas. Pada
diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau berhak
diukur, karena kepuasan sendiri bersifat subjektif karena setiap orang selalu
mempunyai rasa puas dan setiap karyawan juga mempunyai kriterianya sendiri
yang menyatakan bahwa dirinya telah puas. Menurut Robbins (2012) pengertian
kepuasan kerja adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih
antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pegawai dan banyaknya yang
mereka yakini apa yang seharusnya mereka terima. sedangkan Mathis & Jackson
Kepuasan kerja sebenarnya juga bisa dilihat atau dikatakan puas dalam
bekerja jika pendapatan yang diperoleh telah dapat mencukupi kebutuhan pekerja
bekerja dan tidak mempunyai kekhawatiran lain seperti kurang cukup gaji yang
diterima, tidak adanya jaminan kesehatan/keselamatan kerja dan jaminan masa tua
atau pension pada intinya kepuasan kerja lebih mengarah pada perilaku, internal
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Sejalan dengan
Wijono (2010) kepuasan kerja secara keseluruhan bagi individu adalah jumlah
dari kepuasan kerja dari setiap aspek pekerjaan dikalikan dengan derajat
pentingnya aspek pekerjaan individu. Ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja
tidak puas dalam bekerja. Sedangkan menurut Wibowo (2014) kepuasan kerja
sebab itu manejer perlu memahami apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan
kepuasan yang berbeda–beda sesuai dengan sistem nilai–nilai yang berlaku dalam
individu, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan
sebaliknya. Dari pendapat ahli diatas mengenai kepuasan kerja tersebut, dapat
terhadap pekerjaannya.
faktor- faktor:
1. Kerja yang menantang secara mental. Pada umumnya individu lebih menyukai
seberapa baik pekerjaanya. Hal ini akan membuat pekerjaan lebih menantang
tidak ambigu, dan selaras dengan harapan karyawan. Saat bayaram dianggap
kepuasan.
yang baik. Yang termasuk didalamnya seperti tata ruang, kebersihan ruang
4. Kolega yang suportif. Individu mendapatkan sesuatu yang lebih daripada uang
atau prestasi yang nyata dari pekerjaan tetapi karyawan juga memenuhi
kepuasan yang utama. Oleh karena itu, perlu diterapkan rasa saling
menghargai, loyal dan toleran antara satu dengan yang lain, sikap terbuka, dan
1. Faktor Pegawai
2. Faktor Pekerjaan
perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas
pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja yang dicapai sebagai
sebagian orang lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa lainnya.
Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan
1. Teori keseimbangan
Teori ini dikemukakan oleh Wexley dan yukl, mengaatakan bahwa semua
kerja.
2. Teori perbedaan
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter yang berpendapat bahwa
perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang diharapkan oleh pegawai.
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau
terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut. Begiti pula sebaliknya apabila
pendapat kelompok yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok cuan.
Kelompok acuan tersebut dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya maupun
lingkungannya. Jadi, pegawai akan lebih merasa puas apabila hasil kerjanya
sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.
Sedangkan menurut Wexley dan Yukl dalam Ali (2016) teori-teori tentang
dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap
berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang
perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang
Seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan
adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity
rinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan dan ketidakpuasan kerja
merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan
atau hygiene factors dan yang lain dinamakan satisfier atau motivators.
Kepuasan kerja dapat dirumuskan sebagai respon dari pekerja yng timbul
akibat dari persepsi mengenai hal- hal yang berkaitan dengan apa yang dikerjakan
oleh seorang pekerja yang masuk dan bergabung dalam perusahaan yang
tempatnya bekerja.
pengaruhnya, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya ragam orang dalam
bekerja dan bagaimana cara mereka mengatasi pekerjaan yang ia miliki serta
diantaranya, yaitu:
3. Ada kecenderungan karyawan yang lebih tua merasa puas dari pada karyawan
yang lebih muda. Hal ini diasumsikan bahwa karyawan yang lebih tua
karyawan yang lebih muda biasanya mempunyai harapan yang ideal tentang
dunia kerjanya, sehingga apabila antara harapan dan realita mengalami s uatu
yang lebih tinggi cenderung lebih puas daripada karyawan yang menduduki
pekerjaannya lebih tinggi menunjukkan kemampuan kerja yang baik dan aktif
karyawan.
tugas, kebebasan dan feedback tentang seberapa baik pekerjaanya. Hal ini
Karyawan menginginkan sistem bayaran yang adil, tidak ambigu, dan selaras
dengan harapan karyawan. Saat bayaram dianggap adil, dalam arti sesuai
didalamnya seperti tata ruang, kebersihan ruang kerja, fasilitas dan alat bantu,
Individu mendapatkan sesuatu yang lebih daripada uang atau prestasi yang
sosial. Perilaku atasan juga merupakan faktor penentu kepuasan yang utama.
Oleh karena itu, perlu diterapkan rasa saling menghargai, loyal dan toleran
antara satu dengan yang lain, sikap terbuka, dan keakraban antar karyawan.
Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self
knowwledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari- hari. Hal
ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu dalam
menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan termasuk
efikasi diri merupakan satu kesatuan arti yang diterjemahkan dari bahasa inggris,
hasil atau pengaruh yang diinginkannya, dan self sebagai orang yang dirujuk
Bandura. Self efficacy mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk
tertentu (Bandura, 1996,) Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self-
untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu.
Di samping itu, menurut Luthan (2014) menyatakan bahwa self efficacy mengacu
kognitif dan tindakan yang diperlukan agar berhasil dalam melaksanakan tugas
tertentu
kesopanan yang seharusnya dikembangkan dari dalam diri menuju ke luar diri,
bukan dengan pemaksaan dari luar ke dalam diri manusia. Seseorang dikatakan
prinsip lain dalam spiral pertumbuhan. Selanjutnya self efficacy menurut Alwisol
dalam Rian (2015) adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan
yangbaik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisamengerjakan sesuai yang
diisyaratkan.
tinggi efikasi diri maka makin besar motivasi dan kinerja. Selanjutnya menurut
yang spesifik. Bandura (1986, dalam Haycock, McCarthy, & Skay, 1998),
dan seberapa lama akan bertahan pada perilaku tersebut. Self-efficacy akan
Lee dan Bobko dalam Dian (2008), menyatakan bahwa individu yang
memiliki self efficacy tinggi akan mencurahkan seluruh usaha dan perhatian untuk
mencapai tujuan dan kegagalan yang terjadi serta membuatanya berusaha lebih
giat lagi. Seseorang pekerj yang memiliki self efficacy yang tinggi akan mampu
efficacy yang rendah akan menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu
mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi sulit, karyawan
yang memiliki self efficacy yang rendah cenderung mudah menyerah, sementara
karyawan yang memiliki self efficacy yang tinggi akan berusaha lebih keras lagi
dengan keyakinan diri bahwa ia mampu mengontrol situasi sulit dan yakin mampu
individu dapat atau tidak dapat melakukan sesuatu bukan pada hal apa yang akan
ia lakukan self efficacy yang tinggi akan menggiring individu untuk mengatasi
akan mampu melaksanakan tingkah laku yang diperlukan dalam suatu tugas yang
dipengaruhi oleh banyak faktor pembentuk self efficacy itu sendiri Menurut
Bandura dalam farida (2013) ada 4 jenis sumber informasi yang digunakan untuk
peningkatan efikasi diri. Akan tetapi, apabila keberhasilan itu didapat melalui
hambatan yang besar dan merupakan hasilperjuangan sendiri maka hal itu
melalui social models yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang kurang
Namun efikasi diri yang didapat tidak akan berpengaruh bila model yang
pihak yang terpercaya lebih efektif daripada kata-kata dari pihak yang tidak
kecemasan yang kuat dan rasa stres yang tinggi individu akan mengalami
menyatakan bahwa efikasi diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain:
yang sama atau lebih dari orang lain. Hal ini kemudian akan meningkatkan
b. Persuasi verbal yang dialami individu yang berisi nasehat dan bimbingan
potensi yang dimilikinya. Self Efficacy tentu dipengaruhi oleh berbagai banyak
faktor baik itu insentif eksternal, status atau peran individu dalam lingkungan dan
informasi tentang kemampuan dirinya yang diperoleh dari hasil yang dicapai
secara nyata, pengalaman orang lain, persuasi verbal dan keadaan fisiologis.
Menurut Bandura dalam Rachmawati (2012), efikasi diri pada diri tiap
individu akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga
a. Tingkat (level)
Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa
mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang, atau bahkan
meliputi tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang
laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang
b. Kekuatan (strength)
yaitu makin tinggi level taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang
c. Generalisasi (geneality)
