Anda di halaman 1dari 8

BUKU PANDUAN KERJA

KETERAMPILAN KLINIK
SAFETY IN ACUPUNCTURE

Penyusun
Prof. Dr. dr. Suryani As’ad, M. Sc, Sp.GK (K)
dr. A. Yasmin Syauki, M.Sc, Sp.GK
dr. Aswadi Ibrahim, Sp.Ak

Diberikan pada Mahasiswa Semester V

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2018
TATA TERTIB SKILL LABORATORIUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Mahasiswa yang melakukan praktek di Skill laboratorium FK UNHAS harus mematuhi tata tertib
laboratorium, seperti di bawah ini :
Sebelum pelatihan, mahasiswa diharuskan :
Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang bersangkutan dan
bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.
Pada saat pelatihan, setiap mahasiswa :
1. Datang 10 menit sebelum CSL dimulai.
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah ditentukan.
3. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan layaknya seorang
dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian ketat, berbahan jeans, baju kaos
(dengan/tanpa kerah), dan sandal
4. Mahasiswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapi.
5. Mahasiswi diwajibkan memakai rok selutut dan tidak ketat bagi yang tidak memakai jilbab
sedangkan yang memakai jilbab menggunakan pakaian dan jilbab sesuai dengan sopan santun
6. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
7. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan CSL.
Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas
laboratorium.
8. Diharuskan memakai papan nama dengan tulisan besar dan jelas yang disertai dengan no.
pokok mahasiswa. Nama bisa dengan nama pendek atau nama panggilan.
9. Tidak diperkenankan meletakkan di atas meja kertas, tas, buku dan lain-lain barang yang tidak
dibutuhkan dalam kegiatan latihan yang dilakukan.
10.Tidak diperkenankan merokok di lingkungan FK UNHAS.
11.Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan laboratoriu,utamanya meja kerja. Buanglah
sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan sebagainya) pada
tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah medis), misalnya kapas lidi
yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang mengandung bahan
desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah tajam dimasukan pada tempat sampah tajam.
12.Mahasiswa yang tidak hadir di kegiatan akademik karena sakit wajib memberitahu bagian
pendidikan saat itu dan selanjutnya membawa lampiran keterangan bukti diagnosis dari dokter
(diterima paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit).
13.Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan/praktikum, termasuk kuis.
14. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia.
15.Bekerja dengan hati-hati, karena semua kerusakan yang terjadi karena ulah manusia,
resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan. Misalnya, model yang rusak harus
diganti melalui fakultas kedokteran UNHAS, yang dibiayai oleh mahasiswa yagn merusak.
Dana pengganti sama dengan harga pembelian barang pengganti.
16.Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat dan
bahan yang ada pada ruang CSL.
17.Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapihkan kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.
KETERAMPILAN SAFETY IN ACUPUNCTURE

Pendahuluan
Pedoman keamanan ini dimaksudkan untuk digunakan di rumah sakit, klinik dan oleh
dokter/praktisi akupunktur dan untuk memberikan standar keamanan dalam praktik
akupunktur. Tujuannya adalah untuk meminimalkan risiko infeksi dan kecelakaan,
mengingatkan tentang kontraindikasi dan memberi panduan jika terjadi komplikasi.

Di tangan praktisi yang kompeten, akupunktur umumnya merupakan prosedur yang aman
dengan kontraindikasi atau komplikasi yang minimal. Bentuk akupunktur yang paling umum
berupa penusukan jarum pada kulit, tindakan ini mirip dengan injeksi subkutan atau
intramuskular. Namun, selalu ada potensi risiko, betapapun kecilnya berupa penularan infeksi
dari satu pasien ke yang lain (misalnya HIV atau hepatitis). Oleh karena itu, keamanan dalam
akupunktur membutuhkan kewaspadaan dalam menjaga standar kebersihan, sterilisasi dan
teknik aseptik.

Selain itu, risiko lain yang mungkin timbul termasuk: efek samping, jarum patah, reaksi yang
tidak diharapkan, nyeri atau ketidaknyamanan dan cedera pada organ-organ dalam. Risiko
lain akibat pelatihan yang tidak memadai termasuk pemilihan pasien yang tidak tepat,
kesalahan teknik dan kegagalan dalam mengenali kontraindikasi dan komplikasi akupunktur
atau kesalahan dalam penanganan jika terjadi keadaan darurat.

Tujuan Instruksional Umum


Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan standar keamanan dalam
praktik akupunktur sesuai panduan dari WHO.

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mampu menjelaskan manfaat dari safety in acupuncture.
2. Mampu melakukan tindakan pencegahan penularan infeksi dalam praktik akupunktur.
3. Mampu menjelaskan kontraindikasi dari tindakan akupunktur.
4. Mampu menjelaskan kecelakaan, efek samping dan reaksi yang tidak diharapkan dari
tindakan akupunktur.
5. Mampu melakukan pengelolaan yang benar ketika terjadi kecelakaan, efek samping dan
reaksi yang tidak diharapkan dari tindakan akupunktur.

