Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

PROGRAM DESA BERINOVASI TAHUN 2020


PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN TRANSFER KOLONI
LEBAH Trigona sp DI DESA SALUT KECAMATAN KAYANGAN
KABUPATEN LOMBOK UTARA NTB

LOGO LEMBAGA PENGUSUL

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS MATARAM
JL. MAJAPAHIT NO. 62 MATARAM NTB
TAHUN 2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Pengembangan Inovasi Teknologi Budidaya Dan Transfer Koloni


Lebah Trigona sp Di Desa Salut Kecamatan Kayangan
Kabupaten Lombok Utara NTB
Lokasi Kegiatan : Desa Salut Kec. Kayangan Kab. Lombok Utara NTB
Lembaga Pengusul :
Usulan Anggaran : Rp. 250.000.000,-

Pimpinan Lembaga
Nama :
Jabatan :
Instansi & Alamat :
No. Telp Kantor :
No. Fax Kantor :
No. HP :

Koordinator Kegiatan
Nama :
Jabatan :
Instansi & Alamat :
No. Telp Kantor :
No. Fax Kantor :
No. HP :

Mataram, 19 Oktober 2020


Pengusul,
Mengetahui,
Koordinator Kegiatan Pimpinan Lembaga Pengusul

ttd
Ttd dan cap

Nama Nama

2
RINGKASAN EKSEKUTIF

Salah satu jenis lebah lokal yang sangat potensial yang populasinya cukup banyak di
Lombok Utara adalah lebah Trigona sp. Lebah ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan
dengan lebah-lebah yang lain seperti tidak memiliki sengat sehingga aman untuk dipelihara,
tidak mudah kabur meninggalkan sarangnya, menghasilkan berbagai macam produk
seperti madu, polen dan propolis, sangat mudah dipelihara karena lebah ini relatif lebih jinak
dan tidak membutuhkan areal yang luas sehingga budidaya lebah madu dapat dilakukan
dimana saja. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini budidaya lebah madu trigona di
kabupaten Lombok Utara berkembang dengan pesat. Perkembangan ini mengindikasikan
bahwa lebah trigona memiliki peluang usaha yang sangat prospektif dan menguntungkan
masyarakat untuk dibudidayakan. Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan tentang
pembibitan dan pengelolaan budidaya menjadi penyebab rendahnya produksi madu yang
dihasilkan. Demikian pula halnya dengan keterbatasan peralatan teknologi pemanenan,
pengolahan dan pengemasan produk menjadi penyebab menurunnya kualitas madu yang
dihasilkan dan belum berhasil menggali produk lain seperti polen dan propolis yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi. Untuk itu maka peran aktif perguruan tinggi, pemerintah
daerah, swasta dan komunitas sangat diharapkan dalam mendampingi pemanfataan teknologi,
pengembangan sarana, prasarana, penciptaan iklim yang kondusif bagi pelaku usaha, dan
pengembangan pemasaran. yang berkelanjutan. Salah satu desa yang termasuk dalam kategori
daerah tertinggal dan termiskin adalah Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok
Utara. Desa ini terbukti berhasil mengembangkan teknologi budidaya dan pembibitan lebah
melalui transfer koloni. Keberhasilan ini terwujud melalui sinergi kegiatan antara Pemerintah
Pusat (Klaster Inovasi), Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara, Fakultas Peternakan
Universitas Mataram, Sektor Swasta, Asosiasi Perlebahan Madu Lombok Utara
(ASMALORA) dan Peternak Lebah. Capain keberhasilan yang telah diperoleh meliputi: 1)
Perbanyakan koloni lebah madu melalui teknologi transfer koloni, 2) Perbanyakan pakan lebah
madu, 3) Peningkatan produksi madu, 4) Teknologi pengolahan dan pengemasan produk lebah
madu, 5) Tempat pelatihan dan magang kelompok tani dan wirausaha baru, 6) Peningkatan
jumlah petani yang membudidaya lebah madu dengan skala usaha yang lebih besar dan 7)
Peningkatan jumlah pendapatan petani melalui penjualan bibit lebah dan madu.

3
Dalam rangka untuk memperluas keberhasilan yang diperoleh dari Desa Sukadana, maka
diperlukan pengembangan lebih lanjut di tempat lain. Prioritas desa terpilih adalah yang
mempunyai status daerah termiskin, tertinggal, terdampak gempa bumi dan pandemi
Covid-19 di Kabupaten Lombok Utara. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, maka perlu
dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut: 1) Pemilihan petani binaan. Persyaratan petani
binaan meliputi petani dapat bekerjasama dengan tim, pembudidaya lebah madu, mempunyai
kepemilikan sebanyak 20-30 koloni dan memiliki pengalaman dalam beternak lebah. 2)
Sosialisasi kegiatan, meliputi penyampaian rencana kegiatan, diskusi pengembangan dan
sharing pendanaan kegiatan. 3) Penyediaan lahan. Kelompok bersedia menyediakan lahan
sebagai sentra budidaya dan pembibitan lebah madu serta memiliki kesanggupan untuk
pemeliharaan lahan. 4) Penataan sentra lokasi budidaya dan pembibitan, meliputi
pemagaran lahan dan penataan tata letak lokasi. 5) Penananam pakan lebah madu, meliputi
penyediaan pakan lebah berbunga sepanjang tahun, rotasi pembungaan dan perbanyakan
tanaman pakan lebah. 6) Pembuatan bale lebah, yaitu penyediaan tempat peletakan koloni
lebah yang terbuat dari bambu dan atap alang. 7) Penyediaan sarana dan prasarana
perbibitan dan pengemasan produk lebah madu, berupa alat penyedot madu, stiker, botol
kemasan dan kotak lebah. 8) Pendampingan Pemanfaatan Inovasi Teknologi Budidaya
dan Transfer Koloni. Pendampingan teknologi diperlukan agar bibit koloni dan produk madu
yang dihasilkan mempunyai kualitas dan daya saing yang tinggi.

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................................................. 2


RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................................................. 3
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 5
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 7
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 7
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 9
C. Tujuan (luaran).................................................................................................................................. 9
BAB II URAIAN TEKNIS ................................................................................................................................. 10
A. Profil Lokus .................................................................................................................................... 10
B. Profil Produk Unggulan Daerah...................................................................................................... 10
C. Profil Teknologi dan Inovasi........................................................................................................... 21
D. Potensi Dukungan pemangku kepentingan/stakeholders ................................................................ 22
E. Komposisi Tim Sumber Daya Manusia .......................................................................................... 24
F. Lembaga Pengelola ......................................................................................................................... 25
G. Metode Pelaksanaan Kegiatan ........................................................................................................ 25
H. Rencana kerja dan strategi implementasi pengembangan PUD ...................................................... 26
BAB III RENCANA ANGGARAN BIAYA .......................................................................................................... 28
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................................... 30

5
6
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Lombok Utara sebagian besar wilayahnya terdiri dari perkebunan yang
ditumbuhi berbagai jenis tanaman yang dapat menjadi sumber pakan lebah madu seperti jambu
mete, kopi, jagung, coklat, mangga dan kelapa. Daerah ini menjadi wilayah yang sangat
sesuai untuk pengembangan budidaya lebah madu. Adanya dukungan yang tinggi dari
pemerintah daerah setempat menjadi pemicu berkembangnya usaha budidaya lebah madu di
daerah ini. Faktor penting lainnya yang menunjang usaha perlebahan di daerah ini adalah
adanya kelompok-kelompok masyarakat yang telah lama mengembangkan budidaya lebah
sehingga adopsi teknologi menjadi lebih mudah. Salah satu desa yang termasuk dalam kategori
daerah tertinggal dan termiskin adalah Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok
Utara. Desa ini terbukti berhasil mengembangkan teknologi budidaya dan pembibitan lebah
melalui transfer koloni. Keberhasilan ini terwujud melalui sinergi kegiatan antara Pemerintah
Pusat (Klaster Inovasi), Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara, Fakultas Peternakan
Universitas Mataram, Sektor Swasta, Asosiasi Perlebahan Madu Lombok Utara
(ASMALORA) dan Peternak Lebah.
Capain keberhasilan yang telah diperoleh meliputi: 1) Perbanyakan koloni lebah madu
melalui teknologi transfer koloni, 2) Perbanyakan pakan lebah madu, 3) Peningkatan produksi
madu, 4) Teknologi pengolahan dan pengemasan produk lebah madu, 5) Tempat pelatihan dan
magang kelompok tani dan wirausaha baru, 6) Peningkatan jumlah petani yang membudidaya
lebah madu dengan skala usaha yang lebih besar dan 7) Peningkatan jumlah pendapatan petani
melalui penjualan bibit lebah dan madu.
Dalam rangka untuk memperluas keberhasilan yang diperoleh dari Desa Sukadana, maka
diperlukan pengembangan lebih lanjut di tempat lain. Prioritas desa terpilih adalah yang
mempunyai status daerah termiskin, tertinggal, terdampak gempa bumi dan pandemi
Covid-19 di Kabupaten Lombok Utara.
Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, maka perlu dilakukan beberapa kegiatan sebagai
berikut: 1) Pemilihan petani binaan. Persyaratan petani binaan meliputi petani dapat
bekerjasama dengan tim, pembudidaya lebah madu, mempunyai kepemilikan sebanyak 20-30
koloni dan memiliki pengalaman dalam beternak lebah. 2) Sosialisasi kegiatan, meliputi
penyampaian rencana kegiatan, diskusi pengembangan dan sharing pendanaan kegiatan. 3)

7
Penyediaan lahan. Kelompok bersedia menyediakan lahan sebagai sentra budidaya dan
pembibitan lebah madu serta memiliki kesanggupan untuk pemeliharaan lahan. 4) Penataan
sentra lokasi budidaya dan pembibitan, meliputi pemagaran lahan dan penataan tata letak
lokasi. 5) Penananam pakan lebah madu, meliputi penyediaan pakan lebah berbunga
sepanjang tahun, rotasi pembungaan dan perbanyakan tanaman pakan lebah. 6) Pembuatan
bale lebah, yaitu penyediaan tempat peletakan koloni lebah yang terbuat dari bambu dan atap
alang. 7) Penyediaan sarana dan prasarana perbibitan dan pengemasan produk lebah
madu, berupa alat penyedot madu, stiker, botol kemasan dan kotak lebah. 8) Pendampingan
Pemanfaatan Inovasi Teknologi Budidaya dan Transfer Koloni. Pendampingan teknologi
diperlukan agar bibit koloni dan produk madu yang dihasilkan mempunyai kualitas dan daya
saing yang tinggi.
Peningkatan kualitas produk dan pengembangan daya saing yang tinggi dapat dilakukan
dengan cara 1) Penyediaan peralatan pengujian mutu madu yang sederhana ditingkat
kelompok tani berupa peralatan hand refractometer. Alat ini mampu membaca tentang kadar
air dan kadar gula madu. Keberadaan alat ini memudahkan peternak untuk mengetahui kapan
waktu yang tepat untuk memanen madu sehingga madu-madu yang dipanen mempunyai
kualitas yang tinggi sesuai standar SNI. 2) Pembuatan perizinan berupa Produk Industri
Rumah Tangga (PIRT). 3) Standarisasi produk melalui pengujian kualitas madu secara
berkala di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). 4) Membangun kerjasama
dengan Asosasi dan Swasta untuk turut serta dalam pembinaan dan pengawasan kualitas
produk lebah. 5) Bekerjasama dengan Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan
kelompok-kelompok tani maju dalam pengembangan bibit koloni lebah.
Uraian di atas menggambarkan bahwa telah terjadi sinergi kegiatan antara pemerintah
daerah, perguruan tinggi, sektor swasta dan peternak lebah dalam mengembangkan lebah lokal
trigona sebagai produk unggulan daerah kabupaten Lombok Utara. Sebagai upaya
keberlanjutan program dan terus memaksimalkan upaya-upaya untuk mewujudkan
pembangunan sistem inovasi nasional dan daerah utamanya desa, maka melalui
pengembangan inovasi teknologi budidaya lebah Trigona sp diharapkan mampu memberikan
dampak yang signifikan terhadap peningkatan daya saing produk unggulan dalam rangka
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta penyediaan lapangan
pekerjaaan yang berdampak kepada daya saing daerah.

