Anda di halaman 1dari 8

1.13.

Sifat Semen Portland


Sifat-sifat semen Portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sifat Fisik
a. Kehalusan Butiran (Fineness)
Kehalusan

butiran

semen

merupakan

indikasi

kemampuan

semen

menghasilkan reaksi pengikatan. Reaksi antara semen dan air dimulai dari permukaan
butir-butir semen, sehingga makin luas permukaan butir-butir semen (dari berat semen
yang sama) makin cepat proses hydrasinya. Hal ini berarti bahwa butir-butir semen
yang halus akan menjadi kuat dan menghasilkan panas hydrasi yang lebih cepat dari
pada semen dengan butir-butir yang lebih kasar. Secara umum, semen berbutir halus
meningkatkan kohesi pada beton segar (fresh concrete) dan dapat pula mengurangi
bleeding, akan tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak
dan mempermudah terjadinya retak susut. Menurut SII 0013-81, paling sedikit 90%
berat semen harus dapat lewat ayakan lubang 0,09 mm. Namun perlu dicatat bahwa
jika butir-butir semen terlalu halus, sifat semen akan menjadi kebalikannya, karena
terjadi hydrasi awal oleh kelembaban udara.
b. Waktu Ikatan (Setting) dan Pengerasan (Hardening)
Jika semen dicampur dengan air akan membentuk bubur (pasta) yang plastis
dan dapat dibentuk (workable) sampai beberapa waktu karakteristik dari pasta tidak
berubah dan periode ini sering disebut Dormant Period (periode tidur). Pada proses
ini, tahap pertama dicapai ketika pasta semen cukup kaku untuk menahan suatu
tekanan. Waktu untuk mencapai tahap ini disebut sebagai waktu ikatan. Waktu
tersebut dihitung sejak semen dicampur dengan air. Waktu ikatan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu waktu ikatan awal (initial setting time) dan waktu ikatan akhir
(final setting time).
Waktu dari pencampuran semen dan air sampai saat kehilangan sifat
keplastisannya (adonan sudah mulai unworkable) disebut waktu ikatan awal. Dan
waktu sampai mencapai mencapai pastanya menjadi massa yang keras (kekakuan
penuh) disebut waktu ikatan akhir. Pada semen Portland biasa waktu ikatan awal
tidak boleh kurang dari 60 menit dan waktu ikatan akhir tidak boleh lebih dari 480
menit (8 jam).

21

Reaksi pengerasan :
C2S + 5H2O

-----------

6 C3S + 18 H2O

-----------

C2S.H2O
C5S6. 5H2O + 13Ca(OH)2

C3A + 3CS + 32 H2O -------------

C3A .3CS .32 H2O

C4AF + 7 H2O

C3A.6 H2O + CF. H2O

MgO + H2O

------------

----------

Mg(OH)2

Waktu ikatan penting pada pekerjaan beton. Waktu ikatan awal yang cukup
lama diperlukan untuk pekerjaan beton, yaitu waktu transportasi, penuangan,
pemadatan, dan perataan permukaan. Untuk itulah dibutuhkan zat additive agar waktu
ikatan awal menjadi lebih panjang. Proses ikatan ini diikuti perubahan temperatur.
Temperatur naik dengan cepat dari ikatan awal dan mencapai puncaknya pada waktu
berakhirnya ikatan akhir. Dalam waktu ikatan yang pendek, kenaikan temperatur
dapat mencapai 30 derajat celcius.
Gambar 1.1

22

c. Panas Hydrasi
Panas Hydrasi adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami proses
hydrasi. Silikat dan aluminat pada semen bereaksi dengan air menjadi media perekat
yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media perekat
ini disebut hydrasi. Hydrasi semen bersifat eksotermis dengan panas yang dihasilkan
kira-kira 110 kal/gram. Pada bagian dalam beton yang massanya besar, proses hydrasi
ini dapat mengakibatkan kenaikan temperatur yang besar. Pada saat yang sama,
bagian luar beton massa kehilangan panas, sehingga terjadi perbedaan suhu yang
tajam. Pada tahap berikutnya, yaitu tahap pendinginan, massa bagian dalam beton
dapat terjadi retakan yang besar, dan daerah dingin panas hydrasi dapat
menguntungkan karena dipakai untuk mencegah pembekuan air dalam beton.
Panas hydrasi dapat didefenisikan sebagai kuantitas panas dalam kalori/gram
pada semen yang terhydrasi. Waktu berlangsungnya dihitung sampai proses hydrasi
berlangsung secara sempurna pada temperatur tertentu. Panas hydrasi untuk semen
tidak lebih dari 60 kal/gram sampai pada tujuh hari pertama, dan 70 kal/gram sampai
pada 28 hari.
Panas hydrasi naik sesuai dengan ketinggian temperatur pada saat hydrasi
terjadi. Untuk semen biasa panas hydrasi tersebut bervariasi antara 37 kal/gram pada
5 derajat celcius sampai dengan 80 kal/gram pada 40 derajat celcius. Untuk semua
jenis semen pada umumnya kira-kira 60% dari panas total dibebaskan pada waktu
antara 1 dan 3 hari pertama, kira-kira 80% sampai hari ketujuh, dan antara 90%
sampai 95% dalam jangka waktu 6 bulan. Laju perubahan panas tergantung pada
komposisi semen. Laju hydrasi dan perubahan panas bertambah besar sejalan dengan
semakin halusnya semen, walaupun kuantitas total panas yang dibebaskan tidak
dipengaruhi oleh kehalusan tersebut.
d. Kepadatan (density)
Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 Mg/m3. Pada
kenyataannya, berat jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3,05 Mg/m 3 sampai
3,25 Mg/m3. Variasi ini akan berpengaruh pada proporsi semen dalam campuran.
e. Konsistensi
Konsistensi semen portland lebih banyak pengaruhnya pada saat pencampuran
awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton mengeras. Konsistensi
23

yang terjadi tergantung pada rasio antara semen dan air serta aspek-aspek bahan
semen seperti kehalusan dan kecepatan hydrasi. Konsistensi mortar tergantung pada
konsistensi semen dan agregat pencampurnya.
f. Penyusutan(Shrinkage)
Ada 3(tiga) macam penyusutan yang terjadi di dalam semen, yaitu:
1. Drying Shrinkage(penyusutan karena pengeringan)
2. Hydration Shrinkage(penyusutan kerena hydrasi)
3. Carbonation Shrinkage(penyusutan karena karbonasi)
Yang paling berpengaruh terhadap permukaan beton adalah Drying
Shrinkage, penyusutan ini terjadi karena penguapan selama proses setting dan
hardening. Bila besaran kelembapannya dapat dijaga, maka keretakan beton dapat
dihindari. Penyusutan ini dipengaruhi juga oleh kadar C3A yang terlalu tinggi.
Kandungan air dari adonan semen dengan air yang telah mengeras dapat
diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:

Air yang telah terikat dalam senyawa-senyawa hydrat yang telah mengeras.
Air ini terikat secara iakatan kimiawi, biasanya disebut combined water atau
non-evaporable water.

Adsorbed water yaitu air yang terikat secara ikatan fisika dalam molekulmolekul pasta semen.

Air bebas yaitu air yang terdapat diantara fase padat dan pasta, air ini disebut
capilary water.

Shrinkage (penyusutan) biasanya dipengaruhi oleh:


1. Komposisi semen
Kadar gypsum yang optimum untuk kandungan C3A tertentu akan dapat
meminimumkan penyusutan dan menghasilkan kekuatan tekan paling besar.
2. Jumlah air yang dicampurkan
Makin besar jumlah air yang dipakai, maka makin besar terjadinya penguapan
capillary water selama proses pengeringan sehingga akan terjadi juga penyusutan
yang besar.
3. Concrete mix (campuran beton)
Shrinkage dapat dikurangi dengan memperbanyak agregat dan steel reinforcements.

24

Curing condition, suhu, aliran angin, dan humidity berpengaruh terhadap shrinkage
karena mempercepat penguapan.
g. Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan CO2 dalam jumlah
yang cukup banyak sehingga terjadi penggumpalan. Semen yang menggumpal
kualitasnya akan menurun karena bertambahnya loss in ignition(LOI) dan
menurunnya spesifik gravity sehingga kekuatan semen menurun, dan terjadinya false
set.
Loss on Ignition (Hilang Pijar)
Loss on Ignition dipersaratkan untuk mencegah adanya mineral-mineral yang
terurai pada saat pemijaran, dimana proses ini dapat menimbulkan kerusakan pada
batu setelah beberapa tahun kemudian.
Spesifik Gravity
Spesifik Gravity semen merupakan informasi yang sangat penting dalam
perancangan beton. Di dalam pengontrolan kualitas Spesifik Gravity digunakan
untuk mengetahui seberapa jauh kesempurnaan pembakaran klinker,dan klinker
tercampur dengan impuritis.
False Set
False Set adalah gejala terjadinya pengembangan sifat kekakuan dari adonan
semen, mortar, atau beton tanpa terjadinya pelepasan panas yang banyak. Gejala
tersebut akan hilang dan sifat plastis akan dicapai kembali bila dilakukan
pengadukan lebih lanjut tanpa penambahan air. False Set terjadi karena pada
operasi penggilingan klinker dan gypsum dilaksanakan pada suhu operasi yang
terlalu tinggi sehingga terjadi pelepasan air Kristal. False Set dapat dihindari
dengan melindungi semen dari pengaruh udara luar, sehingga alkali karbonat
tidak

terbentuk

di

dalam

semen.

h. Kekuatan Tekan
Kekuatan semen diukur dari kekuatan tekan terhadap pasta, mortar, dan beton.
Umumnya kekuatan tekan diukur pada umur 28 hari pada normal curing. Kekuatan
tekan adalah kemampuan menahan atau memikul suatu beban tekan. Kekuatan tekan
merupakan sifat yang paling penting yang harus dimiliki, disamping kekuatan tarik

