(OKI)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Dr, Ajid Thohir, M.Ag., Widiati Isana, M.Ag.
Oleh:
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan ........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjamurnya berbagai polemik di dunia terutama di bumi bagian
timur serta adanya unsur keagamaan yang menjadi asal mula dari konflik
tersebut, memberikan keterikatan tersendiri bagi para pemeluk agama
Islam di suatu negara untuk bergabung bersama dengan negara-negara
Islam lainnya, untuk membentuk suatu organisasi keislaman. Tujuan
utama dari organisasi ini yaitu membentuk persatuan negara-negara islam,
kerjasama di bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Dikutip dari Wikipedia (2016), menjelaskan bahwa Organisasi
Kerja Sama Islam (dahulu Organisasi Konferensi Islam) (OKI) bahasa
Arab: )اإلسالمي التعاون منظمةadalah sebuah organisasi internasional dengan
57 negara anggota yang memiliki seorang perwakilan tetap di Perserikatan
Bangsa-Bangsa. OKI didirikan di Rabat, Maroko pada 12 Rajab 1389 H
(25 September 1969) dalam Pertemuan Pertama para Pemimpin Dunia
Islam yang diselenggarakan sebagai reaksi terhadap terjadinya peristiwa
pembakaran Masjid Al Aqsa pada 21 Agustus 1969 oleh pengikut fanatik
Kristen dan Yahudi di Yerusalem. OKI mengubah namanya dari
sebelumnya Organisasi Konferensi Islam pada 28 Juni 2011.
Penjelasan lebih lanjut terkait OKI dari sejarah sampai peranannya
insyaallah akan menjadi pembahasan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat
dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Seperti apa sejarah, latar belakang, tujuan dan prinsip OKI?
2. Bagaimana peran Indonesia didalam OKI?
3. Seperti apa konflik Palestina dan peran strategis OKI?
1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penyusunan makalah ini
adalah untuk:
1. Mengetahui seperti apa sejarah, latar belakang, tujuan dan prinsip
OKI
2. Mengetahui peran Indonesia didalam OKI
3. Mengetahui seperti apa konflik Palestina dan peran strategis OKI
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Atas prakarsa Raja Faisal dari Arab Saudi dan Raja Hassan II dari
Maroko, dengan Panitia Persiapan yang terdiri dari Iran, Malaysia, Niger,
Pakistan, Somalia, Arab Saudi dan Maroko, terselenggara Konperensi
Tingkat Tinggi (KTT) Islam yang pertama pada tanggal 22-25 September
1969 di Rabat, Maroko. Konferensi ini merupakan titik awal bagi
pembentukan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Secara umum latar belakang terbentuknya OKI sebagai berikut:
Tahun 1964: Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di
Mogadishu timbul suatu ide untuk menghimpun kekuatan Islam dalam
suatu wadah internasional.
Tahun 1965: Diselenggarakan Sidang Liga Arab sedunia di Jeddah
Saudi Arabia yang mencetuskan ide untuk menjadikan umat Islam
sebagai suatu kekuatan yang menonjol dan untuk menggalang
solidaritas Islamiyah dalam usaha melindungi umat Islam dari
zionisme khususnya.
Tahun 1967: Pecah Perang Timur Tengah melawan Israel. Oleh
karenanya solidaritas Islam di negara-negara Timur Tengah
meningkat.
Tahun 1968: Raja Faisal dari Saudi Arabia mengadakan kunjungan ke
beberapa negara Islam dalam rangka penjajagan lebih lanjut untuk
membentuk suatu Organisasi Islam Internasional.
Tahun 1969: Tanggal 21 Agustus 1969 Israel merusak Mesjid Al
Agsha. Peristiwa tersebut menyebabkan memuncaknya kemarahan
umat Islam terhadap Zionis Israel.
Seperti telah disebutkan diatas, Tanggal 22-25 September 1969
diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara
Islam di Rabat, Maroko untuk membicarakan pembebasan kota
Jerusalem dan Mesjid Al Aqsa dari cengkeraman Israel. Dari KTT
inilah OKI berdiri.
5
b. Tujuan OKI
Secara umum tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk
mengumpulkan bersama sumber daya dunia Islam dalam mempromosikan
kepentingan mereka dan mengkonsolidasikan segenap upaya negara
tersebut untuk berbicara dalam satu bahasa yang sama guna memajukan
perdamaian dan keamanan dunia muslim. Secara khusus, OKI bertujuan
pula untuk memperkokoh solidaritas Islam diantara negara anggotanya,
memperkuat kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan
iptek.
Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) III OKI bulan February
1972, telah diadopsi piagam organisasi yang berisi tujuan OKI secara lebih
lengkap, yaitu:
I. Memperkuat/memperkokoh:
1. Solidaritas diantara negara anggota;
2. Kerjasama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan
iptek.
3. Perjuangan umat muslim untuk melindungi kehormatan
kemerdekaan dan hak-haknya.
II. Aksi bersama untuk:
1. melindungi tempat-tempat suci umat Islam;
2. memberi semangat dan dukungan kepada rakyat Palestina
dalam memperjuangkan haknya dan kebebasan mendiami
daerahnya.
III. Bekerjasama untuk:
1. menentang diskriminasi rasial dan segala bentuk penjajahan;
2. menciptakan suasana yang menguntungkan dan saling
pengertian diantara negara anggota dan negara-negara lain.
c. Prinsip OKI
Untuk mencapai tujuan diatas, negara-negara anggota menetapkan 5
prinsip, yaitu:
6
d. Pernanan OKI
telah turut sejak awal dan juga salah satu negara pertama dan yang turut
berkecimpung dalam kegiatan OKI. Kedudukan Indonesia disebut sebagai
"partisipan aktif". Status, hak dan kewajiban Indonesia sama seperti
negara-negara anggota lainnya.
Sebagai negara yang berfalsafah Pancasila dan sebagai negara yang
sebagian besar penduduknya beragama Islam, maka Indonesia patut
menyambut positif setiap usaha untuk meningkatkan derajat, status sosial
dan kesejahteraan serta kemakmuran umat Islam seperti yang menjadi
tujuan Konferensi, terutama dalam hal-hal yang bermanfaat bagi usaha-
usaha pembangunan dalam segala bidang yang merupakan program utama
Pemerintah Indonesia.
Selain untuk memperoleh manfaat langsung bagi kepentingan
nasional Indonesia, keikutsertaan Indonesia diharapkan dapat menggalang
dukungan bagi kepentingan Indonesia di forum-forum internasional
lainnya, baik yang menyangkut bidang politik maupun bidang ekonomi
dan sosial budaya.
Tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip yang tertera dalam Piagam OKI
menunjukkan semangat yang sejalan dengan prinsip Bandung dan Non
Blok, khususnya dalam rangka pengembangan solidaritas dan tekad
menghapuskan segala bentuk kolonialisme serta sikap tidak campur tangan
di dalam urusan dalam negeri masing-masing negara anggota.
Peranan Indonesia selama ini dinilai oleh negara-negara anggota
lainnya sangat positif dan konstruktif. Hal ini tidak berlebihan jika dilihat
bahwa banyak pertentangan kepentingan antara kelompok-kelompok
"progresif revolusioner" dengan kelompok "konservatif/moderat" dapat
dijembatani oleh Indonesia. Hal ini dimungkinkan antara lain oleh sikap
tidak memihak RI terhadap sengketa regional Arab.
Sebagai peserta, Indonesia telah berperan secara aktif dalam OKI,
baik dalam kegiatannya maupun dengan sumbangan yang diberikan
kepada organisasi ini dalam rangka meningkatkan kesetiakawanan
diantara anggota OKI, disamping untuk membina kerjasama di bidang
9
Pada KTT III tahun 1972 di Jeddah, Saudi Arabia, Indonesia secara
resmi menjadi anggota OKI dan turut menandatangani piagam OKI.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Indonesia termasuk salah satu
negara anggota OKI pemula. Bahkan didalam pertemuan-pertemuan
resmi, Indonesia dianggap telah menjadi anggota OKI sejak tahun 1969.
1
Lih. Halaman 4 Kolom Wacana Koran Radar Cirebon Senin 7 Maret 2016 dengan Judul: Konflik
Palestina dan Peran Strategis OKI (Catatan untuk KTT Luar Biasa OKI).
11
Peran Srategis
PENUTUP
A. Simpulan
Kerjasama antara Negara-negara OKI yang selama ini telah terjalin
perlu lebih dipererat. Hal ini perlu ditegaskan mengingat persepsi sebagian
kalangan barat yang mengidentikkan citra islam dengan kekerasan dan
terorisme. Persepsi tersebut harus dihilangkan. Oleh sebab itu berbagai
kalangan berharap agar diantara sesama Negara anggota OKI terdapat
solidaritas yang tinggi dalam menyikapi berbagai permasalahan yang
terjadi dan menimpa Negara-negara OKI khususnya dunia Islam.
Dalam bidang ekonomi dan perdagangan telah ditandatangani
Agreement on Trade Preferential System of the Organization of the
Islamic Conferences (TPS-OIC). Meskipin termasuk Negara yang pertama
kali menandatangani Agreement tersebut, tetapi sampai saat ini Indonesia
belum meratifikasi TPS-OIC dimaksud. Pada Putaran Pertama
Perundingan TPS-OIC yang diselenggarakan pada bulan April 2004 di
Turki, Indonesia hanya sebagai peninjau dan diharapkan segera dapat
meratifikasi agreement TPS-OIC. Untuk itu Indonesia perlu secara serius
mempertimbangkan kemungkinan ratifikasi perjanjian tersebut dalam
waktu dekat.
Perdagangan Indonesia dengan Negara-negara OKI sampai dengan
tahun 2003 masih relative kecil padahal OKI merupakan salah satu pasar
potensial untuk produk-produk Indonesia. Berbagai usaha perlu
dilaksanakan dalam rangka mempromosikan produk Indonesia di Negara-
negara OKI diantaranya dengan mengadakan pameran sebagai tindak
lanjut pameran di Sharjah dan Libya. Disamping itu upaya-upaya
peningkatan perdagangan perlu dilaksanakan secara optimal melalui fora
multilateral
14
DAFTAR PUSTAKA
Kadir, Syamsudin. 2016. “Konflik Palestina dan Peran Strategis OKI (Catatan
untuk KTT Luar Biasa OKI)”. Rada Cirebon, 7 Maret 2016.