Media dan Alat Bantu Pembelajaran


1. Daftar panduan belajar safety in acupuncture.
2. Jarum akupunktur ukuran 15x0,20 mm dan 25x0,25 mm, alkohol swab, bola kapas,
disposable box, handscoon non-steril, pinset, handrub, sabun cuci tangan dan nierbeken
3. Status pasien, pulpen, pensil.
Metode Pembelajaran
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar.
2. Ceramah.
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)

Deskripsi Kegiatan
Kegiatan Waktu Deskripsi

1. Pengantar 10 menit Memberikan pengantar dan menjelaskan isi panduan

2.Melakukan 15 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa.


2. Instruktur melakukan demonstrasi metode pencegahan
demonstrasi
infeksi dalam praktik akupunktur.
3. Kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi pengelolaan
pada kasus kecelakaan, efek samping dan reaksi yang
tidak diharapkan dari tindakan akupunktur.
4. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bertanya berkaitan dengan tata cara persiapan pasien.
3. Praktek bermain 20 menit 1. Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai
dengan ketentuan.
peran dan umpan
2. Setiap mahasiswa praktek metode pencegahan infeksi
balik dalam praktik akupunktur.
3. Setiap mahasiswa melakukan pengelolaan pada
kecelakaan, efek samping dan reaksi yang tidak
diharapkan dari tindakan akupunktur.
4. Instruktur mengawasi proses simulasi.
5. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih satu kali.
4. Curah pendapat / 5 menit 1. Curah pendapat/diskusi dengan menanyakan apakah
ada kesulitan dalam melakukan pengelolaan keamanan
diskusi
dalam praktik akupunktur, apakah ada yang belum
dimengerti dalam keterampilan ini dan lain-lain.
2. Instruktur menyimpulkan dengan menjawab pertanyaan
terakhir dan memperjelas hal-hal yang masih belum
dimengerti.
Total waktu 50 menit
PENUNTUN BELAJAR SAFETY IN ACUPUNCTURE
PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KLINIK SAFETY IN ACUPUNCTURE
No Langkah/kegiatan Kasus
PERTANYAAN KEAMANAN
1. Sebelum memulai tindakan akupunktur, beberapa
pertanyaan yang perlu ditanyakan ke pasien:
1. Apakah pasien pernah akupunktur sebelumnya?
2. Apakah pasien pernah pingsan?
3. Apakah pasien menderita kanker?
4. Apakah pasien sedang hamil?
5. Apakah pasien menderita diabetes?
6. Apakah pasien menderita gangguan perdarahan
atau gangguan pembekuan darah?
7. Apakah pasien sedang menjalani terapi
antikoagulan atau sedang mengkonsumsi obat
dengan efek antikoagulan?
8. Apakah ada riwayat kejang?
9. Apakah pasien ada riwayat alergi?
10. Apakah pasien takut jarum?
11. Apakah pasien sudah makan 2 jam sebelumnya?
METODE PENCEGAHAN INFEKSI
2. Memastikan ruang perawatan bebas dari kotoran, debu,
memiliki area kerja khusus serta tersedia cahaya dan
ventilasi yang cukup.
3. Dokter mencuci tangan sebelum melakukan akupunktur
(dengan sabun/handrub).
4. Pastikan tempat penusukan bebas dari luka atau infeksi.
5. Tempat yang akan dilakukan akupunktur harus diseka
dengan alkohol 70% dan alkohol dibiarkan kering.
6. Jari tidak boleh menyentuh badan jarum. Jika jarumnya
panjang, badan jarum dipegang dengan bola kapas steril.
7. Saat mencabut jarum, sebaiknya memakai handscoon dan
menggunakan bola kapas steril untuk menekan kulit.
KONTRAINDIKASI
8. Kehamilan
a. Tidak boleh pada wanita hamil
b. Kecuali untuk tujuan tertentu. Misal, mual-muntah
pada kehamilan atau menginduksi persalinan
c. Tidak boleh pada titik LI4, SP6, BL60, BL67 dan
titik di abdomen bawah dan punggung bawah
9. Kegawadaruratan dan kasus pembedahan
a. Kontraindikasi pada keadaan gawat darurat
b. Tidak boleh menggantikan intervensi bedah
10. Tumor ganas
a. Tidak boleh untuk mengobati tumor ganas
b. Dapat digunakan untuk:
 Pengobatan komplementer bersama dengan
pengobatan lain
 Menghilangkan nyeri atau gejala lainnya
 Mengurangi efek samping kemoterapi dan
radioterapi
 Meningkatkan kualitas hidup pasien
11. Gangguan perdarahan
a. Kontraindikasi pada gangguan perdarahan