25

dan kekuatan lentur. Kekuatan tekan semen diuji dengan cara membuat mortar yang
kemudian ditekan sampai hancur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan:
Kualitas semen
Kualitas air
Kualitas Agregat
Kualitas Additif
i. Perubahan Volume (Kekalan)
Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang
menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan kemampuan
untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi. Ketidak kekalan semen
disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas yang pembakarannya tidak
sempurna serta magnesia yang terdapat dalam campuran tersebut. Kapur bebas itu
mengikat air dan kemudian menimbulkan gaya-gaya ekspansi.
Sifat-sifat semen Portland sangat dipengaruhi oleh susunan ikatan oksidaoksida serta bahan-bahan pengotor lainnya. Semen yang digunakan untuk
membangun suatu struktur harus mempunyai kualitas tertentu agar dapat berfungsi
secara efektif. Pemeriksaan secara berkala perlu dilakukan, baik pada saat
pemrosesan, saat menjadi bubuk semen maupun setelah menjadi pasta semen.
Pemeriksaan semen atau pengujian semen harus dilakukan sesuai dengan standar
mutu.
2. Sifat Kimia
a. Hydrasi Semen
Hydrasi semen adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air.
Secara garis besar, ada 4 senyawa kimia utama yang menyusun semen portland, yaitu:

Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S.

Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S.

Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) yang disingkat menjadi C3A.

Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF.

Bahan dasar semen Portland terdiri dari bahan-bahan yang mengandung kapur, silica,
alumina, dan oksida besi, sebagai mana yang dapat dilihat pada Tabel 1.7.
26

Tabel 1.7. Susunan Unsur Semen Portland


Oksida

Persen

Kapur (CaO)

60 65

Silika (SiO2)

17 25

Alumina (Al2O3)

38

Besi (Fe2O3)

0,5 6

Magnesia (MgO)

0,5 4

Sulfur (SO3)

12

Soda/potash (Na2O+K2O)

0,5 1

b. Kesegaran Semen
Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran (loss of ignitation) dilakukan
pada semen dengan suhu 900-1000oC. Kehilangan berat ini terjadi karena kelembaban
yang menyebabkan prehydrasi dan karbonisasi dalam bentuk kapur bebas atau
magnesium yang menguap. Kehilangan berat dari semen ini merupakan ukuran dari
kesegaran semen. Dalam keadaan normal akan terjadi kehilangan berat sekitar 2%
(batas maksimum sekitar 4%).
c. Sisa yang tak larut (Insoluble Residue)
Sisa bahan yang tak habis bereaksi adalah sisa bahan yang tak aktif yang
terdapat pada semen. Semakin sedikit sisa bahan ini, semakin baik kualitas semen.
Jumlah maksimum sisa tak larut yang disyaratkan adalah 0,85%. Pemeriksaan bahan
yang tak larut dapat dilakukan dengan mengaduk satu garam semen dalam 40 ml air
yang kemudian ditambahi dengan 10 ml HCl pekat. Campuran tersebut selanjutnya
dididihkan selama 10 menit dan volumenya dibuat tetap. Jika terbentuk gumpalan,
gumpalan tersebut harus dipecah dan larutan disaring dengan kertas filter. Sisa yang
tak disaring dan dicuci dengan larutan Na2CO3+H2O+HCl, kemudian dicuci dengan
air. Untuk memperoleh sisa yang tak larut, kertas filter dikeringkan lalu dibakar dan
ditimbang.

27

d. Kekuatan Pasta Semen dan Faktor air semen


Kekuatan semen yang telah mengeras tergantung pada jumlah air yang dipakai
pada proses hydrasi berlangsung. Pada dasarnya jumlah air yang diperlukan untuk
proses hydrasi hanya kira-kira 25% dari berat semennya. Penambahan jumlah air akan
mengurangi kekuatan setelah mengeras. Air kelebihan dari yang diperlukan untuk
proses hydrasi pada umumnya memang diperlukan pada pembuatan beton, agar
adukan beton dapat tercampur dengan baik, diangkut dengan mudah, dan dapat
dicetak tanpa rongga-rongga yang besar (tidak keropos).
Akan tetapi, hendaknya selalu diusahakan jumlah air sesedikit mungkin, agar
kekuatan beton tidak lemah. Seperti telah diuraikan di atas, pasta semen yang
mengeras merupakan bagian yang poros. Konsentrasi hasil-hasil hydrasi yang padat
pada seluruh ruang atau volume yang tersedia (volume yang semula ditempati air dan
semen) merupakan suatu nilai indeks porositas. Sebagaimana benda padat yang lain,
kuat tekan pasta semen (juga betonnya) sangat dipengaruhi oleh besar pori-pori
diantara gel-gel atau pori-pori hasil hydrasi. Kelebihan air akan mengakibatkan pasta
semen berpori lebih banyak, sehingga hasilnya kurang kuat dan juga lebih porous
(berpori).

28

Anda mungkin juga menyukai