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu
kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu
disimpulkan bahwa dimensi yang membentuk self efficacy adalah tingkat (level),
Efikasi diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan memberi fungsi
1. Fungsi kognitif.
Bandura menyebutkan bahwa pengaruh dari efikasi diri pada proses kognitif
tujuan yang ditetapkan oleh individu bagi dirinya sendiri dan yang
dengan efikasi diri yang kuat akan mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur
Kedua, individu dengan efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi bagaimana
2. Fungsi motivasi
lakukan. Individu juga akan mengantisipasi hasil- hasil dari tindakan- tindakan
yang dilakukan atau menyerah. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat
terhadap kemampuan dirinya akan melakukan usaha yang lebih besar ketika
optimal. Efikasi diri akan berpengaruh terhadap aktifitas yang dipilih, keras
atau tidaknya dan tekun atau tidaknya individu dalam usaha mengatasi
3. Fungsi Afeksi
besarnya stres dan depresi yang individu alami pada situasi yang sulit dan
tindakan yang menekan dan mengancam. Individu yang yakin pada dirinya
sendiri dapat menggunakan kontrol pada situasi yang mengancam, tidak akan
individu yang tidak dapat mengatur situasi yang mengancam akan mengalami
sebagai situasi ancaman yang penuh bahaya, akhirnya akan membuat individu
4. Fungsi Selektif
Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang akan
diambil oleh indvidu. Individu menghindari aktivitas dan situasi yang individu
memilih situasi yang dinilai mampu untuk diatasi. Perilaku yang individu buat
ini akan memperkuat kemampuan, minat- minat dan jaringan sosial yang
perkembangan personal.
memberi pengaruh dan fungsi kognitif, fungsi motivasi, fungsi afeksi dan fungsi
indikator dari self- efficacy mengacu pada dimesi self-efficacy yaitu level,
strength, dan generality. Dengan melihat ketiga dimens i ini, maka terdapat
yang positif, memiliki keinginan untuk berhasil, dan berorientasi pada tujuan.
menjadi sebuah hal penting bagi sebuah komitmen atau tanggung jawab, dan
e. Memilik i keyakinan
oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim psikologi
(atmosphere), sit uasi (situation), pola lapangan (field setting), pola perilaku
formal dan informal terhadap kebijakan organisasi, kebiasaan dan prosedur yang
bahwa iklim organisasi adalah sifat lingkungan kerja atau lingkungan psikologis
dalam organisasi yang dirasakan oleh para pekerja atau anggota organisasi dan
mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima oleh anggota organisasi.
perlu diketahui bahwa setiap perusahaan akan memiliki iklim organisasi yang
sebagai iklim organisasi adalah sebagai suatu koleksi dan pola lingkungan yang
organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap
berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan
internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi
motivasi kerja, keterlibatan kerja, komitmen kerja, disiplin kerja, kepuasan kerja,
stres kerja, sikap kerja, moril karyawan serta perilaku konflik. Selanjutnya
organisasi.
Banyak ahli yang menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi iklim
1. Lingkungan Eksternal.
Industri atau bisnis yang sama mempunyai iklim organisasi umum yang sama.
2. Strategi Organisasi.
dari level energi tersebut. Strategi yang berbeda menimbulkan pola iklim
langsung.
3. Pengaturan organisasi.
organisasi.
4. Kekuatan Sejarah.
iklim organisasinya.
5. Kepemimpinan.
1. Penempatan Personalia
pegawai menjadi terganggu dan pada akhirnya bisa merusak iklim organisasi.
pengalaman watak.
dalam kehidupan sehari- hari komunikasi sangat berperan dan iklim organisasi
kemunduran organisasi. Peran pimpinan dalam hal ini yaitu membuat para
organisasi. Untuk itu pimpinan perlu untuk menciptakan suatu kondisi yang
5. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan kerja sering disebut juga sebagai suasana atau keadaan
dalam kerja. Adapun yang dimaksud hal ini yaitu mencakup keadaan fasilitas
atau sarana yang ada, misalnya ruangan untuk p impinan, ruang rapat, lobi,
ruang kerja pegawai, ruang tamu dan lain- lain. Kondisi fasilitas ini sebenarnya
karyawan.
suatu organisasi. Iklim organisasi menjadi salah satu faktor yang menentukan
merupakan salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan kepuasan kerja yang
organisasi, yaitu:
6. Standar, karyawan melihat standar kinerja yang dinyatakan secara implisit dan
8. Risiko, karyawan melihat risiko kerja dapat terjadi di dalam organisasi. Salah
dengan baik dan mempunyai definisi yang jelas mengenai peran dan tanggung
dengan baik meliputi kondisi kerja yang dialami karyawan dalam perusahaan.
pekerjaan.
1. Tanggung jawab
2. Komformitas
peraturan yang harus ditaati pegawai terkadang aturan itu tidak relevan dengan
tinggi.
3. Semangat kelompok
Adanya suasana yang baik diantara pegawai, baik dari segi komunikasi yang
4. Penghargaan
yang maksimal apabila para pegawai rnendapat penghargaan dan imbalan dari
5. Standar
Sebuah organisasi harus ditetapkan standar mutu kerja yang harus dicapai oleh
6. Kejelasan organisasi
pegawai secara jelas. Apabila tidak ada tugas secara organisatoris yang
Di dalam organisasi atau perusahaan, salah satu cara yang di tempuh untuk
meningkatkan kinerja kerja para pekerja adalah dengan peningkatan quality work
of life (QWL), karena dengan cara ini pegawai akan betah dan nyaman dalam
karyawan sendiri juga dapat membantu para atasan untuk dapat melakukan
yang meliputi berbagai aspek yang ada dalam kerja yang akan berdampak pada
2016). Filosofi dasar dari konsep tersebut adalah peningkatan kualitas kehidupan
kerja yang berasal dari semua effort pada setiap level organisasi untuk
mendapatkan sesuatu yang sangat bernilai (human dignity) sesuatu yang sangat
pekerjaan yang lebih baik. Robbins (2012) mengatakan kualitas kehidupan kerja
sebagai konsep dimana lingkungan kerja menjadi sangat berarti bagi karyawan,
karyawan untuk tetap tinggal dan bertahan di perusahaan. Dapat dinilai bahwa
terhadap dirinya. Kepuasan dapat dipandang sebagai suatu hasil dari penilaian
karyawan terhadap apa yang telah dilakukan oleh organisasi atau perusahaan
peran serta dan sumbangan para anggota ata u karyawan terhadap perusahaan
kondisi kerja, agar tercipta keselarasan antara pekerjaan dengan berbagai faktor
rasa aman serta kepuasan dalam bekerja atau biasa di sebut quality of work life
work life menurut Flippo (2012) sebagai setiap kegiatan perbaikan yang terjadi
manusia. Menurut Siagian (2012) quality of work life merupakan upaya yang
diberi kesempatan untuk turut berperan dalam menentukan cara mereka bekerja
dan sumbangan yang mereka berikan kepada organisasi dalam rangka pencapaian
Dari definisi mengenai quality of work life yang telah dipaparkan oleh para
ahli maka dapat disimpulkan bahwa quality of work life adalah suatu bentuk
organisasi atau perusahaan akan lebih fleksibel. Karena hal esensial dari quality of
2. Lingkungan kerja yang baik, sehat dan aman, yakni karyawan merasa nyaman
(building),
sebagai pertimbangan unutk peyelesaian tugas (reason for effort) dan atribusi
2. Lingkungan kerja yang baik, sehat dan aman (safety, health & work
melakukan pekerjaan dengan senang dan peduli dengan apa yang dilakukan,
serta menjadi berharga dan memiliki arti bagi karyawan dalam melakukan
pekerjaan dipandang sebagai suatu hal yang penting bagi kehidupan bagi
mengenai kinerjanya.
tugas (reason for effort), dan atribusi diri (internal locus of control),
dalam pekerjaan.
aman dalam bekerja, kepuasan kerja, penghargaan dalam bekerja dan menciptakan
dari karyawan itu sendiri. Menurut (Gitosudarmo dalam Edwin 2013). ada empat
tujuan dan sasaran dari kualitas kehidupan kerja yaitu sebagai berikut:
memengaruhi kehidupannya.
mendapatkan manfaat dari kerja sama yang lebih besar, produktivitas lebih
3. Mencari cara untuk menciptakan keamanan kerja yang lebih besar dengan
lingkungan kerja dan efektivitas mereka pada karyawan. Dessler (2015) dalam
Widyastuti dan Dedi (2012) memandang kualitas kehidupan kerja adalah dimana
para pegawai dapat memenuhi kebutuhan mereka yang penting dengan bekerja
dalam organisasi, dan kemampuan untuk melakukan hal itu bergantung pada
apakah terdapat adanya perlakuan yang fair, adil, dan suportif terhadap para
pegawai, kesempatan bagi tiap pegawai untuk menggunakan kemam puan secara
penuh, kesempatan untuk mewujudkan diri, yaitu untuk menjadi orang yang
mereka rasa mampu mewujud kannya, kesempatan bagi semua pegawai untuk
1. kompensasi yang adil dan tepat, termasuk unsur- unsur seperti kompensasi
untuk memiliki upah yang sama dengan pegawai yang lain yang melakukan
2. Lingkungan kerja yang sehat dan aman meliputi faktor- faktor seperti kondisi
keamanan kerja, dan jam kerja. Komponen ini berisi tentang beban kerja, hari
memiliki dan komitmen terhadap organisasi, kerja sama tim, dan komunikasi
ini berisi tentang hak-hak pegawai, kebebasan berekspresi, diskusi dan norma-
kehidupan pribadi pegawai; jam kerja; waktu luang; waktu yang dihabiskan
kemungkinan waktu luang, serta tentang waktu kerja dan waktu istirahat.
Lain:
terhadap pekerjaan.
3. Sistem imbalan yang inovatif, yaitu bahwa imbalan yang diberikan kepada
sesuai dengan standard hidup karyawan yang bersangkutan dan sesuai dengan
lingkungan fisik.
penelitian yang ingin dilakukan. Dalam konteks yang lebih sederhana, kerangka
variabel yang saling berhubungan satu sama lain dan landasan sebuah penelitian.
penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam institusi maupun perusahaan yang
kemampuannya. Pengertian sumber daya manusia makro secara umum terdiri dari
dua yaitu sumber daya manusia makro yaitu jumlah penduduk dalam usia
produktif yang ada di sebuah wilayah, dan sumber daya manusia mikro dalam arti
sempit yaitu individu yang bekerja pada sebuah institusi atau perusahaan.
Self efficacy merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self
knowwledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari- hari. Hal
ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu dalam
menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan termasuk
dalam Anwar (2009) mengatakan self efficacy sangat penting perannya dalam
keberhasilan yang akan dicapai seorang pekerja. Lebih lanjut (J Feist, J. &
tugas, serta melalukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
dengan organisasi lain. Iklim organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-
pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa iklim organisasi merupakan suatu
pekerjaannya.
life. Quality of work life merupakan sebuah proses dimana organisasi lingkungan
kerja yang sebaik mungkin bagi semua memberikan respon pada kebutuhan
karyawan memberikan sumbang saran penuh dan ikut serta mengambil keputusan
dan mengatur kehidupan kerja mereka dalam suatu perusahaan. Tujuan dasar
dari quality of work life ini adalah untuk mengembangkan anggota organisasi
mengatakan bahwa quality of work life adalah upaya yang dilakukan manajemen
segala faktor kondisi kerja, agar tercipta keselarasan antara pekerjaan dengan
life merupakan suatu hal yang sangat penting dan merupakan kebutuhan bagi
Kepuasan kerja tidak muncul secara sendiri nya pentingnya self Efficacy,
iklim organisasi dan quality of work life sangat memberikan dampak besar akan
kepuasan kerja bagi karyawan, karena Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu
pada sikap individu secara umum terhadap pekerjaannya dapat juga dikatakan
(2012) kepuasan kerja adalah suatu sikap umum seorang individu terhadap
telaah pustaka dari berbagai pendapat ahli. Diagram path dan kerangka konspetual
yang diajukan meliputi pengaruh variabel self Efficacy, iklim organisasi dan
quality of work life terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk Bireuen dengan
H4 H3
Iklim
Organisasi H8 H7
(X2 ) H9
H10
H5
Quality Of Kepuasan Kerja
Work Life (X3 ) (M)
H6
2.8. Hipotesis
logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan
yang dapat diuji (Sekaran 2014). Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah
penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling penting
berikut:
Kreitner dan Kinicki dalam Rian (2015) menyatakan self efficacy adalah
tertentu. Efikasi diri adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang
baik atau buruk. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi, karena cita–cita
perusahaan akan membuat karyawan tersebut merasa puas karena adanya timbal-
balik dari perusahaan atas kinerja yang mereka lakukan terhadap perusahaan
kemampuan untuk melakukan satu tindakan yang ada hubungannya dengan tugas
khusus atau situasi tertentu. Karena self efficacy yang tinggi akan mampu bekerja
penelitian yang dilakukan oleh Rian (2015), Fernando (2013) dan Putu Eka (2013)
kepusan kerja karyawan, karena seorang memiliki self efficacy yang tinggi
atas apa yang ia kerjakan. Berdasarkan kajian teori dan penelitian sebelumnya
H1 = Self efficacy berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. BNI Tbk
Bireuen.
terhadap suasana kerja organisasi yang membentuk harapan dan perasaan seluruh
organisasi diperlukan hubungan sosial yang harmonis antara sesama pekerja, dan
antara atasan dan bawahannya sehingga adanya kerjasama antara para pekerja,
dan kejelasan tugas masing- masing pekerja. Iklim organisasi dapat dipahami
tentang norma organisasi yang bersangkutan. Menurut Brown dan Leigh dalam
merasa ramah dapat mencapai potensi yang penuh dalam melihat kunci dari
keunggulan bersaing. Oleh karena itu iklim organisasi dapat dilihat sebagai
bahwa kinerja tinggi tergantung pada komitmen tinggi, dimana iklim organisasi
Sehingga bahwa iklim organisasi yang kondusif sangat penting untuk mencapai
kesuksesan organisasi. Hal ini juga sesusai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Susanty (2012), I Nyoman (2016) dan I Gusti Ayu (2016) yang menyatakan
dengan iklim yang kondusif akan menimbulkan kepuasan kerja dan komitmen
yang tinggi pada setiap individu yang bekerja didalam organisasi tersebut.
adalah :
Tbk Bireuen.