12. Diabetes
a. Kontraindikasi jika gula darah tidak stabil atau
tidak teratur minum obat
b. Hati-hati pada daerah perifer dan hindari daerah
dengan neuropati
13. Kontraindikasi lokal
a. Periksa area penusukan sebelum melakukan
akupunktur
b. Tidak boleh pada area:
 Infeksi
 Pembengkakan
 Tumor
 Pengangkatan kelenjar getah bening
 Tulang belakang ada metastasis atau tidak
stabil
KECELAKAAN, EFEK SAMPING DAN REAKSI YANG
TIDAK DIHARAPKAN
14. Nyeri di tempat penusukan
a. Nyeri terjadi karena: teknik kurang baik, jarum
tumpul, ujung jarum bengkok, jarum terlalu tebal,
jarum mengenai pembuluh darah atau pasien yang
sangat sensitif.
b. Nyeri dapat diatasi dengan menekan area yang
nyeri atau dengan moksa
15. Perdarahan dan Hematom
a. Akibat penusukan yang mengenai pembuluh darah
b. Perdarahan dihentikan dengan penekanan
menggunakan bola kapas
c. Hematom bisa dikompres dengan air es
16. Reaksi alergi
a. Karena alergi dengan bahan pembuatan jarum
b. Bisa diberikan obat anti-alergi golongan
penghambat reseptor H2 atau kortikosteroid.
17. Perburukan gejala
a. Akibat penusukan yang sangat agresif dan stimulasi
yang berlebihan
b. Perlu penjelasan yang baik ke pasien
18 Mengantuk dan Pusing
a. Biasanya karena belum makan 2 jam sebelumnya
b. Pasien yang baru pertama kali akupunktur atau
akibat stimulasi yang sangat kuat.
19. Pingsan
a. Gejalanya berupa: perasaan tidak enak badan,
pusing, rasa berputar, rasa lemah, rasa tertekan di
dada, palpitasi, mual, muntah, kulit pucat, denyut
nadi lemah.
b. Dalam kasus yang berat: ekstremitas teraba dingin,
keringat dingin, penurunan tekanan darah dan
kehilangan kesadaran.
c. Gejala ini sering disebabkan karena: pasien gugup,
lapar, kelelahan, kelemahan ekstrim, posisi yang
tidak sesuai atau manipulasi yang terlalu kuat.
d. Jika muncul gejala pingsan: segera cabut jarum,
longgarkan pakaian pasien, baringkan pasien
dengan elevasi tungkai 30 derajat dan tekan di titik
GV26 untuk mempercepat pemulihan pasien.
20. Kejang
a. Jika terjadi kejang, segera cabut semua jarum dan
berikan pertolongan pertama.
b. Jika kondisinya tidak stabil rujuk ke Instalasi
Gawat Darurat.
21. Jarum macet
a. Sulit memutar atau mencabut jarum.
b. Hal ini disebabkan: spasme otot, rotasi jarum
dengan amplitudo terlalu besar, rotasi jarum yang
hanya satu arah atau karena gerakan pasien.
c. Yang dapat dilakukan:
 Pasien diminta rileks
 Jarum diputar ke arah yang berlawanan
 Jarum dibiarkan di tempat tersebut sementara
waktu
 Menusukkan jarum lain di dekatnya untuk
mengalihkan perhatian pasien
 Mengembalikan pasien ke posisi sebelumnya
22. Jarum patah
a. Cek bagian antara badan dan pegangan jarum
b. Jangan memasukkan seluruh badan jarum
c. Dapat disebabkan karena:
 Jarum berkualitas buruk
 Adanya erosi antara badan dan pegangan
jarum
 Spasme otot yang kuat
 Gerakan pasien yang tiba-tiba
 Cara pencabutan jarum macet/jarum bengkok
yang salah
 Penggunaan arus listrik yang berkepanjangan
d. Yang dapat dilakukan:
 Jika jarum patah, pasien diberitahu tetap
tenang dan tidak bergerak
 Kembalikan pasien ke posisi semula
 Keluarkan sisa jarum dengan pinset
 Jika gagal mengeluarkan sisa jarum, rujuk ke
dokter bedah
23. Infeksi
a. Kelalaian dalam menggunakan teknik aseptik yang
baik dan penggunaan alat yang tidak steril
b. Dapat dicegah dengan cara:
 Mencuci tangan sebelum tindakan
 Daerah penusukan dibersihkan menggunakan
kapas alkohol 70%
 Menggunakan jarum sekali pakai
24. Stroke hemoragik baru
a. Tidak boleh pada stroke hemoragik akut
b. Pastikan pasien stabil dan perdarahan telah berhenti
25. Cedera pada organ-organ dalam
a. Area tertentu yang tidak boleh diakupunktur:
 Area fontanela bayi
 Genitalia eksternal
 Papila mammae
 Umbilikus
 Bola mata
b. Hati-hati pada titik di dada, punggung, perut dan
area servikal atas
c. Sebaiknya penusukan secara miring atau horizontal
d. Perhatikan arah dan kedalaman penusukan

Anda mungkin juga menyukai