8
B. Rumusan Masalah
Beberapa Masalah Yang Dihadapi:
a. Belum tersedianya fasilitas peralatan teknologi pembibitan, pemanenan, pengolahan
dan pengemasan produk lebah madu sehingga madu-madu yang dihasilkan belum
memenuhi standar kualitas madu sesuai SNI.
b. Minimnya penguasaan teknologi pembibitan, budidaya dan pasca panen lebah madu
serta langkanya informasi tentang ketersediaan dan kelimpahan tanaman pakan lebah,
meliputi jenis pakan, potensi, lokasi sumber pakan lebah dan kandungan pakan lebah.
c. Belum tersedia bibit lebah Trigona unggul secara mudah dan tersedia setiap saat
d. Skala kepemilikan usaha koloni lebah madu relatif rendah dengan jumlah lebah yang
dipelihara berkisar antara 15-20 koloni per peternak sehingga berakibat pada
rendahnya produksi madu yang dihasilkan.
e. Budidaya lebah yang dilakukan masih mengandalkan pada peningkatan produksi
madu, namun belum mengarah pada peningkatan daya saing dan kualitas madu serta
belum menggali kearah pembibitan dan diversifikasi produk lebah berupa polen dan
propolis.
f. Sistim pemasaran dan komersialisasi produk lebah yang belum berjalan dengan baik.

C. Tujuan (luaran)
Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah
1. Terjadinya peningkatan produk lebah madu, baik kualitas dan kuantitas yang
memenuhi standar SNI sehingga dapat diserap secara berkelanjutan untuk
kebutuhan pasar.
2. Tersedianya bibit lebah madu secara cepat yang memiliki keunggulan sehingga
pemenuhan kebutuhan terhadap koloni lebah dapat tercapai dengan mudah.
3. Terjadinya percepatan penerapan inovasi teknologi tepat guna.
4. Terjadinya penumbuhan usaha-usaha baru yang berwawasan bisnis dan
berbasis iptek (Kewirausahaan Teknologi) di pedesaan yang diharapkan menjadi
pemantik mobilitas ekonomi masyarakat.
5. Terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan melalui usaha
budidaya lebah dan perbanyakan koloni.

9
BAB II URAIAN TEKNIS

A. Profil Lokus
Salut adalah desa di Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat,
Indonesia. Desa ini berjarak sekitar 11 Km dari pusat kecamatan. Wilayahnya berada di
bagian paling timur, mencakup kawasan hutan yang cukup luas di lereng Gunung Rinjani,
yang sebagian dikelola sebagai hutan kemasyarakatan. Hasil pertanian pangan terbesar di
desa ini adalah jagung, dengan produksi sebesar 3.006,9 ton dan luas pertanaman 457,25
ha. Sementara tanaman padi hanya seluas 44 ha dengan hasil sebanyak 106,5 ton. Hasil
lain yang cukup besar adalah buah kelapa, yakni sebanyak 3.588 ton dari area kebun seluas
168,4 ha. Di samping itu, juga banyak ditanam komoditas jambu mete (291,9 ha) dan
mangga (132,5 ha).
Potensi lain dari Desa Salut yaitu terdapat populasi lebah Trigona sp yang cukup
banyak. Hal ini ditandai dengan adanya kelompok lebah yang sudah membudidaya lebah
Trigona sp. Salah satu kelompok lebah yang berdiri di Desa Salut adalah Kelompok
Harapan Keluarga. Kelompok ini berdiri pada tahun 2017 dengan jumlah anggota sebanyak
21 orang. Koloni lebah yang dibudidaya masih swadaya masyarakat setempat dengan
jumlah koloni sebanyak 1200 stup. Produksi madu yang dihasilkan masih rendah dengan
kemasan sederhana. Aktivitas kelompok cukup baik meliputi pertemuan rutin, gotong
royong dan kebersihan lingkungan. Pakan lebah didominasi oleh tanaman akasia, kelapa
dan jambu mete. Program kedepan akan menjadikan lahan usaha sebagai Wisata Edukasi
dan Wisata Agro.

B. Profil Produk Unggulan Daerah


Pemerintah daerah Kabupaten Lombok Utara telah menetapkan madu lebah lokal
Trigona sp sebagai produk unggulan daerah. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah
daerah dalam menunjang pengembangan usaha budidaya lebah madu di daerah ini, antara
lain dengan mengadakan pelatihan-pelatihan budidaya lebah, pengadaan stup lebah dan
penanaman pakan lebah madu. Bahkan dalam tiga tahun terakhir ini pemerintah daerah
bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Mataram (LPPM UNRAM) telah mengembangkan 1) Kawasan Lebah Madu melalui
Penciptaan Kampung Lebah dan Upaya Branding Madu Trigona sp dan 2)Pengembangan
Wisata Kampung Lebah untuk mendukung pariwisata NTB.

10
1. Ketersediaan bahan baku
Untuk perbanyakan bibit lebah diambil dari alam dan hasil pemecahan dari koloni
yang sehat. Hal ini bisa didapat dari hasil budidaya sendiri atau dari hasil penangkaran
kelompok-kelompok tani. Sedangkan untuk pasokan bahan baku pembuatan kotak
lebah berupa papan setebal 2 cm didapat dari pengusaha penggergajian kayu.
Pembuatan kotak lebah dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 15 cm dan tinggi 12 cm
dikerjakan oleh kelompok tani yang sudah berpengalaman dalam memelihara lebah dan
mempunyai keahlian dalam pembuatan kotak lebah. Daerah domisili pemasok bahan
baku adalah Desa Salut, dusun Blencong Desa Mumbul Sari, dusun Sire Desa Sigar
Penjalin dan dusun Jeliti Desa Gondang Timur.
Untuk meningkatkan produksi madu yang dihasilkan maka akan dilakukan
pengayaan pakan lebah. Hal ini dilakukan dengan menanam pakan lebah yang dapat
berbunga sepanjang tahun disekitar lingkungan tempat budidaya. Tanaman yang dapat
dikembangkan adalah belimbing, sawo, palem dan bunga matahari. Pohon belimbing
dan sawo adalah tanaman yang dapat berbunga sepanjang tahun sehingga ketersediaan
nektar sebagai bahan baku madu akan dapat tersedia sepanjang tahun, sedangkan
buahnya dapat dijual untuk menambah penghasilan petani.
2. Keunikan
Keunikan yang dimiliki meliputi:
1. Bibit koloni dapat berkembang dengan cepat
2. Adaptasi yang tinggi terhaadap lingkungan ekstrim
3. Madu yang dihasilkan mempunyai cita rasa yang khas
4. Madu berasal dari bermacam-macam bunga atau polyflora
5. Mempunyai aroma yang sangat spesifik
6. Kecepatan yang tinggi dalam menghasilkan produk terutama propolis
7. Madu yang dihasilkan tidak memiliki rasa lilin
8. Tidak mudah kabur meninggalkan sarang
9. Madu yang dihasilkan tidak di konsumsi oleh lebah
3. Nilai tambah
1. Mampu menghasilkan berbagai macam produk seperti madu, propolis dan pollen
dalam waktu bersamaan

11
2. Madu yang dihasilkan dapat tersedia sepanjang tahun
3. Memiliki adaptasi yang tinggi pada berbagai kondisi extrim
4. Mudah dibudidayakan karena lebih jinak dibandingkan dengan lebah yang lain
4. Rantai pasok dan nilai
Proses bisnis tersebut memiliki pola distribusi pada 3 aliran utama yang harus
dikelola dengan baik, yaitu aliran produk, aliran finansial dan aliran informasi
(Nurmalina 2014). 1) Aliran produk madu meliputi jumlah produksi, arah pemasaran,
bentuk penjualan produk, perlakuan produk dan proses distribusi, yang mengalir
dimulai dari pemburu/pembudidaya, supplier bahan baku, perusahaan manufaktur,
penjual perantara (intermediaries), lalu berakhir dikonsumen akhir. 2) Aliran uang
(finansial) madu Trigona sp meliputi harga jual, harga beli, biaya produksi, modal,
keuntungan, biaya pengangkutan, biaya distribusi, penentuan harga, Informasi kartu
kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikan dan
pengiriman. Aliran uang mengalir berlawanan arah dari konsumen ke perantara lalu ke
perusahaan manufaktur dan berakhir di supplier. 3) Aliran informasi yang bergerak dua
arah dan terbuka artinya informasi dibutuhkan dari anggota logistik dan informasi
tersebut dapat diakses oleh anggota lain, yang meliputi luas area panen, volume
penjualan, klasifikasi dan mutu penjualan, perkiraan produksi, ramalan permintaan,
transmisi pesanan dan laporan status pesanan.

Pemburu/pembudidaya
(Madu dan Koloni)

Ketua Kelompok Klaster Madu UNRAM

Reseller Lokal dan luar


Konsumen Akhir Lombok Shop Konsumen Akhir
daerah

Gambar 1. Struktur Hubungan Rantai Pasok Jaringan Madu Trigona

12
5. Kondisi eksisting dan yang diharapkan
Kondisi eksisting merupakan kondisi real mengenai budidaya lebah trigona di
Desa Salut Kec. Kayangan Kab. Lombok Utara NTB. Desa Salut merupakan salah satu
desa tertinggal yang belum banyak mendapat perhatian. Di Desa Salut terdapat
kelompok budidaya lebah madu yang bernama Kelompok Harapan Keluarga.
Kelompok ini berdiri pada tahun 2017 dengan jumlah anggota sebanyak 21 orang.
Koloni lebah yang dibudidaya masih swadaya masyarakat setempat dengan jumlah
koloni sebanyak 1200 stup. Produksi madu yang dihasilkan masih rendah dengan
kemasan sederhana. Aktivitas kelompok cukup baik meliputi pertemuan rutin, gotong
royong dan kebersihan lingkungan. Pakan lebah didominasi oleh tanaman akasia,
kelapa dan jambu mete. Program kedepan akan menjadikan lahan usaha sebagai Wisata
Edukasi dan Wisata Agro.
Kondisi yang diharapkan terdapat satu lokasi sebagai sentral budidaya lebah
trigona yang ditata dengan bagus dan rapi. Peletakan kotak lebah berada di bale lebah
agar terhindar dari terik matahari dan hujan secara langsung serta memudahkan dalam
mengontrol koloni lebah. Perbanyakan koloni lebah madu melalui teknologi transfer
koloni. Perbanyakan pakan lebah madu. Peningkatan produksi madu. Penguasaan
teknologi pengolahan dan pengemasan produk lebah madu. Menjadi tempat pelatihan
dan magang kelompok tani dan wirausaha baru. Peningkatan jumlah petani yang
membudidaya lebah madu dengan skala usaha yang lebih besar dan Peningkatan
jumlah pendapatan petani melalui penjualan bibit lebah dan madu.
6. Potensi pasar
Potensi pasar produk lebah Trigona sp (madu, polen dan propolis) dan koloni lebah
sangat besar. Hal ini tergambar dari permintaan terhadap madu Trigona sp dan koloni
lebah ini terus mengalami peningkatan setiap tahun. Potensi pasar yang strategis yang
perlu diambil adalah :
1. Membanjirnya wisatawan yang datang kepulau Lombok
Target sebanyak 4 juta wisatawan yang diharapkan datang berkunjung
setiap tahun untuk menikmati destinasi wisata di pulau Lombok menjadi potensi
pasar yang besar terhadap penjualan produk madu. Sampai saat ini di kota Mataram
tumbuh pesat toko penjualan oleh-oleh khas Lombok berupa madu sebagai buah

13
tangan wisatawan. Tercatat lebih dari 50 toko oleh-oleh yang ada di kota Mataram
menyediakan produk madu sebagai buah cendra mata. Hal ini menjadikan peluang
pasar yang sangat terbuka bagi penjualan produk lebah madu.

2. Meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat


Potensi pasar yang besar ini makin bertambah dengan makin tingginya
pendapatan dan kesadaran masyarakat tentang khasiat madu yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit dan sebagai bahan baku pembuatan kosmetik
serta banyaknya jenis makanan dan minuman yang beredar akhir-akhir ini yang
diberi tambahan madu seperti susu+madu, juice rasa madu sampai dengan
kemungkinan adanya air mineral+madu.
3. Kebutuhan nasional madu dan koloni lebah
Kebutuhan nasional terhadap madu sekitar 25.000 ton per tahun. Kebutuhan
ini masih belum dapat dipenuhi dengan produksi dalam negeri sendiri.Tercatat
produksi total Indonesia hanya sekitar 3000 - 5000 ton/tahun.Ini menunjukkan
masih adanya peluang pasar yang sangat terbuka bagi produk lebah. Hingga saat
ini untuk memenuhi kekurangan madu tersebut Indonesia harus mengimport madu
dari Australia, RRC dan Vietnam.
Strategi pemasaran yang dapat dikembangkan adalah melalui:
▪ Kerjasama dengan dunia usaha baik lokal maupun nasional (swalayan, restoran,
hotel, apotik, toko) dalam pemasaran produk.
▪ Pengembangan promosi dan penjualan produk dengan mengikuti pameran-
pameran produk dan temu usaha.
▪ Pemerintah daerah dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha
dengan berbagai insentif berupa peningkatan pelayanan dari kemudahan izin
berusaha.
▪ Pemerintaah daerah membuat peraturan-peraturan yang mengharuskan
pengusaha didaerahnya untuk meyerap produk lebah madu yang dihasilkan.
▪ Penajaman pogram dan implementasi kegiatan Organisasi Perangkat Daerah
dalam pengembangan produk lebah madu.
Permintaan bibit lebah yang harus terpenuhi setiap tahun berjumlah 50.000 koloni.
Permintaan koloni berasal dari Dinas Kehutanan (Propinsi dan Kabupaten), Bappeda,

14
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Dinas Koperasi dan UKM, Asosiasi
Perlebahan Indonesia, Pengusaha Lebah dan kelompok-kelompok peternak lebah.
Permintaan koloni lebah berasal dari pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, permintaan
ini dapat bertambah menjadi 60.000 koloni bila melayani permintaan dari luar daerah
seperti Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama ini permintaan yang dapat
terpenuhi hanya untuk kebutuhan lokal di pulau lombok saja yaitu sebesar 1000 koloni.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan menghasilkan lebah ratu yang masih terbatas,
karena masih mengambil koloni dari alam dan belum merupakan hasil penangkaran
bibit. Besarnya harga jual satu koloni bibit lebah berkisar Rp 250.000.
Pemasaran bibit lebah dilakukan bekerjasama dengan kelompok peternak lebah dan
instansi pemerintah serta swasta yang bergerak dalam pengembangan usaha
perlebahan. Adapun pihak-pihak yang di ajak bekerjasama dalam pemasaran produk
lebah ratu antara lain (1). Dinas Kehutanan Propinsi NTB dan kabupaten yang ada di
NTB, yang telah memiliki permintaan sebesar 5000 koloni setiap tahun, (2) Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) dengan jumlah permintaan sebanyak 500
koloni per tahun, (3) Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) NTB sebanyak 1000 koloni
(4) Pengusaha lebah dan kelompok-kelompok peternak lebah sebanyak 1000 koloni.
Pola pemasaran dilakukan dengan sistem paket unit usaha yaitu setiap pembelian
bibit lebah akan mendapatkan paket teknologi budidaya lebah berupa bimbingan tehnis
budidaya. Paket teknologi yang dimaksud adalah setiap pembelian 10 bibit lebah ratu
calon peternak akan mendapatkan bimbingan dan pendampingan tehnis budidaya
sampai penanganan pasca panen. Melalui pola pemasaran seperti ini diharapkan
konsumen yang belum mengetahui cara pemeliharaan akan menjadi tertarik untuk
membeli bibit karena akan mendapatkan pembinaan tehnis budidaya secara langsung.
Untuk pemasaran madu dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai stakeholders
seperti PT. Haldin Pacific semesta, Farmasi Fajr Malaysia dan Lombok Shop.
Sedangkan pemasaran lokal kerjasama dengan Dinas`Kehutanan Propinsi dan
Kabupaten yang bersedia menampung produk madu yang dihasilkan kelompok. Selain
itu akan dilakukan kerjasama dengan Pusat Oleh-Oleh khas Lombok yang masih sangat
membutuhkan suplai madu murni mengingat jumlah wisatawan yang berkunjung ke
NTB semakin meningkat dari waktu ke waktu.

15
7. Kelayakan sosial dan bisnis/ekonomi

Tabel 1. Produksi Lebah Trigona sp

No Subyek Produksi 1.000 koloni (Kg/tahun) Harga jual/Kg/koloni


1 Madu 6.000 500.000
2 Pollen 8.400 200.000
3 Propolis 12.000 200.000
4 Bibit Lebah 1.000 250.000

Tabel 2. Biaya Tetap Usaha Lebah Trigona sp

No Subyek Satuan Harga satuan Total


A. Tanah dan Bangunan
1 Harga Tanah 10 are 15.000.000 50.000.000
2 Gudang 1 unit 200.000.000 200.000.000
3 Sumur Bor 1 unit 3.000.000 3.000.000
4 Listrik 1.300 watt 1 unit 2.500.000 2.500.000
Total 355.500.000
B. Pembibitan Lebah
1 Bale lebah 10 unit 2.000.000 20.000.000
2 Koloni Lebah 1000 koloni 100.000 100.000.000
3 Kotak Lebah 1000 unit 50.000 50.000.000
4 Pakan lebah 1 paket 50.000.000 50.000.000
Total 220.000.000
C. Mesin dan Peralatan
1 Mesin sedot madu 50 500.000 25.000.000
2 Mesin cetak propolis 6 2.750.000 16.500.000
3 Gergaji listrik 5 2.500.000 12.500.000
4 Mesin penghalus papan 5 1.000.000 5.000.000
5 Mesin Bor kayu 5 750.000 3.750.000

16
6 Alat siku 10 25.000 250.000
7 Meteran 10 25.000 250.000
8 Palu 10 45.000 450.000
9 Tank 10 45.000 450.000
Total 64.150.000
D. Peralatan kantor
1 Komputer dan printer 1 6.000.000 6.000.000
2 Meja kursi dan rak 1 4.000.000 4.000.000
Total 10.000.000
Total Biaya Tetap 649.650.000
Tabel 3. Biaya Variabel Usaha Lebah Trigona sp

No Subyek Satuan Harga satuan Total


1 Lebel kemasan madu 1000 2.000 2.000.000
2 Kotak kemasan madu 1000 6.000 6.000.000
3 Tas tentengan madu 1000 5.000 5.000.000
4 Kemasan propolis 1000 2.000 2.000.000
5 Papan 3 3.000.000 9.000.000
6 Paku 10 40.000 400.000
7 Leaflet 1000 6.000 6.000.000
8 ATK 1 3.000.000 3.000.000
9 Tenaga kerja 2 2.500.000 5.000.000
10 Maintenance 1 3.000.000 3.000.000
11 Biaya tidak terduga 1 3.000.000 3.000.000
Total 44.400.000
Total 12 bulan 532.800.000

Tabel 4. Biaya Tetap, Variabel dan Total biaya Usaha Lebah Trigona sp

No Komponen Jumlah
1 Biaya Tetap 649.650.000
2 Biaya Variabel 44.400.000

17
3 Total biaya 694.050.000
Tabel 5. Biaya penyusutan

No Komponen Jangka waktu (Tahun) Jumlah (Rp/tahun)


1 Tanah dan Bangunan 30 11.850.000
2 Mesin dan Peralatan 5 12.830.000
3 Peralatan kantor 5 2.000.000
4 Bale lebah 5 4.000.000
5 Kotak Lebah 5 10.000.000
Total 40.680.000

A. Total biaya produksi


= total variable + total penyusutan
= (Rp. 44.400.000 x 12 bulan) + 40.680.000
= Rp. 573.480.000

Tabel 6. Analisis Finansial

Komponen Total Profit Payback BEP volume BEP Harga


Pemasukan Period produksi produksi
(kg/tahun) (Kg/tahun) (Rp)
Madu 3.000.000.000 2.426.520.000 1146,96 95.580
Pollen 1.680.000.000 1.106.520.000 2867,4 68.271
Propolis 2.400.000.000 1.826.520.000 2867,4 47.790
Total 7.080.000.000 6.506.520.000 0,10

18
ANALISIS FINANSIAL

Tahun Investasi Variable Biaya Total cost Benefit (Rp) DF


(Rp) cost (Rp) produksi (Rp) 18%
(Rp) (tahun)
(1) (2) (3) (4) (5) = (2+4) (6) (7)
1 694.050.000 - - 694.050.000 - 0,847
2 532.800.000 0,718
573.480.000 573.480.000 7.080.000.000
3 532.800.000 0,609
573.480.000 573.480.000 7.080.000.000
4 532.800.000 0,516
573.480.000 573.480.000 7.080.000.000
5 532.800.000 0,437
573.480.000 573.480.000 7.080.000.000

Tahun PV Gross cost (Rp) PV Gross PV profit (Rp)


Benefit (Rp)
(1) (8) = (5 x 7) (9) = (6 x 7) (10) = 9-8
Surplus Deficit
1 587.860.350 0 -587.860.350
2 411.758.640 5.083.440.000 4.671.681.360
3 349.249.320 4.311.720.000 3.962.470.680
4 295.915.680 3.653.280.000 3.357.364.320
5 250.610.760 3.093.960.000 2.843.349.240
Total 1.895.394.750 16.142.400.000 14.834.865.600 -587.860.350
Gros BC ratio = 16.142.400.000 / 1.895.394.750 = 8,52 > 1., NPV = 16.142.400.000 -
1.895.394.750 = 14.247.005.250
Net BC ratio = 14.834.865.600/587.860.350 = 25,24., NPV = 14.834.865.600- 587.860.350 =
14.247.005.250

19
Tahun Investasi Profit benefit- DF 18% PV investasi PV operasional
(VC+dept.) (tahun) (Rp) (Rp)
(1) (2) (11) = (6 – 4) (7) (12) = (2 x 7) (13) = (11 x 7)
1 694.050.000 - 0,847 587.860.350 -
2 6.506.520.000 0,718 - 4.671.681.360
3 6.506.520.000 0,609 - 3.962.470.680
4 6.506.520.000 0,516 - 3.357.364.320
5 6.506.520.000 0,437 - 2.843.349.240
Total 587.860.350
Profittabilty ratio = 2.843.349.240/587.860.350= 25,24
NPV= 2.843.349.240-587.860.350= 14.247.005.250

Tahun Net Benefit- i1=27% i1=28%


cost (Rp) DF NPV1 (Rp) DF NPV2 (Rp)
(1) (14) = (6 - 5) (15) (16) = (14 x (17) (18) = (14 x
15) 17)
1 -694.050.000 0,787 -546.217.350 0,781 -542.053.050
2 0,62 4.034.042.400 0,61 3.968.977.200
6.506.520.000
3 0,488 3.175.181.760 0,477 3.103.610.040
6.506.520.000
4 0,384 2.498.503.680 0,373 2.426.931.960
6.506.520.000
5 0,303 1.971.475.560 0,291 1.893.397.320
6.506.520.000
Total 11.132.986.050 10.850.863.470
𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑖2 − 𝑖1)
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2
11.132.986.050
𝐼𝑅𝑅 = 27% + (28% − 27%)
11.132.986.050 − 10.850.863.470

20
11.132.986.050
𝐼𝑅𝑅 = 27% + 1%
282.122.580
𝐼𝑅𝑅 = 27,01%

Hasil Analisis Finansial Usaha Lebah Trigona sp

No Kriteria Hasil
1 Net Benefit Cost Ratio 8,52
2 Break Even Point
• BEP Harga
✓ Madu Rp. 95.580
✓ Pollen Rp. 68.271
✓ Propolis Rp. 47.790
• BEP Volume
✓ Madu 1146,96 kg/tahun
✓ Pollen 2867,4 kg/tahun
✓ Propolis 2867,4 kg/tahun
3 Payback Period (PP) 0.10 tahun
4 Net Present Value Rp. 14.247.005.250
5 Internal Rate of Return 27,01%

Dari hasil analisis kelayakan usaha menunjukkan bahwa usaha lebah madu Trigona
sp layak untuk dilakukan.

C. Profil Teknologi dan Inovasi


Teknologi dan inovasi yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan ini adalah:
1. Pengembangan desain kotak lebah yang dapat memisahkan anakan lebah dengan madu
2. Pemanenan madu menggunakan alat peyedot madu
3. Pengembangan pakan yang berbungan sepanjang tahun
4. Teknik transfer koloni untuk memperbanyak koloni lebah
5. Teknik pemancingan lebah melalui metode lapis propolis
6. Perbanyakan koloni melalui teknik pisah telur

21
7. Pemecahan koloni lebah melalui teknik eduksi
Teknik pisah telur dilakukan dengan memindahkan separuh telur dari sarang induk ke
sarang baru. Langkah pemecahan koloni meliputi 1) Siapkan stup koloni lebah trigona
super indukan (koloni sehat dan sel telur banyak). 2) Siapkan stup kosong yang akan diisi
koloni lebah. 3) Hubungkan secara horizontal/vertical kedua stup hingga berhimpitan
menggunakan pipet/sedotan dimasukkan ke lubang yang telah disiapkan di masing-masing
stup. 4) Pisahkan separuh sel telur dari koloni indukan ke stup baru, terutama telur yang
memiliki ukuran paling kecil (calon ratu). 5) Stup ditutup dan ditempatkan diposisi semula.
Cek perkembangannya sampai telur menetas terbentuk ratu baru (±3-4 bulan), pisahkan
kedua stup yang bergandengan.
Metode pemecahan koloni secara Eduksi yaitu menarik lebah dari koloni induk dengan
cara menempelkan sarang induk dengan tempat baru tepat pada lubang keluar masuk lebah
yang telah dipasang pipet hitam. Langkah pemecahan koloni adalah 1) Siapkan stup koloni
lebah trigona super indukan (koloni sehat dan sel telur banyak). 2) Siapkan stup kosong
yang akan digandengkan. 3) Hubungkan secara horizontal/vertical kedua stup hingga
berhimpitan menggunakan pipet/sedotan berwarna gelap ke pintu masuk lebah. 4) Stup
ditutup dan ditempatkan di posisi semula. Cek perkembangannya, untuk memastikan
terbentuknya koloni baru. Pisahkan stup yang bergandengan setelah terbentuk koloni baru.

D. Potensi Dukungan pemangku kepentingan/stakeholders


1. Perguruan Tinggi
a) Menghasilkan Teknologi dan Desain Produk:
▪ Pengembangan Bibit Lebah Ratu (Erwan dan Yunuartati, 2012);
▪ Model Pengembangan Usaha Inovatif Beternak Lebah Madu secara Terpadu Untuk
Meningkatkan Produk Unggulan Lokal Pulau Lombok (Supeno dan Erwan, 2013);
▪ Riset Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek : Pemanfaatan Teknologi Pakan
Lebah Tanpa Bunga Tanaman (Erwan dan Supeno, 2013);
▪ Pengembangan Tehnik Penyediaan Pakan Lebah (Erwan dan Supeno, 2013)
▪ Pengembangan Wisata Agro Berbasis Usaha Lebah Madu Dalam Mendukung
Pariwisata NTB (Erwan, dkk, 2014);
▪ Pengembangan Kawasan Lebah Madu Lombok Utara Melalui Penciptaan Wisata
Kampung Lebah (Erwan dan Supeno, 2015);

22
▪ Introduksi Pengembangan Teknologi Budidaya Lebah Madu Bagi Kelompok
Masyarakat Pemburu Lebah di Wilayah Hutan Kemasyarakatan Sesaot Lombok
Barat (Supeno dan Erwan, 2016).
b) Mengadakan pelatihan, pengembangan SDM, Bantuan Tehnis.
▪ Pelatihan pemanfaatan pakan lebah tanpa bunga tanaman
▪ Pelatihan pembibitan lebah ratu bagi kelompok ternak unggulan
▪ Pelatihan pembuatan desain kotak lebah
▪ Pelatihan budidaya lebah madu KUB 3G
▪ Pengembangan sistem penyediaan pakan lebah
▪ Teknik pemindahan koloni lebah dari alam ke kotak lebah
▪ Penyediaan teknisi profesional
▪ Bimbingan teknis kepada kelompok tani dalam pengembangan kualitas produk
▪ Pembinaan dalam kontinuitas dan kualitas produk
c) Inkubator Bisnis
▪ Magang kelompok tani Kabupaten Bima dan Sumbawa
▪ Praktek kerja lapang mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi negeri dan swasta
▪ Pengembangan wirausaha muda mandiri dari beberapa wilayah di Kabupaten
Lombok Utara
▪ Pembelajaran bisnis usaha lebah bagi kelompok wanita tani
d) Inisiasi Kemitraan
▪ Kemitraan usaha dengan pelaku usaha diantaranya UD Kharisma Lebah
▪ Kemitraan usaha dengan berbagai intansi terkait seperti perbankan, koperasi, dinas
perdagangan dan BPOM
▪ Kemitraan awal dengan pengusaha propolis dari luar pulau lombok
2. Pemerintah Daerah
▪ Penciptaan iklim usaha yang kondusif
▪ Memberikan kemudahan berusaha dan peningkatan pelayanan
▪ Kebijakan pemerintah daerah dalam pelaksanaan penyerapan produk unggulan
daerah bagi pengusaha yang berlokasi di daerah setempat
▪ Pemerintah daerah lebih memfokuskan program dan kegiatan SKPD terkait dalam
pengembangan produk unggulan daerah

23
▪ Terlibat aktif dalam promosi produk unggulan daerah melalui pameran produk,
festival dan temu usaha
▪ Penyediaan pendanaan sarana dan prasarana bagi pertumbuhan dan perkembangan
produk unggulan daerah
3. Dunia Usaha/Industri
▪ Penyertaan dana-dana riset dalam mengembangkan standar kualitas produk
unggulan daerah
▪ Inisiasi pemanfaatan teknologi hasil riset perguruan tinggi
▪ Penyediaan peralatan sebagai hak pakai
▪ Membuka peluang pasar dan komersialisasi produk
▪ Informasi kebutuhan pasar
▪ Promosi ke berbagai kesempatan dan tempat baik ditingkat lokal, regional dan
nasional
4. Komunitas
▪ Membutuhkan ketersediaan produk secara terus menerus
▪ Membutuhkan standar mutu produk sesuai SNI
▪ Penjaminan keamanan produk tidak mengandung bahan berbahaya
▪ Penjaminan sehat produk untuk dikonsumsi
▪ Keutuhan produk dari berbagai pencampuran dengan jenis lain
▪ Kehalalan produk yang diperdagangkan

E. Komposisi Tim Sumber Daya Manusia


No Nama Instansi Kepakaran
1 Lebah madu
2 Bioteknologi peternakan
3 Pemuliaan ternak lebah
4 Pemberdayaan kelompok
5 Tanaman Pakan lebah
6 • Pembinaan kelompok
• Transfer Koloni lebah
• Desain kotak lebah

24
• Pemecahan koloni

F. Lembaga Pengelola
Nama Lembaga :

Sejarah Singkat Pendirian :

Alamat :

No Telepon :

Susunan Pengurus :

Bidang/Jenis Usaha yang Sudah Berjalan :

Nomor rekening Lembaga

Nomor NPWP Lembaga

Legalitas Badan Hukum Lembaga :

G. Metode Pelaksanaan Kegiatan


No Aktivitas Waktu Strategi
1 Sosialisasi Kegiatan November • Pengenalan program desa berinovasi
• Seleksi petani binaan
2 Pelatihan November • Inovasi teknologi budidaya lebah madu
• Transfer koloni lebah dan pengolahan
produk
3 Pengadaan koloni November • Pengadaan koloni lebah sebanyak 750
dan kotak lebah koloni. Pengadaan koloni lebah berasal
dari luar kabupaten Lombok utara
• Pembuatan 750 kotak lebah
4 Pembuatan bale November • Pembuatan bale lebah (tempat menaruh
lebah koloni lebah). Bale lebah berfungsi
untuk melindungi lebah dari sinar

25
matahari dan hujan secara langsung dan
juga dapat memudahkan dalam
pengontrolan lebah.
5 Pengadaan pakan November • Pakan yang akan ditanam berupa:
lebah palem, kelengkeng, dan belimbing
buah
6 Pengadaan kemasan November Botol kaca untuk madu, label, Leaflet,
produk, plang dan plang sentra budidaya
media promosi
7 Pengadaan alat November Pengadaan 15 unit alat penyedot madu dan
penyedot madu dan Refractometer untuk menguji kualitas
Refractometer madu dengan cepat.
8 Pendampingan November Pendampingan rutin yang akan dilakukan
inovasi & oleh tim ke desa salut.
Desember
9 Sertifikasi Produk November Peroleh Sertifikasi Produk (PIRT, BPOM
(PIRT, BPOM dan & dan Halal)→meminta bantuan pemda.
Halal) Desember
10 Pelaporan Desember Laporan kemajuan, SPJ dan laporan akhir

H. Rencana kerja dan strategi implementasi pengembangan PUD


Rencana kerja jangka pendek:
1. Mengembangkan bibit koloni melalui transfer koloni
2. Penanaman pakan lebah dan penataan lokasi budidaya
3. Pendampingan inovasi teknologi budidaya
4. Perolehan Sertifikasi Produk (PIRT, BPOM dan Halal)
5. Pengadaan alat refraktometer
6. Pembuatan bale lebah
Rencana kerja jangka panjang (5 tahun ke depan):
1. Mengembangkan sistem pemasaran bibit koloni dan produk lebah (madu, polen dan
propolis) melalui kemitraan usaha

26
2. Menambah lokasi pembibitan di kabupaten Lombok Barat
3. Perbanyakn koloni lebah trigona

27
BAB III RENCANA ANGGARAN BIAYA

Judul Proposal : Pengembangan Inovasi Teknologi Budidaya Dan Transfer Koloni Lebah Trigona sp Di Desa Salut
Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara NTB
Lembaga Pengusul :
Anggaran : Rp. 250.000.000,-

PROGRAM / KEGIATAN / OUTPUT / SUBOUTPUT / PERHITUNGAN TAHUN 2020


KODE Prosentase
KOMPENEN / SUBKOMP / AKUN / DETIL Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
250.000.000 100
1 Honor dan Upah 11.000.000 4,40
• 1 org x 2 bln 2 OB 1.000.000 2.000.000
• 1 org x 2 bln 2 OB 900.000 1.800.000
• 1 org x 2 bln 2 OB 900.000 1.800.000
• 1 org x 2 bln 2 OB 900.000 1.800.000
• 1 org x 2 bln 2 OB 900.000 1.800.000
• 1 org x 2 bln 2 OB 900.000 1.800.000

2 Belanja Bahan 182.400.000 72,96


• Koloni lebah madu 750 unit x 1 kl 750 unit 100.000 75.000.000
• Kotak lebah 750 unit x 1 kl 750 unit 55.000 41.250.000
• Bale lebah 5 unit x 1 kl 5 unit 2.000.000 10.000.000
• Palem 50 unit x 1 kl 50 unit 100.000 5.000.000
• Kelengkeng 50 unit x 1 kl 50 unit 150.000 7.500.000
• belimbing buah 50 unit x 1 kl 50 unit 50.000 2.500.000
• Pembuatan plang 1 unit x 1 kl 1 unit 2.500.000 2.500.000
• Leaflet 500 unit x 1 kl 500 unit 6.000 3.000.000
• Kemasan madu 500 unit x 1 kl 500 unit 10.000 5.000.000
• Botol kemasan madu Kaca 500 unit x 1 kl 500 unit 15.000 7.500.000
• Sertifikasi Produk 1 pkt x 1 kl 1 paket 10.000.000 10.000.000
• Konsumsi 25 org x 3 kl 75 OK 75.000 5.625.000
• Laporan kemajuan 10 pkt x 1 kl 10 paket 150.000 1.500.000
• Laporan akhir 10 pkt x 1 kl 10 paket 150.000 1.500.000

28
• Laporan spj 6 pkt x 1 kl 6 paket 350.000 2.100.000
• ATK 1 pkt x 1 kl 1 paket 1.725.000 1.725.000
• Dokumentasi 1 pkt x 1 kl 1 paket 700.000 700.000

3 Belanja jasa Profesi 7.600.000 3,04


• Narasumber Pusat 2 org x 2 jam x 1 kl 4 OJ 1.000.000 4.000.000
• Narasumber Daerah 2 org x 2 jam x 1 kl 4 OJ 900.000 3.600.000

4 Peralatan dan mesin 17.000.000 6,80


• Honey Refractometer 10 unit x 1 kl 10 unit 800.000 8.000.000
• Alat penyedot madu 15 unit x 1 kl 15 unit 600.000 9.000.000

5 Belanja perjalanan biasa 29.000.000 11,60


• Perjalanan Mataram-Jakarta 2 org x 1 kl 2 OK 6.400.000 12.800.000
• Mataram-lombok utara 4 org x 6 kl 24 OK 400.000 9.600.000
• Pembinaan lokal 4 org x 4 kl 16 OK 100.000 1.600.000
• Transport Peserta Pelatihan 25 org x 2 kl 50 OK 100.000 5.000.000

6 • Belanja Lain-lain 3.000.000 1,20


• Sosialisasi Kegiatan 1 paket 1.000.000 1.000.000
• Pelatihan 2 paket 1.000.000 2.000.000

7 Pajak
• Pajak PPN 25.000.000
• Pajak PPH 23 5.000.000

29
BAB IV PENUTUP

Besar harapan kami semoga proposal yang kami ajukan berupa “Pengembangan Inovasi
Teknologi Budidaya Dan Transfer Koloni Lebah Trigona sp Di Desa Salut Kecamatan Kayangan
Kabupaten Lombok Utara NTB” dapat diterima dan didanai bagi peningkatan pemerataan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dengan prioritas pengembangan produk unggulan
daerah Kabupaten Lombok Utara.

30
Lampiran
1. Menyampaikan pernyataan dukungan dari instansi terkait atau surat pemberitahuan kepada
instansi terkait lembaga triple helix lainya antara lain Perguruan Tinggi dan instansi terkait
di Pemerintah Daerah provinsi/ kabupaten/kota;

31

Anda mungkin juga menyukai