quailty of work life dapat dilakukan dengan memberikan rasa aman dalam bekerja,
karyawan untuk tetap tinggal dan bertahan di perusahaan. Dapat dinilai bahwa
dirinya. Kepuasan dapat dipandang sebagai suatu hasil dari penilaian karyawan
terhadap apa yang telah dilakukan oleh organisasi atau perusahaan kepada
kualitas kerja adalah mengubah iklim kerja agar organisasi secara tekhnis dan
manusiawi membawa kepada quality of work life yang lebih baik. Penelitian yang
dilakukan oleh Meri (2016), Khoiri (2017) dan Titik (2014) hasil penelitian
disaat perusahaan mampu menciptakan quality of work life yang baik tentu akan
adalah :
H3 = Quality of work life berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan PT. BNI
Tbk Bireuen.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan kinerja adalah tingkat self
efficacy yang dimiliki oleh karyawan. Dengan mengetahui seberapa besar rasa
percaya diri karyawan, akan lebih mudah bagi perusahaan untuk menyusun
tingkat kinerja tertentu yang berpengaruh atas peristiwa kehidupan mereka. Self
efficacy mempengaruhi motivasi diri dan tindakan melalui dampak yang diberikan
terhadap tujuan dan aspirasi. Hal ini sebagian atas dasar keyakinan bahwa
seseorang memilih apa tujuan dari melakukan tantangan, berapa banyak usaha
untuk berinvestasi dalam usaha tersebut, dan berapa lama untuk bertahan dalam
faktor personal yang menjadi perantara atau mediator dalam interaksi antara
faktor perilaku dan faktor lingkungan. Efikasi diri dapat menjadi penentu
rasa percaya diri akan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas. Penelitian
yang dilakukan oleh Dian (2016), Nailul (2013) dan Stevani (2017) hasil
Bireuen.
Iklim organisasi mempengaruhi praktek dan kebijakan SDM yang diterima oleh
anggota organisasi, perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan memiliki iklim
dalam organisasi atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan
organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap
berhubungan dengan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan
Sikap dan prilaku organisasi mempengaruhi kinerja mereka secara individual dan
yang dilakukan oleh Arsan (2016), Nailul (2013) dan Hadi (2017) hasil penelitian
yang positif untuk kinerja yang diharapkan. Berdasarkan kajian teori dan
Bireuen.
dan keinginan sendiri akan berdampak pada kekurangan rasa kepuasan anggota
lainnya sehingga akan timbul konflik internal dalam kelompok yang akan
mudah karena dalam prosesnya banyak sekali tantangan bahkan jika tidak
didukung oleh berbagai pihak biasanya usaha ini bisa terjadi kegagalan. Menurut
Lewis dalam Husnawati (2006) quality of work life dipandang mampu untuk
meningkatkan peran serta dan sumbangan para anggota atau karyawan terhadap
karyawan lebih sehat, lebih berkomitmen, lebih aman dalam bekerja. Selanjutnya
quality of work life Menurut Teleghani (2014) unsur quality of work life
organisasi dan juga ide partisipasi dalam memecahkan masalah dan keputusan
organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Titik (2014), Josiah (2012) dan Rashmi
karena peningkatan quality of work life yang baik akan meningkatkan kinerja
H6 = quality of work life berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. BNI Tbk
Bireuen.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan kerja yang selalu berbeda-beda sesuai
dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut. Semakin banyak aspek yang ada
dalam pekerjaannya yang sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut
individu, semakin tinggi tingkat kepuasan yang didapat masing- masing individu.
Demikian pula sebaliknya, semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang tidak
sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut individu, maka semakin
rendah tingkat kepuasan yang didapat masing- masing individu. Handoko (2010)
selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pegawai dan banyaknya
yang mereka yakini apa yang seharusnya mereka terima. Secara empirik dapat
produktivitas.
lebih baik yang pada akhirnya akan meningkatkan. Penelitian yang dilakukan
kerja yang dirasakan oleh karyawan secara langsung akan meningkatkan kinerja.
adalah :
Bireuen.
terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau
organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan untuk
adalah suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya
ganjaran yang diterima seorang pegawai dan banyaknya yang mereka yakini apa
yang seharusnya mereka terima. Meskipun hanya merupakan salah satu faktor
kepuasan kerja. Apabila karyawan sudah memiliki rasa puas dalam bekerja maka
dengan setiap aspek lain seperti interaksi dengan rekan kerja, atasan, kebijakan
tidak sesuai dengan dirinya. Kepuasan k erja akan muncul jika invidu menyukai
kerja memediasi hubungan antara iklim organisai terhadap kinerja karyawan. Jika
iklim organisasi kondisif dan nyaman tentu akan meningkatkan kepuasan dan
quality work of life (Siagian dalam Titik, 2014). Quality Work Of life dipandang
perusahaan. Oleh karena itu sangat diperlukan perhatian lebih dari manajemen
rasa aman serta kepuasan dalam bekerja atau biasa di sebut quality of work life
Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan (2015) dan Titik (2014) menyatakan
pengaruh tidak langsung quality of work life terhadap kinerja karyawan melalui
hipotesi adalah
H10 = Kepuasan kerja memediasi hubungan antara quality work of life terhadap
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini berlokasi di PT. BNI Tbk Bireuen beralamat Jl. Tgk. Chik
Johan Alamsyah No. 1 Bireuen, dengan yang menjadi objek penelitian adalah
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri dari benda nyata,
abstarak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki
wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakterisrik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
3.2.2. Sampel
besarnya sampel tersebut bisa dilakukan dengan cara statistik maupun besarnya
estimasi penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat
yang sama dari objek yang merupakan sumber data, Sugiyono (2017)
Adapun sampel penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. BNI Tbk Bireuen,
dengan menggunakan metode sensus yakni jumlah populasi sama dengan jumlah
sampel. Dengan demikian jumlah sampel pada penelitian ini adalah 42 Orang
Guru
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif menurut Sugiyono (2017) adalah jenis data yang dapat diukur atau
dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan
responden hanya menjawab dengan cara memberi tanda tertentu pada alternatif
diajukan dalam kuesioner. Kualitas data dibagikan dan pertanyaan yang diajukan
dalam beberapa tingkat sesuai dengan bunyi pertanyaan dan masing- masing
tingkat diberikan bobot atau nilai, dengan ketentuan jawaban yang baik mendapat
gradasi dari sangat positif sampai dengan negatif, yang terdiri dari kata-kata:
Tabel 4.2
Skala Pengukuran Data
yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang akan didefinisikan yang dapat diamati.
Tabel 4.3
Definisi Operasional
untuk dua tujuan yaitu menyajikan temuan empiris berupa data statistik deskriptif
menguji hipotesis penelitian yang diajukan dan atas dasar itu sebuah kesimpulan
gambaran atau deskripsi empiris atas data yang dikumpulkan dalam penelitian.
Jenis-jenis data statistik deskriptif yang dapat disajikan dalam laporan penelitian
adalah antara lain : penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran (pie
mengumpulkan data dan informasi dilapangan, maka untuk mengelola data dan
(SEM) dalam model dan pengujian hipotesis, SEM atau model persamaan
(Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan untuk
menguji hIpotesis penelitian dengan analisis SEM Partial Least Squares (PLS)
powerfull oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala
tertentu, jumlah sample kecil maupun besar. Warp Partial Least Squares (PLS)
based SEM (yang diwakili oleh software LISREL, EQS atau AMOS) component
based PLS mampu menghindarkan dua masalah besar yang dihadapi oleh
menyatakan SEM-PLS dapat bekerja secara efisien dengan ukuran sampel yang
kecil dan model yang kompleks. Selain itu, asumsi distrib usi data dalam SEM-
menganalisis model pengukuran reflektif dan formatif serta variabel laten dengan
satu indikator tanpa menimbulkan masalah identifikasi. Berikut ini evaluasi model
Tabel 3.3
Evaluasi Model Pengukutan (Outer Model)
Hapus/Drop Pertahankan
4.
Menganalisis Dampak
Indikator Indikator
Dihapuskannya Indikator pada
5. Reflektif
AVE dan Composite Reliability Reflektif
test untuk predictive relevance dan model fit indices dan P value dengan
menampilkan tiga indikator fit yaitu avarege path coefficient (APC), dan
inflation factor (AVIF) dengan nilai > 5 telah memenuhi kriteria model.
Tabel 3.4
Evaluasi Model Struktural (Inner Model)
teoritis yang menunjukkan variabel laten digambar dengan lingkaran atau oval,
Iklim
Organisasi
6 Indikator
KK = b1 SE + b2 IO + b3QWL + e1
KP = b1 SE + b2 IO + b3 QWL + b4 KK + e2
Keterangan :
KP : Kinerja Karyawan
KK : Kepuasan Kerja
SE : Self Efficacy
IO : Iklim Organisasi
The Structural Equation Model (SEM) dalam model dan pengujian hipotesis.
rumitsecara simultan (Hair et al, 2013). Dikatakan rumit karena model- model
simultan yang dibentuk melalui lebih dari satu variabel dependen pada saat yang
(1986). Baron dan Kenny menjelaskan prosedur analisis variabel mediator secara
jika hasilnya adalah:(1) Jalur‐c : signifikan (2) Jalur‐a : signifikan (3) Jalur‐b
:signifikan (4) Jalur ‐c’ : tidak signifikan. Untuk dinyatakan sebagai mediator,
predikter (X), mediator (M) dan keluaran (Y) ditunjukkan dalam Gambar 4.2
berikut:
C = Signifikan
Prediktor (X) Keluaran (Y)
(signifikan) (Signifikan)
Mediator (M)
a b
C ' = Tidak Signifikan
Prediktor (X) Keluaran (Y)
ab
z =
Keterangan :
z = signifikansi mediasi
DAFTAR PUSTAKA
Ali. Fathoni. (2016) Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada Pt. Bank Rakyat Indonesia Unit Kecamatan
Pucuk Kabupaten Lamongan. Jurnal Volume I No.02, Februari 2016
ISSN : 2502-3780. Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Islam Lamongan. Lamongan
Andika Dharma Chrisandi, Wiji Utami, Dan M Syaharudin. 2017. The Effect Of
Work Environment And Climate On Performance Organization Through
Employee Job Satisfaction On Water Resources Management Sampean
Baru Bondowoso. Artikel Ilmiah Mahasiswa 2014 Jurusan Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Jember
Baron & Byrne. (2000). Social Psychology. (9th Edition). A Pearson Education
Company. Massachusetts
Feist, J. & Gregory J. Feist. (2010). Teori Kepribadian (Edisi ketujuh). Penerbit
Salemba Humanika. Jakarta
Flippo B. Edwin. (2012) Manajemen Personalia, (Alih bahasa Moh Masud) Jilid
II, Erlangga, Jakarta.
