Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan zaman, peran sungai mulai bergeser. Manusia
mulai menemukan teknologi yang mampu memberikan kemudahan bagi
mereka untuk mendapatkan air. Pada akhirnya, manusia tidak lagi
bergantung pada sungai untuk memenuhi kebutuhan akan air sebagai
sumber kehidupan.
Manusia mulai menemukan sumur sehingga bisa mencukupi
kebutuhan akan air dan tidak lagi menggunakan air dari sungai untuk
kebutuhan mereka. Itulah mengapa manusia mulai bergeser menjauh dari
sungai dalam memilih tempat tinggalnya. Manusia pun mulai
memperlakukan sungai tanpa disertai adanya penghargaan akan peran
sungai. Sungai hanya menjadi sebuah lintasan air yang tidak perlu
diperlakukan dengan istimewa serta dengan langkah khusus.
Pada saat ini sungai hanya digunakan sebagai tempat aliran air dan
beberapa kebutuhan sampingan lainnnya. Pada kawasan pertanian, aliran
air dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian. Selain itu, sungai
dimanfaatkan untuk memelihara ikan dan tempat budidaya ikan, baik
dengan menggunakan sistem karamba atau juga dengan membuat kolam
di samping aliran sungai tersebut.
Padahal sungai merupakan kekayaan alam yg cukup besar manfaatnya. Sungai
memberikan manfaat yang dapat dikelola dengan baik. Bukan hanya sebagai penyedia air
saja, namun masih banyak manfaat lain dari sungai.
Pemanfaatan fungsi sungai sampai saat ini masih dirasa kurang maksimal. Dengan
melakukan suatu optimalisasi fungsi sungai dengan berbekal inovasi dapat mendukung
program pemerintah yaitu Sustainable Development Goal’s 2030, yang memiliki tujuan
menghapus kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, energi bersih dan terjangkau, serta
infrastruktur yang memadai.
Salah satu sungai di Indonesia yang memiliki p//000000otensi sangat besar namun
pemanfaatannya masih sangat kurang, yaitu Sungai Jeneberang yang terletak di Provinsi
Sulawesi Selatan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan antara lain :
1. Bagaimana mengelolah sungai yang baik dan berkelanjutan?
2. Bagaimana menciptakan inovasi fungsi sungai dalam rangka meningkatkan
perekonomian, inftastruktur, serta energi bersih dan terbarukan.
3. Bagaimana pengaplikasian multifungsi sungai di Sungai Jeneberang?
1.3. Tujuan Karya
Tujuan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengelolaan sungai yang baik dan berkelanjutan.
2. Dapat menciptakan inovasi fungsi sungai dalam rangka meningkatkan perekonomian,
inftastruktur, serta energi bersih dan terbarukan.
3. Dapat mengetahui pengaplikasian multifungsi sungai di Sungai Jeneberang.
1.4. Manfaat Karya
Manfaat dari karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
2. Dapat memperoleh akses transportasi yang mudah
3. Dapat menghasilkan energi bersih dan terbarukan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manfaat Sungai
Sungai memiliki manfaat yang sangat besar. Namun masih jarang untuk
dioptimalisasikan. Beberapa manfaat sungai yang dapat dioptimalkan, antara lain :
1. Sebagai Sumber Penghidupan
Sungai memiliki manfaat, salah satunya dapat dimanfaatkan untuk
penangkaran/budidaya ikan. Selain dijual, hasilnya pun bisa sebagai lauk tambahan.
Sungai juga dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air. Sekarang pun
masih sering kita jumpai di pelosok-pelosok desa yang masih belum ada pasokan
listrik.
2. Sarana Transportasi
Sungai-sungai besar masih banyak yang digunakan sebagai sarana transportasi
layakna jalan pintas, atau karena belum adanya jembatan layang yang
menghubungkan daerah satu ke daerah satunya.
3. Tempat Pariwisata
Banyak sungai-sungai khususnya di Indonesia dijadikan tempat wisata yang
cukup menarik, seperti waduk, air terjun, danau, dan masih banyak lagii.
4. Sarana Olahraga
Banyak sungai yang kita jumpai di Indonesia sebagai salah satu objek untuk
berolahraga. Contohnya yang umum sekarang semisal arung jeram, memanfaatkan
derasnya aliran sungai.
2.2. Pengelolaan Sungai yang Berkelanjutan
Pengelolaan lingkungan mempunyai ruang lingkup yang luas dengan cara yang
bervariasi pula. UU No. 23 tahun 1997 Bab 1 Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa
pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup meliputi kebijaksanaan penataan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup (Soemarwoto, 2001).
Menunjukkan ada 4 tipe dalam pengelolaan lingkungan, yaitu :
1. Pengelolaan lingkungan secara rutin
2. Perencanaan dini pengelolaan suatu daerah yang menjadi dasar dan tuntunan bagi
perencanaan pembangunan
3. Perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan
yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang sedang
direncanakan
4. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang
mengalami kerusakan, baik proses alam maupun tindakan manusia.
Pengelolaan sungai sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan memiliki tantangan
yang sangat mendasar yaitu bagaimana mengelola sumberdaya sungai dan daya dukung
lingkungan bagi manusia secara optimal dan berkelanjutan. Sumberdaya alam dan daya
dukung lingkungan dari kawasan sungai harus dikembangkan sedemikian sehingga
menguntungkan secara sosial-ekonomi dan ramah lingkungan. Pengembangan tersebut harus
memperhatikan adanya berbagai konflik kepentingan yang mungkin terjadi antar beberapa
pihak dengan masyarakat tradisional.
Pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan memiliki dimensi ekologi, ekonomi, dan
sosial (Zulkifli,2003 dalam Widodo et al,2009). Dimensi ekologi lebih menekankan pada
pentingnya upaya-upaya untuk mencegah terganggunya fungsi dasar ekosistem sungai
sehingga tidak akan mengurangi fungsi layanan ekologi. Dimensi ekonomi menekankan
bahwa pertumbuhan dan efisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya alam harus diupayakan
secara terus menerus. Dimensi sosial mencakup isu-isu yang berkaitan dengan distribusi
kekayaan/pemerataan secara adil serta penghapusan kemiskinan.
Upaya pengelolaan sungai perlu menggali, mengkaji dan memahami sebagai suatu
potensi sekaligus hambatan dalam pemanfaatannya oleh masyarakat setempat. Pelestarian,
pemanfaatan, dan pengembangan potensi tersebut harus berpijak pada dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang berdasarkan atas
perkembangan kebudayaan manusia masa lalu, kini, dan masa mendatang. Tanpa
mendasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi, usaha pengembangan pelestarian dan
pemanfaatan sungai cenderung ditentukan oleh pertimbangan sesaar untuk memenuhi
kebutuhan yang mendesak. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, potensi biofisik sungai
akan dapat ditingkatkan, dan pelestarian efektif dan efisien dapat dikembangkan. Selain
pemilihan dan penerapan teknologi tepat guna, dimana teknologi tersebut harus bersifat
sederhana, praktis serta berwawasan lingkungan, pengelolaan sungai secara terpadu
seharusnya menekankan pada konsep pembangunan berbasis masyarakat (community-based
development). Pengelolaan lingkungan mesti didukung dalam dinamika politik lokal.
Komimen politik (political will) terhadap pelestarian lingkungan merupakan kunci menuju
pembangunan yang berkelanjutan (Lupiyanto, 2009).
BAB III
METODE PENULISAN

Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah, tujuan penulisan,
serta hasil analisis dan sintesis. Kesimpulan yang dibuat merepresentasikan pokok bahasan
karya tulis dan akan menjadi titik terang dari permasalahan yang dirumuskan, serta didukung
dengan saran praktis sebagai rekomendasi lanjutan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah Objek Penelitian

Sungai Jeneberang adalah sungai yang terletak di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia. Sungai Jeneberang memiliki panjang antara 75-80 Km mengalir dari timur ke
barat dari Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang menuju ke Selat Makassar.
Daerah Aliran Sungai Jeneberang melintasi 8 kabupaten dan 1 kota yang tersebar di Provinsi
Sulawesi Selatan. Hulu Sungai Jeneberang memiliki tingkat sedimentasi tinggi
pascalongsornya kaldera Gunung Bawakaraeng di Tahun 2004. Sungai Jeneberang
merupakan sungai legendaris di Kabupaten Gowa. Jeneberang merupakan satu dari 15 sungai
besar yang ada di Gowa. Hulunya berasal dari Gunung Bawakaraeng, mengalir membelah
wilayah Kab. Gowa dan bermuara antara Barombong dan Tanjung Bayang, panjang dari hulu
ke hilir 75 km.

Sungai Jeneberang adalah sungai utama di Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang di lengan
selatan Pulau Sulawesi tepatnya di lereng barat dari pegunungan Gunung Lompobattang,
sebuah pegunungan api (vulkan) tipe stratovolcano yang sudah istirahat, tipe memiliki
struktur batuan yag relatif tidak kompak. Pada bagian puncak vulkan yang besar ini
mempunyai sisa kawah yang masih dapat dikenali. Kondisi geologi DAS Sungai Jeneberang
didominasi oleh endapan aluvium sungai, danau dan pantai disepanjang aliran sungai hingga
ke bagian hilir. Sedangkan jenis batuan yang ada merupakan susunan Formasi Camba yang
utermasuk batuan sedimen laut dan gunungapi berupa breksi, lahar, tufa dan konglongmerat
serta Formasi Lombobattang di bagian hulu sungai.

Gambar 4.1 Peta DAS Jeneberang

Sungai Jeneberang mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas 860 km2. Sedangkan luas
wilayah sungai mencapai 9.331 km2 dengan potensi air permukaan 13.229 Juta3/tahun dan
potensi air tanah 1.504 Juta3/tahun dan potensi air tanah 1.504 Juta3/tahun. Sungai
Jeneberang melintasi Kota Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten Gowa, Kabupaten
Takalar, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten
Selayar dan Kabupaten Sinjai

Pembahasan Design Multifungsi Spungai Jeneberang

Berdasarkan dari masalah yang digambarkan pada subbab sebelumnya, kami beinovasi
membuat beberapa design guna meningkatkatkan “Multifungsi Sungai” yang akan
diaplikasikan pada Sungai Jeneberang , Kabupaten Gowa. Berikut design yang akan kami
tawarkan:

1. Design Jalan Apung

Design ini nantinya akan berfungsi sebagai sarana transpotasi yang menghubungkan apa dan
apa. Selain itu, design ini juga berfungsi untuk mengangkut apa dan apa. Sehingga melalui
konsep ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjadi salah satu alternative
solusi dalam mengatasi permasalahan kemacetan.

2. Design
BAB V
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai