Anda di halaman 1dari 16

1. 2.

PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP BETON  Kadar air


agregat: adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan
berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di dalam agregat
perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam
campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung air), akan membuat
campuran juga lebih basah dan sebaliknya.
2. 3. Hubungan kadar air dan pengaruhnya  Kadar air pada agregat sangat
dipengaruhi oleh jumlah air yang terkandung dalam agregat. Semakin besar
selisih antara berat agregat semula dengan berat agregat setelah kering oven
maka semakin banyak pula air yang dikandung oleh agregat tersebut dan
sebaliknya. Karena besar kecilnya kadar air berbanding lurus dengan jumlah air
yang terkandung dalam agregat maka semakin besar jumlah air yang terkandung
dalam agregat maka semakin besar pula kadar air agregat itu dan sebaliknya.
Akan tetapi bila berat kering oven besar maka kadar air akan semakin kecil dan
sebaliknya
3. 4. Tujuan dalam perancangan campuran beton adalah untuk menentukan
kombinasi yang paling praktis dan ekonomis dari bahan yang ada untuk
menghasilkan beton yang memenuhi persyaratan pada kondisi penggunaan
tertentu. Untuk mencapai tujuan ini campuran beton yang dibuat harus memiliki
kualitas berikut : Workability campuran beton segar dapat diterima Durability,
kekuatan dan tampilan yang seragam dari beton yang telah mengeras Ekonomis
4. 5. Pengaruh Komponen Semen  Kekuatan pasta semen yang terikat dalam
beton tergantung pada kualitas dan kuantitas komponen- komponen yang
bereaksi dan kecepatan hidrasi. Sejalan dengan waktu beton akan semakin kuat
sepanjang air dan temperatur yang menguntungkan tersedia. Oleh karena itu
kekuatan pada umur tertentu tidak benar-benar merupakan fungsi dari w/c yang
sebenarnya. Curing akan mempunyai pengaruh yang penting.
5. 6. KADAR AIR  Kadar air beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor-faktor ukuran
dan bentuk agregat, slump, w/c ratio, kadar udara, kadar semen, admixture dan
kondisi lapangan. Peningkatan kadar udara dan ukuran agregat, pengurangan
w/c ratio dan slump, agregat- agregat yang bulat dan penggunaan fly ash
ataupun water reducing admixture akan mengurangi kebutuhan air. Sebaliknya
peningkatan temperatur, kadar semen, slump, w/c ratio, agregat bersudut dan
pengurangan proporsi agregat padat menjadi agregat halus akan meningkatkan
kebutuhan air.
6. 7. KESIMPULAN  Penurunyna kadar air agregat akan mengakibatkan
pengaruhnya nilai slump beton  Slump Pengujian slump adalah suatu ukuran
konsistensi beton. Untuk suatu proporsi semen dan agregat tanpa admixture,
semakin tinggi slump, campuran semakin basah. Slump merupakan workability
yang ditunjukan ketika memperkirakan campuran yang serupa.
7. 2. KADAR AIR AGREGAT Kadar air agregat adalah banyaknya air yang
terkandung dalam agregat atau perbandingan antara berat air dalam agregat
dengan berat agregat dalam kondisi kering tungku. Ada 4 kondisi kadar air
agregat, diantaranya: • Kadar air kering tungku, yaitu agregat yang benar – benar
kering tanpa air. • Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaan
kering tetapi mengandung sedikit air dalam porinya sehingga masih dapat
menyerap air. • Kondisi SSD, dimana agregat yang permukaannya tidak terdapat
air tetapi di dalam butirannya sudah jenuh air. • Kondisi basah, yaitu kondisi
dimana di dalam butiran maupun permukaan agregat banyak mengandung air
sehingga akan menyebabkan penambahan jumlah air adukan beton.
8. 3. ESTIMASI KADAR AIR Hasil penentuan kadar air pada agregat dilakukan
dengan cara pengeringan. Semakin besar selisih antara berat agregat semula
dengan berat agregat setelah pengeringan maka air yang dikandung oleh
agregat tersebut. Kadar air sekitar 2%, kerikil terasa basah dan sedikit
membasahi tangan. Kadar air sekitar 4%, kerikil sangat basah dan airnya sampai
menetes saat diangkut. Kadar air sekitar 2 % berat, pasir terasa basah dan
sedikit membasahi tangan, membetuk bola di tangan. Kadar air sekitar 4 %
berat, pasir yang sangat basah, airnya sampai menetes ketika diangkat, semakin
membasahi tangan dan tampak mengkilat.
9. 4. FAKTOR AIR SEMEN Faktor Air Semen merupakan perbandingan antara
jumlah air yang digunakan pada proses pengikatan semen (hidrasi) dengan
jumlah semen yang digunakan tanpa memperhitungkan jumlah air yang diserap
oleh agregat.
10. 5. PENGARUH KADAR AIR PADA FAKTOR AIR SEMEN (FAS) Air yang
terkandung di dalam agregat akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan di
dalam campuran (mix). Agregat yang basah akan membuat campuran lebih
basah dan akan meningkatkan Faktor Air Semen (FAS), dan sebaliknya agregat
yang kering akan menyerap air dan menurunkan kelecakan campuran. Jadi,
kadar air di dalam agregat harus diketahui. Perubahan kadar air tidak hanya
bergantung pada pengeringan, tetapi juga pengaruh dari cuaca (misalnya; hujan
atau panas terik) dan lamanya penyimpanan.
11. 6. HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR, FAS DAN KUAT TEKAN BETON Agregat
yang baik digunakan dalam campuran beton adalah agregat pada kondisi SSD.
Apabila agregat dengan kadar air tertentu (belum mencapai kondisi SSD)
digunakan dalam perencanaan campuran, maka agregat tersebut akan
menyerap air terlebih dahulu sampai mencapai kondisi SSD sebelum air
bereaksi dengan semen. Campuran tersebut akan mengalami kekurangan air
sehingga tidak akan didapatkan kuat tekan yang diinginkan dan akan berdampak
buruk pada beton yang telah direncanakan.
12. 7. PENGARUH KADAR AIR TERHADAP BETON Apabila agregat tidak dalam
kondisi jenuh kering permukaan (SSD), proporsi campuran harus dikoreksi
terhadap kandungan dalam agregat. Koreksi Proporsi Campuran dilakukan
terhadap kadar air dalam agregat minimum satu kali sehari dan di hitung
menurut rumus sebagai berikut: Dimana : B = Jumlah air (kg/m3) C = Jumlah
agregat halus (kg/m3) Ca = Penyerapan air pada agregat halus (%) Da =
Penyerapan air pada agregat kasar (%) Ck = Kadar air agregat halus (%) Dk =
Kadar air agregat kasar (%) Air = B – (Ck - Ca) x C/100 – (Dk – Da) x D / 100
Reaktifitas dan komposisi mineral utama serta bahan tambahan
Reaksi hidrasi yang terjadi sangat ditentukan oleh reaktifitas masing-masing senyawa
utama. Senyawa C3A adalah yang paling reaktif, senyawa ini bereaksi dengan cepat,
kemudian disusul oleh senyawa-senyawa C3S dan C2S. Jadi reaksi hidrasi semen
portland akan berjalan dengan cepat sesuai dengan reaktifnya senyawa utama. Untuk
mengatur kecepatan reaksi sesuai yang diinginkan perlu ditambahkan bahan tambahan,
senyawa gypsum ditambahkan sebagai pengendali reaktifitas senyawa C3A.

Kehalusan
Kecepatan reaksi hidrasi semen portland akan bertambah besar dengan semakin
halusnya ukuran partikel. Sebaliknya, jika ukuran partikel semakin kasar, reaksi hidrasi
akan berjalan semakin lambat. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, jika ukuran
partikel semakin halus, berarti luas permukaan total semakin besar. Bertambah luasnya
permukaan menyebabkan kemungkinan terjadinya kontak antara air dengan
permukaan butiran akan menjadi besar. Akibatnya kemungkinan terjadinya reaksi
antara air dengan butiran juga menjadi lebih besar atau dengan perkataan lain,
kecepatan reaksi bertambah besar.

Mekanisme reaksi
Mekanisme reaksi hidrasi senyawa utama semen portland adalah sebagai berikut:
Senyawa kalsium silikat (C3S dan C2S)Reaksi antara senyawa C3S dan C2S dengan air
menghasilkan kalsium silikat hidrat, CSH, dan kalsium hidroksida, Ca(OH)2.
Perbedaan reaksi antara kedua senyawa tersebut dalam hal kecepatan dan panas
reaksinya, kecepatan dan panas reaksi C3S lebih besar dari pada C2S. Panas reaksi C3S
yang ditimbulkan sekitar 500 J/gram Panas reaksi C2S yang ditimbulkan hasil dari
Reaksi antara senyawa C3A dan air memperoleh panas sekitar 1350 J/gram.

Senyawa kalsium aluminat (C3A)


Senyawa C3A memainkan peranan pengembangan kekuatan awal, 1 sampai dengan 3
hari. hal ini disebabkan karena panas hidrasinya yang cukup tinggi sehingga dapat
mempercepat reaksi hidrasi secara keseluruhan. Hasil dari hidrasi mempunyai daya
rekat yang relatif rendah, kekuatan yang diberikan senyawa C3A relatif kecil. Kadar
senyawa C3A dalam semen portland mempengaruhi sifat fisik semen portland, Semakin
tinggi kadar senyawa C3A, semakin tinggi pemuaian yang terjadi dan semakin tidak
tahan terhadap serangan sulfat.

Senyawa kalsium aluminoferrit (C4AF)


Reaksi hidrasi senyawa C4AF berlangsung cepat dan menghasilkan panas sekitar160
J/gram. Reaksi yang terjadi terdiri dari beberapa tahap tergantung pada lingkungannya.
Senyawa kalsium oksida bebas (CaO-bebas)
CaO + H2O ——–> Ca(OH)2 Senyawa magnesium oksida bebas (MgO)
MgO + H2O ——-> Mg(OH2
Senyawa Mg(OH)2 cenderung membentuk senyawa hidrat, senyawa hidrat yang
dihasilkan mempunyai volum yang relatif besar sehingga manyebabkan pemuaian.

HIDRASI SEMEN
Hidrasi semen (semen Portland) adalah suatu reaksi kimia yang berurutan antara
clinker, kalsium sulfat dan air sampai akhirnya suspensi semen mengeras.
Hidrasi dapat di kelompokan menjadai 2 kelompok yaitu :
1. Hidrasi dengan temperatur rendah
2. Hidrasi denga n temperatur tinggi.

Adapun reaksi kimia saat proses hidrasi


sebagai berikut:
2C3S + 6H2O C3S2H3 + 3Ca (OH)2 + energi panas
2C2S + 4H2O C3S2H3 + Ca (OH)2 + energi panas
Persenyawaan semen dengan air akan mengeluarkan panas.
Adanya pembebasan panas ini membantu mempercepat pengerasan (proses hidrasi).
Tetapi setelah pengerasan terjadi, bagian yang telah mengeras mempunyai sifatlambat
menyalurkan panas.

Semen merupakan salah satu material anorganik yang banyak dimanfaatkan karena
sifat-sifatnya yang memiliki kestabilan tinggi terhadap pengaruh fisis. Semen biasa
digunakan sebagai bahan bangunan, selain itu semen juga digunakan sebagai bahan
campuran pembuatan beton. Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, yang mengeras atau
membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam
yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO),
sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang
mengandung senyawa: silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida
(Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan
baku tersebut dibakar pada suhu yang sangat tinggi yaitu antara 1400 - 1600 °C
sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya,
yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah
yang sesuai.
Kandungan semen berturut-turut mulai dari yang terbanyak yaitu kalsium (II) oksida
(CaO), silika (IV) oksida (SiO2), aluminium (III) oksida (Al2O3), besi (III) oksida
(Fe2O3)dan komponen minor lainnya, salah satunya adalah kalsium (II) sulfat (CaSO4)
(MacLaren, 2003). Akan tetapi, karena proses pembuatan semen dari bahan-bahan
bakunya menggunakan temperatur yang sangat tinggi (melebihi 1200 oC), beberapa
komponen tersebut bergabung dengan sesamanya menghasilkan bermacam-macam
campuran fase padat terutama trikalsium silikat (3CaO.SiO2), dikalsium silikat
(2CaO.SiO2), trikalsium aluminat (3CaO.Al2O3) dan tetrakalsium aluminoferit
(4CaO.Al2O3.Fe2O3) (MacLaren, 2003).Ahli kimia semen menggunakan penamaan yang
disingkat berdasarkan oksida dari beberapa unsur untuk menunjukkan rumus kimia dari
senyawa yang bersesuaian, misalnya C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, F = Fe2O3.
Berikut adalah komposisi kimia semen dalam bentuk oksida (tabel 1).
Tabel 1. Rumus kimia dan penamaan semen untuk zat-zat penyusun utama dari
semen portland.
Notasi singkatan: C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, F = Fe2O3.

Komposisi
Rumus
Mineral dalam bentuk Singkatan
Kimia
oksida
trikalsium silikat Ca3SiO5 3CaO.SiO2 C3S
dikalsium silikat Ca2SiO4 2CaO.SiO2 C2S
trikalsium aluminat Ca3Al2O5 3CaO.Al2O3 C3A
tetrakalsium Ca4AlnFe2-
4CaO.AlnFe2-nO3 C4AF
aluminoferit nO7

Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan airmampu
mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatukesatuan kompak.
Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Setelah
semen dicampur dengan air, komponen-komponen tersebut mengalami hidrasi
menghasilkan bermacam-macam produk reaksi, terutama 3CaO.2SiO2.nH2O(s),
3CaO.Al2O3.3CaSO4.nH2O(s), 3CaO.Al2O3.nH2O(s), 3CaO.Fe2O3.nH2O(s), dan
CaOH2(aq) (MacLaren, 2003). Campuran dari semua produk reaksi ini dan sisa pereaksi
yang disebut CSH gel (MacLaren, 2003).
Setelah semen dicampur dengan air, komponen - komponen yang terkandung di dalam
semen mengalami hidrasi menghasilkan beberapa hasil reaksi sebagai berikut:
2(3CaO.SiO2) + 6H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O +
3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O +
Ca(OH)2
3CaO.Al2O3 + 3CaSO4.2H2O + 26H2O →
3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O
3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O + 2(3CaO.Al2O3) + 4H2O →
3(3CaO.Al2O3.CaSO4.12H2O)
3CaO.Al2O3 + 12H2O + Ca(OH)2 →
3CaO.Al2O3.Ca(OH)2.12H2O
4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 10H2O + 2Ca(OH)2 →
6CaO.Al2O3.Fe2O3.12H2O
Pada reaksi hidrasi semen, C3S dan C2S bereaksi dengan air membentuk Trikalsium
silikat hidrat yang disebut dengan gel tobermorite atau gel kalsium silikat hidrat
(CSH gel) dan Ca(OH)2. Reaksi hidrasi C3A dengan adanya kalsium sulfat membentuk
kalsium trisulfoaluminat hidrat (disebut dengan AFt atau ettringite), ataukalsium
monosulfoaluminat hidrat (disebut denganAFm atau monosulfate). Tanpa adanya
kalsium sulfat, C3A bereaksi dengan air dan kalsium hidrosidamembentuk tetrakalsium
aluminat hidrat. Dan C4AFbereaksi dengan air membentuk kalsium aluminoferrit
hidrat (Spence, 2005).

Proses hidrasi butir-butir semen berlangsung sangat lambat. Bila dimungkinkan


penambahan air masih diperlukan oleh bagian dalam butir-butir semen (terutama yang
berbutir besar), untuk menyempurnakan proses hidrasi. Proses dapat berlangsung
sampai 50 tahun. Penelitian terhadap silinder beton menunjukkan bahwa beton maih
meningkat terus kekuatannya paling tidak untuk jangka waktu 50 tahun. Kekuatan
semen yang mengeras tergantung pada jumlah air yang dapat dipakai waktu proses
hidrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan untuk proses hidrasi
hanya kira-kira 35% dari berat semennya, penambahan jumlah air akan mengurangi
kekuatan setelah mengeras. Kelebihan air akan mengakibatkan jarak butir-butir semen
lebih jauh sehingga kurang kuat dan juga lebih “porous” (berongga). Air kelebihan dari
yang diperlukan untuk proses hidrasi pada umumnya memang diperlukan pada
pembuatan beton agar adukan beton dapat bercampur dengan baik diangkat dengan
mudah dan dapat dicetak tanpa rongga yang besar (tidak keropos).

Hidrasi Semen
Hidrasi semen adalah proses reaksi antara semen dan air. Reaksi ini terjadi antara silikatdan
alumina pada semen dengan air. Dengan adanya air, senyawa silikat dan aluminatersebut
membentuk produk hidrasi yang berupa massa yang keras dan kuat. Proses hidrasisemen
memerlukan air sebanyak 20% dari berat semen.Proses Hidrasi sangat penting karena proses ini
menentukan kekuatan semen akhir. Reaksihidrasi yang terjadi sangat ditentukan oleh reaktifitas
masing-masing senyawa utama darisemen Portland, antara lain Dikalsium Silikat (C
2
S), Trikalsium Silikat (C
3
S), TrikalsiumAluminat (C
3
A), dan Tertrakalsium Aluminoferrit (C
4
AF). Trikalsium Aluminat (C
3
A)adalah senyawa utama yang paling reaktif. Adapun untuk mengatur kecepatan reaksi
yangdiinginkan dapat ditambahkan gypum sebagai pengendali reaktifitas senyawa
TrikalsiumAluminat (C
3
A).Mekanisme reaksi hidrasi senyawa semen Portland:a.

Hidrasi Trikalsium Silikat (C


3
S) dan Dikalsium Silikat (C
2
S)Reaksi yang dihasilkan Kalsium Silikat dengan air adalah Kalsium Silikat akanterhidrasi
menjadi Kalsium Silikat Hidrat (CSH) dan kalsium Hidroksida (CaOH)
2
.Kalsium Silikat Hidrat (CSH) adalah silikat di dalam Kristal yang tidak
sempurna, bentuknya padatan berongga yang sering disebut Tobermorite Gel. Adanya KalsiumH
idroksida (CaOH)
2
akan membuat pasta semen bersifat basa dengan pH=12,5. Hal inidapt menyebabkan pasta
semen sensitive terhadap asam kuat tetapi dapat mencegah baja mengalami korosi.
-

Reaksi Trikalsium Silikat (C


3
S) dengan air (H
2
O)2(3CaO.SiO
2
) + 6H
2
O

3CaO.2SiO
2
.3H
2
O + 3Ca(OH)
2
(dalam bentuk rumus oksida)2C
3
S + 6H

CSH gel + 3CH(dalam notasi pendek)Bila dicampurkan dengan air, pengikatan C


3
S dan air akan menghasilkan pengerasandari pasta semen dalam beberapa jam, dan selanjutnya
akan mendapatkan
sebagian besar kekuatannya (sekitar 70%) pada minggu pertama setelah pengikatan, denganmen
geluarkan panas sekitar 500 joule/gram. Kandungan C
3
S di dalam semenPortland semen biasa bervariasi antara 40

55 %, dengan rata

rata sekitar 48%.
-

Reaksi Dikalsium Silikat (C


2
S) dengan air (H
2
O)2(2CaO.SiO
2
) + 4H
2
O

3CaO.2SiO
2
.2H
2
O + Ca(OH)
2
(dalam bentuk rumus oksida)2C
2
S + 4H

CSH gel + CH(dalam notasi pendek)

Bila dicampurkan dengan air, C


2
S berhidrasi denngan jumlah panas yang rendah,sekitar 250 joule/gram, namun pasta yang
mengeras mendapatkan kekuatannyasecara relative lambat selama beberapa minggu dan malahan
bulan, untuk mencapaikekuatan akhir yang kemungkinan bisa sama dengan yang dihasilkan oleh
C
3
S.kandungan C
2
S di dalam semen Portland biasa bervariasi antara 15

35 %, denganrata

rata 25%. b.

Hidrasi Trikalsium Aluminat (C


3
A)Hidrasi C
3
A dengan air akan menghasilkan kalsium alumina hidrat (3CaO. Al
2
O
3
.3H
2
O) yang mana kristalnya berbentuk kubus di dalam semen karena adanya gypsummaka hasil
hiderasi C
3
A sedikit berbeda. Mula-mula C
3
A akan bereaksi dengangypsum menghasilkan sulfo aluminate yang kristalnya berbentuk jarum
dan biasadisebut ettringite namun pada akhirnya gypsum bereaksi semua, baru terbentukkalsium
alumina hidrat (CAH). Penambahan gypsum pada semen dimaksudkan untukmenunda
pengikatan, hal ini disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada permukaan-
permukaan Kristal C
3
A.3CaO. Al
2
O
3
+ 10 H
2
O + CaSO
4
.2H
2
O

3CaO.Al
2
O
3
.CaSO
4
.12H
2
Otrikalsium aluminat + air + gypsum

ettringete3CaO.Al
2
O
3
+ 12H
2
O + Ca(OH)
2

3CaO.Al
2
O
3
.Ca(OH)
2
.12H
2
Otrikalsium aluminat + air + kalsium hidroksida

kalsium aluminat hidratTrikalsium Aluminat murni bereaksi dengan air dan menghasilkan
pengikatan dalamwaktu yang cepat, disertai dengan pengeluaran panas yang besar, yaitu sekitar
850 joule/gram. Pada udara lembab, sebagian besar kekuatan di dapatkan dalam satu ataudua
hari, tetapi kekuatannya relative rendah. Kandungan C
3
A di dalam semen Portland biasa bervariasi antara 7

15 %.c.