Garson, G. David. 2008. Path Analysis: Lecture Notes. North Carolina State
University. Raleigh. North Carolina.
I Gusti Ayu Yuliana Lestari Putra Dan I Nyoman Sudharma. (2016). Pengaruh
Iklim Organisasi Dan Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Pada Hotel Asana Agung Putra Bali. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5,
No.9, 2016:5524-5553 ISSN : 2302-8912. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
Indah Puji, Lestari. (2015) The Effect Of Self Efficacy And Organizational
Citizenship Behavior (Ocb) On The Performance Of Employees With Job
Satisfaction As An Intervening Variable . Fakultas Ekonomi, Universitas
Jember
Josiah Roman Aketch, Odhiambo Odera, Paul Chepkuto and Ochieng Okaka.
(2012). Effects of Quality of Work Life on Job Performance: Theoretical
Perspectives and Literature Review. Current Research Journal of Social
Sciences 4(5): 383-388, 2012 ISSN: 2041-3246. Department of Business
Management, Masinde Muliro University of Science and Technology,
Kenya University of Southern Queensland, Australia and Masinde
Muliro University of Science and Technology, Kenya. Department of
Communication Studies, Moi University, Eldoret, Kenya. Department of
Business Management, Masinde Muliro University of Science and
Technology, Kenya
Kuncoro , Mudrajad. (2013). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi” Edisi 4.
Erlangga. Jakarta
Kusnoto. Dan Tigor Sitorus. (2016). Kualitas Kehidupan Kerja, Self Efficacy, An
Kinerja Karyawan: Efek Mediasi Motivasi Kerja (Study Pada Pt Bank
Bri Cabang Bsd). Jurnal Manajemen [Vol. 13 No. 2, November 2016:
198-224] Universitas Bunda Mulia Jakarta
Luthans, Fred. (2014). Organizatonal Behavior. Megraw Hill Book co. Singapore
Maulana. Faliqul. Isbahi. (2013). Pengaruh Motivasi Kerja Dan Iklim Organisasi
Terhadap Kinerja Guru Sd Negeri Se-Kecamatan Rembang Kabupaten
Rembang. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Nailul. Fajriah Dan Marcham. Darokah. (2013) Pengaruh Efikasi Diri Dan
Persepsi Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Dengan Employee
Engagement Sebagai Variabel Mediator Pada Karyawan Bmt Bif
Yogyakarta. Jurnal Humanitas Vol. 13 No. 1 . 37-49 ISSN 1693-7236
Putu Eka Viska Putri, Dan I Made Artha Wibawa. (2016). Pengaruh Self-Efficacy
Dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Bagian
Perlengkapan Sekretariat Kabupaten Klungkung. E-Jurnal Manajemen
Rashmi Rai Dr.Shruti Tripathi. (2015). A Study on QWL and its effectson Job
Performance. Journal of Management Sciences and Technology
2(2),Feb-2015(ISSN-2347-5005). Amity University,Noida
Stoner, James A.F. (2011). Manajemen. Jilid I. Edisi Keenam. Salemba Empat,
Jakarta.
Stevani Sebayang Dan Dr. Jafar Sembiring. (2017). Effect Of Self Esteem And Self
Efficacy Of Employee Performance Case Study At Pt. Finnet Indonesia.
ISSN : 2355-9357 E-Proceeding Of Management : Vol.4, No.1 April.
2017. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Telkom
Titik, Nurbiyati (2014). pengaruh quality of work life terhadap kinerja pegawai
dengan disiplin kerja dan kepuasan kerja sebagai variabel intervening.
Vol 18 No 2. Juli 2014. Fakultas Ekonomi Islam Indoneisa. Yogyakarta
Yunitia.Insani. (2015). Tesis Studi Kasus Pembentuk Efikasi Diri Dalam Upaya
Berhenti Merokok Di Kota Watampone. Program Pascasarjana.
Universitas Hasanuddin. Makassar