Hidrasi Tertrakalsium Aluminoferrit (C


4
AF)Pada tahap awal, Tertrakalsium Aluminoferrit (C
4
AF) akan bereaksi dengangypsumndan kalsium hidroksida yang akan menghasilkan kalsium
sulfo-aluminathidrat dan kalsium sulfo-ferrit hidrat yang kristalnya berbentuk
jarum.Tetrakalsium-aluminoferrit bereaksi dengan air secara cepat dan
menghasilkan pengikatan dalam beberapa menit, dengan mengeluarkan panas hidrasi sekitar 420
joule/gram. Kandungan C
4
AF dalam semen bervariasi sekitar 5

10 %, rata

rata 8%.4CaO.Al
2
O
3
.Fe
2
O
3
+ 10H
2
O + 2Ca(OH)
2

6CaO.Al
2
O
3
.FeO
3
.12H
2
Otetrakalsium alumina-ferrit + air + kalsium hidroksida

kalsium aluminoferrit hidrat


UNSUR-UNSUR PEMBUATAN SEMEN
Unsur-unsur penyusun semen menurut Eropa standard
1. Portland Cement Clinker (K)
2. Granulated blastfurnace slag (S)
3. Pozzolanic material (P & Q)
4. Fly ash (V & W)
5. Burnt shale (T)
6. Limestone (L, LL)
7. Silica fume (D)
8. Minor additional constituents
9. Calcium sulfate
10. Additives
Penyusun semen terbagi menjadi dua unsur tambahan, yaitu unsur tambahan utama
dan unsur tambahan minor. Unsur tambahan utama dari point 1 sampai dengan point 7
pada daftar diatas asalkan kompisisinya melebihi 5 % dari berat total semen dan unsur
tambahan minor dari point 1 sampai dengan point 8 pada daftar diatas asalkan
komposisinya kurang atau sama dengan 5 % dari berat total semen.
Kinker Semen Portland (K)
Portland semen klinker juga disebut sebagai klinker semen atau klinker saja.
Setidaknya dua pertiga terdiri dari dua sulfat kalsium, yaitu tri-dan di-kalsium silikat,
yang mana kaya dengan CaO dan dapat bereaksi dengan air pencampur dan mengeras
dengan cepat. Oleh karena itu disebut zat hidrolik.
Granulated Blastfurnace Slag (S)
Blast furnace slag didapatkan dari kerak pengolahana biji besi, Blast furnace memiliki
sifat hidrolisis yang bereaksi secara lambat dengan air tetapi apabila ditambahkan
dengan klinker semen maka akan bereaksi dan mengeras secara cepat dan terbentuk
kalsium silikat hidrat.
Pozzolanic Material (P & Q)
Pozzolan adalah bahan alam atau bahan dari industri yang mengandung SiO2 reaktif,
dalam kondisi yang halus dan dengan adanya air pada kondisi temperatur normal
bereaksi dengan kalsium hidroksida-Ca(OH)2yang membentuk kalsium Silikat
terhidrasi yang bersifat hirolisis dan mengeras.
Silika reaktif yang terdapat dalam bahan pozzolan baik dalam bentuk SiO2 bebas atau
pun dalam bentuk Alumina Silikat sangat penting dalam proses pengerasan pozzolan,
Kalsium Alumina Hidrat juga dapat memberikan kontribusi terhadap pembentukan
kuat tekan. Proporsi CaO dalam pozzolan tidak begitu penting yang tepenting adalah
kandungan SiO2 rekatif yang mana kandungannya minimum 25 % dari berat pozzolan
Bahan Pozzolan terbagi 2 jenis :
1. Natural Pozzolan (P)
2. Pozzolan buatan Industri (Z)
Fly Ash (V & W)
Berdasarkan kereaktifan komposisinya maka Fly ash terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Siliceous Fly ash (V), adalah fly ash halus yang sebagian besar
berbentuk partikel bola dan seperti kaca yang memiliki sifat pozzolanic. Fly ash
jenis ini mengandung CaO reaktif kurang dari 5 % dan kurang lebih 25 %
SiO2 reaktif.
2. Calcareous fly ash (W), adalah bubuk fly ash yang mempunyai sifat
hidraulik. Fly ash jenis ini mengandung CaO rekatif tidak boleh kurang dari 5 %
biasanya mengandung CaO reaktif antara 5 – 15 % dan mengandung SiO2 reaktif
lebih dari 25 %.
Semen dibuat dari batu kapur (limestone) dan campuran material lain seperti lempung
(clay) dan pasir (sand) yang dipanaskan sampai 1450°C di dalam sebuah tungku
pemanas (kiln). Hasil pembakaran ini adalah “clinker” yang kemudian digiling halus
dengan ditambahkan sedikit bahan gypsum sehingga menjadi semen yang kita kenal.
Semen merupakan bahan bangunan yang sangat banyak digunakan, terutama untuk
pekerjaan pembuatan beton. Di samping itu, semen juga digunakan untuk pekerjaan
lainnya misalnya pemasangan batu bata, plesteran dinding, pemasangan keramik lantai,
dll.
Dalam hubungannya dengan pekerjaan beton, unsur-unsur kimia di dalam semen ini
sangat mempengaruhi sifat karakteristik beton yang dibuat.
Unsur-unsur kimia utama di dalam semen adalah:
 3CaO.SiO2 : tricalsium silicate, disingkat C3S
 2CaO.SiO2 : dicalsium silicate, disingkat C2S
 3CaO.Al2O3 : tricalsium aluminate, disingkat C3A
 4CaO.Al2O3.Fe2O3 : tetracalsium aluminoferrite, disingkat C4AF
Bahan lainnya (< 5%) adalah Gipsum, oksida alkali, magnesium oksida, dan phosporus
pentoksida.

Sifat-Sifat Semen
Susunan Kimia Semen
Bahan dasar penyusun semen terdiri dari bahan-bahan yang terutama
mengandung kapur, silika dan oksida besi, maka bahan-bahan itu menjadi unsur-unsur
pokok semennya.
Tabel 1.2 Susunan Unsur semen biasa
Oksida Persen (%)
Kapur (CaO) 60 – 65
Silika (SiO2) 17 – 25
Alumina (Al2O3) 3–8
Besi (Fe2O3) 0,5 – 6
Magnesia (MgO) 0,5 – 4
Sulfur (SO3) 1–2
Potash (Na2O 0,5 – 1
+ K2O)

Komposisi kimia semen portland pada umumnya terdiri dari CaO, SiO 2,Al2O3 dan
Fe2O3, yang merupakan oksida dominan. Sedangkan oksida lain yang jumlahnya hanya
beberapa persen dari berat semen adalah MgO, SO3, Na2O dan K2O.
Keempat oksida utama tersebut diatas di dalam semen berupa senyawa C 3S, C2S,
C3A dan C4AF, dengan mempunyai perbandingan tertentu pada setiap produk semen,
tergantung pada komposisi bahan bakunya.
Tabel 1.3 Senyawa utama semen portland
Rata-
Nama Rumus Notasi
Rumus oksida rata
senyawa empiris pendek
(%)
Tricalsium Ca3SiO5 3CaO.SiO2 C3 S 50
silikat Ca2SiO4 2CaO.SiO2 C2 S 25
Dicalsium Ca3Al2O6 3CaO.Al2O3 C3 A 12
silikat Ca2AlFeO3 4CaO.Al2O3Fe2O3 C4AF 8
Tricalsium CaSO4.2H2O CSH2 3,5
aluminat
Tetracalcium
aluminoferrit
Calsium
sulfat
dihidrat
Sumber : Teknologi Beton; Kardiyono Tjokrodimulyoo. 1994

Hidrasi semen
Bila semen bersentuhan dengan air, maka proses hidrasi berlangsung dalam arah
keluar dan arah ke dalam, maksudnya hasil hidrasi mengendap di bagian luar dan inti
semen yang belum terhidrasi dibagian dalam secara bertahap akan terhidrasi, sehingga
volume mengecil.
Mekanisme hidrasi silicate (C3S dan C2S)
2(3CaO.SiO2) + 6 H2O --> 3CaO.SiO2.3 H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4 H2O --> 3CaO.SiO2.3 H2O + Ca(OH)2
Mekanisme hidrasi Aluminat (C3A)
Adanya gipsum di dalam semen menyebabkan reaksi calsium
aluminatmenghasilkan calsium sulfo aluminat hidrat.
3CaO.Al2O3 + CaSO4.2H2O + 10 H2O-->3CaO.Al2O3.CaSO4 + 12 H2O(gypsum)
CaO.Al2O3 + Ca(OH)2 + 12 H2O--> 3CaO.Al2O3.Ca(OH)2.12 H2O
Mekanisme hidrasi tetracalsium aluminoferrit (C4AF)
4CaO.Al2O3.Fe2O3 + 2Ca(OH)2 + 10H2O --> 64CaO.Al2O3.Fe2O3.12
H2O(tetracalsium aluminoferrat)

Kekuatan semen
Semen bila terkena air akan berubah menjadi keras seperti batu. Oleh karena itu
sangat perlu diperhatikan perbandingan antara air dan semen atau faktor air semennya,
karena faktor ini akan berpengaruh terhadap kekuatan beton. Bila kurang semen dan
terlalu banyak air akan menyebabkan segregration dan bleeding, selain itu
perbandingan yang tepat antara semen dan air akan berpengaruh dalam kemudahan
pekerjaan.

Sifat fisik semen


Sifat fisik dari semen adalah bahan berbutir halus yang lolos ayakan 2 µm dan
mempunyai berat jenis antara 3 sampai 3,15 gr/cm3.

Sifat kimia semen


Semen mengandung C3S dan C2S sebesar 70% sampai dengan 80%. Unsur- unsur
ini merupakan unsur paling dominan dalam memberikan sifat semen. C 3S segera mulai
berhidrasi bila semen terkena air secara eksotermis. Berpengaruh besar terhadap
pengerasan semen terutama sebelum mencapai umur 14 hari. Membutuhkan air 24 %
dari beratnya. C2S bereaksi dengan air lebih lambat dan hanya berpengaruh terhadap
pengerasan semen setelah 7 hari dan memberikan kekuatan akhir. Unsur ini membuat
semen tahan terhadap serangan kimia dan mengurangi penyusutan karena
pengeringan. Membutuhkan air 21% dari beratnya. C3A berhidrasi secara eksotermis,
bereaksi secara cepat dan memberikan kekuatan sesudah 24 jam. Membutuhkan air
40% dari beratnya. Semen yang mengandung unsur ini lebih dari 10% kurang tahan
terhadap serangan sulfat. C4AF kurang begitu besar pengaruhnya terhadap
pengerasan beton.

Jenis-Jenis Semen
Dalam pedoman beto 1989 disyaratkan bahwa semen portland untuk pembuatan beton harus merupakan jenis-
jenis yang memenuhi syarat-syarat SII 0013-81”Mutu dan uji semen” yang klasifikasinya tertera pada tabel dibawah
ini.

Tabel 1.4 Jenis-jenis Semen Portland


Jenis
Karateristik Umum
Semen
Jenis I Semen portland yang digunakan untuk tujuan umum.
Jenis II Semen portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Jenis III Semen portland yang penggunaannya memerlukan
persyaratan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi.
Jenis IV Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut panas
hidrasi yang rendah
Jenis V Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut
ketahanan yang kuat terhadap sulfat.
Sumber : Teknologi Beton; Kardiyono Tjokrodimulyoo. 1994

Pembuatan semen
Semen dibedakan dalam dua kelompok utama, yaitu:

a. Semen dari bahan klinker-semen-portland


1. Semen portland
2. Semen portland abu terbang
3. Semen tanur tinggi
4. Semen portland tras/puzzolan
5. Semen portland putih

b. Semen-semen lain:
1. Aluminium semen
2. Semen bersulfat
Reaksi-reaksi yang terjadi pada waktu proses pembuatan semen adalah sebagai
berikut:
a. Batu kapur : CaO + CO2 kapur karbondioksida
Lempung : SiO22 + Al2O3 + Fe2O3 + H2O silika alumina oksida besi air
b. 3CaO + SiO2 --> 3CaO.SiO2 trikalsium silikat (C3S)
2CaO + SiO2 --> 2CaO.SiO2 dikalsium silikat (C2S)
3CaO + Al2O3 --> 3CaO.Al2O3 trikalsium aluminat (C3A)
3CaO + Al2O3 + Fe2O3 3CaO.Al2O3..Al2O3.Fe2O3 tetrakalsium aluminoferit (C4AF)

Anda mungkin juga menyukai